Anda di halaman 1dari 107

PENELITIAN AUDIT TEKNOLOGI BIDANG BAHAN DAN PERKERASAN

JALAN
LAPORAN PENELITIAN

AUDIT TEKNOLOGI BIDANG BAHAN DAN


PERKERASAN JALAN

D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN .DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Jl. A.B. Nasution No. 264 Kotak Pos 2 Ujungberung T ~ l p. (022) 7802251 Fax. 7802726 Bandung 40294 e-mail:pusjatan@pusjatan.pu,go.id
\000 l ~ ~J

LAPORAN PENELITIAN

AUDIT TEKNOLOGI BIDANG BAHAN DAN


PERKERASAN JALAN

Penanggungjawab Penelitian :

Ir. Effendi Radia, MT

Desember 2007

DEPA RTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
ro~TNM
ln. A.H. Nasulion 264 K. Pos 2 Ujungberung, Tip. (022) 7802251· 3, Tlx. 283n pppf bd, Fax (022) 7802726 - Bandung (<1029-1)
LEMBAR PENGESAHAN

AUDIT TEKNOLOGI BIDANG BAHAN DAN


PERKERASANJALAN

TAHUN 2007

Mengetahui Bandung, Desember 2007


Kepala Standar dan disiminasi Penanggungjawab Studi

/K~T· . ~

( lr. Joko Purnomo. MT ) ( lr. E endi Radia. MT )


NIP. 110052489 NIP. 110052490

Menyetujui,
Ketua Tim Teknis
LAPORAN AKHIR

AUDIT TEKNOLOGI BIDANG BAHAN DAN


PERKERASANJALAN

Tim Pelaksana :

1. Penanggung Jawab Studi lr. Effendi Radia, MT


2. Anggota Tim : 1. lr. lriansyah.
2. Ati Setiati, BE.
3. M. ldris, BE.
4. Sutarman, BE.
5. Yosep.
6. Tubagus Muslihat.

Penanggung Jawab Studi

·'

( lr. · ffendi Radia. MT )


NIP. 110052490

ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
(Excecutive Summary)

1. LATAR BELAKANG
Jalan merupakan prasarana penting dalam menunjang kegiatan perekonomian
masyarakat. Didalam pelaksanaan pek~an jalan, baik bahan maupun prosedur
pelaksanaan yang digunakan harus mengacu pada spesifikasi yang telah ditentukan;
penyimpangan bahan dan prosedur pelaksanaan yang digunakan dapat
mengakibatkan umur rencana jalan yang direncanakan tidak dapat dicapai. Selain
dari pada itu kondisi jalan yang rusak dapat menyebabkan biaya operasional
kendaraan menjadi lebih tinggi; hal ini merupakan salah satu ineffisiensi dalam suatu
rangkaian kegiatan ekonomi, yang dapat menyebabkan turunnya daya saing suatu
produk.
Saat ini banyak terjadi kerusakan sebelum waktunya pada permukaan perkerasan
jalan di jalan-jalan Nasional baik di jalan-jalan Pantura Jawa juga di Jalur Lintas Timur
Sumatera, maupun di tempat lain, seperti deformasi plastis dan retak. Jalur pantai
utara jawa dan Jalur Lintas Timur Sumatera, merupakan jalan arteri antar kota, yang
menghubungkan pusat-pusat produksi, distribusi, maupun pemasaran, sehingga
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang perekonomian nasional.
Memperhatikan hal tersebut diatas, perlu kiranya suatu kegiatan untuk mengetahui
berbagai kelemahan yang terjadi dari aspek teknik, melalui kegiatan audit teknologi
bidang bahan dan perkersan jalan.
2. TUJUAN
Mengetahui berbagai kelemahan yang terjadi dari aspek teknik pada pelaksanaan
proyek-proyek pek~an jalan di Pantai Utara Jawa.
3. SASARAN
Mengetahui jenis dan penyebab terjadinya kerusakan pada perkerasan beraspal.
Mengetahui pola penyimpangan yang terjadi pada pelaksanaan pekerjaan
perkerasan beraspal.
4. HIPOTESIS
Banyaknya kerusakan dini yang terjadi pada perkerasan jalan, pada jalan nasional
selama ini te~adi akibat adanya penyimpangan spesifikasi pada pelaksanaan proyek-
proyek pembngunan jalan tersebut.
5. METODOLOGI
5.1 T aha pan Audit.
Secara garis besar rencana tahapan kegiatan audit sebagai berikut :
1) Pre-Audit
Pemilihan dan penetapan audit, melakukan survey instansional dan
koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Kesepakatan dengan pihak Audit, yaitu untuk menentukan objek jembatan,
lingkup kegiatan, jadwal dan kriteria audit (Kinerja masa lalu,
NSPM/standard teknis, hasil-hasil penelitian).

iii
Pengumpulan informasi umum, yaitu mengenai proses pelaksanaan,
laporan audit terdahulu bila ada dan dokumen lain yang relevan.
Persiapan rencana audit, yaitu koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan
menyusun jadwal waktu pelaksanaan.
2) On-site Audit
Pengumpulan bukti audit, yaitu telaah dokumen (laporan, prosedur, manual),
observasi (kine~a proses pelaksanaan, survey lapangan).
- Analisis dan evaluasi bukti dan temuan (merupakan hasil penilaian terhadap
perbandingan bukti audit dengan kriteria audit)
3) Post-Audit
Penyusunan laporan dan dokumentasi.
5.2 Lokasi
Kegiatan audit bahan dan perkerasan jalan mengambil lokasi di lintas jalintim -
Sumatera dan Pantura - Jawa. Lokasi kegiatan audit untuk Lintas Jalintim -
Sumatera yaitu, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung.
Sedangkan untuk Pantura yaitu, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
5.3 Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data untuk kegiatan Audit Teknologi bidang bahan dan perkerasan
jalan dilakukan dengan melakukan dengan pengambilan data secara langsung baik
di lapangan maupun di laboratorium.
5.4 Teknik Analisis
Hasil-hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya dilakukan penyusunan laporan melalui
diskusi teknik tim serta melibatkan para narasumber.
Hasil pemeriksaan lapangan desesuaikan dengan data-data teknis perencanaan
maupun pelaksanaan, sehingga diperoleh suatu kesesuaian antara data aktual
lapangan dengan data dokumen atau spesifikasi teknis yang telah ditentukan dalam
dokumen.
6. BASIL YANG DICAPAI.
Hasil yang dicapai adalah sebagai berikut :
1) Ditemukannya berbagai jenis kerusakan pada permukaan perkerasan jalan di
lapangan.
2) Dari basil pengujian di lapangan dan laboratorium diketahui berbagai penyebab
terjadinya kerusakan adalah akibat penyimpangan spesifikasi.
3) Dari basil kajian diketahui berbagai penyebab teljadinya penyimpangan spesifikasi
adalah sebagai berikut :
- lemahnya fungsi Quality Control.
- Kurangnya pemahaman terhadap spesifikasi pada SDM di lapangan.
- Keterbatasan material di lapangan.

iv
7. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Propinsl Sumatera Utara.
Secara umum kondisi jalan, jalintim di propinsi Sumatera Utara cukup baik,
dapat melayani lalu-lintas dengan kecepatan 60 km~a, kecuali pada
segmen-segmen tertentu.
Khusus perkerasan jalan pada ruas jalan antara Tanjungpura menuju
Simpang Pangkalan Susu, Km 86+600 yang mengalami penurunan badan
jalan sepanjang 50-70 meter, dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Badan jalan pada segmen ini terdiri atas timbunan di atas daerah hutan
bakau, Iebar bahu efektif relatif sempit, sekitar (1,20 - 1,50) meter, Iebar
lereng timbunan relatif curam ± 1,20 meter (Gambar 2c).
2. Timbunan badan jalan setinggi 3,2 meter mengalami pasang surut dengan
muka air tertinggi di bawah perkerasan jalan sekitar kedalaman 1,20
meter;
3. Adanya perubahan fungsi daerah sisi jalan yang semula tanaman hutan
bakau berubah fungsi menjadi semacam tambak sehingga tahanan
samping timbunan badan jalan terganggu sebagai counter weight yang
merupakan bagian lateral support terhadap badan jalan.
4. Sering berhentinya kendaraan truk berat yang mengangkut hasil hutan
atau mengangkut barang, memarkir kendaraan truk untuk berhenti
sementara di pos-pos pemeriksaan dengan roda kendaraan berada di
sebagian bahu dan perkerasan jalan.
Untuk ruas Simpang Kota Pinang - Batas Riau, kerusakan jalan berupa
deformasi berupa alur dan gelombang Km 352+900, yang disebabkan oleh
kondisi lapangan, antara lain daerah tanjakan yang menyebabkan kendaraan
berat berjalan lambat, lajur jalan yang relatif kurang Iebar (Iebar jalan antara 6
dan 6,3 meter) sehingga distribusi jejak roda tidak menyebar.
6.1.2 Proplnsl Rlau.
Secara umum kondisi jalan Jalintim, di propinsi Riau cukup baik, dapat
melayani lalu-lintas dengan kecepatan 60 km~a, kecuali pada segmen-,
segmen tertentu.
Berdasarkan toleransi ketebalan dalam Spesifikasi, yaitu 0,5 em, maka dapat
dilihat dari 36 titik hasil core, tebal lapis perkerasan yang tidak memenuhi
persyaratan spesifikasi adalah 16% (6 titik).
Dari hasil pengujian tanah asli, dapat disimpulkan bahwa kondisi daerah
sekitar Km 74 + 400 & 74+750 (Pakanbaru- Bts Jambi) merupakan daerah
gambut dengan klasifikasi H3 dan H4 (Von Post). Sementara pada Km 252
+200 (Pakanbaru - Bts Sumut) diperkirakan juga merupakan area gambut
dimana diatasnya telah ditimbun dengan lempung dan lanau (pemboran tidak
dilanjutkan karena ada gelagar kayu).
Untuk ruas jalan Pakanbaru - Batas Jambi :
Terjadi kerusakan jalan yang cukup parah (Km 246 - Km 253), yang
disebabkan terendam banjir (areal gambut), TA 2006 akan diperbaiki dengan
rigid pavement

v
Kondisi jalan berlubang yaitu ruas Siberida - Satas Jambi (Km 221 +000 - KM
296+000), yang disebabkan karena Iebar jalan yang masih 4,5 m.
Untuk ruas jalan Pakanbaru - Satas Sumut :
Sanyak ditemui kerusakan deformasi plastis yang eukup parah Km 236 - 290
(Sp. Satang - Sp. Salam), demikian juga pada Km 124 - Km 236 (Duri -
Dumai), diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut :
• Te~adi akibat daerah tanjakan, sehingga kendaraan berat berjalan sangat
lam bat.
• Kualitas agregat yang banyak mengandung silica yang liein (agregat dari
Tanjung Karimun), mempunyai permukaan yang liein dan kelekatan yang
buruk.
• Dari hasil pengujian laboratorium diketahui, nilai VIM lapangan sangat
rendah yaitu 2 %, sementara sesuai persyaratan, nilai VIM pada akhir
umur rencana minimal (VIM membal) 2,5 %.
6.1.3 Proplnsl Jambl.
Ruas Jalan Jambi - Merlung - Satas Riau
• Hasil pengukuran tebal perkerasan untuk 8 buah contoh inti (core drill)
lapisan AC-WC, tebalnya antara 3,6 - 4,4 em yang pada umumnya masih
memenuhi batas toleransi 0, 4 em (tebal rencana 4 em) dan untuk 8 buah
eontoh inti tebal lapisan AC-SC antara 3,4 - 5,6 em, masih memenuhi
batas toleransi 0,5 em (tebal rencana 5 em).
• Hasil pemeriksaan derajat kepadatan lapangan, sebanyak 8 buah contoh
inti lapisan AC-WC, antara 98,11% - 100,48%, kepadatan laboratorium
dan 8 contoh untuk lapisan AC-SC, derajat kepadatan lapangan antara
98,43% - 101 ,37%. Pada umumnya derajat kepadatan lapangan
memenuhi persyaratan derajat kepadatan 98% kepadatan laboratorium ..
• Hasil pengujian lapisan AC-WC untuk 2 buah contoh , kadar aspal dalam
campuran santara 5,60% - 5,90%, kadar optimum perencanaan 5,90% ,
masih memenuhi batas toleransi 0,3% dan lapisan AC-SC untuk 1 buah
contoh, kadar aspal dalam campuran antara 5,90%, kadar aspal
perencanaan optimum 5,80%, masih memenuhi batas toleransi kadar
aspal 0,3%.
• Hasil pemerikasaan gradasi campuran dari contoh lapisan AC-WC dan
AC-SC menunjukkan gradasi agregat yang menyimpang dari gradasi
agregat hasil perencanaan campuran (design mix formula).
• Hasil pengujian kepadatan lapangan lapis pondasi klas A, pada lokasi
pelebaran jalan 0,5 m, pada STA. 825+812 /L, derajat kepadat lapangan
sebesar 98,4% kepadatan laboratorium tidak menuhi peryaratan derajat
kepadatan 98% kepadatan laboratorium.
• Hasil pengujian sifat-sifat aspal pada umumnya nilai penetrasi antara 32 -
39 (0,01 em), nilai titik lembek antara 57 - 60 (0 C) dan nilai daktilitilitas >
140 em. Dari hasil pengujian sifat-sifat aspal tersebut menunjukkan aspal
mempunyai kondisi yang masih baik.

vi
Ruas Jalan Jambi - Merlung - Batas Riau
• Hasil pengukuran tebal perkerasan untuk 12 buah contoh inti lapisan AC-
WC, pada ruas Jambi- Tempino- Batas Sumsel, tebalnya antara 3,7-
5,1 em (tebal rencana 4 em) ada 1 buah contoh yang tidak memenuhi
batas toleransi 0, 4 em dan untuk lapisan AC-BC untuk 5 buah contoh inti,
tebalnya antara 3,8 - 4,9 em (tebal rencana 5 em), ada 2 buah contoh uji
yang tidak memenuhi batas toleransi 0,5 em.
• Hasil pemeriksaan derajat kepadatan lapangan eontoh inti lapisan AC-BC
sebanyak 9 buah contoh, derajat kepadatan antara 98,36% - 101,90%
dan lapisan AC-BC, untuk 5 buah contoh derajat kepadatan antara 98,18%
- 101 ,32%. Pada umumnya derajat kepadatan lapangan memenuhi
persyaratan derajat kepadatan 98% kepadatan laboratorium.
• Hasil pengujian lapisan AC-WC untuk 2 buah contoh , kadar aspal dalam
campuran santara 5,00% - 5,20%, kadar optimum perencanaan 5,80%
dan lapisan AC-BC untuk 1 buah eontoh, kadar aspal dalam campuran
antara 5,1 0%, kadar aspal pereneanaan optimum 5, 70%. Kadar aspal
tidak memenuhi batas toleransi 0,3%.
• Hasil pemerikasaan gradasi campuran dari contoh lapisan AC-WC dan
AC-BC menunjukkan gradasi agregat yang menyimpang dari gradasi
agregat hasil perencanaan campuran (design mix formula).
• Hasil pengujian sifat-sifat aspal pada umumnya nilai penetrasi antara 32 -
39 (0,01 em), nilai titik lembek antara 57 - 60 (0 C) dan nilai daktilitilitas >
140 em. Dari hasil pengujian sifat-sifat aspal tersebut menunjukkan aspal
mempunyai kondisi yang masih baik.
6.1.4 Propinsi Sumatera Selatan.
Pada Satker Jalintim Sumsel, tidak terdapat Job Mix Formula (JMF) baik untuk
pekerjaan lapis pondasi apalagi untuk pekerjaan campuran beraspal, yang
ada hanya berupa Design Mix Formula (DMF).
Pemeriksaan sifat-sifat bahan tidak dilakukan secara berkala atau pada
kuantitas tertentu.
Beberapa PPK umumnya mereka tidak begitu mengerti dokumen
Pelaksanaan Fisik dan Pengawasan apa saja yang seharusnya ada dan
didokumentasikan
Kerusakan yang dominan yang te~adi pada Jalintim Sumsel adalah deformasi
permanen dan retak
Ruas lubuk Siberuk- Pematang Panggang
Pola kerusakan jalan yang banyak terdapat pada ruas jalan ini adalah
deformasi permanen, retak dan lubang terjadi karena hal-hal sebagai
berikut :
• Kadar aspal yang digunakan umumnya diluar batas toleransi kadar aspal
rencana.
• Material yang digunakan sebagai LPA bukan agregat Klas A tetapi tanah
merah dari klas A-76 yang bersifat plastis dengan nilai lndeks Plastis (IP)
sebesar 34% dan sebagai LPB juga bukan agregat Klas B tetapi tanah
merah dari klas A-6 yang bersifat plastis dengan nilai IP 18%. Selain

vii
menyalahi rencana, sifat material inipun tidak memenuhi sifat yang
disyaratkan dalam spesifikasi.
• Nilai kepadatan dari lapisan LPA dan LPB di lapangan sangat rendah,
masing-masing yaitu 75,2% dan 74,2%, jauh lebih kecil dari nilai
kepadatan yang disyaratkan dalam spesifkasi, yaitu 98%.
• Tingginya kadar air lapangan jauh di atas kadar air optimum LPA dan LPB
dapat menjadi penyebab rendahnya daya dukung lapis pondasi di ruas ini.
• Dari hasil uji DCP diketahui bahwa nilai CBR LPA dan LPB-nya tidak
memenuhi persyaratan spesifikasi.
• Ketebalan lapisan beraspal yang kurang juga dapat memperlemah struktur
perkerasan.
Ruas Simpang Penyandingan - Lubuk Siberuk
Pola kerusakan jalan yang banyak terdapat pada ruas jalan ini adalah
deformasi permanen, retak dan lubang terjadi karena hal-hal sebagai
berikut :
• Saluran samping kurang begitu diperhatikan sehingga banyak terjadi
genangan air di tepi perkerasan
• Banyak ditemui mutu campuran agak porus

• Bahan yang digunakan sebagai LPA bukan agregat Klas A sebagaimana


yang diinginkan dalam perencanaan.
• Bahan yang digunakan sebagai LPA, bukan agregat kelas A atau soil
semen, tapi mateial lempung berwarna merah abu-abu dan merah
kekuningan yang masuk dalam klas A-7-6, dengan nilai IP sebesar 25%-
29%. Dalam spesifikasi nilai ini dibatasi maksimum 6%.
• Nilai kepadatan dari lapisan LPA di lapangan sangat rendah, masing-
masing yaitu 64,7% - 66,7%, jauh lebih kecil dari nilai kepadatan yang
disyaratkan dalam spesifkasi, yaitu 98%.
• Tingginya kadar air lapangan jauh di atas kadar air optimum LPA dan LPB
dapat menjadi penyebab rendahnya daya dukung lapis pondasi di ruas ini.
• Dari hasil uji DCP diketahui bahwa nilai CBR LPA dan LPB-nya tidak
memenuhi persyaratan spesifikasi.
• Tebal lapis perkerasan yang kurang dari ketebalan rencana, dapat
memperlemah struktur perkerasan secara keseluruhan.
Pad a km 99 sampai 104 banyak terjadi deformasi plastis, akibat
campuran beraspalnya sangat gemuk. Kadar aspal rata-rata untuk AC-BC
dan AC-Base masing-masing adalah 7,37% dan 6,54%. Nilai ini sangat tinggi
jauh di atas kadar aspal rencana, yaitu 5,6% untuk AC-BC dan 5,38% untuk
AC-Base.
Ruas Betung - Sungai Lilin.
Pola kerusakan jalan yang banyak terdapat pada ruas jalan ini adalah
deformasi permanen, retak dan lubang te~adi karena hal-hal sebagai
berikut :

viii
• Banyak ditemui perkerasan yang tampak porus.
• Nilai CBR LPA tidak memenuhi persyaratan spesifikasi.
• Sebagian tebal lapisan beraspal yang kurang dari ketebalan rencana,
dapat memperlemah struktur perkerasan.
Pola kerusakan deformasi plastis yang te~adi diakibatkan lapisan
beraspal yang dihampar di lapangan relatif gemuk, diperkirakan kadar
aspal yang digunakan agak berlebih
Ruas Sungai Lilin - Peninggalan.
Pola kerusakan jalan yang banyak terdapat pada ruas jalan ini adalah
deformasi permanen, retak dan lubang te~adi karena hal-hal sebagai
berikut :
• Rongga dalam campuran (VIM), umumnya tinggi yang menyebabkan
perkerasan menjadi porus.
• Nilai kepadatan lapis pondasi dari agregat Klas A tidak dapat diuji karena
teballapisan tersebut kurang memadai (hanya 9 em).
• Tebal rata-rata AC-BC dan AC-Base dan LPA yang kurang dari ketebalan
rencana dapat melemahkan struktur perkerasan.
Pola kerusakan deformasi plastis te~adi akibat kadar aspal AC-BC sangat
tinggi (7,78%) diluar toleransi kadar aspal yang diizinkan (±0,3% terhadap
kadar aspal rencana 5,6%).
6.1.5 Propinsi Lampung.
Ruas jalan Simpang Pematang- Pematang Panggang.
Kondisi jalan umumnya baik, karena saat ini pembangunan jalan dalam tahap
penyelesaian akhir . Dengan indikasi kecepatan kendaraan dapat melaju
dengan kecepatan diatas 60 Km~a.
Kondisi ruas jalan Simpang Pematang- Bujung Tenuk.
Kondisi keruskan retak dan lubang terjadi akibat hal-hal sebagai berikut :
• Kadar aspal yang rendah (4,7 %).
• ketebalan lapisan yang sebagian besar kurang dari ketebalan rencana.
• CBR soil cement yang rendah (36,6 %), demikian juga CBR tanah dasar
yang rendah (3,8 %).
Kondisi kerusakan defonnasi plastis te~adi akibat :
• Besarnya rongga dalam campuran (VIM) untuk AC-WC Km. 161+125,
OWT = 2,08%, ML = 3,04% dan IWT = 2,32%, ini menunjukkan nilai VIM
yang rendah dibanding persyaratan VIM pada akhir umur rencana (VIM
membal = 2,5 %).
Ruas Bujung Tenuk- Terbanggi Besar.
Kondisi ruas jalan Terbanggi Besar- Bandar Lampung umumnya baik, namun
pada beberapa lokasi te~adi spot kerusakan kecil yang tidak mengganggu
kecepatan berkendaraan.

ix
Ruas jalan Bandar Lampung - Bangkauheni
Umumnya relatif baik, namun pada beberapa lokasi mengalami kerusakan
kecil berupa retak dan lubang kecil, kecuali pada daerah tanjakan/turunan
Km. 21+000- Km. 22+000, te~adi kerusakan deformasi plastis yang cukup
parah yang kemungkinen disebabkan oleh kadar aspal campuran terlalu
tinggi (5,9% > JMF 5,3%) dan nilai VIM yang rendah.
6.1.6 Proplnsl Jawa Barat.
Secara keseluruhan pola kerusakan deformasi plastis sudah sangat
berkurang, sebaliknya pola kerusakan yang muncul adalah terjadinya retak,
bahkan pada paket-paket baru terpantau adanya kerusakan dini, berupa retak
dan lubang, perkerasan tampak rapuh.
Pola kerusakan retak dan lubang, seperti pada ruas Kertasmaya -
A~awingu, Palimanan - Cirebon dan Cirebon - kanci, terjadi karena umur
perkerasan sudah lama, umur rencana sudah dilampaui.
Banyak ditemui pola kerusakan sungkur, di sekitar median, ini kemungkinan
te~adi akbat masuknya air kedalam tanah dasar melalui tepi-tepi median yang
tidak kedap.
Pada beberapa tempat terlihat system drainase kurang berfungsi. Terpantau
juga banyak bahu jalan yang posisinya dibawah tepi perkerasan.
Banyak ditemui kerusakan setempat dengan tingkat keparahan yang sudah
membahayakan keselamatan lalu-lintas, hal ini te~adi karena tidak ada skala
prioritas untuk berbagai jenis kerusakan.
Te~adiny kerusakan dini pada ruas Cirebon- Kanci, berupa bekas tambalan
yang persentasinya sudah sangat meluas, padahal pek~an baru selesai
bulan Desember 2005, te~adi akibat kadar aspal yang rendah (Kadar aspal
AC-WC 4,6% dan AC-BC 4,8 %).
6.1.7 Propinsi Jawa Tengah.
Secara keseluruhan pola kerusakan yang umum te~adi adalah retak, pola
kerusakan deformasi plastis sudah sangat jarang terti hat.
Pola kerusakan retak dan lubang, seperti pada ruas Losari - Pejagan,
Pejagan- Brebes- Tegal, Demak- Kudus, Kudus- Pati, terjadi karena umur
perkerasan sudah lama, umur rencana sudah dilampaui.
Masih banyak ruas jalan yang mempunyai Iebar perkerasan 6 meter,
sementara menurut Undang Undang tentang Jalan mengatakan, untuk jalan
Nasional, Iebar minimum jalan Nasional adalah 7 meter.
Banyak ditemukan pola kerusakan sungkur di sekitar median.
Banyak segmen jalan yang system drainasenya tidak berfungsi dan bahkan
posisi jalan berada dibawah permukaan samping jalan. Banyak terlihat juga
perkerasan yang elevasi bahunya berada dibawah elevasi permukaan jalan.
Ditemukan kerusakan dini pada beberapa paket yang dibangun tahun 2004
dan 2005, berupa rapuhnya perkerasan beraspal, sehingga menyebabkan
te~adiny pola kerusakan retak dan lubang, hal ini te~adi karena kadar aspal
=
yang relative rendah (AC-WC 4,1 % dan AC-BC 3,2 %). =

X
6.1.8 Proplnsl Jawa Timur.
Bahu dan drainase jalan yang kurang/tidak berfungsi atau tidak ada
merupakan salah satu sebab tidak cukup amannya konstruksi perkerasan dari
pengaruh sokongan samping (lateral support) dan air.
Lebar perkerasan jalan yang tidak terpenuhi (< 7.00 meter) membuat
terjadinya kerusakan pada tepi perkerasan dan bahu jalan
Cara penanganan (reinstatement) kerusakan pada perkerasan jalan yang
keliru, seperti alur dan retak kulit buaya hanya diberi tambalan lapis tipis tidak
dapat menyelesaikan masalah yang ada.
Terdapatnya kerusakan retak-retak pada lapisan baru (2004 - 2005) akibat
dari terlalu rendahnya kadar aspal yang hanya sekitar 4 % dibandingkan kadar
aspal optimum dari JMF, sekitar 5,9%.
Kurangnya pemahaman cara pelaksanaan pemadatan yang benar
menghasilkan kerusakan dini akibat dari kurangnya derajat pemadatan yang
harus dicapai yang diindikasikan dari nilai rongga (VIM) dalam lapisan yang
melebihi persyaratan pada spesifikasi yang diacu, serta tidak dilakukannya
trial section saat poembuatan JMF.
- Terdapatnya kerusakan jenis deformasi plastis dan gelombang diindikasikan
terjadi karena aspal yang digunakan tidak mempunyai ketahanan terhadap
temperatur tinggi dan lalu-lintas berat.
Kurangnya pemahaman rekayasa lapangan dengan perbaikan yang sesuai
persyaratan sebelum dilapis ulang menghasilkan lapis ulang lapisan beraspal
mengalami rusak sebelum waktunya seperti retak kulit buaya, alur serta
ambles.
- Tidak dilakukannya langkah-langkah pembuatan JMF secara benar,
mengakibatkan hasil campuran beraspal di lapangan mempunyai karakteristik
yang berlainan.
Kurangnya pemahaman teknologi perkerasan kaku (rigid pavement)
menghasilkan perkerasan kaku yang mengalami hampir semua jenis
kerusakan pada sebagian besar slab terpasang, yang salah satunya adalah
akibat air tanah yang menghasilkan pumping butir halus serta terjadinya
ketidakmerataan daya dukung tanah di bawah lapisan perkerasan kaku.
6.2 Saran
Pemahaman terhadap spesifikasi teknik dari SDM proyek yang relatif masih
rendah, kiranya perlu ditingkatkan malalui pendidikan dan pelatihan.
Pemeliharaan rutin bahu dan drainase jalan perlu lebih dioptimalkan agar
berfungsi lebih optimal.
Karena quality control merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pekerjaan,
maka untuk itu fungsi quality control, pada setiap tahapan pekerjaan agar lebih
diefektifkan, agar penyeimpangan spesifikasi dapat diminimalkan.
Bila ketersediaan dana memadai, hendaknya semua jalan nasional perlu
ditingkatkan sehingga mempunyai Iebar jalan minimal 7 meter dan Iebar bahu
minimal 2 meter (sesuai dengan ketentuan Undang-Undang).
Dalam pemeliharaan, perlu ada standar prioritas penanganan, terutama untuk
kerusakan yang membahayakan yang membahayakan keselamatan lalu-lintas.

xi
KATA PENGANTAR

Saat ini banyak te~adi kerusakan dini pada pennukaan perkerasan jalan di jalan-jalan
Nasional baik di jalan-jalan Pantura Jawa juga di Jalur Lintas Timur Sumatera, maupun di
tempat lain, seperti defonnasi plastis dan retak. Ditengarai bahwa berbagai kerusakan
dini yang terjadi pada jalan-jalan Nasional terjadi akibat te~adiny berbagai
penyimpangan spesifikasi teknik yang telah ditentukan. Untuk meminimalkan terjadinya
berbagai penyimpangan, sebagaimana diuraikan diatas, perlu adanya pengawasan yang
ketat, tidak hanya dari aspek tata laksana proyek yang sifatnya non teknik, tapi juga dari
tata laksana proyek yang bersifat teknik, melalui kegiatan audit teknologi bidang bahan
dan perkerasan jalan. Dari pengalaman pelaksanaan audit ini, insya allah akan disusun
konsep Panduan Pelaksanaan Audit Teknologi Bidang Bahan dan Perkersan Jalan.
Kegiatan audit teknologi, sejak persiapan, pelaksanaan sampai paska kegiatan, telah
melibatkan banyak pihak. Pada kesempatn ini kami ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada yang terhonnat :
1. Pihak lnspektorat Jenderal, atas bantuannya, sejak tahapan persiapan berupa
menyediakan berbagai infonnasi, seperti jenis, lokasi, skala dan berbagai infonnasi
lain yang sangat berguna. Bantuan lnspektorat Jenderal juga diberikan pads saat
pelaksanaan audit di lapangan berupa kebutuhan berbagai dokumen proyek yang
diperlukan.
2. Pihak proyek yang diaudit atas ke~asmny yang baik pada saat pelaksanaan audit
di lapangan.
3. Tim teknis Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, yang telah
memberikan berbagai masukan yang sangat berguna, sejak penyusunan rencana
kegiatan juga pads saat penyusunan laporan.
4. Nara sumber yang telah memberikan berbagai masukan yang berharga secara
khusus.
5. Kepala Balai Bahan dan Perkerasan Jalan yang telah memberikan berbagai fasilitas
yang diperlukan guna terlaksananya kegiatan ini.
6. Kelompok Bidang Keahlian Bahan dan Perkerasan Jalan, atas masukan yang
berharga dalam pemecahan berbagai masalah yang dihadapi dari aspek teknik.
7. Seluruh anggota tim yang terlibat sejak awal kegiatan sampai selesainya penyusunan
laporan.
8. Pihak lain yang telah membantu, sehingga kegiatan ini berjalan dengan lancar.

Bandung, Desember 2006


Penyusun Laporan

xii
ABSTRAK

Didalam pelaksanaan pekerjaan jalan, baik bahan maupun prosedur yang digunakan
harus mengacu pada spesifikasi yang telah ditentukan; penyimpangan bahan dan
prosedur pelaksanaan yang digunakan dapat mengakibatkan umur rencana jalan yang
direncanakan tidak dapat dicapai. Sekarang sering dijumpai terjadinya kerusakan
sebelum waktunya, pada jalan-jalan Nasional baik di jalan-jalan di Pantura Jawa maupun
di tempat lain, seperti terjadinya deformasi plstis maupun retak.
Ditengarai bahwa keruskn-kerusakan tersebut te~adi akibat penggunaan bahan dan
peralatan maupun prosedur pelaksanaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan.
Jalan Nasional merupakan jalan arteri primer, yang menghubungkan pusat-pusat
produksi, distribusi, maupun pemasaran, sehingga mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menunjang perekonomian nasional. Memperhatikan hal tersebut diatas,
perlu kiranya dilakukan suatu kegiatan untuk mengetahui berbagai kelemahan yang
te~adi dari aspek teknik melalui kegiatan audit teknologi bidang bahan dan perkerasan
jalan.
Audit teknologi bidng bahan dan perkerasan jalan ini mencakup berbagai kegiatan yaitu
pengujian material properties, kelayakan penggunaan peralatan baik laboratorium
maupun peralatan lapangan maupun metoda poelaksanaan dan mutu hasil pekerjan,
apakah semuanya telah dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Hasil audit diharapkan dapat memberikan gambaran secara utuh kondisi masing-masing
proyek dari aspek teknik, sehingga dapat dijadikan sebagai masukan yang berharga bagi
pihak proyek.

xiii
DAFTAR lSI

LEMBAR PENGESAHAN........... ............... ...... ........... ... . ...... .. . .. . ........... ..... i


TIM PELAKSANA KEGIATAN..................................................................... ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ............. ........................ ....... .. . ..... .... .. ............. ... iii
KATA PENGANTAR.................................................... ............................. xiii
ABSTRAK............................................................................................... xiv
DAFTAR 151 ........................................................................................... .
I. PENDAHULUAN.......... ................ ..... ......................... ..... ............... ... 1

1.1. Latar Belakang................................................................................................ 1


1.2. Tujuan.... ...... . .. ...... .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. ... .. ... .. .. .. .. .... .. .. .. . .. .. .. .. . ... ... .. .... .. 1
1.3. Sasaran. ... . .. . .. ... . . . . .. . . . . .. . .. . .. . .. . . . . ... .. . .. ... . .. . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . .. . . . . .... 1
1.4. Luaran (output)............................................................................... 2
1.5. Manfaat (outcme)............................................................................ 2
1.6. Perumusan Masalah................... ... . . . . .. . ... .. . .. .... . .. . . . ..... .. . . .. . .. ... . . .. . .. . 2

II. KAJIAN PUSTAKA. .... .. .. . .. .. .. . .. .. .... .... .. .... .. .... .. .. . .. .. .. . .. .. .. ... ... .. .... .. . ... 3

2.1. Pengertian Auditing........................................................................ 3

2.1.1. Sifat Dasar Audit........................................................................... 4


2.1.2. Auditor Sebagai Subyek Audit......................................................... 4
2.1.3. Obyek Audit..................................................................................... 6
2.1.4. Tujuan Audit................................................................................. 6
2.1.5. Manfaat Audit......................................................................... .. .. . . 7

2.2. Risiko........................................................ .. . .. . .. . . . . .. . . . . .. . .. .. . . .. . .. . .. 7

2.2.1. Risiko Organisasi........................................................................... 8


2.2.2. Risiko Audit.................................................................................. 8

2.3. Jenis-Jenis Audit............................................................................ 9

2.3.1. Audit Keuangan. .... .. .... .. .. .. .. .... .. .... .. ...... ...... ... ...... . .. .... ... ... .... .. .... .. 11
2.3.2. Audit Operasional.......................................................... ... . . . . .. . .. . ... 11
2.3.3. Audit lnvestigatif........................................................................... 12

2.4. Bukti Audit.................................................................................... 13

2.4.1. Relevan.. ... ... .. .. .. .. ... . .. . .. . .. . .. . .. .. .. .. .... .. . .. . .. . .. .. .. . .. .. ... . .. .. .. .. .. .. .. ... ... 13


2.4.2. Kompeten.......................................................................... ... .. .. . . . 13
2.4.3. Cukup................. ................................ ............... .......... ................ 14
2.4.4. Material......................................................................................... 14

2.5. Hubungan Bukti Audit Dengan Materialitas Dan Risiko.. ... .. .... .. .. .. .. .. .. . 15
2.6. Jenis-jenis Bukti Audit..................................................................... 15
XlV
2.6.1. Fisik.. .. . .. . . . . .. .. .. . .. .. . .. .. . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . .. . .. . .. . . ..... .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . 15
2.6.2. Dokumen..... .. . .. . .. . . . ... . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . .. . .. . .. . . . . ... ... .. . . . . .. . .. . . . . .. . .. . .. 16
2.6.3. Anal isis....................................................................................... 17
2.6.4. Keterangan............. ... ... . .. .. .. .. . . ... . ... .... .. . ..... .......... ...... ... ...... ...... .. 18

2. 7. Pengumpulan Bukti Audit............................................................... 19

2. 7.1. Survey lnstansional.. ..... .. . . . . ... . .. . .. ... ..... .. .. . .. . .. . ...... .. .... .. ... . .. ... . .. . ... 19
2. 7.2. Survey Lapangan dan Pengujian Laboratorium.. ............ .. ... . .. . . .. ... ... . 20

Ill. METODOLOGI............................... ................................................... 27

3.1. Hipotesis........ .. . .. . .. . ... . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . .. .. . .. ... . . . . . . . .. . . . . .. . .. . .. . . 27


3.2. Metodologi.. ........ .... .. .... .. . ... .. . . . .... ... . .... ... ... . .. .. ....... ....... ... .. . .. . ....... 27
3.3. Lokasi....... ...... .......... ...... ... .. ... . .. . .. . . ..... ... .. ..... .............. ... .. . .. ....... .. 28
3.4. Teknik Pengambilan Data................................................................. 28
3.5. Teknik Analisis........ .......... ..... .. . ...... ..... ... . ... .... .. ..... .. . . .. . ........ ... ... ... 28

IV. HASIL PENGUJIAN....... .... ...... ......... ..... ...... ... ... ................ ............... .. 29

4.1. Propinsi Nusa Tenggara Barat.. .. . . .. ... .. . ..... ... . .... ....... ....... .. ... . .. . .. ...... 29

4.1.1. Tinjauan Urn urn............................................................................. 29


4.1.2. Ketebalan Lapisan Beraspal.............. .. . . . . . . . .. . . . . .. .... .. . . . . . . . .. . .. . .. . .. . .. . . 30
4.1.3. Kadar As pal.................................................................................. 31
4.1.4. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal................. ..... .. ..... ... 31
4.1.5. Kepadatan Lapisan Beraspal........................................................ .. . 32
4.1.6. Rongga Dalam Campuran (VIM)....................................................... 32
4.1.7. Ketebalan LPAILPB......................... ......................... ...................... 32
4.1.8. CBR LP AILPB................................................... .. .. ... . . . . . . . .. . . . . .. . .. .... 33
4.1.9. lndeks Plastisitas (PI)..................................................................... 33
4.1.1 0. Gradasi LPAILPB.. ...... ...... .. ............ .... .. . ...... ... ......... ... ... ......... ... .. . . 33

4.2. Propinsi Sumatera Selatan....... .. . .. .. . .. . . .. . . . . .. . .. .. .. ... .. .. . . . . . .. . . . . .. ... ... . .. 35

4.2.1. Tinjauan Umum..... .. . .. .. . . .. . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . .. . .. ....... .. .. . . .. . .. . . . . .. . .. . ... 36


4.2.2. Ketebalan Lapisan Beraspal.. ..... .. . .. . . . . .. . . . . .. . .. . .. ... . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. . . 36
4.2.3. Kadar As pal................................................................................. 36
4.2.4. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspa....................... .. ....... 37
4.2.5. Kepadatan Lapisan Beraspal............................. .. . .. .. .. . .. . . . .. . . . .. . .. . . .. 39
4.2.6. Rongga Dalam Campuran (VIM)...................................................... 39

4.3. Propinsi Kalimantan Tengah.. .. ... ....... .. . ........ ....... ...... ... ... .. ....... ..... ... 40

4.3.1. Tinjauan Umum.. ....... .. ................. .. . . ........ ...... .......... .. .... ... ... .. ... . ... 40
4.3.2. Ketebalan La pi san Beraspal.............. ................. .. .. .. .. . . . . .. .. .. . .. . . . .. . . 40
4.3.3. Kadar As pal.................................................................................. 40
4.3.4. Kepadatan Lapisan Beraspal.. ........................................................ 41
4.3.5. Rongga Dalam Campuran (VIM)...................................................... 41

XV
4.4. Propinsi Sulawesi Selatan....... .......................... .......... ..................... 41

4.4.1. TinjauanUmum ............................................................................ 41


4.4.2. Ketebalan Lapisan Beraspal..... .. . .. .. . . ..... ... . .. .. . ... . .. .... .. ............ ... . ... 42
4.4.3. Kadar As pal.................................................................... ............. 42
4.4.4. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal. .. . . .. . .. . . . . .. . . ..... .. . .. ... 43
4.4.5. Kepadatan Lapisan Beraspal.......................................................... 47
4.4.6. Ketebalan LPAILPB........................................................................ 48
4.4.7. Gradasi LPAILPB......................................................................... 48
4.4.8. lndeks Plastisita (PI)...................................................................... 52

4.5. Propinsi Jawa Barat..... ..... ...... ... ... .. ............. ... . .. ...... .. . .. . .. . .. . ... .. . .. ... 52

4.5.1. Tinjauan Umum... .. .. ....... ..... .. . ... . .. ....... .. . ..... .. . .. .. .. . ... .. . .. . .. . . . . . . . .. . ... 52
4.5.2. Ketebalan Lapisan Beraspal........................................................... 53
4.5.3. Kadar Aspal.. ... . . .. . . .. . .. . . . . . .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . ..... .. .. . . . . ... . .. . ...... ... . . . ... 54
4.5.4. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal..... .. . . . . . . . .. . .. . . . . ... .. . .. 54
4.5.5. Rongga Dalam Campuran ... l.......................................................... 55
4.5.6. Ketebalan Lapisan Beraspal.. .. ....... ... ... .. ........ .... ... . ... ... ............ ...... 56
4.6. Propinsi Jawa Timur... .. . ..... ... .. .. . .. ... . . .. .. . .. ... . .... .. . . . .. . . . ... . .. . .. . . . . .. ... . .. 56

4.6.1. Tinjauan Umum.. ... ... .. .... ........ ... . ... .. . .. . .. . . . . .. . .. . . .... . .. . .. . . . . .. . .. . . . ... . ... 56
4.6.2. Ketebalan Lapisan Beraspal.. ... .. ... . ... ...... ... . ... . ..... .. . ... ... . .. ...... ... .. . .. 57
4.6.3. Kadar Aspal.... .... ..... ....... .. . . .. ... .. ....... ... ... .. . ........ ...... .. . .. . .. .......... ... 58
4.6.4. Kepadatan Lapisan Beraspal.......................................................... 58
4.7. Propinsi Jambi................................................................................. 59
4.7.1. Tinjauan Umum............................................................................. 59
4.7.2. Ketebalan Lapisan Beraspal........................................................... 59
4. 7.3. Kadar As pal.................................................................................. 60
4.7.4. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal............................... 60
4.7.5. Kepadatan Lapisan Beraspal.......................................................... 62
4.7.6. Ketebalan LPAILPB........................................................................ 63
4.7.7. lndeks Plastisita (PI)...................................................................... 63
4.7.8. Gradasi LPAILPB......................................................................... 63

4.8. Propinsi Sulawesi Tengah.. .... ... . .. .......... ... .. ... ... .. . . ..... .......... .. . .. ... . .. 64

4.8.1. Tinjauan Umum.. ... . .. .. ... . ..... .. . ... .... ... .. ... . .. . ... .. .. . . ...... ... .. . .. . .. . . . . .. . ... 64
4.8.2. Ketebalan Lapisan Beraspal........................................................... 65
4.8.3. Kadar As pal.................................................................................. 65
V. ANALISIS DAN EVALUASI.................................................................. 66

5.1. Propinsi Nusa Tenggara Barat..... .. .... ..... ... . .. ...... . .. . .. . .. . ... .. . ... .. . ..... ... 66

5.1.1. Ketebalan Lapisan Beraspal................ ... .. .. . .. ... .. .. .. . .. .. .. .. .. . .. . . . . . .. . . . 66


5.1.2. Kepadatan Lapisan Beraspal..... ... .. . . .. ... . . . . .. .. .. ... .. .. ................. ... .. .. 66
xvi
5.1.3. Kadar Aspal.. ...... ... . . ... . .. . .. . ... .. . . . . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. . .. . . . . .. . . . . .. . .. . . . . ... .. . .. 66
5.1.4. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.. ..... .. . .. . . . . .. . . . . .. . . .. .. 66
5.1.5. Ketebalan LPAILPB........................................................... ............ 67
5.1.6. lndeks Plastisita (PI)..................................................................... 67
5.1.7. Gradasi LPAILPB........................................................... .............. 67

5.2. Propinsi Sumatera Selatan.. ...... .. . . . . .. . .. .. . .. . . .. . .. . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . .. ... . . 67

5.2.1. Ketebalan Lapisan Beraspal.... ...... ......................................... ...... .. 67


5.2.2. Kadar As pal.................................................................... .............. 67
5.2.3. Kepadatan Lapisan Beraspal..... .. ... . . .. .. . .. . . .. . .. .. . .. . . . .... ... . .. ... . . . . .. ... .. 68
5.2.4. Rongga Dalam Campuran.. .. . .. . .. ... . .. ....... .. . .. .. . . ... .. ... ... ....... ... . . . .. . ... 68

5.3. Propinsi Sulawesi SeNatan.. ........... .. . .. . .. . . . . ... .. . .. . .. . ...... .. . .. . . . . . . . .. . .. . .. 68

5.3.1. Ketebalan Lapisan Beraspal.. .. ... . .. . .. . .. . .. . . .. ... . . . . . . . . . ... . ... . . . ... . . . . .. ... . . 69
5.3.2. Kadar Aspal....... ...... ... . ... .. .... ... ... . . ... . .. . .. . .. . ...... .. . . . ... . .. . .. . .. . .. . . .. ... .. 69
5.3.3. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.. ..... ... ...... .. ...... ... . .. 69
5.3.4. Ketebalan LPAILPB.. .. ... . .... .. ....... ...... .. ... ... .... ... .. ... .... .. . ... ... .... .. . .. .. 69
5.3.5. Gradasi LPAILPB......................................................................... 69

5.4. Propinsi Jawa Barat.. .. . ... . .. . .. ... . . . . .. . ..... .. . .. . .. . . . . . .. .. . .. ... ... . .. . . . . .. . .. .... 69

5.4.1. Ketebalan Lapisan Beraspal..... ...... .. .... ... ... . .. . . . . .. ... ... ... . ...... .. .... ... .. 70
5.4.2. Kadar Aspal.. ...... .. . ... .. .. . . ... ............ .. . .. . . . ... . ... ... ...... .. .... ... .. . ... . .. ... .. 70
5.4.3. Rongga Dalam Campuran ..............................................................
5.4.4. Kepadatan Lapisan Beraspal. ... . ... .. . . . . .. ... . .. ... .. .. .. .. . .... ... . .. . .. .. . . .. . .. . . 70
5.5. Propinsi Jawa Timur........................................................................ .
5.5.1. Ketebalan Lapisan Beraspal........................................................... 71
5.5.2. Kadar As pal.................................................................................. 71
5.5.3. Kepadatan Lapisan Beraspal................................... .. .. . .. .. . . . . .. . ... .. . . 71

5.6. Propinsi Jambi.. .. . .. . ... . .. .. .... .. . . .. . .. . . . . . . . .. . .. . . . . . . ... . .. . .. . .. ... . .. . . .. .. . .. .. .. .. 71


5.6.1. Ketebalan Lapisan Beraspal.. .. . .. .. .. ... .. . ... . .. . .. . ... . .. . . . .. ... . .. . .. . .. . .. ...... 71
5.6.2. Kadar As pal.................................................................................. 71
5.6.3. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.. ... .. ... .. . . . ... . . . . .. . .. . .. 72
5.6.4. Kepadatan Lapisan Beraspal.............. .. . . . . .. . .. .. .. .. . .. . ... . .. . .. . .. . . .. ... .. .. 72
5.6.5. Ketebalan LPAILPB....................................................................... 72
5.6.6. lndeks Plastisita (PI)...................................................................... 72
5.6.7. Gradasi LPAILPB......................................................................... 72

5.7. Propinsi Jambi................................................................................ 72


5.7.1. Ketebalan Lapisan Beraspal........................................................... 73
5.7.2. KadarAspal .................................................................................. 73
5.7.3. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.............................. 73
5. 7.4. Kepadatan La pi san Beraspal................................... .. . . .. . ... .. . .. .. .. ... . 73
5.7.5. Ketebalan LPAILPB....................................................................... 73
xvn
5.7.6. lndeks Plastisita (PI)............................... ..................................... .. 73
5.7.7. Kepadatan LPAILPB..................................................................... 73

5.8. Propinsi Papua........................... .................................... ................. 73

5.8.1. Ketebalan La pi san Beraspal..... .. . . . . . . . . . . .. . . .. . .. . . . . .. . . . . .. . . .. . . . .. . . . . . .. .. . . . 74


5.8.2. Tebal Perkerasan Tanah Semen.......................... ........................... 74
5.8.3. Kadar Aspal............................ ..................................... ................. 74
5.8.4. Gradasi Pasir . . . . . . . . .. . .. . .. . .. .. . . .. .. . . . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .... . .. . .. . .. . .. .. . . .. . . . . .. 74

5.9. Rangkuman..................................................................................... 74

5.9.1. Ketebalan La pi san Beraspal.... .... .. . .. . .. ... .. .. ... .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .... . . 74


5.9.2. Kadar As pal................................ ..................................... ............. 75
5.9.3. Kepadatan Lapisan Beraspal. ... ... . ... ... .. . . . .... .. . .. . .. . .. . ... . .. . .. . . . . . . . .. . .. . . 75
5.9.4. Gradasi Pasir . . .. . .. . .. ... ... . .. . .. ... . ..... . ... .. . . . . ... .. . ... . .... . .. . . .. .. . . . . . . . ... . . . .. 75

V. KESIMPULAN DAN SARAN 77

5.1. Kesimpulan.. ... .. . .. .. . . .. . .. .. .. ... .. .. .. .... .. .. .. . . .. .. . .. .. .. . . .. .. .. . .. . .. . .. . . .. .. . .... 77


5.2. Saran............................ ..................................... ........................... 77

DAFTAR PUSTAKA

XVlll
BABI
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jalan merupakan prasarana penting dalam menunjang kegiatan perekonomian


masyarakat. Didalam pelaksanaan pekerjaan jalan, baik bahan maupun prosedur
pelaksanaan yang digunakan harus mengacu pada spesifikasi yang telah
ditentukan; penyimpangan bahan dan prosedur pelaksanaan yang digunakan
dapat mengakibatkan umur rencana jalan yang direncanakan tidak dapat dicapai.
Selain dari pada itu kondisi jalan yang rusak dapat menyebabkan biaya
operasional kendaraan menjadi lebih tinggi; hal ini merupakan salah satu
ineffisiensi dalam suatu rangkaian kegiatan ekonomi, yang dapat menyebabkan
turunnya daya saing suatu produk.

Saat ini banyak terjadi kerusakan sebelum waktunya pada permukaan perkerasan
jalan di jalan-jalan Nasional baik di jalan-jalan Pantura Jawa juga di Jalur Lintas
Timur Sumatera, maupun di tempat lain, seperti deformasi plastis dan retak. Jalur
pantai utara jawa dan Jalur Lintas Timur Sumatera, merupakan jalan arteri antar
kota, yang menghubungkan pusat-pusat produksi, distribusi, maupun pemasaran,
sehingga mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang
perekonomian nasional.

Memperhatikan hal tersebut diatas, perlu kiranya suatu kegiatan untuk


mengetahui berbagai kelemahan yang te~adi dari aspek teknik, melalui kegiatan
audit teknologi bidang bahan dan perkersan jalan.

Tujuan

Mengetahui berbagai kelemahan yang te~adi dari aspek teknik pada pelaksanaan
proyek-proyek pekerjaan jalan di Pantai Utara Jawa.

Sasaran

Mengetahui jenis dan penyebab terjadinya kerusakan pada perkerasan


beraspal.

Mengetahui pola penyimpangan yang terjadi pada pelaksanaan pekerjaan


perkerasan beraspal.
Luaran (Output)

Laporan hasil studi yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi pihak proyek.

Buku panduan teknik pelaksanaan audit bahan dan perkerasan jalan.

Hasil (Outcome)

Berbagai penyimpangan yang terjadi dapat terdeteksi secara dini, sehingga


perbaikan dapat segera dilakukan sebelum kerusakan semakin parah.

Berbagai kebijakan yang tepat dapat diambil untuk memperbaiki berbagai


kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan proyek-proyek pekerjaan jalan.

Dampak (lmpack)

Dengan adanya perbaikan kerusakan yang tepat dan responsif , maka kondisi
jalan akan menjadi lebih baik.

Dengan adanya berbagai kebijakan yang tepat pada pelaksanaan proyek-


proyek pekerjaan jalan, maka mutu hasil pekerjaan akan semakin baik.

Keuntungan (Benefit)

Dengan kondisi jalan yang baik, maka biaya transportasi menjadi lebih
murah/efisien yang akhimya akan meningkatkan daya saing produk-produk dalam
negeri.

Perumusan Masalah

Ditengarai bahwa terjadinya kerusakan sebelum waktunya pada proyek-proyek


pembangunan jalan Nasional akibat penggunaan bahan dan peralatan serta
prosedur pelaksanaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Auditing

Kita dapat temukan banyak sekali definisi auditing. Definisi-definisi tersebut dapat
kita temukan pada buku-buku auditing dan literatur praktek audit yang digunakan
sebagai pedoman oleh berbagai assosiasi profesi akuntan dan auditor. Perbedaan
tesebut memperkaya pengetahuan kita tentang dunia audit dan dapat kita
manfaatkan sebagai pilihan dalam menyusun pedoman bagi praktek audit yang
paling sesuai dengan penugasan audit yang kita hadapi.

Pengertian auditing yang digunakan mengacu pada definisi audit internal Sawyer,
Dittenhofer dan Scheiner, yaitu:

Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan
auditor internal terhadap operasi dan control yang berbeda-beda dalam organisasi
untuk menentukan apakah:

a. informasi keuangan dan operasi telah akurat dan diandalkan;

b. risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan (organisasi) telah di identifikasi dan
diminimalisasi;

c. peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bias diterima
telah dipenuhi;

d. kriteria operasi (kegiatan) yang memuaskan telah dipenuhi;

e. sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis;

f. tujuan organisasi telah dicapai secara efekitf semua dilakukan dengan tujuan
untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi
dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

Dalam definisi tersebut terkandung sifat dasar, subyek, objek, tujuan, dan manfaat
dan audit internal.

3
2.1.1 Sifat dasar Audit

Sifat dasar dari audit adalah penilaian yang sistematis dan objektif. Penilaian
dalam audit dilaksanakan melalui pengujian-pengujian yang dilaksanakan secara
sistematis dan objektif. Sistematis berarti adanya suatu proses yang terintegrasi
mulai dari tahapan, prosedur hingga keteknik-teknik pengujian untuk mencapai
tujuan audit. Selain itu, sistematis juga berarti bahwa audit dilaksanakan dengan
urutan dan keteraturan dalam pola pikir, perencanaan, pendokumentasian dan
penarikan kesimpulan.

Selain sistematis, penilaan audit adalah penilaian objektif yang berarti bahwa
penilaian yang dihasilkan adalah berdasarkan kondisi yang sebenarnya dan tidak
terpengaruh oelh pertimbangan subjektif atau kepentingan tertentu. Meskipun
audit intern bekerja untuk kepentingan pihak manajemen, bukti-bukti dan
kesimpulan yang dihasilkan harus tetap objektif, sehingga pihak manajemen
pengguna laporan hasil audit dapat mengetahui, mengambil keputusan atau
melaksanakan tindakan korektif yang tepat. Sifat objektif ini dimulai dari sikap
dasar auditor yang harus idependen harus dipertahankan oleh seorang auditor
sepanjang pelaksanaan tugas audit agar objektifitas hasil audit dapat dijaga.

Penilaian yang objektif dalam audit mensyaratkan adanya kriteria-kriteria yang


ditetapkan dan disepakati terlebih dahulu untuk dibandingkan dengan kondisi
objek audit. Kriteria bisa didapatkan dari peraturan perundang-undangan,
standar akuntasi keuangan, standar akuntasi keuangan, standar akuntasi
pemerintah, pengetahuan ilmiah, maupun standar yang dikembangkan untuk
menjadi acuan pelaksanaan kegiatan.

2.1.2 Auditor sebagai Subjek Audit

Subjek audit adalah auditor yaitu orang atau orang-orang atau institusi yang
mendapat tugas melakukan audit. lnstitusi terdiri dari atas lnstansi dan lembaga
non pemerintah. lnstansi lazimnya adalah unit kerja pemerintah seperti BPKP,
lnspektorat, Bawasda dan Negara seperti BEPEKA, sedangkan lembaga non
pemerintah antara lain ada lain-lain Kantor Akuntan Publik (KAP).

Auditor haruslah kompeten dan idependen. Auditor yang kompeten adalah


auditor yang mempunyai hak atau kewenangan untuk melakukan audit menurut
hukum dan memiliki keterampilan dan keahlian yang cukup untuk melakukan

4
tugas audit. Auditor sebagai institusi mempunyai hak atau kewenangan
melakukan audit berdasarkan dasar hukum pendirian organisasi itu (mandat
audit) atau penugasan. Auditor sebagai individu mempunyai hak dan
kewenangan untuk melakukan audit berdasarkan Surat Tugas Audit. Kompetensi
menurut hukum (dasar kewenangan) lazimnya dicantumkan di dalam Surat
Tugas Audit dan Laporan Hasil Audit.

Kompetensi ditunjukkan pula dengan keharusan bagi setiap auditor memiliki


keterampilan atau kemahiran profesi auditor yang diakui oleh umum untuk
melakukan audit. Karena itu secara profesi tidak semua orang boleh melakukan
audit.

Auditor untuk menjalankan tugas sebagai akuntan publik harus memiliki Sertifikat
akuntan Publik. Auditor juga untuk menjalankan tugas audit di lingkungan
pemerintahan harus memiliki Sertifikat Jabatan Fungsional Auditor.

Auditor harus menerapkan kompetensinya dalam pelaksanaan audit dengan


menerapkan kecermatan profesional (due professional care) yang tinggi untuk
menghasilkan audit yang bermutu.

Auditor yang independen adalah auditor yang tidak memihak atau tidak dapat
diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak manapun. Sehubungan
dengan itu, auditor baik instansi maupun orang-orangnya dipersyaratkan harus
memiliki sikap idependen dalam perilakunya, tidak mempunyai kaitan apapun
dengan pihak auditan, dan tidak pula terkena pengaruh negatif dari pihak luar
seperti organisasi kemasyarakatan, pihak politik dan lan-lain. Apabila auditor
dapat merasakan akan ada pihak-pihak yang mungkin menduga bahwa auditor
tersebut akan memihak atau tidak idependen, maka sebaiknya auditor tersebut
menolak penugasan itu, walaupun auditor tersebut yakin bahwa ia akan
idependen.

Auditor mempunyai kewajiban untuk menerapkan sikap idependen ini dalam


keseluruhan proses auditnya. Karena itu, auditor harus idependen dalam
menyusun program audit, verifikasi (pengujian), dan pelaporan.

ldependensi berkaitan dengan kedudukan organisasional suatu instansi


pengawasan. Dalam pandangan pemerintah, audit internal adalah audit yang
dilakukan oleh BEPEKA dan Akuntan Publik disebut sebagai audit eksternal.

5
Kedudukan organisasional instansi pengawasan perlu dipahami dari adanya
konsep akuntabilitas berjenjang. Struktur pemerintahan Indonesia adalah
berjenjang mulai tingkat desa/ kelurahan sampai tingkat tertinggi yaitu Presiden.
Karena struktur berjenjang ini, maka akuntabilitas beserta pengawasannya juga
harus dilaksanakan secara berjenjang.

2.1.3 Objek Audit

Yang dimaksud dengan objek audit adalah kegiatan, fungsi dan program dalam
organisasi pemerintah. Sebenarnya, objek audit mempunyai pengertian yang
lebih luas yaitu auditan dan informasi kuantitatif.

Pengertian lain objek audit adalah informasi kuantitatif yaitu pelaporan keuangan
dan operasional, seperti laporan keuangan, laporan kinerja instansi pemerintah,
maupun laporan-laporan kegiatan.

Jadi objek audit dapat berupa:

a. kegiatan dan pengendalian dalam organisasi pemerintah. Contoh kegiatan


dan pengendalian adalah: kegiatan pengadaan barang/ jasa, kegiatan dann
pengendalian pada bagian tata usaha, kegiatan dan pengendalian
penerimaan PAD.

b. lnformasi Kuantitatif. Contoh informasi kuntitatif adalah laporan keuangan,


laporan kine~a. dan laporan kegiatan.

2.1.4 Tujuan Audit

Tujuan audit adalah hasil yang hendak dicapai dari suatu audit. Tujuan audit
yaitu untuk menentukan apakah;

a. informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;

b. risiko yang dihadapi organisasi telah diidentifikasi dan diminimalisasi;

c. peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal telah dipenuhi;

d. kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi;

e. sumberdaya telah digunakan secara efisien dan diperoleh secara ekonomis;

f. tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.

6
Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dalarn satu penugasan Clucm. yang dikena!
denflan istilah aydit operasin~l. Dapat ju~a terjadi, satu penugalJ4ln audit, yang
Qik,nal dengan !$tilah audit op~f;!Sinal. Dap~t juga terjaqj, s~tu pemuQif?F1!1 hanya
~rcakup satu atau lebih tujan~ ters~bu. Misalnya, audit mutu ¥CJng hanya
m~ncakup tuj~n. menentukan bahwa krit~a operasi yang meu~kn telah
dipenuhi. Contoh lain, audit pperasional ' yang lingkupflya ditekar'l~n untuk
:.. . . -··. ·······
menentukan bahwa sumberdaya telah digunakan secara efisien dan ekonomis,
tujl)an organisa?i telah dicapai secara efektif, dan peraturan ekst~roal serta
kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah dipenuhi. Perlu diingat
bahwa tujuan audit menentukan jenis audit yang dilaksanakan.

2.1.5 Manfaat Audit

Manfaat audit internal adalah membantu anggota oraganisasi dalam


menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Setelah melaks:arlakan audit,
auditor menyampaikan laporan hail audit yang berisi pendapat atau simpulan
dan rekomendasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang
berkepentingan tersebut bisa manajemen auditan dan atau pihak di luar
manajemen auditan. Rekomendasi dari auditor amat penting karena bertujuan
untuk memperbaiki kondisi yang ada, yang menurut pertimbangan auditor perlu
diperbaiki. Jadi, audit internal akan menghasifkan simpulan dan rekomendasi
yang menjadi dasar bagi anggota organisasi untuk mengambil keputusan dan
tindakan korektif sehingga tanggung jawab mereka dapat dijalankan secara
efektif.

2.2 Risiko

Risiko adalah ketidakpastian yang dihadapi oleh organisasi dalam mencapai


1ujuannya. Risiko juga bisa dipandang sebagc;li potensi te~adiny kondisi-kondisi
atau kejadian-kejadian yang dapat menghambat organisasi untuk mencapai
tujuannya. Berkaitan dengan audit, ada dua jenis risiko, yaitu risiko organisasi dan
risiko audit. Risiko organisasi adalah potensi terjadinya kondisi-kondisi atau
kejadian-kejadian yang dihadapi oleh organisasi dalam mencapai tujuannya,
sedangkan risiko audit adalah risiko yang dihadapi oleh auditor yang menyebabkan
audit tidak mencapai tujuannya.

7
2.2.1 Risiko Organisasi

Setiap organisasi, termasuk pemerintahan, mempunyai tujuan-tujuan. Dalam


usaha tujuan, organisasi menghadapi risiko, yaitu kondisi atau kejadian yang
dapat menghambat organisasi dalam mencapai tujuannya. Karenanya, dalam
usaha mencapai tujuannya, sangat penting bagi organisasi untuk mengevaluasi
dan meningkatkan pengendalian risiko.

Pemahaman tentang manajemen risiko penting bagi auditor intern, karena kita
bertanggung jawab untuk mengkaji ulang penerapan manajemen risiko dan
menentukan bahwa penerapan manajemen risiko telah sesuai dengan tata kelola
yang sehat. Atau dengan kata lain, auditor mempunyai kewajiban untuk
menentukan bahwa risiko yang dihadapi organisasi telah diidentifikasi dan
diminimalisasi. Pemahaman atas manajemen risiko juga penting bagi auditor,
kaarena pada setiap penugasan audit, risiko-risiko organisasi menjadi dasar bagi
auditor dalam menentukan tingkat risiko audit dan materialitas, serta
menentukan, mengembangkan dan memfokuskan tujuan-tujuan audit.

2.2.2 Risiko Audit

Risiko audit adalah kondisi ketidakpastian yang dihadapi oleh auditor yang
menyebabkan audit tidak mencapai sasaran. Model risiko audit yang sertng
digunakan adalah:

Risiko Audit= Risiko Deteksi x Risiko lnheren x Risiko Pengendalian 2

Risiko Audit (RA) adalah ukuran resiko tidak tercapainya tujuan audit yang dapat
diterima oleh suatu audit. Besarnya nilai RA bisa terjadi apabila terdapat
pembatasan bagi auditor dalam mengumpulkan bukti audit, sehingga makin
besar kemungkinan audit tidak mencapai sasaran.

Risiko Deteksi (RD) adalah ukuran risiko bahwa hasil pengumpulan dan evaluasi
bukti-bukti audit akan gagal mendeteksi adanya kesalahan. Makin besar nilai RD
makin besar kemungkinan audit tidak dapat mendeteksi adanya kesalahan.
Karena itu, RD berbanding lurus dengan RA, karena makin besar nilai RD berarti
luas dan jenis pengujian makin terbatas, sehingga jumlah dan ragam bukti audit
makin terbatas. Bukti yang terbatas meningkatkan nilai RA.

Risiko Deteksi Tinggi =Luas dan Jenis Pengujian Terbatas

8
Bukti Audit Terbatas =Risiko Audit Tinggi
Contoh terjadinya risiko deteksi adalah ketika auditor membatasi luas dan sifat
pengujiannya terhadap effektifitas kegiatan pelatihan. Auditor tidak menguji
kualitas peserta pelatihan yang lulus, kemudian dia menyimpulkan bahwa
pelatihan berjalan efektif. Padahal kondisi sebenarnya, kualitas peserta pelatihan
yang lulus adalah buruk (artinya pelatihan tidak efektif), maka dalam kasus ini
telah te~adi risiko deteksi yang disebabkan oleh pembatasan luas dan jenis
pengujian.

Risiko lnheren (RI) adalah ukuran risiko yang terkait dengan operasi organisasi
sebelum mempertimbangkan efektifitas pengendalian. Sebagai contoh, kegiatan
yang mencakup beberapa tahun anggaran (multy-year activity) lebih memiliki
risiko inheren yang lebih tinggi dalam menyatukan tahap kemajuan kegiatan,
disbanding dengan kegiatan yang hanya mencakup satu tahun anggaran.

Risiko Pengendalian (RP) adalah ukuran taksiran auditor bahwa pengnendalian


yang digunakan tidak mampu mendeteksi dan mencegah terjadinya kesalahan.
Makin lemah pengendalian yang diterapkan, makin besar nilai RP. Sebagai
contoh, prosedur otorisasi dimaksudkan untuk mencegah risiko bahwa
pengeluaran kas telah dibebankan pada mata anggaran yang keliru, maka
dalam hal ini auditor perlu menetapkan tingkat resiko pengendalian yang tinggi
terhadap terjadinya pengeluaran yang tidak sesuai dengan anggaran.

2.3 Jenis-jenis Audit

2.3.1 Audit Keuangan

Audit keuangan adalah audit yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada
pihak-pihak yang berkepentingan tentang kesesuaian antara informasi kuantitatif
yang disajikan oleh manajemen dengan prinsip akuntasi yang berlaku bagi
auditan tersebut.

Dalam audit keuangan adanya informasi kuantitatif adalah sangat penting karena
informasi kuantitatif inilah yang akan dinilai kewajaran penyajiannya. lnformasi
kuantitatif merupakan suatu media yang tertulis dengan berbagai nama dan
bentuknya seperti :

9
• Laporan keuangan perusahaan

• Laporan pertanggung jawaban (aspek keuangan)

• Laporan akuntabilitas instansi pemerintah (aspek keuangan)

• Laporan kegiatan (aspek keuangan)

Prinsip akuntasi yang berlaku umum adalah prinsip akuntansi yang telah
disosialisasikan kepada umum dan berlaku bagi auditan yang bersangkutan
sebagai kriteria dalam menyusun laporan keuangannya. Pada umumnya prinsip
akuntasi tersebut merupakan suatu pedoman tertulis, misalnya Standar Akuntasi
Keuangan, Standar Akuntasi Pemerintah, dan sebagainya.

Pada beberapa instansi berlaku prinsip akuntasi sendiri yang dapat diketahui
umum. Dengan demikian kriteria yang digunakan dalam audit keuangan adalah
prinsip akuntasi yang berlaku umum bagi auditan tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas, maka tujuan audit keuangan adalah menentukan


kesesuaian antara pelaporan dengan kriterianya yaitu prinsip-prinsip akuntasi
yang berlaku umum, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa prinsip akuntasi
itu adalah peraturan yang harus ditaati, karena itu audit keuangan juga
merupakan audit ketaatan, sehingga disebut sebagai audit keuangan dan
ketaatan (audit 2 K). Dalam pandangan lain, audit keuangan hanyalah audit
dengan tujuan untuk memberikan pendapat akuntan (auditor independen)
mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan. Audit ini dilakukan oleh
porfesi akuntan.

Audit keuangan yang dilaksanakan oleh auditor intern berbeda tujuan dengan
audit ekstern. Audit keuangan oleh auditor intern bertujuan untuk menentukan
bahwa informasi keuangan telah akurat dan handal, dengan maksud membantu
manajemen dalam menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor intern tidak mengekspresikan
pendapat atas laporan keuangan bagi kepentingan para pemakai laporan
keuangan ekstern organisasi, seperti kreditur, pemegang saham, pemerintah
dan masyarakat.

lO
2.3.2 Audit Ketaatan

Audit ketaatan adalah audit yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada
pihak-pihak yang berkepentingan tentang kesesuaian antara kondisi dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kriteria yang digunakan dalam audit ketaatan adalah peraturan perundang-


undangan yang berlaku bagi auditan. Perundang-undangan yang berlaku bagi
auditan. Perundang-undangan disini diartikan dalam arti luas, termasuk
ketentuan yang dibuat oleh yang lebih tinggi dan dari luar auditan asal berlaku
auditan dengan berbagai bentuk atau medianya, tertulis maupun tidak tertulis.

2.3.3 Audit Operasional

Audit operasional adalah audit yang bertujuan untuk menilai apakah kegiatan
yang dilakukan atau dipertanggung jawabkan oleh au~ telah dilakukan
secara ekonomis, efisien dan efektif. Selanjutnya mengidentifikasi sebab . dan
akibat mengapa kegiatan tidak dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif,
serta memberikan rekomendasi perbaikan kepada pihak yang berkepentingan.
Kriteria yang digunakan dalam audit operasional adalah keekonomisan,
keefisienan, dan keefektifan. Karena itu audit operasional lazim dikenal dengan
sebutan audit 3E.

Kriteria audit ketaatan dan audit keuangan yaitu peraturan perundang-undangan


dan prinsip akuntansi yang berlaku umum jelas bentuknya, karena itu relatif lebih
mudah didapatkan dan dipelajari, sedangkan kriteria yang digunakan dalam audit
operasional yaitu ekonomis, efesien dan efektif, tidak mudah didapatkan oleh
audilof karena sangat tergantung dari kondisi, tempat dan waktu.

Dapat dikemukakan bahwa audit operasional, memiliki ciri atau karakteristik


antara lain sebagai berikut:

• Bersifat konstruktif dan bukan mengkritik

• Tidak mengutamakan mencari-cari kesalahan pihak auidtan

• Memberikan peringatan dini, jangan terlambat

• Objektif dan realitis

• Bertahap

11
• Data mutakhir, kegiatan yang sedang berjalan

• Memahami usaha-usaha manajemen (manajement oriented)

• Memberikan rekomendasi bukan menindaklanjuti rekomendasi

Apabila audit operasional berjalan baik dan rekomendasi audit dilaksanakan oleh
manajemen auditan, diharapkan akan didapat manfaat dari audit operasional
antara lain:

• Biaya-biaya kegiatan akan lebih kecil atau ekonomis

• Hasil ke~a (produktivitas) akan meningkat

• Rencana, kebijakan dan lain-lain yang tidak tepat dapat diperbaiki

• Suasana ke~a menjadi lebih sehat

Banyak penulis memperkenalkan jenis audit yang lain, dan ada pula yang
memberi nama berbeda mengenai jenis audit yang sama. Sebagai contoh, audit
kine~a dan audit komprehensif.

2.3.4 Audit lnvestigatif

Audit lnvestigatif adalah audit yang dilakukan berkaitan dengan adanya indikasi
tindak pidana korupsi dan atau penyalahgunaan wewenang dan atau
ketidaklancaran pembangunan.

Dalam kejadian banyak jenis-jenis audit yang dikemukakan di atas dapat saling
berkaitan. Pada mulanya auidt keuangan atau auidt ketaatan menunjukan gejala-
gejala adanya transaksi atau kegiatan yang tidak ekonomis atau tidak efisien dan
efektif. Berdasarkan informasi tersebut dilakukan audit operasional untuk
mengidentifikasi kegiatan mana atau transaksi mana yang mengandung
ketidakekonomisan, ketidakefisienan dan atau ketidakefektifan. Jika ditemukan
dan ternyata diduga ada penyimpangan yang merugikan negara perlu diadakan
audit investigatif. Hal tersebut untuk membuktikan apakah memang merugikan
negara, melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
menentukan siapakah yang diuntungkan serta siapakah yang bertanggung
jawab.

12
2.4 Bukti Audit

Bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk
mendukung argumentasi, pendapat, atau simpulan dan rekomendasinya dalam
meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. Tidak semua
informasi bermanfaat bagi audit, karena itu harus dipilih, yaitu bukti audit yang
handal sehingga meyakinkan pihak lain. Kehandalan bukti audit tergantung dari
terpenuhinya syarat-syarat bukti audit.

Ada penulis yang menyatakan bahwa syarat-syarat bukti audit adalah 3 (tiga) yaitu:

• Relevan

• Kompeten (KO)

• Cukup (CU)

Tetapi ada pula yang menyatakan 4 (empat) karena ditambah dengan:

Material (MA)

Tidak salah kalau digunakan bahwa syarat-syarat bukti audit yang handal ada
empat syarat, yaitu: REKOCUMA, masing-masing sebagai berikut:

2.4.1 Relevan

Bukti yang relevan maksudnya adalah bukti yang secara logis mempunyai
hubungan dengan permasalahannya. Bukti yang tidak ada kaitannya dengan
permasalahan (kondisi) tentu tidak ada gunanya karena tidak dapat dipakai guna
mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasi dari auditor.
Relevannya bukti dapat diilihat dari satu persatu informasi. Tiap informasi sekecil
apapun harus relevan dengan permasalahannya.

2.4.2 Kompoten

Kompoten tidaknya suatu bukti dipengaruhi oleh sumber bukti, cara


mendapatkan bukti dan kelengkapan persyaratan juridis bukti tersebut.

Dilihat dari sumbemya bukti tentang kepegawaian yang didapat dari Bagian
Kepegawaian lebih kompeten dibanding dengan bukti yang didapat dari pihak
lain, bukti yang jelas sumbemya lebih kompeten dari bukti yang didapat dari
sumber yang tidak jelas. Bukti buatan pihak luar (bukti ekstern) pada umumnya
lebih kompeten dari bukti buatan auditan (bukti intern).

13
Dilihat dari cara auditor mendapatkan bukti, bukti yang didapat auditor dari pihak
luar auditan lebih kompeten daripada bukti yang didapat dari auditan, bukti yang
didapat melalui pengamatan langsung oleh auditor sendiri lebih kompeten dari
bukti yang didapat oleh atau melalui pihak lain.

Dilihat dari persyaratan yuridis, bukti yang ditandatangani, distempel, ada


tanggal, ada tanda persetujuan, dan lain-lain lebih kompeten dari bukti yang tidak
memehuhi syarat hukum. Bukti asli lebih meyakinkan dari pada fotokopian. Bukti
yang dilegalisir oleh auditan lebih kompeten daripada fotokopiannya.

Ada suatu pandangan bahwa Sistem Pengendalian Manajemen (SPM)


menentukan pula kehandalan bukti. Bukti yang didapat dari suatu organisasi
yang memiliki SPM yang baik lebih dapat diandalkan daripada bukti-bukti yang
didapat dari organisasi yang SPM-nya kurang baik. Kompeten atau tidaknya
bukti dilihat dari satu persatu bukti. Ada bukti yang kompetensinya tinggi dan ada
bukti yang kompetensinya rendah.

~.43 Cukup

Bukti yang cukup berkaitan dengan jumlah kuantitas dan atau nilai keseluruhan
bukti. Bukti yang cukup betarti dapat mewakili/ menggambdrkan keseluruhan
keadaan/ kondisi yang dipermasalahkan.

2.4.4 Material

Bukti yang material adalah bukti yang mempunyai nilai yang cukup berarti dan
penting bagi pencapaian tujuan organisasi.

Materialistis atau keberartian tersebut dapat dilihat antara lain dari:

• Besamya nilai uang atau yang bernilai uang besar

• Pengaruhnya terhadap kegiatan (walaupun nilainya tidak seberapa)

• Hal yang menyangkut tujuan audit

• Penting menurut peraturan perundang-undangan (selisih kas tidak boleh


te~adi, karena itu seandainya terdapat selisih kas, berapapun besamya
harus dicari sebab-sebabnya).

• Keinginan pemanfaatan laporan.

• Kegiatan yang pada saat audit dilakukan sedang jadi perhatian umum.

14
Syarat-syarat bukti audit relevan, kompeten, cukup dan material (rekocuma)
tidak berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Bukti
audit agar dapat mendukung pendapat auditor harus mengandung unsur
relevan, kompeten, cukup dan material. Bukti yang relevan, cukup dan material
tidak ada gunanya bila tidak kompeten. Bukti yang kompeten tidak ada gunanya
bila tidak relevan. Bukti yang relevan dan kompeten tidak ada gunanya bila tidak
cukup mewakili.

2.5 Hubungan bukti audit dengan materialitas dan risiko

Audit pada dasarnya adalah pengujian yang sistematis dan objektif. Karena itu,
audit mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti. Agar bukti-bukti tersebut
mendukung objektifitas audit, maka pengumpulan dan pengevaluasiannya harus
memperhitungkan materialitas dan risiko permasc:Uahannya yang diujinya.

Bukti harus mempertimbangkan materialitas. Sebelum bukti dikumpulkan dan


dievaluasi, terlebih dahulu harus ditetapkan material maka bukti-bukti tidak perlu
dikumpulkan. Jika tidak material, maka bukti-bukti tidak perlu dikumpulkan.

Setelah mempertimbangkan materialitas, maka auditor harus mempertimbangkan


risiko deteksi untuk menetapkan jumlah dan jenis bukti. Semakin banyak jumlah dan
makin beragam jenis bukti, maka risiko deteksi akan semakin kecil.

Jadi dikumpulkannya bukti atau dilaksanakannya pengujian hanya jika masalah


ditetapkan bersifat material. Kemudian, kecu~pan bukti dari segi jumlah dal'l jenis
dipertimbangkan menggunakan tingkat risiko deteksi.

2.6 Jenis.ojenis Bulttl Audit


Bukti audit dapat dibedakan dalam beberapa jenis atau golongan sebagai berikut:

• Bukti fisik

• Bukti Dokumen

• Bukti Analisis

• Bukti Keterangan

2.6.1 Fisik

Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh melalui pengamatan langsung dengan
mata kepala auditor sendiri menyangkut harta berwujud. Pengamatan langsung

15
oleh auditor dilakukan dengan cara inventarisasi fisik (dikenal pula dengan
opname) dan inspeksi ke lapangan (on the spot).

Hasil pengamatan fisik oleh auditor tersebut dikukuhkan ke dalam suatu media
pengganti fisik yaitu Berita Acara Pemeriksaan Fisik, Hasil lnspeksi Lapangan,
Foto, Surat Pernyataan, Denah Lokasi atau Peta Lokasi, dan lain-lain.
Pengamatan fisik dapat dilakukan untuk meyakinkan mengenai keberadaannya
(kuantitatif) dan mutu (kualitatif) dari aktiva berwujud. Namun kehandalannya
sangat tergantung dari kemampuan auditor yang bersangkutan dalam
memahami harta berwujud yang diaudit. Misalnya, seorang auditor yang
ditugaskan menguji fisik berbagai jenis obat tentu saja tidak efektif apabila
auditor tersebut scima sekali tidak memahami obat-obatan. Di dalam keadaan
tertentu hasil pengamatan fisik saja belum sepenuhnya dapat dipakai untuk
mengambil pendapat audit, karena itu perlu didukung dengan bukti yang lain.

2.6.2 Dokumen

Bukti audit yang paling banyak ditemui oleh auditor adalah bukti dokumen. Bukti
dokumen pada umumnya terbuat dari kertas yang mengandung huruf, angka dan
informasi, serta simbol-slmbol dan lain-lain. Bukti dokumen pada umumnya
berbentuk lembaran-lembaran kertas, baik berdiri sendiri maupun yang
dl~abungk.

Dalam menilai atau mengevaluasi bukti dokumen, auditor sebaliknya


memperhatikan pengendalian intern sumber dokumen tersebut dan terpenuhinya
persyaratan juridis.

Kelemahan sistem pengendalian manajemen memungkihkan dokumen


mengandung kesalahan atau kelalaian yang tidak disengaja, tetapi tidak tertutup
pula kemungkinkan te~adiny dokumen palsu yang dibuat oleh karyawan yang
tidak jujur. Makin mudah dokumen dibuat, tanpa prosedur pengendalian
manajemen yang baik, makin besar kemungkinan dokumet1 itu mengandung
kesalahan atau kecurangan. Jika sistem pengendalian manajemen lemah,
auditor tidak sepenuhnya mempercayainya bukti dokumen tetapi harus
menambah pengujian dengan dokumen lain.

Dilihat dari sumbemya, bukti dokumen dapat berupa:

16
• Bukti intern yang aslinya telah diserahkan ke pihak ketiga antara lain bukti
kas masuk.

• Bukti ekstern yang aslinya ada di auditan antara lain bukti kas keluar, faktur.

• Bukti yang didapat auditor langsung dari pihak ketiga antara lain rekening
koran bank.

• Bukti audit yang masih disimpan auditan antara lain anggaran, prosedur,
tembusan dokumen.

Bukti dokumen akan lebih handal antara lain bila :

• Bukti yang dibuat oleh pihak luar yang bebas.

• Bukti yang diterima auditor langsung dari pihak ketiga, tidak melalui auditan

• Dokumen intern yang telah berada di pihak ketiga (ekstern)

Dalam bukti dokumen termasuk bukti catatan. Bukti catatan adalah bukti yang
berbentuk buku-buku atau catatan yang sengaja dibuat untuk kepentingan
auditan. Bukti dokumen digunakan sebagai sumber pencatatan (buku-buku),
atau sebaliknya dari catatan (buku-buku) dapat digunakan sebagai dasar
pembuatan dokumen. Dari catatan selanjutnya dapat dibuat pertanggung
jawaban atau akuntabilitas atau laporan berbagai bentuknya. Karena itu catatan
juga merupakan bukti yang penting sebagai pembanding atau penguji kewajaran
bukti lainnya dan pertanggung jawaban.

2.6.3 Analisis

Yang termasuk bukti analisis adalah bukti analisis dan bukti perhitungan. Bukti
analisis adalah bukti audit yang diperoleh auditor dengan melakukan analisis
atas data-data auditan dan yang berkaitan dengan auditan. Dalam hal ini auditor
dapat menggunakan rumus-rumus atau lazimnya dikenal dengan nama rasio-
rasio yang telah dikenal di dalam masyarakat. Auditor menguji kesesuaian rasio
tersebut dengan kondisi yang ada di auditan. Dengan demikian analisis termasuk
salah satu teknik audit.

Bukti perhitungan adalah bukti yang didapat atau dihasilkan dari perhitungan
yang dilakukan oleh auditor sendiri. Auditor membuat hitung-hitungan mengenai
suatu hal berdasarkan pengetahuannya atau kriteria yang berlaku. Perhitungan

17
yang dilakukan oleh auditor digunakan antara lain untuk menguji perhitungan
yang telah dibuat oleh auditan. Bukti perhitungan dicantumkan pula dalam media
tertulis (dokumen).

2.6.4 Keterangan

Yang termasuk bukti keterangan adalah bukti kesaksian, bukti lisan dan bukti
spesialis (ahli). Bukti kesaksian adalah bukti peyakin yang didapat dari pihak lain
karena diminta oleh auditor. Peyakih maksudnya adalah untuk mendukung bukti-
bukti lain yang telah didapatkan oleh ciuditor, biasanya bukti fisik, bukti dokumen
atau bukti lisar1, baru kemudian dilen~kap dengan bukti kesaksian.

Bukti lisan adalah bukti yang didapat oleh auditor dari orang lain melalui
pembicaraan secara lisan. Orang lain tersebut mungkin berasal dari luar auditan
maupun dari pihak auditan sendiri. lmormasi lisan ini perlu dicatat oleh auditor
dengan seksama termasuk nara sumbernya.

Banyak informasi lisan yang didapat oleh auditor tetapi pihak yang memberikan
informasi tidak bersedia memberikan pernyataan tertulis yang
ditandatanganinya.

Bukti spesialis adalah bukti yang didapat dari tenaga ahli, baik seorang pribadi
maupun instar1si atau institusi yang mernlliki keahlian yang kompeteh dalam
bidangnya. Tenaga spesialis yang dapat digunakan adalah semua profesi seperti
ahli pertambangan, ahli jembatan, dokter, ahli hukum, ahli perbankan, dan lain-
lain. Untuk memenuhi syarat kompetensi bukti audit, maka kompetensi tenaga
spesialis tersebut harus te~amin, betul-betul ahli yang diakui oleh umum.
Sebagai contoh suatu tim audit yang terdiri dari seorang akuntan dan beberapa
orang sa~n hukum ditugaskan mengaudit suatu pekerjaan konstruksi
(bangunan). Tentu saja tim audit ini tidak sepenuhnya dapat menilai tingkat
kewajaran pembangunan tersebut, karena bukan bidang keahlian mereka. Untuk
mengatasi kelemahan tersebut, auditor dapat (boleh) menggunakan tenaga ahli
(spesialis) yang kompeten yaitu ahli teknik sipil atau dari instansi Pekerjaan
Umum atau lnstitusi Konsultan Teknik.

18
2. 7 Pengumpulan Bukti Audit

1) Telaah Dokumen

Memeriksa dan mempelajari dokumen atau berkas/gambar perencanaan dan


pelaksanaan di lapangan, (bila ada);

2) Wawancara

Dalam survey termasuk wawancara di setiap bagian yang merupakan fungsi


penting. Wawancara harus dirancang Mencari informasi mengenai proses
pelaksanaan pembangunan, atau mengenai terjadinya kerusakan pada
objek/jembatan yang diperiksa, (survey instansional);

3) Observasi

Melakukan survey dan pendataan lapangan sebagai bahan dasar dalam


mempelajari terjadinya suatu kerusakan, (pemeriksaan detail);

4) Pengujian

Melakukan pengujian lapangan sesuai dengan hasil observasi sebagai bahan


evaluasi dalam menentukan penyebab terjadinya kerusakan atau menentukan
altematif penanganan kerusakan.

Untuk memperoleh data-data tersebut serta mempermudah dalam


pemeriksaan, maka langkah awal yang menjadi dasar untuk melanjutkan
pekerjaan selanjutnya dilakukan kajian pustaka dengan bebetapa tahap yaitu:

2.7.1 Survey lnstansionat

Survey instansional dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi sekunder


yang diperlukan perihal obyek audit. Data ini diperoleh dari instansi terkait,
maupun dari pihak lainnya, yang meliputi berbagai dokumen proyek seperti :

a. Dokumen Kontrak, spek. Teknik, gambar rencana, BOQ dsb.

b. Back up data quality.

c. As built drawing

d. Gambar sket penanganan

e. Dokumen perubahan disain

f. Dokumen PHO dan FHO dsb.

19
2. 7.2 Survey Lapangan dan Pengujian Laboratorium

1. Perkerasan Beraspal

Untuk perkerasan beraspal Tebal lapisan di lapangan ditentukan dengan


pengambilan contoh inti (core drill), hasil pengambilan contoh inti selain untuk
keperluan pengujian ketebalan juga untuk pengujian kepadatan lapisan
beraspal dan pengujian rongga dalam campuran. Toleransi ketebalan
mengacu pada Spesifikasi Teknik 8uku Ill, sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel-2.1.

Tabel-2.1 : Tebal Nominal rancangan Campuran Aspal dan Toleransi


Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal Toleransi
Latasir Kelas A SS-A 1,5 ± 2,0
Latasir Kelas 8 SS-8 2,0
Lataston lapis Aus HRS-WC 3,0 ± 3,0
lapis HRS-8ase 3,5
laston lapis Aus AC-WC 4,0 ± 3,0
lapis AC-8C 5,0 ± 4,0
lapis AC-8ase 6,0 ± 5,0

Selain pengambilan contoh inti juga dilakukan pengambilan contoh blok/test


pit, untuk keperluan ekstraksi, guna pengujian kadar aspal dan gradasi, juga
bila diperlukan dapat dilakuan pengujian material properties dari agregat.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal, kontraktor diharuskan


membuat Job Mix Formula (JMF), dimana JMF ini sebagai acuan kerja dalam
pembuatan campuran di AMP. JMF ini harus mengacu pada spesifikasi
teknik yang sudah disepakati, yang tertuang dalam kesepakatan kontrak,
antara pelaksana dan auner.

Spesifikasi agregat gabungan campuran beraspal, sebagaimana terlihat pada


Tabel-2.2.

20
Tabel-4.2: Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Beraspal.
Ukuran % Berat Yang Lolos

Ayakan Latasir (SS) Lataston (HRS) LASTON (AC)

ASTM (mm) Kelas A Kelas B we Base we Be Base

I Y," 37,5 100

I" 25 100 90 - 100

:X" 19 100 100 100 100 100 90- 100 Maks.90

Y.z" 12,5 90- 100 90- 100 90- 100 Maks.90

3/8" 9,5 90- 100 75-85 65- 100 Maks.90

No.8 2,36 75- 100 50-72 35-55 28-58 23-49 19 -45

No.16 1, 18

No.30 0,600 35-60 15-35

No.200 O,D75 10- 15 8- 13 6- 12 2-9 4- 10 4-8 3 -7

DAERAHLARANGAN
No.4 4,75 39,5

No.8 2,36 39.1 34,6 26,8 - 30,8

No.l6 1, 18 25,6-31,6 22,3- 28,3 18,1-24,1

No.30 0,600 19,1 - 23.1 16,7-20.7 13,6- 17,6

No.50 0,300 15.5 13,7 11.4

Catatan:

1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80% agregat /olos ayakan
No.8 {2,36 mm) harus juga /olos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat contoh
batas-batas "bah an bergradasi senjang" yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm)
dan tertahan ayakan No.30 {0,600 mm), sebagai berikut :
%1olosNo.8
% lolos No.30

2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-
batas rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut.
Batas-batas gradasi ditentukan pada ayakan ukuran nominal maksimum,
ayakan menengah {2,36 mm) dan ayakan terkecil (0,075 mm).

21
Sifat-sifat campuran mengacu pada ketentuan spesifikasi, sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel-2.3, 2.4, 2.5.

Tabel -2.3 : Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston untuk Lalu Lintas < 1
juta ESA/tahun

Lataston
Sifat-sifat Campuran
we BC

Penyerapan As pal (%) Max 1,7


Jumlah tumbukan per bidang 75
Rongga dalam campuran (%) t4l Min 3,0

Max 6,0

Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 18 17


Rongga terisi aspal (%) Min 68
Stabilitas Marshall (%) Min 800
Pelelehan (mm) Min 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250
Stabilitas Marshall Sisa (%)
setelah perendclman selama Min 75
24 jam, 60 oc (Sl
Rongga dalam campuran (%) padcl
(2)
Min 2
Kepadatclh membal (refusal)

22
Tabel-4.4: Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston

Laston
Sifat-sifat Campuran
we BC Base

Penyerapan Aspal (%) Max 1,2

Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1)

Rongga dalam campuran (%) Min 3,5


(4)

Max 5,5

Rongga dalam Agregat Min 15 14 13


(VMA) (%)

Rongga terisi aspal (%) Min 65 63 60

Stabilitas Marshall (%) Min 800 1500(1)

Max - -
Pelelehan (mm) Min 3 5(1)

Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 300

Stabilitas Marshall Sisa (%)


setelah perendaman Min 75
selama 24 jam, 60 oc !S>

Rongga dalam campuran (%)


pada !2> Kepadatan Min 2,5
membal (refusal)

23
Tabel-2.5 : Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston Dimodifikasi (AC Modified)

I ~:tn
Sifat-sifat Campuran
we BC Base
Penyerapan Aspal (%) Max I ,7

Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (I)

Rongga dalam campuran (%) <4> Min 3,5

Max 5,5

Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min 15 14 13

Rongga terisi aspal (%) Min 65 63 60

Stabilitas Marshall(%) Min 1000 1800(1)

Max - -
Pe1elehan (mm) Min 3 5(1)

Max - -
Marshall Quotient (kg/mm) Min 300 350

Stabi1itas Marshall Sisa (%) setelah Min 75

Rongga dalam campuran (%) pada Min 2,5

Stabilitas Dinamis, Lintasan I mm Min 2500


Cat~n:

1. Modifikasi Marshall (lihat lampiran 6.3 B, Buku Ill)

2. Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), penumbuk bergetar


(vibratory hammer) disarankan digunakan untuk menghindari pecahnya
butiran agregat dalam campuran. Jika digunakan penumbukan manual
jumlah tumbukan per bidang harus 600 untuk cetakan berdiameter 6 in dan
400 untuk cetakan berdiameter 4 in

3. Berat jenis efektif agregat akan dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis
maksimum Agregat (Gmm, AASHTO T-209)

4. Direksi Pek~an dapat menyetujui prosedur pengujian AASHTO T283


sebagai alternatif pengujian kepekaan kadar air. Pengkondisian beku cair
(freeze thaw conditioning) tidak diperlukan. Standar minimum untuk
diterimanya prosedur T283 haruss 80% Kuat Tarik Sisa

24
Adapun toleransi eampuran sebagaimana diperlihatkan pada Tabel-2.6.

Tabel 2-6 : Toleransi Komposisi Campuran


Agregat Gabungan Lolos Ayakan Toleransi Komposisi Campuran

Sarna atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5 % berat total agregat


2,36 mm sampai No.50 ± 3% berat total agregat
No.1 00 dan tertahan No.200 ± 2 % berat total agregat
No.200 ± 1 % berat total agregat

Kadaraspal Toleransi

Kadar aspal ± 0,3% berat total campuran

Temperatur Campuran Toleransi

Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ± 10°C


ke tempat penghamparan.

2. Perkerasan Berbutir.

Untuk perkerasan berbuangtir, maka ketebalan lapisan dapat diketahui


dengan melakukan uji lubang (Test Pit). Toleransi dimensi untuk perkerasan
berbutir, mengaeu pada spesifikasi Buku Ill, sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel-2.7.

Tabel-2.7.: Toleransi Dimensi Untuk Perkerasan Berbutir.

Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Tinggi

Lapis Pondasi Agregat Kelas B digunakan sebagai +Oem


Lapis Pondasi Bawah (hanya permukaan atas dari
- 2 em
Lapisan Pondasi Bawah).

Permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk + 1 em


Lapis Resap Pengikat atau Pelaburan (Perkerasan
- 1 em
atau Bahu Jalan)

Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal dengan Lapis Memenuhi


Pondasi Agregat Kelas B (hanya pada lapis
Pasal 4.2.1.(3)
permukaan).

25
Untuk perkerasan berbutir, maka pengujian kepadatan lapisan dilakukan
dengan uji conus pasir (sand cone) di lapangan. Derajat kepadatan lapangan
paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified)
seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.

Untuk perkerasan berbutir, selain dilakukan pengujian lapangan, juga


dilakukan pengujian laboratorium untuk gradasi dan juga material
propertiesnya, bila diperlukan. Persyaratan gradasi perkerasan berbutir
sebagaimana diperlihatkan pada Tabel-2.7.

Tabel -2.7 : Gradasi Lapis Pondasi Agregat


Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos

ASTM (mm) Kelas A Kelas B

2" 50 100
I 'h" 37,5 IOO 88-95
I" 25,0 79-85 70-85
3/8" 9,50 44-58 30-65
No.4 4,75 29-44 25-55
No.IO 2,0 I7- 30 I5 -40
No.40 0,425 7- I7 8-20
No.200 0,075 2-8 2-8

Adapun sifat-sifat lapis pondasi agregat harus memenuhi persyaratan


spesifikasi, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel-2.8.

Tabel-2.8: Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat


Sifat - sifat Kelas A Kelas B

Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-2417-1990) 0-40% 0-40%

lndek Plastisitas (SNI-03-1966-1990) 0-6 0-10

Hasil kali lndek Plastisitas dng.% Lolos maks. 25 -


Ayakan No.200

Batas Cair (SNI 03-1967-1990) 0-25 0-35

Bagian Yang Lunak (SK SNI M-01-1994-03) 0-5% 0-5%

CBR (SNI 03-1744-1989) min.90% min.35%

26
BABIII
METODOLOGI

3.1 Hipotesis

Banyaknya kerusakan dini yang terjadi pada perkerasan jalan, pada jalan nasional
selama ini terjadi akibat adanya penyimpangan spesifikasi pada pelaksanaan
proyek-proyek pembngunan jalan tersebut.

3.2 Metodologi

Secara garis besar rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Pre-Audit

Pemilihan dan penetapan audit, melakukan survey instansional dan


koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Kesepakatan dengan pihak Audit, yaitu untuk menentukan objek


jembatan, lingkup kegiatan, jadwal dan kriteria audit (Kine~a masa lalu,
NSPM/standard teknis, hasil-hasil penelitian).

Pengumpulan informasi umum, yaitu mengenai proses pelaksanaan,


laporan audit terdahulu bila ada dan dokumen lain yang relevan.

Persiapan rencana audit, yaitu koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan


menyusun jadwal waktu pelaksanaan.

2) On-site Audit

Pengumpulan bukti audit, yaitu telaah dokumen (laporan, prosedur,


manual), observasi (kinerja proses pelaksanaan, survey lapangan).

Analisls dan evaluasi bukti dan temuan (merupakan hasil penilaian


terhadap perbandingan bukti audit dengan kriteria audit)

3) Post-Audit

Penyusunan laporan dan dokumentasi.

27
3. 3 Lokasi

Lokasi kegiatan audit untuk Lintas Jalintim - Sumatera yaitu, Sumatera Utara,
Jambi, dan Sumatera Selatan. Sedangkan untuk Pantura yaitu, Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Untuk Kalimantan yaitu Kalimantan Timur dan
Kalimantan Tengah. Untuk Sulawesi yaitu Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Selanjutnya NTB dan Papua.

3.4 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data untuk kegiatan Audit Teknologi bidang bahan dan perkerasan
jalan dilakukan dengan melakukan dengan pengambilan data secara langsung
baik di lapangan maupun di laboratorium.

3.5 Teknik Analisis

Hasil-hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya dilakukan penyusunan laporan


melalui diskusi teknik tim serta melibatkan para narasumber.

Hasil pemeriksaan lapangan desesuaikan dengan data-data teknis perencanaan


maupun pelaksanaan, sehingga diperoleh suatu kesesuaian antara data aktual
lapangan dengan data dokumen atau spesifikasi teknis yang telah ditentukan
dalam dokumen.

28
BABIV

HASIL PENGUJIAN

4.1 Propinsi Nusa Tenggara Barat

4.1.1 Tinjauan Umum.


Lokasi kegiatan ruas jalan di Nusa Tenggara Barat untuk tahun anggaran 2007
adalah meliputi :
• Paket Pekerjaan Pelangan- Sp. Pengantap- MT. Azan- Kuta
• Paket Pekerjaan TGH. Faisal Kota Mataram
• Paket Pekerjaan Akses Bandara- Lombok Baru.
Kondisi jalan secara keseluruhan relatif baik, pelaksanaan pemeriksaan kualitas
yang dilaksanakan meliputi; JMF (Job Mix Formula) dan pemeriksaan lapangan
yang meliputi pemeriksaan visual, pengambilan sample dan pengujian
laboratorium dengan acuan standar adalah Spesifikasi Umum dan Standar
lainnya yang terkait.
Pengambilan contoh inti (core drill) dilaksanakan pada 36 titk, sedangkan contoh
bahan I tes pit dilaksanakan pada 3 titik dengan pengujian dilaboratorium melputi
kadar aspal, gradasi, kepadatan dan untuk contoh bahan agregat Kelas A dan B,
dilakukan pengujian PI dan gradasi.

4.1.2 Ketebalan Lapisan Beraspal.


Ketebalan lapisan perkerasan maupun lapisan pondasi agregat pada setiap paket
memenuhi ketebalan yang direncanakan.
Ketebalan rencana untuk HRS-WC = 3 em, HRS-Base = 3,5 em dan agregat
Kelas A= 14 em. Toleransi ketebalan untuk perkerasan jenis HRS adalah 0,3 em,
Tebalan Rencana untuk AC-WC adalah 4 em, dengan toleransi 0,3 em.
Hasil pengujian kepadatan perkerasan maupun lapis pondasi agregat pada setiap
paket pekerjaan memenuhi persyaratan sfesifikasi kepadatan untuk HRS
minimum 97%, dan kepadatan Kelas A untuk agregat minimum 100%.
4.1.3 Kadar Aspal.
Hasil pengujian ekstraksi dari contoh blok yang diambil dari lapangan diperoleh
hasil sebagai berikut :
• Untuk Paket Akses Bandara - lombok Baru STA 0 + 041 kadar aspal HRS-
AC = 7,30% (kadar aspal JMF = 7,3 %) dan HRS-Base = 6,42% (kadar aspal
JMF =6,30), kadar aspal memenuhi persyaratan.

29
• Untuk Paket Pelangan-Sp. Pengantap- MT. Azan-Kuta STA 0 + 206 kadar
aspal AC-WC =5,96 %, (kadar aspal JMF =5,90 %); kadar aspal memenuhi
persyaratan
• Untuk Paket Tgh Faizal - Kota Mataram STA 0+615 kadar aspal AC-WC =
5,92 %, (kadar aspal JMF =6,00 %); kadar aspal memenuhi persyaratan.

4.1.4 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.


Dari hasil analisa saringan agregat hasil ekstraksi dari contoh blok, diperoleh
gradasi agregat gabungan campuran beraspal sebagai berikut :

• Untuk Paket Akses Bandara-Lombok Baru STA 0+041 untuk LPA


sebagaimana diperlihatkan pada Tabel-4.1, sedangkan untuk HRS-BASE
sebagaimana diperlihatkan pada Tabel: 4.2
Tabel: 4.1 Gradasi Agregat Gabungan (HRS-WC), STA 0+041

Hasil Lab JMF Spesifikasi


Ukuran Saringan
(%) (%) (%)
o/." 100 100 100
--
Y2" 89,20 91,20 90 - 100
!-·----··-· --
3/a" 74,10 83,60 75 - 85
··-··· ·- - - - - - - -
No.8 59,90 50 - 72
----·--
45,40 --
No. 30 46,90 35 - 60
28,40
----··-·-----·-·-··--- r--· -------··--·---
No. 200 6,20 6 - 12
5,40

Tabel: 4.2: Gradasi Agregat Gabungan (HRS-BASE), STA 0+041

Hasll Lab JMF Speslfikasi


Ukuran Saringan
(%) (%) (%)
o/." 100 100 100
· - - - - - - - - - - · - - 1 - - - - - - - - - · ,.-- -- - - - - - - - - - -
%" 90,10 90,00 90 - 100
-------·------- -------------+-----··-· ------··
3/ 8 " 79,10 79,10 65 - 100
----------·-·······--------------------- --·----------- -----------·····- ----------·····--------

No. 8 52,60 44,80 35 - 55


------·--·-------- --------·---------· --------·---i
No. 30 38,30 35,30 15 - 35
---------·····-·······----·········--- ·-----·-·····--------- ---------------·· ----······-------------
No. 200 3,50 4,70 2 - 9

30
• Untuk Paket Pelangan - Sp. Pengantap - MT. Azan - Kuta STA 0 + 206
sebagaimana diperlihatkan pada Tabel: 4.3

Tabel: 4.3 Gradasi Agregat Gabungan (AC-WC), STA 0+206

Hasil Lab JMF Spesifikasi


Ukuran Saringan
(%) (%) (%)
1" 100
·--
o/4" 100 100 100
r---··
%" 88,30 90,70 90 - 100
3/a" 75,67 81,60 Mak. 90
--
No.4 - 61,90 -
No.8 42,85 44,30 28 - 58
----·------ - - ·---------------
No. 16 34,53 33,50 -
·--------------------------------------·----- ----------------------------- --------------------------- -- -------------------------------------
No.30 25,20 25,50 -
----------·--------------------- --------------------------- ---------------------- ------------------------
No. 50 - 17,40 -
---- - --------
No. 100 - - -
No.200 4,75 5,80 4 - 10

• Untuk Paket Tgh Faisai-Kota Mataram AC-WC, STA 0+615 sebagaimana


diperlihatkan pada Tabel: 4.4
Tabel 4.4 Gradasi Agregat Gabungan (AC-WC), STA 0+615
Hasil Lab Spesifikasi JMF
Ukuran Saringan
(%) (%) (%)
1"
o/4" 100 100 100
%" 88,80 90 - 100 90,70
- 3 ,~;- ------ ---- -78~42 _________ · · -M~k.9() ··· · - ·-81~so _____ -
- - - - - - --------'------!
No.4 61,90
-·~! -·--------
No. 8 52,06 28 - 58
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ' - - - · - - 1 1 · - - - - - - - - - · - - ---------------
44,30
No. 16 41,24
- ·-- .. ---------------- -----·-- -------- --- ----------- ------------------------------------ -
33,50
No. 30
---------------r----------+---------------·- ·------------
24,70 25,50
No. 50
-----------r-----·-----t---·------------- - - - - - - - - -
No. 100 -
------------------------------ r - - - - - - - - - r-----------·--··-·-··--·-·- --------------
- -
No. 200 4,07 4 - 10 5,80

31
4.1.5 Kepadatan Lapisan Beraspal.

Persyaratan derajat kepadatan lapangan sesuai spesifikasi untuk HRS = 97 %


dan untuk AC-WC =98 %.
Hasil pengujian kepadatan diperoleh hasil sebagai berikut :
• Untuk Paket Akses Bandara-Lombok Baru STA 0+041 untuk HRS-WC
kepadatan lapisan = 2,321 ton/m 3 (kepadatan JMF = 2,365); derajat
kepadatan = 98 % dan untuk HRS-Base = 2,309 ton/m 3 (kepadatan JMF =
2,359), derajat kepadatan 98 %; keduanya memenuhi persyaratan derajat
kepadatan lapangan.
• Untuk Paket Pelangan-Sp. Pengantap- MT. Azan- Kuta STA 0 + 206 untuk
AC-WC kepadatan lapisan = 2,290 ton/m 3 (kepadatan JMF = 2,388); derajat
kepadatan lapangan 96 %; tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan
lapangan.
• Untuk Paket TGH Faisai-Kota Mataram AC-WC, STA 0+615 untuk AC-WC
kepadatan lapisan = 2,307 tonlm 3 (kepadatan JMF = 2,400), derajat
kepadatan lapangan 96 %; tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan
lapangan.

4.1.6 Rongga Dalam Campuran (VIM).


Persyaratan VIM Marshall untuk HRS-WC dan HRS-Base 3 % s VIM s 6 %,
sedangkan untuk AC-WC 3,5 % s VIM s 5,5 %. Dari hasil pengujian diperoleh
nilai VIM Marshall sebagai berikut :
• Untuk Paket Akses Bandara-Lombok Baru STA 0+041 untuk HRS-WC, VIM
Marshal= 7,0% dan untuk HRS-Base = 8,0 %; tidak memenuhi persyaratan
VIM.
• Untuk Paket Pelangan-Sp. Pengantap - MT. Azan - Kuta STA 0 + 206 untuk
AC-WC, VIM Marshal= 7,55 %; tidak memenuhi persyaratan VIM.
• Untuk Paket Tgh Faisai-Kota Mataram AC-WC, STA 0+615 untuk AC-WC,
VIM Marshal= 6,7 %, tidak memenuhi persyaratan VIM.

4.1.7 Ketebalan LPAILPB


• Ketebalan lapisan LPA untuk Akses Bandara - Lombok Baru = 22 em,
memenuhi persyaratan ketebalan rencana (14 em) dan LPB = 20 em,
memnuhi persyaratan ketebalan reneana (14 em).

32
• Ketebalan lapisan LPA untuk Paket Pelangan-Sp. Pengantap- MT. Azan -
Kuta = 21 em, memenuhi persyaratan ketebalan rencana (14 em) dan
LPB = 20 em, memenuhi persyaratan ketebalan rencana (14 em}.

4.1.8 CBR LPAILPB.


Hasil pengujian CBR dengan alat DCP diperoleh nilai CBR berikut :
• Untuk Paket Akses Bandara- Lombok Baru STA 0 + 041, untuk LPA nilai
CBR = 102,25 % sedangkan CBR untuk LPB adalah = 100,13 %
• Untuk Paket Pelangan-Sp. Pengantap- MT. Azan- Kuta STA 0 + 206 ,ntuk
LPA nilai CBR =101,33% sedangkan CBR untuk LPB adalah =100,05%

4.1.9 lndeks Plastisitas (PI)


Hasil pengujian Atterberg Limit, diperoleh nilai PI, baik LPA maupun LPB adalah
non plastis (NP); sangat baik.

4.1.10 Gradasi LPAILPB


Dari hasil analisa saringan eontoh lapangan LP AILPB, diperoleh gradasi agregat
gabungan adalah sebagai berikut :
• Untuk Paket Akses Bandara - Lombok Baru STA 0 + 041 untuk LPA
sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 4.5 dan LPB pada Tabel4.6 dlbawah
ini:
Tabel : 4.5 : Gradasi LPA hasil analisa sattngan STA 0 + 041,

Ukuran ~aUing Hasil Lab (%) Spesitlkasi (%)


1 %" 100 100
1" 83,13 79 - 85
%"
%" (9,59) 53,44 44-58
No.4 (4,75) 40,64 29-44
No.8
. ---------·------------- ---- -------- -r~

No. 10 (2,0) 28,37 17 - 30


No. 40 (0,425)
-- ------------·---------------- ----1 ..
12,53 7-17

--- -~
No. 100
-----------

No. 200 (0,075) 2,22 2-8

33
Tabel: 4.6 Gradasi LPB hasil analisa saringan STA 0 + 041,

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)


2" 100 100
r--·-·
1 %" 94,02 88 - 95
··-·--·-·-·----·----------- ---- · · - - · - - · - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
1" 82,03 70 - 85
---- --
%" (9,59) 65,13 30 - 65
------------·----------- ---------------------·---------------------- - - · - - - - - - - - - - -
No.4 (4,75) 50,36 25 - 55
---
No. 10 (2,0) 40,95 15 - 40

No. 40 (0,425) 17.48 8 - 20


No. 200 (0,075) 3,64 2 - 8

Gradasi agregat baik LPA (Kelas A) dan LPB (Kelas B), telah sesuai dengan
persyaratan spesifikasi.

• Untuk Paket Pelangan-sp. Pengantap- MT. Azan- Kuta STA 0 + 206 untuk
LPA sebagaimana diperlihatkan pada tabel4.7 dan LPB pada Tabel4.8 :
Tabel4.7 Gradasi LPA hasil analisa saringan STA 0 + 206
Ukuran Sarlngan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)
1 %" 100 100
-------:-::-·
1" 80,21 79-85

%" (9,59) -- -
r - - - - - - · - - - - - - - - - -----·------'-------- - - - - - - - - - - - -
37,96 44-58
No. 4 (4,75)
-----...,.-,-·'-_----'-------
41,50
·-------
29- - 44- - - l
No.8 -
~-N, 1-:-:oc:--(=-=2--=.o',. )-~= -~=_ __-2B~.o=9 - - - - 1~-
___ -~QJ?L. 7,26 ----- - ____}_-_!? __ _
--
No. 100
--------------------------------------------------.--------- . -- --- - -- -· ----- ---·--- - ... - ------ ------
No. 200 (0,075) 2,11 2-8

34
Tabel: 4.8 Gradasi LPB hasil analisa saringan STA 0 + 041,

Ukuran Saringan Hasil Lab(%) Spesifikasi (%)


2" 100 100
-------------------------- .
1 %" 91,78 88 - 95
--------------- -------------- ----· --
1" 83,42 70 - 85
-~· ·····-···----------------------- ------- ------------·-···· -------------------------------- ----- -----
Ia" (9,59) 64,53 30 - 65
~- ---·-- -· ·----
No.4 (4,75) 49,67 25 - 55
--- - - --
No. 10 (2,0) 40,23 15 - 40
--
No. 40 (0,425) 15,23 8 - 20
-------------------- -~ ------------------
No. 200 (0,075) 3,42 2 - 8

Gradasi agregat baik LPA (Kelas A) dan LPB (Kelas B), telah sesuai dengan
persyaratan spesifikasi.

4.2 Propinsi Sum~tera Selatan

4.2.1 Tinjauan Umum


Lokasi Paket f:>ekerjaan yang dijadikan sebagai sampel pengujian untuk Propinsi
Sumatera Selatan meliputi empat paket pembangunan jalan yaitu :
• Paket Batas Jambi- Bayung Lincir (panjang jalan yang diperiksa 17,812 km)
• Paket Betung - Batas Palembang (panjang jalan yang diperiksa 1,893 km)
• Paket Palembang -lndralaya (panjang jalan yang diperiksa 12,2,14 km)
• Paket Lubuk Siberuk- Panggang (panjang jalan yang diperiksa 3,181 km)

Pada paket-paket tersebut telah dilakukan pengambilan contoh inti core drill,
pengujian meliputi tebal lapis perkerasan, kepadatan dan sedangkan untuk
contoh blok (Test Pit) pengujian meliputi kadar aspal, dan analisa saringan,
pengambilan contoh dilakukan pada badan jalan dengan pengambilan secara
acak sesuai kesepakatan dengan SNVT masing-masing paket.
Secara keseluruhan masing-masing paket kondisi jalan secara visual cukup baik
tidak terdapat retak, bleeding, gelombang dan tambalan, pada umumnya marka

35
sudah terpasang dengan menggunakan cat thermoplastik namun paket Betung-
Batas Palembang marka belum terpasang.
Kondisi drainase, terutama pada jalur Betung-Batas Palembang kurang
diperhatikan sehingga terjadi penyumbatan oleh tanah (sedimentasi) atau oleh
tumbuhan.

4.2.2 Ketebalan Lapisan Beraspal


Ketebalan rencana untuk AC-WC adalah 4 em (toleransi 0,3 em) dan untuk AC-
BC adalah 5 em (toleransi 0,4 em). Dari hasil pengambilan canto inti (core drill)
yang diambil dari lapangan diperoleh hasil ketebalan lapisan beraspal dari
masing-masing paket yaitu :
• Paket Batas Jambi - Bayung Lincir (STA 4+911 - 9+706) mempunyai
ketebalan rata-rata dari tiga segmen untuk AC-WC = 4,75 em dan untuk AC-
BC =4,97 em, memenuhi persyaratan ketebalan.
• Paket Betung - Batas Palembang (STA 50+223 - 51+634) mempunyai
ketebalan rata-rata dari tiga segmen untuk AC-WC = 4,56 em dan untuk AC-
BC =6,00 em, memenuhi persyaratan ketebalan.
• Paket Palembang - lndralaya (STA 12+782 - 15+437) mempunyai ketebalan
rata-rata dari tiga segmen untuk AC-WC = 4,54 em dan untuk AC-BC = 8,73
em, memenuhi persyaratan ketebalan.
• Paket Lubuk Siberuk - Panggang (STA 14+489 - 15+337) mempunyai
ketebalan rata-rata dari tiga segmen untuk AC-WC = 4,35 em dan untuk AC-
BC = 5,37 em, memenuhi persyaratan ketebalan.

4.2.3 Kadar Aspal

Dari hasil pengujian ekstraksi contoh blok yang diambil pada masing-masing
paket diperoleh kadar aspal sebagai berikut :
• Paket Batas Jambi - Bayung Lincir (STA 4+911 - 9+706), untuk AC-WC
= 4,76% (kadar aspal JMF = 5,9, toleransi 0,3 %) dan untuk AC-BC = 4,88%
(kadar aspal JMF = 5,5 %, toleransi 0,3 %); kadar aspal tidak sesuai dengan
persyaratan kadar aspal JMF.
• Paket Betung - Batas Palembang (STA 50+223 - 51+634), untuk AC-WC
=5,02 % (kadar aspal JMF = 5,90, toleransi 0,3 %) dan untuk AC-BC = 5,06
% (kadar aspal JMF = 5,50 %, toleransi 0,3 %); kadar aspal tidak sesuai
dengan persyaratan kadar aspal JMF.

36
• Paket Palembang- lndralaya (STA 12+782- 15+437), untuk AC-WC = 5,38%
(kadar aspal JMF = 5,80, toleransi 0,3 %) dan untuk AC-BC = 5,20 % (kadar
aspal JMF = 5,65 %, toleransi 0,3 %); kadar aspal tidak sesuai dengan
persyaratan kadar aspal JMF.
• Paket Lubuk Siberuk - Panggang (STA 14+489 - 15+337), untuk AC-WC
= 5,96% (kadar aspal JMF = 5,9, toleransi 0,3 %) dan untuk AC-BC = 6,10%
(kadar aspal JMF = 5,5 %, toleransi 0,3 %); kadar aspal tidak sesuai dengan
persyaratan kadar aspal JMF, walaupun lebih besar dari kadar aspal JMF, tapi
masih dalam batas toleransi.

4.2.4 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.


Dari hasil pengujian ekstraksi contoh blok yang diambil dari masing-masing paket,
diperoleh gradasi agregat sebagai berikut :

• Paket Batas Jambi - Bayung Lincir (STA 4+911 - 9+ 706)

Tabel: 4.9 Gradasi Agregat Gabungan

Gradasi ( % lolos)
Ukuran Spesifikasi Hasil Laboratorium Ir
Saringan Bahu
AC-WC AC-BC AC-WC AC-BC Bahun
Kelas (B)
2" -
r------------------------ - 100 ,_______
_______ r-~

1 Yz " 88 - 95 100
----------1--------· - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - + - - - - - - - - j - - - - - - - -
1" 100 70-85 89,84
-~+
~" 100 90-100 100 100 -
r-------j-----·-- - - - - - --------------- ---------t--------- - - - - - - - -
r-~t+
Yz" 90-100 Maks. 90 91,20 76,99
%" Maks. 90 30- 65
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ----'----t-----'-----+---'------j
75,46 65,03 64,48
No. 4 - - 25- 55
1----------- --------- ------------------ -------- ---------- ------'-----------j
49,22 48,16 53,48
No. 8 -·----------
-~
28----------.
58 ---------23-49 45,00 43,17
----· --------- ----- ---------------------- ----------------------- --------------------- ----- ------ ----------- ---------

No. 10 ----- - - - - - - - - - -
15-40 37,96 --
No. 16 - - 38,17 32,74
---------- ---------- ---------- - ------· ---- ----------
No. 30 - - - 19,20 17,48 -
-------------- ---------------- ---------------- ------------- -------r------------------ ------------
No. 50 8-20 7,70 7,02 12,60
No. 100 - -
---------11--------+---------+----------+-------- -------------- - - - - - -
No. 200 4- 1o 4-8 2-8 2,46 2,34 1,33

37
• Paket Betung- Batas Palembang (SlA 50+223- 51+634)
label : 4.10 Gradasi Agregat Gabungan

Gradasi (% lolos)
Ukuran Spesifikasi Hasil Laboratorium
Saringan Bahu
AC-WC AC-BC AC-WC AC-BC Bahun
Kelas (B)
2" - - 100 - - -
1 %" ----- -- -
88-95 -
---- - - - - - - - - - - - - -
1" 100 -
70-85
- - - - - - - - --------- ------- ------------------
100 ------- - -
o/.t" 100 90-100 95,8 95,50 - -
%" 90- 100 Maks. 90 - 79,04 77,35 -
--
3/e" Maks. 90 - 30-65 63,32 68,24 -
---------- -------- -----------·---- - - --- - -
No.4 - --------- - - - -- - - 25-55 45,79 49,68
No.8 28-58 23-49 - 36,16 40,80 -
No.10 - - 15-40 - - -
No.16 - - - 30,50 34,32 '-·
- --
-
No. 30 - ----------------- -
---------------------- - 22,36 24,44 -
-------------------- -------------- ----------------
-----------------------
No. 50 - - 8-20 - -
No. 100 - - - 12,03 13,00 -
No.200 4-10 4-8 2-8 4,35 4,46 -

• Paket Palembang -lndralaya (SlA 12+782- 15+437)

label : 4.11 Gradasi Agregat Gabungan


Gradasi (% lolos)
Ukutiln Spesifikasi Hasil Laboratorium
Saringan Bahu
AC-WC AC-BC AC-WC AC-BC Bahun
Kelas (B)
2" - 100 100
1---·--+-------------+------+-----lf- ------ ------l
1%• - - 88 - 95 95,11
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - r--------- -----
1" 100 70- 85 100 80,10
-~ ·----·--·!Q.Q______ -~_!Q. ___ ---· -- -------------·-- -~Q ______ --·~! _______ ·-----------------·-----
%" 90- 100 -Maks. 90 - 88,99 80,83 -
-------- - - - - - - - - - - - ------- - - - - - - - - - - -
1-'~
%" ~- Maks. 90 -- 30- 65 84,64 ----_.:....74.:.!.'6"-'5'--+--'5_1!.e;,0.:.:...5_-f
No.4 - - 25-55 57,46 56,66 39,90
,---------------- -------- --------- ----·-------- ------------- - · - - - -
No. 8 28 - 58 23-49 40,46 43,40
No. 10 15-40 - - 28,88
1-----+-----t--------- ___:.___-+-·-----r--------- - - - - -
No.16 ------+---3_2...:.,_23_____3_5!_82- ____ --
-
No. 30 ------- - - 22,60 24,78 -
1------- ------------------- -·----------- ---------- --------
No. 50 8- 20 8,53
10,09 -----·-----------------------
11,20 -------------------- ----

No. 100
------------ - -
--------------- -
----------- -
----------------- -
___________ ~_ ______
- _

38
• Paket Lubuk Siberuk- Panggang (STA 14+489 -15+337)
Tabel : 4.12 Gradasi Agregat Gabungan

Gradasi ( % lolos)
Ukuran Spesifikasi Hasil Laboratorlum
Saringan Bahu
AC-WC AC-BC AC-WC AC-BC Bahun
Kelas (B)
2" - - 100
- - - r--·
- - 100
1%"
- - - - - - f--·
- - 88-95
- - - f--·
- - ··-
89,13
-·----
1" -
---------·------- - - - - - -
100 70-85 -
----------------- -------------------- - - - - - - - - - -
100
--------
73,94
____ :....__

----
:Y." 100 90-100
--
- 100 93,37 - --
--
%" 90- 100 Maks. 90 - 88,99 80,83 -
-- - - - - -
3/an Maks. 90 - 30-65 84,64 74,65 57,88
~-

No.4 - --- r-- - 25-55 57,46


------ - - - -
56,66 """
45,63
No.8 28-58 23-49 -
----- --
40,46 43,40 -
No. 10
- - - - r--
- - - - - -15-40 -
------ - - - -
-
---- r-~
29,68
No.16 - --· - -
f - · - - - ------------
32,23 35,82 -
-------
No.30 -
- - - r----------- - - 22,60 24,78
----------- ····----------- - - - - - - - - -------- - - - - - - -
No. 50 - - 8-20 11,20 10,09 11,86
No. 100 - - - --- - - -
No. 200 4-10 4-8 2-8 4,0 3,18 2,67

4.2.5 Kepadatan Lapisan Beraspal.

Kepadatan Standar Ke~a untuk agregat umumnya adalah berkisar 2,276 gr/cm3 .
sementara untuk agregat dari Tanjung Pinang berkisar 2,302 gr/cm3 , jadi
kepadatan lapangan > 100 %, memenuhi syarat.

4.2.6 Rongga Dalam Campuran (VIM).

• Paket Batas Jambi - Bayung Lincir (STA 4+911 - 9+706) mempunyai nilai
persen rongga dalam campuran yang memenuhi persyaratan minimum 3,5 %
dan maksimum 5,5 %
• Paket Betung - Batas Palembang (STA 50+223 - 51+634) mempunyai nilai
persen rongga dalam campuran memelibihi batas maksimum 5,5 %
• Paket Palembang - lndralaya (ST A 12+782 - 15+437) mempunyai nilai persen
rongga dalam campuran yang memenuhi persyaratan minimum 3,5 % dan
maksimum 5,5 %

39
• Paket Lubuk Siberuk - Panggang (STA 14+489 - 15+337) mempunyai nilai
persen rongga dalam campuran yang memenuhi persyaratan minimum 3,5 %
dan maksimum 5,5 %

4.3 Propinsi Kalimantan Tengah.

4.3.1 Tinjauan Umum

Pada umumnya kondisi jalan ruas jalan Palangkaraya - Banjarmasin,


Palangkaraya - Buntok, ruas jalan Muara Teweh - Puruk-Cahu dan ruas jalan
Kuala Kapuas - Dadahup, berdasarkan hasil pengamatan kerusakan yang terjadi
pada umumnya berupa amblas, gelombang, retakllubang
Dengan penyebab kerusakan tersebut diperkirakan karena kekuatan strukstur
perkerasan tidak dapat menerima beban kendaraan yang lewat karena daya
dukung tanah dasar lemah (gambut), ketebalan kurang, komposisi dan bahan
campuran tidak tepat.
4.3.2 Ketebalan Laptsan Beraspal

Hasil pengambilan dan pengukuran contoh inti, diperoleh ketebalan sebagai


berikut:
• Untuk Paket Pilang Km 35-Gohong, teballapisan perkerasan dari tiga segmen
(3, 6 dan 8) lapisan HRS-WC tebal rata-rata antara 3,3 - 3,7 em masih
memenuhi batas toleransi kontrak raneangan 3 em.
• Untuk Paket Kapuas-Palingkau-Dadahup, tebal lapisan perkerasan dari tiga
segmen (3, 8 dan 12) lapisan HRS-Base tebalrata-rata antara 4,4 - 4,9 em
masih memenuhi batas toleransi kontrak rancangan yaitu 4 em
• Untuk Paket Muara Teweh - Km 50 (1), tebal lapisan perkerasan dari tiga
segrnen (5, 8 dan 13) lapisan HRS-WC tebal rata-rata antara 2,3- 3,5 em dan
untuk HRS-BC tebalnya antara 3,6 - 4,9) memenuhi batas toleransi kontrak
rancangan yaitu 3 em.
• Untuk Paket Palangkaraya - Bagugus, tebal lapisan perkerasan dari tiga
segmen (2, 5 dan 9) lapisan HRS-Base tebal rata-rata antara 3,9 - 4,3 em
masih memenuhi batas toleransi kontrak rancangan yaitu 4 em.
4.3.3 Kadar Aspal
Hasil pengujian ekstraksi diperoleh kadar aspal sebagai berikut :
• Untuk Paket Pilang Km 65-Gohong, kadar aspal HRS-WC menunjukkan hasil
7,93 %. Hasil ini di bawah DMF (8,20 %), namun masih masuk dalam batas
toleransi penyimpangan ± 0,3% seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi.

40
• Untuk Paket Kapuas-Palingkau-Dadahup, kadar aspal HRS-Base
menunjukkan hasil 6,10 %, di bawah DMF (6,45 %), masih masuk dalam
batas toleransi penyimpangan ± 0,3 % seperti yang disyaratkan dalam
spesifikasi.
• Pemeriksaan kadar aspal HRS-WC menunjukkan hasil sama dengan DMF,
yaitu 7,25 %.Pemeriksaan kadar aspal HRS-Base di bawah DMF (6,5%).
• Untuk Paket Palangkaraya - Bagugus, Pemeriksaan kadar aspal HRS-Base
menunjukkan nilai di atas DMF (6,5 %), yaitu 7,03 %.
4.3.4 Kepadatan Lapisan Beraspal.

• Untuk Paket Pilang Km 65-Gohong, dari tiga segmen (3, 6 dan 8) lapisan
HRS-WC derajat kepadatan rata-rata antara 99 - 99,91 % masih memenuhi
persyaratan kontrak rancangan > 97 %.
• Untuk Paket Kapuas-Palingkau-Dadahup, dari tiga segmen (3, 8 dan 12)
lapisan HRS-Base derajat kepadatan rata-rata antara 93,4 - 97,7 masih
memenuhi batas toleransi kontrak rancangan > 97 % kecuali segmen 3, 8
mempunyai nilai derajat kepadatan < 97 %
• Untuk Paket Muara Teweh- Km 50 (1), dari tiga segmen (5, 8 dan 13) lapisan
HRS-WC derajat kepadatan rata-rata antara 97,8- 99,9 dan untuk HRS-BC
derajat kepadatan rata-rata antara 98,0 - 100,9 memenuhi batas toleransi
kontrak rancangan yaitu > 97,0
• Untuk Paket Palangkaraya - Bagugus, dari tiga segmen (2, 5 dan 9) tapisan
HRS-Base derajat kepadatan rata-rata antara 97,7- 98,9 masih memenuhi
batas toleransi kontrak rancangan yaitu >97,0

4.3.5 Rongga Dalam Campuran (VIM).

• Pengujian VIM dari contoh blok pada Km 53+430, untuk AC-WC diperoleh
nilai VIM rata-rata = 6,2 % (tidak memenuhi)
• Sedangkan untuk AC-BC diperoleh nilai VIM = 4,94 % (memenuhi)

4.4 Propinsi Sulawesi Selatan

4.4.1 Tinjauan Umum


Paket-paket pek~an yang dijadikan sampel pengujian adalah sebagai berikut :
• Ruas Takalar - Jeneponto I.
• Ruas Jalan Paket Metros - Pangkajene.
• Ruas Jalan Paket Anabanua- Tarumpakae.

41
• Ruas Jalan Paket Rapang - Enrekang.
Kondisi perkerasan pada ruas-ruas jalan yang ditinjau umumnya masih relatif
baik, belum trlihat adanya kerusakan yang berarti.

4.4.2 Ketebalan lapisan Beraspal


Dari hasil pengambilan dan pengukuran eontoh inti diperoleh hasil ketebalan
sebagai berikut :
• Untuk ruas Jalan Paket Takalar- Jeneponto I, tebal masing-masing lapisan
campuran beraspal pada segmen 9, 11 dan 13 ketebalan AC-WC adalah 4,66
em; 4,17 em dan 5,50 em, sesuai dengan persyaratan ketebalan rencana(4
em). Tebal AC-BC adalah 6,32 em; 4,63 em dan 6,33 em, baik AC-WC
maupun AC-BC, telah sesuai dengan persyaratan ketebalan yang
direncanakan (5 em).
• Untuk Ruas Paket Mar sesuai dengan persyaratan ketebalan rencana(4
em).ros - Pangkajene, tebal masing-masing lapisan campuran beraspal pada
segmen 3, 4 dan 5 ketebalan AC-WC adalah 4,8 em; 4,6 em dan 4,5 em,
sesuai dengan persyaratan ketebalan reneana (4 em) Tebal AC-Base adalah
7,7 em; 5,5 em dan 5,9 em, baik AC-WC maupun AC-BC, telah sesuai dengan
persyaratan ketebalan yang direncanakan (6 em).
• Ruas Jalan Paket Anabanua - Tarumpakae, tebal masing-masing lapisan
campuran beraspal pada segmen 2, 8 dan 9 ketebalan AC-WC adalah 4,20
em; 4,97 em dan 5,57 em, sesuai dengan persyaratan ketebalan rencana (4
em). tebal AC-BC adalah 5,35 em; 4,70 em dan 6,75 em, baik AC-WC
maupun AC-BC, telah sesuai dengan persyaratan ketebalan yang
direncanakan.
• Ruas Jalan Paket Rapang - Enrekang, tebal masing-masing laplsan
campuran beraspal pada segmen 2, 3 dan 11 ketebalan AC-WC adalah 4,60
em; ~.40 em dan 4,57 em, ketebalan AC-WC sesuai dengan ketebalan
rencana (4 em). Tebal AC-BC adalah 5,13 em; 4,56 em dan 4,43 em,
ketebalan AC-BC, dari tiga segmen, satu segmen tidak memenuhi
persyaratan ketebalan rencana (5 em).

4.4.3 Kadar Aspal

Dari hasil ekstraksi contoh blok, lapisan AC-WC dan AC-BC diperoleh kadar aspal
sebagai berikut :

42
• Ruas Jalan Paket Takalar- Jeneponto I Sta 2+862, kadar aspal AC-WC =
5,79% (kadar aspal DMF = 5,8 %) dan AC-BC = 5,19% (kadar aspal DMF =
5,3 %), telah memenuhi persyaratan kadar aspal.
• Ruas Jalan Paket Metros- Pangkajene Sta 0+510, kadar aspal AC-WC =
5,58 % (kadar aspal DMF = 5,6 %) dan AC-BC = 5,01 % (kadar aspal DMF =
5,2 %), telah memenuhi persyaratan kadar aspal.
• Ruas Jalan Paket Anabanua- Tarumpakae Sta 219+614, kadar aspal AC-WC
= 5,85 % (kadar aspal DMF = 5,8 %) dan AC-BC = 4,60 % (kadar aspal DMF
= 5,3 %), telah memenuhi persyaratan kadar aspal.
• Ruas Jalan Paket Rapang - Enrekang Sta 1+765, kadar as pal AC-WC = 6,30
% (kadar aspal DMF = 5,9 %) dan AC-BC = 5,55 % (kadar aspal DMF = 5,4
%), telah memenuhi persyaratan kadar aspal.
4.4.4 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.

Dari hasil analisa saringan agregat hasil ekstraksi contoh blok, lapisan AC-WC
gradasi agregat sebagai berikut :

• Untuk ruas Jalan Paket Takalar - Jeneponto I Sta 2+862, gradasi agregat
gabungan AC-WC dan AC-BC seperti pada Tabel : 4.13 dan 4.14.
Tabel : 4.13 Gradasi Agregat Gabungan (AC-WC).

Ukuran S4tingan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

1"
1---------+------------+-----------------·---- --·-
~· 100 100
t - - - - - - - - - - ----------------------- ------------------
%" 89,0 100-90
--------1
%" 79,9 Mak 90
- - - - - - - - f - - - - - - - - - - - - - - · - - - - - t - - - - - - - - -------------
No.4 59,5
1---------- --·- - --------·----------f-·-·-··- ·--- -··-···
No. 8 37,9 28- 58
1 - - - - - - - - - - - - .... ··-····--·-------···----------------- ----- --· --------·--·----·-·---··---·
No. 16 24,1
------------ ·----------------·------- ·--·-·--·-. ·- -·-·-·--·- ·--·

No. 30 17,8
- . ·- - · · - - - - - - - - · - · · · · - · · - - - - - ------· ------ .. -···- ---------
No. 50 13,0
- ---- ---·- -------·--------- ·---- - · - -·-- ·-- ---· ----·--- . - - . -·--

No.200 8,5 4- 10

43
Tabel: 4.14 Gradasi Agregat Gabungan (AC-BC).

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

1"
t---- -~

%" 100 100


----------------------------- -------·
%" 96,4 100-90
- -·-··-·--·----·---·-----
3/s" 90,1 Mak 90
-- ----·-··

No.4 68,9 -
- - ------------------------
No.8 42,0 23-39
------- -~

No. 16 26,5 -
-- ··-··-------·-------

No. 30 19,3 -
--
No. 50 14,4
-~
-
No.200 5,0 4-8

• Untuk ruas Jalan Paket Metros - Pangkajene Sta 0+510, gradasi agregat
gabungan AC-WC seperti pada Tabel: 4.15 dan 4.16
Tabel: 4.15 Gradasi Agregat Gabungan (AC-WC).

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

1"
r-~· - ·-··--··-· ---------- ---- -·-· -·--
%" 100 100
'------------+--··----------·--·---·--- ---·---· -----· ·---·-·-·-· . ··-----·-·----
%" 90,1 100-90
-~·' -~· -- . . ·-·-·-·-·

%" 79,9 Mak 90


No.4 62,5
-~ -· ·---- ---------·-·------- -·-··

No.8 45,8 28-58


-1~ ---·· . . -· .. ·- -------- ·- -- - ----

No. 16 34,7
No. 30 26,8
No. 50 17,0
--------------------------- -·-···- .... ---- ··---
No. 200 7,5 4-10

44
Tabel 4.16 Gradasi Agregat Gabungan (AC-Base).

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

1" 100 100


1------------------- ·--·- ........ ····--·-······------- ·····--·-·-- .. .. -----

~" 89,1 90-100


- - - - - - - - - - - - - -··---------·----·-----·- ---- ·---···········--·········---·-···----
%" 81,6 Maks 90

%" 66,0
f - - - - - · - - - - - - - - - - - - - - ··-- ·-···-···-····· ... - ......................... ---

No.4 51,0
--------- -----··---···----·-------··--- ··-·····.

No.8 36,2 23-39


------+------------·---------·----------
No. 16 26,1
No. 30 17,6
1---------t----------------·---- ---------- ---·--- ---·------------
No. 50 10,5
1 - - - - - - - - - - + - - - - - - - - - - - - - - - - ---------·--·---·--·--
No. 200 1,5 4-8

• Untuk ruas Jalan Paket Anabanua - Tarumpakae Sta 219+614, gradasi


agregat gabungan AC-WC sebagaimana terlihat pada Tabel: 4.17 dan 4.18.
Tabel 4.17 Gradasi Agregat Gabl.ingan (AC-WC).

Ukuran SaHngan Hasil Lab (%) Spe$lflkasi (%)

1"
-·----------r----------------r-----··-··
~n 1QQ 10b
1-----·----+--------------+-------------·-------·-·--··-
%" 92,0 100-90
1 - - - - - - - - - ----------------·---··-----------
%" 70,3
1 - - - - - - - - - - ---···-------------- ·----·--- -·-· ---------- ·------
Mak90

No.4 45,2
1---- --------------r--·-·····--·--·-·-·-·-------·---
No. 8 33,4 28 - 58
1 - - - - - - - - - + - - - - - - - - - - - - - - - ---------------------·---
No. 16 22,6
No. 30 16,1
·------------ - - - - - - - - - - - - r------···
No. 50 10,9
1 - - - - - - - - - - - - ----- --------- ---------- ---···----- - - - -

No. 200 6,0 4-10

45
Tabel4.18 Gradasi Agregat Gabungan (AC-Binder).

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

1" 100 100


%" 95,7 90-100
1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -----------------------------·--
75,8 Maks 90
- - - - + - - - - - - - - - - - - - - - - -----·.. -- ---- -------- -------
63,6
1 - - - - - - - - - - ---------------- ------ ·-· ----- ...
45,4
l----------+------------ +----------------------- ----------
32,3 23-39
f - - - - - - - - - + - - - - - - - - - - - r - - - - - ---- --- --------------- ----
20,7
~- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ------ --- --------------------

14,3
- - - - - - - - - - ------------------------ -- ...... ---- --· . . . . - --- ----------- -·

10,2
6,6 4-8

• Untuk ruas Jalan Paket Rapang - Enrekang Sta 1+ 765 gradasi agregat
gabungan AC-WC sebagaimana terlihat pada Tabel 4.19 dan 4.20.
Tabel4.19 Gradasi Agregat Gabungan (AC-WC).

j Ukuran Satingan Hasil Lab (%) s~lfika (o/o)

1"
---------------------------------------1- ..
%" 100 100
1 - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - .. ---------------------------------
%" 90,2 100-90
%" .
81,5 Mak 90
--------·----+
No.4 60,9
1 - - - - - - - - - - --------------+------------------ ----------------------
No.8 44,5 28-58
1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - f - - - --------------
No. 16 30,3
1 - - - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - ------------·- ------------------
No. 30 22,2
1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - . -------------------------·-
No. 50 15,0
----t---------t----------------------
No. 200 6,5 4-10

46
Tabel4.20 Gradasi Agregat Gabungan (AC-Binder).

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

1" 100 100


-------------------------- ··- ··- ··-· -·-·--------··--·- .. I·
o/." 98,6 90 -100
- - - - - - - -··-·----------- -----·-·

%" 86,9 Maks 90


- - - - - - - - - - · - - - - · - - --···--·------·-····-----·-------·--

76,5
f - - - - - - - - - - - - - - - - - - ···- ----· --· ·-------·-·----·-- ---
No.4 62,4
f - - - - - - - - - - - - - - ---·----------------- ···- ·--
No.8 47,2 23-39
No. 16 31,1
-~ --· - -- ·- ----------·--·-- -- ....•

No. 30 20,5
f - - - - - - - - - - - · - - - - - · - · - - - - ----------- . - .. ··--····· ----·
No. 50 13,9
f----------- - - - - - - - - - - - - - - - - - ·-····---------------·---
No. 200 5,3 4- 8

4.4.5 Kepadatan Laplsan Beraspal.

Dari hasil pengujian kepadatan laboratotium contoh inti diperoleh hasil sebagai
berikut:

• Untuk Ruas Jalan Paket Takalar- Jeneponto I Sta 2+862, nilai kepadatan
lapisan AC-WC antara (2,252 - 2, 361) ton/m3, dengan nilai kepadatan rata-
rata AC-WC dari 6 benda uji = 2,310 ton/m3. (Kepadatan lapisan relatif baik).
• Untuk Ruas Jalan Paket Metros - Pangkajene Sta 0+510, nilai kepadatan
lapisan AC-WC berkisar antara (2,110 - 2, 477) ton/m3, dengan nilai
kepadatan rata-rata AC-WC dari 9 benda uji = 2,417 ton/m3. (Kepadatan
lapisan relatif baik).
• Untuk Ruas Jalan Paket Anabanua - Tarumpakae Sta 219+614, nilai
kepadatan lapisan AC-WC berkisar antara (2,200 - 2, 420) ton/m3, dengan
nilai kepadatan rata-rata AC-WC dari 8 benda uji = 2,308 ton/m3. (Kepadatan
lapisan relatif baik).
• Untuk Ruas Jalan Paket Rapang - Enrekang Sta 1+765, nilai kepadatan
lapisan AC-WC berkisar antara (2,268 - 2,442) ton/m3, dengan nilai

47
kepadatan rata-rata AC-WC dari 8 benda uji = 2,378 ton/m3. (Kepadatan
lapisan relatif baik).

4.4.6 Ketebalan LP AILPB.

Dari Uji Lubang (Test Pit), diperoleh hasil ketebalan LPA/LP8 sebagai berikut:
• Untuk Ruas Jalan Paket Takalar- Jeneponto I Sta 2+862, untuk LPA; pada
Km 2+862, jenis LPA yang digunakan adalah agregat Kelas A, dengan tebal
lapisan =20 em, dengan keteban rencana =20 em.
Untuk LP8; pada Km 2+862, jenis LP8 yang digunakan adalah agregat Kelas
8, dengan ketebalan = 25 em, dengan keteban rencana = 25 em.
8aik ketebalan LPA maupun LP8telah sesuai dengan ketebalan reneana.

• Untuk Ruas Jalan Paket Metros- Pangkajene Sta 0+510, untuk LPA; pada
Km 0+510, jenis LPA yang digunakan adalah agregat Kelas A, dengan tebal
lapisan = 34 em, dengan keteban rencana = 27 em, telah memenuhi
persyaratan ketebalan.
Untuk LP8; pada Km 0+510, jenis LP8 yang digunakan adalah agregat Kelas
8, dengan ketebalan = 14 em, dengan keteban reneana = 31 em, kurang dari
ketebalan rencana.
• Untuk Ruas Jalan Paket Anabanua- Tarumpakae Sta 219+614, untuk LPA;
pada Km 219+614, jenis LPA yang digunakan adalah agregat Kelas A,
dengan teballapisan = 17 em, dengan keteban rencana = 18 em, memenuhi
persyaratan ketebalan.
Untuk LP8; pada Km 219+614, jenis LP8 yang digunakan adalah agregat
Kelas 8, dengan ketebalan = 24 em, dengan keteban reneana = 20 em,
memenuhi persyaratan ketebalan.

• Untuk Ruas Jalan Paket Rapang- Enrekang Sta 1+765, untuk LPA; pada Km
1+765, jenis LPA yang digunakan adalah agregat Kelas A, dengan tebal
lapisan = 18 em, dengan keteban reneana = 17 em, memenuhi persyaratan
ketebalan.

48
Untuk LPB; pada Km 1+765, jenis LPB yang digunakan adalah agregat Kelas
B, dengan ketebalan = 23 em, dengan keteban reneana = 23 em, memenuhi
persyaratan ketebalan.

4.4.7 Gradasi LPA/LPB.

Dari hasil pengujian analisa saringan eontoh agregat LPAILPB diperoleh hasil
sebagaiberikut:

• Untuk Ruas Jalan Paket lakalar- Jeneponto I Sta 2+862:


Untuk LPA; dan LPB pada Sta 2+862, diperoleh gradasi agregat,
sebagaimana diperlihatkan pada label: 4.21 dan 4.22.

label4.21 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A

;
Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

2" 100 100


1% n 96,4 100
1M 90,8
-----------1
79-85 _ ___J

3/a" 73,0 44-58


--

No.4 62,0 29-44


-- -c-----------------------------

No. 10 51,5 17-30


--
No.40 31,1 7-17
- - ----------------
No.200 12,0 2-8

label: 4.22 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

2" 100 100


1 %" 87,8 88-95
-~ -~ - -__-___-____-___?-_~· -t7~ ~- -------]

~ ~ ~-
------------------- - - - - - - - - - - - - - - - - -------------------------·· ----.
No. 4 46,4 25 - 55
r-------------- -----------1----------------------------
No. 10 36,3 15-40
f - - - - - - - - - - t - - - - - - - - - - - + - - - - - - -------------------
No. 40 20,4 8 - 20
------------------ -------------- --------- -------------------------------------
No. 200 8,9 2-8

49
• Untuk Ruas Jalan Paket Metros - Pangkajene Sta 0+51 0
Untuk LPA; pada Sta 0+510, diperoleh gradasi agregat,sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel : 4.23 dan 4.24.

Tabel4.23 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

2" 100
1%" 100 100
1----------------------+---------
1" 91,6 79-85
--------------------------- ---------------- -----------------·-·-·-··--··-· -

%" 56,0 44 - 58
1 - - - - - - - - - - - - - - - 1 - - · · - - - - - - - - - - - - - - · - - · ····--·---------------------
No. 4 40,1 29 - 44
---------------------1--·. - -·------------·----- -··- ...... .
No.10 30,0 17-30
I-1~

No.40 16,9 7-17


1--------------+----------- 1--------------------
No. 200 7,8 2-8

Tabel4.24 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas 8

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesiflkasi (%)

2" 100 100


1%" 90,6 88-95
------------------------------------------- -- -------------·-·--·
1" 79,0 70-85
!----------------- ----------------!--------------------
%" 50,0
-- -
30 - 65
No.4 37,7 25-55
No. 10 30,6 15-40
No.40 20,1 8-20
No.200 12,3 2-8

• Untuk Ruas Jalan Paket Anabanua- Tarumpakae Sta 219+614


Untuk LPA; pada Sta 219+614, diperoleh gradasi agregat,sebagaimana
diper1ihatkan pada Tabel: 4.25 dan 4.26.

50
Tabel4.25 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

2" 100
-----------·------- · - - - - - - - - - - r------·--··---··-·-·····-·-···
1%" 100 100
-------------·------------- -·--·--------------·-·---- ----·-·---------·----··---·-··-·--
1" 94,6 79 - 85

~ ~A «-~
r----------------- ·····---··-----------·------·------· ---····-·-·--··---··-····-·-···-·····--··-
No.4 31,5 29-44
No. 10 21,7 17-30
---------------- -·------------------·--···---·--··-·- ---·-··--------·--··--····---·----···-----··-·-
No. 40 12,4 7- 17
No.200 5,4 2-8

Tabel4.26 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

2" 100 100


r-------------- r--·---·---------- 1---------------··----··-
1%n 100 88 - 95
1" 86,3 70-85
42,0 30-65
No.4 30,7 25-55
No.10 21,7 15-40
No.40 11,8 8-20
No. 200 6,0 2-8

• Untuk Ruas Jalan Paket Rapang - Enrekang Sta 1+765


Untuk LPA; pada Sta 1+765, diperoleh gradasi agregat,sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel dibawah ini

51
Tabel4.27 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

2" 100 100


· - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -.............
1% n 96,7 100
----------------·--- ---------------·-·-- ___________________ ...., .......

1• 86,7 79- 85
-·----------------·-------·-·------- _____________ _____________, _ , ...................................

%" 58,2 44-58


- - - - - - - - - - - - - -------------f-------------..--·-·---· . ···-····
No. 4 46,6 29 - 44
,-------------·----- __________ ,_ ___________ _ , .. ........................ .

No. 10 36,4 17-30


- - - - - - - - - - - - --------·------ ------------------............_____
No. 40 17,6 7- 17
-·---------------------·-- --·-------------.. -·-·--·-1--·-·--------------------·--·----
No. 200 8,2 2-8

Tabel 4.28 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)

2" 100 100


~-+,t· . -----
1%n 92,0 88 - 95
--------------------- ----------·-----·---f---.. .·------·-··--·-..·--··
1" 85,6 70 - 85
-·----------------------- -·----·--------------·-·-- ____________ _, ............... ______________ .
%" 65,7
-·-----.- ....... --------------··· ··--·-· ....... __ - 30-65
---------------------------------- .............................. .
No. 4 56,5 25 - 55
No. 10 46,6 15-40
------------------------- _________ ____________ , , _______ --- -----------·---·-----------·--··

No. 40 25,8 8-20


No. 200 12,4 2-8

4.4.8 Index Plastisitas (PI)

Dari hasil pengujian atterberg limit, untuk semua contoh material Kelas A yang
digunakan sebagai LPA, dari berbagai ruas, umumnya menunjukkan hasil nilai PI
yang lebih kecil dari persyaratan (6 %), ini menunjukkan bahwa material Kelas A
yang digunakan tidak banyak mengandung lempung.

52
4.5 Propinsi Jawa Barat.

4.5.1 Tinjauan Umum.

• Paket Pembangunan Jalan Limbangan-Malangbong.


Paket ini meliputi panjang 11.000 km Iebar jalan 7,15 meter dengan
penanganan spot-spot pada Sta 0+000-0+800; 2+900-3+800 dan 10+300-
10+700 berupa lapis ulang (overlay) dengan Laston lapis aus modifikasi (AC-
WCMoo) tebal40 em.

• Paket Pembangunan Jalan Akses Tol Karawang -Tik. Jambe


Paket ini meliputi panjang 5100 meter termasuk sebuah jembatan dengan
penanganan jalan yang sudah dikerjakan dengan lapisan lengkap adalah
2400 meter dengan lapis atas Laston lapis aus dengan tebal 4 em padat,
Laston lapis pondasi (AC-BC) dengan tebal 6 em padat dan menggunakan
lapis pondasi atas (LPA) agregat kelas A (CBR 90%) tebal 20 em dan lapis
pondasi bawah (LPB) agregat kelas B (CBR 60%) dengan tebal20 em.

• Paket Pembangunan Jalan Eretan Kulon - Lohbener II


Paket ini meliputi panjang 5825 meter terdiri atas lapisan aus AC-WC dengan
tebal 5 em padat, Laston lapis pondasi (AC-BC) dengan tebal9 em padat.
Pada lajur utara merupakan perkerasan jalan lentur yang telah ada (existing
flixeble pavement), sedangkan pada lajur selatan merupakan perkerasan kaku
(rigid pavement) baru diatas lapis pondasi bawah.
Pada umumnya perkerasan eukup baik namun demikian pada beberapa
lokasi telah timbul retak-retak refleksi dan tampak defottnasi plastis untuk
perkerasan lentur di atas perkerasan kaku.

• Paket Pembangunan Jalan Lohbener - Palimanan


Paket ini meliputi panjang 2919 meter terdiri atas lapisan aus AC-WC dengan
tebal 4 em padat, Laston lapis modifikasi (AC-BC) dengan tebal 6 em padat,
lapos pondasi beraspasl dengan busa aspal (foam bitumen) tebal 20 em serta
lapis pondasi bersemen dari bekas garukan (CTRB) tebal 20 em padat.

4.5.2 Ketebalan Lapisan Beraspal


Dari hasil pengambilan dan pengukuran contoh inti diperoleh hasil ketebalan
sebagaiberikut:

53
• Untuk ruas Jalan Limbangan - Malangbong, tebal rata-rata masing-masing
lapisan beraspal pada segmen 1, 7 dan 21 ketebalan AC-WC adalah 3,78 em;
5,36 em dan 4,10 em, memenuhi persyaratan ketebalan rencana (4 em).
• Untuk Ruas Akses Tol Karawang - Teluk Jambe, tebal rata-rata masing-
masing lapisan beraspal pada segmen 2, 9 dan 17 ketebalan AC-WC
adalah 4,62 em; 4,27 em dan 3,95 em, memenuhi persyaratan ketebalan
rencana (4 em). Tebal AC-Base adalah 6,34 em; 6,02 em dan 5,43 em, baik
AC-WC maupun AC-BC, dari tiga segmen, satu segmen kurang dari ketebalan
reneana (6 em).
• Ruas Jalan Paket Eretan Kulon - Lohbener II, tebal masing-masing lapisan
campuran beraspal pada segmen 1, 4, 8, 12 dan 17 ketebalan AC-WC adalah
5,2 em; 6,04 em dan 5,28 em, 4,67 em dan 4,98, sesuai dengan persyaratan
ketebalan rencana (5 em).
• Ruas Jalan Paket Jatibarang - Palimanan, tebal masing-masing lapisan
campuran beraspal pada segmen 1, 7 dan 13 ketebalan AC-BC adalah 5,82
em; 6,31 em dan 5,98 em, ketebalan AC-BC memenuhi persyaratan ketebalan
rencana (6 em).

4.5.3 Kadar Aspal

Dari hasil ekstraksi eontoh blok, lapisan AC-WC dan AC-BC diperoleh kadar aspal
sebagai berikut :

• Ruas Jalan Paket Limbangan - Malangbong Sta 3+050, kadar aspal AC-WC =
5 % (kadar aspal JMF = 5,6 %), tidak memenuhi persyaratan kadar aspal.
AC-BC = 4,5 % (kadar aspal JMF = 5,3 %), tidak memenuhi persyaratan
kadaraspal.
• Ruas Jalan Paket Akses Tol Karawang - Teluk Jambe, Sta 1+145, kadar
aspal AC-WC = 6,0 % (kadar aspal DMF = 6,1 %), memenuhi persyaratan
kadar aspal. AC-BC =5 % (kadar aspal DMF = 5,4 %), tidak memenuhi
persyaratan kadar aspal.
• Ruas Jalan Paket Eretan Kulon - Lohbener II, Sta 39+722, kadar aspal AC-
WC = 5,0% (kadar aspal DMF = 5,66 %), tidak memenuhi persyaratan kadar
aspal. AC-BC = 4,8 % (kadar aspal DMF = 5,6 %), telah memenuhi
persyaratan kadar aspal.
• Ruas Jalan Paket Jatibarang - Palimanan Sta 2+850, kadar aspal AC-WC =
4,5% (kadar aspal DMF = 5,4 %), tidak memenuhi persyaratan kadar aspal.

54
4.5.4 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.

Dari hasil analisa saringan agregat hasil ekstraksi contoh blok (T.A. 2007, yang
diambil pada Km 3+050, diperoleh gradasi agregat sebagai berikut :

• Untuk AC-WC, gradasi agregat sebagaimana diperlihatkan pada Tabel: 4.29.

Tabel : 4.29 Gradasi Agregat Gabungan (AC-WC).

Ukuran Saringan Hasil Lab JIIIIF Spesifikasi


(%) (%) (%)
1" 100 100 100
--- ---· --
~· 100 100 90-100
%" 92,1 93,58 Maks 90
------ -- f-----------·
3/a" 78,4
------- -·-
79,06 - ---·

No.8 34,0 34,91 23-39


No.30 19,6 16,98 -
---------··
No. 50 14,4 13,06 -
- - - - - - - - - - ---------- - -- -----------·--
No. 100 - -
- - - - - - - - - - - - --------------------- ·-----------·--- ---------·--··-··-·
-
No.200 5,14 5,14 4-8

• Untuk AC-BC, gradasi agregat sebagaimana diperlihatkan pada Tabel: 4.30.

Tabel: 4.30: Gradasi Agregat Gabungan (AC-BC), Km 3+050


Ukuran Saringan Hasll Lab JMF Spesifikasi
(%) (%) (%)
1" 100 100 100
- - - - - - · - - - - - - - - - - - ------·--------- ----- -- ---------·-·---·
~· 96,6 94,80 90 - 100
%" 77,9 77,13 Maks 90
- - - - - - - - - - - - - - - ·--------··-------·· -- -·--·-
3/a" 71,5 66,20
No.8 41,3 31,47 23-39
------------- -------- - - · - - ------·-------------
No.30 22,6 14,66
~-+
No. 50 15,2 12,11
·-·------------------------- . - . . . . ---·····--
No. 100
------------------------- - - - - - - - - - - - - - - - - - -
No. 200 4,6 5,0 4-8

4.5.5 Rongga Dalam Campuran (VIM)

Dari hasil pengujian VIM di laboratorium dari contoh inti diperoleh hasil sebagaiil
sebagai berikut :

55
• Ruas Jalan Paket Limbangan - Malangbong, nilai VIM berkisar antara 9,6 %
sampai dengan 11,7 %, tidak memenuhi persyaratan VIM (3,5- 5,5).
• Ruas Jalan Paket Akses Tol Karawang - Teluk Jambe, nilai VIM berkisar
antara 13,3% sampai dengan 16,9 %, tidak memenuhi persyaratan VIM (3,5
- 5,5).
• Ruas Jalan Paket Eretan Kulon- Lohbener II, nilai VIM berkisar antara 5,6%
sampai dengan 9,4 %, tidak memenuhi persyaratan VIM (3,5- 5,5).
• Ruas Jalan Paket Jatibarang - Palimanan, nilai VIM berkisar antara 6,4 %
sampai dengan 10,4 %, tidak memenuhi persyaratan VIM (3,5- 5,5).

4.5.6 Kepadatan Lapisan

Dari hasil pengujian Kepadatan lapisan di laboratekstraorium dari contoh inti


diperoleh hasil sebagaiil sebagai berikut :

• Ruas Jalan Paket Limbangan - Malangbong, nilai derajat kepadatan lapangan


dari AC-WC dan AC-BC berkisar antara 91,1 sampai dengan 102,4, dari 18
contoh inti 11 contoh inti mempunyai derajat kepadatan dibawah 98 %, hanya
7 contoh inti yang memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan.
• Ruas Jalan Paket Akses Tol Karawang - Teluk Jambe, nilai derajat
kepadatan lapangan dari AC-WC dan AC-Base berkisar antara 91,1 sampai
dengan 102,4, dari 18 contoh inti, seluruhnya mempunyai derajat kepadatan
dibawah 98 %, tidak ada contoh inti yang memenuhi persyaratan derajat
kepadatan lapangan.
• Ruas Jalan Paket Eretan Kulon - Lohbener II, nilai derajat kepadatan
lapangan dari AC-WC dan AC-BC berkisar antara 91,1 sampai dengan 102,4,
dari 21 contoh inti, semuanya mempunyai derajat kepadatan lebih besar dari
98 %, memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan.
• Ruas Jalan Paket Jatibarang - Palimanan, nilai derajat kepadatan laparigan
dari AC-BC berkisar antara 91,1 sampai dengan 102,4, dari 11 contoh inti 8
contoh inti mempunyai derajat kepadatan dibawah 98 %, hanya 3 contoh inti
memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan.

56
4.6 Propinsi Jawa Timur

4.6.1 Tinjauan Umum.

• Mantingan - Ngawi.
Ruas jalan Mantingan-Ngawi adalah ruas jalan pada jalur lalu-lintas selatan
dan berada diatas tanah ekspamsif dengan lalu lintas berat, kerusakan awal
yang terjadi pada umumnya retak, gelombang dan
• Ruas Bojonegoro - Padangan - Ngawi .
Ruas-ruas ini adalah ruas jalan penghubung antara jalur lintas selatan dan
jalur lintas utara yang berada diatas tanah ekspansif dengan lalu lintas berat,
kerusakan pada aawal yang terjadi pada umumnya adalah retak, gelombang
dan amblas. Ruas jalan ini termasuk dalam salah satu paket pembangunan
dengan panjang efektif 0,650 km dimulai dari Km 128+700 s.d 129+350 SBY.
• Ruas Kertosono - Kediri
Ruas-ruas ini adalah ruas jalan penghubung antara jalur lintas selatan dan
dengan lalu lintas berat, kerusakan pada aawal yang terjadi pada umumnya
adalah retak, gelombang dan amblas
• Ruas Gresik - Sadang - Tuban
Ruas-ruas ini adalah ruas jalan penghubung antara jalur lintas selatan dan
jalur lintas utara dengan lalu lintas berat, kerusakan pada aawal yang terjadi
pada umumnya adalah retak, gelombang dan amblas. Ruas jalan ini termasuk
dalam salah satu paket pembangunan dengan panjang efektif 0,650 km
dimulai dari Km 52+600 s.d 54+300 SBY.

4.6.2 Ketebalan Lapisan Beraspal


Dari hasil pengambilan dan pengukuran contoh inti diperoleh hasil ketebalan
sebagai berikut :
• Untuk ruas Jalan Mantingan - Ngawi, tebal rata-rata masing-masing lapisan
beraspal pada segmen 2, 6 dan 12 ketebalan AC-WC adalah 3,96 em; 4,11
em dan 4,57 em, memenuhi persyaratan ketebalan reneana (4 em). AC-BC
7,39 em, 6,90 em dan 7,77 em, memenuhi persyaratan tebal reneana (5 em).
• Untuk Ruas Bojo Negoro - Padangan - Ngawi, tebal rata-rata masing-
masing lapisan beraspal pada segmen 2, 5 dan 9, ketebalan AC-WC adalah
4,05 em; 3,97 em dan 3,99 em, memenuhi persyaratan ketebalan rencana (4
em). Tebal AC-Base adalah 5,21 em; 5,07 em dan 4,79 em, memenuhi
persyaratan tebal rencana ( 5 em).C-Base 10,07 em, 10,70 em dan 10,57 em,
memenuhi persyaratan tebal rencana (6 em).

57
• Ruas Kertosono - Kediri, tebal masing-masing lapisan eampuran beraspal
pada segmen 6, 9, 10 ketebalan AC-WC adalah 4,09 em; 4,07 em dan 4,22,
sesuai dengan persyaratan ketebalan rencana (4 em). AC-BC 5,31 em, 8,17
em, 7,89 em, memenuhi persyaratan ketebalan reneana (5 em).
• Ruas Jalan Gresik - Sadang - Tuban, tebal rata-rata masing-masing lapisan
campuran beraspal pada segmen 1, 7 dan 12 ketebalan AC-WC adalah 4,40
em; 3,95 em dan 4,28 em, memenuhi persyaratan ketebalan reneana (4 em).
AC-Base 6,6 em dan 7,96 em, memenuhi persyaratan tebal reneana (6 em).

4.6.3 Kadar Aspal.


Oari hasil ekstraksi contoh blok (untuk T. A. 2007) diperoleh kadar aspal sebagai
berikut:
• Mantingan - Ngawi
Untuk segmen 6 AC-WC diperoleh hasil = 5,42% sesuai JMF = 5,40 dan AC-
BC =5,21% sesuai JMF =5,21%
• Ruas Bojonegoro - Padangan - Ngawi
Untuk segmen 9 AC-WC, AC-BC dan AC-Base masing-masing 5,42%, 5,32%
dan 4,96 %, sesuai JMF masing-masing 5,40 % dan 5,30 % dan4,90%.
• Ruas Kertosono - Kediri
Untuk segmen 10 AC-WC diperoleh hasil = 6,10%, masih dalam batas
toleransi JMF = 6,40 % dan AC-BC = 5,56 % sesuai dengan JMF = 5,80%
• Ruas Gresik- Sadang- Tuban
Untuk segmen 7 AC-WC diperoleh hasil =5,39% masih dalam batas toleransi
jMF = 5,40% dan AC-BC = 5,26% sesuai dengan JMF = 4,80
4.6.4 Kepadatan Laplsan

Dari hasil pengujian Kepadatan lapisan di laboratekstraorium dari contoh inti


diperoleh hasil sebagaiil sebagai berikut :

• Untuk ruas Jalan Mantingan - Ngawi, derajat kepadatan lapangan masing-


masing lapisan beraspal pada segmen 2, 6 dan 12 untuk AC-WC adalah 98
%; 98 % dan 98 %, memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98
%). AC-BC 98% em, 98% em, memenuhi persyaratan kepadatan lapangan
(98 %).
• Untuk Ruas Bojo Negoro - Padangan - Ngawi, derajat kepadatan lapangan
masing-masing lapisan beraspal pada segmen 2, 5 dan 9 untuk AC-WC
adalah 98 %; 98 % dan 98 %, memenuhi persyaratan derajat kepadatan
lapangan (98 %). AC-BC 99 %em, 99% em, 99 %, memenuhi persyaratan

58
kepadatan lapangan (98 %). AC-Base 99 %, 99 %, 99 %, memenuhi
persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %).
• Ruas Kertosono - Kediri, derajat kepadatan lapangan masing-masing lapisan
beraspal pada segmen 6, 9 dan 10 untuk AC-WC adalah 96 %; 96% dan 96
%, tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 % ). AC-BC
96 %, 96 % dan 96 %, tidak memenuhi persyaratan kepadatan lapangan
(98 %).
• Ruas Jalan Gresik - Sadang - Tuban, derajat kepadatan lapangan masing-
masing lapisan beraspal pada segmen 1, 7 dan 12 untuk AC-WC adalah 98
%; 98 % dan 98 %, memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98
%). AC-BC 98% em, memenuhi persyaratan kepadatan lapangan (98 %).

4. 7 Propinsi Jambi

4. 7.1 Tinjauan Umum.

Lokasi kegiatan ruas jalan di Propinsi Jambi untuk tahun anggaran 2007 adalah

meliputi:
• Paket Pembangunan Jalan Mendalo Darat - Jembatan Batanghari (STA
1+985- 3+206), panjang jalan 1,22 km
• Pembangunan Jalan Mendalo Darat- Bts. Kota; Bts. Tanjab- Merlung (STA
10+820- 14+775), panjang jalan 3,955 km.
• Pembangunan Jalan Lingkar Selatan I, II, (Sp. Rimbo- Pal Sepuluh- Sp Pal
Merah- Sp. Bandara), STA 8+910- 9+035 dan 12+950- 13+800.
• Pembangunan Jalan Bts. Bute- Sei Bengkal (STA 2+300- 5+474), panjang
jalan 3,4 km

Kondisi jalan secara keseluruhan relatif baik, pelaksanaan pemeriksaan kualitas

dilaksanakan pemeriksaan back up kualitas dan JMF (Job Mix Formula) dan

pemeriksaan lapangan yang meliputi pemeriksaan visual, pengambilan sample

dan pengujian laboratorium dengan acuan standar adalah Spesifikasi Umum dan

Standar lainnya yang terkait.

Pengambilan contoh inti (core drill) dilaksanakan pada 36 titik, sedangkan contoh

bahan I tes pit dilaksanakan pada 3 titik dengan pengujian dilaboratorium meliputi

kadar aspal, gradasi berat jenis maksimum (Gmm), kepadata dan untuk contoh

bahan agregat Kelas A dan 8 dilakukan pengujian PI dan gradasi.

59
4.7.2 Ketebalan Lapisan Beraspal.

Dari hasil pengambilan dan pengukuran eontoh inti dengan menggunakan jangka

sorong diperoleh ketebalan sebagai berikut :

• Ruas jalan Jalan Mendalo Darat - Jembatan Batanghari, Segmen 5 dan

Segemn 7, untuk lapis AC-WC tebal rata-rata masing-masing 3,97 em dan

4,17 em, memenuhi persyaratan ketebalan rencana (4 em). Untuk AC-BC

5,50 em dan 5,1 em, memenuhi persyaratan ketebalan rencana (5 em).

• Ruas Jalan Mendalo Darat- Batas Kota; Batas Tanjab- Merlung, Segmen 4

dan Segemn 11, untuk lapis AC-WC tebal rata-rata masing-masing 4,40 em

dan 4,40 em, memenuhi persyaratan ketebalan reneana (4 em). Untuk AC-BC

5,10 em dan 6,00 em, memenuhi persyaratan ketebalan rencana (5 em).

• Ruas Jalan Lingkar Selatan I dan II ( Sp. Rimbo - Pal Sepuluh - Sp Pal

Merah - Sp Bandar), untuk segmen 1 dan Segmen 2, Untuk AC-BC tebal

rata-rata segmen masing-masing 5,30 em dan 5,10 em, memenuhi

persyaratan ketebalan rencana (5 em).

• Ruas Batas Bute - Sei Bengkal, Segmen 9 dan Segemn 14, untuk lapis

AC-WC hanya pada segmen 14 diperoleh tebal 4,00 em, memenuhi

persyaratan ketebalan rencana (4 em). Untuk AC-BC 4,70 em dan 5,30 em,

memenuhi persyaratan ketebalan reneana (5 em).

4.7.3 Kadar Aspal.


Hasil pengujian ekstraksi dari eontoh blok yang diambil dari lapangan diperoleh

hasil sebagai berikut :


• Ruas Jalan Mendalo Darat - Jembatan Batanghari Sta. 2+518, untuk lapis

AC-WC = 5,62%, memenuhi persyaratan kadar aspal rencana (kadar aspal

JMF =5,7%) dan untuk AC-BC =5,54%, memenuhi persyaratan kadar aspal
rencana (kadar aspal JMF = 5,6%).

• Pembangunan Jalan Mendalo Darat- Bts. Kota; Bts. Tanjab- Merlung (Sta.

11 +793 untuk AC-WC = 5,62%, memenuhi persyaratan kadar as pal rencana

(kadar aspal JMF = 5,7%) dan untuk AC-BC = 5,56% memenuhi persyaratan

kadar aspal rencana (kadar aspal JMF = 5,6%).

60
• Pembangunan Jalan Lingkar Selatan I, II, (Sp. Rimbo- Pal Sepuluh- Sp Pal

Merah - Sp. Bandara), Sta. 9+191 untuk AC-BC = 5,54%, memenuhi

persyaratan kadar aspal rencana (kadar aspal JMF =5,60%).


• Pembangunan Jalan Bts. Bute - Sei Bengkal, Sta 5+350, untuk lapis AC-WC

= 5,72%, memenuhi persyaratan kadar aspal rencana (kadar aspal JMF =


5,90%) dan untuk AC-BC = 5,65%, memenuhi persyaratan kadar aspal

rencana (kadar aspal JMF =5,80 %).


4. 7.4 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.

Dari hasil analisa saringan agregat hasil ekstraksi dari contoh blok, diperoleh

gradasi agregat gabungan campuran beraspal sebagai berikut :

• Hasil pengujian Gradasi Agregat Ruas Jalan Mendalo Darat - Jembatan

Batanghari SlA 2 + 518 seperti pada label :4.31:

label: 4.31 Hasil Pengujian Gradasi Agregat AC-WC dan AC-BC


I AC-WC AC-BC
1
No. Pengujian
Hasil JMF Hasil JMF
1. Analisa saringan
1• 100 100
%" 100 100 98,3 91,9
%" 84,4 93,5 89,3 71,2
%" 71,8 65,5 74,8 60,6
No.8 44,4 32,0 54,5 30,1
No. 200 5,1 4,1 5,1 4,7

• Pembangunan Jalan Mendalo Darat- Bts. Kota; Bts. lanjab- Merlung SlA
11+793 seperti pada label :4.32.
label: 4.32 Gradasi Agregat AC-WC dan AC-BC Sta 11+793

AC-WC AC-BC
No. Pengujian
Hasil JMF Hasil JMF
1. Analisa saringan
1" 100 100
%" 100 100 97,8 92,6
%" 91,4 91,2 89,7 81,8
3/a" 77,2 75,0 75,7 70,7
No.8 54,2 32,1 53,9 35,2
No. 200 7,0 4,1 7,9 4,4

61
• Pembangunan Jalan Lingkar Selatan I, II, (Sp. Rimbo- Pal Sepuluh- Sp Pal
Merah- Sp. Bandara Sta 9 + 191 seperti Tabel4.33.
Tabel4.33 Gradasi Agregat AC-WC

Ukuran Saringan
Hasil Lab Spesifikasi JMF
(%) (%) (%)
1"
--------------- ------- --
%" 100 100 100
-- -- ---------·
%" 84,5 90 - 100 __ 91,2
----------------- ------------- 1-------
3/a" 76,3 Mak. 90 75,0
---------------------------- - - - - - - - - --
No.8 42,0 28 - 58 32,1
------------------------------------ ------------------------------ -------------- >---------------
No. 200 8,2 4 - 10 4,1

• Pembangunan Jalan Bts. Bute- Sei Bengkal Sta 2+300- 5+474 seperti
pada Tabel : 4.35.
Tabel 4.35 Gradasi Agregat AC-WC dan AC-BC Sta 5+350

I
, No. Pengujian
AC-WC AC-BC
Hasil JMF Hasil JMF
1. Analisa saringan
1" 100 100
%" 100 100 97,2 90,6
%" 84,5 95,5 82,8 64,1
3/a" 76,3 82,6 75,5 57,7
No.8 42,0 30,1 49,5 28,9
No. 200 8,2 4,2 8,1 4,2

4. 7.5 Kepadatan Lapisan Beraspal.

Hasil pengujian kepadatan diperoleh hasil sebagai berikut :

• Ruas jalan Jalan Mendalo Darat - Jembatan Batanghari, Segmen 5 _dan

Segemn 7, untuk lapis AC-WC detejat kepadatan rata-rata masing-masing

97% dan 98 %, salah satu segmen tidak memenuhi persyaratan kepadatan

rencana (98 %). Untuk AC-BC 98 % dan 99 %, memenuhi persyaratan

ketebalan rencana (98 %).

• Ruas Jalan Mendalo Darat- Batas Kota; Batas Tanjab- Merlung, Segmen 4

dan Segemn 11, untuk lapis AC-WC detejat kepadatan rata-rata masing-

masing 98% dan 98 %, memenuhi persyaratan kepadatan rencana (98 %).

62
Untuk AC-BC 98 % dan 99 %, memenuhi persyaratan ketebalan reneana (98

%).

• Ruas Jalan Lingkar Selatan I dan II ( Sp. Rimbo - Pal Sepuluh - Sp Pal

Merah - Sp Bandar), untuk segmen 1 dan Segmen 2, hanya lapis AC-BC

detejat kepadatan rata-rata masing-masing 96 %dan 97 %, tidak memenuhi

persyaratan kepadatan reneana (98 %).

• Ruas Batas Bute - Sei Bengkal, Segmen 9 dan Segemn 14, untuk lapis

AC-WC, hanya satu segmen, detejat kepadatan rata-rata 98 %, memenuhi

persyaratan kepadatan rencana (98 %). Untuk AC-BC 99 % dan 98 %,

memenuhi persyaratan ketebalan reneana (98 %).

4.7.6 Ketebalan LPAILPB


• Ketebalan lapisan LPA dan LPB Ruas Jalan Mendalo Darat - Jembatan
Batanghari Sta 2+518, masing-masing 25 em dan 25 em, ketebcllan LPA
memenuhi persyaratan ketebalan rencana (25 em), sedangkan ketebalan LPB
tidak memenuhi persyaratan ketebalan reneana (27 em).
• Ketebalan lapisan LPA dan LPB Jalan Mendalo Darat- Bts. Kota; Bts. Tanjab
- Merlung Sta 11+793, masing-masing 25 em dan 25 em, ketebalan LPA
memenuhi persyaratan ketebalan rencana (25 em), sedangkan ketebalan LPB
tidak memenuhi persyaratan ketebalan reneana (27 em).

4.7.7 lndeks Plastisitas (PI)


Hasil pengujian Atterberg Limit, diperoleh nilai PI, baik LPA maupun LPB adalah.
• Ruas Jalan Mendalo Darat- Jembatan Batanghari Sta 2+518, untuk LPA nilai
PI = 11,83 % sedangkan PI untuk LPB adalah = 12,09 %, tidak memenuhi
persyaratan PI ( Untuk Kelas A minimal 6% dan Kelas 8 maksimum 10 %).
• Ruas Jalan Mendalo Darat - Bts. Kota; Bts. Tanjab - Merlung Sta 11 +793,
untuk LPA nilai PI = 10 % sedangkan PI untuk LPB adalah = 9, 12%,
memenuhi persyaratan Pl.

4.7.8 Gradasi LPAILPB


Dari hasil analisa saringan eontoh lapangan LPAILPB, diperoleh gradasi agregat
gabungan adalah sebagai berikut :

63
• Ruas Jalan Mendalo Darat - Jembatan Batanghari Sta 2+518, seperti
diperlihatkan pada Tabel :4.36.
Tabel: 4.36 Hasil Gradasi Gabungan LPA dan LPB Sta 2+518

Hasil Lab(%) Spesifikasi (%)


Ukuran Saringan
Klas A Klas B Klas A Klas B
2" 100
----------------------·---------f---·-·-------f---·-·-- ---·--- - - - - ~- -·~

1 Yz" 100 100 100 88-95


- - - - - - - - - f---------r----·---·-------·-·--· -------·------ ···----··-------
1" 78,8 83,1 79-85 70-85
3/ 8 " (9,59) 54,7 37,9 44-58 30-65
~- ----- -----------· ------ -~ . - .. --------- -~ ··--- ------------------------

No. 4 (4, 75) 43,2 32,1 29- 44 25 - 55


-~ -~ -~ ··-------------- -------
No.10(2,0) 33,7 25,2 17-30 15-40
No. 40 (0,425) 21,6 11 ,2 7- 17 8- 20
- - - - - - - - - f - - -~ ----·-·--·----- ·-··------·------
No. 200 (0,075) 3,4 1,3 2- 8 2- 8

• Ruas Jalan Mendalo Darat - Bts. Kota; Bts. Tanjab - Merlung Sta 11 +793,
diperlihatkan pada Tabel: 4.37.
Tabel: 4.37 Hasil Gradasi Gabungan LPA dan LPB Sta 11+793

Hasil Lab(%) Spesifikasi (%)


Ukuran Saringan
Klas A Klas B Klas A Klas B
2" 100
-~ -------·-------- ------ ------ ---- -~ -~

1 U" 100 100 100 88-95


1" 87,5 83,1 79-85 70-85
%" (9,59) 46,3 37,9 44-58 30-65
No.4 (4,75) 37,4 32,1 29-44 25-55
·---·-------------------------- -·--------·· - .... --- --- .. . . .. ---·-- --·-·- .... - ·-- ··-·-·-·- ---- ------- .. - ·-·------ ·-- -·--
No.10(2,0) 27,1 25,2 17-30 15-40
No. 40 (0,425) 15,5 11,2 7-17 8-20
------------------------------------ - - -· ------------ -------- ... -· --------.------------------ ------ .. ---------------
No. 200 (0,075) 1,6 1,3 2- 8 2- 8

64
4.8 Propinsi Sulawesi Tengah

4.8.1 Tinjauan Umum.


Lokasi kegiatan ruas jalan di Propinsi Sulawesi Tengah untuk tahun anggaran
2007 adalah meliputi :
• PPK Pembangunan Jalan Perkotaan :
Paket 1 : Ruas Jalan Talise - Kebonsari

• SNVT Pembangunan Jalan dan jembatan Sulawesi Tengah:


Paket 1 : Ruas Jalan Tambu- Sabang
Paket 2 : Ruas Jalan Sabang - Siboang
• PPK Pembangunan Jalan Sabang - Ogoamas - Malala :
Paket 2 : Ruas Jalan Ogotua - Malala

Kondisi jalan secara keseluruhan relatif baik, pelaksanaan pemeriksaan kualitas


dilaksanakan pemeriksaan back up kualitas dan JMF (Job Mix Formula) dan
pemeriksaan lapangan yang meliputi pemeriksaan visual, pengambilan sample
dan pengujian laboratorium dengan acuan standar adalah Spesifikasi Umum dan
Standar lainnya yang terkait.
Pakaet-paket pekerjaan yang ditinjau dalam pelaksanaan audit ini terletak dalam
satu jurusan Ruas Jalan Nasional Trans Sulawesi Pantai Barat dengan panjang
jalan yang ditinjau dari Palu sampai Malala sepanjang 350 km.

4.8.2 Ketebalan Lapisan Beraspal.


Ketebalan lapisan perkerasan untuk paket-paket yang ditinjau antara lain :
• PPK Pembangunan Jalan Perkotaan, Paket 1 : Ruas Jalan Talise- Kebonsari
Pengambilan contoh inti pada segmen 2, 5 dan 8, untuk AC-WC, tebal rata
rata masing-masing 4,14 em, 4,46 em dan 4,01 em, memenuhi persyaratan
tebal rencana (4 em), untuk AC-BC 5,51 em, 5,72 em dan 5,46 em, memenuhi
persyaratan tebal rencana (5 em).
• SNVT Pembangunan Jalan dan jembatan Sulawesi Tengah Paket 1 : Ruas
Jalan Tambu- Sabang, yg diambil pada segmen 3, 5 dan 7, hanya AC-WC
dengan tebal rata-rata masing-masing 5,38 em 3,86 em dan 4,73, memenuhi
persyaratan ketebalan rencana (4 em).

65
• SNVT Pembangunan Jalan dan jembatan Sulawesi Tengah, Paket 2 : Ruas
Jalan Sabang - Siboang , yang diambil pada segmen 4, 8 dan 12, untuk
AC-WC tebal rata-rata masing-masing 4,91 em, 4,37 em dan 4,15 em,
memenuhi persyaratan ketebalan reneana (4 em), sedangkan AC-BC 4,70
em, 5,33 em dan 4,91, masih memenuhi persyaratan ketebalan rencana
(5 em)
• PPK Pembangunan Jalan Sabang - Ogoamas - Malala Paket 2 : Ruas Jalan
Ogotua- Malala, yang diambil pada segmen 5, 6 dan 8, untuk AC-WC tebal
rata-rata masing-masing 4,8 em, 4,38 em dan 4,57 em, memenuhi
persyaratan ketebalan reneana (4 em), sedangkan AC-BC 5,60 em, 5,74 em
dan 5,67, memenuhi persyaratan ketebalan rencana (5 em).

4.8.3 Kadar Aspal.


Hasil pengujian ekstraksi dari eontoh blok yang diambil dari lapangan diperoleh
hasil sebagai berikut :
• Paket 1 : Ruas Jalan Talise- Kebonsari, Sta. 6+652, kadar aspal AC-WC
5,6%, memenuhi persyaratan kadar aspal rencana (kadar aspal JMF = 5,5 %),
AC-BC 5,1 %, memenuhi persyaratan kadar aspal (kadar aspal JMF5,2 %).
• Paket 1 : Ruas Jalan Tambu- Sabang, segmen 3, Sta. 132+761, kadar aspal
AC-WC 5,8 %, memenuhi persyaratan kadar aspal (kadar aspal JMF =5,9 %).
• Paket 2 : Ruas Sa bang - Siboang, segmen 1, Sta. 162+708, kadar as pal
AC-WC 5,6 %, memenuhi persyaratan kadar aspal (kadar aspal JMF = 5,9 %),
AC-BC 5,4 %, memenuhi persyaratan kadar aspal (kadar aspal JMF = 5,5 %).
• Paket 2 : Ruas Jalan Sabang - Ogotua- Malala, segmen 2, Sta. 151+465,
kadar aspal AC-WC 6,1 %, memenuhi persyaratan kadar aspal (kadar aspal
JMF =6,2 %), AC-BC 6,0 %, memenuhi persyaratan kadar aspal (kadar aspal
JMF 6,1 %).

4.8.4 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.


Dari hasil analisa saringan agregat hasil ekstraksi dari contoh blok, diperoleh
gradasi agregat gabungan campuran beraspal, sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel: 4.38

66
Tabel: 4.38: Gradasi Agregat Campuran Beraspal, AC-WC.

1" 3/4" 1/2" 3/8" No.4 No.8 No.16 No.30 No.50 No.200
Ukuran
Saringan
25.4 19 12.7 9.5 4.75 2.36 1.18 0.6 0.3 0.075

Talise-Kebonsari
100 100 90.5 79.5 52.8 34.35 25.51 18.58 11.52 5.67
(Rencana)

Talise-Kebonsari
100.00 100.00 89.90 83.21 61.50 45.80 33.30 24.40 12.88 5.60
(Actual)

Tambu-5abang
100.00 100.00 90.90 82.70 62.80 45.70 33.70 24.20 16.30 5.40
(Rencana)

Tambu-5abang
100.00 100.00 99.40 89.30 65.61 56.10 45.00 31.20 14.80 4.30
(Actual)

Sabang-5iboang
100.00 100.00 90.90 82.70 62.80 45.70 33.70 24.20 16.30 5.40
(Rencana)

Sabang-5iboang
100.00 100.00 93.40 87.10 64.80 53.70 43.49 29.40 12.80 4.50
(Actual)

Ogotua-Malala
100.00 100.00 87.76 73.69 57.84 48.40 37.67 24.05 13.94 4.64
(Rencana)

Ogotua-Malala
100.00 100.00 92.31 84.30 68.30 57.70 40.80 26.20 8.71 4.50
(Actual)

Max. 100 100 90 90 58 10


Titik kontrol
Min. 100 100 100 28 4

Kurva Fuller 100 100 82.8 73.2 53.6 39.1 28.6 21.1 15.5 8.3

Max. 39.1 31.6 23.1 15.5


Daerah
arangan
Min. 39.1 25.6 19.1 15.5

Sedangkan hasil analisa saringan gradasi campuran beraspal untuk AC-BC


adalah sebagaimana diperlihatkan pada Tabel: 4.39.

67
Tabel: 4.39: Gradasi Agregat Campuran Beraspal, AC-BC.

1" 3/4" 1/2" 3/8" No.4 No.8 No.30 No.50 No.200


Ukuran
Saringan
25.4 19 12.7 9.5 4.75 2.36 0.6 0.3 0.075

Talise-Kebonsari
100.00 100.00 80.80 72.10 52.20 31.90 12.60 8.80 5.50
(Rencana)

Talise-Kebonsari
100.00 100.00 90.10 85.70 58.20 45.30 26.20 14.30 4.30
(Actual)

Sabang-Siboang
100.00 100.00 87.20 81.40 53.50 29.90 11.80 8.30 4.40
(Rencana)

Sabang-Siboang
100.00 100.00 88.60 83.81 64.80 49.31 28.30 16.51 4.40
(Attual)

Ogotua-Malala
100.00 99.71 89.96 78.42 64.16 53.37 27.34 16.00 5.36
(Rel1cana)

Ogotua-Malala
100.00 100.00 85.40 67.51 52.10 38.20 16.81 7.70 4.09
(Actual)

Max. 100.0 100.0 90.0 39.0 8.0


Titik kontrol
Min. 100.0 90.0 23.0 4.0

Kurva Fuller 100.00 87.75 73.20 64.24 47.03 34.33 18.54 13.57 7.27

Max. 34.6 20.7 13.7


Daerah
arangan
34.6 16.7 13.7

4.8.5 Kepad~tn Lapisan Berc•spal.

Hasil pengujian lc!botatorium terhadap contoh Inti diperoleh kepadatan lapisan


sebagaimana diperlihatkan pada Tabel: 4.40.

68
Hasil pengujian kepadatan diperoleh hasil sebagai berikut :
• Untuk Ruas Jalan Talise - Kebonsari, dari contoh inti segmen 1, 4 dan 8,
diperoleh derajat kepadatan AC-WC masing-masing 97 %, 98% 96 %, 2 dar 3
contoh inti tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %),
untuk AC-BC diperoleh derajat kepadatan masing-masing 96 %, 97 % dan 96
%, tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %).
• Untuk Ruas Jalan Tambu - Sabang, dari contoh inti segmen 1, 4 dan 8,
diperoleh derajat kepadatan AC-WC masing-masing 83 %, 96 % dan 94 %,
tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %).
• Untuk Ruas Sabang - Siboang, dari contoh inti segmen 1, 4 dan 8, diperoleh
derajat kepadatan rata-rata AC-WC masing-masing 80 %, 85% 85 %, tidak
memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %), untuk AC-BC
diperoleh derajat kepadatan masing-masing 82 %, 93 % dan 94 %, tidak
memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %).
• Untuk Ruas Jalan Ogotua - Malala, dari contoh inti segmen 5, 6 dan 8,
diperoleh derajat kepadatan rata-rata AC-WC masing-masing 96 %, 96 %
dan 96 %, tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %),
untuk AC-BC diperoleh derajat kepadatan masing-masing 95 %, 95 % dan 96
%, tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %).
4.8.6 Ketebalan dan Kepadatan LPA.

Dari hasil pengujian sand cone dan pengukuran ketebalan di lapangan diperoleh
kepadatan dan ketebalan LPA (Agregat Kelas A), sebagaimana diperlihatkan
pada label : 4.40.

Tabel: 4.40: Kepadatan, Ketebalan dan lndeks Plastisitas LPA (Agregat Kelas A)

SABANG- SIBOANG OGOTUA - MALALA


PAKET
RENCANA ACTUAL RENCANA ACTUAL

KEPADATAN AGR. KELAS A 2.265 2.04 2.22 2.196

KETEBALAN AGR. KELAS A 15 13.38 10 16.68

INDEKS PLASTISITAS NP
NP NP NP
KELASA

69
4.9 Propinsi Papua.

4.9.1 Tinjauan Umum.

Paket Ruas jalan Muting - Asiki - Tanah Merah, panjangnya 1,3 km, dengan
Iebar perkerasan 4,5 m adalah jalan Nasional yang terletak di Kabupaten
Merauke. Jenis perkerasan pada Paket pekerjaan ini adalah Latasir dengan tebal
rencana 2 em dan lapis pondasi tanah semen (soil cement) dengan tebal15 em.
4.9.2 Tebal Perkerasan Beraspal

Untuk mengetahui tebal perkerasan dilakukan Uji Lubang (Test Pit), yaitu pada
Km 246+150 dan Km 246+350. Hasil pengukuran tebal diperoleh hasil sebagai
berikut:
• Dari Km 246+150, diperoleh tebal rata-rata 2,3 em, memenuhi persyaratan
tebal rencana (2 em).
• Dari Km 246+350, diperoleh tebal rata-rata 2,3 em, memenuhi persyaratan
tebal rencana (2 em)
4.9.3 Tebal Perkerasan Tanah-Semen

• Dari Km 246+150, diperoleh tebal rata-rata 16,0 em, memenuhi persyaratan


tebal rencana (15 em).
• Dari Km 246+350, diperoleh tebal rata-rata 15,4 em, memenuhi persyaratan
tebal rencana (15 em)
4.9.4 Kepadatan Lapisan Tanah Semen

Hasil pengujian kepadatan dengan menggunakan konus pasir, diperoleh derajat


kepadatan, untuk Km 246+150 adalah 100,3 %, memenuhi persyaratan derajat
kepadatan lapangan (100 %), sedangkan derajat kepadatan yang dilakukan pada
Km 246+350 diperoleh derajat kepadatan lapanga 101,6 %, memenuhi
persyaratan kepadatan (100 %).
4.9.5 Kadar Aspal

Hasil pengujian ekstraksi di laboratorium diperoleh kadar aspal sebagai berikut :


• Dari Km 246+150, diperoleh kadar aspal 9,9 %, tidak memenuhi persyaratan
kadar aspal rencana (10,8 %).
• Dari Km 246+350, diperoleh kadar aspal 9,0 %, tidak memenuhi persyaratan
kadar aspal rencana (10,8 %).

70
4.9.6 Gradasi Pasir

Hasil pengujian analisa saringan diperoleh gradasi pasir sebagaimana


diperlihatkan pada Tabel : 4.41.

Tabel: 4.41 : Hasil Pengujian Analisa Saringan.

! Ukuran Saringan Hasil Lab (%)


Spesifikasi (%)
Km Km
246+150 246+350
3/8" (9,5 mm) 100 100 100
- - - - - - - · - 1----------- - - - - · - - - · - - - - - -
#4 (4,75 mm) 99,3 98,9 85-100
- -----·--·-·---- -- ---·--·---------· -------
# 8 (2,38 mm) 95,9 95,4 80-95
-- r-· -- ---
# 16 (1,19 mm) 89,3 89,2 70-89
--
# 30 (0,59 mm) 82,9 82,5 55-80
--------
# 50 (0,30 mm) 78,0 77,2 30-60
----- --------··· ----- ----·-··----- ·- ·--. ---·-- ... ------- ... -- ----· -----·--· ----- ···---------
# 100 (149 mm) 56,7 30,5 10-35
- --· -- -----------------------
# 200 (0,075 mm) 2,9 2,3 4-14

71
BABV

ANALISIS DAN EVALUASI

5.1 Propinsi Nusa Tenggara Barat

Jumlah paket pek~an yang diambil untuk Propinsi Nusa Tenggara Barat
berjumlah 3 paket pek~an meliputi:
~ Paket Pelangan - Sp. Pengantap- MT azan - Kuta, hanya AC-WC.
~ Tgh Faizal Kota mataram, AC-WC dan AC-BC
~ Akses Bandar- Lombok Baru, AC-WC dan AC-BC
Untuk masing-masing paket pekerjaan diambil 3 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 15 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi be~umlah 4 s ampel pengujian kadar aspal.
5.1.1 Ketebalan Lapisan Beraspal.
Dari 15 sampel segmen pengujian yang ditinjau semuanya memenuhi
persyaratan ketebalan.
Untuk suatu ketebalan lapisan dimaksudkan untuk menampung beban lalu-lintas
tertentu, sehingga bila ketebalan lapisan berkurang, maka akan berpengaruh
terhadap umur rencana jalan.
5.1.2 Kepadatan Lapisan Beraspal
Dari 15 sampel segmen pengujian yang ditinjau semuanya memenuhi
persyaratan kepadatan.
Bila derajat kepadatan lapisan tidak memenuhi syarat yang ditentukan, maka
akan berakibat pada te~adiny kerusakan dini berupa ravelling atau retak yang
akan berkembang menjadi lubang.
5.1.3 Kadar Aspal.
Dari 4 sampel pengujian kadar aspal, semuanya memenuhi persyaratan kadar
as pal.
5.1.4 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.
Dari 4 sampel hasil pengujian gradasi, semuanya tidak memenuhi persyaratan
gradasi agregat.

66
5.1.5 Ketebalan LPAILPB
Dari 4 sampel ketebalan LPNLPB, semuanya memenuhi ketebalan rencana ( 14
em).

5.1.6 lndeks Plastisitas (PI)


Hasil pengujian Atterberg Limit, diperoleh nilai PI, baik LPA maupun LPB adalah
non plastis (NP); sangat baik.

5.1.7 Gradasi LPAILPB


Dari 4 sampel gradasi LPNLPB, semuanya memenuhi persyaratan gradasi
dalam spesifikasi.

5.2 Propinsi Sumatera Selatan

Jumlah paket pekerjaan yang diambil untuk Propinsi Sumatera Selatan berjumlah
4 paket pek~an meliputi :
~ Paket Batas Jambi - Buyung Lincir, AC-WC dan AC-BC
~ Betung - Batas Palembang, AC-WC dan AC-BC
~ Palembang - lndralaya, AC-WC dan AC-BC
~ Lubuk Siberuk - Panggang, AC-WC dan AC-BC
Untuk masing-masing paket pek~an diambil 3 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 24 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi be~umlah 4 sampel pengujian.

5.2.1 Ketebalan Lapisan Beraspal


Dari 24 sampel segmen yang ditinjau, semuanya memenuhi persyaratan
ketebalan rencana.
5.2.2 Kadar Aspal
Dari 8 sampel pengujian AC-WC/AC-BC, semuanya kurang dari kadar aspal
yang direncanakan.

67
5.2.3 Kepadatan Lapisan Beraspal.

Dari 24 sampel pengujian, memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan.

5.2.4 Rongga Dalam Campuran (VIM).

Dari 8 pengujian VIM, 2 sampel tidak memenuhi persyaratan VIM yang


ditentukan.
5.3 Propinsi Kalimantan Tengah.

Jumlah paket pek~an yang diambil untuk Propinsi Kalimantan Tengah 4 paket
pekerjaan meliputi :
};> Paket Pilang Km 35-Gohong, HRS-WC
};> Paket Kapuas-Palingkau-Dadahup, HRS-Base.
};> Paket Muara Teweh- Km 50 (1), HRS-WC dan HRS-Base
};> Paket Palangkaraya - Bagugus, HRS-WC
Untuk masing-masing paket pek~an diambil 4 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 15 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi be~umlah 5 sampel pengujian.
5.3.1 Ketebalan Lapisan Beratspal

Dari 18 sampel segmen pengujian semuanya memenuhi persyaratan etebalan


rencana.
5.3.2 Kadar Aspal
Dari 5 sampel pengujian kadar aspal, 1 sampel tidak memenuhi persyaratan
kadar aspal rencana.
5.3.3 Kepadatan Laplsan Beraspal.

Dari 15 sampel segmen, 2 segmen tidak memenuhi persyaratan kepadatan yang


disyaratkan.
5.3.4 Rongga Dalam Campuran (VIM).

Dari 2 sampel segmen, 1 sampel segmen tidak memenuhi persyaratan VIM dari
spesifikasi.
5.4 Propinsi Sulawesi Selatan

Paket-paket pek~an yang dijadikan sampel pengujian adalah sebagai berikut :

68
Jumlah paket pekerjaan yang diambil untuk Propinsi Sulawesi Selatan berjumlah 4
paket pek~an meliputi :
~ Ruas Takalar- Jeneponto I, AC-WC dan AC-BC.
~ Ruas Jalan Paket Metros - Pangkajene, AC-WC dan AC-BC.
~ Ruas Jalan Paket Anabanua- Tarumpakae, AC-WC dan AC-BC.
~ Ruas Jalan Paket Rapang - Enrekang, AC-WC dan AC-BC.
Untuk masing-masing paket pek~an diambil 3 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 24 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi be~umlah 8 sampel pengujian.
5.4.1 Ketebalan Lapisan Beraspal
Dari 24 sampel segmen, 1 sampel tidak memenuhi persyaratan tebal
rencanan.
5.4.2 Kadar Aspal

Dari 8 sampel pengujian kadar aspal AC-WC/AC-BC, semuanya memenuhi


persyaratan kadar aspal.

5.4.3 Gradasi Carnpuran Beraspal.

Dari 8 sampel pengujian, semuanya tidak memenuhi persyaratan gradasi yang


direncanakan (JMF).
5.4.4 Ketebalan LPAILPB.

Dari 8 sampel pengukuran kepadatan 1 sampel kurang dari ketebalan


rencana.
5.4.5 Gradasi LPAILPB.

Dari 8 sampel pengujian gradasi, 1 sampel tidak memenuhi persyaratan gradasi


dari spesifikasi.

5.5 Propinsi Jawa Barat.

Paket-paket pek~an yang dijadikan sampel pengujian adalah sebagai berikut :


Jumlah paket pekerjaan yang diambil untuk Propinsi Jawa Barat berjumlah 4 paket
pekerjaan meliputi :
);;> Ruas Limbangan-Malangbong, AC-WC.
);;> Ruas Jalan Akses Tal Karawang -Tik. Jambe, AC-WC dan AC-BC.
);;> Ruas Jalan Eretan Kulon - Lohbener II , AC-WC.

69
);> Ruas Jalan Paket Lohbener - Palimanan, AC-BC.
Untuk masing-masing paket pek~an diambil 3 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 17 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi be~umlah 5 sampel pengujian.

5.5.1 Ketebalan lapisan Beraspal


Dari 17 segmen sampel contoh inti, 1 segmen tidak memenuhi persyaratan
ketebalan rencana.
5.5.2 Kadar Aspal

Dari 7 sampel pengujian kadar aspal, 5 sampel tidak memenuhi persyaratan


kadar aspal.

5.5.3 Rongga Dalam Campuran (VIM)

Dari 17 sampel segmen, semuanya tidak memenuhi persyaratan VIM dari


spesifikasi. Nilai VIM secara keseluruhan lebih besar dari persyaratan yang
ditentukan.

5.5.4 Kepadatan lapisan

Dari 17 sampel segmen, 8 segmen tidak memenuhi persyaratan derajat


kepadatan dari spesifikasi.

5.6 Propinsi Jawa Timur

Paket-paket pek~an yang dijadikan sampel pengujian adalah sebagai berikut :


Jumlah paket pekerjaan yang diambil untuk Propinsi Jawa Timur berjumlah 4
paket pek~an meliputi :
);> Ruas Jalan Mantingan - Ngawi, AC-WC dan AC-BC.
);> Ruas Jalan Bojo Negoro - Padangan - Ngawi, AC-WC dan AC-BC.
);> Ruas Jalan Kertosono- Kediri, AC-WC.
);> Ruas Jalan Gresik- Sadang- Tuban, AC-WC dan AC-BC.
Untuk masing-masing paket pek~an diambil 3 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 24 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi be~umlah 8 sampel pengujian.

70
5.6.1 Ketebalan Lapisan Beraspal
Dari dari 24 sampel segmen pengukuran contoh inti, semuanya memenuhi
persyaratan ketebalan rencana.
5.6.2 Kadar Aspal.
Dari 8 sampel pengujian kadar aspal, semuanya memenuhi persyaratan kadar
aspal rencana.
5.6.3 Kepadatan Lapisan

Dari 24 sampel segmen pengujian kepadatan dari contoh inti, 6 sampel tidak
memenuhi persyaratan derajat kepadatan dari spesifikasi.

5. 7 Propinsi Jambi

Paket-paket pekerjaan yang dijadikan sampel pengujian adalah sebagai berikut :


Jumlah paket pekerjaan yang diambil untuk Propinsi Jambi berjumlah 4 paket
pekerjaan meliputi :
~ Ruas Jalan Mendalo Darat- Jembatan Batanghari, AC-WC dan AC-BC.
~ Ruas Jalan Mendalo Darat- Bts. Kota; Bts. Tanjab- Merlung, AC-WC dan
AC-BC.
~ Ruas Jalan Lingkar Selatan I, II, (Sp. Rimbo - Pal Sepuluh - Sp Pal Merah -
Sp. Bandara), AC-WC dan AC-BC.
~ Ruas Jalan Bts. Bute - Sei Bengkal, AC-WC dan AC-BC.
Untuk masing-masing paket pekerjaan diambil 2 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 16 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi berjumlah 8 sampel pengujian.

5. 7.1 Ketebalan La pi san Beraspal.


Dari 18 contoh segmen dari contoh inti, semuanya memenuhi persyaratan tebal

rencana.

5.7.2 Kadar Aspal.


Hasil 8 sampel pengujian kadar aspal, semuanya memenuhi persyaratan kadar

aspal rencana.

71
5. 7.3 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.

Dari 7 sampel pengujian gradasi agregat, semuanya tidak sesuai dengan

persyaratan gradasi JMF.

5. 7.4 Kepadatan Lapisan Beraspal.

Dari 14 sampel segmen dari contoh inti, 4 segmen tidak memenuhi persyaratan
derajat kepadatan lapangan.

5.7.5 Ketebalan LPAILPB


Dari 4 sampel pengujian derajat kepadatan lapangan, 2 sampel tidak memenuhi
persyaratan derajat kepadatan lapangan.
5.7.6 lndeks Plastisitas (PI)
Dari 4 sampel pengujian PI, 3 sampel tidak memenuhi persyaratan PI dalam
spesifikasi.
5.7.7 Gradasi LPAILPB
Dari 4 sampel pengujian gradasi, semuanya tidak memenuhi persyaratan gradasi
dalam spesifikasi.
5.8 Propinsi Sulawesi Tengah

Paket-paket pek~an yang dijadikan sampel pengujian adalah sebagai berikut :


Jumlah paket pekerjaan yang diambil untuk Propinsi Sulawesi Tengah be~umlah 4
paket pekerjaan meliputi :
);> PPK Pembangunan Jalan Perkotaan, Paket 1 : Ruas Jalan Talise- Kebonsari,
AC-WC dan AC-BC.
);> SNVT Pembangunan Jalan dan jembatan Sulawesi Tengah, Paket 1 : Ruas
Jalan Tambu- Sabang, AC-WC.
:.;.. SNVT Pembangunan Jalan dan jembatan Sulawesi Tengah, Paket 2 : Ruas
Jalan Sabang- Siboang, AC-WC dan AC-BC.
);> PPK Pembangunan Jalan Sabang - Ogoamas - Malala, Paket 2 : Ruas Jalan
Ogotua C dan AC-BC.
Untuk masing-masing paket pek~an diambil 3 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 21 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi be~umlah 8 sampel pengujian.

72
5.8.1 Ketebalan Lapisan Beraspal.

Dari 21 contoh segmen dari contoh inti, semuanya memenuhi persyaratan tebal

rencana.

5.8.2 Kadar Aspal.

Hasil 7 sampel pengujian kadar aspal, semuanya memenuhi persyaratan kadar

aspal rencana.

5.8.3 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.

Dari 7 sampel pengujian gradasi agregat, semuanya tidak sesuai dengan

persyaratan gradasi JMF.

5.8.4 Kepadatan Lapisan Beraspal.

Dari 21 sampel segmen dari contoh inti, 20 segmen tidak memenuhi persyaratan
derajat kepadatan lapangan.

5.8.5 Ketebalan LPA


Dari 2 sampel pengujian ketebalan lapisan, 1 sampel tidak memenuhi
persyaratan ketebalan rencana.
5.8.6 lndeks Plastisitas (PI)
Dari 2 sampel pengujian PI, semuanya memenuhi persyaratan PI dari
spesifikasi.
5.8.7 Kepadatan LPA
Dari 2 sampel pengujian derajat kepadatan lapangan, 1 sampel tidak memenuhi
persyaratan derajat kepadatan lapangan.
5.9 Propinsi Papua.

Paket-paket pek~an yang dijadikan sampel pengujian adalah sebagai berikut :


Jumlah paket pekerjaan yang diambil untuk Propinsi Papua berjumlah 2 paket
pekerjaan meliputi :
};> PPK Pembangunan Jalan Perkotaan, Paket 1 : Ruas Jalan Talise- Kebonsari,
AC-WC dan AC-BC.
};> SNVT Pembangunan Jalan dan jembatan Sulawesi Tengah, Paket 1 : Ruas
Jalan Tambu- Sabang, AC-WC.

73
5.9.1 Tebal Perkerasan Beraspal

Dari 2 sampel pengujian, semuanya memenuhi persyaratan ketebalan


rencana.
5.9.2 Tebal Perkerasan Tanah-Semen

Dari 2 sampel pengujian, semuanya memenuhi persyaratan ketebalan


rencana.
5.9.3 Kepadatan Lapisan Tanah Semen

Dari 2 sampel pengujian, semuanya memenuhi persyaratan derajat kepadatan


lapangan dari spesifikasi.
5.9.4 Kadar Aspal

Dari 2 sampel pengujian, semuanya tidak memenuhi persyaratan kadar aspal


rencana.
5.9.5 Gradasi Pasir

Dari 2 sampel pengujian, semuanya tidak memenuhi persyaratan gradasi dari


spesifikasi.
5.10 Rangkuman

Dalam rangkuman akan dievaluasi berbagai parameter indikator mutu pekerjaan,


seperti ketebalan, kadar aspal, kepadatan, gradasi dan sebagainya.

5.1 0.1 Tebal Perkerasan Beraspal

Dari 163 sampel segmen, 2 sampel tidak memenuhi persyaratan ketebalan


rencana. Hanya 1,2 % dari parameter ketebalan tidak memenuhi persyaratan
tebal rencana.
Secara umum dapat dikatakan bahwa parameter ketebalan dalam pelaksanaan
di lapangan, umumnya sudah tidak menjadi masalah.
Ketebalan lapis perkerasan dimaksudkan untuk mampu menampung beban lalu-
lintas yang direncanakan; bila ketebalan tidak sesuai dengan ketebalan rencana,
maka akan mengurangi nilai struktural perkerasan, sehingga akan berpengruh
terhadap umur rencana. Bila ketebalan lapisan kurang dari ketebalan lapisan
yang direncanakan, maka umur rencana jalan tidak akan dapat dicapai.

74
5.1 0.2 Kadar As pal

Dari 57 sampel pengujian, 16 sampel tidak memenuhi persyaratan kadar aspal


rencana.
5.1 0.3 Kepadatan La pi san Beraspal

Dari 129 sampel pengujian, 41 sampel tidak memenuhi persyaratan derajat


kepadatan lapangan dari spesifikasi, ini berarti 31,8 % parameter kadar aspal
tidak memenuhi persyaratan kadar aspal yang direncanakan.
Kekurangan kadar aspal dapat berakibat te~adiny kerusakan dini dari
perkerasan, seperti ravelling, retakllubang dan sebagainya. Kekurangan kadar
aspal juga dapat menyebabkan void dalam campuran menjadi besar, sehingga
perkerasan menjadi lebih porus, hal ini memudahkan masuknya air kedalam
perkerasan.
Kelebihan kadar aspal juga dapat menyebabkan berbagai kerusakan. Akibat
kelebihan kadar asal nilai void menjadi kecil dan pada kondisi ini, bila suhu
perkerasan tinggi, maka void yang ada tidak lagi dapat menampung pemuaian
aspal, sehingga aspal akan mendesak agregat dan dapat menyebabkan inter
locking antar agregat menjadi terdesak. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai
kerusakan perkerasan beraspal seperti bleeding, deformasi plastis, alur pada
jejak roda dan sebagainya.
5.1 0.4 Gradasi Campuran Beraspal

Dari 28 sampel pengujian, semuanya tidak memenuhi persyaratan gradasi


yang direncanakan (JMF).
Tampaknya untuk mencapai gradasi yang sesuai dengan persyaratan cukup sulit
untuk dilaksanakan. Penyimpangan gradasi merupakan murni masalah
kemampuan sumber daya manusia, karena penyimpangan gradasi tidak
menghasilkan keuntungan apapun bagi pelaksana.
Memperhatikan data diatas, perlu ada evaluasi terhadap spesifikasi, apakah
batasan batasan dalam spesifikasi tersebut tidak menyulitkan dalam
pelaksanaan. Mungkin perlu dilakukan pengkajian untuk menentukan batas
toleransi yang aman bila penyimpangan tersebut terjadi.
Dari sisi kine~a perkerasan; penyimpangan gradasi terkait dengan kadar aspal;
bila penyimpangan gradasi menyebabkan luas bidang permukaan agregat

75
menjadi lebih besar, maka akan menyebabkan tebal film aspal beraspal menjadi
lebih tipis, hal ini dapat menyebabkan berbagai kerusakan seperti ravelling,
retakllubang dan sebagainya. Sebaliknya bila penyimpangan gradasi
menyebabkan luas bidang permukaan agregat semakin rendah, maka akan
te~adi tebal film aspal yang terlalu tebal, akan menyebabkan terjadinya berbagai
kerusakan seperti deformasi plastis, alur pada jejak roda, bleeding dan
sebagainya.

76
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

• Dalam pelaksanaan audit, sudah jarang sekali ditemui para parameter tebal
lapisan yang kurang dari tebal yang direncanakan, hal ini terlihat dari 163
sampel segmen, hanya 2 sampel segmen (1,2 %) yang tidak sesuai dengan
ketebalan rencana.

• Dari 57 sampel pengujian kadar aspal, 16 sampel pengujian (28 %) tidak sesuai
dengan kadar aspal yang direncanakan, dimana penyimpangan kadar aspal dapat
menyebabkan teijadinya berbagai kerusakan, seperti raveling, retak/lubang,
deformasi plastis, alur pada jejak roda dan sebagainya.

• Dari 128 sam pel segmen, 41 sam pel segmen (31 ,8 %) tidak memenuhi
persyaratan derajat kepadatan lapangan, sesuai dengan spesifikasi, padahal
akibat kurang padatnya perkerasan dapat menyebabkan terjadinya berbagai
macam kerusakan, seperti raveling, retak/lubang dan sebaginya.

• Dari 28 sampel pengujian gradasi agregat campuran beraspal, semuanya tidak


memenuhi persyaratan gradasi yang direncanakan dalam Rancangan Campuran
Kerja (Job Mix Formula), padahal penyimpangan gradasi dapat berakibat
terjadinya berbagai jenis kerusakan, seperti raveling, retak/lubang, deformasi
plastis, alur pada jejak roda dan sebagainya.

• Dari 20 sampel pengukuran ketebalan LPA/LPB, 4 sampel ( 20 %) tidak


memenuhi persyaratan ketebalan yang direncanakan, dimana ketebalan yang
tidak sesuai dengan ketebalan rencana, dapat menyebabkan tidak tercapainya
umur rencana jalan.

1.2. Saran.

• Masih tingginya persentase terjadinya penyimpangan dikarenakan lemahnya


fungsi pengawasan, untuk itu perlu lebih dioptimalkan lagi melalui ketentuan
kelengkapan laboratorium di Unit Pencampur Aspal, kewajiban kalibrasi unit

77
pencampur aspal secara berkala, pemilihan pengawas lapangan yang ketat dan
sebagainya.

• Sulitnya mencapai gradasi agregat gabungan campuran beraspal yang sesuai


dengan gradasi JMF, harus menjadi masukan untuk melakukan berbagi kajian
kemungkinan untuk perbaikan spesifikasi gradasi agregat gabungan untuk
campuran beraspal.

• Berbagai penyimpangan dapat juga terjadi akibat lemahnya kemampuan sumber


daya manusia pelaksananya, untuk itu perlu digalakkan berbagai pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pelaksana di lapangan.

78
OAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Bina Marga, Spesifikasi Tenik, Dokumen Lelang masing-


masing proyek.

2. United Nations Economic Commition For Africa, Practical Guidelines For Road
Maintenance For Africa.

3. The Asphalt Institute, Thicness Design - Full Depth Asphalt pavement


Structures For Highways and Streets.
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai