Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

HIV/AIDS

DIBUAT OLEH :

ENDANG SAFITRI
NIM. 203001090028

PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN 2021
A. Definisi

HIV adalah virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS).

Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetic, mereka dari

RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang

merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari RNA & DNA dan transflasi dari

RNA ke protein pada umumnya (Murma, et.al,1999).

Infeksi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel

darah putih infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan

tubuh secara progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker

tertentu (terutama pada orang dewasa) (Bararah dan Jauhar, 2013).

B. Pengkajian

1. Identitas Klien

Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama,

pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR

2. Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit

Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten, nyeri panggul, rasa

terbakar saat miksi, nyeri saat menelan, penurunan BB, infeksi jamur di mulut,

pusing, sakit kepala, kelemahan otot, perubahan ketajaman penglihatan,

kesemutan pada extremitas, batuk produkti / non

3. Riwayar Kesehatan

 Riwayat Kesehatan Sekarang

Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV

AIDS adalah : pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien

yang memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam,


pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan

drastis.

 Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya

riwayat penggunaan narkotika suntik, hubungan seks bebas atau

berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh

penderita HIV/AIDS

 Riwayat kesehatan keluarg

Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua

yang terinfeksi HIV. Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat

pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja di tempat hiburan malam,

bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial)

4. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)

a. Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat

Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau

gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian,

BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang lemah, pasien kesulitan

melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh

keluarga atau perawat.

b. Pola Nutrisi

Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu

makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami

penurunan BB yang cukup drastis dalam waktu singkat (terkadang lebih dari

10% BB).
c. Pola Eliminasi

Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus

berdarah.

d. Pola Istirahat dan tidur

Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami

gangguan karena adanya gejala seperi demam dan keringat pada malam hari

yang berulang. Selain itu juga didukung oleh perasaan cemas dan depresi

pasien terhadap penyakitnya.

e. Pola aktivitas dan latiha

Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami

perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya seperti

bekerja. Hal ini disebabkan mereka yang menarik diri dari lingkungan

masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya

ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.

f. Pola presepsi dan konsep diri

Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah, cemas, depresi,

dan stres.

g. Pola sensori kognitif

Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan,

dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami penurunan daya

ingat, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam respon verbal. Gangguan

kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.


h. Pola hubungan peran

Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang

dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa malu atau

harga diri rendah.

i. Pola penanggulangan stres

Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas,

gelisah dan depresi karena penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu

perawatan, perjalanan penyakit, yang kronik, perasaan tidak berdaya karena

ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,

kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita

tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruksif dan adaptif

j. Pola reproduksi seksual

Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya terganggu

karena penyebab utama penularan penyakit adalah melalui hubungan seksual.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya akan

berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka sebagai balasan akan

perbuatan mereka. Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi

tubuh mempengaruhi nilai dan kepercayaan pasien dalam kehidupan pasien,

dan agama merupakan hal penting dalam hidup

Pasien.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.

b. Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi penurunan

tingkat kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan coma.


c. Vital sign :

TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal

Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat

Pernafasan :Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat

Suhu :Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.

d. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB)

TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap)

e. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika

f. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik, pupil

isokor, reflek pupil terganggu,

g. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.

h. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih

seperti krim yang menunjukkan kandidiasi.

i. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur

Cryptococcus neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer getah bening,

j. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan

k. Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding dada pada

pasien AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul), sesak nafas

(dipsnea).

l. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif

m. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi

(lesi sarkoma kaposi).

n. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral

dingin.
6. Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu

makan

b. Nyeri akut b.d agen injuri fisik

c. Intoleransi aktivitas b.d penurunan nafsu makan

d. Perubahan eliminasi BAB

e. Kelelahan b/d status penyakit, anemia, malnutrisi

f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan respon

imun , kerusakan kulit. ( Buku Nanda,NIC,NOC)

7. Intervensi ( Rencana Asuhan Keperawatan )

NO DIAGNOSA NOC NIC

1. ketidakseimbangan Tujuan: 1. Kaji adanya alergi makanan

nutrisi kurang dari  Nutritional Status : 2. Monitor adanya penurunan

kebutuhan tubuh b.d  Nutritional Status : food and berat badan

penurunan nafsu Fluid Intake 3. Monitor adanya mual, muntah

makan  Nutritional Status: nutrient dan diare.

Intake Weight control 4. kolaborasi dengan dokter

Kriteria hasil: untuk pemasangan NGT

 Adanya peningkatan berat 5. Monitor jumlah nutrisi dan

badan sesuai dengan tujuan kandungan kalori.

 Berat badan ideal sesuai 6. Monitor kadar albumin, Hb

dengan tinggi badan dan Ht

7. Kolaborasi dengan ahli gizi


 Tidak adanya tanda-tanda
untuk menentukan jumlah
malnutrisi kalori dan nutrisi yang

 Menunjukan peningkatan dibutuhkan pasien

fungsi menelan 8. Berikan substansi gula

 Mampu mengidentifikasi 9. Berikan makanan yang sudah

kebutuhan nutrisi dikonsultasikan dengan ahli

gizi.

2. Nyeri akut b.d agen Tujuan: 1. Lakukan pengkajian nyeri

injuri fisik  Pain Level, secara komprehensif

 Pain control termasuk lokasi,karakteristik,

 Comfort level durasi, frekuensi, kualitas

Kriteria hasil: dan faktor presipitasi.

2. control lingkungan yang


 pasien dapat mengontrol
dapat mempengaruhi nyeri,
nyerinya
seperti suhu ruangan,
 skala nyeri berkurang dari
pencahayaan dan kebisingan.
skala 6 menjadi skala 3
3. ajarkan tentang tehnik
 Klien mengatakan nyeri
nonfarmakologi.
sudah berkurang
4. berikan analgetik untuk
 Dapat mengenali faktor
mengurangi nyeri.
penyebab nyeri
5. ajarkan teknik relaksasi

3. Intoleransi aktivitas Tujuan: 1. Monitoring vital sign

b.d penurunan  Joint Movement : Active sebelum/sesudah latihan dan

kekuatan otot  Mobility level lihat respon pasien saat

 Self care : ADLs latihan

2. Konsultasikan dengan terapi


 Transfer performance fisik tentang rencana

Kriteria hasil: ambulasi sesuai dengan

 Klien meningkat dalam kebutuhan

aktivitas fisik 3. Bantu klien untuk

 Mengerti tujuan dan menggunakan tongkat saat

peningkatan mobilitas berjalan dan cegah terhadap

 Memverbalisasikan perasaan cedera

dalam meningkatkan 4. Ajarkan pasien atau tenaga

kekuatan dan kemampuan kesehatan lain tentang teknik

berpindah ambulasi

 Memperagakan penggunaan 5. Kaji kemampuan pasien

alat Bantu untuk mobilisasi dalam mobilisasi

6. Latih pasien dalam

pemenuhan kebutuhan

7. ADLs secara mandiri sesuai

kemampuan

8. Dampingi dan Bantu pasien

saat mobilisasi dan bantu

penuhi kebutuhan

9. ADLs pasien. Berikan alat

bantu jika klien memerlukan.

10. Ajarkan pasien bagaimana

merubah posisi dan berikan

bantuan jika diperlukan

4. Perubahan eliminasi Tujuan : 1. Evaluasi efek samping


BAB  Bowel elimination pengobatan terhadap

 Fluid Balance gastrointestinal

 Hydration 2. Ajarkan pasien untuk

menggunakan obat antidiare


 Electrolyte and Acid base
3. Instruksikan pasien/keluarga
Balance
untukmencatat warna,
KriteriaHasil :
jumlah, frekuenai dan
 Feses berbentuk, BAB sehari
konsistensi dari feses
sekali- tiga hari
4. Evaluasi intake makanan
 Menjaga daerah sekitar rectal
yang masuk
dari iritasi
5. Identifikasi factor penyebab
 Tidak mengalami diare
dari diare
 Menjelaskan penyebab diare
6. Monitor tanda dan gejala
dan rasional tendakan
diare
 Mempertahankan turgor kulit
7. Observasi turgor kulit secara

rutin

8. Ukur diare/keluaran BAB

9. Hubungi dokter jika ada

kenanikan bising usus

10. Instruksikan pasien

untukmakan rendah serat,

tinggi protein dan tinggi

kalori jika memungkinkan

11. Instruksikan untuk

menghindari laksative
12. Ajarkan tehnik menurunkan

stress Monitor persiapan

makanan yang aman

5. Kelelahan b/d status Tujuan : Energy Management :

penyakit, anemia,  Indurance 1. Observasi adanya pembatasan

malnutris  Concentration klien dalam melakukan

 Energy conservation aktivitas

2. Dorong anal untuk


 Nutritional status : energy
mengungkapkan perasaan
Kriteria hasil :
terhadap keterbatasan
 Memverbalisasikan
3. Kaji adanya factor yang
peningkatan energi dan
menyebabkan kelelahan
merasa lebih baik
4. Monitor nutrisi dan sumber
 Menjelaskan penggunaan
energi tangadekuat
energi untuk mengatasi
5. Monitor pasien akan adanya
kelelahan
kelelahan fisik dan emosi

secara berlebihan

6. Monitor respon kardivaskuler

terhadap aktivitas

7. Monitor pola tidur dan

lamanya tidur/istirahat pasien

6. Risiko tinggi Tujuan : 1. Berikan obat antibiotik dan

terhadap infeksi  western blot positif evaluasi ke efektifannya

berhubungan dengan Kriteria hasil : 2. Jamin pemasukan cairan

faktor :Penurunan  temperature dan SDP paling sedikit 2-3 liter sehari.
respon imun , kembalikebatas normal, 3. Pelihara kenyamanan suhu

kerusakan kulit.  keringat malam berkurang kamar. Jaga kebersihan dan

dan tidak ada batuk, keringnya kulit.

 meningkatnya masukan 4. Pantau hasil JDL dan CD4

makanan , tercapai pantau temperatur setiap 4 jam

5. pantau status umum ( apendiks

F ) setiap 8 jam

8. Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana

rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah

ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan

aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi

perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus

mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah

dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi

dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan

lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi

rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikitnya

9. Evaluasi

Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang

diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan

kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses

keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.

Anda mungkin juga menyukai