1. PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam undang – undang
dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya.
Di dalam UU Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, disebutkan bahwa rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan
kehidupan social ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang
lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi
– tingginya. Juga merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan rawat darurat.
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Untuk menjalankan tugasnya tersebut diatas, maka salah satu fungsi rumah sakit
adalah peneyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
2. LATAR BELAKANG
Di dalam rencana anggaran dan belanja Rumah Sakit dr. Agung, program pendidikan
dan pelatihan dirumuskan dalam kode rekening dengan sebutan program peningkatan
kapasitas sumber daya aparatur. Walaupun Rumah Sakit dr. Agung memiliki komitmen yang
tinggi pada program pendidikan dan pelatihan namun pada tahun 2016, prosentase anggaran
pendidikan dan pelatihan dibandingkan anggaran belanja barang dan jasa baru sebesar 0,97%,
hal ini memang terkait dengan keterbatasan dana. Sedangkan persentase realisasi usulan
program pendidikan dan pelatihan dibandingkan dengan anggaran yang disetujui, sebesar
44%.
Usulan pembiayaan program pendidikan dan pelatihan pada tahun 2017, mengacu
pada rencana capaian akreditasi tahun 2017 yakni mempersiapkan penilaian akreditasi versi
2012 dengan 4 Pokja. Selain itu juga menindaklanjuti analisis pencegahan dan pengendalian
infeksi, dan capaian standar pelayanan minimum Rumah Sakit dr. Agung. Sehingga setelah
dilakukan perhitungan maka kebutuhan dana program pendidikan dan pelatihan tahun 2017
sebesar Rp 150.000.000,-
Agar kegiatan pendidikan dan pelatihan tahun 2017 dapat tercapai sesuai dengan yang
telah ditetapkan, maka diperlukan adanya acuan yang dapat dipergunakan sebagai dasar
pelaksanaan yakni dengan disusun program pendidikan dan pelatihan tahun 2017.
1
3. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
a. Tujuan Umum
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas klinis dan non klinis Rumah Sakit
dr. Agung Kota Bima.
b. Tujuan Khusus
1) Petugas memahami pengelolaan CSSD
2) Petugas memahami pengelolaan PONEK
3) Petugas memahami basic advance EKG
4) Petugas memahami pengelolaan BCLS
5) Petugas memahami Implementasi Komite Keperawatan Dalam Persiapan Akreditasi
RS Versi 2012
6) Petugas memahami Tentang Konsep Akreditasi
7) Petugas memahami Pengelolaan Suction
8) Petugas memahami tentang PPI IPCN
9) Petugas memahami tentang K3
10) Petugas memahami tentang BHD
11) Petugas memahami cara komunikasi yang baik
12) Petugas memahami tentang APAR
13) Petugas memahami tentang disaster plan
b. Rincian Kegiatan
Rincian kegiatan sesuai dengan yang direncanakan pada tahun 2017 meliputi :
1). Pelatihan bagi tenaga medis dan tenaga lainnya, meliputi
a). Pelatihan Bagi Perawat Dan Bidan
- Pelatihan Manjemen Bangsal
- Pelatihan Code Blue
- pelatihan Penggunaan Spill Kit
- Pelatihan IPCN
2
b). Pelatihan Bagi Tenaga Kesehatan Lainnya
- Pelatihan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
- Pelatihan Kalibrasi Alat Kesehatan
- Pelatihan disaster plan
Peserta
a. Kepala bidang/ kepala seksi keperawatan
b. Perawat / bidan bangsal/ penanggung jawab bangsal
3
c. Perawat / bidan fungsional yang dipersiapkan untuk menjadi kepala bangsal
d. Perawat / bidan yang diberikan tugas sebagai penanggung jawab sift jaga, perawat
duty manager atau sebutan lain yang memiliki tugas dan tanggung jawab
Narasumber
a. Endri Astuti, S.Kep Ns. MPH
b. Patricia Suti Lasmani, S.Kep Ns
Peserta
Peserta yang mengikuti pelatihan ini perawat dan dokter jaga UGD.
4
Waktu dan Tempat
Waktu :
Tempat : Aula RSUP NTB
Metode
a. Ceramah
b. Demonstrasi/ praktek
c. Diskusi
d. Tanya jawab
Narasumber
Narasumber dalam sosialisasi pemasangan suction yang benar dan aman yaitu
tim PPI dan IPCN RS Dr. Agung Kabupaten Lombok Timur.
Biaya
Pembiayaan bersumber dari dana RAB Rumah Sakit Dr. Agung Kabupaten
Lombok timur.
1) Training IPCN
Latar belakang
IPCN atau perawat pencegahan dan pengendali infeksi yang bekerja khusus
dibidang infeksi atau berhubungan dengan infeksiyang terjadi akibat pemberian
pelayanan kesehatan baik dirumah sakit maupun dipelayanan kesehatan lainnya.
Healthcare associated infections (HAIs) merupakn global issusaat ini.
Dampak HAIs dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, yang merugikan
pasien atau rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, bahkan dapat
menjadutuntutan bagi rumah sakit.
Undang-undang no 36 tahun 2009 dan undang-undamng no 44 menyatakan
bahwa setiap pasien yang masuk Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
harus dapat memberikan pelayanan yang aman. Salah satu upaya agarpasien aman
dengan menerapkan patient safety. Tujuan kelima patient safety adalah
menurunkan resiko HAIs.
Sesuai dengan SK Menkes 2007 bahwa rumah sakit harus melaksanakan
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), dan memiliki IPCN dengan
perbandingan IPCN dengan tempat tidur adalah 1 : 100-150 TT.
Tujuan
Diharapkan dengan adanya pelatihan IPCN ini, petugas yang dikirim
mampu mentransfer ilmu yang didapatkan kepada rumah sakit dan mampu
menjalankan tugasnya dengan lebih baik lagi.
5
Peserta
Peserta pelatihan IPCN ini merupakan peserta yang telah ditunjukdan dapat
menghasilkan hasil yang lebih baik.
Waktu dan tempat
Waktu :13- 19 maret 2106
Tempat : Wisma harapan kita bidakara Jakarta
Metode
Ceramah, diskusi, praktek, simulasi, role play
Narasumber
PERSI
Biaya
Pembiayaan bersumber dari dana RAB Rumah Sakit Dr. Agung Kabupaten
Lombok Timur
Tujuan
a. Tujuan Umum
Peserta memahami pengelolaan limbah B3 dan air medis rumah sakit.
b. Tujuan Khusus
a) Peserta memahami kebijakan/ dasar hokum pengelolaan limbah B3 rumah
sakit.
b) Peserta dapat mengolah limbah B3 rumah sakit (padat, cair dan gas) dengan
tepat.
c) Peserta dapat mengevaluasi tingkat pencemaran limbah B3
d) Peserta memahami proses pengelolaan air medis
e) Peserta dapat mengetahui standar baku mutu air medis
6
f) Peserta dapat melakukan pemeriksaan kualitas effluent limbah, abu pasca
bakar, dan air medis secara sederhana.
Materi
a. Dasar hukum dan tata laksana pengelolaan limbah B3 Rumah sakit
b. Macam pengelolaan limbah B3 rumah sakit (padat, cair dan gas)
c. Pengelolaan air medis rumah sakit
d. Standar baku mutu hasil pengelolaan limbah B3 dan air medis rumah sakit.
e. Monitoring kualitas hasil pengelolaan limbah B3 dan air medis rumah sakit.
f. Praktek operasional lapangan
g. Praktek laboratorium
Narasumber
Narasumber telah disediakan oleh panitia
Syarat peserta
a. Pendidikan : Sanitarian ( D1/D3/SKM)
b. Pengalaman kerja tidak mutlak
c. Daya tamping : 10 Peserta atau angkatan
d. Minimal Peserta : 5 peserta
Biaya pelatihan
Rata-rata biaya perorangan Rp. 750.000.- (Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah).
7
b. Pelatihan Kalibrasi Alat Kesehatan
Latar belakang
Di dalam ISO/IEC 17025:2008 disebutkan bahwa kegiatan kalibrasi dilakukan
oleh personil yang memiliki keahlian dibidang kalibrasi. Hal ini dapat dicapai salah
satunya dengan mengikut sertakan personil yang terlibat dalam kegiatan kalibrasi
untuk mengikuti pelatihan yang sesuai dengan bidang tugasnya.
Dalam kegiatan pengukuran kalibrasi memegang peranan penting. Dengan
kalibrasi dapat diketahui berapa nilai penujukan yang sebenarnya dari alat ukuryang
kita gunakan.
Dibidang produksi pengukuran yang dilakukan dengan benar akan menghasilkan
data yang akurat dan tertulusur pada akhirnya akan meningkatkan mutu produk yang
dihasilkan, menurunkan biaya produksi, serta meningkatkan produktivitas.
Hasil pengukuran yang baik dipengaruhi oleh factor-faktor diantaranya :alat
standar yang digunakan, perlakuan terhadap alat yang akan dikalibrasi, prosedur
kalibrasi, cara pengambilan data, dan perhitungan ketidak pastian hasil pengukuran.
Tujuan
Diharapkan denganadanya pelatihan kalibrasialat kesehatan petugas dapat
mampu mengetahui berapa nilai penunjukan yang sebenarnya darialat ukuryang kita
gunakan.
Narasumber
Materi pelatihan disampaikan oleh para pengajar yang sudah berpengalaman dibidang
kalibrasi.
Materi Pelatihan
a. Pelatihan tekhnik pengukuran dan kalibrasi suhu
a) Pengantar SNI ISO/IEC17025:2008
8
b) Pengertian kalibrasi/metrology dan ketertelusuran
c) Pengertalian kalibrasi dan tekhnik pengukuran besaran suhu
d) Konsep ketidak pastian pengukuran
e) Tekhnik kalibrasi besaran suhu
f) Praktek kalibrasi besaran suhu
g) Praktek perhitungan dan ketidak pastian
h) Hasil pengukuran besaran suhu
i) Praktek pelaporan dan pembuatan sertifikat kalibrasi
f. Paket pelatihan
1. Pelatihan dengan materi sesuai dengan kebutuhan instansi/ perusahaan
2. Biaya pertopik pelatihan perhari Rp. 7.500.000
3. Peserta maksimal 10 orang/ topic pelatihan
4. Tempat pelatihan dapat dilaksanakan di instansi/ perusahaan masing-masing.
Dengan catatan biaya akomodasi, transfortasi, dan konsumsi untuk pengajar/
instruktur ditanggung oleh instansi/ perusahaan yang bersangkutan.
Fasilitas
a. Training KIT (Tas, alat tulis, dan buku catatan)
b. Modul pelatihan (hardcopy dan softcopy)
c. Sertifikat
d. Laboratorium kalibrasi yang terakreditasi
e. Komite Akreditasi Nasional (KAN)
f. Ruangan pelatihan yang nyaman
g. Makan siang dan 2 kali kudapan
h. Fasilitas computer internet
Pendaftaran
Biaya pelatihan ditransfer : PT. Bank BNI Cabang ITB Jln. Taman sari
bandung no. Rekening 0028677877 an. UPT BPI LIPI formulir pendaftaran dan
bukti transfer dikirim via fax ke (022) 2504577.
Pendaftaran dilakukan setiap hari kerja senin-jumat pukul 07.30-16.00 WIB.
Penutupan pendaftaran dan konfirmasi keikutsertaan pesertapaling lambat 4 hari hari
sebelum pelaksanaan pelatihan.
Tujuan
a. Umum
Terciptanya pelayanan pusat sterlisasi yang berkualitas dalam upaya
pencegahan dan pengembalian infeksi di rumah sakit (HAIs).
b. Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, diharapkan peserta :
1. Memahami pentingnya pencegahan dan pengendalian infeksi dirumah sakit.
2. Memahami peran, fungsi dan tanggung jawab pelayanan CSSD dalam PPI.
3. Mengerti dan terampil dalam melakukan kegiatan CSSD, Inventory,
dokumentasi dan pemeliharaan alat.
Peserta
Manajer/ staf CSSD, dokter spesialis, dokter umum, apoteker, perawat, bidan
dan tenaga non medis lainnya.
Narasumber
Kementrian kesehatan RI, PIPSI, PAMKI, PERDALIN, HIPKABI dan profesi lain.
Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melaksanakan tugas sebagai
Satuan Pemeriksaan Internal di Rumah Sakit dengan baik.
b. Tujuan khusus
setelah mengikuti pelatihan ini, peserta dapat :
1. Menjelaskan Good Corporate Governance
2. Menjelaskan Satuan Pengendali Intern (SPI) Rumah Sakit
3. Menjelaskan Audit Internal dan Eksternal Rumah Sakit
4. Melakukan kegiatan Audit Internal Dasar Rumah Sakit
12
5. Menyusun laporan hasil Audit dan Kewajiban Tindak Lanjut
Peserta
a. Direktur dan wakil direktur RS
b. Satuan Pemeriksa Internal RS
c. Manajer keuangan, pelayanan, penunjang, SDM, Umum, dll
d. Pejabat piñata usahaan barang, keuangan, SDM, dll
e. Unit terkait
Investasi
a. Paket A : sekamar sendiri dengan biaya investasi per orang sebesar Rp.
4.000.000,- (empat juta rupiah)
b. Paket B : sekamar berdua denga investasi per orang sebesar Rp. 3.250.000,- (tiga
juta dua ratus lima puluh ribu rupiah)
c. Paket C : bila tidak menginap di hotel, biaya investasi per orang sebesar
2.750.000,- (dua juta tujuh ratus lima pulu ribu rupiah).
Narasumber
a. Dr. kuntjoro Adi Purjanto, M.kes
Ketua Umum ARSADA, Dewan Pengawas pada RS pusat, Dewan
Pengawas pada RSD, Tim Penyusun Kebijakan PK BLUD Kementerian Dalam
Negeri, Surveyor Akreditasi RS, Narasumber berbagai Pelatihan Tingkat
Nasional.
b. Dr. Heru Ariyadi, MPH
Sekretaris Jenderal ARSDA, Dewan Pengawas pada RSD, Tim Penyusun
Kebijakan PK BLUD Kementerian Dalam Negeri, Surveyor Akreditasi RS,
Narasuber berbagai pelatihan tingkat nasional, Komite Keselamatan pasien
Rumah Sakit.
13
c. Drs. Sutirto Basuki, SpKK, MKes
Bendahara PP ARSADA, Mantan Wakil Direktur Pelayanan RSUD
Tarakan, mantan Kepala SPI RSUD Tarakan , Surveyor Akreditasi RS.
c. Workshop Akreditasi
Latar Belakang
Perubahan sistem dan konsep akreditasi di dunia perlu diikuti pula oleh komisi
Akreditasi Rumah Sakit Indonesia, karena itu akreditasi dengan standar pelayanan
fokus kepada provider, mulai tahun 2012 berubah menjadi berfokus kepada pasien.
Standar akreditasi yang dikembangkan tersebut mengacu dengan standar dari Joint
Commission International (JCI) yang terdiri dari 2 kelompok yaitu standar pelayanan
berfokus kepada pasien dan standar manajemen rumah sakit. Dengan berbagai
pertimbangan standar akreditasi tersebut dijadikan menjadi 3 kelompok yaitu standar
pelayanan berfokus ke pasien, standar manajemen rumah sakit dan sasaran
keselamatan pasien, yang awalnya merupakan standar pelayanan berfokus kepada
pasien. Dengan sasaran keselamatan pasien menjadi kelompok tersendiri diharapkan
dapat lebih memacu rumah sakit untuk menerapkan program keselamatan pasien di
rumah sakit. Di sisi lain, dengan adanya komitmen Negara Indonesia untuk mencapai
MDGs, dimana bidang kesehatan menjadi salah satu kontributor pencapaian MDGs,
maka standar JCI tersebut ditambah satu kelompok yaitu sasaran program MDGs.
Harus diakui, perubahan standar perlu diikuti pula perubahan pola pikir dan
budaya di rumah sakit dari yang berorientasi kepada pasien.
Standar KARS 2012 mengadaptasi standar JCI, pada pelaksanaannya, terdapat
rumah sakit yang kesulitan menerapkan seluruh Bab dalam standar sekaligus,
disebabkan karena keterbatasan sumber daya khususnya sumber daya manusia,
untuk Rumah Sakit Kelas D Pratama, Kelas D dan Kelas C tanpa pelayanan Sub
Spesialis dengan jumlah TT dibawah 100. Sehingga diperlukan kebijakan khusus
agar mereka dapat menerapkan standar akreditasi versi 2012 secara bertahap, dengan
keluarnya Keputusan KARS Nomor: 1666/KARS/X/2014 tanggal 1 Oktober 2014,
tentang Penetapan Status Akreditasi Rumah Sakit, dimana terdapat program khusus
dengan sertifikat kelulusan PERDANA. Untuk itu diperlukan pedoman dan panduan
penerapan akreditasi khusus untuk Bab SKP, HPK, PPI dan KPS.
Dalam rangka sosialisai standar dan untuk membantu rumah sakit dalam
memahami dan bagaimana mengimplementasikan standar maka Komisi Akreditasi
Rumah Sakit menyediakan paket workshop yang dapat diselenggarakan di rumah
sakit dan di rancang sesuai kebutuhan rumah sakit.
14
Tujuan
a. Umum
Terwujudnya peningkatan mutu dan keselamatan pasien, melalui
implementasi standar akreditasi versi 2012 terutama program khusus yang
meliputi Bab SKP, HPK, PPI dan KPS.
b. Khusus
1. Meningkatnya pemahaman para praktisi RS terhadap standar akreditasi versi
2012 terutama program khusus yang meliputi Bab SKP, HPK, PPI dan KPS
2. Meningkatnya Implementasi oleh RS terhadap standar akreditasi versi 2012
terutama program khusus yang meliputi Bab SKP, HPK, PPI dan KPS
3. Meningkatnya Implementasi sasaran keselamatan pasien di rumah sakit.
Peserta Workshop
1. Staf RS yang terlibat dalam upaya peningkatan mutu.
Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan Workshop di Jakarta
Waktu Pelaksanaan
Workshop dilaksanakan pada bulan agustus 2016
Materi Workshop
1. Perubahan paradigma akreditasi rumah sakit (konsep akreditasi, metode telusur
dan sistem skoringnya)
2. Sasaran keselamatan pasien
3. Hak Pasien dan Keluarga
4. Kualifikasi Pendidikan Staf
5. Pengendalian dan pencegahan infeksi
Catatan : Semua materi dilengkapi dengan contoh dokumen, implementasi dan
telusur
15
Narasumber
Narasumber telah disediakan oleh panitia pelaksana.
Metode Workshop
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
Biaya
Biaya pelatihan bersal dari dana RAB Rumah Sakit Dr. Agung Kab. Lombok timur.
Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah mengikuti pembelajaran/ pelatihan ini diharapkan peserta mampu
dan terampil dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang akhirnya
akan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan
b. Tujuan khusus
16
Setelah mengikuti pembelajaran/ pelatihan ini diharapkan peserta mampu
memahami dan meningkatan pengetahuan serta Keterampilan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dengan memperhatikan kemanan dan keselamatan
pasien serta kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas sendiri :
(mengidentifikasi kejadian tidakterduga, langkah-langkah menerapkan
pelaksanaan pasien safety dan K3 di RS).
Peserta
Peserta adalah SDM (dokter, perawat dan bidan) dilingkungan Rumah Sakit
Dr. Agung Kabupaten Lombok Timur yang telah ditunjuk sesuai kebutuhan dan
bidang tugas masing-masing SDM, dengan memperhatikan/ mengatur agar
pelayanan kepada masyarakat tetap dapat berjalan seperti biasa.
Narasumber
Narasumber worshop ini telah disediakan oleh panitia penyelenggara workshop.
Biaya
Pembiayaan bersumber dari dana RAB Rumah Sakit Dr. Agung Kabupaten
Lombok Timur.
Tujuan
a) Tujuan umum
Peserta mampu memahami, merencanakan dan melakukan Bantuan Hidup
Dasar (BHD) pada penaggulangan penderita gawat darurat.
b) Tujuan khusus
1. Peserta memahami tentang penanggulangan kegawatdaruratan pada kasus
internis
2. Peserta dapat mengetahui, memahami dan mampu melakukan pertolongan
kegawatdaruratan pada kasus bedah (jalan nafas, kegawatan nafas,
kegawatan sirkulasi dan kegawatan otak/ kesadaran) pada penderita dewasa.
3. Peserta dapat mengetahui, memahami dan mampu melakukan pertolongan
kegawatan pada kasus kegawatan anak dan bayi / neonatus (jalan nafas,
kegawatan nafas, kegawatan sirkulasi dan kegawatan otak/ kesadaran).
4. Peserta dapat mengetahui, memahami dan mampu melakukan pertolongan
kegawatan pada kasus kegawatan obstetry and gynecology (jalan nafas,
kegawatan nafas, kegawatan sirkulasi dan kegawatan otak/ kesadaran).
5. Peserta dapat mengetahui, memahami dan mampu memberikan Bantuan
Hidup Dasar (BHD)/ resusitasi jantung paru (RJP) pada penderita gawat
darurat (bayi dan dewasa) baik dengan alat maupun tampa alat bantu.
Peserta
Terdiri dari perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya dengan jumlah peserta
149 orang, yang ditunjuk dari masing-masing unit, dengan ketentuan belum pernah
mengikuti pelatihan sejenis minimal dalam waktu 1 tahun terakhir.
Metode
18
1. Pre Test
2. Penyampaian materi
3. Demonstrasi/praktek
4. Tanya jawab
5. Post test
Narasumber
Terdiri dari tenaga ahli/ dokter spesialis dan tenaga perawat terampil
bersertifikat BCTLS dan ACTLS, EKG, RESUSITASI. Serta mempunyai
kemampuan kedaruratan lainnya.
Biaya
Pembiayaan bersumber dari dana RAB Rumah Sakit Dr. Agung Kabupaten
Lombok timur.
f. Komunikasi Efektif
Latar belakang
Mengingat amanat UUD Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit dalam pasal 40 disebutkan bahwa Rumah Sakit wajib melakukan
akreditasi minimal 3 tahun sekali. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit. Oleh karena itu RSI Namira sebagai salah satu rumah sakit
swasta yang berkomitmen dalam peningkatan mutu layanan rumah sakit akan
melakukan proses akreditasi. Penilaian akreditasi dilakukan oleh tim independen yakni
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
Komisi Akreditasi Rumah Sakit dalam melakukan proses akreditasi memiliki
berbagai komponen penilaian. Salah satu hal yang sangat ditekankan dalam proses
akreditasi adalah Patient Safety atau Keselamatan Pasien. Keselamatan pasien rumah
sakit sendiri telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691 tahun
2011. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa ada beberapa poin sasaran keselamatan
pasien Rumah Sakit yaitu ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi
efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi tepat
prosedur dan tepat pasien operasi, pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan serta pengurangan resiko pasien jatuh.
Dari beberapa sasaran diatas, tentunya peningkatan komunikasi efektif
menjadi salah satu poin yang perlu dilakukan segera karena tercapainya sasaran ini
tidak dapat terlepas dari kemampuan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit.
Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan pelatihan Komunikasi Efektif adalah :
1. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit
2. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan komunikasi yang efektif
19
3. Terpenuhinya sasaran penilaian akreditasi
Peserta
Peserta yang mengikuti pelatihan komunikasi efektive ini bejumlah 40 orang
peserta yang mewakili masing-masing unit.
Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
Narasumber
Fernando Wahyu Sitompul, S.Psi, CH, Cht
Materi pelatihan
Adapun materi pelatihan komunikasi efektif yang disampaikan yaitu :
1. Konsep dasar komunikasi
2. Komunikasi dalam tim
3. Teknik membangun komunikasi efektif pasien dan antar petugas
4. Komunikasi dan harapan pelanggan
5. Hubungan komunikasi dan loyalitas pelanggan
6. Komunikasi yang empati
h. Pelatihan APAR
Latar Belakang
Training APAR alat pemadam api ringan diselenggarakan oleh BMD street
consulting secara public dan inhouse. Perkembangan tekhnologi kini memacu
timbulnya berbagai resiko kecelakaan kerja, salah satunya yang terbesar adalah
kebakaran. Seperti yang kita ketahui peristiwa kebakaran dapat terjadi kapanpun dan
dimanapun. Tidak ada ruang ataupun lingkungan yang terbebas dari resiko
kebakaran, dimana peristiwa tersebut dapat mengakibatkan korban materi serta
adanya korban jiwa maupun kerugian lain secara tidak langsung. Sehingga alangkah
bijaksannya kita untuk selalu siaga dengan menyediakan alat pemadam kebakaran.
Alat pemadam api ringan adalah alat pemadam api yang portebel dan mudah dibawa,
cepat dan tepat didalam penggunaan penggunaan untuk awal kebakaran. Selain itu
pula karena bentuknya yang portable dan ringan sehingga mudah mendekati daerah
kebakaran. Oleh karena itu cara penggunaan APAR dan pemahaman terhadapap
20
fungsi-fungsi serta bagaimana mangemen penggunaan alat pemadam api ringan serta
tata letak APAR penting diketahui oleh setiap karyawan di sarana pelayanan
kesehatan karena fungsinya untuk penanganan dini dalam menangani kebakaran bias
semaksimal mungkin.
Manfaat
Setelah mengikuti training APAR ini, diharapkan peserta mampu
a. Memahami fungsi alat pemadam kebakaran
b. Mampu menggunakan APAR yang benar dan tepat
c. Mampu menganalisa factor- factor kebakaran
d. Mampu mendesign management APAR disarana pelayanan kesehatan
Materi Pembahasan
a. Klasifikasi kebakaran
b. Jenis-jenis media pemadam
c. Tekhnik pemadam api
d. Fire Classes
e. Anatomi tabung pemadam kebakaran
f. Fire Extinguiher applications
g. Fire Extinguiher Summary
h. Fire Extinguiher Response
i. Criteria keputusan Firefighting
j. Fighting the Fire
Narasumber
Narasumber telah disediakan oleh panitia
Biaya
Biaya pelatihan ini berasal dari dan RAB Rumah Sakit Dr. Agung
i. Training Disaster Plan
Latar Belakang
Training management bencana atau disaster management dalam setiap kasus
darurat atau bencana yang cendrung biasanya terjadi adalah masalah kepanikan
sehingga upaya pencegahan macet tidak efektif bahkan memperburuk keadaan
darurat itu sendiri. Biasanya dalam keadaan atau kondisi bencana setiap orang atau
21
unit kerja tidak terkoordinasi dengan baik yang dapat menyebabkan kerugian
bencana dan kerusakan menjadi lebih parah.
Untuk itu kita perlu strategi untuk organisasi atau unit yang ditunjuk untuk
mengelola dan mengembangkan rencana terhadap kemungkinan terjadinya keadaan
darurat dan bencana yang mungkin terjadi secara terpadu, sistematis, terkoordinasi
dan terlatih melalui pelatihan tertentu” disaster manajemen/ management bencana.”
Tujuan
1. Memahami konsep manajemen darurat sehingga efektif kontrol yang dapat
dilakukan dengan cepat dan akurat.
2. Memahami konsep proses kesiapsiagaan darurat dan sistem untuk
mempersiapkan darurat kesiapan sitem ditempat kerja.
3. Mencegah kesimpangsiuran dalam menghadapi keadaan emergency.
4. Sebagai upaya untuk meminamalkan dan mencegah terjadinya korban jiwa,
kerusakan harta benda/ aset perusahaan dan lingkungan kerja akibat kecelakaan
atau becana.
5. Peserta mampu untuk membuat analisa terhadap kebutuhan akan situasi gawat
darurat diperusahaan.
6. Mampu mempersiapkan skenario serta peralatan pendukung baik pasif dan aktif
didalam mengendalikan kondisi darurat atau becana.
7. Mengkoordinasikan upaya penaggulangan kedaan darurat baik secara internal
maupun eksternal sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas dalam
pengendaliannya.
Metode Pelatihan
Training manajemen bencana atau disaster management dimaksud untuk
melatih dan mengembangkan kemampuan eksekutif perusahaan dalam menghadapi
suatu bencana yang meliputi berbagai aspek antara lain:
Konsep dasar bencana
Regulasi bencana diindonesia
Jenis –jenis bencana
Standar menejemen bencana NFPA 1600
Elemen disaster management
Strategi pengembangan disaster management
Analisa resiko bencana (ARISCANA)
Organisasi dan komunikasi emergency
Emergency response plan
Tugas dan tanggung jawab petugas tanggap darurat
Pree- planning
Penyusunan prosedur tanggap darurat
Audit manajemen bencana
Table exsercie simulation
22
Studi kasus
Trainer
Dr. Hasri dinirianti, MARS
Yohan samudra, MD
Dr. Syifa silviana
Durasi
2 hari (efektif 14 jam 09.00-16.00)
Fasilitas
Sertifikat, modul(hard/ soft copy), training kit (blocknote, ballpoint), jacket, tas
ransel, 2 x lunch, 2 x coffe break/ hari, foto bersama seluruh peserta, dilaksanakan
dihotel berbintang.
24
b) Untuk mengetahui out come pelatihan
Untuk mengetahui out come pelaksanaan pelatihan diperlukan monitoring
perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta antara sebelum dan sesudah
pelatihan, monitoring ini dapat dilaksanakan 1 bulan setelah pelaksanaan kegiatan.
Untuk kebutuhan monitoring ini, diperlukan ceklist yang meliputi :
1. Penerapan pengetahuan yang telah diperoleh
2. Memintapendapat teman satu kerja terkait kinerja peserta pelatihan
3. Meminta pendapat atasan langsung terkait kinerja peserta pelatihan
7. SASARAN
Sasaran kegiatan pendidikan dan pelatihan tahun 2016 adalah
a. Terlaksana pendidikan dan pelatihan bagi tenaga klinis dan non klinis sebanyak 45%
dari kegiatan yang sudah diusulkan.
b. Terlaksana pendidikan dan pelatihan bagi tenaga klinis dan non klinis sebesar 15 jam
perorang pertahun.
8. SCHEDULE (JADWAL)PELAKSANAAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan dimulai dari bulan januari sampai dengan desember
2016, dengan penjabaran sebagai berikut
NO Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pelatihan APAR
2 Pelatihan BHD
3 Pelatihan BCLS
4 Pelatihan IPCN
5 Pelatihan satuan pengawas intern
RS
5 Pelatihan EKG
6 Pelatihan B3
7 Komunikasi efektive
8 Workshop akreditasi
9 Pelatihan PONEK
10 Workshop K 3
11 Pelatihan suction
12 Pelatihan kalibrasi alat kesehatan
13 Workshop implementasi komite
keperawatan
14 Pelatihan management bangsal
15 Inhouse training IPCLN
25
16 Pelatihan disaster plan
26
pendidikan dan pelatihan kemudian dokumen akan dikirim kepada kepalabidang dan
kepala bagian tata usaha.
Laporan kegiatan program tahunan disusun dengan format sebagai berikut:
a) Pendahuluan
b) Latar belakang
c) Tujuan umum dan tujuan khusus
d) Kegiatan yang terlaksana
e) Hasil kegiatan (out put dan out come)
f) Kesimpulan dan saran
c. Evaluasi kegiatan
Evaluasi kegiatan dilakukan setiap tahun sekali dengan memaparkan laporan
kegiatan tahunan.
27