Anda di halaman 1dari 7

Nama : Aprilia Nur Azzizah

NIM : 19323173
Kelas : Keamanan Manusia - b

Studi Kasus Keamanan Manusia : Kematian Jurnalis Arab Saudi,


Jamal Ahmad Khashoggi
Aprilia Nur Azzizah - 19323173
Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Abstrak - Jamal Ahmad Khashoggi dikenal sebagai jurnalis Saudi Arabia yang kerap kali
mengkritik pemerintahan Arab Saudi dengan kritikan-kritikan yang tajam melalui artikel-artikel
berita yang ditulisnya. Ia dikabarkan dibunuh di kawasan konsulat Saudi Arabia di Istanbul,
Turki. Kasus ini mendapatkan atensi internasional karena menaruh pertanyaan tentang kebebasan
bersuara dan pers, juga keamanan dari profesi jurnalis. Analisis data dilakukan dengan teknik
deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diinterpretasikan untuk
memperoleh gambaran secara utuh mengenai kasus yang sedang diteliti. Studi kasus ini
menunjukkan kejahatan terhadap salah satu elemen penting dalam human security yaitu personal
security.
Kata Kunci : Kematian Jurnalis, Human Security, Personal Security.

A. Latar Belakang
Definisi Human Security masih sangatlah luas tergantung dari permasalahan apa yang
sedang dilihat. Gagasan Human Security pada dasarnya memiliki dua komponen utama,
yaitu bebas dari rasa takut dan bebas dari ketidakmampuan untuk memiliki. Kasus
kematian Khashoggi yang tewas dengan dibunuh tentu saja merampas keamanan personal
dari Khashoggi, bahkan bisa masuk ke dalam kasus community security jika para jurnalis
di Arab Saudi merasa tidak aman lagi atas profesinya. Penelitian ini penting karena dapat
memberikan pengetahuan tentang ketidakbebasan pers di Arab Saudi serta kaitannya
dengan konsep Human Security.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan bahwa pertanyaan riset yang
hendak dijawab adalah :
“Bagaimana kaitan antara kasus kemaitan Jamal Ahmad Khashoggi terhadap Human
Security?
C. Kerangka Teori
Dalam menganalisa studi kasus kematian Jamal Ahmad Khashoggi, peneliti
menggunakan teori Direct Violence dan Human Security. Direct Violence merupakan
kekerasan yang dilakukan secara fisik maupun verbal dengan meninggalkan luka yang
terlihat. Contohnya: pemberontakan, pembunuhan, genosida, ancaman dan teror dari
kelompok tertentu. Sedangkan Human Security merupakan sebuah konsep atau gagasan
sebagai dasar untuk menciptakan kebijakan dengan tujuan membebaskan manusia dari
rasa takut akan ancaman apapun.
D. Kajian Pustaka
Jamal Khashoggi merupakan seorang jurnalis Arab Saudi terkemuka yang lahir
pada 13 Oktober 1958 di Madinah, Saudi Arabia dan dilaporkan terbunuh di gedung
konsulat negaranya sendiri di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Khashoggi adalah seorang
jurnalis yang seringkali mengkritisi struktur pemerintahan. Menurutnya, seharusnya Arab
Saudi menerapkan sistem demokrasi dengan lebih baik dan utuh. (Oguz, dkk., 2018)
Pembunuhan Khashoggi di konsulat Saudi telah mencoreng citra putra mahkota
Mohammed Bin Salman di komunitas Internasional. Hal ini juga memicu penarikan
investasi secara massal dari Saudi KTT Future Investment Initiative (FII), juga disebut
Davos of The Desert. Selain itu, hal ini juga mempengaruhi pembuatan kebijakan Saudi.
(Bouoiyour dan Selmi, 2018)
Pasal 19 (2) International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)
bertujuan untuk menjamin hak setiap manusia untuk berekspresi tanpa perlu
dipersoalkan, pasal tersebut berbunyi: “Setiap orang berhak atas kebebasan berekspresi;
hak ini termasuk kebebasan untuk mencari, menerima, dan menyebarkan informasi dan
gagasan dalam bentuk apapun, tanpa memandang batas negara, baik secara lisan, tertulis
maupun cetak, dalam bentuk seni, atau melalui media yang dipilihnya.” (Apriliyanto dan
Yasa, 2018)
Human Security identik dengan nihilnya kematian, penyebaran penyakit,
penghentian pekerjaan, dan kekerasan fisik. Lebih jauh dari itu, Human Security
berurusan pada kehidupan manusia dan martabatnya. Human Security juga merupakan
gagasan yang berfokus pada manusia (people centred), bukan pada negara (state
centred). (Ashadi, 2019)
Kasus kematian Jamal Ahmad Khashoggi terjadi pada 2 Oktober 2018 ketika ia
diketahui masuk ke konsulat Saudi di Istanbul guna mengurus kelengkapan dokumen
untuk menikahi tunangan Turki-nya. Khashoggi mendatangi kedutaan bersama dengan
tunangannya yang menunggu di mobil. Setelah berselang 3 jam Khashoggi tidak kembali,
tunangannya menyadari bahwa Khashoggi hilang. (Omar, 2019)
E. Pembahasan
Seorang jurnalis berkebangsaan Arab Saudi, Jamal Ahmad Khashoggi dikabarkan
terbunuh di dalam gedung konsulat Arab Saudi di Turki. Sebagai jurnalis ternama,
Khashoggi kerap meliput kasus-kasus besar, termasuk invasi Afghanistan dan lahirnya
kembali pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden. Selama beberapa dekade, Khashoggi
dekat dengan keluarga kerajaan Saudi dan juga bertugas sebagai penasihat pemerintah.
Akan tetapi, beberapa waktu terakhir Khashoggi tidak disukai dan pergi mengasingkan
diri di Amerika Serikat pada 2017. Di Amerika, Khashoggi menjadi seorang penulis di
kolom Washington Post, dan ia menyampaikan kritik terhadap kebijakan Putra Mahkota
Mohhammed bin Salman, putra Raja Salman dan penguasa Arab Saudi. Kritik-kritik
yang kerap kali Khashoggi tuliskan dalam kolom Washington Post membuat pemerintah
Arab Saudi, terutama Putra Mahkota menyatakan Khashoggi sebagai penghianat bagi
negaranya sendiri.
Khashoggi tertangkap kamera CCTV telah memasuki lingkungan dan gedung
konsulat Arab Saudi untuk mengurus berkas pernikahannya pada 2 Oktober 2018 pukul
13:14 waktu setempat.(BBC News, 2019) Ia datang dengan tunangannya yang
berkebangsaan Turki menunggu di dalam kendaraan, Hatice Cengiz. 10 jam setelah
memasuki gedung tersebut, Hatice melaporkan bahwa Khashoggi tidak kunjung kembali.
Bahkan hingga ia datang ke kawasan konsulat lagi pada keesokan harinya, ia tidak dapat
menemukan keberadaan Khashoggi. Seluruh pihak di dalam gedung konsulat mengatakan
bahwa Jamal telah keluar dari gedung konsulat sejak kemarin. Selama lebih dari dua
minggu, pemerintah Arab Saudi mengatakan bahwa tidak mengetahui dimana keberadaan
Khashoggi. Pemerintahan Arab Saudi yang bertanggungjawab atas penyelidikan kasus ini
melalui Mohammed bin Salman menyatakan bahwa Khashoggi telah meninggalkan
kawasan konsulat setelah kurang lebih satu jam berada di dalamnya. Pemerintah Saudi
juga mengeluarkan pernyataan bahwa tidak ada fakta penyelidikan yang ditutup-tutupi.
Namun, pada tanggal 20 Oktober 2018 seorang jaksa penyelidik Saudi menyatakan
bahwa Khashoggi tewas dalam perlawanan upaya pengembalian dirinya ke Arab Saudi.
(Christiastuti, 2018) Menurut penyelidikan, Khashoggi tewas tercekik. Kemudian untuk
menutupi kesalahan, jasadnya dibungkus ke dalam karpet dan dibawa keluar dari
kawasan konsulat dengan kendaraan diplomatik.
Pemerintahan Saudi menjelaskan kematian Khashoggi sebagai ketidaksengajaan
dari tim khusus yang dikirimkan. Pada hari itu, seorang agen khusus bernama Maher
Mutreb berbicara kepada Khashoggi terkait pemulangannya ke Saudi. Anggota tim
khusus berusaha melumpuhkan Khashoggi dengan mencengkeram lehernya dari belakang
sambil menutup mulutnya untuk mencegah Khashoggi berteriak. Namun, atas pernyataan
pemerintah Saudi, dunia internasional tidak membenarkan upaya pemerintahan Saudi
untuk menutup-nutupi fakta tewasnya Khashoggi. Bahkan hal ini dianggap sebagai
sebuah operasi pembunuhan berencana yang tertangkap basah. Menteri Luar Negeri Arab
Saudi, Adel Al-Jubeir menyatakan kepada Reuters, “Aksi pembunuhan ini dilakukan di
luar lingkup otoritasnya dan kesalahan ini semakin menjadi-jadi ketika ada upaya untuk
menutup-nutupi. Hal ini tidak bisa diterima pemerintah manapun.” (Maharani, 2018)
Agnes Callamard dari Human Rights Council of United Nation yang ikut menyelidiki
kasus ini menyatakan bahwa menurut hasil analisis temuannya, pembunuhan Khashoggi
merupakan hasil dari perencanaan rumit yang melibatkan koordinasi sumber daya
manusia dan keuangan yang signifikan, diawasi, didukung, serta direcanakan oleh pejabat
tingkat tinggi untuk dapat menjalankannya.(United Nation of Human Rights, 2019)
Meminjam arti dari kekerasan menurut Johan Galtung, kekerasan merupakan
setiap kondisi fisik, emosional, verbal, institusional, struktural atau spiritual, juga
perilaku, sikap, kebijakan, atau kondisi yang melemahkan, mendominasi atau
menghancurkan diri kita sendiri dan orang lain.(Eriyanti, 2017) Pembunuhan Khashoggi
sendiri dapat dikategorikan ke dalam kekerasan langsung (Direct Violence) dikarenakan
kekerasan yang dialami oleh Khashoggi menggunakan kontak fisik antara subyek
kekerasan dengan obyek kekerasan sehingga menimbulkan luka fisik, bahkan membunuh
obyek kekerasan. Tentu saja tindakan pembunuhan tersebut tidak sesuai dengan konsep
Human Security dan jelas melanggar Personal Security.
Melihat konsep Human Security, pembunuhan Khashoggi dianggap gagal
menciptakan keamanan manusia dan menjadikan kehidupan manusia bermartabat.
Konsep Human Security pertama kali digagas oleh UNDP (United Nation Development
Programme) pada tahun 1994 yang menyatakan bahwa keamanan manusia mencakup 7
komponen, yaitu keamanan pangan (food security), keamanan ekonomi (economic
security), keamanan kesehatan (health security), keamanan lingkungan hidup
(environtmental security), kemanan personal (personal security), kemanan komunitas
(community security), dan keamanan politik (political security). Inti dari Personal
Security adalah proteksi setiap individu dari potensi tindakan kekerasan, baik dari aktor
individu, atau negara. Khashoggi sebagai jurnalis yang kerap mengkritisi pemerintah
rentan memiliki resiko tinggi terekspos pada segala bentuk tindak kekerasan.
Pemerintahan Arab Saudi sebagai negara yang seharusnya melindungi keamanan dari
warga negaranya tidak dapat menghadirkan keamanan manusia bagi Khashoggi. Bahkan
predikat Khashoggi sebagai jurnalis yang kerap mengkritik pemerintahan Arab Saudi dan
Putra Mahkota Mohammed Salman dapat membawanya dalam pembunuhan yang ‘tidak
disengaja’. Jika permasalahan ini ditarik lebih dalam, Community Security dari jurnalis
seperti Khashoggi juga dapat dikatakan terancam. Perlindungan terhadap jurnalis
kemudian menjadi perhatian global dikarenakan peningkatan kekerasan yang diterima
oleh jurnalis. Menyadari pentingnya keamanan dan kebebasan berekspresi dari jurnalis,
Sidang Umum PBB pada 29 Januari 2018 mengeluarkan resolusi Nomor A/ RES/ 72/ 175
tentang keamanan jurnalis dan isu impunitas. Resolusi menjadi dasar hukum bagi semua
jurnalis untuk mendapatkan perlindungan saat menjalankan tugasnya. Resolusi ini
diberlakukan dengan mengacu pada Universal Declaration of Human Rights (UDHR),
International Convention on Civil and Political Rights (ICCPR), dan International
Convention for the Protection of All Persons from Enforced Disappearance (ICPPED).1

1
United Nation General Assembly, A/ RES/ 72/ 174, A/RES/72/175 - E - A/RES/72/175 -Desktop
(undocs.org) diakses pada 12 Desember 2020.
F. Kesimpulan
Seorang jurnalis berkebangsaan Arab Saudi, Jamal Ahmad Khashoggi dikabarkan
terbunuh di dalam gedung konsulat Arab Saudi di Turki. Di Amerika, Khashoggi menjadi
seorang penulis di kolom Washington Post, dan ia menyampaikan kritik terhadap
kebijakan Putra Mahkota Mohhammed bin Salman, putra Raja Salman dan penguasa
Arab Saudi. Kritik-kritik yang kerap kali Khashoggi tuliskan dalam kolom Washington
Post membuat pemerintah Arab Saudi, terutama Putra Mahkota menyatakan Khashoggi
sebagai penghianat bagi negaranya sendiri. Pemerintahan Saudi menjelaskan kematian
Khashoggi sebagai ketidaksengajaan dari tim khusus yang dikirimkan. Namun, atas
pernyataan pemerintah Saudi, dunia internasional tidak membenarkan upaya
pemerintahan Saudi untuk menutup-nutupi fakta tewasnya Khashoggi. Bahkan hal ini
dianggap sebagai sebuah operasi pembunuhan berencana yang tertangkap basah. Melihat
konsep Human Security, pembunuhan Khashoggi dianggap gagal menciptakan keamanan
manusia dan menjadikan kehidupan manusia bermartabat. Personal Security tidak
didapatkan oleh Khashoggi sebagai warga negara Arab Saudi. Jika permasalahan ini
ditarik lebih dalam, Community Security dari jurnalis seperti Khashoggi juga dapat
dikatakan terancam. Menanggapi hal ini, Sidang Umum PBB pada 29 Januari 2018
mengeluarkan resolusi Nomor A/ RES/ 72/ 175 tentang keamanan jurnalis dan isu
impunitas.

Daftar Pustaka
Alpaslan Oguz, Edebali Murat Akca, dan Muhammad Luthfi Turkcan. (2018). Murder in a
Consulate: The Killing of Jamal Khashoggi. TRT World Research Centre, 5-22.
Ashadi, W. (2018). Human Security dan Islam: Studi Kasus Kematian Jamal Ahmad
Khashoggi. Dauliyah, 4 No.2, 50-65.
BBC News. (2019). Jamal Khashoggi: All You Need to Know about Saudi Journalist's
Death. From https://www.bbc.com/news/world-europe-45812399
Christiastuti, N. (2018, Oktober 22). Pejabat Saudi: Khashoggi Tewas Dicekik Lalu
Jasadnya Dibuang. From Detik News: https://news.detik.com/internasional/d-
4267427/pejabat-saudi-khashoggi-tewas-dicekik-lalu-jasadnya-dibuang/2
Eriyanti, L. D. (2017, April-September). Pemikiran Johan Galtung tentang Kekerasan
dalam Perspektif Feminisme. JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL, 6, 3-4.
Retrieved Desember 12, 2020 from
https://media.neliti.com/media/publications/228968-pemikiran-johan-galtung-
tentang-kekerasa-c0792310.pdf
Jamal Bouiyour, dan Refk Selmi. (2018). The Gruesome Murder of Jamal Khashoggi:
Saudi Arabia's New Economy Dream at Risk? 1-18.
Maharani, T. (2018, Oktober 22). Menlu Saudi: Pembunuhan Khashoggi Bagian dari
Operasi Kejahatan. From Detik News: https://news.detik.com/internasional/d-
4266918/menlu-saudi-pembunuhan-khashoggi-bagian-dari-operasi-kejahatan
Migel Apriliyanto, dan Made Maharta Yasa. (2018). Khashoggi Case and The Issue of
Human Rights Protection of Journalist. Journal Kertha Patrika, 40 No.3, 131-140.
Omar, I. (2019). Khashoggi's Death and It's Repercussions on The Saudi Position with
Turkey. No.224, 3-14.
United Nation of Human Rights. (2019, Juni 19). Khashoggi Killing: UN Human Rights
Expert Says Saudi Arabia is Responsible for 'Premediated Execution'. From
United Nation of Human Rights:
https://www.ohchr.org/EN/NewsEvents/Pages/DisplayNews.aspx?
NewsID=24713

Anda mungkin juga menyukai