NOTE 1.1:
1) Katup aorta = ICS 2, parasternal line dextra
2) Katup pulmonal = ICS 2, parasternal line sinistra
3) Katup tricuspid = ICS 4, parasternal line sinistra
4) Katup mitral (atau apex beat) = ICS 5, midclavicular line sinistra
NOTE 1.2:
o Batas Kanan: ICS 3 s/d ICS 5 parasternal line dextra.
o Batas Kiri: ICS 3 parasternal line sinistra s/d ICS 5 midclavicular line
sinistra.
o Batas Atas: ICS 3 parasternal line dextra s/d ICS 3 parasternal line sinistra
o Batas Bawah: ICS 5 parasternal line dextra s/d ICS 5 midclavicular line
sinistra.
5. Kelima adalah tahap Auskultasi
• Saya akan melanjutkan pemeriksaan menggunakan stetoskop untuk mendengar
suara dari keempat katup yaitu katup aorta, pulmonal, tricuspid, dan mitral.
• Sebelum itu saya memastikan stetoskop dapat berfungsi, dibersihkan sebelum
digunakan, dan menghangatkan bagian diafragma stetoskop.
• Kemudian saya akan meletakkan diafragma stetoskop pada keempat titik (cek
NOTE 1.1)
Baik berdasarkan hasil auskultasi:
– Normal: tidak ditemukan suara murmur (menggunakan diafragma
stetoskop karena mendengar suara high pitch), tidak ditemukan suara
gallop S3/S4 (menggunakan bell stetoskop karena mendengar suara low
pitch).
– Patologis: ditemukan suara murmur pada katup …
(aortic/pulmonal/trikuspid/ mitral) dan pada fase … (sistolik/diastolik).
Kualitas dari murmur … (blowing/hembusan, rumbling/bergemuruh).
Grading murmur yaitu … (grade 1 = murmur kecil terdengar saat tempat
tenang dan hanya di beberapa daerah jantung; grade 2 = murmur kecil
di seluruh jantung; grade 3 = murmur terdengar jelas bahkan di tempat
yang berisik tapi saat palpasi belum ada thrill; grade 4 = thrill (+); grade
5 = stetoskop diangkat murmur masih terdengar; grade 6 = tanpa
stetoskop terdengar). Penjalaran/radiasi … (tidak ditemukan yaitu hanya
dikatup saja; ditemukan penjalaran ke axilla, dll).
NOTE → Contoh KHAS: “Baik, ditemukan suara murmur Mitral
Regurgitation pada fase sistolik, hollow/pansistolik murmur, kualitas
blowing murmur, grade 3, terdengar penjalaran ke apeks dan axilla.”
NOTE 1.3:
Normal
o S1 = trikuspid dan mitral tertutup (yang berarti aorta dan pulmonal
terbuka). Suaranya “lub”.
o S2 = aorta dan pulmonal tertutup (yang berarti trikuspid dan mitral
terbuka). Suaranya “dub”
o Alur ➜ S1 → Sistolik (fase ejeksi) → S2 → Diastolik (fase pengisian)
o Jarak S1 ke S2 itu lebih pendek, jarak S2 ke S1 itu lebih panjang.
o Splitting S2 (A2 dan P2) bersifat normal pada tahap inspirasi usia dewasa,
sedangkan “wide fix splitting” sebutan bersifat patologis pada ASD
kongenital yaitu pada kedua tahap inspirasi sampai ekspirasi.
Patologis:
a. Gallop
o S3 = suara tambahan setelah S2, biasanya pasien gagal jantung (HF),
sehingga LV tidak mampu memompa maksimal yang menyisakan darah
yang tertinggal di LV, nantinya darah left over tersebut akan bertabrakan
dengan darah yang masuk dari atrium kiri.
o S4 = suara tambahan sebelum S1, biasanya pasien hipertensi lama
(hypertensive heart disease), sehingga tekanan LV tinggi yang
menyebabkan atrium juga lebih stress untuk ekstra memompa.
o S3/S4 sama-sama setelah fase diastolik, jadi boleh disebut ‘gallop’ saja.
b. Murmur
o Regurgitasi (valves don’t close properly) = katup gagal menutup
sempurna akibat luas penampang katup yang lebih kecil dari lubang
katup, sehingga saat katup tertutup tetap menghasilkan suara dari darah
yang bocor.
NOTE → Mitral Regurgitation Sistolic/MRS ⤑ saat darah sudah masuk
dari LA ke LV namun dikarenakan mitral tidak tertutup sempurna, maka
saat dilanjutkan fase sistolik (ejeksi) maka darah bocor kembali ke atrial.
Aortic Regurgitation Diastolik/ARD ⤑ saat darah sudah terejeksikan lalu
lanjut ke fase diastolik (pengisian), darah bocor kebelakang masuk
kembali ke LV karena katup aorta tidak tertutup sempurna.
o Stenosis (valves don’t open properly) = obstruksi aliran darah akibat
penyempitan dari lubang katup. Jadi katup kebukanya sedikit aja.
NOTE → setelah fase sistolik, lalu katup semilunar aorta akan terbuka,
jika terdengar suara maka disebut Aorta Stenosis (sempit banget yang
terbuka). Jika setelah fase diastolik dilanjutkan katup mitral terbuka,
apabila terdengar suara disebut Mitral Stenosis.
Namun untuk memastikan diagnosis saya sarankan Bapak/Ibu untuk datang ke dokter
spesialis jantung terkait pemeriksaan lebih lanjut. Apakah Bapak/Ibu bersedia? Jika
bersedia saya akan membantu untuk pembuatan surat rujukannya ya Pak/Bu.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, jangan sungkan untuk datang kembali apabila ada keluhan lain ya Pak/Bu,
terimakasih, selamat pagi.
- Tangan dominan saya letakkan diatas tangan yang non dominan, saya akan
melakukan penekanan pada 2 cm diatas processus xyphoideus, dengan tangan
tegak lurus dengan sternum pasien.
- Adapun 5 hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian CPR harus:
1. 30 kompresi : 2 ventilasi dilakukan selama 2 menit atau 5 siklus.
2. Kecepatan kompresi 100-120x/menit
3. Kedalaman kompresi 5-6 cm
4. Complete chest recoil.
5. Minimum interruption.
- Baik saya akan melakukan CPR. (kompresi + ventilasi menggunakan ambubag)
- Setelah CPR 2 menit saya selalu mengidentifikasi nadi pasien pada arteri karotis.
A. Jika nadi belum teraba tapi bantuan belum tiba/belum pasang EKG maka
saya akan lakukan CPR 2 menit lagi.
Selanjutnya saya rujuk pasien serta melakukan KIE kepada keluarga pasien.
C. Jika nadi belum teraba tapi bantuan telah tiba ke UGD dan pasien sudah
dipasangkan EKG, maka saya akan melihat apakah ritme shockable atau
non-shockable.
memeriksanya dengan cara menggerakkan tungkai kaki pasien, tangan dan leher
pasien, serta pasien juga akan terasa dingin.
• Namun jika CPR BELUM 20 menit, penghentian CPR boleh dilakukan HANYA JIKA:
1. Sudah timbul tanda rigor mortis.
2. Permintaan dari keluarga pasien.
3. Adanya terminal illness.
4. Ritme asystole (non-shockable) yang menetap 10 menit.
5. Membahayakan penolong atau penolong kelelahan.
• Jika pasien meninggal maka lakukan breaking bad news kepada keluarga pasien.
“Selamat siang, saya dokter … yang menangani kejadian gawat darurat keluarga
Bapak/Ibu, dengan segala tindakan yang saya dan tenaga medis lainnya sudah
usahakan semaksimal mungkin, namun disini dengan berat hati saya mohon maaf
sebesarnya turut berduka atas kepergian pasien.”
NOTE:
NOTE:
Revesible Causes 5H (Hipovolemia, Hipoksia, Hidrogen ion/asidosis,
Hypo/hiperkalemia, Hipotermia); 5T (tension pneumotoraks, Tamponade
cardiac, Toksin, Thrombosis pulmonal, Thrombosis coronary) → kalau mau
bilang KIEnya ke pasien bilang “…penyebab-penyebabnya itu bisa
kekurangan cairan drastis, rendahnya kadar oksigen, darah terlalu asam,
ketidakseimbangan mineral, suhu tubuh turun drastis hingga dibawah 35°.
Selain itu juga banyak penyakit paru-paru dan jantung yang bisa
menyebabkan penderitanya menjadi henti jantung apabila tidak segera
ditangani.”
¾ RJP
• Saya akan melakukan High Quality CPR dengan memposisikan diri di sebelah pasien:
- Kaki dengan tripod position yaitu badan tegak dan kaki menumpu pada lutut,
- Tangan dominan saya letakkan diatas tangan yang non dominan, saya akan
melakukan penekanan pada 2 cm diatas processus xyphoideus, dengan tangan
tegak lurus dengan sternum pasien.
- Adapun 5 hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian CPR harus:
1. 30 kompresi : 2 ventilasi dilakukan selama 2 menit atau 5 siklus.
2. Kecepatan kompresi 100-120x/menit
3. Kedalaman kompresi 5-6 cm
4. Complete chest recoil.
5. Minimum interruption.
- Baik saya akan melakukan CPR.
- Untuk ventilasi: [1] jika ada ambubag dan sunkup di lokasi setempat maka bisa
gunakan; [2] jika tidak ada ambubag bisa melakukan mouth-to-mouth ventilation;
[3] jika sedang dalam kondisi berbahaya seperti pandemi, atau mencegah terjadi
penularan penyakit yang tidak diketahui dari pasien ke penolong atau sebaliknya
maka bisa dilakukan hands only CPR (*hanya kompresi saja terus 5 siklus*)
- Setelah CPR 2 menit saya selalu mengidentifikasi nadi pasien pada arteri karotis.
A. Jika nadi belum teraba tapi ambulance belum tiba/belum ada AED maka
saya akan lakukan CPR 2 menit lagi.
Selanjutnya saya rujuk pasien serta melakukan KIE kepada keluarga pasien.
“Selamat siang, saya dokter … yang menangani kejadian gawat darurat
keluarga Bapak/Ibu, pasien sudah membaik dan kembali sadar, namun
dikarenakan pasien sebelumnya mengalami henti jantung kami tetap harus
merujuk pasien ke dokter Spesialis Jantung Pembuluh Darah untuk
mengetahui penyebabnya apa, atau kondisi komplikasi setelah kecelakaan
yang mungkin dialami pasien; sehingga bisa mencegah kejadian henti
jantung berulang. …Penyebab-penyebabnya banyak Pak/Bu itu bisa
kekurangan cairan drastis, rendahnya kadar oksigen, darah terlalu asam,
ketidakseimbangan mineral, suhu tubuh turun drastis hingga dibawah 35°.
Selain itu juga banyak penyakit paru-paru dan jantung yang bisa
menyebabkan penderitanya menjadi henti jantung apabila tidak segera
ditangani, jadi sebaiknya dirujuk saja. Baik, sejauh ini apakah ada yang ingin
ditanyakan? Jika tidak ada, terimakasih, selamat siang.”
C. Jika nadi belum teraba tapi sudah ada
AED, maka saya akan meminta bantuan
orang sekitar untuk memasangkan AED
sesuai dengan gambar instruksi pada alat
AED agar minimal interupsi CPR. Pad AED
dipasang adekuat pada kulit pasien yaitu
pada dada sebelah kanan pasien, dan
dibawah puting kiri bawah.
D. Namun jika CPR BELUM 20 menit, penghentian CPR boleh dilakukan HANYA
JIKA: /sama seperti di IHCA/
E. Jika pasien meninggal maka lakukan breaking bad news kepada keluarga pasien.
“Selamat siang, saya dokter … yang menangani kejadian gawat darurat keluarga
Bapak/Ibu, dengan segala tindakan yang saya dan tenaga medis lainnya sudah
usahakan semaksimal mungkin, namun disini dengan berat hati saya mohon maaf
sebesarnya turut berduka atas kepergian pasien.”
NOTE: BACA INI!
Jadi kalau gaada IV line/Epinephrine/Amiodarone sebenernya lakukan CPR terus
aja, karena kalau ambulance atau ALS providers udah dateng nanti mereka yang
akan take over pasiennya.
PEDIATRIC EMERGENCY
¾ Pembukaan
• Pada UGD/lokasi setempat saya mengenali bahwa terjadi kondisi gawat darurat pada
pasien.
¾ Amankan
• Saya akan melakukan 3A yaitu amankan lingkungan, pasien, dan diri.
• Pertama saya akan mengamankan lingkungan. Bapak/Ibu apakah keluarga dari pasien?
Saya dokter… mohon izin untuk melakukan tindakan bantuan hidup dasar kepada
pasien, apakah diizinkan? Baik, jika diizinkan saya akan memulai dan mohon
memberikan saya ruang nggih.
• Kemudian saya memastikan pasien sudah ditempat yang aman dalam posisi supisasi
dan membuka pakaian atas pasien, serta memastikan diri sudah menggunakan alat
pelindung diri seperti masker dan handcoen.
¾ AVPU
• Selanjutnya saya akan melakukan pengecekan AVPU.
• Pertama yaitu Alert dan Verbal secara bersamaan. “Dek.. Dek” sambil melambai-
lambaikan tangan di depan pasien, melihat apakah pasien membuka mata/tidak. Jika
tidak ada respon saya akan lanjut.
• Kemudian Pain dengan memberikan rangsangan nyeri pada sternum pasien.
• Baik, apabila pasien tetap tidak merespon yaitu Unresponsive maka saya akan
mengaktifkan akan meminta bantuan (shout for help). [1] “Ada pasien tidak sadar apa
ada yang bisa bantu saya?” dan “Bapak/Ibu bisa membantu saya menelfon 118
dikarenakan ada kejadian henti jantung di lokasi A” Namun jika saya sendiri maka saya
sendiri yang akan menelpon ambulance. [2] Jika setting di RS maka saya akan
mengaktifkan code blue untuk meminta bantuan ke UGD.
¾ ABC
• Selanjutnya dikarenakan pasien adalah pasien anak, maka saya akan melakukan
prosedur ABC yaitu airway-breathing-circulation.
1) Pertama yaitu airway saya akan membuka jalan napas
pasien dengan head tilt chin lift open mouth dengan
tangan kiri saya memegang kepala pasien sementara
tangan kanan saya mendongakkan dagu pasien sehingga
mulut pasien terbuka lalu memeriksa apakah ada air atau
lidah yang menutup jalan napas. Baik tidak ada.
2) Selanjutnya yaitu breathing, saya akan pernapasan
dengan mendekatkan telinga saya pada pasien untuk LLF
(look, listen, feel) mendengar dan merasakan hembusan
napas serta melihat pergerakan dada pasien.
- Baik ditemukan dada tidak mengembang, tidak ada suara nafas atau nafas
tambahan dan tidak terasa hembusan nafas.
¾ Persiapan
• Pertama-tama saya akan melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci tangan
sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen dan APD.
• Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah tourniquet, kapas alcohol, jarum (spuit),
container yang telah berisikan Identitas pasien, kapas, plester, gunting.
• Kemudian saya pastikan bahwa pasien sudah berada di atas bed pemeriksaan.
¾ Tindakan
• “Bapak/Ibu bisa dipersilahkan melipat lengan bajunya ke atas dan meluruskan
lengannya ya.” (sebaiknya lengan yang sering digunakan beraktivitas/tangan dominan)
• Langkah pertama adalah menentukan vena perifer yang akan diambil darahnya.
NOTE 1.4:
Pilihan:
– Fossa cubiti (antecubital): bagian berlawanan dari siku (sering!)
– Lengan bawah
– Pergelangan tangan
– Punggung tangan
– Kaki dan pergelangan kaki (jika tidak ada vena lain yang dapat ditusuk)
NOTE → Jika sudah menarik penghisap spuit, TIDAK BOLEH menekan penghisap
kembali apapun kondisinya! (misal saat aspirasi tidak ada darah, lalu dengan posisi
jarum masih di dalam kita tekan lagi, ini bisa menyebabkan emboli. Jadi cabut dulu, baru
masukkan lagi.)
• Baik, darah sudah cukup. Saya akan menutup area injeksi menggunakan kapas alcohol
sambil melepaskan spuit perlahan dari vena, kemudian menutup ujung spuit dengan
tutupnya.
• Kemudian saya memasangkan plester untuk merekatkan kapas alcohol. “Bapak/Ibu bisa
membantu menekuk sikunya ya untuk menghentikan perdarahan.”
• Langkah berikutnya, adalah saya menuliskan Identitas pasien yaitu nama, nomer RM,
serta tanggal pengambilan darah pada tabung spuit.
• Kemudian saya membuatkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.
NOTE:
Jika hendak memasukkan darah ke container, maka:
1) Saya akan melapaskan jarum dari spuitnya, lalu memasukkan
darah secara perlahan ke dalam container yang telah berisi
identitas pasien yang sudah sesuai yaitu nama, nomer rekam
medis, serta tanggal pengambilan darah (jangan disemprot
karena elemen darah bisa lisis).
2) Kemudian darah dihomogenkan dengan digoyangkan ke kanan
dan kiri secara perlahan
3) Membuat formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.
¾ Penutup
• Baik, prosedur sudah selesai Pak/Bu. Bapak/Ibu bisa kembali ke meja periksa dan
merapihkan pakaiannya.
• Sementara saya akan membuang alat bahan yang sudah tidak digunakan ke tempat
sampah medis, lalu melakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan
sudah selesai.
¾ KIE
• Baik, Bapak/Ibu setelah dilakukannya prosedur Pengambilan darah vena ini, mungkin
akan terjadi kebiruan di daerah yang ditusukkan tadi, namun tidak perlu khawatir
dikarenakan hal tersebut adalah normal dan nantinya dapat kembali seperti semula.
Nanti setelah hasil pemeriksaan laboratorium sudah keluar, Bapak/Ibu akan dihubungi
dan diharapkan Bapak/Ibu bisa kembali kesini.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, jika tidak ada, terimakasih. Selamat pagi.
• Keluhan anaknya apa ya Pak/Bu? “Hidung anak saya yang kanan terus mengeluarkan
ingus berbau sejak 1 minggu yang lalu.”
• Setelah dilakukan anamnesis berdasarkan B4S7 beserta pemeriksaan rinoskopi dimana
ditemukan … pada hidung …, selanjutnya saya akan melakukan prosedur tindakan
Ekstraksi Benda Asing pada hidung anak Bapak/Ibu.
Contoh: ditemukan benda bulat kecil di rongga hidung kanan.
• Prosedur ini bertujuan untuk kengeluarkan benda asing yang
menyumbat/menghalangi saluran pernapasan yaitu hidung anak Bapak/Ibu.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasa tidak nyaman karena saya akan memasukkan
alat, dan nanti memungkinkan adanya efek samping seperti mimisan/epistaksis.
Namun saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir timbulnya efek
samping tersebut. Apakah bersedia?
• Baik jika bersedia, saya akan memulai prosedurnya. Bapak/Ibu bisa membantu
memangku anaknya ATAU [jika pasien dewasa] bisa dipersilahkan duduk dengan posisi
senyamannya.
NOTE 1.5:
[Kiri] Posisi pemeriksa – pasien; [Kanan] Fiksasi anak saat Pemfis THT
¾ Persiapan
• Pertama-tama saya akan melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci tangan
sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen dan APD.
• Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah lampu kepala, speculum hidung,
ekstraktor benda asing.
• Kemudian saya akan duduk dengan posisi kaki bersisian dengan pasien/orang tua
pasien; serta meja yang berisi alat berada di hadapan saya sehingga lebih mudah untuk
dijangkau.
¾ Persiapan Alat (Lampu Kepala)
• Saya memastikan bahwa lampu kepala dapat digunakan dengan baik. (*kalau perlu
listrik bilang kabel sudah dihubungkan dengan listrik, kalau tanpa listrik bilang baterai
sudah terisi cukup*).
• Kemudian saya memakai lampu kepala, dengan tangan kiri saya mengencangkan
lampu kepala, dan tangan kanan memposisikan lampu pada glabella tepatnya di antara
kedua mata saya.
• Lalu saya menyalakan lampu, dan mengarahkan sinar ke telapak tangan saya kira-kira
jarak 30 cm, dan mengatur fokus cahaya membentuk lingkaran diameter 3-5 cm.
BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS
BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS
NOTE → Jika benda asing berupa kapas, benda yang lunak, atau bisa dijepit, maka
bisa gunakan alligator forceps.
•Saat dirasa dan terlihat sudah melewati benda asing, saya menarik ekstraktor bersama
dengan benda asing dengan cepat sampai benda asing keluar dari kavum nasi. “Baik,
benda asing berupa … sudah terekstraksi.”
• Selanjutnya saya akan mengevaluasi kavum nasi kembali. Apakah ada bagian benda
asing yang tertinggal, apakah ada benda asing lainnya, atau ada komplikasi paska
tindakan seperti luka atau epistaksis. “Baik, tidak ditemukan adanya hal tersebut
sehingga kavum nasi bersih [Normal]. Baik, ditemukan adanya epistaksis sehingga
akan dilanjutkan ke prosedur pemasangan tampon hidung [Next Prosedur].”
• Terakhir saya menutup speculum hidung, mengendorkan speculum sedikit saja, tidak
sampai tertutup sempurna, mengeluarkannya, baru melepaskan genggaman
speculum.
¾ Penutup
• Baik, prosedur sudah selesai. Bapak/Ibu bisa mengajak anaknya kembali ke meja
periksa atau membenahi posisi duduknya.
• Sementara saya akan merapihkan alat dan membuang handscoen , lalu melakukan cuci
tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan sudah selesai.
¾ KIE
• Baik, Bapak/Ibu setelah dilakukannya prosedur Ekstraksi Benda Asing pada anak
Bapak/Ibu ditemukan adanya …, sebanyak … buah. Jadi keluhan berupa ingus berbau
tersebut disebabkan oleh adanya benda asing ini di hidung kanan anak Bapak/Ibu,
namun saat ini saluran pernapasannya sudah bersih dan juga tidak ditemukan adanya
komplikasi/efek samping setelah dilakukannya tindakan tadi. (kalau ada epistaksis
maka lanjutkan ke prosedur pemasangan tampon hidung)
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, jangan sungkan untuk datang kembali apabila ada keluhan lain ya Pak/Bu,
terimakasih, selamat pagi.
¾ Tindakan
• Langkah Pertama adalah menggunakan speculum hidung untuk melebarkan lubang
hidung sehingga memudahkan prosedur.
1) Speculum dipegang menggunakan tangan non-dominan yaitu ibujari pada
engsel speculum, jari telunjuk diletakkan pada dorsum hidung sebagai
fiksasi, dan jari lainnya pada batang speculum untuk memegang.
2) Saya memasukkan perlahan ke cavum nasi kanan pasien. “Permisi ya
Pak/Bu.” Posisi awal speculum tertutup, kemudian dibuka saat sudah berada
di kavum nasi dengan diarahkan ke superior, bukan ke dasar hidung. “Titik
perdarahan sudah terlihat”
(*ingat lampu harus benar-benar di arahkan ke kavum nasi!*)
• Langkah selanjutnya adalah pemberian anastesi topikal (*untuk mengurangi sakit dan
memblok vagal reflex*) berupa tampon kapas yang telah diberikan lidocaine 1%
dengan epinephrine 1:1000 yang sudah diencerkan dengan 10 cc NaCl 0,9%. Saya
memasukkan tampon menggunakan forceps bayonette. “Permisi ya Pak/Bu.”
• Lepaskan speculum, kemudian saya tunggu 3-5 menit.
1) Setelah sudah menunggu, saya akan melepaskan tampon kapas
menggunakan forceps bayonette (tanpa speculum). “Permisi Pak/Bu”.
2) Kemudian saya evaluasi kembali titik perdarahannya menggunakan
speculum. “Permisi Pak/Bu. Baik, ditemukan masih adanya perdarahan pada
konka pasien”
• Langkah selanjutnya saya akan mempersiapkan tampon anterior yang saya lapisi
dengan salep antibakteri (eg. Gentamicin), kemudian kembali dengan bantuan
speculum, saya memasukkan tampon anterior ke dalam lubang hidung menggunakan
forceps Bayonette.
1) Saya ambil bagian tampon yang sedikit ke tengah, bukan paling ujung, lalu
dijepit forceps, dan dimasukkan. (jika ujungnya nanti bisa masung ke faring
dan memicu reflek vagal)
2) Saya memasukkan tampon dengan cara layering (berlapis-lapis) mulai dari
dasar hidung ke koana posterior, dan sampai setinggi konka media superior.
3) Lepaskan speculum.
• Setelah tampon terpasang dengan baik, saya akan memasangkan kasa steril dan
plester di anterior dari lubang hidung untuk menahan agar tampon tidak keluar.
NOTE 1.5:
¾ Penutup
• Baik, prosedur sudah selesai Pak/Bu. Bapak/Ibu bisa kembali ke meja periksa dan
merapihkan pakaiannya.
• Sementara saya akan membuang alat bahan yang sudah tidak digunakan ke tempat
sampah medis, lalu melakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan
sudah selesai.
¾ KIE
• Baik, prosedur pemasangan tampon sudah dilakukan ya Pak/Bu. Pemakaian tampon
ini digunakan untuk sementara waktu sekitar 48 jam, sehingga Bapak/Ibu bisa
bernapas menggunakan mulut, diusahakan agar saat mandi itu tidak terkena air, dan
hindari makanan yang panas agar tidak terjadi pelebaran pembuluh darah ataupun
genangan sekret akibat makanan pedas.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, jika tidak ada, terimakasih. Selamat pagi.
NOTE → Jika ada irigasi maka diperlukan cairan fisiologis atau NaCIl 0,9%, jika ada
debridemen maka diperlukan scalpel dan mata pisau
• Kemudian saya akan memposisikan diri di sebelah pasien, dekat dengan sisi lukanya,
sehingga mempermudah proses penjahitan
¾ Tindakan Hecting
• Pertama saya akan membersihkan area tepi luka menggunakan kasa steril yang telah
saya berikan betadine sebelumnya, saya jepit menggunakan pinset, dan saya bersihkan
area melingkar dari arah dalam ke luar (*sekali pakai, langsung dibuang, tidak diulang*)
ATAU secara vertikal dari arah cranial ke caudal.
• Selanjutnya saya akan memasangkan duk steril agar area di sekitar luka tetap steril.
• Langkah selanjutnya saya akan menyuntikkan anestesi infiltrasi
lokal di seluruh tepi luka pasien. “Mohon maaf ya Pak/Bu.”
(*posisi lubang jarum menghadap keatas*) Saya memasukkan
jarum tidak terlalu dalam, namun merata di sekitar tepi luka.
1) Setelah saya tunggu beberapa menit, kemudian dengan menggunakan
pinset saya memeriksa apakah anastesi telah bekerja. “Apakah masih
merasakan nyeri Pak/Bu?”
2) Pasien sudah tidak merasakan nyeri yang menunjukkan bahwa anastesi lokal
sudah bekerja.
juga ± 1 cm dari tepi luka. Jarum saya tarik (*benang tidak ditarik habis*)
kemudian jarum diletakkan pada sisi duk steril atau pada bengkok.
6) Kemudian saya akan mengikat benang menggunakan simpul benang reef knot
atau secure knot (*2 simpul – ikat – 1 simpul – ikat – 1 simpul – ikat*). Simpul
benang saya pastikan terikat di sisi luka, bukan di tengah garis luka.
7) Saya menggunting bagian ujung benang dan saya sisakan ± 5 mm di kedua sisi
benang.
8) Kemudian dengan cara yang sama saya lakukan ke atas luka lalu dilanjutkan
ke bawah hingga seluruh luka menjadi terjahit dengan sempurna.
NOTE 1.7:
•Baik karena seluruh luka sudah terjahit, selanjutnya saya akan membersihkan kembali
menggunakan kasa steril NaCl 0,9% secara melingkar dari dalam keluar untuk
membersihkan bekas betadine dan darah. Lalu di keringkan dengan kasa steril lagi (di
tap-tap)
• Kemudian selanjutnya saya menutup luka dengan kasa steril dan hypafix.
• Setelah terpasang maka duk steril dapat di buka.
¾ Penutup
• Baik, prosedur penjahitan luka sudah selesai Pak/Bu. Bapak/Ibu bisa kembali duduk di
kursi ya Pak/Bu untuk saya berikan informasi lebih lanjut. “Silahkan Pak/Bu.”
• Sementara saya akan membuang alat dan bahan yang sudah tidak digunakan ke
tempat sampah medis, lalu melakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci
tangan sudah selesai.
¾ KIE
• Baik Pak/Bu, prosedur penjahitan luka sudah saya lakukan. Berikutnya mohon
Bapak/Ibu tetap menjaga kebersihan luka, jangan sampai kotor, dan jangan sampai
terkena air. Bapak/Ibu mohon datang kembali dalam 3 hari untuk kontrol sehingga kita
bisa mengganti perbannya, serta saya sarankan di hari ke-10 datang lagi untuk kita
lakukan pengangkatan benang. Seandainya nanti timbul demam, nyeri, keluar nanah
di sekitar luka penjahitan, bisa segera datang untuk menadapatkan penanganan lebih
lanjut. Baik sekarang saya juga akan meresepkan antibiotik dan analgesik nggih
Pak/Bu.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, jika tidak ada, terimakasih. Selamat pagi.
SIRKUMSISI
¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Saya izin mendata Identitas Bapak/Ibu dan juga anak-nya terlebih dahulu ya, atas nama
siapa? umurnya berapa? Anaknya namanya siapa? usia? (anak usia 6 tahun)
• Keluhan datang ke klinik ada apa ya Pak/Bu?
• Setelah dilakukan anamnesis berdasarkan B4S7 beserta pemeriksaan fisik selanjutnya
saya akan melakukan prosedur Sirkumsisi kepada anak Bapak/Ibu.
• Prosedur bedah ini bertujuan untuk yang akan memotong dan membuang kulup/kulit
yang menutup ujung penis sehingga penis akan lebih mudah dibersihkan dan
memperkecil peluang anak terkena infeksi saluran kemih.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasa tidak nyaman pada anak karena saya akan
menyuntikkan anastesi pada area pangkal penis sehingga meminimalisir nyeri saat
prosedur pemotongan kulup menggunakan alat. Apakah bersedia?
• Baik jika bersedia, saya akan memulai prosedurnya. Bapak/Ibu bisa membantu anaknya
untuk membersihkan genitalianya dengan sabun, apabila sudah silahkan
membaringkan anaknya di bed pemeriksaan, menemani anaknya sehingga anak tidak
terlalu gelisah/cemas.
[Pendekatan dengan pasien anak] “Adik tidak perlu takut yaa, rasa sakitnya hanya
sedikit saja di awal nanti setelah itu adik tidak merasakan sakit kok. Ibu/Bapaknya juga
nemenin di sebelah yaa.”
NOTE → Untuk pasien dewasa dipastikan pasien sudah mencukur bulu pubisnya.
¾ Persiapan
• Sebelum melakukan prosedur saya melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci
tangan sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen, pakaian kamar bedah,
dan APD.
• Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sirkumsisi set (needle holder, 3 klem,
gunting, pinset anatomis, pinset cirugis), spuit 10 cc, needle 21G, duk steril, obat
anastesi lokal (Lidocaine), antiseptik (Povidone Iodine), jahit jaringan, benang catgut
plain, kasa steril, plester.
• Pasien sudah berbaring posisi supinasi di bed pemeriksaan, prosedur dilakukan di
kamar operasi. Baik, saya akan memulai prosedur.
¾ Tindakan Sirkumsisi
• Saya akan membersihkan area sekitar penis menggunakan kasa steril yang telah saya
berikan antiseptik sebelumnya, saya jepit menggunakan pinset, dan saya bersihkan
area secara sentrifugal yaitu melingkar dari arah tengah ke luar.
o Pertama, lubang MUE sampai batang penis ⤑ Kedua, sisi kanan kiri penis
hingga skrotum ⤑ Ketiga [jika bisa], saya tarik preputium hingga sulcus
coronarius terlihat lalu membersihkan glans penis pasien serta menghilangkan
smegma-smegma yang menempel, kemudian saya kembalikan pada posisi
semula (*jika tidak bisa ditarik seperti phimosis, nanti dibersihkan saat sudah di
potong/dorsumsisi*) ⤑ Keempat, saya bersihkan juga area sekitar inguinal dan
perineum pasien.
• Saya pasangkan duk steril berlubang pada area penis pasien.
• Selanjutnya saya akan melakukan tindakan anastesi lokal. (karena pasien > 5 tahun, kalau
masih <5 tahun biasanya general anastesi)
1) Saya persiapkan spuit 10cc dengan needle 21G yang sudah terpasang, lalu
patahkan vial Lidocaine, memasukkan cairan Lidocaine ke spuit. Vial dibuang
ke tempat sampah medis.
2) Saya suntikkan infiltrasi anastesi pada 2 sisi pangkal penis [A] dengan sudut
60°, dari keras-keras-terasa lembut. “Ini akan sedikit sakit ya dik”
runcing huruf V. Dimulai dari bagian preputium kiri (*klem jam-11 terlepas*)
lalu kanan (*klem jam 1 terlepas*) menyisakan mukosa ±1cm di sulcus
coronarius.
• Pada bagian frenulum yang mana terdapat pembuluh darah harus dilakukan obeservasi
perdarahan, sehingga dengan menggunakan jarum jahit jaringan dan catgut plain saya
menjahit area frenulum menggunakan ‘figure of 8’. Ujung benang akhir saya sisakan
sekitar 5 cm sebagai benang kontrol.
• Setelah frenulum terjahit saya melepaskan klem jam-6, memastikan tidak ada
perdarahan, dan memotong frenulum pada bagian distal jahitan ‘figure of 8’
sebelumnya.
• Kemudian saya lakukan penjahitan mukosa dengan kulit pada 8 titik yaitu: titik jam 6, 12
3, 9, titik diantara 12 dan 3, diantara 3 dan 6, diantara 6 dan 9, dan diantara 9 dan 12.
NOTE → saat menjahit titik 12 jangan lupa ujung benangnya disisakan 5 cm juga
sehingga saat hendak menjahit di titik jam-3 (sebelah kanan penis), maka benang yang
sebelumnya disisakan 5cm bisa dijepit klem lalu digeser ke arah kiri agar area kanan
terekspos, begitu juga sebaliknya pada area kiri.
• Saya pastikan bahwa jahitan penis simetris dan penis tidak berputar.
• Kemudian saya berikan salep antibiotik di sekeliling luka jahitan.
• Selanjutnya saya balut area jahitan menggunakan kasa steril yang sudah berisikan
Vaseline, dan di plesetr. (yang mana kassa bisa terlepas dengan sendirinya.)
• Tahap terakhir saya membuka duk steril.
¾ Penutup
• Baik, prosedur sirkumsisi sudah selesai Pak/Bu. Saya akan merapihkan alat dan
membuang bahan habis pakai ke tempat sampah.
• Kemudian saya melakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan sudah
selesai.
¾ KIE
• Baik Pak/Bu, prosedur penjahitan luka sudah saya lakukan. Baik sekarang saya akan
meresepkan antibiotika (Amoxicillin), analgesic (Asam mefenamat), dan antiinflamasi
nggih Pak/Bu. Seandainya nanti timbul bengkak tidak perlu cemas karena tidak
berbahaya, itu bisa karena balutan yang terlalu ketat jadi dapat dilonggarkan saja.
Namun jika ada perdarahan yang banyak di sekitar luka penjahitan, bisa segera datang
untuk menadapatkan penanganan lebih lanjut.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, jika tidak ada, terimakasih. Selamat pagi.
PEMASANGAN KATETER
¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter Cok Intan sebagai dokter jaga di klinik hari ini.
• Sebelumnya saya izin mendata identitas Bapak/Ibu terlebih dahulu ya, atas nama
siapa? umurnya berapa?
• Keluhan apa ya Pak/Bu?
• Setelah dilakukan anamnesis berdasarkan B4S7 beserta pemeriksaan fisik selanjutnya
saya akan melakukan prosedur Pemasangan Kateter kepada Bapak/Ibu.
• Prosedur ini bertujuan untuk mengeluarkan urin dari kandung kencing Bapak/Ibu
menggunakan sebuah alat bernama kateter.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasakan tidak nyaman namun tidak perlu khawatir
karena nanti saya akan memberikan anestesi berupa Lidokain untuk meminimalisir rasa
nyerinya. Apakah Bapak/Ibu bersedia?
• Bapak/Ibu silahkan berbaring di bed pemeriksaan, sementara saya akan melakukan
cuci tangan dan menggunakan APD. “Dipersilahkan Pak/Bu.”
¾ Persiapan
• Sebelum melakukan prosedur saya melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci
tangan sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen dan APD.
• Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah kateter urine ukuran 16 F (dewasa),
urine bag, jelly, lidocaine (2 ampul), povidone iodine (antiseptik), spuit 20 cc dan 10 cc,
aquabidest, plester, gunting, kassa steril, duk steril, pinset, bengkok, klem.
• Pasien sudah berbaring posisi supinasi di bed pemeriksaan, prosedur dilakukan di
kamar operasi. Baik, saya akan memulai prosedur.
¾ Persiapan Alat dan Bahan
• Saya persiapkan terlebih dahulu beberapa alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Kateter baru yang sudah dilepaskan bungkus luarnya, lalu bungkus dalamnya
saya buka ujungnya sehingga memudahkan saya nanti mengambil kateter saat
prosedur sudah dilakukan. (jadi bungkus plastik kateter ada 2 lapis untuk
menjaga agar tetap steril).
2. Spuit 10 cc saya persiapkan untuk mengambil aquabidest sebanyak 10 ml ⤑
lalu melepaskan jarumnya.
3. Spuit 20 cc saya persiapkan untuk anestesi yaitu pertama saya masukkan jelly
dari belakang spuit (tidak disedot dari depan) ⤑ lalu saya tutup dan keluarkan
udara ⤑ kedua, saya patahkan vial Lidocaine dan mengambilnya menggunakan
spuit hingga habis ⤑ tutup jarumnya ⤑ lalu saya bolak-balik beberapa kali →
dan melepaskan jarumnya. [pasien laki-laki saja]
4. Kemudian pada bengkok saya sediakan sedikit jelly.
5. Terakhir saya potong 3 buah plester.
•Setelah sudah siap, saya akan mengganti handscoen dengan yang baru.
¾ Tindakan (Laki-Laki)
• Saya akan membersihkan area sekitar penis menggunakan kasa steril yang telah saya
berikan antiseptik sebelumnya, saya jepit menggunakan pinset, dan saya bersihkan
area secara sirkular yaitu melingkar dari arah tengah ke luar. “Permisi Pak”
– Saya memegang penis pasien dengan bantuan
kain kasa sehingga tidak menyentuh penis
secara langsung
– Pertama, lubang MUE sampai batang penis ⤑
Kedua, sisi kanan kiri penis hingga skrotum ⤑
Ketiga [pria yang tidak di sirkumsisi], saya tarik
preputium hingga sulcus coronarius terlihat lalu
membersihkan glans penis pasien serta
menghilangkan smegma-smegma yang
menempel (jangan di kembalikan pada posisi
semula) ⤑ Keempat, saya bersihkan juga area
sekitar inguinal dan perineum pasien.
• Saya pasangkan duk steril berlubang pada area penis pasien, sehingga daerah lain
disekitar penis tetap steril.
• Selanjutnya saya akan melakukan tindakan anestesi dan lubrikasi.
– Saya kembali memegang penis pasien dengan bantuan kain kassa.
– Lalu memasukkan campuran lidokain dan jelly pada uretra secara perlahan.
– Setelah disemprot, saya tutup ujung penis dengan kassa disertai pemberian
penekanan pada MUE agar cairan lidokain dan jelly tidak keluar.
• Selanjutnya, dengan menggunakan pinset saya mengeluarkan kateter dari
pembungkusnya, kemudian membalurkan jelly yang ada pada bengkok yaitu sekitar 5
cm dari kateter. (*agar nanti semakin mudah masuk*)
• Kemudian memengang penis menggunakan kassa
kembali, penis tegak lurus ke depan agar memudahkan
memasukkan kateter. Sementara tangan kanan saya
memasukkan ujung kateter ke urethra menggunakan
pinset, sedikit demi sedikit sampai ujung percabangan
kateter. Lalu klem ujung saluran urine dari kateter agar
urin tidak keluar. (*bukan ujung balon*)
NOTE → pada gambar ujung saluran urine (kuning), mengembangkan balon (hijau).
• Setelah itu saya kembangkan balon dengan menginjeksikan aquabidest sebanyak 10-
15 mL pada ujung katater yang lainnya. Saya masukkan spuit lalu putar ke arah kanan
agar terkunci. Saya pastikan tidak ada sensasi nyeri. “Apakah ada rasa nyeri Pak?”
• Setelah itu, saya tarik kateter hingga dirasakan tahanan dari balon kateter, dan
mereposisi kembali preputium pasien.
¾ KIE
• Baik Pak/Bu, sementara ibu menunggu saya akan siapkan formulir dan berkas untuk
dilakukan pemeriksaan lanjutan. Dengan dipasangnya kateter ini mungkin ini nanti akan
dirasakan tidak nyaman, bisa ditahan sedikit ya Pak/Bu namun apabila sudah tidak bisa
menahan Bapak/Ibu bisa memanggil saya atau tenaga medis yang lain. Nanti jika ingin
berkemih bisa langsung berkemih saja karena air seni nanti akan langsung tertampung
di urobag yang sudah dipasangkan. Kemudian untuk pemasangan kateter ini akan
diganti setiap 14 hari sekali ya Pak/Bu.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, terimakasih Pak/Bu semoga lekas membaik.
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Sebelumnya saya izin mendata Identitas Ibu terlebih dahulu ya, atas nama siapa?
umurnya berapa? Pekerjaannya setiap hari sebagai apa?
• Keluhan apa ya Bu?
• Setelah dilakukan anamnesis berdasarkan B4S7 beserta pemeriksaan fisik selanjutnya
saya akan melakukan prosedur Pemeriksaan Ginekologi kepada Ibu.
• Prosedur ini bertujuan untuk memeriksa apakah ada atau tidak kelainan/abnormalitas
pada genitalia dan organ reproduksi Ibu.
• Sebelumnya izin bertanya apakah ibu sebelumnya sudah pernah berhubungan seksual?
Baik, sudah pernah ya Bu.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasakan tidak nyaman karena nanti saya melakukan
pemeriksaan dalam menggunakan jari saya serta juga memasukkan alat ke dalam
genitalia Ibu. Apakah Ibu bersedia?
• Jika bersedia, Ibu dipersilahkan untuk mengosongkan kandung kemihnya terlebih
dahulu ke kamar mandi, kemudian melepaskan pakaian bagian bawahnya, lalu
berbaring di bed pemeriksaan dengan kaki posisi mengangkang ya Bu. Sementara saya
akan mepersiapkand diri dan alat. “Silahkan Ibu.”
¾ Persiapan
• Sebelum melakukan prosedur saya melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci
tangan sudah selesai.
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah lampu sorot, speculum cocor bebek
•
(Grave’s Speculum), tampon tang, kassa steril, antiseptik.
• Saya menghidupkan lampu sorot dan diarahkan ke genitalia pasien.
• Saya pastikan pasien sudah berbaring dalam posisi Lithotomy di bed ginekologi dan
saya duduk menghadapi ke aspekus genitalis pasien.
• Lalu saya menggunakan handscoen.
¾ Pemeriksaan Fisik
• Langkah pertama saya akan melakukan tindakan aseptik yaitu membersihkan vulva,
vagina dan perineum menggunakan larutan antiseptik. Kapas steril saya usapkan
menggunakan tampon tang dari arah crainal ke caudal (atas ke bawah) dalam sekali
usap.
- Pertama area labia mayora kanan-kiri pasien ⤑ lalu tangan kiri saya membuka labia
mayora dan membersihkan labia minora kanan-kiri → lalu terakhir membersihkan
lubang vagina ⤑ saya bersihkan juga area perineum pasien.
• Selanjutnya saya melakukan inspeksi pada vulva dan perineum untuk memeriksa warna
(kemerahan/normal), ada tidaknya benjolan, kista, laserasi, dan abnormalitas lainnya.
Biak ditemukan…
• Selanjutnya saya membukan celah kedua labia mayora menggunakan tangan kiri saya
(telunjuk dan ibu jari) lalu inspeksi muara uretra dan introitus (lubang vagina).
• Selanjutnya saya palpasi dan menelusuri labia mayora kanan dan kiri dari atas ke
bawah, terutama kelenjar Bartholin menggunakan ibu jari dan ujung telunjuk. Baik
ditemukan … (kista/normal)
NOTE: Labia mayora kanan dipegang seperti dijepit oleh ibujari dan ujung telunjuk lalu
merasakan ada tidaknya kista/benjolan, menyusuri dari atas ke bawah hingga kelenjar
Bartolin. Lalu lakukan juga di sebelah kiri.
• Langkah selanjutnya saya mengambil speculum dengan tangan kanan saya,
memasukkan ujung telunjuk kiri pada introitus agar terbuka lalu sedikit menariknya
kearah bawah.
- Speculum masuk dalam posisi lateral/menyamping dalam keadaan tertutup agar
tidak terjepit.
- Lalu setelah masuk setengah, putar speculum 90° hingga tangkainya dibawah, lalu
membuka speculum dan mengatur kuncinya hingga masing-masing lidah
speculum menyentuh dinding atas dan dinding bawah vagina.
•Baik saya melihat lumen vagina dan serviks sudah terlihat jelas, maka saya akan
observasi ukuran dan warna porsio serviks, forniks posterior, dan apakah ada sekret
pada dinding vagina. Baik ditemukan…
• Selanjutnya saya lepaskan speculum perlahan. Saya kendurkan setengah agar tidak
menjepit area genital, memutar ke posisi lateral, baru saya tarik keluar, dan speculum
tertutup. Spekulum saya letakkan di klorin 0,5%.
• Langkah berikutnya saya akan berdiri untuk melakukan Vaginal Toucher.
- Saya mengganti handscoen dengan yang baru.
- Saya membuka labia mayora kiri dan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, diikuti dengan memasukkan jari telunjuk dan tengah dari tangan kanan ke
dalam introitus.
- Setelah masuk, saya pindahkan tangan kiri saya di area suprasimpisis pasien. (*lalu
saya tentukan tinggi dari fundus uteri APABILA pasien hamil besar sehingga bisa
diraba dari luar*)
- Tangan kanan saya memeriksa dinding vagina; serta secara bimanual dengan
tangan kiri saya yang menekan ke arah bawah saya menentukan:
o Uterus → konsistensi, besar uterus, dan arah apakah antefleksi,
retrofleksi, atau lateralfleksi.
o Serviks → konsistensi serviks; keadaan parametrium; dan kedua adneksa
kanan-kiri berupa ovarium, tuba falopi dan jaringan ikat sekitar.
o Istmus → ada/tidaknya tanda Hegar, dan mencoba mempertemukan
kedua ujung jari tangan luar dan dalam.
- Jika ismus dirasakan lunak makan menandakan kondisi hamil → tanda
Hegar (+)
- Jika tidak ada perlunakan maka dia tidak hamil → tanda Hegar (-)
• Kemudian saya mengeluarkan jari tangan kanan saya yang dibantu dengan tangan kiri
saya yang menahan pada bagian suprasimpisis pasien.
• Lalu angkat tangan kiri dari dinding perut pasien, namun setelahnya saya usapkan lagi
cairan antiseptik pada dinding perut, vulva, perineum dari bekas sekret.
¾ Penutup
• Baik, prosedur pemeriksaan fisik ginekologi sudah selesai Bu. Ibu bisa memakai
pakaiannya kembali dan duduk di meja pemeriksaan. Sementara saya akan merapihkan
alat dan membuang bahan sekali pakai ke tempat sampah medis.
• Seluruh alat yang saya gunakan dimasukkan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit; seka pula bagian yang terkena sekret menggunakan klorin 0,5%. Saya masukkan
tangan saya ke larutan klorin 0,5%, kemudian saya lepaskan sarung tangan secara
terbalik dan direndam dalam larutan tersebut selama 10 menit.
• Kemudian saya lakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan sudah
selesai.
¾ KIE
• Baik Ibu, berdasarkan pemeriksaan yang sudah dilakukan: [Normal] tidak ditemukan
adanya abnormalitas pada genetalia dan organ reproduksi Ibu, mungkin keluhan yang
timbul itu dikarenakan oleh kelelahan dan faktor hormon. Perbanyak makanan sehat,
kurangi junkfood, dan perbanyak olahraga ya Bu. [Patologis] ditemukannya
abnormalitas berupa … sehingga disini saya akan membantu untuk membuat surat
rujukan ke dokter spesialis Obgyn untuk penanganan dan rencana pengobatan lebih
lanjutnya ya Bu.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Bu?
• Baik, terimakasih Bu semoga lekas membaik. Saya buatkan surat rujukannya.
PEMERIKSAAN LEOPOLD
¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Sebelumnya saya izin mendata Identitas Ibu terlebih dahulu ya, atas nama siapa?
umurnya berapa? Pekerjaannya setiap hari sebagai apa?
• Keluhan apa ya Bu?
• Setelah dilakukan anamnesis lengkap selanjutnya saya akan melakukan prosedur
Pemeriksaan Leopold kepada Ibu.
• Prosedur ini bertujuan untuk memperkirakan posisi janin di dalam rahim.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasakan tidak nyaman mengharuskan Ibu untuk
mengangkat baju Ibu sehingga perut terekspos dan akan ada kontak fisik dari saya.
Apakah Ibu bersedia?
• Jika bersedia, Ibu dipersilahkan untuk berbaring di bed pemeriksaan dengan baju yang
sudah terangkat ya Bu. Sementara saya akan mepersiapkan diri. “Silahkan Ibu.”
¾ Persiapan
• Sebelum melakukan prosedur saya melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci
tangan sudah selesai. Kemudian saya menggunakan APD dan juga handscoen.
• Saya pastikan pasien sudah berbaring dalam posisi supinasi, perut terekspos, dan saya
berada di sebelah kanan pasien.
¾ Pemeriksaan Fisik
• Langkah pertama saya melakukan pemeriksaan Leopold 1 yang bertujuan menentukan
bagian tubuh janin yang ditemukan pada fundus uteri.
- Saya menempatkan diri disebelah pasien dengan posisi menghadap ke wajah
pasien.
- Saya meletakkan kedua tangan saya di kedua sisi perut kanan-kiri pasien. “Permisi
Ibu” dan kemudian perlahan-lahan menekan ke arah atas sedikit demi sedikit
sampai fundus uteri, lalu saya dorong sedikit ke arah tengah.
- Baik, pada bagian fundus uteri ditemukan: [1] konsistensi lunak, bulat, tidak
melenting yang menandakan bokong janin; [2] konsisteni keras, bulat, besar,
melenting yang menandakan kepala bayi.
• Langkah selanjutnya saya melakukan pemeriksaan Leopold 2 yang bertujuan
menentukan bagian tubuh janin yang ada di sisi kanan dan kiri janin.
- Posisi saya masih sama disebelah pasien dengan posisi menghadap ke wajah
pasien.
- Saya meletakkan kedua tangan saya di kedua sisi perut kanan-kiri pasien. “Permisi
Ibu”
-Pertama, saya mendorong tangan kanan saya ke arah tengah sedangkan tangan
kiri saya menopang dan melakukan perabaan.
Baik, pada bagian sisi kiri ditemukan: [1] konsistensi keras seperti papan yang
menandakan punggung bayi; [2] konsistensi berbenjol-benjol yang menandakan
ekstremitas bayi.
- Lalu, sebaliknya saya mendorong tangan kiri saya ke arah tengah sedangkan
tangan kanan saya menopang dan melakukan perabaan.
Baik, pada bagian sisi kanan ditemukan: (*sama seperti diatas*)
• Langkah selanjutnya saya melakukan pemeriksaan Leopold 3 yang bertujuan
menentukan bagian tubuh janin yang ada di bagian bawah uterus.
- Posisi saya masih sama disebelah pasien dengan posisi menghadap ke wajah
pasien.
- Saya meletakkan tangan kanan saya pada bagian bawah uterus dengan 3 jari
telunjuk-tengah-manis yang sedikit menekan, sementara tangan kiri saya berada
pada fundus uteri untuk memberikan dorongan ke arah bawah. “Permisi Ibu”
- Baik, pada bagian sisi bawah ditemukan: [1] konsistensi lunak, bulat, tidak
melenting yang menandakan bokong janin; [2] konsisteni keras, bulat, besar,
melenting yang menandakan kepala bayi.
- Apabila ditemukannya kepala bayi, saya akan sedikit menggoyang-goyangkan
tangan kanan saya. Jika kepala masih bisa bergoyang maka menandakan kepala
janin belum memasuki pintu atas panggul (PAP), sebaliknya jika tidak bisa
digoyangkan maka berarti sudah memasuki PAP.
Baik ditemukan … yang nantinya juga akan dipastikan kembali dengan
pemeriksaan Leopold 4.
• Langkah selanjutnya saya melakukan pemeriksaan Leopold 4 yang bertujuan
memastikan apakah kepala bayi sudah memasuki PAP atau belum.
- Sekarang saya menempatkan diri disebelah pasien namun dengan posisi berbalik
arah menghadap ke arah kaki pasien.
- Saya meletakkan tangan saya di sebelah kanan-kiri abdomen pasien. “Permisi Ibu”
dan kemudian perlahan-lahan menekan ke arah bawah sedikit demi sedikit
berusaha mempertemukan kedua jari tangan saya.
- Baik, ditemukan: [1] kedua jari tangan saya bertemu (yaitu konvergen) yang
menandakan kepala janin masi belum memasuki PAP ; [2] kedua jari tangan saya
tidak bisa bertemu (yaitu divergen) yang menandakan kepala janin sudah
memasuki PAP.
NOTE:
Jika permintaannya adalah ‘Pemeriksaan Kehamilan’ maka lakukan: inspeksi, pemeriksaan
leopold, pemeriksaan tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin.
• Minta pasien melepaskan pakaian dalam bawahnya juga.
• Tambahan alat adalah: meteran, dan funduscope (alat manual)/fetal doppler (alat
automatis).
• Langkah pertama adalah tahap inspeksi yaitu saya mengobservasi yaitu:
¾ Penutup
• Baik, prosedur pemeriksaan sudah selesai Bu. Ibu bisa merapihkan pakaiannya
kembali.
• Kemudian saya lakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan sudah
selesai.
¾ KIE
• Baik Ibu, berdasarkan pemeriksaan yang sudah dilakukan posisi janin ibu adalah …
(normal/sungsang/melintang) yang mana bagian kepalanya ada di … bokongnya ada
di… punggung berada di … ekstremitas ada di … sehingga bayinya posisinya
BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS
BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS