Anda di halaman 1dari 46

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULER


¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Sebelumnya saya izin mendata identitas Bapak terlebih dahulu ya, atas nama siapa?
umurnya berapa? pekerjaan setiap hari sebagai apa?
• Bapak datang dengan keluhan apa? “Nyeri dada sejak 4 hari yang lalu.”
• Setelah dilakukan anamnesis berdasarkan B4S7, selanjutnya saya akan melakukan
prosedur Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler kepada Bapak.
• Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan yang dapat
ditemukan pada jantung Bapak sehingga dapat membantu saya menegakkan
perkiraan diagnosis.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasa tidak nyaman karena Bapak diharuskan untuk
membuka pakaian bagian atas sehingga memudahkan saya melakukan pemeriksaan,
apa Bapak bersedia?
• Baik jika bersedia, saya akan memulai prosedurnya ya Pak. Bapak saya persilahkan
untuk membuka bajunya dan berbaring diatas bed pemeriksaan, sementara saya akan
mencuci tangan terlebih dahulu.
¾ Persiapan
• Pertama-tama saya akan melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci tangan
sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen dan APD.
• Lalu saya pastikan bahwa pasien sudah berada di atas bed pemeriksaan dan saya
berada disebelah kanan pasien, kemudian mengatur posisi sandaran bed setinggi 45°.
¾ Pemeriksaan
1. Pertama adalah pemeriksaan tekanan vena jugularis (JVP)
• “Bapak bisa menghadap ke kiri”.
1) Saya mengevaluasi vena jugularis interna pasien yang terletak diantara
segitiga: otot sternocleidomastoideus, tulang klavikula, dan vena jugularis
eksterna.
2) Kemudian saya akan menentukan batas atas dari vena jugularis interna.
3) Kemudian saya akan meletakkan alat ukur berupa penggaris secara vertikal
diatas angulus sternum, kemudian secara tegak lurus mencari titik pulsasi
tertinggi dari vena jugularis interna.

Baik, berdasarkan hasil pemeriksaan, didapatkan tekanan vena jugularis pasien…


– Normal: 2 cm H2O diatas angulus sternum, ATAU 7 cm diatas atrium
kanan, ATAU tidak terlihat (pilih salah satu).

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

– Gagal jantung: >2cm H2O diatas angulus sternum yang menandakan


peningkatan JVP (biasanya disertai keluhan kaki bengkak, cepat lelah)

2. Kedua adalah tahap Inspeksi


• Selanjutnya saya akan melakukan inspeksi secara umum pada thorax bagian
anterior dan bagian lateral. “Baik Bapak bisa kembali menghadapi ke depan”
1) Pertama, saya akan mengevaluasi kulit, kuku, bibir pasien.
Baik ditemukan kulit normal/pucat/sianosis, kuku normal/sianosis/clubbing
finger, bibir sianosis/normal
2) Kemudian saya observasi beberapa aspek thorax pasien yaitu:
– [Simterisitas] Baik, dada pasien tampak simetris/asimteris (normal).
– [Deformitas] …ditemukan/tidak ditemukan deformitas (normal), seperti
pectus excavatum, pectus carinatum/pigeon chest, atau barrel chest.

– [Laju napas] …laju napas pasien normal/tidak normal seperti kesulitan


bernapas atau adanya retraksi dinding dada (biasanya dari awal
anamnesis pasien mengeluh sesak)
– [Bekas operasi] …ditemukan/tidak ditemukan tanda bekas operasi
(normal)
– [Pigmentasi] …ditemukan/tidak ditemukan pigmentasi kulit (normal)
– [Dilatasi vena] …ditemukan/tidak ditemukan dilatasi vena (normal)
– [Iktus kordis] …iktus kordis tampak/tidak tampak (normal)

3. Ketiga adalah tahap Palpasi


• Saya akan melakukan pemeriksaan palpasi/perabaan iktus kordis terlebih dahulu.
1) Saya mencari titik sternal angel untuk menentukan costae-2, lalu bergerak
kebawah untuk menemukan ICS 2 sampai ICS 5, kemudian ditarik sejajar
pada midclavicular line sinistra.
Atau simpelnya bisa bilang: “Pada pasien pria titik berada di bawah puting
susu.”
2) Lalu pada titik ICS 5 midclavicular line sinistra tersebut saya menempatkan
telapak tangan atau 3 jari saya dan rasakan adanya denyutan pada apeks
jantung.
3) Setelah teraba selanjutnya dengan menggunakan 1 jari saya, saya melakukan
pinpoint untuk menentukan letak dari iktus kordis/punctum maksimum-nya.
Baik berdasarkan hasil palpasi: (Normal)
– Iktus kordis teraba denyutannya, serta kuat angkatnya normal yaitu
tidak sampai mengangkat jari saya.
– Tidak didapatkan adanya pergeseran iktus kordis yang menandakan
ukuran jantung pasien masih dalam batas normal.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

• Selanjutnya saya akan mempalpasi thrill dengan menggunakan telapak tangan


saya. Saya akan mempalpasi semua katup jantung yaitu katup aorta, katup
pulmonal, katup tricuspid, dan katup mitral.

NOTE 1.1:
1) Katup aorta = ICS 2, parasternal line dextra
2) Katup pulmonal = ICS 2, parasternal line sinistra
3) Katup tricuspid = ICS 4, parasternal line sinistra
4) Katup mitral (atau apex beat) = ICS 5, midclavicular line sinistra

Baik berdasarkan hasil palpasi:


– Normal: Tidak ditemukannya thrill yang teraba pada keempat katup
yang telah diperiksa.
– Patologis: Ditemukannya thrill pada katup … yang mengindikasikan
adanya katup jantung yang tidak kompeten. Mengindikasikan murmur.

4. Keempat adalah tahap Perkusi


• Ver1 (berdasarkan checklist): Baik, dikarenakan ditemukannya puctum maksimum
saat palpasi iktus kordis, maka perkusi tidak dilakukan.
• Ver2 (perkusi batas-batas): Baik, selanjutnya saya akan melakukan perkusi untuk
menentukan batas jantung Bapak.
1) Pertama saya akan menentukan batas jantung kanan dengan melakukan
perkusi pada parasternal line dextra dari proksimal ke arah distal sampai
ditemukan perubahan dari sonor ke redup. Baik ditemukan redup pada ICS
3 hingga ICS 5 dan sonor kembali pada ICS 6. Jadi, batas jantung kanan
adalah ICS 3-5 parasternal line dextra.
2) Kemudian saya akan menentukan batas jantung kiri dengan melakukan
perkusi dari parasternal line sinistra dari proksimal ke arah distal dan
ditemukan perubahan dari sonor ke redup pada ICS 3. Lalu saya cari juga
titik ICS 5 anterior axillary line sinistra dan melakukan perkusi dari titik
tersebut ke arah medial sampai ditemukannya perubahan dari sonor menjadi
redup pada ICS 5 midclavicular line sinistra.
Baik berdasarkan pemeriksaan perkusi batas-batas jantung pasien masih dalam
range normal ATAU terdapat perubahan batas yang mengindikasikan pembesaran
ukuran jantung (enlargement).

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

NOTE 1.2:
o Batas Kanan: ICS 3 s/d ICS 5 parasternal line dextra.
o Batas Kiri: ICS 3 parasternal line sinistra s/d ICS 5 midclavicular line
sinistra.
o Batas Atas: ICS 3 parasternal line dextra s/d ICS 3 parasternal line sinistra
o Batas Bawah: ICS 5 parasternal line dextra s/d ICS 5 midclavicular line
sinistra.
5. Kelima adalah tahap Auskultasi
• Saya akan melanjutkan pemeriksaan menggunakan stetoskop untuk mendengar
suara dari keempat katup yaitu katup aorta, pulmonal, tricuspid, dan mitral.
• Sebelum itu saya memastikan stetoskop dapat berfungsi, dibersihkan sebelum
digunakan, dan menghangatkan bagian diafragma stetoskop.
• Kemudian saya akan meletakkan diafragma stetoskop pada keempat titik (cek
NOTE 1.1)
Baik berdasarkan hasil auskultasi:
– Normal: tidak ditemukan suara murmur (menggunakan diafragma
stetoskop karena mendengar suara high pitch), tidak ditemukan suara
gallop S3/S4 (menggunakan bell stetoskop karena mendengar suara low
pitch).
– Patologis: ditemukan suara murmur pada katup …
(aortic/pulmonal/trikuspid/ mitral) dan pada fase … (sistolik/diastolik).
Kualitas dari murmur … (blowing/hembusan, rumbling/bergemuruh).
Grading murmur yaitu … (grade 1 = murmur kecil terdengar saat tempat
tenang dan hanya di beberapa daerah jantung; grade 2 = murmur kecil
di seluruh jantung; grade 3 = murmur terdengar jelas bahkan di tempat
yang berisik tapi saat palpasi belum ada thrill; grade 4 = thrill (+); grade
5 = stetoskop diangkat murmur masih terdengar; grade 6 = tanpa
stetoskop terdengar). Penjalaran/radiasi … (tidak ditemukan yaitu hanya
dikatup saja; ditemukan penjalaran ke axilla, dll).
NOTE → Contoh KHAS: “Baik, ditemukan suara murmur Mitral
Regurgitation pada fase sistolik, hollow/pansistolik murmur, kualitas
blowing murmur, grade 3, terdengar penjalaran ke apeks dan axilla.”

NOTE 1.3:
Normal
o S1 = trikuspid dan mitral tertutup (yang berarti aorta dan pulmonal
terbuka). Suaranya “lub”.
o S2 = aorta dan pulmonal tertutup (yang berarti trikuspid dan mitral
terbuka). Suaranya “dub”
o Alur ➜ S1 → Sistolik (fase ejeksi) → S2 → Diastolik (fase pengisian)
o Jarak S1 ke S2 itu lebih pendek, jarak S2 ke S1 itu lebih panjang.
o Splitting S2 (A2 dan P2) bersifat normal pada tahap inspirasi usia dewasa,
sedangkan “wide fix splitting” sebutan bersifat patologis pada ASD
kongenital yaitu pada kedua tahap inspirasi sampai ekspirasi.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

Patologis:
a. Gallop
o S3 = suara tambahan setelah S2, biasanya pasien gagal jantung (HF),
sehingga LV tidak mampu memompa maksimal yang menyisakan darah
yang tertinggal di LV, nantinya darah left over tersebut akan bertabrakan
dengan darah yang masuk dari atrium kiri.
o S4 = suara tambahan sebelum S1, biasanya pasien hipertensi lama
(hypertensive heart disease), sehingga tekanan LV tinggi yang
menyebabkan atrium juga lebih stress untuk ekstra memompa.
o S3/S4 sama-sama setelah fase diastolik, jadi boleh disebut ‘gallop’ saja.
b. Murmur
o Regurgitasi (valves don’t close properly) = katup gagal menutup
sempurna akibat luas penampang katup yang lebih kecil dari lubang
katup, sehingga saat katup tertutup tetap menghasilkan suara dari darah
yang bocor.
NOTE → Mitral Regurgitation Sistolic/MRS ⤑ saat darah sudah masuk
dari LA ke LV namun dikarenakan mitral tidak tertutup sempurna, maka
saat dilanjutkan fase sistolik (ejeksi) maka darah bocor kembali ke atrial.
Aortic Regurgitation Diastolik/ARD ⤑ saat darah sudah terejeksikan lalu
lanjut ke fase diastolik (pengisian), darah bocor kebelakang masuk
kembali ke LV karena katup aorta tidak tertutup sempurna.
o Stenosis (valves don’t open properly) = obstruksi aliran darah akibat
penyempitan dari lubang katup. Jadi katup kebukanya sedikit aja.
NOTE → setelah fase sistolik, lalu katup semilunar aorta akan terbuka,
jika terdengar suara maka disebut Aorta Stenosis (sempit banget yang
terbuka). Jika setelah fase diastolik dilanjutkan katup mitral terbuka,
apabila terdengar suara disebut Mitral Stenosis.

o Regurgitasi semakin berat grading maka semakin jelas terdengar,


sementara stenosis semakin berat maka semakin tidak terdengar.
o Jenis Murmur:
– Aorta dan pulmonary stenosis = murmurnya di sistol.
– Aorta dan pulmonary regurgitasi = murmurnya di diastol.
– Triskupid dan Mitral stenosis = murmurnya di diastol.
– Triskupid dan Mitral regurgitasi = murmurnya di sistol.
NOTE → inget aja MRS sama ARD!
o Tentukan katup sesuai posisi anatomis auskultasi jantung.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

o Tentukan menentukan fase diastolik dan sistolik → poinnya adalah fase


sistolik (ejeksi) akan teraba saat palpasi nadi (eg. carotis atau radialis).
Jadi pemeriksa sambil palpasi denyut nadi radialis pasien, kalau
bersamaan terdengar juga murmur saat auskultasi di katup tertentu
maka itu adalah murmur tipe sistolik, jika tidak terdengar maka diastolik.
o Jenis Murmur pada Anak-anak:
– ASD (atrial septal defect) = Murmur sistolik ULSB, wide fix splitting
– TOF (tetralogy of fallot) = Murmur sistolik ULSB, sianosis
– VSD (ventricular septal defect) = Murmur hollow/pansistolik murmur
LLSB, P2 mengeras.
– PDA (patent ductus arteriosus) = Murmur continuous/machinery
(sistol & diastole) di ULSB, p2 mengeras.

Keterangan: Upper Right Sternal Border/URSB (aortic valve), ULSB


(pulmonal valve), LLSB (tricuspid valve), Apex (mitral valve).

6. Keenam adalah pemeriksaan ekstremitas bawah.


• Saya akan melanjutkan pemeriksaan ekstremitas bawah dengan cara melakukan
penekanan pada punggung kaki kanan dan kiri pasien.
• Pertama, saya menekan punggung kaki kanan pasien dengan ujung jari saya.
[Normal] Baik, berdasarkan pemeriksaan kaki kanan tidak ditemukan pitting
(kembalinya lama setelah penekanan) ataupun non-pitting edema (kembalinya
instan setelah penekanan).
• Selanjutnya, saya menekan punggung kaki kiri pasien dengan ujung jari saya.
[Normal] Baik, berdasarkan pemeriksaan kaki kiri juga tidak ditemukan pitting
(kembalinya lama setelah penekanan) ataupun non-pitting edema (kembalinya
instan setelah penekanan).
• Hasil pemeriksaan fisik ekstremitas pasien adalah normal/tidak normal (sesuaikan)
¾ Penutup
• Baik, prosedur pemeriksaan fisik kardiovaskular sudah selesai dilakukan. Silahkan
kembali mengenakan pakaiannya dan menuju ke meja periksa.
• Saya melakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali, dan membuang handscoon
ke tampat sampah medis. Cuci tangan sudah selesai.
¾ KIE
• Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada Bapak/Ibu, saya
menemukan/tidak menemukan kelainan di … (tergantung dengan hasil dan kasus) yang
menandakan adanya gangguan/tidak adanya gangguan pada jantung Bapak/Ibu.
BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS
BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

Namun untuk memastikan diagnosis saya sarankan Bapak/Ibu untuk datang ke dokter
spesialis jantung terkait pemeriksaan lebih lanjut. Apakah Bapak/Ibu bersedia? Jika
bersedia saya akan membantu untuk pembuatan surat rujukannya ya Pak/Bu.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, jangan sungkan untuk datang kembali apabila ada keluhan lain ya Pak/Bu,
terimakasih, selamat pagi.

RJP/ CPR (Pasien Dewasa) – In Hospital Cardiac Arrest


¾ Pembukaan
• Pada UGD saya mengenali bahwa telah terjadi kondisi gawat darurat pada pasien.
¾ Amankan
• Saya akan melakukan 3A yaitu amankan lingkungan, pasien, dan diri.
• Pertama saya akan mengamankan lingkungan. Bapak/Ibu apakah keluarga dari pasien?
Saya dokter… mohon izin untuk melakukan tindakan bantuan hidup dasar kepada
pasien, apakah diizinkan? [tanya kira2 ada riwayat kecelakaan atau tidak] Sebelumnya
pasien kenapa bisa seperti ini? tiba-tiba jatuh atau kecelakaan?”
• Kemudian saya memposisikan pasien supisasi dan membuka pakaian atas pasien, dan
memastikan diri sudah menggunakan alat pelindung diri seperti masker & handscoen.
¾ AVPU
• Selanjutnya saya akan melakukan pengecekan AVPU.
• Pertama yaitu Alert dan Verbal secara bersamaan. “Pak.. Pak bisa lihat saya? dengar
suara saya?” sambil melambai-lambaikan tangan di depan pasien, melihat apakah pasien
membuka mata/tidak. Jika tidak ada respon saya akan lanjut.
• Kemudian Pain dengan memberikan rangsangan nyeri pada supraorbital/sternum
pasien.
• Baik, apabila pasien tetap tidak merespon yaitu Unresponsive maka saya akan
mengaktifkan code blue untuk meminta bantuan ke UGD.
¾ Cek Nadi
• Selanjutnya dikarenakan pasien adalah pasien dewasa, maka saya akan melakukan
prosedur CAB yaitu circulation-airway-breathing.
• Tapi pertama saya akan memeriksa nadi pasien dengan meletakkan 2 jari saya pada
arteri karotis pasien, sembari juga memeriksa pernapasan dengan mendekatkan telinga
saya pada pasien untuk LLF (look, listen, feel) mendengar dan merasakan hembusan
napas serta melihat pergerakan dada pasien.
• Baik tidak ditemukannya nadi pasien yang mengindikasikan saya untuk melakukan RJP.
• Apabila bantuan sudah datang: saya meminta tolong untuk mengamankan jalan napas
pasien dengan: [1] head tilt chin lift open mouth jika pasien tidak ada kecurigaan trauma
cervical seperti tidak ada jejas bengkak, hematoma, dan riwayat kecelakaan. [2] jaw trust
apabila pasien ada kecurigaan trauma cervical ATAU tidak diketahui penyebabnya.
¾ RJP
• Saya akan melakukan High Quality CPR dengan memposisikan diri di sebelah pasien:
- Kaki dengan tripod position yaitu badan tegak dan kaki menumpu pada lutut,

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

- Tangan dominan saya letakkan diatas tangan yang non dominan, saya akan
melakukan penekanan pada 2 cm diatas processus xyphoideus, dengan tangan
tegak lurus dengan sternum pasien.
- Adapun 5 hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian CPR harus:
1. 30 kompresi : 2 ventilasi dilakukan selama 2 menit atau 5 siklus.
2. Kecepatan kompresi 100-120x/menit
3. Kedalaman kompresi 5-6 cm
4. Complete chest recoil.
5. Minimum interruption.
- Baik saya akan melakukan CPR. (kompresi + ventilasi menggunakan ambubag)
- Setelah CPR 2 menit saya selalu mengidentifikasi nadi pasien pada arteri karotis.
A. Jika nadi belum teraba tapi bantuan belum tiba/belum pasang EKG maka
saya akan lakukan CPR 2 menit lagi.

B. Jika nadi teraba (ROSC/return of spontaneous circulation) maka saya akan


posisikan pasien dengan recovery position. Saya memposisikan pasien
menghadap kiri sehingga jantung dekat dengan tanah yaitu dengan:
• Saya fleksikan tangan kanan pasien yang akan menopang pipi
• Saya fleksikan juga lutut kanan untuk menopang tubuh pasien.

Selanjutnya saya rujuk pasien serta melakukan KIE kepada keluarga pasien.

“Selamat siang, saya dokter … yang menangani kejadian gawat darurat


keluarga Bapak/Ibu, pasien sudah membaik dan kembali sadar, namun
dikarenakan pasien sebelumnya mengalami henti jantung kami tetap harus
merujuk pasien ke dokter Spesialis Jantung Pembuluh Darah untuk
mengetahui penyebabnya apa, atau kondisi komplikasi setelah kecelakaan
yang mungkin dialami pasien; sehingga bisa mencegah kejadian henti
jantung berulang (seperti 5H/5T). Baik, sejauh ini apakah ada yang ingin
ditanyakan? Jika tidak ada, terimakasih, selamat siang.”
NOTE: Revesible Causes 5H (Hipovolemia, Hipoksia, Hidrogen
ion/asidosis, Hypo/hiperkalemia, Hipotermia); 5T (tension pneumotoraks,
Tamponade cardiac, Toksin, Thrombosis pulmonal, Thrombosis coronary)

C. Jika nadi belum teraba tapi bantuan telah tiba ke UGD dan pasien sudah
dipasangkan EKG, maka saya akan melihat apakah ritme shockable atau
non-shockable.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

Jika shockable (VF/pVT):



1) DC-Shock! (menggunakan defibrillator biphasic 120-200 J)
2) Jika belum bangun, CPR lagi 2 menit + minta pasang IV line.
3) Cek nadi, jika belum teraba lagi, check jika shockable lagi
maka DC-Shock!
4) Jika belum bangun, CPR lagi 2 menit + masukin Epinephrine
IV dosis 1mg setiap 3-5 menit.
5) Cek nadi, jika belum teraba lagi, check jika shockable lagi
maka DC-Shock!
6) Jika belum bangun, CPR lagi 2 menit + masukin Amiodarone
IV dosis 300 mg bolus.
7) Cek nadi, jika belum teraba lagi, check jika shockable lagi
maka DC-Shock!
8) Jika belum bangun, CPR lagi 2 menit + masukin Epinephrine
IV dosis 1mg setiap 3-5 menit.
9) Cek nadi, jika belum teraba lagi, check jika shockable lagi
maka DC-Shock!
10) Jika belum bangun, CPR lagi 2 menit + masukin Amiodarone
IV dosis 150 mg bolus.
11) … dst sama semua dg Epinephrine, Ephinephrine,
Epinephrine… sampai maksimal 20 menit.
NOTE: jadi inget pasang IV line → Epi → Amio → Epi → Amio
→ Epi → Epi → Epi
• Non-shockable (asystole/PEA)
1) CPR lagi 2 menit + minta pasang IV line + Epinephrine IV
dosis 1mg setiap 3-5 menit.
2) Cek nadi, jika belum teraba lagi, check jika non-shockable
lagi maka CPR lagi 2 menit.
3) Cek nadi, jika belum teraba lagi, check jika non-shockable
lagi maka CPR lagi 2 menit.
4) …
NOTE: tapi jika asystole terus menetap sampai 10 menit (sama
seperti sudah 5x CPR) maka CPR boleh dihentikan!
D. Jika nadi belum teraba tapi sudah diatas 20 menit maka periksa tanda-tanda
kematian yang paling mudah terlihat yaitu rigor mortis/kaku mayat. Saya

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

memeriksanya dengan cara menggerakkan tungkai kaki pasien, tangan dan leher
pasien, serta pasien juga akan terasa dingin.
• Namun jika CPR BELUM 20 menit, penghentian CPR boleh dilakukan HANYA JIKA:
1. Sudah timbul tanda rigor mortis.
2. Permintaan dari keluarga pasien.
3. Adanya terminal illness.
4. Ritme asystole (non-shockable) yang menetap 10 menit.
5. Membahayakan penolong atau penolong kelelahan.
• Jika pasien meninggal maka lakukan breaking bad news kepada keluarga pasien.
“Selamat siang, saya dokter … yang menangani kejadian gawat darurat keluarga
Bapak/Ibu, dengan segala tindakan yang saya dan tenaga medis lainnya sudah
usahakan semaksimal mungkin, namun disini dengan berat hati saya mohon maaf
sebesarnya turut berduka atas kepergian pasien.”

NOTE:

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

NOTE:
Revesible Causes 5H (Hipovolemia, Hipoksia, Hidrogen ion/asidosis,
Hypo/hiperkalemia, Hipotermia); 5T (tension pneumotoraks, Tamponade
cardiac, Toksin, Thrombosis pulmonal, Thrombosis coronary) → kalau mau
bilang KIEnya ke pasien bilang “…penyebab-penyebabnya itu bisa
kekurangan cairan drastis, rendahnya kadar oksigen, darah terlalu asam,
ketidakseimbangan mineral, suhu tubuh turun drastis hingga dibawah 35°.
Selain itu juga banyak penyakit paru-paru dan jantung yang bisa
menyebabkan penderitanya menjadi henti jantung apabila tidak segera
ditangani.”

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

RJP/ CPR (Pasien Dewasa) – Out Hospital Cardiac Arrest


¾ Pembukaan
• Pada lokasi saya mengenali bahwa telah terjadi kondisi gawat darurat pada pasien.
¾ Amankan
• Saya akan melakukan 3A yaitu amankan lingkungan, pasien, dan diri.
• Pertama saya akan mengamankan lingkungan. Bapak/Ibu apakah keluarga dari pasien?
Nama saya …, saya dokter, saya izin melakukan pertolongan pertama kepada pasien,
apakah diizinkan? [tanya kira2 ada riwayat KLL atau tidak] Sebelumnya pasien kenapa
bisa seperti ini? Jatuh karena kecelakaan?”
“Bapak-bapak Ibu-ibu mohon tidak mengerumuni dan memberikan jarak, terimakasih.”
• Kemudian saya memastikan pasien sudah ditempat yang aman dalam posisi supisasi
dan membuka pakaian atas pasien, serta memastikan diri sudah menggunakan alat
pelindung diri seperti masker.
¾ AVPU
• Selanjutnya saya akan melakukan pengecekan AVPU.
• Pertama yaitu Alert dan Verbal secara bersamaan. “Pak.. Pak bisa lihat saya? dengar
suara saya?” sambil melambai-lambaikan tangan di depan pasien, melihat apakah pasien
membuka mata/tidak. Jika tidak ada respon saya akan lanjut.
• Kemudian Pain dengan memberikan rangsangan nyeri pada supraorbital pasien.
• Baik, apabila pasien tetap tidak merespon yaitu Unresponsive maka saya akan meminta
bantuan (shout for help). “Ada orang tidak sadar, ada yang bisa bantu saya?” dan
“Bapak/Ibu bisa bantu telfon 118 bilang ada kejadian henti jantung di lokasi A, tolong
juga cari puskesmas/kantor polisi/kantor pemadam kebakaran terdekat bilang cari alat
yang bernama AED untuk henti jantung dan bisa panggil bantuan dari sana juga, terima
kasih.” Namun jika saya sendiri maka saya sendiri yang akan menelpon ambulance.
¾ Cek Nadi
• Selanjutnya dikarenakan pasien adalah pasien dewasa, maka saya akan melakukan
prosedur CAB yaitu circulation-airway-breathing.
• Tapi pertama saya akan memeriksa nadi pasien dengan meletakkan 2 jari saya pada
arteri karotis pasien, sembari juga memeriksa pernapasan dengan mendekatkan telinga
saya pada pasien untuk LLF (look, listen, feel) mendengar dan merasakan hembusan
napas serta melihat pergerakan dada pasien.
• Baik tidak ditemukannya nadi pasien yang mengindikasikan saya untuk melakukan RJP.
• Apabila bantuan sudah datang: saya meminta tolong untuk mengamankan jalan napas
pasien dengan: [1] head tilt chin lift open mouth jika pasien tidak ada kecurigaan trauma
cervical seperti tidak ada jejas bengkak, hematoma, dan riwayat kecelakaan. [2] jaw trust
apabila pasien ada kecurigaan trauma cervical ATAU tidak diketahui penyebabnya.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

¾ RJP
• Saya akan melakukan High Quality CPR dengan memposisikan diri di sebelah pasien:
- Kaki dengan tripod position yaitu badan tegak dan kaki menumpu pada lutut,
- Tangan dominan saya letakkan diatas tangan yang non dominan, saya akan
melakukan penekanan pada 2 cm diatas processus xyphoideus, dengan tangan
tegak lurus dengan sternum pasien.
- Adapun 5 hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian CPR harus:
1. 30 kompresi : 2 ventilasi dilakukan selama 2 menit atau 5 siklus.
2. Kecepatan kompresi 100-120x/menit
3. Kedalaman kompresi 5-6 cm
4. Complete chest recoil.
5. Minimum interruption.
- Baik saya akan melakukan CPR.
- Untuk ventilasi: [1] jika ada ambubag dan sunkup di lokasi setempat maka bisa
gunakan; [2] jika tidak ada ambubag bisa melakukan mouth-to-mouth ventilation;
[3] jika sedang dalam kondisi berbahaya seperti pandemi, atau mencegah terjadi
penularan penyakit yang tidak diketahui dari pasien ke penolong atau sebaliknya
maka bisa dilakukan hands only CPR (*hanya kompresi saja terus 5 siklus*)
- Setelah CPR 2 menit saya selalu mengidentifikasi nadi pasien pada arteri karotis.
A. Jika nadi belum teraba tapi ambulance belum tiba/belum ada AED maka
saya akan lakukan CPR 2 menit lagi.

B. Jika nadi teraba (ROSC/return of spontaneous circulation) maka saya akan


posisikan pasien dengan recovery position. Saya memposisikan pasien
menghadap kiri sehingga jantung dekat dengan tanah yaitu dengan:
• Saya fleksikan tangan kanan pasien yang akan menopang pipi
• Saya fleksikan juga lutut kanan untuk menopang tubuh pasien.

Selanjutnya saya rujuk pasien serta melakukan KIE kepada keluarga pasien.
“Selamat siang, saya dokter … yang menangani kejadian gawat darurat
keluarga Bapak/Ibu, pasien sudah membaik dan kembali sadar, namun
dikarenakan pasien sebelumnya mengalami henti jantung kami tetap harus
merujuk pasien ke dokter Spesialis Jantung Pembuluh Darah untuk
mengetahui penyebabnya apa, atau kondisi komplikasi setelah kecelakaan
yang mungkin dialami pasien; sehingga bisa mencegah kejadian henti
jantung berulang. …Penyebab-penyebabnya banyak Pak/Bu itu bisa
kekurangan cairan drastis, rendahnya kadar oksigen, darah terlalu asam,
ketidakseimbangan mineral, suhu tubuh turun drastis hingga dibawah 35°.
Selain itu juga banyak penyakit paru-paru dan jantung yang bisa
menyebabkan penderitanya menjadi henti jantung apabila tidak segera

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

ditangani, jadi sebaiknya dirujuk saja. Baik, sejauh ini apakah ada yang ingin
ditanyakan? Jika tidak ada, terimakasih, selamat siang.”
C. Jika nadi belum teraba tapi sudah ada
AED, maka saya akan meminta bantuan
orang sekitar untuk memasangkan AED
sesuai dengan gambar instruksi pada alat
AED agar minimal interupsi CPR. Pad AED
dipasang adekuat pada kulit pasien yaitu
pada dada sebelah kanan pasien, dan
dibawah puting kiri bawah.

Jika shockable (VF/pVT):



a. AED Shock!
b. Jika belum bangun, CPR lagi 2 menit ATAU sampai AED-nya
memberitahukan untuk dilakukannya pengecekan ritme.
c. Cek nadi, jika belum teraba lagi, cek jika shockable maka
AED Shock!
d. Jika belum bangun, CPR lagi 2 menit ATAU sampai AED-nya
memberitahukan untuk dilakukannya pengecekan ritme.
e. Cek nadi, jika belum teraba lagi, cek jika shockable maka
AED Shock!
f. dst… sampai ambulance atau ALS providers datang untuk
take over pasien.
• Non-shockable (asystole/PEA)
a. Lanjutkan CPR lagi 2 menit ATAU sampai AED-nya
memberitahukan untuk dilakukannya pengecekan ritme.
a. Cek nadi, jika belum teraba lagi, check jika non-shockable
lagi maka CPR lagi 2 menit.
b. Cek nadi, jika belum teraba lagi, check jika non-shockable
lagi maka CPR lagi 2 menit.
c. dst…
NOTE: tapi jika asystole terus menetap sampai 10 menit
(sama seperti sudah 5x CPR) maka CPR boleh dihentikan!
E. Jika nadi belum teraba tapi sudah diatas 20 menit maka periksa tanda-tanda
kematian yang paling mudah terlihat yaitu rigor mortis/kaku mayat. Saya
memeriksanya dengan cara menggerakkan tungkai kaki pasien, tangan dan leher
pasien, serta pasien juga akan terasa dingin.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

D. Namun jika CPR BELUM 20 menit, penghentian CPR boleh dilakukan HANYA
JIKA: /sama seperti di IHCA/
E. Jika pasien meninggal maka lakukan breaking bad news kepada keluarga pasien.
“Selamat siang, saya dokter … yang menangani kejadian gawat darurat keluarga
Bapak/Ibu, dengan segala tindakan yang saya dan tenaga medis lainnya sudah
usahakan semaksimal mungkin, namun disini dengan berat hati saya mohon maaf
sebesarnya turut berduka atas kepergian pasien.”
NOTE: BACA INI!
Jadi kalau gaada IV line/Epinephrine/Amiodarone sebenernya lakukan CPR terus
aja, karena kalau ambulance atau ALS providers udah dateng nanti mereka yang
akan take over pasiennya.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

PEDIATRIC EMERGENCY
¾ Pembukaan
• Pada UGD/lokasi setempat saya mengenali bahwa terjadi kondisi gawat darurat pada
pasien.
¾ Amankan
• Saya akan melakukan 3A yaitu amankan lingkungan, pasien, dan diri.
• Pertama saya akan mengamankan lingkungan. Bapak/Ibu apakah keluarga dari pasien?
Saya dokter… mohon izin untuk melakukan tindakan bantuan hidup dasar kepada
pasien, apakah diizinkan? Baik, jika diizinkan saya akan memulai dan mohon
memberikan saya ruang nggih.
• Kemudian saya memastikan pasien sudah ditempat yang aman dalam posisi supisasi
dan membuka pakaian atas pasien, serta memastikan diri sudah menggunakan alat
pelindung diri seperti masker dan handcoen.
¾ AVPU
• Selanjutnya saya akan melakukan pengecekan AVPU.
• Pertama yaitu Alert dan Verbal secara bersamaan. “Dek.. Dek” sambil melambai-
lambaikan tangan di depan pasien, melihat apakah pasien membuka mata/tidak. Jika
tidak ada respon saya akan lanjut.
• Kemudian Pain dengan memberikan rangsangan nyeri pada sternum pasien.
• Baik, apabila pasien tetap tidak merespon yaitu Unresponsive maka saya akan
mengaktifkan akan meminta bantuan (shout for help). [1] “Ada pasien tidak sadar apa
ada yang bisa bantu saya?” dan “Bapak/Ibu bisa membantu saya menelfon 118
dikarenakan ada kejadian henti jantung di lokasi A” Namun jika saya sendiri maka saya
sendiri yang akan menelpon ambulance. [2] Jika setting di RS maka saya akan
mengaktifkan code blue untuk meminta bantuan ke UGD.
¾ ABC
• Selanjutnya dikarenakan pasien adalah pasien anak, maka saya akan melakukan
prosedur ABC yaitu airway-breathing-circulation.
1) Pertama yaitu airway saya akan membuka jalan napas
pasien dengan head tilt chin lift open mouth dengan
tangan kiri saya memegang kepala pasien sementara
tangan kanan saya mendongakkan dagu pasien sehingga
mulut pasien terbuka lalu memeriksa apakah ada air atau
lidah yang menutup jalan napas. Baik tidak ada.
2) Selanjutnya yaitu breathing, saya akan pernapasan
dengan mendekatkan telinga saya pada pasien untuk LLF
(look, listen, feel) mendengar dan merasakan hembusan
napas serta melihat pergerakan dada pasien.
- Baik ditemukan dada tidak mengembang, tidak ada suara nafas atau nafas
tambahan dan tidak terasa hembusan nafas.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

-Maka dari itu saya akan melakukan 5 rescue


breathing yaitu memberikan 5 kali tiupan
menggunakan BMS dengan reservoir yang
disambung oksigen.
• Disini saya mempertahankan posisi kepala
pasien
• Saya memastikan bahwa pasien
menggunakan sungkup yang sesuai, saya
pasangkan dari pangkal hidung menuju dagu, dan saya pegang dengan C-E
clam. Saya mekaukan squeeze-release-release secara pelan. Kemudian saya
lihat apakah ada tidaknya pengembangan dada.
• Jika tidak ada pengembangan dada, itu menandakan kemungkinan
terjadinya DOPE: [1] Displacement yaitu pergeseran dari saluran
pernapasan; [2] Obstruction yaitu adanya sumbatan dari saluran pernapasan;
[3] Pneumothorax; [4] Equipment yaitu kesalahan Penggunaan alat atau alat
yang rusak.
3) Selanjutnya saya melakukan pemeriksaan nadi (circulation) sambil memeriksa breathing
lagi menggunakan teknik LLF.
Untuk usia anak <1 tahun saya akan memeriksa di nadi arteri brakialis, sedangkan >1
tahun saya akan memeriksa di nadi arteri karotis. Lalu saya hitung nadi dalam 10 detik,
hasilnya saya akan kalikan 6.
1. Jika nadi >60x/menit maka lakukan VTP (ventilasi tekanan positif)
20x/menit sebanyak 2 siklus sehingga total 2 menit.
Setelah itu saya evaluasi nadi dan usaha napas pasien: [1] jika sudah
>60x/menit maka sudah baik, [2] namun jika tidak ada usaha napas maka
perimbangkan intubasi.
2. Jika nadi <60x/menit maka saya akan lakukan CPR.
• Posisi tangannya adalah:
- Jika pasien <1 tahun → 2 ibu jari / 2 jari telunjuk dan tengah.
- Jika pasien 1-8 tahun → 1 telapak tangan
- Jika pasien >8tahun → 2 telapak tangan
• Saya akan melakukan penekanan pada 1/3 dari sternum bawah.
• Adapun 5 hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian CPR harus:
1) Jika 1 penolong maka saya melakukan 30 kompresi : 2 ventilasi
sebanyak 5 siklus dalam 2 menit.
Jika 2 penolong maka akan dilakukan 15 kompresi : 2 vetilasi
sebanyak 5 siklus dalam 2 menit
2) Kecepatan kompresi 100x/menit
6. Kedalaman kompresi 1/3 diameter dari anteroposterior dada
7. Complete chest recoil.
8. Minimum interruption.
F. Setelah CPR 2 menit saya selalu mengidentifikasi cek nadi pasien
pada arteri karotis/brachialis dengan teknik LLF juga.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

- Jika nadi >60x/menit maka lakukan VTP, jika nadi <60x/menit


maka saya akan lakukan CPR.
- Jika nadi teraba (ROSC/return of spontaneous circulation) maka
saya akan posisikan pasien dengan recovery position. Saya
memposisikan pasien
Selanjutnya saya rujuk pasien serta melakukan KIE kepada keluarga
pasien. “Selamat siang, saya dokter … yang menangani kejadian
gawat darurat anak Bapak/Ibu, pasien sudah membaik dan kembali
sadar, namun dikarenakan pasien sebelumnya mengalami henti
jantung kami tetap harus merujuk pasien ke dokter Spesialis
Jantung Pembuluh Darah untuk mengetahui penyebabnya apa
sehingga nanti bisa dilakukan penanganan lebih lanjut untuk
mencegah terjadinya kekambuhan. Baik, sejauh ini apakah ada
yang ingin ditanyakan? Jika tidak ada, terimakasih, selamat siang.”

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

PEMASANGAN INFUS DAN RESUSITASI CAIRAN


¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Jadi saya akan melakukan prosedur Pemasangan Infus kepada Bapak yang betujuan
untuk mempertahankan atau memperbaiki cairan tubuh, memperbaiki homeostasis,
dan memberikan jalan untuk memasukkan obat serta nutrisi ke dalam tubuh Bapak
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasa tidak nyaman karena saya akan menyuntikkan
aboket/seperti jarum kepada Bapak, apakah bersedia?
• Baik jika bersedia, saya akan memulai prosedurnya ya Pak. Bapak saya persilahkan
untuk berbaring diatas bed pemeriksaan, sementara saya akan mencuci tangan
terlebih dahulu.
¾ Persiapan
• Pertama-tama saya akan melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci tangan
sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen dan APD.
• Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah tourniquet, spuit, aboket 20G, cairan
infus, set infus, kapas alcohol, betadine, plester, gunting, tiang infus, perlak kecil
sebagai alas dan mangkok ginjal.
• Kemudian saya pastikan bahwa pasien sudah berada di atas bed pemeriksaan.
¾ Tindakan
• “Bapak bisa dipersilahkan melipat lengan pakaiannya pada tangan non-dominian.”
• Langkah Pertama, saya akan mempersiapkan cairan infus: dengan memastikan cairan
yang diberikan sudah benar dan tidak melewati tanggal kadaluarsanya.
1) Sebelumnya saya meletakkan perlak kecil dibawah area yang akan
disuntikkan.
2) Selanjutnya, saya membuka infus set, menghubungkan ujung infus set ke
dalam cairan infus, lalu meletakkannya pada tiang infus.
3) Selanjutnya, saya akan mengalirkan cairan infus melalui selang infus untuk
mengeluarkan udara, disini saya membuka klem ke arah atas, kemudian
menampungnya pada mangkuk ginjal atau tempat sampah medis. “Baik,
sudah tidak ada lagi udara di dalam selang infus, maka saya akan menutup
klem kembali sehingga cairan infus tidak menetes lagi.”
4) Ujung selang infus saya letakkan di tempat yang steril agar tidak
terkontaminasi.
• Sebelum beranjak ke tahap selanjutnya, saya akan memotong plester menggunakan
gunting yang nantinya digunakan untuk fiksasi (jika melakukan prosedur sendiri)
• Langkah selanjutnya adalah menentukan vena yang akan dipasangkan infus.
NOTE 1.4:
Pilihan:
– Belakang tangan: vena metacarpal, vena dorsum manus (sering!)
– Lengan bawah: vena basilica atau cephalica
– Siku bagian dalam/fossa antecubitii: vena basilica medianus dan cephalic
medianus (untuk infus jangka pendek)
– Ekstremitas bawah
– Kaki: vena pleksus dorsum, arcus vena dorsalis, vena medical merginalis.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

– Mata kaki: vena saphena magma.

Adapun vena centralis digunakan:


1. Jika obat dan infus bersifat hipertonik atau sangat mengiritasi,
membutuhkan kecepatan, dilusi volume yang tinggi untuk mencegah reaksi
sistemik dan kerusakan vena lokal (misal: kemoterapi, hiperalimentasi)
2. Jika aliran darah perifer dikurangi atau jika pembuluh darah perifer tidak
dapat dimasuki (misal: obesitas).
3. Jika memonitor CVP.
4. Jika digunakan untuk terapi cairan jangka sedang atau jangka panjang.

1) “Baik, Bapak bisa mengepalkan tangannya ya.”


2) Kemudian saya akan meraba vena pasien untuk menentukkan ukuran,
kedalaman, dan aliran vena. Disini saya memilih vena besar superfisialis dan
tidak mudah bergerak.
3) Jika vena sudah ditemukan, saya akan
memasangkan tourniquet 7,5 – 10 cm diatas vena
yang akan dipasangkan infus.
4) Selanjutnya, saya akan mendesinfeksi area yang
akan dipasangkan infus menggunakan kapas
alcohol dengan arah melingkar dari dalam keluar,
membuang kapas ke tempat sampah medis, lalu
area tersebut didiamkan selama 30 detik agar
kering.
• Langkah selanjutnya, saya akan melakukan penusukkan menggunakan jarum aboket
20G beserta IV catheter.
1) Penusukan dilakukan pada area vena yang menonjol dengan posisi lubang
jarum menghadap ke atas, lalu menusukkan 5-30° secara perlahan. (tusuk
jangan sampai full!)
2) Jika sudah tampak adanya aspirasi darah, saya akan menurunkan jarum
hingga sejajar dengan kulit, dan melepaskan tourniquet aliran tidak
terbendung lagi.
3) Selanjutnya, saya menarik jarum sambil
mendorong IV catheter masuk ke dalam
vena secara perlahan menggunakan
tangan kanan saya, lalu saya tutup
kembali jarum dengan tutupnya lalu
dibuang ke tempat sampah medis.
Sementara tangan kiri saya
membendung ujung plastik IV catheter dengan menekannya menggunakan
ujung jari agar darah tidak mengucur keluar.
NOTE → Jangan hanya menarik jarum lalu baru disusul dengan mendorong
catheter, nanti catheter pasti masuknya akan susah ke vena dan menjadi
meliuk-liuk! Jadi harus bersamaan menarik jarum sembari mendorong
catheter.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

•Kemudian, saya akan memasangkan ujung selang infus dengan IV catheter.


• “Bapak/Ibu bisa melepaskan genggaman tangannya.”
• Selanjutnya, saya membuka klem agar cairan infus dapat mengalir, lalu saya pastikan
bahwa cairan infus menetes.
• Selanjutnya, saya memfiksasi IV catheter menggunakan
plester (biasanya figure of eight) pada tangan pasien, lalu
meletakkan kassa di atasnya, menekuk & menempelkan
bagian selang infus diatas kassa, kemudian fiksasi kembali
menggunakan plester.
• Pemasangan infus telah selesai.
¾ Penutup
• Baik, prosedur pemasangan infus sudah selesai Pak. Saya akan melakukan cuci tangan
procedural 6 langkah kembali, dan membuang handscoon ke tampat sampah medis.
Cuci tangan sudah selesai.
• Saya lanjutkan dengan pengisian Identitas pasien seperti: nama, tanggal pemasangan,
dan jenis cairan infus yang diberikan.
¾ KIE
• Saya sarankan Bapak untuk tidak terlalu banyak melakukan pergerakan pada area yang
dipasangi infus ya Pak. Apabila muncul darah silahkan metelakkan area vena yang
dipasang infus lebih rendah dari pada jantung, mengangkat kedua tungkai kaki, atau
kompres hangat. Jika ada keluhan lainnya, bisa segera memanggil bantuan medis.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak?
• Baik, jika tidak ada, terimakasih. Selamat pagi.

PENGAMBILAN DARAH VENA


¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Sebelumnya saya izin mendata identitas Bapak/Ibu terlebih dahulu ya, atas nama
siapa? umurnya berapa? pekerjaan setiap hari sebagai apa?
• Bapak/Ibu datang dengan keluhan apa?
• Setelah dilakukan anamnesis berdasarkan B4S7, selanjutnya saya akan melakukan
prosedur Pemeriksaan Darah dengan melakukan Pengambilan Darah Vena kepada
Bapak/Ibu.
• Prosedur ini bertujuan untuk mengambil sampel darah yang nantinya akan digunakan
untuk pemeriksaan di laboratorium sehingga mengetahui kemungkinan penyebab dari
keluhan Bapak/Ibu.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasa tidak nyaman karena saya akan melakukan
penusukan menggunakan jarum di pembuluh darah vena Bapak/Ibu, apa Bapak/Ibu
bersedia?
• Baik jika bersedia, saya akan memulai prosedurnya ya Pak. Bapak saya persilahkan
berbaring/duduk diatas bed pemeriksaan senyaman mungkin, sementara saya akan
mencuci tangan terlebih dahulu.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

¾ Persiapan
• Pertama-tama saya akan melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci tangan
sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen dan APD.
• Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah tourniquet, kapas alcohol, jarum (spuit),
container yang telah berisikan Identitas pasien, kapas, plester, gunting.
• Kemudian saya pastikan bahwa pasien sudah berada di atas bed pemeriksaan.
¾ Tindakan
• “Bapak/Ibu bisa dipersilahkan melipat lengan bajunya ke atas dan meluruskan
lengannya ya.” (sebaiknya lengan yang sering digunakan beraktivitas/tangan dominan)
• Langkah pertama adalah menentukan vena perifer yang akan diambil darahnya.
NOTE 1.4:
Pilihan:
– Fossa cubiti (antecubital): bagian berlawanan dari siku (sering!)
– Lengan bawah
– Pergelangan tangan
– Punggung tangan
– Kaki dan pergelangan kaki (jika tidak ada vena lain yang dapat ditusuk)

1) “Sekarang bisa mengepalkan tangannya ya Pak/Bu”. Hal ini bertujuan untuk


membantu agar vena lebih tampak dan menonjol.
2) Kemudian saya akan meraba vena pasien untuk menentukkan ukuran,
kedalaman, dan aliran vena. Disini saya memilih vena besar superfisialis yang
tidak mudah bergerak.
3) Jika vena sudah ditemukan, saya akan memasangkan tourniquet 2 – 3 cm
diatas vena yang akan ditusukkan.
NOTE → Jika terlalu ketat maka darah tidak keluar; jika terlalu longgar maka
tidak efektif; jika terlalu lama didiamkan tourniquetnya (>1 menit) bisa
menyebabkan hemokonsenterasi atau stasis vena.
4) Selanjutnya, saya akan mendesinfeksi area tersebut menggunakan kapas
alcohol dari arah atas ke bawah dalam sekali usap, membuang kapas ke
tempat sampah medis, lalu area tersebut didiamkan agar kering.
• Langkah selanjutnya, saya mempersiapkan jarum (spuit) yang baru/steril
1) Saya mengarahkan lubang jarum ke arah atas,
kemudian saya menusukkan spuit di area vena
yang terlah didisinfeksi sebelumnya dengan
sudut 5-30°
2) Posisi tangan kanan saya memasukkan jarum,
sementara tangan kiri menjaga tangan pasien
untuk meminimalisir pergerakan.
• Tarik sedikit penghisap spuit, jika sudah tampak adanya aspirasi darah, saya melepaskan
tourniquet aliran tidak terbendung lagi. “Bapak/Ibu bisa melepaskan kepalan tangannya
secara perlahan.”
• Saya menarik penghisap spuit secara perlahan sampai spuit terisi darah sesuai yang
jumlah yang dibutuhkan yaitu 3 cc.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

NOTE → Jika sudah menarik penghisap spuit, TIDAK BOLEH menekan penghisap
kembali apapun kondisinya! (misal saat aspirasi tidak ada darah, lalu dengan posisi
jarum masih di dalam kita tekan lagi, ini bisa menyebabkan emboli. Jadi cabut dulu, baru
masukkan lagi.)
• Baik, darah sudah cukup. Saya akan menutup area injeksi menggunakan kapas alcohol
sambil melepaskan spuit perlahan dari vena, kemudian menutup ujung spuit dengan
tutupnya.
• Kemudian saya memasangkan plester untuk merekatkan kapas alcohol. “Bapak/Ibu bisa
membantu menekuk sikunya ya untuk menghentikan perdarahan.”
• Langkah berikutnya, adalah saya menuliskan Identitas pasien yaitu nama, nomer RM,
serta tanggal pengambilan darah pada tabung spuit.
• Kemudian saya membuatkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.
NOTE:
Jika hendak memasukkan darah ke container, maka:
1) Saya akan melapaskan jarum dari spuitnya, lalu memasukkan
darah secara perlahan ke dalam container yang telah berisi
identitas pasien yang sudah sesuai yaitu nama, nomer rekam
medis, serta tanggal pengambilan darah (jangan disemprot
karena elemen darah bisa lisis).
2) Kemudian darah dihomogenkan dengan digoyangkan ke kanan
dan kiri secara perlahan
3) Membuat formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.
¾ Penutup
• Baik, prosedur sudah selesai Pak/Bu. Bapak/Ibu bisa kembali ke meja periksa dan
merapihkan pakaiannya.
• Sementara saya akan membuang alat bahan yang sudah tidak digunakan ke tempat
sampah medis, lalu melakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan
sudah selesai.
¾ KIE
• Baik, Bapak/Ibu setelah dilakukannya prosedur Pengambilan darah vena ini, mungkin
akan terjadi kebiruan di daerah yang ditusukkan tadi, namun tidak perlu khawatir
dikarenakan hal tersebut adalah normal dan nantinya dapat kembali seperti semula.
Nanti setelah hasil pemeriksaan laboratorium sudah keluar, Bapak/Ibu akan dihubungi
dan diharapkan Bapak/Ibu bisa kembali kesini.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, jika tidak ada, terimakasih. Selamat pagi.

EKSTRAKSI BENDA ASING DI HIDUNG


¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Sebelumnya saya izin mendata identitas anak Bapak/Ibu terlebih dahulu ya, atas nama
siapa? umurnya berapa?

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

• Keluhan anaknya apa ya Pak/Bu? “Hidung anak saya yang kanan terus mengeluarkan
ingus berbau sejak 1 minggu yang lalu.”
• Setelah dilakukan anamnesis berdasarkan B4S7 beserta pemeriksaan rinoskopi dimana
ditemukan … pada hidung …, selanjutnya saya akan melakukan prosedur tindakan
Ekstraksi Benda Asing pada hidung anak Bapak/Ibu.
Contoh: ditemukan benda bulat kecil di rongga hidung kanan.
• Prosedur ini bertujuan untuk kengeluarkan benda asing yang
menyumbat/menghalangi saluran pernapasan yaitu hidung anak Bapak/Ibu.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasa tidak nyaman karena saya akan memasukkan
alat, dan nanti memungkinkan adanya efek samping seperti mimisan/epistaksis.
Namun saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir timbulnya efek
samping tersebut. Apakah bersedia?
• Baik jika bersedia, saya akan memulai prosedurnya. Bapak/Ibu bisa membantu
memangku anaknya ATAU [jika pasien dewasa] bisa dipersilahkan duduk dengan posisi
senyamannya.

NOTE 1.5:

[Kiri] Posisi pemeriksa – pasien; [Kanan] Fiksasi anak saat Pemfis THT

¾ Persiapan
• Pertama-tama saya akan melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci tangan
sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen dan APD.
• Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah lampu kepala, speculum hidung,
ekstraktor benda asing.
• Kemudian saya akan duduk dengan posisi kaki bersisian dengan pasien/orang tua
pasien; serta meja yang berisi alat berada di hadapan saya sehingga lebih mudah untuk
dijangkau.
¾ Persiapan Alat (Lampu Kepala)
• Saya memastikan bahwa lampu kepala dapat digunakan dengan baik. (*kalau perlu
listrik bilang kabel sudah dihubungkan dengan listrik, kalau tanpa listrik bilang baterai
sudah terisi cukup*).
• Kemudian saya memakai lampu kepala, dengan tangan kiri saya mengencangkan
lampu kepala, dan tangan kanan memposisikan lampu pada glabella tepatnya di antara
kedua mata saya.
• Lalu saya menyalakan lampu, dan mengarahkan sinar ke telapak tangan saya kira-kira
jarak 30 cm, dan mengatur fokus cahaya membentuk lingkaran diameter 3-5 cm.
BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS
BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

•Baik, lampu kepala sudah dapat digunakan.


¾ Tindakan
• Langkah Pertama adalah menggunakan speculum hidung untuk
melebarkan lubang hidung sehingga memudahkan proses
ekstraksi.
• Speculum dipegang menggunakan tangan non-dominan dan
memasukkan perlahan ke cavum nasi kanan pasien. “Permisi ya
Dik.” Posisi awal speculum tertutup, kemudian dibuka saat sudah
berada di kavum nasi.
• Langkah selanjutnya, saya memegang ekstraktor benda asing
berupa blunt hook menggunakan tangan dominan karena benda
asingnya berupa benda bulat yang tidak bisa dijepit. (*ingat
lampu harus benar-benar di arahkan ke kavum nasi!*)
• Ekstraktor saya masukkan perlahan pada kavum nasi kanan,
menyusuri tepi atas kavum nasi sampai melewati benda asing. Tidak terlalu cepat
sehingga instrumen tidak melukai kavum nasi dan septum hidung, dan jangan sampai
terdorong semakin dalam/tertelan/teraspirasi.

NOTE → Jika benda asing berupa kapas, benda yang lunak, atau bisa dijepit, maka
bisa gunakan alligator forceps.
•Saat dirasa dan terlihat sudah melewati benda asing, saya menarik ekstraktor bersama
dengan benda asing dengan cepat sampai benda asing keluar dari kavum nasi. “Baik,
benda asing berupa … sudah terekstraksi.”
• Selanjutnya saya akan mengevaluasi kavum nasi kembali. Apakah ada bagian benda
asing yang tertinggal, apakah ada benda asing lainnya, atau ada komplikasi paska
tindakan seperti luka atau epistaksis. “Baik, tidak ditemukan adanya hal tersebut
sehingga kavum nasi bersih [Normal]. Baik, ditemukan adanya epistaksis sehingga
akan dilanjutkan ke prosedur pemasangan tampon hidung [Next Prosedur].”
• Terakhir saya menutup speculum hidung, mengendorkan speculum sedikit saja, tidak
sampai tertutup sempurna, mengeluarkannya, baru melepaskan genggaman
speculum.
¾ Penutup
• Baik, prosedur sudah selesai. Bapak/Ibu bisa mengajak anaknya kembali ke meja
periksa atau membenahi posisi duduknya.
• Sementara saya akan merapihkan alat dan membuang handscoen , lalu melakukan cuci
tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan sudah selesai.
¾ KIE
• Baik, Bapak/Ibu setelah dilakukannya prosedur Ekstraksi Benda Asing pada anak
Bapak/Ibu ditemukan adanya …, sebanyak … buah. Jadi keluhan berupa ingus berbau
tersebut disebabkan oleh adanya benda asing ini di hidung kanan anak Bapak/Ibu,
namun saat ini saluran pernapasannya sudah bersih dan juga tidak ditemukan adanya
komplikasi/efek samping setelah dilakukannya tindakan tadi. (kalau ada epistaksis
maka lanjutkan ke prosedur pemasangan tampon hidung)
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

• Baik, jangan sungkan untuk datang kembali apabila ada keluhan lain ya Pak/Bu,
terimakasih, selamat pagi.

PEMASANGAN TAMPON HIDUNG


¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Sebelumnya saya izin mendata identitas Bapak/Ibu terlebih dahulu ya, atas nama
siapa? umurnya berapa?
• [Masuk IGD] Berdasarkan dengan kondisi Bapak/Ibu saat ini berdasarkan keluhan
(mimisan setelah pada hidung kanan setelah batuk keras), dan setelah sebelumnya
dilakukan anamnesis B4S7 beserta pemeriksaan rinoskopi dimana ditemukan
perdarahan aktif warna merah segar pada hidung …(kanan/kiri), selanjutnya saya akan
melakukan prosedur Pemasangan Tampon Hidung kepada Bapak/Ibu.
• Prosedur ini bertujuan untuk menyeka/memberhentikan perdarahan aktif pada hidung
Bapak/Ibu
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasa tidak nyaman karena saya akan memasukkan
tampon ke dalam lubang hidung Bapak/Ibu yang nantinya akan didiamkan selama
beberapa waktu. Apa bersedia?
• Baik jika bersedia, saya akan memulai prosedurnya. Bapak/Ibu silahkan duduk dengan
posisi senyamannya.
¾ Persiapan
• Pertama-tama saya akan melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci tangan
sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen dan APD.
• Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah lampu kepala, spekulum hidung,
tampon anterior dengan ukuran yang sudah sesuai dengan pasien (diukur dari jarak
hidung ke telinga), tampon kapas yang telah diberi larutan lidocaine 1% (dengan atau
tanpa 1-2 tetes larutan Epinefrin 1 : 1.000 yang sudah di encerkan dengan 10 cc NaCl
0.9%), salep antibakteri, forseps Bayonette, kassa steril, plester/hipafix, gunting.
• Kemudian saya akan duduk berhadapan dan posisi kaki bersisian dengan pasien serta
meja yang berisi alat dan bahan di hadapan saya sehingga lebih mudah untuk
dijangkau.
¾ Persiapan Alat (Lampu Kepala)
• Saya memastikan bahwa lampu kepala dapat digunakan dengan baik. (kalau perlu
listrik bilang kabel sudah dihubungkan dengan listrik, kalau tanpa listrik bilang baterai
sudah terisi cukup).
• Kemudian saya memakai lampu kepala, dengan tangan kiri saya mengencangkan
lampu kepala, dan tangan kanan memposisikan lampu pada glabella tepatnya di antara
kedua mata saya.
• Lalu saya menyalakan lampu, dan mengarahkan sinar ke telapak tangan saya kira-kira
jarak 30 cm, dan mengatur fokus cahaya membentuk lingkaran diameter 3-5 cm.
• Baik, lampu kepala sudah dapat digunakan.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

¾ Tindakan
• Langkah Pertama adalah menggunakan speculum hidung untuk melebarkan lubang
hidung sehingga memudahkan prosedur.
1) Speculum dipegang menggunakan tangan non-dominan yaitu ibujari pada
engsel speculum, jari telunjuk diletakkan pada dorsum hidung sebagai
fiksasi, dan jari lainnya pada batang speculum untuk memegang.
2) Saya memasukkan perlahan ke cavum nasi kanan pasien. “Permisi ya
Pak/Bu.” Posisi awal speculum tertutup, kemudian dibuka saat sudah berada
di kavum nasi dengan diarahkan ke superior, bukan ke dasar hidung. “Titik
perdarahan sudah terlihat”
(*ingat lampu harus benar-benar di arahkan ke kavum nasi!*)
• Langkah selanjutnya adalah pemberian anastesi topikal (*untuk mengurangi sakit dan
memblok vagal reflex*) berupa tampon kapas yang telah diberikan lidocaine 1%
dengan epinephrine 1:1000 yang sudah diencerkan dengan 10 cc NaCl 0,9%. Saya
memasukkan tampon menggunakan forceps bayonette. “Permisi ya Pak/Bu.”
• Lepaskan speculum, kemudian saya tunggu 3-5 menit.
1) Setelah sudah menunggu, saya akan melepaskan tampon kapas
menggunakan forceps bayonette (tanpa speculum). “Permisi Pak/Bu”.
2) Kemudian saya evaluasi kembali titik perdarahannya menggunakan
speculum. “Permisi Pak/Bu. Baik, ditemukan masih adanya perdarahan pada
konka pasien”
• Langkah selanjutnya saya akan mempersiapkan tampon anterior yang saya lapisi
dengan salep antibakteri (eg. Gentamicin), kemudian kembali dengan bantuan
speculum, saya memasukkan tampon anterior ke dalam lubang hidung menggunakan
forceps Bayonette.
1) Saya ambil bagian tampon yang sedikit ke tengah, bukan paling ujung, lalu
dijepit forceps, dan dimasukkan. (jika ujungnya nanti bisa masung ke faring
dan memicu reflek vagal)
2) Saya memasukkan tampon dengan cara layering (berlapis-lapis) mulai dari
dasar hidung ke koana posterior, dan sampai setinggi konka media superior.
3) Lepaskan speculum.
• Setelah tampon terpasang dengan baik, saya akan memasangkan kasa steril dan
plester di anterior dari lubang hidung untuk menahan agar tampon tidak keluar.

NOTE 1.5:

[Kiri] Pemasangan tampon anterior [Kanan] Pemasangan kasa & plester.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

¾ Penutup
• Baik, prosedur sudah selesai Pak/Bu. Bapak/Ibu bisa kembali ke meja periksa dan
merapihkan pakaiannya.
• Sementara saya akan membuang alat bahan yang sudah tidak digunakan ke tempat
sampah medis, lalu melakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan
sudah selesai.
¾ KIE
• Baik, prosedur pemasangan tampon sudah dilakukan ya Pak/Bu. Pemakaian tampon
ini digunakan untuk sementara waktu sekitar 48 jam, sehingga Bapak/Ibu bisa
bernapas menggunakan mulut, diusahakan agar saat mandi itu tidak terkena air, dan
hindari makanan yang panas agar tidak terjadi pelebaran pembuluh darah ataupun
genangan sekret akibat makanan pedas.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, jika tidak ada, terimakasih. Selamat pagi.

PROSEDUR PENJAHITAN LUKA (HECTING)


¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Sebelumnya saya izin mendata identitas Bapak/Ibu terlebih dahulu ya, atas nama
siapa? Usianya berapa? Pekerjaan setiap hari sebagai apa?
• Hal apa yang membuat Bapak/Ibu datang kemari?
“Saya mengalami kecelakaan dan mendapatkan luka di bagian lengan saya, dok.”
• Berkaitan dengan keluhan yang Bapak/Ibu sampaikan, selanjutnya saya akan
melakukan pemeriksaan pada luka dan menentukan apakah nantinya diperlukan
prosedur seperti debridement, irigasi, dan tindakan lebih lanjut berupa Hecting atau
Penjahitan Luka.
• Prosedur ini bertujuan untuk menjahit atau menyatukan kembali jaringan yang terputus
pada luka sehingga mencegah infeksi dan kemudian mempercepat proses
penyembuhan.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasa tidak nyaman karena pada tentu saja saya akan
menjahit luka menggunakan jarum yang mana sebelumnya juga dilakukan
injeksi/penyuntikan anastesi lokal di sekitar luka yang bertujuan mengurangi nyeri saat
prosedur penjahitan. Baik, apakah Bapak/Ibu bersedia?
• Baik jika bersedia, saya akan memulai prosedurnya. Bapak/Ibu silahkan berbaring di
bed pemeriksaan, sementara saya akan melakukan cuci tangan dan menggunakan
APD. “Dipersilahkan Pak/Bu.”
¾ Persiapan
• Pertama-tama saya akan melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci tangan
sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen dan APD.
• Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah hecting set atau minor set yang terdiri
dari needle holder (pemegang jarum), pinset, gunting, spuit 3 cc, duk steril (duk
berlubang), bengkok, kasa steril, benang jahit, hypafix.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

NOTE → Jika ada irigasi maka diperlukan cairan fisiologis atau NaCIl 0,9%, jika ada
debridemen maka diperlukan scalpel dan mata pisau
• Kemudian saya akan memposisikan diri di sebelah pasien, dekat dengan sisi lukanya,
sehingga mempermudah proses penjahitan
¾ Tindakan Hecting
• Pertama saya akan membersihkan area tepi luka menggunakan kasa steril yang telah
saya berikan betadine sebelumnya, saya jepit menggunakan pinset, dan saya bersihkan
area melingkar dari arah dalam ke luar (*sekali pakai, langsung dibuang, tidak diulang*)
ATAU secara vertikal dari arah cranial ke caudal.
• Selanjutnya saya akan memasangkan duk steril agar area di sekitar luka tetap steril.
• Langkah selanjutnya saya akan menyuntikkan anestesi infiltrasi
lokal di seluruh tepi luka pasien. “Mohon maaf ya Pak/Bu.”
(*posisi lubang jarum menghadap keatas*) Saya memasukkan
jarum tidak terlalu dalam, namun merata di sekitar tepi luka.
1) Setelah saya tunggu beberapa menit, kemudian dengan menggunakan
pinset saya memeriksa apakah anastesi telah bekerja. “Apakah masih
merasakan nyeri Pak/Bu?”
2) Pasien sudah tidak merasakan nyeri yang menunjukkan bahwa anastesi lokal
sudah bekerja.

NOTE 1.6: [di luar Cheklist OSCE]


• Selanjutnya saya melakukan irigasi dengan menggunakan
cairan fisiologis NaCl 0,9% dan juga bantuan kasa steril
untuk membersihkan area luka.
• Selanjutnya saya akan melakukan debridemen yang mana
bertujuan untuk menghilangkan jaringan mati atau
nekrotik serta debris atau bagian kotor luka. Saya
menggunakan scalpel dan mata pisau.
• Kemudian sebelum melakukan penjahitan saya akan
mengganti duk steril dan handscoen dengan yang baru.

• Langkah selanjutnya saya akan memulai teknik penjahitan luka.


1) Pertama saya akan melakukan handling alat berupa needle holder, yang
mana saya pegang menggunakan tangan kanan saya dengan ibu jari dan jari
ke-4.
2) Selanjutnya saya menggunakan needle holder untuk memegang jarum pada
1/3 pangkalnya, kemudian saya akan memasangkan benang.
3) Tangan kiri saya gunakan untuk memegang pinset untuk membantu
penjahitan.
4) Kemudian saya memastikan bentuk luka, “Baik, disini luka berbentuk linier,
maka saya akan melakukan penjahitan di mulai dari area tengah luka.”
5) Saya memasukkan jarum ± 1 cm dari tepi luka, tegak lurus 90° dengan kulit,
mendorong jarum sesuai dengan kelengkungan jarum, dan jarum yang keluar

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

juga ± 1 cm dari tepi luka. Jarum saya tarik (*benang tidak ditarik habis*)
kemudian jarum diletakkan pada sisi duk steril atau pada bengkok.
6) Kemudian saya akan mengikat benang menggunakan simpul benang reef knot
atau secure knot (*2 simpul – ikat – 1 simpul – ikat – 1 simpul – ikat*). Simpul
benang saya pastikan terikat di sisi luka, bukan di tengah garis luka.
7) Saya menggunting bagian ujung benang dan saya sisakan ± 5 mm di kedua sisi
benang.
8) Kemudian dengan cara yang sama saya lakukan ke atas luka lalu dilanjutkan
ke bawah hingga seluruh luka menjadi terjahit dengan sempurna.

NOTE 1.7:

Berurutan: poin 1; poin 2; poin 3 & 4 & 5

Berurutan: poin 5 (harusnya ± 1 cm); poin 6 & 7 & 8

•Baik karena seluruh luka sudah terjahit, selanjutnya saya akan membersihkan kembali
menggunakan kasa steril NaCl 0,9% secara melingkar dari dalam keluar untuk
membersihkan bekas betadine dan darah. Lalu di keringkan dengan kasa steril lagi (di
tap-tap)
• Kemudian selanjutnya saya menutup luka dengan kasa steril dan hypafix.
• Setelah terpasang maka duk steril dapat di buka.
¾ Penutup
• Baik, prosedur penjahitan luka sudah selesai Pak/Bu. Bapak/Ibu bisa kembali duduk di
kursi ya Pak/Bu untuk saya berikan informasi lebih lanjut. “Silahkan Pak/Bu.”
• Sementara saya akan membuang alat dan bahan yang sudah tidak digunakan ke
tempat sampah medis, lalu melakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci
tangan sudah selesai.
¾ KIE
• Baik Pak/Bu, prosedur penjahitan luka sudah saya lakukan. Berikutnya mohon
Bapak/Ibu tetap menjaga kebersihan luka, jangan sampai kotor, dan jangan sampai
terkena air. Bapak/Ibu mohon datang kembali dalam 3 hari untuk kontrol sehingga kita
bisa mengganti perbannya, serta saya sarankan di hari ke-10 datang lagi untuk kita
lakukan pengangkatan benang. Seandainya nanti timbul demam, nyeri, keluar nanah
di sekitar luka penjahitan, bisa segera datang untuk menadapatkan penanganan lebih

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

lanjut. Baik sekarang saya juga akan meresepkan antibiotik dan analgesik nggih
Pak/Bu.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, jika tidak ada, terimakasih. Selamat pagi.

SIRKUMSISI
¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Saya izin mendata Identitas Bapak/Ibu dan juga anak-nya terlebih dahulu ya, atas nama
siapa? umurnya berapa? Anaknya namanya siapa? usia? (anak usia 6 tahun)
• Keluhan datang ke klinik ada apa ya Pak/Bu?
• Setelah dilakukan anamnesis berdasarkan B4S7 beserta pemeriksaan fisik selanjutnya
saya akan melakukan prosedur Sirkumsisi kepada anak Bapak/Ibu.
• Prosedur bedah ini bertujuan untuk yang akan memotong dan membuang kulup/kulit
yang menutup ujung penis sehingga penis akan lebih mudah dibersihkan dan
memperkecil peluang anak terkena infeksi saluran kemih.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasa tidak nyaman pada anak karena saya akan
menyuntikkan anastesi pada area pangkal penis sehingga meminimalisir nyeri saat
prosedur pemotongan kulup menggunakan alat. Apakah bersedia?
• Baik jika bersedia, saya akan memulai prosedurnya. Bapak/Ibu bisa membantu anaknya
untuk membersihkan genitalianya dengan sabun, apabila sudah silahkan
membaringkan anaknya di bed pemeriksaan, menemani anaknya sehingga anak tidak
terlalu gelisah/cemas.
[Pendekatan dengan pasien anak] “Adik tidak perlu takut yaa, rasa sakitnya hanya
sedikit saja di awal nanti setelah itu adik tidak merasakan sakit kok. Ibu/Bapaknya juga
nemenin di sebelah yaa.”
NOTE → Untuk pasien dewasa dipastikan pasien sudah mencukur bulu pubisnya.
¾ Persiapan
• Sebelum melakukan prosedur saya melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci
tangan sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen, pakaian kamar bedah,
dan APD.
• Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sirkumsisi set (needle holder, 3 klem,
gunting, pinset anatomis, pinset cirugis), spuit 10 cc, needle 21G, duk steril, obat
anastesi lokal (Lidocaine), antiseptik (Povidone Iodine), jahit jaringan, benang catgut
plain, kasa steril, plester.
• Pasien sudah berbaring posisi supinasi di bed pemeriksaan, prosedur dilakukan di
kamar operasi. Baik, saya akan memulai prosedur.
¾ Tindakan Sirkumsisi
• Saya akan membersihkan area sekitar penis menggunakan kasa steril yang telah saya
berikan antiseptik sebelumnya, saya jepit menggunakan pinset, dan saya bersihkan
area secara sentrifugal yaitu melingkar dari arah tengah ke luar.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

o Pertama, lubang MUE sampai batang penis ⤑ Kedua, sisi kanan kiri penis
hingga skrotum ⤑ Ketiga [jika bisa], saya tarik preputium hingga sulcus
coronarius terlihat lalu membersihkan glans penis pasien serta menghilangkan
smegma-smegma yang menempel, kemudian saya kembalikan pada posisi
semula (*jika tidak bisa ditarik seperti phimosis, nanti dibersihkan saat sudah di
potong/dorsumsisi*) ⤑ Keempat, saya bersihkan juga area sekitar inguinal dan
perineum pasien.
• Saya pasangkan duk steril berlubang pada area penis pasien.
• Selanjutnya saya akan melakukan tindakan anastesi lokal. (karena pasien > 5 tahun, kalau
masih <5 tahun biasanya general anastesi)
1) Saya persiapkan spuit 10cc dengan needle 21G yang sudah terpasang, lalu
patahkan vial Lidocaine, memasukkan cairan Lidocaine ke spuit. Vial dibuang
ke tempat sampah medis.
2) Saya suntikkan infiltrasi anastesi pada 2 sisi pangkal penis [A] dengan sudut
60°, dari keras-keras-terasa lembut. “Ini akan sedikit sakit ya dik”

NOTE 1.8: [B]


Anastesi ring block dorsal nerve di sekeliling mukosa sulcus coronarius dilakukan jika
pasien masih tetap merasakan sakit setelah diberikan infiltrasi anastesi pada batang
penis.
Teknik ring block: jarum disuntikkan dari bagian distal ke proksimal secara subkutan
miring kearah dorsal dan ventral. Sambil mengeluarkan jarum, zat anestesi
disuntikkan, suntikan dilakukan di bagian kiri dan kanan.

• Setelah ditunggu beberapa menit saya akan melakukan melakukan sirkumsisi


menggunakan teknik dorsal slit circumcision.
1) Saya mempersiapkan 3 klem dan meng-klem ujung preputium pada jam 11,
1, dan 6, lalu di tarik ke distal. “Biasanya jika anak diam, berati anastesi sudah
bekerja”
2) Kemudian tangan kanan saya menggunting preputium dimulai pada arah jam
12 hingga ±1 cm dibelakang sulcus coronarius, sementara tangan kiri saya
membantu memegang klem jam 11 & 1 sehingga prosedur lebih mudah
dilakukan.
3) Sebelum lanjut, saya melakukan jahit kendali mukosa dengan kulit penis
pada jam 12.
4) Selanjutnya, saya menggunting secara melingkar ke arah ventral sedikit
serong menuju frenulum pada klem jam-6 sehingga yang sedikit membentuk

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

runcing huruf V. Dimulai dari bagian preputium kiri (*klem jam-11 terlepas*)
lalu kanan (*klem jam 1 terlepas*) menyisakan mukosa ±1cm di sulcus
coronarius.

• Pada bagian frenulum yang mana terdapat pembuluh darah harus dilakukan obeservasi
perdarahan, sehingga dengan menggunakan jarum jahit jaringan dan catgut plain saya
menjahit area frenulum menggunakan ‘figure of 8’. Ujung benang akhir saya sisakan
sekitar 5 cm sebagai benang kontrol.
• Setelah frenulum terjahit saya melepaskan klem jam-6, memastikan tidak ada
perdarahan, dan memotong frenulum pada bagian distal jahitan ‘figure of 8’
sebelumnya.
• Kemudian saya lakukan penjahitan mukosa dengan kulit pada 8 titik yaitu: titik jam 6, 12
3, 9, titik diantara 12 dan 3, diantara 3 dan 6, diantara 6 dan 9, dan diantara 9 dan 12.
NOTE → saat menjahit titik 12 jangan lupa ujung benangnya disisakan 5 cm juga
sehingga saat hendak menjahit di titik jam-3 (sebelah kanan penis), maka benang yang
sebelumnya disisakan 5cm bisa dijepit klem lalu digeser ke arah kiri agar area kanan
terekspos, begitu juga sebaliknya pada area kiri.
• Saya pastikan bahwa jahitan penis simetris dan penis tidak berputar.
• Kemudian saya berikan salep antibiotik di sekeliling luka jahitan.
• Selanjutnya saya balut area jahitan menggunakan kasa steril yang sudah berisikan
Vaseline, dan di plesetr. (yang mana kassa bisa terlepas dengan sendirinya.)
• Tahap terakhir saya membuka duk steril.
¾ Penutup
• Baik, prosedur sirkumsisi sudah selesai Pak/Bu. Saya akan merapihkan alat dan
membuang bahan habis pakai ke tempat sampah.
• Kemudian saya melakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan sudah
selesai.
¾ KIE
• Baik Pak/Bu, prosedur penjahitan luka sudah saya lakukan. Baik sekarang saya akan
meresepkan antibiotika (Amoxicillin), analgesic (Asam mefenamat), dan antiinflamasi
nggih Pak/Bu. Seandainya nanti timbul bengkak tidak perlu cemas karena tidak
berbahaya, itu bisa karena balutan yang terlalu ketat jadi dapat dilonggarkan saja.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

Namun jika ada perdarahan yang banyak di sekitar luka penjahitan, bisa segera datang
untuk menadapatkan penanganan lebih lanjut.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, jika tidak ada, terimakasih. Selamat pagi.

PEMASANGAN KATETER
¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter Cok Intan sebagai dokter jaga di klinik hari ini.
• Sebelumnya saya izin mendata identitas Bapak/Ibu terlebih dahulu ya, atas nama
siapa? umurnya berapa?
• Keluhan apa ya Pak/Bu?
• Setelah dilakukan anamnesis berdasarkan B4S7 beserta pemeriksaan fisik selanjutnya
saya akan melakukan prosedur Pemasangan Kateter kepada Bapak/Ibu.
• Prosedur ini bertujuan untuk mengeluarkan urin dari kandung kencing Bapak/Ibu
menggunakan sebuah alat bernama kateter.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasakan tidak nyaman namun tidak perlu khawatir
karena nanti saya akan memberikan anestesi berupa Lidokain untuk meminimalisir rasa
nyerinya. Apakah Bapak/Ibu bersedia?
• Bapak/Ibu silahkan berbaring di bed pemeriksaan, sementara saya akan melakukan
cuci tangan dan menggunakan APD. “Dipersilahkan Pak/Bu.”
¾ Persiapan
• Sebelum melakukan prosedur saya melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci
tangan sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen dan APD.
• Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah kateter urine ukuran 16 F (dewasa),
urine bag, jelly, lidocaine (2 ampul), povidone iodine (antiseptik), spuit 20 cc dan 10 cc,
aquabidest, plester, gunting, kassa steril, duk steril, pinset, bengkok, klem.
• Pasien sudah berbaring posisi supinasi di bed pemeriksaan, prosedur dilakukan di
kamar operasi. Baik, saya akan memulai prosedur.
¾ Persiapan Alat dan Bahan
• Saya persiapkan terlebih dahulu beberapa alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Kateter baru yang sudah dilepaskan bungkus luarnya, lalu bungkus dalamnya
saya buka ujungnya sehingga memudahkan saya nanti mengambil kateter saat
prosedur sudah dilakukan. (jadi bungkus plastik kateter ada 2 lapis untuk
menjaga agar tetap steril).
2. Spuit 10 cc saya persiapkan untuk mengambil aquabidest sebanyak 10 ml ⤑
lalu melepaskan jarumnya.
3. Spuit 20 cc saya persiapkan untuk anestesi yaitu pertama saya masukkan jelly
dari belakang spuit (tidak disedot dari depan) ⤑ lalu saya tutup dan keluarkan
udara ⤑ kedua, saya patahkan vial Lidocaine dan mengambilnya menggunakan
spuit hingga habis ⤑ tutup jarumnya ⤑ lalu saya bolak-balik beberapa kali →
dan melepaskan jarumnya. [pasien laki-laki saja]
4. Kemudian pada bengkok saya sediakan sedikit jelly.
5. Terakhir saya potong 3 buah plester.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

•Setelah sudah siap, saya akan mengganti handscoen dengan yang baru.
¾ Tindakan (Laki-Laki)
• Saya akan membersihkan area sekitar penis menggunakan kasa steril yang telah saya
berikan antiseptik sebelumnya, saya jepit menggunakan pinset, dan saya bersihkan
area secara sirkular yaitu melingkar dari arah tengah ke luar. “Permisi Pak”
– Saya memegang penis pasien dengan bantuan
kain kasa sehingga tidak menyentuh penis
secara langsung
– Pertama, lubang MUE sampai batang penis ⤑
Kedua, sisi kanan kiri penis hingga skrotum ⤑
Ketiga [pria yang tidak di sirkumsisi], saya tarik
preputium hingga sulcus coronarius terlihat lalu
membersihkan glans penis pasien serta
menghilangkan smegma-smegma yang
menempel (jangan di kembalikan pada posisi
semula) ⤑ Keempat, saya bersihkan juga area
sekitar inguinal dan perineum pasien.
• Saya pasangkan duk steril berlubang pada area penis pasien, sehingga daerah lain
disekitar penis tetap steril.
• Selanjutnya saya akan melakukan tindakan anestesi dan lubrikasi.
– Saya kembali memegang penis pasien dengan bantuan kain kassa.
– Lalu memasukkan campuran lidokain dan jelly pada uretra secara perlahan.
– Setelah disemprot, saya tutup ujung penis dengan kassa disertai pemberian
penekanan pada MUE agar cairan lidokain dan jelly tidak keluar.
• Selanjutnya, dengan menggunakan pinset saya mengeluarkan kateter dari
pembungkusnya, kemudian membalurkan jelly yang ada pada bengkok yaitu sekitar 5
cm dari kateter. (*agar nanti semakin mudah masuk*)
• Kemudian memengang penis menggunakan kassa
kembali, penis tegak lurus ke depan agar memudahkan
memasukkan kateter. Sementara tangan kanan saya
memasukkan ujung kateter ke urethra menggunakan
pinset, sedikit demi sedikit sampai ujung percabangan
kateter. Lalu klem ujung saluran urine dari kateter agar
urin tidak keluar. (*bukan ujung balon*)
NOTE → pada gambar ujung saluran urine (kuning), mengembangkan balon (hijau).
• Setelah itu saya kembangkan balon dengan menginjeksikan aquabidest sebanyak 10-
15 mL pada ujung katater yang lainnya. Saya masukkan spuit lalu putar ke arah kanan
agar terkunci. Saya pastikan tidak ada sensasi nyeri. “Apakah ada rasa nyeri Pak?”
• Setelah itu, saya tarik kateter hingga dirasakan tahanan dari balon kateter, dan
mereposisi kembali preputium pasien.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

•Selanjutnya saya lepaskan duk steril, lalu saya


pasangkan urine bag, dan melepas klem.
• Selanjutnya saya fiksasi kateter ke arah inguinal/paha
menggunakan plester, tidak terlalu rapat dengan
memberikan sedikit jarak agar penis tidak begitu
tertarik dan pasien masih nyaman bergerak leluasa.
• Urine bagnya boleh diletakkan dibawah, kemudian diobservasi berapa volume urine
yang keluar pertama kali, warnanya seperti apa, berbuih atau tidak.
¾ Tindakan (Perempuan)
• Saya pastikan bahwa pasien sudah dalam posisi Lithotomy.
• Saya akan membersihkan area sekitar vulva menggunakan kasa steril yang telah saya
berikan antiseptik sebelumnya, saya jepit menggunakan pinset. “Permisi Bu”
– Pertama area labia mayora kanan-kiri pasien ⤑ lalu tangan kiri saya membuka
labia mayora dan membersihkan labia minora kanan-kiri pasien → lalu terakhir
membersihkan MUE pasien dan area sekitarnya ⤑ saya bersihkan juga area
sekitar inguinal dan perineum pasien.
• Saya pasangkan duk steril berlubang pada area genitalia pasien, sehingga daerah lain
disekitar tetap steril.
• Selanjutnya, dengan menggunakan pinset saya mengeluarkan kateter dari
pembungkusnya, kemudian membalurkan jelly yang disediakan pada bengkok yaitu
sekitar 5 cm dari kateter.
• Tangan kiri saya membuka labia pasien sehingga
terlihat lubang MUE yaitu tepat dibawah klitoris dan
diatas dari lubang vagina. Sementara tangan kanan
menggunakan pinset saya memasukkan ujung kateter
ke urethra, sedikit demi sedikit sampai setengah dari
kateter sudah masuk. (*tidak harus hingga
percabangan dari kateter karena urethra perempuan
lebih pendek dari pada laki-laki*). Lalu klem ujung
saluran urine dari kateter agar urin tidak keluar.
• Setelah itu saya kembangkan balon dengan menginjeksikan aquabidest sebanyak 10-
15 mL pada ujung katater yang lainnya. Saya masukkan spuit lalu putar ke arah kanan
agar terkunci). Saya pastikan tidak ada sensasi nyeri. “Apakah ada rasa nyeri Bu?”
• Setelah itu, saya tarik kateter hingga dirasakan tahanan dari balon kateter.
• Selanjutnya saya lepaskan duk steril, lalu saya pasangkan urine bag, dan melepas klem.
• Selanjutnya saya fiksasi kateter ke arah inguinal/paha menggunakan plester, tidak
terlalu rapat agar pasien masih nyaman bergerak leluasa.
• Urine bagnya boleh diletakkan dibawah, kemudian diobservasi berapa volume urine
yang keluar pertama kali, warnanya seperti apa, berbuih atau tidak.
¾ Penutup
• Baik, prosedur pemasangan kateter sudah selesai Pak. Saya akan merapihkan alat dan
membuang bahan habis pakai ke tempat sampah.
• Kemudian saya melakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan sudah
selesai.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

¾ KIE
• Baik Pak/Bu, sementara ibu menunggu saya akan siapkan formulir dan berkas untuk
dilakukan pemeriksaan lanjutan. Dengan dipasangnya kateter ini mungkin ini nanti akan
dirasakan tidak nyaman, bisa ditahan sedikit ya Pak/Bu namun apabila sudah tidak bisa
menahan Bapak/Ibu bisa memanggil saya atau tenaga medis yang lain. Nanti jika ingin
berkemih bisa langsung berkemih saja karena air seni nanti akan langsung tertampung
di urobag yang sudah dipasangkan. Kemudian untuk pemasangan kateter ini akan
diganti setiap 14 hari sekali ya Pak/Bu.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Pak/Bu?
• Baik, terimakasih Pak/Bu semoga lekas membaik.

PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA


¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Sebelumnya saya izin mendata Identitas Ibu terlebih dahulu ya, atas nama siapa?
usianya berapa? pekerjaan setiap hari sebagai apa?
• Keluhan apa ya Bu? Payudara bagian mana? Sudah berapa lama? Apakah ada riwayat
keluarnya carian dari putingnya?
• Berdasarkan keluhan Ibu dan setelah dilakukan anamnesis, maka selanjutnya saya akan
melakukan prosedur Pemeriksaan Fisik Payudara kepada Ibu.
• Prosedur ini bertujuan untuk memeriksa apakah terdapat abnormalitas pada payudara
Ibu untuk memastikan keluhan yang Ibu sampaikan sebelumnya.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasakan tidak karena Ibu harus melepaskan baju dan
pakaian dalam bagian atas, sehingga dada terekspos, saya juga akan melakukan
perabaan pada payudara Ibu. Namun tidak usah khawatir karena nanti akan dilakukan
di ruangan bertirai/tertutup untuk menjaga privasi Ibu, pemeriksaan juga akan
dilakukan oleh saya seorang saja. Sejauh ini apakah Ibu bersedia?
• Jika bersedia, Ibu bisa melepaskan baju dan pakaian dalamnya dan masuk ke dalam
ruangan terpisah tirai, sementara saya akan mempersiapkan diri dan juga alat.
“Silahkan Bu”
¾ Persiapan
• Sebelum melakukan prosedur saya melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci
tangan sudah selesai, kemudian saya menggunakan handscoen dan APD.
• Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah bantal.
• Saya pastikan pasien sudah siap diperiksa dan berada di dalam area bertirai dengan
pencahayaan baik.
¾ Pemeriksaan Fisik
• “Ibu bisa duduk ya.”
• Langkah pertama saya akan melakukan inspeksi.
- “Ibu bisa mengangkat kedua tangannya hingga diatas kepala ya Bu.”
- Disini saya lakukan observasi dari payudara yang sehat, ke payudara yang tidak
sehat, kemudian membandingkan keduanya.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

- Saat pasien mengangkat tangannya saya melihat:


o Pergerakan payudara pasien (bersamaan/tidak bersamaan)
o Bentuk payudara pasien (simetris/asimeteris)
o Besar payudara pasien (simetris/asimetris)
Baik ditemukan ketidaksimetrisan payudara pasien dengan perbedaan yang
cukup signifikan yaitu bagian … lebih besar dari pada bagian…
- Kemudian saya melihat kelainan lainnya pada permukaan payudara yaitu berupa
ada/tidaknya: lekukan atau retraksi, benjol/pembengkakan, kemerahan, tanda
khas keganasan yaitu peau d’orange. Kemudian memperhatikan areola dan juga
puting pasien. Baik pada payudara kanan ditemukan … pada payudara kiri
ditemukan …
- “Ibu sekarang bisa berkacak pinggang dan sedikit mengedepankan badannya ya.”
- Selanjutnya saya menilai aspek yang sama seperti langkah sebelumnya yaitu
pergerakan, bentuk, besar, dan permukaan pasien. Baik ditemukan ciri yang sama
seperti sebelumnya yaitu …
• Langkah kedua saya akan melakukan palpasi.
- “Ibu bisa berbaring di bed pemeriksaan ya Bu.”
- Kemudian saya meletakkan bantal di bahu pasien dari sisi yang akan diperiksa
yaitu payudara yang sehat, lalu yang tidak sehat. “Permisi ya Ibu” (*letakkan
bantal*)
- Saya akan melakukan palpasi menggunakan 3 ujung jari saya dengan pola
horizontal/garis parallel. “Saya akan melakukan perabaan ya Ibu. Permisi.”
- Saya melakukan perabaan secara perlahan untuk mencari apakah terdapat
benjolan yaitu tumor. Saya pastikan bahwa gerakan tangan saya tidak
mengenai/menggesek bagian puting pasien.
- Baik, pada payudara yang sehat tidak ditemukan benjolan.
- Selanjutnya saya memindahkan bantal ke bahu pasien di sisi yang sakit. “Permisi
ya Bu.” dan melakukan langkah yang sama seperti sebelumnya.
- Baik, pada payudara yang tidak sehat ditemukan adanya benjolan:
o Lokasi → inferolateral, inferomedial, superomedial, superolateral (sering!)
o Konsistensi → kenyal (benign), keras (maligna)
o Mobilitas → mobile (benign – belum melekat ke jaringan), immobile (maligna
– sudah melekat ke jaringan)
o Ukuran → kecil (benign), besar (maligna) → lalu sebutkan diameter … cm.
o Batas → tegas (benign), tidak tegas (maligna)
o Permukaan → halus (benign), berdungkul-dungkul (maligna)
o Nyeri/tidak nyeri.
• Langkah terakhir saya akan melakukan pemeriksaan puting, dikarenakan pasien
menyebutkan ada riwayat keluarnya cairan dari puting payudaranya.
- Saya akan menekan areola mamae menggunakan kedua telunjuk saya, lalu
menekan secara radial. Saya perhatikan apakah ada cairan yang muncul dari
duktus yang terbuka pada permukaan puting payudara.
- Baik, ditemukan carian yang keluar berwarna… dari payudara bagian …

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

- Kemudian saya membersihkan menggunakan tissue dan membuang ke tempat


sampah medis
¾ Penutup
• Baik, prosedur pemeriksaan fisik payudara sudah selesai Bu. Ibu bisa memakai
pakaiannya kembali dan duduk di meja pemeriksaan. Sementara saya akan merapihkan
alat dan mencuci tangan.
• Kemudian saya lakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan sudah
selesai.
¾ KIE
• Baik Ibu, berdasarkan pemeriksaan yang sudah dilakukan ditemukan … sehingga cukup
sesuai dari keluhan yang Ibu sampaikan di awal yang mana saya curiga ibu mengalami
tumor … (jinak/ganas). Maka dari itu disini saya bantu untuk membuat surat rujukan ke
dokter spesialis Onkologi untuk penanganan lebih lanjutnya. Saran dari saya untuk
seterusnya Ibu bisa selalu melakukan teknik SADARI (Periksa Payudara Sendiri) sebagai
langkah awal pendeteksian tumor/kanker secara mandiri di depan cermin dari melihat
sampai meraba sehingga jika ditemukan abnormalitas bisa sesegera mungkin ditangani.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Bu?
• Baik, terimakasih Bu semoga lekas membaik. Saya buatkan surat rujukannya.

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Sebelumnya saya izin mendata Identitas Ibu terlebih dahulu ya, atas nama siapa?
umurnya berapa? Pekerjaannya setiap hari sebagai apa?
• Keluhan apa ya Bu?
• Setelah dilakukan anamnesis berdasarkan B4S7 beserta pemeriksaan fisik selanjutnya
saya akan melakukan prosedur Pemeriksaan Ginekologi kepada Ibu.
• Prosedur ini bertujuan untuk memeriksa apakah ada atau tidak kelainan/abnormalitas
pada genitalia dan organ reproduksi Ibu.
• Sebelumnya izin bertanya apakah ibu sebelumnya sudah pernah berhubungan seksual?
Baik, sudah pernah ya Bu.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasakan tidak nyaman karena nanti saya melakukan
pemeriksaan dalam menggunakan jari saya serta juga memasukkan alat ke dalam
genitalia Ibu. Apakah Ibu bersedia?
• Jika bersedia, Ibu dipersilahkan untuk mengosongkan kandung kemihnya terlebih
dahulu ke kamar mandi, kemudian melepaskan pakaian bagian bawahnya, lalu
berbaring di bed pemeriksaan dengan kaki posisi mengangkang ya Bu. Sementara saya
akan mepersiapkand diri dan alat. “Silahkan Ibu.”
¾ Persiapan
• Sebelum melakukan prosedur saya melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci
tangan sudah selesai.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah lampu sorot, speculum cocor bebek

(Grave’s Speculum), tampon tang, kassa steril, antiseptik.
• Saya menghidupkan lampu sorot dan diarahkan ke genitalia pasien.
• Saya pastikan pasien sudah berbaring dalam posisi Lithotomy di bed ginekologi dan
saya duduk menghadapi ke aspekus genitalis pasien.
• Lalu saya menggunakan handscoen.
¾ Pemeriksaan Fisik
• Langkah pertama saya akan melakukan tindakan aseptik yaitu membersihkan vulva,
vagina dan perineum menggunakan larutan antiseptik. Kapas steril saya usapkan
menggunakan tampon tang dari arah crainal ke caudal (atas ke bawah) dalam sekali
usap.
- Pertama area labia mayora kanan-kiri pasien ⤑ lalu tangan kiri saya membuka labia
mayora dan membersihkan labia minora kanan-kiri → lalu terakhir membersihkan
lubang vagina ⤑ saya bersihkan juga area perineum pasien.
• Selanjutnya saya melakukan inspeksi pada vulva dan perineum untuk memeriksa warna
(kemerahan/normal), ada tidaknya benjolan, kista, laserasi, dan abnormalitas lainnya.
Biak ditemukan…
• Selanjutnya saya membukan celah kedua labia mayora menggunakan tangan kiri saya
(telunjuk dan ibu jari) lalu inspeksi muara uretra dan introitus (lubang vagina).
• Selanjutnya saya palpasi dan menelusuri labia mayora kanan dan kiri dari atas ke
bawah, terutama kelenjar Bartholin menggunakan ibu jari dan ujung telunjuk. Baik
ditemukan … (kista/normal)

NOTE: Labia mayora kanan dipegang seperti dijepit oleh ibujari dan ujung telunjuk lalu
merasakan ada tidaknya kista/benjolan, menyusuri dari atas ke bawah hingga kelenjar
Bartolin. Lalu lakukan juga di sebelah kiri.
• Langkah selanjutnya saya mengambil speculum dengan tangan kanan saya,
memasukkan ujung telunjuk kiri pada introitus agar terbuka lalu sedikit menariknya
kearah bawah.
- Speculum masuk dalam posisi lateral/menyamping dalam keadaan tertutup agar
tidak terjepit.
- Lalu setelah masuk setengah, putar speculum 90° hingga tangkainya dibawah, lalu
membuka speculum dan mengatur kuncinya hingga masing-masing lidah
speculum menyentuh dinding atas dan dinding bawah vagina.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

•Baik saya melihat lumen vagina dan serviks sudah terlihat jelas, maka saya akan
observasi ukuran dan warna porsio serviks, forniks posterior, dan apakah ada sekret
pada dinding vagina. Baik ditemukan…
• Selanjutnya saya lepaskan speculum perlahan. Saya kendurkan setengah agar tidak
menjepit area genital, memutar ke posisi lateral, baru saya tarik keluar, dan speculum
tertutup. Spekulum saya letakkan di klorin 0,5%.
• Langkah berikutnya saya akan berdiri untuk melakukan Vaginal Toucher.
- Saya mengganti handscoen dengan yang baru.
- Saya membuka labia mayora kiri dan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri, diikuti dengan memasukkan jari telunjuk dan tengah dari tangan kanan ke
dalam introitus.
- Setelah masuk, saya pindahkan tangan kiri saya di area suprasimpisis pasien. (*lalu
saya tentukan tinggi dari fundus uteri APABILA pasien hamil besar sehingga bisa
diraba dari luar*)
- Tangan kanan saya memeriksa dinding vagina; serta secara bimanual dengan
tangan kiri saya yang menekan ke arah bawah saya menentukan:
o Uterus → konsistensi, besar uterus, dan arah apakah antefleksi,
retrofleksi, atau lateralfleksi.
o Serviks → konsistensi serviks; keadaan parametrium; dan kedua adneksa
kanan-kiri berupa ovarium, tuba falopi dan jaringan ikat sekitar.
o Istmus → ada/tidaknya tanda Hegar, dan mencoba mempertemukan
kedua ujung jari tangan luar dan dalam.
- Jika ismus dirasakan lunak makan menandakan kondisi hamil → tanda
Hegar (+)
- Jika tidak ada perlunakan maka dia tidak hamil → tanda Hegar (-)
• Kemudian saya mengeluarkan jari tangan kanan saya yang dibantu dengan tangan kiri
saya yang menahan pada bagian suprasimpisis pasien.
• Lalu angkat tangan kiri dari dinding perut pasien, namun setelahnya saya usapkan lagi
cairan antiseptik pada dinding perut, vulva, perineum dari bekas sekret.
¾ Penutup
• Baik, prosedur pemeriksaan fisik ginekologi sudah selesai Bu. Ibu bisa memakai
pakaiannya kembali dan duduk di meja pemeriksaan. Sementara saya akan merapihkan
alat dan membuang bahan sekali pakai ke tempat sampah medis.
• Seluruh alat yang saya gunakan dimasukkan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit; seka pula bagian yang terkena sekret menggunakan klorin 0,5%. Saya masukkan
tangan saya ke larutan klorin 0,5%, kemudian saya lepaskan sarung tangan secara
terbalik dan direndam dalam larutan tersebut selama 10 menit.
• Kemudian saya lakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan sudah
selesai.
¾ KIE
• Baik Ibu, berdasarkan pemeriksaan yang sudah dilakukan: [Normal] tidak ditemukan
adanya abnormalitas pada genetalia dan organ reproduksi Ibu, mungkin keluhan yang
timbul itu dikarenakan oleh kelelahan dan faktor hormon. Perbanyak makanan sehat,
kurangi junkfood, dan perbanyak olahraga ya Bu. [Patologis] ditemukannya

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

abnormalitas berupa … sehingga disini saya akan membantu untuk membuat surat
rujukan ke dokter spesialis Obgyn untuk penanganan dan rencana pengobatan lebih
lanjutnya ya Bu.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Bu?
• Baik, terimakasih Bu semoga lekas membaik. Saya buatkan surat rujukannya.

PEMERIKSAAN LEOPOLD
¾ Pembukaan
• Selamat pagi, perkenalkan saya dokter … sebagai dokter yang jaga di klinik hari ini.
• Sebelumnya saya izin mendata Identitas Ibu terlebih dahulu ya, atas nama siapa?
umurnya berapa? Pekerjaannya setiap hari sebagai apa?
• Keluhan apa ya Bu?
• Setelah dilakukan anamnesis lengkap selanjutnya saya akan melakukan prosedur
Pemeriksaan Leopold kepada Ibu.
• Prosedur ini bertujuan untuk memperkirakan posisi janin di dalam rahim.
• Pada prosedur ini mungkin akan dirasakan tidak nyaman mengharuskan Ibu untuk
mengangkat baju Ibu sehingga perut terekspos dan akan ada kontak fisik dari saya.
Apakah Ibu bersedia?
• Jika bersedia, Ibu dipersilahkan untuk berbaring di bed pemeriksaan dengan baju yang
sudah terangkat ya Bu. Sementara saya akan mepersiapkan diri. “Silahkan Ibu.”
¾ Persiapan
• Sebelum melakukan prosedur saya melakukan cuci tangan prosedural 6 langkah. Cuci
tangan sudah selesai. Kemudian saya menggunakan APD dan juga handscoen.
• Saya pastikan pasien sudah berbaring dalam posisi supinasi, perut terekspos, dan saya
berada di sebelah kanan pasien.
¾ Pemeriksaan Fisik
• Langkah pertama saya melakukan pemeriksaan Leopold 1 yang bertujuan menentukan
bagian tubuh janin yang ditemukan pada fundus uteri.
- Saya menempatkan diri disebelah pasien dengan posisi menghadap ke wajah
pasien.
- Saya meletakkan kedua tangan saya di kedua sisi perut kanan-kiri pasien. “Permisi
Ibu” dan kemudian perlahan-lahan menekan ke arah atas sedikit demi sedikit
sampai fundus uteri, lalu saya dorong sedikit ke arah tengah.
- Baik, pada bagian fundus uteri ditemukan: [1] konsistensi lunak, bulat, tidak
melenting yang menandakan bokong janin; [2] konsisteni keras, bulat, besar,
melenting yang menandakan kepala bayi.
• Langkah selanjutnya saya melakukan pemeriksaan Leopold 2 yang bertujuan
menentukan bagian tubuh janin yang ada di sisi kanan dan kiri janin.
- Posisi saya masih sama disebelah pasien dengan posisi menghadap ke wajah
pasien.
- Saya meletakkan kedua tangan saya di kedua sisi perut kanan-kiri pasien. “Permisi
Ibu”

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

-Pertama, saya mendorong tangan kanan saya ke arah tengah sedangkan tangan
kiri saya menopang dan melakukan perabaan.
Baik, pada bagian sisi kiri ditemukan: [1] konsistensi keras seperti papan yang
menandakan punggung bayi; [2] konsistensi berbenjol-benjol yang menandakan
ekstremitas bayi.
- Lalu, sebaliknya saya mendorong tangan kiri saya ke arah tengah sedangkan
tangan kanan saya menopang dan melakukan perabaan.
Baik, pada bagian sisi kanan ditemukan: (*sama seperti diatas*)
• Langkah selanjutnya saya melakukan pemeriksaan Leopold 3 yang bertujuan
menentukan bagian tubuh janin yang ada di bagian bawah uterus.
- Posisi saya masih sama disebelah pasien dengan posisi menghadap ke wajah
pasien.
- Saya meletakkan tangan kanan saya pada bagian bawah uterus dengan 3 jari
telunjuk-tengah-manis yang sedikit menekan, sementara tangan kiri saya berada
pada fundus uteri untuk memberikan dorongan ke arah bawah. “Permisi Ibu”
- Baik, pada bagian sisi bawah ditemukan: [1] konsistensi lunak, bulat, tidak
melenting yang menandakan bokong janin; [2] konsisteni keras, bulat, besar,
melenting yang menandakan kepala bayi.
- Apabila ditemukannya kepala bayi, saya akan sedikit menggoyang-goyangkan
tangan kanan saya. Jika kepala masih bisa bergoyang maka menandakan kepala
janin belum memasuki pintu atas panggul (PAP), sebaliknya jika tidak bisa
digoyangkan maka berarti sudah memasuki PAP.
Baik ditemukan … yang nantinya juga akan dipastikan kembali dengan
pemeriksaan Leopold 4.
• Langkah selanjutnya saya melakukan pemeriksaan Leopold 4 yang bertujuan
memastikan apakah kepala bayi sudah memasuki PAP atau belum.
- Sekarang saya menempatkan diri disebelah pasien namun dengan posisi berbalik
arah menghadap ke arah kaki pasien.
- Saya meletakkan tangan saya di sebelah kanan-kiri abdomen pasien. “Permisi Ibu”
dan kemudian perlahan-lahan menekan ke arah bawah sedikit demi sedikit
berusaha mempertemukan kedua jari tangan saya.
- Baik, ditemukan: [1] kedua jari tangan saya bertemu (yaitu konvergen) yang
menandakan kepala janin masi belum memasuki PAP ; [2] kedua jari tangan saya
tidak bisa bertemu (yaitu divergen) yang menandakan kepala janin sudah
memasuki PAP.

NOTE:
Jika permintaannya adalah ‘Pemeriksaan Kehamilan’ maka lakukan: inspeksi, pemeriksaan
leopold, pemeriksaan tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin.
• Minta pasien melepaskan pakaian dalam bawahnya juga.
• Tambahan alat adalah: meteran, dan funduscope (alat manual)/fetal doppler (alat
automatis).
• Langkah pertama adalah tahap inspeksi yaitu saya mengobservasi yaitu:

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS


BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

- Chloasma gravidarum, yaitu bercak kecoklatan pada kulit, biasanya pada


wajah, yang sering muncul pada ibu hamil. Biasanya disebut pregnancy mask.
- Keadaan kelenjar tiroid. Baiik ditemukan … (tidak ada pembesaran/ada
pembesaran)
- Penampakan dinding abdomen berupa ada tidaknya varises, jaringan parut,
pergerakan janin. Baik ditemukan…
- Terakhir, saya memeriksa vulva dan perineum pasien.
• Langkah selanjutnya saya akan melakukan pemeriksaan Leopold.
• Langkah selanjutnya saya akan melakukan pengukuran tinggi fundus untuk
memperkirakan usia kehamilan.
- Saya akan meletakkan ujung meteran pada bagian atas rahim hingga ke atas
tulang pubis.
- Meteran harus menyentuh kulit dan hanya dilakukan 1 kali pengukuran untuk
menghindari bias.
- Lalu saya catat hasil di rekam medis.

• Terakhir saya akan memeriksa DJJ menggunakan funduscope.


- Pertama saya cari garis tengah dari abdomen pasien, lalu mencari titik yang
terdekat dengan kepala dan punggung janin. (Contoh: kalau kepala di bawa
dan punggung janin di kiri pasien, maka pakai kuadran kiri bawah).
- Lalu 2-3 cm diatas simpisis saya tarik kuadran ke abdomen kiri pasien, dan
meletakkan funduscope. Saya mendengarkan dengan menoleh ke arah
lateral, bukan ke arah pasien.
- Lalu saya dengarkan denyut jantung janin selama 15 detik, lalu hasilnya saya
kalikan 4. Baik ditemukan … yang dinyatakan … (normal/tidak normal) yang
mana normalnya adalah 120-160x/menit.

¾ Penutup
• Baik, prosedur pemeriksaan sudah selesai Bu. Ibu bisa merapihkan pakaiannya
kembali.
• Kemudian saya lakukan cuci tangan procedural 6 langkah kembali. Cuci tangan sudah
selesai.
¾ KIE
• Baik Ibu, berdasarkan pemeriksaan yang sudah dilakukan posisi janin ibu adalah …
(normal/sungsang/melintang) yang mana bagian kepalanya ada di … bokongnya ada
di… punggung berada di … ekstremitas ada di … sehingga bayinya posisinya
BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS
BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

menghadapi ke arah … (kanan/kiri). Berdasarkan usia kehamilan ibu juga sudah


mendekati hari kelahiran ya Bu sehingga saya sarankan untuk perbanyak melakukan
aktivitas fisik ringan sehingga nanti mempermudah mencapai pembukaan lengkap dan
proses persalinan; serta jangan lupa untuk tetap makan makanan yang bergizi dan
minum susu kehamilan untuk melengkapi nutrisi saat kehamilan. Sekian yang bisa saya
sampaikan.
• Sejauh ini apakah ada yang ingin ditanyakan Bu?
• Baik, terimakasih Bu semoga lekas membaik.

BASIC CLINICAL SKILL (BCS) 6 - COKIINTANDS

Anda mungkin juga menyukai