JALAN
LAPORAN PENELITIAN
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN .DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Jl. A.B. Nasution No. 264 Kotak Pos 2 Ujungberung T ~ l p. (022) 7802251 Fax. 7802726 Bandung 40294 e-mail:pusjatan@pusjatan.pu,go.id
\000 l ~ ~J
LAPORAN PENELITIAN
Penanggungjawab Penelitian :
Desember 2007
TAHUN 2007
/K~T· . ~
Menyetujui,
Ketua Tim Teknis
LAPORAN AKHIR
Tim Pelaksana :
·'
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
(Excecutive Summary)
1. LATAR BELAKANG
Jalan merupakan prasarana penting dalam menunjang kegiatan perekonomian
masyarakat. Didalam pelaksanaan pek~an jalan, baik bahan maupun prosedur
pelaksanaan yang digunakan harus mengacu pada spesifikasi yang telah ditentukan;
penyimpangan bahan dan prosedur pelaksanaan yang digunakan dapat
mengakibatkan umur rencana jalan yang direncanakan tidak dapat dicapai. Selain
dari pada itu kondisi jalan yang rusak dapat menyebabkan biaya operasional
kendaraan menjadi lebih tinggi; hal ini merupakan salah satu ineffisiensi dalam suatu
rangkaian kegiatan ekonomi, yang dapat menyebabkan turunnya daya saing suatu
produk.
Saat ini banyak terjadi kerusakan sebelum waktunya pada permukaan perkerasan
jalan di jalan-jalan Nasional baik di jalan-jalan Pantura Jawa juga di Jalur Lintas Timur
Sumatera, maupun di tempat lain, seperti deformasi plastis dan retak. Jalur pantai
utara jawa dan Jalur Lintas Timur Sumatera, merupakan jalan arteri antar kota, yang
menghubungkan pusat-pusat produksi, distribusi, maupun pemasaran, sehingga
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang perekonomian nasional.
Memperhatikan hal tersebut diatas, perlu kiranya suatu kegiatan untuk mengetahui
berbagai kelemahan yang terjadi dari aspek teknik, melalui kegiatan audit teknologi
bidang bahan dan perkersan jalan.
2. TUJUAN
Mengetahui berbagai kelemahan yang terjadi dari aspek teknik pada pelaksanaan
proyek-proyek pek~an jalan di Pantai Utara Jawa.
3. SASARAN
Mengetahui jenis dan penyebab terjadinya kerusakan pada perkerasan beraspal.
Mengetahui pola penyimpangan yang terjadi pada pelaksanaan pekerjaan
perkerasan beraspal.
4. HIPOTESIS
Banyaknya kerusakan dini yang terjadi pada perkerasan jalan, pada jalan nasional
selama ini te~adi akibat adanya penyimpangan spesifikasi pada pelaksanaan proyek-
proyek pembngunan jalan tersebut.
5. METODOLOGI
5.1 T aha pan Audit.
Secara garis besar rencana tahapan kegiatan audit sebagai berikut :
1) Pre-Audit
Pemilihan dan penetapan audit, melakukan survey instansional dan
koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Kesepakatan dengan pihak Audit, yaitu untuk menentukan objek jembatan,
lingkup kegiatan, jadwal dan kriteria audit (Kinerja masa lalu,
NSPM/standard teknis, hasil-hasil penelitian).
iii
Pengumpulan informasi umum, yaitu mengenai proses pelaksanaan,
laporan audit terdahulu bila ada dan dokumen lain yang relevan.
Persiapan rencana audit, yaitu koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan
menyusun jadwal waktu pelaksanaan.
2) On-site Audit
Pengumpulan bukti audit, yaitu telaah dokumen (laporan, prosedur, manual),
observasi (kine~a proses pelaksanaan, survey lapangan).
- Analisis dan evaluasi bukti dan temuan (merupakan hasil penilaian terhadap
perbandingan bukti audit dengan kriteria audit)
3) Post-Audit
Penyusunan laporan dan dokumentasi.
5.2 Lokasi
Kegiatan audit bahan dan perkerasan jalan mengambil lokasi di lintas jalintim -
Sumatera dan Pantura - Jawa. Lokasi kegiatan audit untuk Lintas Jalintim -
Sumatera yaitu, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung.
Sedangkan untuk Pantura yaitu, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
5.3 Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data untuk kegiatan Audit Teknologi bidang bahan dan perkerasan
jalan dilakukan dengan melakukan dengan pengambilan data secara langsung baik
di lapangan maupun di laboratorium.
5.4 Teknik Analisis
Hasil-hasil pemeriksaan tersebut selanjutnya dilakukan penyusunan laporan melalui
diskusi teknik tim serta melibatkan para narasumber.
Hasil pemeriksaan lapangan desesuaikan dengan data-data teknis perencanaan
maupun pelaksanaan, sehingga diperoleh suatu kesesuaian antara data aktual
lapangan dengan data dokumen atau spesifikasi teknis yang telah ditentukan dalam
dokumen.
6. BASIL YANG DICAPAI.
Hasil yang dicapai adalah sebagai berikut :
1) Ditemukannya berbagai jenis kerusakan pada permukaan perkerasan jalan di
lapangan.
2) Dari basil pengujian di lapangan dan laboratorium diketahui berbagai penyebab
terjadinya kerusakan adalah akibat penyimpangan spesifikasi.
3) Dari basil kajian diketahui berbagai penyebab teljadinya penyimpangan spesifikasi
adalah sebagai berikut :
- lemahnya fungsi Quality Control.
- Kurangnya pemahaman terhadap spesifikasi pada SDM di lapangan.
- Keterbatasan material di lapangan.
iv
7. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Propinsl Sumatera Utara.
Secara umum kondisi jalan, jalintim di propinsi Sumatera Utara cukup baik,
dapat melayani lalu-lintas dengan kecepatan 60 km~a, kecuali pada
segmen-segmen tertentu.
Khusus perkerasan jalan pada ruas jalan antara Tanjungpura menuju
Simpang Pangkalan Susu, Km 86+600 yang mengalami penurunan badan
jalan sepanjang 50-70 meter, dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Badan jalan pada segmen ini terdiri atas timbunan di atas daerah hutan
bakau, Iebar bahu efektif relatif sempit, sekitar (1,20 - 1,50) meter, Iebar
lereng timbunan relatif curam ± 1,20 meter (Gambar 2c).
2. Timbunan badan jalan setinggi 3,2 meter mengalami pasang surut dengan
muka air tertinggi di bawah perkerasan jalan sekitar kedalaman 1,20
meter;
3. Adanya perubahan fungsi daerah sisi jalan yang semula tanaman hutan
bakau berubah fungsi menjadi semacam tambak sehingga tahanan
samping timbunan badan jalan terganggu sebagai counter weight yang
merupakan bagian lateral support terhadap badan jalan.
4. Sering berhentinya kendaraan truk berat yang mengangkut hasil hutan
atau mengangkut barang, memarkir kendaraan truk untuk berhenti
sementara di pos-pos pemeriksaan dengan roda kendaraan berada di
sebagian bahu dan perkerasan jalan.
Untuk ruas Simpang Kota Pinang - Batas Riau, kerusakan jalan berupa
deformasi berupa alur dan gelombang Km 352+900, yang disebabkan oleh
kondisi lapangan, antara lain daerah tanjakan yang menyebabkan kendaraan
berat berjalan lambat, lajur jalan yang relatif kurang Iebar (Iebar jalan antara 6
dan 6,3 meter) sehingga distribusi jejak roda tidak menyebar.
6.1.2 Proplnsl Rlau.
Secara umum kondisi jalan Jalintim, di propinsi Riau cukup baik, dapat
melayani lalu-lintas dengan kecepatan 60 km~a, kecuali pada segmen-,
segmen tertentu.
Berdasarkan toleransi ketebalan dalam Spesifikasi, yaitu 0,5 em, maka dapat
dilihat dari 36 titik hasil core, tebal lapis perkerasan yang tidak memenuhi
persyaratan spesifikasi adalah 16% (6 titik).
Dari hasil pengujian tanah asli, dapat disimpulkan bahwa kondisi daerah
sekitar Km 74 + 400 & 74+750 (Pakanbaru- Bts Jambi) merupakan daerah
gambut dengan klasifikasi H3 dan H4 (Von Post). Sementara pada Km 252
+200 (Pakanbaru - Bts Sumut) diperkirakan juga merupakan area gambut
dimana diatasnya telah ditimbun dengan lempung dan lanau (pemboran tidak
dilanjutkan karena ada gelagar kayu).
Untuk ruas jalan Pakanbaru - Batas Jambi :
Terjadi kerusakan jalan yang cukup parah (Km 246 - Km 253), yang
disebabkan terendam banjir (areal gambut), TA 2006 akan diperbaiki dengan
rigid pavement
v
Kondisi jalan berlubang yaitu ruas Siberida - Satas Jambi (Km 221 +000 - KM
296+000), yang disebabkan karena Iebar jalan yang masih 4,5 m.
Untuk ruas jalan Pakanbaru - Satas Sumut :
Sanyak ditemui kerusakan deformasi plastis yang eukup parah Km 236 - 290
(Sp. Satang - Sp. Salam), demikian juga pada Km 124 - Km 236 (Duri -
Dumai), diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut :
• Te~adi akibat daerah tanjakan, sehingga kendaraan berat berjalan sangat
lam bat.
• Kualitas agregat yang banyak mengandung silica yang liein (agregat dari
Tanjung Karimun), mempunyai permukaan yang liein dan kelekatan yang
buruk.
• Dari hasil pengujian laboratorium diketahui, nilai VIM lapangan sangat
rendah yaitu 2 %, sementara sesuai persyaratan, nilai VIM pada akhir
umur rencana minimal (VIM membal) 2,5 %.
6.1.3 Proplnsl Jambl.
Ruas Jalan Jambi - Merlung - Satas Riau
• Hasil pengukuran tebal perkerasan untuk 8 buah contoh inti (core drill)
lapisan AC-WC, tebalnya antara 3,6 - 4,4 em yang pada umumnya masih
memenuhi batas toleransi 0, 4 em (tebal rencana 4 em) dan untuk 8 buah
eontoh inti tebal lapisan AC-SC antara 3,4 - 5,6 em, masih memenuhi
batas toleransi 0,5 em (tebal rencana 5 em).
• Hasil pemeriksaan derajat kepadatan lapangan, sebanyak 8 buah contoh
inti lapisan AC-WC, antara 98,11% - 100,48%, kepadatan laboratorium
dan 8 contoh untuk lapisan AC-SC, derajat kepadatan lapangan antara
98,43% - 101 ,37%. Pada umumnya derajat kepadatan lapangan
memenuhi persyaratan derajat kepadatan 98% kepadatan laboratorium ..
• Hasil pengujian lapisan AC-WC untuk 2 buah contoh , kadar aspal dalam
campuran santara 5,60% - 5,90%, kadar optimum perencanaan 5,90% ,
masih memenuhi batas toleransi 0,3% dan lapisan AC-SC untuk 1 buah
contoh, kadar aspal dalam campuran antara 5,90%, kadar aspal
perencanaan optimum 5,80%, masih memenuhi batas toleransi kadar
aspal 0,3%.
• Hasil pemerikasaan gradasi campuran dari contoh lapisan AC-WC dan
AC-SC menunjukkan gradasi agregat yang menyimpang dari gradasi
agregat hasil perencanaan campuran (design mix formula).
• Hasil pengujian kepadatan lapangan lapis pondasi klas A, pada lokasi
pelebaran jalan 0,5 m, pada STA. 825+812 /L, derajat kepadat lapangan
sebesar 98,4% kepadatan laboratorium tidak menuhi peryaratan derajat
kepadatan 98% kepadatan laboratorium.
• Hasil pengujian sifat-sifat aspal pada umumnya nilai penetrasi antara 32 -
39 (0,01 em), nilai titik lembek antara 57 - 60 (0 C) dan nilai daktilitilitas >
140 em. Dari hasil pengujian sifat-sifat aspal tersebut menunjukkan aspal
mempunyai kondisi yang masih baik.
vi
Ruas Jalan Jambi - Merlung - Batas Riau
• Hasil pengukuran tebal perkerasan untuk 12 buah contoh inti lapisan AC-
WC, pada ruas Jambi- Tempino- Batas Sumsel, tebalnya antara 3,7-
5,1 em (tebal rencana 4 em) ada 1 buah contoh yang tidak memenuhi
batas toleransi 0, 4 em dan untuk lapisan AC-BC untuk 5 buah contoh inti,
tebalnya antara 3,8 - 4,9 em (tebal rencana 5 em), ada 2 buah contoh uji
yang tidak memenuhi batas toleransi 0,5 em.
• Hasil pemeriksaan derajat kepadatan lapangan eontoh inti lapisan AC-BC
sebanyak 9 buah contoh, derajat kepadatan antara 98,36% - 101,90%
dan lapisan AC-BC, untuk 5 buah contoh derajat kepadatan antara 98,18%
- 101 ,32%. Pada umumnya derajat kepadatan lapangan memenuhi
persyaratan derajat kepadatan 98% kepadatan laboratorium.
• Hasil pengujian lapisan AC-WC untuk 2 buah contoh , kadar aspal dalam
campuran santara 5,00% - 5,20%, kadar optimum perencanaan 5,80%
dan lapisan AC-BC untuk 1 buah eontoh, kadar aspal dalam campuran
antara 5,1 0%, kadar aspal pereneanaan optimum 5, 70%. Kadar aspal
tidak memenuhi batas toleransi 0,3%.
• Hasil pemerikasaan gradasi campuran dari contoh lapisan AC-WC dan
AC-BC menunjukkan gradasi agregat yang menyimpang dari gradasi
agregat hasil perencanaan campuran (design mix formula).
• Hasil pengujian sifat-sifat aspal pada umumnya nilai penetrasi antara 32 -
39 (0,01 em), nilai titik lembek antara 57 - 60 (0 C) dan nilai daktilitilitas >
140 em. Dari hasil pengujian sifat-sifat aspal tersebut menunjukkan aspal
mempunyai kondisi yang masih baik.
6.1.4 Propinsi Sumatera Selatan.
Pada Satker Jalintim Sumsel, tidak terdapat Job Mix Formula (JMF) baik untuk
pekerjaan lapis pondasi apalagi untuk pekerjaan campuran beraspal, yang
ada hanya berupa Design Mix Formula (DMF).
Pemeriksaan sifat-sifat bahan tidak dilakukan secara berkala atau pada
kuantitas tertentu.
Beberapa PPK umumnya mereka tidak begitu mengerti dokumen
Pelaksanaan Fisik dan Pengawasan apa saja yang seharusnya ada dan
didokumentasikan
Kerusakan yang dominan yang te~adi pada Jalintim Sumsel adalah deformasi
permanen dan retak
Ruas lubuk Siberuk- Pematang Panggang
Pola kerusakan jalan yang banyak terdapat pada ruas jalan ini adalah
deformasi permanen, retak dan lubang terjadi karena hal-hal sebagai
berikut :
• Kadar aspal yang digunakan umumnya diluar batas toleransi kadar aspal
rencana.
• Material yang digunakan sebagai LPA bukan agregat Klas A tetapi tanah
merah dari klas A-76 yang bersifat plastis dengan nilai lndeks Plastis (IP)
sebesar 34% dan sebagai LPB juga bukan agregat Klas B tetapi tanah
merah dari klas A-6 yang bersifat plastis dengan nilai IP 18%. Selain
vii
menyalahi rencana, sifat material inipun tidak memenuhi sifat yang
disyaratkan dalam spesifikasi.
• Nilai kepadatan dari lapisan LPA dan LPB di lapangan sangat rendah,
masing-masing yaitu 75,2% dan 74,2%, jauh lebih kecil dari nilai
kepadatan yang disyaratkan dalam spesifkasi, yaitu 98%.
• Tingginya kadar air lapangan jauh di atas kadar air optimum LPA dan LPB
dapat menjadi penyebab rendahnya daya dukung lapis pondasi di ruas ini.
• Dari hasil uji DCP diketahui bahwa nilai CBR LPA dan LPB-nya tidak
memenuhi persyaratan spesifikasi.
• Ketebalan lapisan beraspal yang kurang juga dapat memperlemah struktur
perkerasan.
Ruas Simpang Penyandingan - Lubuk Siberuk
Pola kerusakan jalan yang banyak terdapat pada ruas jalan ini adalah
deformasi permanen, retak dan lubang terjadi karena hal-hal sebagai
berikut :
• Saluran samping kurang begitu diperhatikan sehingga banyak terjadi
genangan air di tepi perkerasan
• Banyak ditemui mutu campuran agak porus
viii
• Banyak ditemui perkerasan yang tampak porus.
• Nilai CBR LPA tidak memenuhi persyaratan spesifikasi.
• Sebagian tebal lapisan beraspal yang kurang dari ketebalan rencana,
dapat memperlemah struktur perkerasan.
Pola kerusakan deformasi plastis yang te~adi diakibatkan lapisan
beraspal yang dihampar di lapangan relatif gemuk, diperkirakan kadar
aspal yang digunakan agak berlebih
Ruas Sungai Lilin - Peninggalan.
Pola kerusakan jalan yang banyak terdapat pada ruas jalan ini adalah
deformasi permanen, retak dan lubang te~adi karena hal-hal sebagai
berikut :
• Rongga dalam campuran (VIM), umumnya tinggi yang menyebabkan
perkerasan menjadi porus.
• Nilai kepadatan lapis pondasi dari agregat Klas A tidak dapat diuji karena
teballapisan tersebut kurang memadai (hanya 9 em).
• Tebal rata-rata AC-BC dan AC-Base dan LPA yang kurang dari ketebalan
rencana dapat melemahkan struktur perkerasan.
Pola kerusakan deformasi plastis te~adi akibat kadar aspal AC-BC sangat
tinggi (7,78%) diluar toleransi kadar aspal yang diizinkan (±0,3% terhadap
kadar aspal rencana 5,6%).
6.1.5 Propinsi Lampung.
Ruas jalan Simpang Pematang- Pematang Panggang.
Kondisi jalan umumnya baik, karena saat ini pembangunan jalan dalam tahap
penyelesaian akhir . Dengan indikasi kecepatan kendaraan dapat melaju
dengan kecepatan diatas 60 Km~a.
Kondisi ruas jalan Simpang Pematang- Bujung Tenuk.
Kondisi keruskan retak dan lubang terjadi akibat hal-hal sebagai berikut :
• Kadar aspal yang rendah (4,7 %).
• ketebalan lapisan yang sebagian besar kurang dari ketebalan rencana.
• CBR soil cement yang rendah (36,6 %), demikian juga CBR tanah dasar
yang rendah (3,8 %).
Kondisi kerusakan defonnasi plastis te~adi akibat :
• Besarnya rongga dalam campuran (VIM) untuk AC-WC Km. 161+125,
OWT = 2,08%, ML = 3,04% dan IWT = 2,32%, ini menunjukkan nilai VIM
yang rendah dibanding persyaratan VIM pada akhir umur rencana (VIM
membal = 2,5 %).
Ruas Bujung Tenuk- Terbanggi Besar.
Kondisi ruas jalan Terbanggi Besar- Bandar Lampung umumnya baik, namun
pada beberapa lokasi te~adi spot kerusakan kecil yang tidak mengganggu
kecepatan berkendaraan.
ix
Ruas jalan Bandar Lampung - Bangkauheni
Umumnya relatif baik, namun pada beberapa lokasi mengalami kerusakan
kecil berupa retak dan lubang kecil, kecuali pada daerah tanjakan/turunan
Km. 21+000- Km. 22+000, te~adi kerusakan deformasi plastis yang cukup
parah yang kemungkinen disebabkan oleh kadar aspal campuran terlalu
tinggi (5,9% > JMF 5,3%) dan nilai VIM yang rendah.
6.1.6 Proplnsl Jawa Barat.
Secara keseluruhan pola kerusakan deformasi plastis sudah sangat
berkurang, sebaliknya pola kerusakan yang muncul adalah terjadinya retak,
bahkan pada paket-paket baru terpantau adanya kerusakan dini, berupa retak
dan lubang, perkerasan tampak rapuh.
Pola kerusakan retak dan lubang, seperti pada ruas Kertasmaya -
A~awingu, Palimanan - Cirebon dan Cirebon - kanci, terjadi karena umur
perkerasan sudah lama, umur rencana sudah dilampaui.
Banyak ditemui pola kerusakan sungkur, di sekitar median, ini kemungkinan
te~adi akbat masuknya air kedalam tanah dasar melalui tepi-tepi median yang
tidak kedap.
Pada beberapa tempat terlihat system drainase kurang berfungsi. Terpantau
juga banyak bahu jalan yang posisinya dibawah tepi perkerasan.
Banyak ditemui kerusakan setempat dengan tingkat keparahan yang sudah
membahayakan keselamatan lalu-lintas, hal ini te~adi karena tidak ada skala
prioritas untuk berbagai jenis kerusakan.
Te~adiny kerusakan dini pada ruas Cirebon- Kanci, berupa bekas tambalan
yang persentasinya sudah sangat meluas, padahal pek~an baru selesai
bulan Desember 2005, te~adi akibat kadar aspal yang rendah (Kadar aspal
AC-WC 4,6% dan AC-BC 4,8 %).
6.1.7 Propinsi Jawa Tengah.
Secara keseluruhan pola kerusakan yang umum te~adi adalah retak, pola
kerusakan deformasi plastis sudah sangat jarang terti hat.
Pola kerusakan retak dan lubang, seperti pada ruas Losari - Pejagan,
Pejagan- Brebes- Tegal, Demak- Kudus, Kudus- Pati, terjadi karena umur
perkerasan sudah lama, umur rencana sudah dilampaui.
Masih banyak ruas jalan yang mempunyai Iebar perkerasan 6 meter,
sementara menurut Undang Undang tentang Jalan mengatakan, untuk jalan
Nasional, Iebar minimum jalan Nasional adalah 7 meter.
Banyak ditemukan pola kerusakan sungkur di sekitar median.
Banyak segmen jalan yang system drainasenya tidak berfungsi dan bahkan
posisi jalan berada dibawah permukaan samping jalan. Banyak terlihat juga
perkerasan yang elevasi bahunya berada dibawah elevasi permukaan jalan.
Ditemukan kerusakan dini pada beberapa paket yang dibangun tahun 2004
dan 2005, berupa rapuhnya perkerasan beraspal, sehingga menyebabkan
te~adiny pola kerusakan retak dan lubang, hal ini te~adi karena kadar aspal
=
yang relative rendah (AC-WC 4,1 % dan AC-BC 3,2 %). =
X
6.1.8 Proplnsl Jawa Timur.
Bahu dan drainase jalan yang kurang/tidak berfungsi atau tidak ada
merupakan salah satu sebab tidak cukup amannya konstruksi perkerasan dari
pengaruh sokongan samping (lateral support) dan air.
Lebar perkerasan jalan yang tidak terpenuhi (< 7.00 meter) membuat
terjadinya kerusakan pada tepi perkerasan dan bahu jalan
Cara penanganan (reinstatement) kerusakan pada perkerasan jalan yang
keliru, seperti alur dan retak kulit buaya hanya diberi tambalan lapis tipis tidak
dapat menyelesaikan masalah yang ada.
Terdapatnya kerusakan retak-retak pada lapisan baru (2004 - 2005) akibat
dari terlalu rendahnya kadar aspal yang hanya sekitar 4 % dibandingkan kadar
aspal optimum dari JMF, sekitar 5,9%.
Kurangnya pemahaman cara pelaksanaan pemadatan yang benar
menghasilkan kerusakan dini akibat dari kurangnya derajat pemadatan yang
harus dicapai yang diindikasikan dari nilai rongga (VIM) dalam lapisan yang
melebihi persyaratan pada spesifikasi yang diacu, serta tidak dilakukannya
trial section saat poembuatan JMF.
- Terdapatnya kerusakan jenis deformasi plastis dan gelombang diindikasikan
terjadi karena aspal yang digunakan tidak mempunyai ketahanan terhadap
temperatur tinggi dan lalu-lintas berat.
Kurangnya pemahaman rekayasa lapangan dengan perbaikan yang sesuai
persyaratan sebelum dilapis ulang menghasilkan lapis ulang lapisan beraspal
mengalami rusak sebelum waktunya seperti retak kulit buaya, alur serta
ambles.
- Tidak dilakukannya langkah-langkah pembuatan JMF secara benar,
mengakibatkan hasil campuran beraspal di lapangan mempunyai karakteristik
yang berlainan.
Kurangnya pemahaman teknologi perkerasan kaku (rigid pavement)
menghasilkan perkerasan kaku yang mengalami hampir semua jenis
kerusakan pada sebagian besar slab terpasang, yang salah satunya adalah
akibat air tanah yang menghasilkan pumping butir halus serta terjadinya
ketidakmerataan daya dukung tanah di bawah lapisan perkerasan kaku.
6.2 Saran
Pemahaman terhadap spesifikasi teknik dari SDM proyek yang relatif masih
rendah, kiranya perlu ditingkatkan malalui pendidikan dan pelatihan.
Pemeliharaan rutin bahu dan drainase jalan perlu lebih dioptimalkan agar
berfungsi lebih optimal.
Karena quality control merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pekerjaan,
maka untuk itu fungsi quality control, pada setiap tahapan pekerjaan agar lebih
diefektifkan, agar penyeimpangan spesifikasi dapat diminimalkan.
Bila ketersediaan dana memadai, hendaknya semua jalan nasional perlu
ditingkatkan sehingga mempunyai Iebar jalan minimal 7 meter dan Iebar bahu
minimal 2 meter (sesuai dengan ketentuan Undang-Undang).
Dalam pemeliharaan, perlu ada standar prioritas penanganan, terutama untuk
kerusakan yang membahayakan yang membahayakan keselamatan lalu-lintas.
xi
KATA PENGANTAR
Saat ini banyak te~adi kerusakan dini pada pennukaan perkerasan jalan di jalan-jalan
Nasional baik di jalan-jalan Pantura Jawa juga di Jalur Lintas Timur Sumatera, maupun di
tempat lain, seperti defonnasi plastis dan retak. Ditengarai bahwa berbagai kerusakan
dini yang terjadi pada jalan-jalan Nasional terjadi akibat te~adiny berbagai
penyimpangan spesifikasi teknik yang telah ditentukan. Untuk meminimalkan terjadinya
berbagai penyimpangan, sebagaimana diuraikan diatas, perlu adanya pengawasan yang
ketat, tidak hanya dari aspek tata laksana proyek yang sifatnya non teknik, tapi juga dari
tata laksana proyek yang bersifat teknik, melalui kegiatan audit teknologi bidang bahan
dan perkerasan jalan. Dari pengalaman pelaksanaan audit ini, insya allah akan disusun
konsep Panduan Pelaksanaan Audit Teknologi Bidang Bahan dan Perkersan Jalan.
Kegiatan audit teknologi, sejak persiapan, pelaksanaan sampai paska kegiatan, telah
melibatkan banyak pihak. Pada kesempatn ini kami ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada yang terhonnat :
1. Pihak lnspektorat Jenderal, atas bantuannya, sejak tahapan persiapan berupa
menyediakan berbagai infonnasi, seperti jenis, lokasi, skala dan berbagai infonnasi
lain yang sangat berguna. Bantuan lnspektorat Jenderal juga diberikan pads saat
pelaksanaan audit di lapangan berupa kebutuhan berbagai dokumen proyek yang
diperlukan.
2. Pihak proyek yang diaudit atas ke~asmny yang baik pada saat pelaksanaan audit
di lapangan.
3. Tim teknis Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, yang telah
memberikan berbagai masukan yang sangat berguna, sejak penyusunan rencana
kegiatan juga pads saat penyusunan laporan.
4. Nara sumber yang telah memberikan berbagai masukan yang berharga secara
khusus.
5. Kepala Balai Bahan dan Perkerasan Jalan yang telah memberikan berbagai fasilitas
yang diperlukan guna terlaksananya kegiatan ini.
6. Kelompok Bidang Keahlian Bahan dan Perkerasan Jalan, atas masukan yang
berharga dalam pemecahan berbagai masalah yang dihadapi dari aspek teknik.
7. Seluruh anggota tim yang terlibat sejak awal kegiatan sampai selesainya penyusunan
laporan.
8. Pihak lain yang telah membantu, sehingga kegiatan ini berjalan dengan lancar.
xii
ABSTRAK
Didalam pelaksanaan pekerjaan jalan, baik bahan maupun prosedur yang digunakan
harus mengacu pada spesifikasi yang telah ditentukan; penyimpangan bahan dan
prosedur pelaksanaan yang digunakan dapat mengakibatkan umur rencana jalan yang
direncanakan tidak dapat dicapai. Sekarang sering dijumpai terjadinya kerusakan
sebelum waktunya, pada jalan-jalan Nasional baik di jalan-jalan di Pantura Jawa maupun
di tempat lain, seperti terjadinya deformasi plstis maupun retak.
Ditengarai bahwa keruskn-kerusakan tersebut te~adi akibat penggunaan bahan dan
peralatan maupun prosedur pelaksanaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan.
Jalan Nasional merupakan jalan arteri primer, yang menghubungkan pusat-pusat
produksi, distribusi, maupun pemasaran, sehingga mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menunjang perekonomian nasional. Memperhatikan hal tersebut diatas,
perlu kiranya dilakukan suatu kegiatan untuk mengetahui berbagai kelemahan yang
te~adi dari aspek teknik melalui kegiatan audit teknologi bidang bahan dan perkerasan
jalan.
Audit teknologi bidng bahan dan perkerasan jalan ini mencakup berbagai kegiatan yaitu
pengujian material properties, kelayakan penggunaan peralatan baik laboratorium
maupun peralatan lapangan maupun metoda poelaksanaan dan mutu hasil pekerjan,
apakah semuanya telah dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Hasil audit diharapkan dapat memberikan gambaran secara utuh kondisi masing-masing
proyek dari aspek teknik, sehingga dapat dijadikan sebagai masukan yang berharga bagi
pihak proyek.
xiii
DAFTAR lSI
II. KAJIAN PUSTAKA. .... .. .. . .. .. .. . .. .. .... .... .. .... .. .... .. .. . .. .. .. . .. .. .. ... ... .. .... .. . ... 3
2.2. Risiko........................................................ .. . .. . .. . . . . .. . . . . .. . .. .. . . .. . .. . .. 7
2.3.1. Audit Keuangan. .... .. .... .. .. .. .. .... .. .... .. ...... ...... ... ...... . .. .... ... ... .... .. .... .. 11
2.3.2. Audit Operasional.......................................................... ... . . . . .. . .. . ... 11
2.3.3. Audit lnvestigatif........................................................................... 12
2.5. Hubungan Bukti Audit Dengan Materialitas Dan Risiko.. ... .. .... .. .. .. .. .. .. . 15
2.6. Jenis-jenis Bukti Audit..................................................................... 15
XlV
2.6.1. Fisik.. .. . .. . . . . .. .. .. . .. .. . .. .. . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . .. . .. . .. . . ..... .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . 15
2.6.2. Dokumen..... .. . .. . .. . . . ... . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . .. . .. . .. . . . . ... ... .. . . . . .. . .. . . . . .. . .. . .. 16
2.6.3. Anal isis....................................................................................... 17
2.6.4. Keterangan............. ... ... . .. .. .. .. . . ... . ... .... .. . ..... .......... ...... ... ...... ...... .. 18
2. 7.1. Survey lnstansional.. ..... .. . . . . ... . .. . .. ... ..... .. .. . .. . .. . ...... .. .... .. ... . .. ... . .. . ... 19
2. 7.2. Survey Lapangan dan Pengujian Laboratorium.. ............ .. ... . .. . . .. ... ... . 20
IV. HASIL PENGUJIAN....... .... ...... ......... ..... ...... ... ... ................ ............... .. 29
4.1. Propinsi Nusa Tenggara Barat.. .. . . .. ... .. . ..... ... . .... ....... ....... .. ... . .. . .. ...... 29
4.3. Propinsi Kalimantan Tengah.. .. ... ....... .. . ........ ....... ...... ... ... .. ....... ..... ... 40
4.3.1. Tinjauan Umum.. ....... .. ................. .. . . ........ ...... .......... .. .... ... ... .. ... . ... 40
4.3.2. Ketebalan La pi san Beraspal.............. ................. .. .. .. .. . . . . .. .. .. . .. . . . .. . . 40
4.3.3. Kadar As pal.................................................................................. 40
4.3.4. Kepadatan Lapisan Beraspal.. ........................................................ 41
4.3.5. Rongga Dalam Campuran (VIM)...................................................... 41
XV
4.4. Propinsi Sulawesi Selatan....... .......................... .......... ..................... 41
4.5. Propinsi Jawa Barat..... ..... ...... ... ... .. ............. ... . .. ...... .. . .. . .. . .. . ... .. . .. ... 52
4.5.1. Tinjauan Umum... .. .. ....... ..... .. . ... . .. ....... .. . ..... .. . .. .. .. . ... .. . .. . .. . . . . . . . .. . ... 52
4.5.2. Ketebalan Lapisan Beraspal........................................................... 53
4.5.3. Kadar Aspal.. ... . . .. . . .. . .. . . . . . .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . ..... .. .. . . . . ... . .. . ...... ... . . . ... 54
4.5.4. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal..... .. . . . . . . . .. . .. . . . . ... .. . .. 54
4.5.5. Rongga Dalam Campuran ... l.......................................................... 55
4.5.6. Ketebalan Lapisan Beraspal.. .. ....... ... ... .. ........ .... ... . ... ... ............ ...... 56
4.6. Propinsi Jawa Timur... .. . ..... ... .. .. . .. ... . . .. .. . .. ... . .... .. . . . .. . . . ... . .. . .. . . . . .. ... . .. 56
4.6.1. Tinjauan Umum.. ... ... .. .... ........ ... . ... .. . .. . .. . . . . .. . .. . . .... . .. . .. . . . . .. . .. . . . ... . ... 56
4.6.2. Ketebalan Lapisan Beraspal.. ... .. ... . ... ...... ... . ... . ..... .. . ... ... . .. ...... ... .. . .. 57
4.6.3. Kadar Aspal.... .... ..... ....... .. . . .. ... .. ....... ... ... .. . ........ ...... .. . .. . .. .......... ... 58
4.6.4. Kepadatan Lapisan Beraspal.......................................................... 58
4.7. Propinsi Jambi................................................................................. 59
4.7.1. Tinjauan Umum............................................................................. 59
4.7.2. Ketebalan Lapisan Beraspal........................................................... 59
4. 7.3. Kadar As pal.................................................................................. 60
4.7.4. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal............................... 60
4.7.5. Kepadatan Lapisan Beraspal.......................................................... 62
4.7.6. Ketebalan LPAILPB........................................................................ 63
4.7.7. lndeks Plastisita (PI)...................................................................... 63
4.7.8. Gradasi LPAILPB......................................................................... 63
4.8. Propinsi Sulawesi Tengah.. .... ... . .. .......... ... .. ... ... .. . . ..... .......... .. . .. ... . .. 64
4.8.1. Tinjauan Umum.. ... . .. .. ... . ..... .. . ... .... ... .. ... . .. . ... .. .. . . ...... ... .. . .. . .. . . . . .. . ... 64
4.8.2. Ketebalan Lapisan Beraspal........................................................... 65
4.8.3. Kadar As pal.................................................................................. 65
V. ANALISIS DAN EVALUASI.................................................................. 66
5.1. Propinsi Nusa Tenggara Barat..... .. .... ..... ... . .. ...... . .. . .. . .. . ... .. . ... .. . ..... ... 66
5.3.1. Ketebalan Lapisan Beraspal.. .. ... . .. . .. . .. . .. . . .. ... . . . . . . . . . ... . ... . . . ... . . . . .. ... . . 69
5.3.2. Kadar Aspal....... ...... ... . ... .. .... ... ... . . ... . .. . .. . .. . ...... .. . . . ... . .. . .. . .. . .. . . .. ... .. 69
5.3.3. Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.. ..... ... ...... .. ...... ... . .. 69
5.3.4. Ketebalan LPAILPB.. .. ... . .... .. ....... ...... .. ... ... .... ... .. ... .... .. . ... ... .... .. . .. .. 69
5.3.5. Gradasi LPAILPB......................................................................... 69
5.4. Propinsi Jawa Barat.. .. . ... . .. . .. ... . . . . .. . ..... .. . .. . .. . . . . . .. .. . .. ... ... . .. . . . . .. . .. .... 69
5.4.1. Ketebalan Lapisan Beraspal..... ...... .. .... ... ... . .. . . . . .. ... ... ... . ...... .. .... ... .. 70
5.4.2. Kadar Aspal.. ...... .. . ... .. .. . . ... ............ .. . .. . . . ... . ... ... ...... .. .... ... .. . ... . .. ... .. 70
5.4.3. Rongga Dalam Campuran ..............................................................
5.4.4. Kepadatan Lapisan Beraspal. ... . ... .. . . . . .. ... . .. ... .. .. .. .. . .... ... . .. . .. .. . . .. . .. . . 70
5.5. Propinsi Jawa Timur........................................................................ .
5.5.1. Ketebalan Lapisan Beraspal........................................................... 71
5.5.2. Kadar As pal.................................................................................. 71
5.5.3. Kepadatan Lapisan Beraspal................................... .. .. . .. .. . . . . .. . ... .. . . 71
5.9. Rangkuman..................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
XVlll
BABI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini banyak terjadi kerusakan sebelum waktunya pada permukaan perkerasan
jalan di jalan-jalan Nasional baik di jalan-jalan Pantura Jawa juga di Jalur Lintas
Timur Sumatera, maupun di tempat lain, seperti deformasi plastis dan retak. Jalur
pantai utara jawa dan Jalur Lintas Timur Sumatera, merupakan jalan arteri antar
kota, yang menghubungkan pusat-pusat produksi, distribusi, maupun pemasaran,
sehingga mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang
perekonomian nasional.
Tujuan
Mengetahui berbagai kelemahan yang te~adi dari aspek teknik pada pelaksanaan
proyek-proyek pekerjaan jalan di Pantai Utara Jawa.
Sasaran
Laporan hasil studi yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi pihak proyek.
Hasil (Outcome)
Dampak (lmpack)
Dengan adanya perbaikan kerusakan yang tepat dan responsif , maka kondisi
jalan akan menjadi lebih baik.
Keuntungan (Benefit)
Dengan kondisi jalan yang baik, maka biaya transportasi menjadi lebih
murah/efisien yang akhimya akan meningkatkan daya saing produk-produk dalam
negeri.
Perumusan Masalah
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kita dapat temukan banyak sekali definisi auditing. Definisi-definisi tersebut dapat
kita temukan pada buku-buku auditing dan literatur praktek audit yang digunakan
sebagai pedoman oleh berbagai assosiasi profesi akuntan dan auditor. Perbedaan
tesebut memperkaya pengetahuan kita tentang dunia audit dan dapat kita
manfaatkan sebagai pilihan dalam menyusun pedoman bagi praktek audit yang
paling sesuai dengan penugasan audit yang kita hadapi.
Pengertian auditing yang digunakan mengacu pada definisi audit internal Sawyer,
Dittenhofer dan Scheiner, yaitu:
Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan
auditor internal terhadap operasi dan control yang berbeda-beda dalam organisasi
untuk menentukan apakah:
b. risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan (organisasi) telah di identifikasi dan
diminimalisasi;
c. peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bias diterima
telah dipenuhi;
f. tujuan organisasi telah dicapai secara efekitf semua dilakukan dengan tujuan
untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi
dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
Dalam definisi tersebut terkandung sifat dasar, subyek, objek, tujuan, dan manfaat
dan audit internal.
3
2.1.1 Sifat dasar Audit
Sifat dasar dari audit adalah penilaian yang sistematis dan objektif. Penilaian
dalam audit dilaksanakan melalui pengujian-pengujian yang dilaksanakan secara
sistematis dan objektif. Sistematis berarti adanya suatu proses yang terintegrasi
mulai dari tahapan, prosedur hingga keteknik-teknik pengujian untuk mencapai
tujuan audit. Selain itu, sistematis juga berarti bahwa audit dilaksanakan dengan
urutan dan keteraturan dalam pola pikir, perencanaan, pendokumentasian dan
penarikan kesimpulan.
Selain sistematis, penilaan audit adalah penilaian objektif yang berarti bahwa
penilaian yang dihasilkan adalah berdasarkan kondisi yang sebenarnya dan tidak
terpengaruh oelh pertimbangan subjektif atau kepentingan tertentu. Meskipun
audit intern bekerja untuk kepentingan pihak manajemen, bukti-bukti dan
kesimpulan yang dihasilkan harus tetap objektif, sehingga pihak manajemen
pengguna laporan hasil audit dapat mengetahui, mengambil keputusan atau
melaksanakan tindakan korektif yang tepat. Sifat objektif ini dimulai dari sikap
dasar auditor yang harus idependen harus dipertahankan oleh seorang auditor
sepanjang pelaksanaan tugas audit agar objektifitas hasil audit dapat dijaga.
Subjek audit adalah auditor yaitu orang atau orang-orang atau institusi yang
mendapat tugas melakukan audit. lnstitusi terdiri dari atas lnstansi dan lembaga
non pemerintah. lnstansi lazimnya adalah unit kerja pemerintah seperti BPKP,
lnspektorat, Bawasda dan Negara seperti BEPEKA, sedangkan lembaga non
pemerintah antara lain ada lain-lain Kantor Akuntan Publik (KAP).
4
tugas audit. Auditor sebagai institusi mempunyai hak atau kewenangan
melakukan audit berdasarkan dasar hukum pendirian organisasi itu (mandat
audit) atau penugasan. Auditor sebagai individu mempunyai hak dan
kewenangan untuk melakukan audit berdasarkan Surat Tugas Audit. Kompetensi
menurut hukum (dasar kewenangan) lazimnya dicantumkan di dalam Surat
Tugas Audit dan Laporan Hasil Audit.
Auditor untuk menjalankan tugas sebagai akuntan publik harus memiliki Sertifikat
akuntan Publik. Auditor juga untuk menjalankan tugas audit di lingkungan
pemerintahan harus memiliki Sertifikat Jabatan Fungsional Auditor.
Auditor yang independen adalah auditor yang tidak memihak atau tidak dapat
diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak manapun. Sehubungan
dengan itu, auditor baik instansi maupun orang-orangnya dipersyaratkan harus
memiliki sikap idependen dalam perilakunya, tidak mempunyai kaitan apapun
dengan pihak auditan, dan tidak pula terkena pengaruh negatif dari pihak luar
seperti organisasi kemasyarakatan, pihak politik dan lan-lain. Apabila auditor
dapat merasakan akan ada pihak-pihak yang mungkin menduga bahwa auditor
tersebut akan memihak atau tidak idependen, maka sebaiknya auditor tersebut
menolak penugasan itu, walaupun auditor tersebut yakin bahwa ia akan
idependen.
5
Kedudukan organisasional instansi pengawasan perlu dipahami dari adanya
konsep akuntabilitas berjenjang. Struktur pemerintahan Indonesia adalah
berjenjang mulai tingkat desa/ kelurahan sampai tingkat tertinggi yaitu Presiden.
Karena struktur berjenjang ini, maka akuntabilitas beserta pengawasannya juga
harus dilaksanakan secara berjenjang.
Yang dimaksud dengan objek audit adalah kegiatan, fungsi dan program dalam
organisasi pemerintah. Sebenarnya, objek audit mempunyai pengertian yang
lebih luas yaitu auditan dan informasi kuantitatif.
Pengertian lain objek audit adalah informasi kuantitatif yaitu pelaporan keuangan
dan operasional, seperti laporan keuangan, laporan kinerja instansi pemerintah,
maupun laporan-laporan kegiatan.
Tujuan audit adalah hasil yang hendak dicapai dari suatu audit. Tujuan audit
yaitu untuk menentukan apakah;
6
Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dalarn satu penugasan Clucm. yang dikena!
denflan istilah aydit operasin~l. Dapat ju~a terjadi, satu penugalJ4ln audit, yang
Qik,nal dengan !$tilah audit op~f;!Sinal. Dap~t juga terjaqj, s~tu pemuQif?F1!1 hanya
~rcakup satu atau lebih tujan~ ters~bu. Misalnya, audit mutu ¥CJng hanya
m~ncakup tuj~n. menentukan bahwa krit~a operasi yang meu~kn telah
dipenuhi. Contoh lain, audit pperasional ' yang lingkupflya ditekar'l~n untuk
:.. . . -··. ·······
menentukan bahwa sumberdaya telah digunakan secara efisien dan ekonomis,
tujl)an organisa?i telah dicapai secara efektif, dan peraturan ekst~roal serta
kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah dipenuhi. Perlu diingat
bahwa tujuan audit menentukan jenis audit yang dilaksanakan.
2.2 Risiko
7
2.2.1 Risiko Organisasi
Pemahaman tentang manajemen risiko penting bagi auditor intern, karena kita
bertanggung jawab untuk mengkaji ulang penerapan manajemen risiko dan
menentukan bahwa penerapan manajemen risiko telah sesuai dengan tata kelola
yang sehat. Atau dengan kata lain, auditor mempunyai kewajiban untuk
menentukan bahwa risiko yang dihadapi organisasi telah diidentifikasi dan
diminimalisasi. Pemahaman atas manajemen risiko juga penting bagi auditor,
kaarena pada setiap penugasan audit, risiko-risiko organisasi menjadi dasar bagi
auditor dalam menentukan tingkat risiko audit dan materialitas, serta
menentukan, mengembangkan dan memfokuskan tujuan-tujuan audit.
Risiko audit adalah kondisi ketidakpastian yang dihadapi oleh auditor yang
menyebabkan audit tidak mencapai sasaran. Model risiko audit yang sertng
digunakan adalah:
Risiko Audit (RA) adalah ukuran resiko tidak tercapainya tujuan audit yang dapat
diterima oleh suatu audit. Besarnya nilai RA bisa terjadi apabila terdapat
pembatasan bagi auditor dalam mengumpulkan bukti audit, sehingga makin
besar kemungkinan audit tidak mencapai sasaran.
Risiko Deteksi (RD) adalah ukuran risiko bahwa hasil pengumpulan dan evaluasi
bukti-bukti audit akan gagal mendeteksi adanya kesalahan. Makin besar nilai RD
makin besar kemungkinan audit tidak dapat mendeteksi adanya kesalahan.
Karena itu, RD berbanding lurus dengan RA, karena makin besar nilai RD berarti
luas dan jenis pengujian makin terbatas, sehingga jumlah dan ragam bukti audit
makin terbatas. Bukti yang terbatas meningkatkan nilai RA.
8
Bukti Audit Terbatas =Risiko Audit Tinggi
Contoh terjadinya risiko deteksi adalah ketika auditor membatasi luas dan sifat
pengujiannya terhadap effektifitas kegiatan pelatihan. Auditor tidak menguji
kualitas peserta pelatihan yang lulus, kemudian dia menyimpulkan bahwa
pelatihan berjalan efektif. Padahal kondisi sebenarnya, kualitas peserta pelatihan
yang lulus adalah buruk (artinya pelatihan tidak efektif), maka dalam kasus ini
telah te~adi risiko deteksi yang disebabkan oleh pembatasan luas dan jenis
pengujian.
Risiko lnheren (RI) adalah ukuran risiko yang terkait dengan operasi organisasi
sebelum mempertimbangkan efektifitas pengendalian. Sebagai contoh, kegiatan
yang mencakup beberapa tahun anggaran (multy-year activity) lebih memiliki
risiko inheren yang lebih tinggi dalam menyatukan tahap kemajuan kegiatan,
disbanding dengan kegiatan yang hanya mencakup satu tahun anggaran.
Audit keuangan adalah audit yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada
pihak-pihak yang berkepentingan tentang kesesuaian antara informasi kuantitatif
yang disajikan oleh manajemen dengan prinsip akuntasi yang berlaku bagi
auditan tersebut.
Dalam audit keuangan adanya informasi kuantitatif adalah sangat penting karena
informasi kuantitatif inilah yang akan dinilai kewajaran penyajiannya. lnformasi
kuantitatif merupakan suatu media yang tertulis dengan berbagai nama dan
bentuknya seperti :
9
• Laporan keuangan perusahaan
Prinsip akuntasi yang berlaku umum adalah prinsip akuntansi yang telah
disosialisasikan kepada umum dan berlaku bagi auditan yang bersangkutan
sebagai kriteria dalam menyusun laporan keuangannya. Pada umumnya prinsip
akuntasi tersebut merupakan suatu pedoman tertulis, misalnya Standar Akuntasi
Keuangan, Standar Akuntasi Pemerintah, dan sebagainya.
Pada beberapa instansi berlaku prinsip akuntasi sendiri yang dapat diketahui
umum. Dengan demikian kriteria yang digunakan dalam audit keuangan adalah
prinsip akuntasi yang berlaku umum bagi auditan tersebut.
Audit keuangan yang dilaksanakan oleh auditor intern berbeda tujuan dengan
audit ekstern. Audit keuangan oleh auditor intern bertujuan untuk menentukan
bahwa informasi keuangan telah akurat dan handal, dengan maksud membantu
manajemen dalam menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor intern tidak mengekspresikan
pendapat atas laporan keuangan bagi kepentingan para pemakai laporan
keuangan ekstern organisasi, seperti kreditur, pemegang saham, pemerintah
dan masyarakat.
lO
2.3.2 Audit Ketaatan
Audit ketaatan adalah audit yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada
pihak-pihak yang berkepentingan tentang kesesuaian antara kondisi dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Audit operasional adalah audit yang bertujuan untuk menilai apakah kegiatan
yang dilakukan atau dipertanggung jawabkan oleh au~ telah dilakukan
secara ekonomis, efisien dan efektif. Selanjutnya mengidentifikasi sebab . dan
akibat mengapa kegiatan tidak dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif,
serta memberikan rekomendasi perbaikan kepada pihak yang berkepentingan.
Kriteria yang digunakan dalam audit operasional adalah keekonomisan,
keefisienan, dan keefektifan. Karena itu audit operasional lazim dikenal dengan
sebutan audit 3E.
• Bertahap
11
• Data mutakhir, kegiatan yang sedang berjalan
Apabila audit operasional berjalan baik dan rekomendasi audit dilaksanakan oleh
manajemen auditan, diharapkan akan didapat manfaat dari audit operasional
antara lain:
Banyak penulis memperkenalkan jenis audit yang lain, dan ada pula yang
memberi nama berbeda mengenai jenis audit yang sama. Sebagai contoh, audit
kine~a dan audit komprehensif.
Audit lnvestigatif adalah audit yang dilakukan berkaitan dengan adanya indikasi
tindak pidana korupsi dan atau penyalahgunaan wewenang dan atau
ketidaklancaran pembangunan.
Dalam kejadian banyak jenis-jenis audit yang dikemukakan di atas dapat saling
berkaitan. Pada mulanya auidt keuangan atau auidt ketaatan menunjukan gejala-
gejala adanya transaksi atau kegiatan yang tidak ekonomis atau tidak efisien dan
efektif. Berdasarkan informasi tersebut dilakukan audit operasional untuk
mengidentifikasi kegiatan mana atau transaksi mana yang mengandung
ketidakekonomisan, ketidakefisienan dan atau ketidakefektifan. Jika ditemukan
dan ternyata diduga ada penyimpangan yang merugikan negara perlu diadakan
audit investigatif. Hal tersebut untuk membuktikan apakah memang merugikan
negara, melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
menentukan siapakah yang diuntungkan serta siapakah yang bertanggung
jawab.
12
2.4 Bukti Audit
Bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk
mendukung argumentasi, pendapat, atau simpulan dan rekomendasinya dalam
meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. Tidak semua
informasi bermanfaat bagi audit, karena itu harus dipilih, yaitu bukti audit yang
handal sehingga meyakinkan pihak lain. Kehandalan bukti audit tergantung dari
terpenuhinya syarat-syarat bukti audit.
Ada penulis yang menyatakan bahwa syarat-syarat bukti audit adalah 3 (tiga) yaitu:
• Relevan
• Kompeten (KO)
• Cukup (CU)
Material (MA)
Tidak salah kalau digunakan bahwa syarat-syarat bukti audit yang handal ada
empat syarat, yaitu: REKOCUMA, masing-masing sebagai berikut:
2.4.1 Relevan
Bukti yang relevan maksudnya adalah bukti yang secara logis mempunyai
hubungan dengan permasalahannya. Bukti yang tidak ada kaitannya dengan
permasalahan (kondisi) tentu tidak ada gunanya karena tidak dapat dipakai guna
mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasi dari auditor.
Relevannya bukti dapat diilihat dari satu persatu informasi. Tiap informasi sekecil
apapun harus relevan dengan permasalahannya.
2.4.2 Kompoten
Dilihat dari sumbemya bukti tentang kepegawaian yang didapat dari Bagian
Kepegawaian lebih kompeten dibanding dengan bukti yang didapat dari pihak
lain, bukti yang jelas sumbemya lebih kompeten dari bukti yang didapat dari
sumber yang tidak jelas. Bukti buatan pihak luar (bukti ekstern) pada umumnya
lebih kompeten dari bukti buatan auditan (bukti intern).
13
Dilihat dari cara auditor mendapatkan bukti, bukti yang didapat auditor dari pihak
luar auditan lebih kompeten daripada bukti yang didapat dari auditan, bukti yang
didapat melalui pengamatan langsung oleh auditor sendiri lebih kompeten dari
bukti yang didapat oleh atau melalui pihak lain.
~.43 Cukup
Bukti yang cukup berkaitan dengan jumlah kuantitas dan atau nilai keseluruhan
bukti. Bukti yang cukup betarti dapat mewakili/ menggambdrkan keseluruhan
keadaan/ kondisi yang dipermasalahkan.
2.4.4 Material
Bukti yang material adalah bukti yang mempunyai nilai yang cukup berarti dan
penting bagi pencapaian tujuan organisasi.
• Kegiatan yang pada saat audit dilakukan sedang jadi perhatian umum.
14
Syarat-syarat bukti audit relevan, kompeten, cukup dan material (rekocuma)
tidak berdiri sendiri tetapi merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Bukti
audit agar dapat mendukung pendapat auditor harus mengandung unsur
relevan, kompeten, cukup dan material. Bukti yang relevan, cukup dan material
tidak ada gunanya bila tidak kompeten. Bukti yang kompeten tidak ada gunanya
bila tidak relevan. Bukti yang relevan dan kompeten tidak ada gunanya bila tidak
cukup mewakili.
Audit pada dasarnya adalah pengujian yang sistematis dan objektif. Karena itu,
audit mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti. Agar bukti-bukti tersebut
mendukung objektifitas audit, maka pengumpulan dan pengevaluasiannya harus
memperhitungkan materialitas dan risiko permasc:Uahannya yang diujinya.
• Bukti fisik
• Bukti Dokumen
• Bukti Analisis
• Bukti Keterangan
2.6.1 Fisik
Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh melalui pengamatan langsung dengan
mata kepala auditor sendiri menyangkut harta berwujud. Pengamatan langsung
15
oleh auditor dilakukan dengan cara inventarisasi fisik (dikenal pula dengan
opname) dan inspeksi ke lapangan (on the spot).
Hasil pengamatan fisik oleh auditor tersebut dikukuhkan ke dalam suatu media
pengganti fisik yaitu Berita Acara Pemeriksaan Fisik, Hasil lnspeksi Lapangan,
Foto, Surat Pernyataan, Denah Lokasi atau Peta Lokasi, dan lain-lain.
Pengamatan fisik dapat dilakukan untuk meyakinkan mengenai keberadaannya
(kuantitatif) dan mutu (kualitatif) dari aktiva berwujud. Namun kehandalannya
sangat tergantung dari kemampuan auditor yang bersangkutan dalam
memahami harta berwujud yang diaudit. Misalnya, seorang auditor yang
ditugaskan menguji fisik berbagai jenis obat tentu saja tidak efektif apabila
auditor tersebut scima sekali tidak memahami obat-obatan. Di dalam keadaan
tertentu hasil pengamatan fisik saja belum sepenuhnya dapat dipakai untuk
mengambil pendapat audit, karena itu perlu didukung dengan bukti yang lain.
2.6.2 Dokumen
Bukti audit yang paling banyak ditemui oleh auditor adalah bukti dokumen. Bukti
dokumen pada umumnya terbuat dari kertas yang mengandung huruf, angka dan
informasi, serta simbol-slmbol dan lain-lain. Bukti dokumen pada umumnya
berbentuk lembaran-lembaran kertas, baik berdiri sendiri maupun yang
dl~abungk.
16
• Bukti intern yang aslinya telah diserahkan ke pihak ketiga antara lain bukti
kas masuk.
• Bukti ekstern yang aslinya ada di auditan antara lain bukti kas keluar, faktur.
• Bukti yang didapat auditor langsung dari pihak ketiga antara lain rekening
koran bank.
• Bukti audit yang masih disimpan auditan antara lain anggaran, prosedur,
tembusan dokumen.
• Bukti yang diterima auditor langsung dari pihak ketiga, tidak melalui auditan
Dalam bukti dokumen termasuk bukti catatan. Bukti catatan adalah bukti yang
berbentuk buku-buku atau catatan yang sengaja dibuat untuk kepentingan
auditan. Bukti dokumen digunakan sebagai sumber pencatatan (buku-buku),
atau sebaliknya dari catatan (buku-buku) dapat digunakan sebagai dasar
pembuatan dokumen. Dari catatan selanjutnya dapat dibuat pertanggung
jawaban atau akuntabilitas atau laporan berbagai bentuknya. Karena itu catatan
juga merupakan bukti yang penting sebagai pembanding atau penguji kewajaran
bukti lainnya dan pertanggung jawaban.
2.6.3 Analisis
Yang termasuk bukti analisis adalah bukti analisis dan bukti perhitungan. Bukti
analisis adalah bukti audit yang diperoleh auditor dengan melakukan analisis
atas data-data auditan dan yang berkaitan dengan auditan. Dalam hal ini auditor
dapat menggunakan rumus-rumus atau lazimnya dikenal dengan nama rasio-
rasio yang telah dikenal di dalam masyarakat. Auditor menguji kesesuaian rasio
tersebut dengan kondisi yang ada di auditan. Dengan demikian analisis termasuk
salah satu teknik audit.
Bukti perhitungan adalah bukti yang didapat atau dihasilkan dari perhitungan
yang dilakukan oleh auditor sendiri. Auditor membuat hitung-hitungan mengenai
suatu hal berdasarkan pengetahuannya atau kriteria yang berlaku. Perhitungan
17
yang dilakukan oleh auditor digunakan antara lain untuk menguji perhitungan
yang telah dibuat oleh auditan. Bukti perhitungan dicantumkan pula dalam media
tertulis (dokumen).
2.6.4 Keterangan
Yang termasuk bukti keterangan adalah bukti kesaksian, bukti lisan dan bukti
spesialis (ahli). Bukti kesaksian adalah bukti peyakin yang didapat dari pihak lain
karena diminta oleh auditor. Peyakih maksudnya adalah untuk mendukung bukti-
bukti lain yang telah didapatkan oleh ciuditor, biasanya bukti fisik, bukti dokumen
atau bukti lisar1, baru kemudian dilen~kap dengan bukti kesaksian.
Bukti lisan adalah bukti yang didapat oleh auditor dari orang lain melalui
pembicaraan secara lisan. Orang lain tersebut mungkin berasal dari luar auditan
maupun dari pihak auditan sendiri. lmormasi lisan ini perlu dicatat oleh auditor
dengan seksama termasuk nara sumbernya.
Banyak informasi lisan yang didapat oleh auditor tetapi pihak yang memberikan
informasi tidak bersedia memberikan pernyataan tertulis yang
ditandatanganinya.
Bukti spesialis adalah bukti yang didapat dari tenaga ahli, baik seorang pribadi
maupun instar1si atau institusi yang mernlliki keahlian yang kompeteh dalam
bidangnya. Tenaga spesialis yang dapat digunakan adalah semua profesi seperti
ahli pertambangan, ahli jembatan, dokter, ahli hukum, ahli perbankan, dan lain-
lain. Untuk memenuhi syarat kompetensi bukti audit, maka kompetensi tenaga
spesialis tersebut harus te~amin, betul-betul ahli yang diakui oleh umum.
Sebagai contoh suatu tim audit yang terdiri dari seorang akuntan dan beberapa
orang sa~n hukum ditugaskan mengaudit suatu pekerjaan konstruksi
(bangunan). Tentu saja tim audit ini tidak sepenuhnya dapat menilai tingkat
kewajaran pembangunan tersebut, karena bukan bidang keahlian mereka. Untuk
mengatasi kelemahan tersebut, auditor dapat (boleh) menggunakan tenaga ahli
(spesialis) yang kompeten yaitu ahli teknik sipil atau dari instansi Pekerjaan
Umum atau lnstitusi Konsultan Teknik.
18
2. 7 Pengumpulan Bukti Audit
1) Telaah Dokumen
2) Wawancara
3) Observasi
4) Pengujian
c. As built drawing
19
2. 7.2 Survey Lapangan dan Pengujian Laboratorium
1. Perkerasan Beraspal
20
Tabel-4.2: Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Beraspal.
Ukuran % Berat Yang Lolos
No.16 1, 18
DAERAHLARANGAN
No.4 4,75 39,5
Catatan:
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80% agregat /olos ayakan
No.8 {2,36 mm) harus juga /olos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat contoh
batas-batas "bah an bergradasi senjang" yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm)
dan tertahan ayakan No.30 {0,600 mm), sebagai berikut :
%1olosNo.8
% lolos No.30
2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-
batas rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut.
Batas-batas gradasi ditentukan pada ayakan ukuran nominal maksimum,
ayakan menengah {2,36 mm) dan ayakan terkecil (0,075 mm).
21
Sifat-sifat campuran mengacu pada ketentuan spesifikasi, sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel-2.3, 2.4, 2.5.
Tabel -2.3 : Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston untuk Lalu Lintas < 1
juta ESA/tahun
Lataston
Sifat-sifat Campuran
we BC
Max 6,0
22
Tabel-4.4: Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston
Laston
Sifat-sifat Campuran
we BC Base
Max 5,5
Max - -
Pelelehan (mm) Min 3 5(1)
23
Tabel-2.5 : Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston Dimodifikasi (AC Modified)
I ~:tn
Sifat-sifat Campuran
we BC Base
Penyerapan Aspal (%) Max I ,7
Max 5,5
Max - -
Pe1elehan (mm) Min 3 5(1)
Max - -
Marshall Quotient (kg/mm) Min 300 350
3. Berat jenis efektif agregat akan dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis
maksimum Agregat (Gmm, AASHTO T-209)
24
Adapun toleransi eampuran sebagaimana diperlihatkan pada Tabel-2.6.
Kadaraspal Toleransi
2. Perkerasan Berbutir.
25
Untuk perkerasan berbutir, maka pengujian kepadatan lapisan dilakukan
dengan uji conus pasir (sand cone) di lapangan. Derajat kepadatan lapangan
paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified)
seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
2" 50 100
I 'h" 37,5 IOO 88-95
I" 25,0 79-85 70-85
3/8" 9,50 44-58 30-65
No.4 4,75 29-44 25-55
No.IO 2,0 I7- 30 I5 -40
No.40 0,425 7- I7 8-20
No.200 0,075 2-8 2-8
26
BABIII
METODOLOGI
3.1 Hipotesis
Banyaknya kerusakan dini yang terjadi pada perkerasan jalan, pada jalan nasional
selama ini terjadi akibat adanya penyimpangan spesifikasi pada pelaksanaan
proyek-proyek pembngunan jalan tersebut.
3.2 Metodologi
Secara garis besar rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Pre-Audit
2) On-site Audit
3) Post-Audit
27
3. 3 Lokasi
Lokasi kegiatan audit untuk Lintas Jalintim - Sumatera yaitu, Sumatera Utara,
Jambi, dan Sumatera Selatan. Sedangkan untuk Pantura yaitu, Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Untuk Kalimantan yaitu Kalimantan Timur dan
Kalimantan Tengah. Untuk Sulawesi yaitu Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Selanjutnya NTB dan Papua.
Pengambilan data untuk kegiatan Audit Teknologi bidang bahan dan perkerasan
jalan dilakukan dengan melakukan dengan pengambilan data secara langsung
baik di lapangan maupun di laboratorium.
28
BABIV
HASIL PENGUJIAN
29
• Untuk Paket Pelangan-Sp. Pengantap- MT. Azan-Kuta STA 0 + 206 kadar
aspal AC-WC =5,96 %, (kadar aspal JMF =5,90 %); kadar aspal memenuhi
persyaratan
• Untuk Paket Tgh Faizal - Kota Mataram STA 0+615 kadar aspal AC-WC =
5,92 %, (kadar aspal JMF =6,00 %); kadar aspal memenuhi persyaratan.
30
• Untuk Paket Pelangan - Sp. Pengantap - MT. Azan - Kuta STA 0 + 206
sebagaimana diperlihatkan pada Tabel: 4.3
31
4.1.5 Kepadatan Lapisan Beraspal.
32
• Ketebalan lapisan LPA untuk Paket Pelangan-Sp. Pengantap- MT. Azan -
Kuta = 21 em, memenuhi persyaratan ketebalan rencana (14 em) dan
LPB = 20 em, memenuhi persyaratan ketebalan rencana (14 em}.
--- -~
No. 100
-----------
33
Tabel: 4.6 Gradasi LPB hasil analisa saringan STA 0 + 041,
Gradasi agregat baik LPA (Kelas A) dan LPB (Kelas B), telah sesuai dengan
persyaratan spesifikasi.
• Untuk Paket Pelangan-sp. Pengantap- MT. Azan- Kuta STA 0 + 206 untuk
LPA sebagaimana diperlihatkan pada tabel4.7 dan LPB pada Tabel4.8 :
Tabel4.7 Gradasi LPA hasil analisa saringan STA 0 + 206
Ukuran Sarlngan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)
1 %" 100 100
-------:-::-·
1" 80,21 79-85
%" (9,59) -- -
r - - - - - - · - - - - - - - - - -----·------'-------- - - - - - - - - - - - -
37,96 44-58
No. 4 (4,75)
-----...,.-,-·'-_----'-------
41,50
·-------
29- - 44- - - l
No.8 -
~-N, 1-:-:oc:--(=-=2--=.o',. )-~= -~=_ __-2B~.o=9 - - - - 1~-
___ -~QJ?L. 7,26 ----- - ____}_-_!? __ _
--
No. 100
--------------------------------------------------.--------- . -- --- - -- -· ----- ---·--- - ... - ------ ------
No. 200 (0,075) 2,11 2-8
34
Tabel: 4.8 Gradasi LPB hasil analisa saringan STA 0 + 041,
Gradasi agregat baik LPA (Kelas A) dan LPB (Kelas B), telah sesuai dengan
persyaratan spesifikasi.
Pada paket-paket tersebut telah dilakukan pengambilan contoh inti core drill,
pengujian meliputi tebal lapis perkerasan, kepadatan dan sedangkan untuk
contoh blok (Test Pit) pengujian meliputi kadar aspal, dan analisa saringan,
pengambilan contoh dilakukan pada badan jalan dengan pengambilan secara
acak sesuai kesepakatan dengan SNVT masing-masing paket.
Secara keseluruhan masing-masing paket kondisi jalan secara visual cukup baik
tidak terdapat retak, bleeding, gelombang dan tambalan, pada umumnya marka
35
sudah terpasang dengan menggunakan cat thermoplastik namun paket Betung-
Batas Palembang marka belum terpasang.
Kondisi drainase, terutama pada jalur Betung-Batas Palembang kurang
diperhatikan sehingga terjadi penyumbatan oleh tanah (sedimentasi) atau oleh
tumbuhan.
Dari hasil pengujian ekstraksi contoh blok yang diambil pada masing-masing
paket diperoleh kadar aspal sebagai berikut :
• Paket Batas Jambi - Bayung Lincir (STA 4+911 - 9+706), untuk AC-WC
= 4,76% (kadar aspal JMF = 5,9, toleransi 0,3 %) dan untuk AC-BC = 4,88%
(kadar aspal JMF = 5,5 %, toleransi 0,3 %); kadar aspal tidak sesuai dengan
persyaratan kadar aspal JMF.
• Paket Betung - Batas Palembang (STA 50+223 - 51+634), untuk AC-WC
=5,02 % (kadar aspal JMF = 5,90, toleransi 0,3 %) dan untuk AC-BC = 5,06
% (kadar aspal JMF = 5,50 %, toleransi 0,3 %); kadar aspal tidak sesuai
dengan persyaratan kadar aspal JMF.
36
• Paket Palembang- lndralaya (STA 12+782- 15+437), untuk AC-WC = 5,38%
(kadar aspal JMF = 5,80, toleransi 0,3 %) dan untuk AC-BC = 5,20 % (kadar
aspal JMF = 5,65 %, toleransi 0,3 %); kadar aspal tidak sesuai dengan
persyaratan kadar aspal JMF.
• Paket Lubuk Siberuk - Panggang (STA 14+489 - 15+337), untuk AC-WC
= 5,96% (kadar aspal JMF = 5,9, toleransi 0,3 %) dan untuk AC-BC = 6,10%
(kadar aspal JMF = 5,5 %, toleransi 0,3 %); kadar aspal tidak sesuai dengan
persyaratan kadar aspal JMF, walaupun lebih besar dari kadar aspal JMF, tapi
masih dalam batas toleransi.
Gradasi ( % lolos)
Ukuran Spesifikasi Hasil Laboratorium Ir
Saringan Bahu
AC-WC AC-BC AC-WC AC-BC Bahun
Kelas (B)
2" -
r------------------------ - 100 ,_______
_______ r-~
1 Yz " 88 - 95 100
----------1--------· - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - + - - - - - - - - j - - - - - - - -
1" 100 70-85 89,84
-~+
~" 100 90-100 100 100 -
r-------j-----·-- - - - - - --------------- ---------t--------- - - - - - - - -
r-~t+
Yz" 90-100 Maks. 90 91,20 76,99
%" Maks. 90 30- 65
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ----'----t-----'-----+---'------j
75,46 65,03 64,48
No. 4 - - 25- 55
1----------- --------- ------------------ -------- ---------- ------'-----------j
49,22 48,16 53,48
No. 8 -·----------
-~
28----------.
58 ---------23-49 45,00 43,17
----· --------- ----- ---------------------- ----------------------- --------------------- ----- ------ ----------- ---------
No. 10 ----- - - - - - - - - - -
15-40 37,96 --
No. 16 - - 38,17 32,74
---------- ---------- ---------- - ------· ---- ----------
No. 30 - - - 19,20 17,48 -
-------------- ---------------- ---------------- ------------- -------r------------------ ------------
No. 50 8-20 7,70 7,02 12,60
No. 100 - -
---------11--------+---------+----------+-------- -------------- - - - - - -
No. 200 4- 1o 4-8 2-8 2,46 2,34 1,33
37
• Paket Betung- Batas Palembang (SlA 50+223- 51+634)
label : 4.10 Gradasi Agregat Gabungan
Gradasi (% lolos)
Ukuran Spesifikasi Hasil Laboratorium
Saringan Bahu
AC-WC AC-BC AC-WC AC-BC Bahun
Kelas (B)
2" - - 100 - - -
1 %" ----- -- -
88-95 -
---- - - - - - - - - - - - - -
1" 100 -
70-85
- - - - - - - - --------- ------- ------------------
100 ------- - -
o/.t" 100 90-100 95,8 95,50 - -
%" 90- 100 Maks. 90 - 79,04 77,35 -
--
3/e" Maks. 90 - 30-65 63,32 68,24 -
---------- -------- -----------·---- - - --- - -
No.4 - --------- - - - -- - - 25-55 45,79 49,68
No.8 28-58 23-49 - 36,16 40,80 -
No.10 - - 15-40 - - -
No.16 - - - 30,50 34,32 '-·
- --
-
No. 30 - ----------------- -
---------------------- - 22,36 24,44 -
-------------------- -------------- ----------------
-----------------------
No. 50 - - 8-20 - -
No. 100 - - - 12,03 13,00 -
No.200 4-10 4-8 2-8 4,35 4,46 -
No. 100
------------ - -
--------------- -
----------- -
----------------- -
___________ ~_ ______
- _
38
• Paket Lubuk Siberuk- Panggang (STA 14+489 -15+337)
Tabel : 4.12 Gradasi Agregat Gabungan
Gradasi ( % lolos)
Ukuran Spesifikasi Hasil Laboratorlum
Saringan Bahu
AC-WC AC-BC AC-WC AC-BC Bahun
Kelas (B)
2" - - 100
- - - r--·
- - 100
1%"
- - - - - - f--·
- - 88-95
- - - f--·
- - ··-
89,13
-·----
1" -
---------·------- - - - - - -
100 70-85 -
----------------- -------------------- - - - - - - - - - -
100
--------
73,94
____ :....__
----
:Y." 100 90-100
--
- 100 93,37 - --
--
%" 90- 100 Maks. 90 - 88,99 80,83 -
-- - - - - -
3/an Maks. 90 - 30-65 84,64 74,65 57,88
~-
Kepadatan Standar Ke~a untuk agregat umumnya adalah berkisar 2,276 gr/cm3 .
sementara untuk agregat dari Tanjung Pinang berkisar 2,302 gr/cm3 , jadi
kepadatan lapangan > 100 %, memenuhi syarat.
• Paket Batas Jambi - Bayung Lincir (STA 4+911 - 9+706) mempunyai nilai
persen rongga dalam campuran yang memenuhi persyaratan minimum 3,5 %
dan maksimum 5,5 %
• Paket Betung - Batas Palembang (STA 50+223 - 51+634) mempunyai nilai
persen rongga dalam campuran memelibihi batas maksimum 5,5 %
• Paket Palembang - lndralaya (ST A 12+782 - 15+437) mempunyai nilai persen
rongga dalam campuran yang memenuhi persyaratan minimum 3,5 % dan
maksimum 5,5 %
39
• Paket Lubuk Siberuk - Panggang (STA 14+489 - 15+337) mempunyai nilai
persen rongga dalam campuran yang memenuhi persyaratan minimum 3,5 %
dan maksimum 5,5 %
40
• Untuk Paket Kapuas-Palingkau-Dadahup, kadar aspal HRS-Base
menunjukkan hasil 6,10 %, di bawah DMF (6,45 %), masih masuk dalam
batas toleransi penyimpangan ± 0,3 % seperti yang disyaratkan dalam
spesifikasi.
• Pemeriksaan kadar aspal HRS-WC menunjukkan hasil sama dengan DMF,
yaitu 7,25 %.Pemeriksaan kadar aspal HRS-Base di bawah DMF (6,5%).
• Untuk Paket Palangkaraya - Bagugus, Pemeriksaan kadar aspal HRS-Base
menunjukkan nilai di atas DMF (6,5 %), yaitu 7,03 %.
4.3.4 Kepadatan Lapisan Beraspal.
• Untuk Paket Pilang Km 65-Gohong, dari tiga segmen (3, 6 dan 8) lapisan
HRS-WC derajat kepadatan rata-rata antara 99 - 99,91 % masih memenuhi
persyaratan kontrak rancangan > 97 %.
• Untuk Paket Kapuas-Palingkau-Dadahup, dari tiga segmen (3, 8 dan 12)
lapisan HRS-Base derajat kepadatan rata-rata antara 93,4 - 97,7 masih
memenuhi batas toleransi kontrak rancangan > 97 % kecuali segmen 3, 8
mempunyai nilai derajat kepadatan < 97 %
• Untuk Paket Muara Teweh- Km 50 (1), dari tiga segmen (5, 8 dan 13) lapisan
HRS-WC derajat kepadatan rata-rata antara 97,8- 99,9 dan untuk HRS-BC
derajat kepadatan rata-rata antara 98,0 - 100,9 memenuhi batas toleransi
kontrak rancangan yaitu > 97,0
• Untuk Paket Palangkaraya - Bagugus, dari tiga segmen (2, 5 dan 9) tapisan
HRS-Base derajat kepadatan rata-rata antara 97,7- 98,9 masih memenuhi
batas toleransi kontrak rancangan yaitu >97,0
• Pengujian VIM dari contoh blok pada Km 53+430, untuk AC-WC diperoleh
nilai VIM rata-rata = 6,2 % (tidak memenuhi)
• Sedangkan untuk AC-BC diperoleh nilai VIM = 4,94 % (memenuhi)
41
• Ruas Jalan Paket Rapang - Enrekang.
Kondisi perkerasan pada ruas-ruas jalan yang ditinjau umumnya masih relatif
baik, belum trlihat adanya kerusakan yang berarti.
Dari hasil ekstraksi contoh blok, lapisan AC-WC dan AC-BC diperoleh kadar aspal
sebagai berikut :
42
• Ruas Jalan Paket Takalar- Jeneponto I Sta 2+862, kadar aspal AC-WC =
5,79% (kadar aspal DMF = 5,8 %) dan AC-BC = 5,19% (kadar aspal DMF =
5,3 %), telah memenuhi persyaratan kadar aspal.
• Ruas Jalan Paket Metros- Pangkajene Sta 0+510, kadar aspal AC-WC =
5,58 % (kadar aspal DMF = 5,6 %) dan AC-BC = 5,01 % (kadar aspal DMF =
5,2 %), telah memenuhi persyaratan kadar aspal.
• Ruas Jalan Paket Anabanua- Tarumpakae Sta 219+614, kadar aspal AC-WC
= 5,85 % (kadar aspal DMF = 5,8 %) dan AC-BC = 4,60 % (kadar aspal DMF
= 5,3 %), telah memenuhi persyaratan kadar aspal.
• Ruas Jalan Paket Rapang - Enrekang Sta 1+765, kadar as pal AC-WC = 6,30
% (kadar aspal DMF = 5,9 %) dan AC-BC = 5,55 % (kadar aspal DMF = 5,4
%), telah memenuhi persyaratan kadar aspal.
4.4.4 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.
Dari hasil analisa saringan agregat hasil ekstraksi contoh blok, lapisan AC-WC
gradasi agregat sebagai berikut :
• Untuk ruas Jalan Paket Takalar - Jeneponto I Sta 2+862, gradasi agregat
gabungan AC-WC dan AC-BC seperti pada Tabel : 4.13 dan 4.14.
Tabel : 4.13 Gradasi Agregat Gabungan (AC-WC).
1"
1---------+------------+-----------------·---- --·-
~· 100 100
t - - - - - - - - - - ----------------------- ------------------
%" 89,0 100-90
--------1
%" 79,9 Mak 90
- - - - - - - - f - - - - - - - - - - - - - - · - - - - - t - - - - - - - - -------------
No.4 59,5
1---------- --·- - --------·----------f-·-·-··- ·--- -··-···
No. 8 37,9 28- 58
1 - - - - - - - - - - - - .... ··-····--·-------···----------------- ----- --· --------·--·----·-·---··---·
No. 16 24,1
------------ ·----------------·------- ·--·-·--·-. ·- -·-·-·--·- ·--·
No. 30 17,8
- . ·- - · · - - - - - - - - · - · · · · - · · - - - - - ------· ------ .. -···- ---------
No. 50 13,0
- ---- ---·- -------·--------- ·---- - · - -·-- ·-- ---· ----·--- . - - . -·--
No.200 8,5 4- 10
43
Tabel: 4.14 Gradasi Agregat Gabungan (AC-BC).
1"
t---- -~
No.4 68,9 -
- - ------------------------
No.8 42,0 23-39
------- -~
No. 16 26,5 -
-- ··-··-------·-------
No. 30 19,3 -
--
No. 50 14,4
-~
-
No.200 5,0 4-8
• Untuk ruas Jalan Paket Metros - Pangkajene Sta 0+510, gradasi agregat
gabungan AC-WC seperti pada Tabel: 4.15 dan 4.16
Tabel: 4.15 Gradasi Agregat Gabungan (AC-WC).
1"
r-~· - ·-··--··-· ---------- ---- -·-· -·--
%" 100 100
'------------+--··----------·--·---·--- ---·---· -----· ·---·-·-·-· . ··-----·-·----
%" 90,1 100-90
-~·' -~· -- . . ·-·-·-·-·
No. 16 34,7
No. 30 26,8
No. 50 17,0
--------------------------- -·-···- .... ---- ··---
No. 200 7,5 4-10
44
Tabel 4.16 Gradasi Agregat Gabungan (AC-Base).
%" 66,0
f - - - - - · - - - - - - - - - - - - - - ··-- ·-···-···-····· ... - ......................... ---
No.4 51,0
--------- -----··---···----·-------··--- ··-·····.
1"
-·----------r----------------r-----··-··
~n 1QQ 10b
1-----·----+--------------+-------------·-------·-·--··-
%" 92,0 100-90
1 - - - - - - - - - ----------------·---··-----------
%" 70,3
1 - - - - - - - - - - ---···-------------- ·----·--- -·-· ---------- ·------
Mak90
No.4 45,2
1---- --------------r--·-·····--·--·-·-·-·-------·---
No. 8 33,4 28 - 58
1 - - - - - - - - - + - - - - - - - - - - - - - - - ---------------------·---
No. 16 22,6
No. 30 16,1
·------------ - - - - - - - - - - - - r------···
No. 50 10,9
1 - - - - - - - - - - - - ----- --------- ---------- ---···----- - - - -
45
Tabel4.18 Gradasi Agregat Gabungan (AC-Binder).
14,3
- - - - - - - - - - ------------------------ -- ...... ---- --· . . . . - --- ----------- -·
10,2
6,6 4-8
• Untuk ruas Jalan Paket Rapang - Enrekang Sta 1+ 765 gradasi agregat
gabungan AC-WC sebagaimana terlihat pada Tabel 4.19 dan 4.20.
Tabel4.19 Gradasi Agregat Gabungan (AC-WC).
1"
---------------------------------------1- ..
%" 100 100
1 - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - .. ---------------------------------
%" 90,2 100-90
%" .
81,5 Mak 90
--------·----+
No.4 60,9
1 - - - - - - - - - - --------------+------------------ ----------------------
No.8 44,5 28-58
1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - f - - - --------------
No. 16 30,3
1 - - - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - ------------·- ------------------
No. 30 22,2
1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - . -------------------------·-
No. 50 15,0
----t---------t----------------------
No. 200 6,5 4-10
46
Tabel4.20 Gradasi Agregat Gabungan (AC-Binder).
76,5
f - - - - - - - - - - - - - - - - - - ···- ----· --· ·-------·-·----·-- ---
No.4 62,4
f - - - - - - - - - - - - - - ---·----------------- ···- ·--
No.8 47,2 23-39
No. 16 31,1
-~ --· - -- ·- ----------·--·-- -- ....•
No. 30 20,5
f - - - - - - - - - - - · - - - - - · - · - - - - ----------- . - .. ··--····· ----·
No. 50 13,9
f----------- - - - - - - - - - - - - - - - - - ·-····---------------·---
No. 200 5,3 4- 8
Dari hasil pengujian kepadatan laboratotium contoh inti diperoleh hasil sebagai
berikut:
• Untuk Ruas Jalan Paket Takalar- Jeneponto I Sta 2+862, nilai kepadatan
lapisan AC-WC antara (2,252 - 2, 361) ton/m3, dengan nilai kepadatan rata-
rata AC-WC dari 6 benda uji = 2,310 ton/m3. (Kepadatan lapisan relatif baik).
• Untuk Ruas Jalan Paket Metros - Pangkajene Sta 0+510, nilai kepadatan
lapisan AC-WC berkisar antara (2,110 - 2, 477) ton/m3, dengan nilai
kepadatan rata-rata AC-WC dari 9 benda uji = 2,417 ton/m3. (Kepadatan
lapisan relatif baik).
• Untuk Ruas Jalan Paket Anabanua - Tarumpakae Sta 219+614, nilai
kepadatan lapisan AC-WC berkisar antara (2,200 - 2, 420) ton/m3, dengan
nilai kepadatan rata-rata AC-WC dari 8 benda uji = 2,308 ton/m3. (Kepadatan
lapisan relatif baik).
• Untuk Ruas Jalan Paket Rapang - Enrekang Sta 1+765, nilai kepadatan
lapisan AC-WC berkisar antara (2,268 - 2,442) ton/m3, dengan nilai
47
kepadatan rata-rata AC-WC dari 8 benda uji = 2,378 ton/m3. (Kepadatan
lapisan relatif baik).
Dari Uji Lubang (Test Pit), diperoleh hasil ketebalan LPA/LP8 sebagai berikut:
• Untuk Ruas Jalan Paket Takalar- Jeneponto I Sta 2+862, untuk LPA; pada
Km 2+862, jenis LPA yang digunakan adalah agregat Kelas A, dengan tebal
lapisan =20 em, dengan keteban rencana =20 em.
Untuk LP8; pada Km 2+862, jenis LP8 yang digunakan adalah agregat Kelas
8, dengan ketebalan = 25 em, dengan keteban rencana = 25 em.
8aik ketebalan LPA maupun LP8telah sesuai dengan ketebalan reneana.
• Untuk Ruas Jalan Paket Metros- Pangkajene Sta 0+510, untuk LPA; pada
Km 0+510, jenis LPA yang digunakan adalah agregat Kelas A, dengan tebal
lapisan = 34 em, dengan keteban rencana = 27 em, telah memenuhi
persyaratan ketebalan.
Untuk LP8; pada Km 0+510, jenis LP8 yang digunakan adalah agregat Kelas
8, dengan ketebalan = 14 em, dengan keteban reneana = 31 em, kurang dari
ketebalan rencana.
• Untuk Ruas Jalan Paket Anabanua- Tarumpakae Sta 219+614, untuk LPA;
pada Km 219+614, jenis LPA yang digunakan adalah agregat Kelas A,
dengan teballapisan = 17 em, dengan keteban rencana = 18 em, memenuhi
persyaratan ketebalan.
Untuk LP8; pada Km 219+614, jenis LP8 yang digunakan adalah agregat
Kelas 8, dengan ketebalan = 24 em, dengan keteban reneana = 20 em,
memenuhi persyaratan ketebalan.
• Untuk Ruas Jalan Paket Rapang- Enrekang Sta 1+765, untuk LPA; pada Km
1+765, jenis LPA yang digunakan adalah agregat Kelas A, dengan tebal
lapisan = 18 em, dengan keteban reneana = 17 em, memenuhi persyaratan
ketebalan.
48
Untuk LPB; pada Km 1+765, jenis LPB yang digunakan adalah agregat Kelas
B, dengan ketebalan = 23 em, dengan keteban reneana = 23 em, memenuhi
persyaratan ketebalan.
Dari hasil pengujian analisa saringan eontoh agregat LPAILPB diperoleh hasil
sebagaiberikut:
;
Ukuran Saringan Hasil Lab (%) Spesifikasi (%)
~ ~ ~-
------------------- - - - - - - - - - - - - - - - - -------------------------·· ----.
No. 4 46,4 25 - 55
r-------------- -----------1----------------------------
No. 10 36,3 15-40
f - - - - - - - - - - t - - - - - - - - - - - + - - - - - - -------------------
No. 40 20,4 8 - 20
------------------ -------------- --------- -------------------------------------
No. 200 8,9 2-8
49
• Untuk Ruas Jalan Paket Metros - Pangkajene Sta 0+51 0
Untuk LPA; pada Sta 0+510, diperoleh gradasi agregat,sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel : 4.23 dan 4.24.
2" 100
1%" 100 100
1----------------------+---------
1" 91,6 79-85
--------------------------- ---------------- -----------------·-·-·-··--··-· -
%" 56,0 44 - 58
1 - - - - - - - - - - - - - - - 1 - - · · - - - - - - - - - - - - - - · - - · ····--·---------------------
No. 4 40,1 29 - 44
---------------------1--·. - -·------------·----- -··- ...... .
No.10 30,0 17-30
I-1~
50
Tabel4.25 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A
2" 100
-----------·------- · - - - - - - - - - - r------·--··---··-·-·····-·-···
1%" 100 100
-------------·------------- -·--·--------------·-·---- ----·-·---------·----··---·-··-·--
1" 94,6 79 - 85
~ ~A «-~
r----------------- ·····---··-----------·------·------· ---····-·-·--··---··-····-·-···-·····--··-
No.4 31,5 29-44
No. 10 21,7 17-30
---------------- -·------------------·--···---·--··-·- ---·-··--------·--··--····---·----···-----··-·-
No. 40 12,4 7- 17
No.200 5,4 2-8
51
Tabel4.27 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A
1• 86,7 79- 85
-·----------------·-------·-·------- _____________ _____________, _ , ...................................
Dari hasil pengujian atterberg limit, untuk semua contoh material Kelas A yang
digunakan sebagai LPA, dari berbagai ruas, umumnya menunjukkan hasil nilai PI
yang lebih kecil dari persyaratan (6 %), ini menunjukkan bahwa material Kelas A
yang digunakan tidak banyak mengandung lempung.
52
4.5 Propinsi Jawa Barat.
53
• Untuk ruas Jalan Limbangan - Malangbong, tebal rata-rata masing-masing
lapisan beraspal pada segmen 1, 7 dan 21 ketebalan AC-WC adalah 3,78 em;
5,36 em dan 4,10 em, memenuhi persyaratan ketebalan rencana (4 em).
• Untuk Ruas Akses Tol Karawang - Teluk Jambe, tebal rata-rata masing-
masing lapisan beraspal pada segmen 2, 9 dan 17 ketebalan AC-WC
adalah 4,62 em; 4,27 em dan 3,95 em, memenuhi persyaratan ketebalan
rencana (4 em). Tebal AC-Base adalah 6,34 em; 6,02 em dan 5,43 em, baik
AC-WC maupun AC-BC, dari tiga segmen, satu segmen kurang dari ketebalan
reneana (6 em).
• Ruas Jalan Paket Eretan Kulon - Lohbener II, tebal masing-masing lapisan
campuran beraspal pada segmen 1, 4, 8, 12 dan 17 ketebalan AC-WC adalah
5,2 em; 6,04 em dan 5,28 em, 4,67 em dan 4,98, sesuai dengan persyaratan
ketebalan rencana (5 em).
• Ruas Jalan Paket Jatibarang - Palimanan, tebal masing-masing lapisan
campuran beraspal pada segmen 1, 7 dan 13 ketebalan AC-BC adalah 5,82
em; 6,31 em dan 5,98 em, ketebalan AC-BC memenuhi persyaratan ketebalan
rencana (6 em).
Dari hasil ekstraksi eontoh blok, lapisan AC-WC dan AC-BC diperoleh kadar aspal
sebagai berikut :
• Ruas Jalan Paket Limbangan - Malangbong Sta 3+050, kadar aspal AC-WC =
5 % (kadar aspal JMF = 5,6 %), tidak memenuhi persyaratan kadar aspal.
AC-BC = 4,5 % (kadar aspal JMF = 5,3 %), tidak memenuhi persyaratan
kadaraspal.
• Ruas Jalan Paket Akses Tol Karawang - Teluk Jambe, Sta 1+145, kadar
aspal AC-WC = 6,0 % (kadar aspal DMF = 6,1 %), memenuhi persyaratan
kadar aspal. AC-BC =5 % (kadar aspal DMF = 5,4 %), tidak memenuhi
persyaratan kadar aspal.
• Ruas Jalan Paket Eretan Kulon - Lohbener II, Sta 39+722, kadar aspal AC-
WC = 5,0% (kadar aspal DMF = 5,66 %), tidak memenuhi persyaratan kadar
aspal. AC-BC = 4,8 % (kadar aspal DMF = 5,6 %), telah memenuhi
persyaratan kadar aspal.
• Ruas Jalan Paket Jatibarang - Palimanan Sta 2+850, kadar aspal AC-WC =
4,5% (kadar aspal DMF = 5,4 %), tidak memenuhi persyaratan kadar aspal.
54
4.5.4 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.
Dari hasil analisa saringan agregat hasil ekstraksi contoh blok (T.A. 2007, yang
diambil pada Km 3+050, diperoleh gradasi agregat sebagai berikut :
Dari hasil pengujian VIM di laboratorium dari contoh inti diperoleh hasil sebagaiil
sebagai berikut :
55
• Ruas Jalan Paket Limbangan - Malangbong, nilai VIM berkisar antara 9,6 %
sampai dengan 11,7 %, tidak memenuhi persyaratan VIM (3,5- 5,5).
• Ruas Jalan Paket Akses Tol Karawang - Teluk Jambe, nilai VIM berkisar
antara 13,3% sampai dengan 16,9 %, tidak memenuhi persyaratan VIM (3,5
- 5,5).
• Ruas Jalan Paket Eretan Kulon- Lohbener II, nilai VIM berkisar antara 5,6%
sampai dengan 9,4 %, tidak memenuhi persyaratan VIM (3,5- 5,5).
• Ruas Jalan Paket Jatibarang - Palimanan, nilai VIM berkisar antara 6,4 %
sampai dengan 10,4 %, tidak memenuhi persyaratan VIM (3,5- 5,5).
56
4.6 Propinsi Jawa Timur
• Mantingan - Ngawi.
Ruas jalan Mantingan-Ngawi adalah ruas jalan pada jalur lalu-lintas selatan
dan berada diatas tanah ekspamsif dengan lalu lintas berat, kerusakan awal
yang terjadi pada umumnya retak, gelombang dan
• Ruas Bojonegoro - Padangan - Ngawi .
Ruas-ruas ini adalah ruas jalan penghubung antara jalur lintas selatan dan
jalur lintas utara yang berada diatas tanah ekspansif dengan lalu lintas berat,
kerusakan pada aawal yang terjadi pada umumnya adalah retak, gelombang
dan amblas. Ruas jalan ini termasuk dalam salah satu paket pembangunan
dengan panjang efektif 0,650 km dimulai dari Km 128+700 s.d 129+350 SBY.
• Ruas Kertosono - Kediri
Ruas-ruas ini adalah ruas jalan penghubung antara jalur lintas selatan dan
dengan lalu lintas berat, kerusakan pada aawal yang terjadi pada umumnya
adalah retak, gelombang dan amblas
• Ruas Gresik - Sadang - Tuban
Ruas-ruas ini adalah ruas jalan penghubung antara jalur lintas selatan dan
jalur lintas utara dengan lalu lintas berat, kerusakan pada aawal yang terjadi
pada umumnya adalah retak, gelombang dan amblas. Ruas jalan ini termasuk
dalam salah satu paket pembangunan dengan panjang efektif 0,650 km
dimulai dari Km 52+600 s.d 54+300 SBY.
57
• Ruas Kertosono - Kediri, tebal masing-masing lapisan eampuran beraspal
pada segmen 6, 9, 10 ketebalan AC-WC adalah 4,09 em; 4,07 em dan 4,22,
sesuai dengan persyaratan ketebalan rencana (4 em). AC-BC 5,31 em, 8,17
em, 7,89 em, memenuhi persyaratan ketebalan reneana (5 em).
• Ruas Jalan Gresik - Sadang - Tuban, tebal rata-rata masing-masing lapisan
campuran beraspal pada segmen 1, 7 dan 12 ketebalan AC-WC adalah 4,40
em; 3,95 em dan 4,28 em, memenuhi persyaratan ketebalan reneana (4 em).
AC-Base 6,6 em dan 7,96 em, memenuhi persyaratan tebal reneana (6 em).
58
kepadatan lapangan (98 %). AC-Base 99 %, 99 %, 99 %, memenuhi
persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %).
• Ruas Kertosono - Kediri, derajat kepadatan lapangan masing-masing lapisan
beraspal pada segmen 6, 9 dan 10 untuk AC-WC adalah 96 %; 96% dan 96
%, tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 % ). AC-BC
96 %, 96 % dan 96 %, tidak memenuhi persyaratan kepadatan lapangan
(98 %).
• Ruas Jalan Gresik - Sadang - Tuban, derajat kepadatan lapangan masing-
masing lapisan beraspal pada segmen 1, 7 dan 12 untuk AC-WC adalah 98
%; 98 % dan 98 %, memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98
%). AC-BC 98% em, memenuhi persyaratan kepadatan lapangan (98 %).
4. 7 Propinsi Jambi
Lokasi kegiatan ruas jalan di Propinsi Jambi untuk tahun anggaran 2007 adalah
meliputi:
• Paket Pembangunan Jalan Mendalo Darat - Jembatan Batanghari (STA
1+985- 3+206), panjang jalan 1,22 km
• Pembangunan Jalan Mendalo Darat- Bts. Kota; Bts. Tanjab- Merlung (STA
10+820- 14+775), panjang jalan 3,955 km.
• Pembangunan Jalan Lingkar Selatan I, II, (Sp. Rimbo- Pal Sepuluh- Sp Pal
Merah- Sp. Bandara), STA 8+910- 9+035 dan 12+950- 13+800.
• Pembangunan Jalan Bts. Bute- Sei Bengkal (STA 2+300- 5+474), panjang
jalan 3,4 km
dilaksanakan pemeriksaan back up kualitas dan JMF (Job Mix Formula) dan
dan pengujian laboratorium dengan acuan standar adalah Spesifikasi Umum dan
Pengambilan contoh inti (core drill) dilaksanakan pada 36 titik, sedangkan contoh
bahan I tes pit dilaksanakan pada 3 titik dengan pengujian dilaboratorium meliputi
kadar aspal, gradasi berat jenis maksimum (Gmm), kepadata dan untuk contoh
59
4.7.2 Ketebalan Lapisan Beraspal.
Dari hasil pengambilan dan pengukuran eontoh inti dengan menggunakan jangka
• Ruas Jalan Mendalo Darat- Batas Kota; Batas Tanjab- Merlung, Segmen 4
dan Segemn 11, untuk lapis AC-WC tebal rata-rata masing-masing 4,40 em
dan 4,40 em, memenuhi persyaratan ketebalan reneana (4 em). Untuk AC-BC
• Ruas Jalan Lingkar Selatan I dan II ( Sp. Rimbo - Pal Sepuluh - Sp Pal
• Ruas Batas Bute - Sei Bengkal, Segmen 9 dan Segemn 14, untuk lapis
persyaratan ketebalan rencana (4 em). Untuk AC-BC 4,70 em dan 5,30 em,
JMF =5,7%) dan untuk AC-BC =5,54%, memenuhi persyaratan kadar aspal
rencana (kadar aspal JMF = 5,6%).
• Pembangunan Jalan Mendalo Darat- Bts. Kota; Bts. Tanjab- Merlung (Sta.
(kadar aspal JMF = 5,7%) dan untuk AC-BC = 5,56% memenuhi persyaratan
60
• Pembangunan Jalan Lingkar Selatan I, II, (Sp. Rimbo- Pal Sepuluh- Sp Pal
Dari hasil analisa saringan agregat hasil ekstraksi dari contoh blok, diperoleh
• Pembangunan Jalan Mendalo Darat- Bts. Kota; Bts. lanjab- Merlung SlA
11+793 seperti pada label :4.32.
label: 4.32 Gradasi Agregat AC-WC dan AC-BC Sta 11+793
AC-WC AC-BC
No. Pengujian
Hasil JMF Hasil JMF
1. Analisa saringan
1" 100 100
%" 100 100 97,8 92,6
%" 91,4 91,2 89,7 81,8
3/a" 77,2 75,0 75,7 70,7
No.8 54,2 32,1 53,9 35,2
No. 200 7,0 4,1 7,9 4,4
61
• Pembangunan Jalan Lingkar Selatan I, II, (Sp. Rimbo- Pal Sepuluh- Sp Pal
Merah- Sp. Bandara Sta 9 + 191 seperti Tabel4.33.
Tabel4.33 Gradasi Agregat AC-WC
Ukuran Saringan
Hasil Lab Spesifikasi JMF
(%) (%) (%)
1"
--------------- ------- --
%" 100 100 100
-- -- ---------·
%" 84,5 90 - 100 __ 91,2
----------------- ------------- 1-------
3/a" 76,3 Mak. 90 75,0
---------------------------- - - - - - - - - --
No.8 42,0 28 - 58 32,1
------------------------------------ ------------------------------ -------------- >---------------
No. 200 8,2 4 - 10 4,1
• Pembangunan Jalan Bts. Bute- Sei Bengkal Sta 2+300- 5+474 seperti
pada Tabel : 4.35.
Tabel 4.35 Gradasi Agregat AC-WC dan AC-BC Sta 5+350
I
, No. Pengujian
AC-WC AC-BC
Hasil JMF Hasil JMF
1. Analisa saringan
1" 100 100
%" 100 100 97,2 90,6
%" 84,5 95,5 82,8 64,1
3/a" 76,3 82,6 75,5 57,7
No.8 42,0 30,1 49,5 28,9
No. 200 8,2 4,2 8,1 4,2
• Ruas Jalan Mendalo Darat- Batas Kota; Batas Tanjab- Merlung, Segmen 4
dan Segemn 11, untuk lapis AC-WC detejat kepadatan rata-rata masing-
62
Untuk AC-BC 98 % dan 99 %, memenuhi persyaratan ketebalan reneana (98
%).
• Ruas Jalan Lingkar Selatan I dan II ( Sp. Rimbo - Pal Sepuluh - Sp Pal
• Ruas Batas Bute - Sei Bengkal, Segmen 9 dan Segemn 14, untuk lapis
63
• Ruas Jalan Mendalo Darat - Jembatan Batanghari Sta 2+518, seperti
diperlihatkan pada Tabel :4.36.
Tabel: 4.36 Hasil Gradasi Gabungan LPA dan LPB Sta 2+518
• Ruas Jalan Mendalo Darat - Bts. Kota; Bts. Tanjab - Merlung Sta 11 +793,
diperlihatkan pada Tabel: 4.37.
Tabel: 4.37 Hasil Gradasi Gabungan LPA dan LPB Sta 11+793
64
4.8 Propinsi Sulawesi Tengah
65
• SNVT Pembangunan Jalan dan jembatan Sulawesi Tengah, Paket 2 : Ruas
Jalan Sabang - Siboang , yang diambil pada segmen 4, 8 dan 12, untuk
AC-WC tebal rata-rata masing-masing 4,91 em, 4,37 em dan 4,15 em,
memenuhi persyaratan ketebalan reneana (4 em), sedangkan AC-BC 4,70
em, 5,33 em dan 4,91, masih memenuhi persyaratan ketebalan rencana
(5 em)
• PPK Pembangunan Jalan Sabang - Ogoamas - Malala Paket 2 : Ruas Jalan
Ogotua- Malala, yang diambil pada segmen 5, 6 dan 8, untuk AC-WC tebal
rata-rata masing-masing 4,8 em, 4,38 em dan 4,57 em, memenuhi
persyaratan ketebalan reneana (4 em), sedangkan AC-BC 5,60 em, 5,74 em
dan 5,67, memenuhi persyaratan ketebalan rencana (5 em).
66
Tabel: 4.38: Gradasi Agregat Campuran Beraspal, AC-WC.
1" 3/4" 1/2" 3/8" No.4 No.8 No.16 No.30 No.50 No.200
Ukuran
Saringan
25.4 19 12.7 9.5 4.75 2.36 1.18 0.6 0.3 0.075
Talise-Kebonsari
100 100 90.5 79.5 52.8 34.35 25.51 18.58 11.52 5.67
(Rencana)
Talise-Kebonsari
100.00 100.00 89.90 83.21 61.50 45.80 33.30 24.40 12.88 5.60
(Actual)
Tambu-5abang
100.00 100.00 90.90 82.70 62.80 45.70 33.70 24.20 16.30 5.40
(Rencana)
Tambu-5abang
100.00 100.00 99.40 89.30 65.61 56.10 45.00 31.20 14.80 4.30
(Actual)
Sabang-5iboang
100.00 100.00 90.90 82.70 62.80 45.70 33.70 24.20 16.30 5.40
(Rencana)
Sabang-5iboang
100.00 100.00 93.40 87.10 64.80 53.70 43.49 29.40 12.80 4.50
(Actual)
Ogotua-Malala
100.00 100.00 87.76 73.69 57.84 48.40 37.67 24.05 13.94 4.64
(Rencana)
Ogotua-Malala
100.00 100.00 92.31 84.30 68.30 57.70 40.80 26.20 8.71 4.50
(Actual)
Kurva Fuller 100 100 82.8 73.2 53.6 39.1 28.6 21.1 15.5 8.3
67
Tabel: 4.39: Gradasi Agregat Campuran Beraspal, AC-BC.
Talise-Kebonsari
100.00 100.00 80.80 72.10 52.20 31.90 12.60 8.80 5.50
(Rencana)
Talise-Kebonsari
100.00 100.00 90.10 85.70 58.20 45.30 26.20 14.30 4.30
(Actual)
Sabang-Siboang
100.00 100.00 87.20 81.40 53.50 29.90 11.80 8.30 4.40
(Rencana)
Sabang-Siboang
100.00 100.00 88.60 83.81 64.80 49.31 28.30 16.51 4.40
(Attual)
Ogotua-Malala
100.00 99.71 89.96 78.42 64.16 53.37 27.34 16.00 5.36
(Rel1cana)
Ogotua-Malala
100.00 100.00 85.40 67.51 52.10 38.20 16.81 7.70 4.09
(Actual)
Kurva Fuller 100.00 87.75 73.20 64.24 47.03 34.33 18.54 13.57 7.27
68
Hasil pengujian kepadatan diperoleh hasil sebagai berikut :
• Untuk Ruas Jalan Talise - Kebonsari, dari contoh inti segmen 1, 4 dan 8,
diperoleh derajat kepadatan AC-WC masing-masing 97 %, 98% 96 %, 2 dar 3
contoh inti tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %),
untuk AC-BC diperoleh derajat kepadatan masing-masing 96 %, 97 % dan 96
%, tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %).
• Untuk Ruas Jalan Tambu - Sabang, dari contoh inti segmen 1, 4 dan 8,
diperoleh derajat kepadatan AC-WC masing-masing 83 %, 96 % dan 94 %,
tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %).
• Untuk Ruas Sabang - Siboang, dari contoh inti segmen 1, 4 dan 8, diperoleh
derajat kepadatan rata-rata AC-WC masing-masing 80 %, 85% 85 %, tidak
memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %), untuk AC-BC
diperoleh derajat kepadatan masing-masing 82 %, 93 % dan 94 %, tidak
memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %).
• Untuk Ruas Jalan Ogotua - Malala, dari contoh inti segmen 5, 6 dan 8,
diperoleh derajat kepadatan rata-rata AC-WC masing-masing 96 %, 96 %
dan 96 %, tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %),
untuk AC-BC diperoleh derajat kepadatan masing-masing 95 %, 95 % dan 96
%, tidak memenuhi persyaratan derajat kepadatan lapangan (98 %).
4.8.6 Ketebalan dan Kepadatan LPA.
Dari hasil pengujian sand cone dan pengukuran ketebalan di lapangan diperoleh
kepadatan dan ketebalan LPA (Agregat Kelas A), sebagaimana diperlihatkan
pada label : 4.40.
Tabel: 4.40: Kepadatan, Ketebalan dan lndeks Plastisitas LPA (Agregat Kelas A)
INDEKS PLASTISITAS NP
NP NP NP
KELASA
69
4.9 Propinsi Papua.
Paket Ruas jalan Muting - Asiki - Tanah Merah, panjangnya 1,3 km, dengan
Iebar perkerasan 4,5 m adalah jalan Nasional yang terletak di Kabupaten
Merauke. Jenis perkerasan pada Paket pekerjaan ini adalah Latasir dengan tebal
rencana 2 em dan lapis pondasi tanah semen (soil cement) dengan tebal15 em.
4.9.2 Tebal Perkerasan Beraspal
Untuk mengetahui tebal perkerasan dilakukan Uji Lubang (Test Pit), yaitu pada
Km 246+150 dan Km 246+350. Hasil pengukuran tebal diperoleh hasil sebagai
berikut:
• Dari Km 246+150, diperoleh tebal rata-rata 2,3 em, memenuhi persyaratan
tebal rencana (2 em).
• Dari Km 246+350, diperoleh tebal rata-rata 2,3 em, memenuhi persyaratan
tebal rencana (2 em)
4.9.3 Tebal Perkerasan Tanah-Semen
70
4.9.6 Gradasi Pasir
71
BABV
Jumlah paket pek~an yang diambil untuk Propinsi Nusa Tenggara Barat
berjumlah 3 paket pek~an meliputi:
~ Paket Pelangan - Sp. Pengantap- MT azan - Kuta, hanya AC-WC.
~ Tgh Faizal Kota mataram, AC-WC dan AC-BC
~ Akses Bandar- Lombok Baru, AC-WC dan AC-BC
Untuk masing-masing paket pekerjaan diambil 3 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 15 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi be~umlah 4 s ampel pengujian kadar aspal.
5.1.1 Ketebalan Lapisan Beraspal.
Dari 15 sampel segmen pengujian yang ditinjau semuanya memenuhi
persyaratan ketebalan.
Untuk suatu ketebalan lapisan dimaksudkan untuk menampung beban lalu-lintas
tertentu, sehingga bila ketebalan lapisan berkurang, maka akan berpengaruh
terhadap umur rencana jalan.
5.1.2 Kepadatan Lapisan Beraspal
Dari 15 sampel segmen pengujian yang ditinjau semuanya memenuhi
persyaratan kepadatan.
Bila derajat kepadatan lapisan tidak memenuhi syarat yang ditentukan, maka
akan berakibat pada te~adiny kerusakan dini berupa ravelling atau retak yang
akan berkembang menjadi lubang.
5.1.3 Kadar Aspal.
Dari 4 sampel pengujian kadar aspal, semuanya memenuhi persyaratan kadar
as pal.
5.1.4 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.
Dari 4 sampel hasil pengujian gradasi, semuanya tidak memenuhi persyaratan
gradasi agregat.
66
5.1.5 Ketebalan LPAILPB
Dari 4 sampel ketebalan LPNLPB, semuanya memenuhi ketebalan rencana ( 14
em).
Jumlah paket pekerjaan yang diambil untuk Propinsi Sumatera Selatan berjumlah
4 paket pek~an meliputi :
~ Paket Batas Jambi - Buyung Lincir, AC-WC dan AC-BC
~ Betung - Batas Palembang, AC-WC dan AC-BC
~ Palembang - lndralaya, AC-WC dan AC-BC
~ Lubuk Siberuk - Panggang, AC-WC dan AC-BC
Untuk masing-masing paket pek~an diambil 3 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 24 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi be~umlah 4 sampel pengujian.
67
5.2.3 Kepadatan Lapisan Beraspal.
Jumlah paket pek~an yang diambil untuk Propinsi Kalimantan Tengah 4 paket
pekerjaan meliputi :
};> Paket Pilang Km 35-Gohong, HRS-WC
};> Paket Kapuas-Palingkau-Dadahup, HRS-Base.
};> Paket Muara Teweh- Km 50 (1), HRS-WC dan HRS-Base
};> Paket Palangkaraya - Bagugus, HRS-WC
Untuk masing-masing paket pek~an diambil 4 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 15 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi be~umlah 5 sampel pengujian.
5.3.1 Ketebalan Lapisan Beratspal
Dari 2 sampel segmen, 1 sampel segmen tidak memenuhi persyaratan VIM dari
spesifikasi.
5.4 Propinsi Sulawesi Selatan
68
Jumlah paket pekerjaan yang diambil untuk Propinsi Sulawesi Selatan berjumlah 4
paket pek~an meliputi :
~ Ruas Takalar- Jeneponto I, AC-WC dan AC-BC.
~ Ruas Jalan Paket Metros - Pangkajene, AC-WC dan AC-BC.
~ Ruas Jalan Paket Anabanua- Tarumpakae, AC-WC dan AC-BC.
~ Ruas Jalan Paket Rapang - Enrekang, AC-WC dan AC-BC.
Untuk masing-masing paket pek~an diambil 3 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 24 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi be~umlah 8 sampel pengujian.
5.4.1 Ketebalan Lapisan Beraspal
Dari 24 sampel segmen, 1 sampel tidak memenuhi persyaratan tebal
rencanan.
5.4.2 Kadar Aspal
69
);> Ruas Jalan Paket Lohbener - Palimanan, AC-BC.
Untuk masing-masing paket pek~an diambil 3 segmen yang dijadikan sampel
pengujian, jadi secara keseluruhan ada 17 sampel segmen pengujian.
Sedangkan untuk pengambilan sampel blok untuk pengujian kadar aspal dan
gradasi be~umlah 5 sampel pengujian.
70
5.6.1 Ketebalan Lapisan Beraspal
Dari dari 24 sampel segmen pengukuran contoh inti, semuanya memenuhi
persyaratan ketebalan rencana.
5.6.2 Kadar Aspal.
Dari 8 sampel pengujian kadar aspal, semuanya memenuhi persyaratan kadar
aspal rencana.
5.6.3 Kepadatan Lapisan
Dari 24 sampel segmen pengujian kepadatan dari contoh inti, 6 sampel tidak
memenuhi persyaratan derajat kepadatan dari spesifikasi.
5. 7 Propinsi Jambi
rencana.
aspal rencana.
71
5. 7.3 Gradasi Agregat Gabungan Campuran Beraspal.
Dari 14 sampel segmen dari contoh inti, 4 segmen tidak memenuhi persyaratan
derajat kepadatan lapangan.
72
5.8.1 Ketebalan Lapisan Beraspal.
Dari 21 contoh segmen dari contoh inti, semuanya memenuhi persyaratan tebal
rencana.
aspal rencana.
Dari 21 sampel segmen dari contoh inti, 20 segmen tidak memenuhi persyaratan
derajat kepadatan lapangan.
73
5.9.1 Tebal Perkerasan Beraspal
74
5.1 0.2 Kadar As pal
75
menjadi lebih besar, maka akan menyebabkan tebal film aspal beraspal menjadi
lebih tipis, hal ini dapat menyebabkan berbagai kerusakan seperti ravelling,
retakllubang dan sebagainya. Sebaliknya bila penyimpangan gradasi
menyebabkan luas bidang permukaan agregat semakin rendah, maka akan
te~adi tebal film aspal yang terlalu tebal, akan menyebabkan terjadinya berbagai
kerusakan seperti deformasi plastis, alur pada jejak roda, bleeding dan
sebagainya.
76
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
• Dalam pelaksanaan audit, sudah jarang sekali ditemui para parameter tebal
lapisan yang kurang dari tebal yang direncanakan, hal ini terlihat dari 163
sampel segmen, hanya 2 sampel segmen (1,2 %) yang tidak sesuai dengan
ketebalan rencana.
• Dari 57 sampel pengujian kadar aspal, 16 sampel pengujian (28 %) tidak sesuai
dengan kadar aspal yang direncanakan, dimana penyimpangan kadar aspal dapat
menyebabkan teijadinya berbagai kerusakan, seperti raveling, retak/lubang,
deformasi plastis, alur pada jejak roda dan sebagainya.
• Dari 128 sam pel segmen, 41 sam pel segmen (31 ,8 %) tidak memenuhi
persyaratan derajat kepadatan lapangan, sesuai dengan spesifikasi, padahal
akibat kurang padatnya perkerasan dapat menyebabkan terjadinya berbagai
macam kerusakan, seperti raveling, retak/lubang dan sebaginya.
1.2. Saran.
77
pencampur aspal secara berkala, pemilihan pengawas lapangan yang ketat dan
sebagainya.
78
OAFTAR PUSTAKA
2. United Nations Economic Commition For Africa, Practical Guidelines For Road
Maintenance For Africa.