Anda di halaman 1dari 2

Hikmah dan Keutamaan 

Malam Lailatul Qadar dalam Al-Quran dan Hadis


Ramadhan 2016 M / 1437 H

Berbicara tentang Lailat Al-Qadar mengharuskan kita berbicara tentang surat Al-Qadar. Surat Al-Qadar adalah
surat ke-97 menurut urutannya dalam Mushaf. Ia ditempatkan sesudah surat Iqra'. Para ulama Al-Quran
menyatakan bahwa ia turun jauh sesudah turunnya surat Iqra'. Bahkan sebagian di antara mereka menyatakan
bahwa surat Al-Qadar turun setelah Nabi Saw. berhijrah ke Madinah.

Penempatan urutan surat dalam Al-Quran dilakukan langsung atas perintah Allah Swt., dan dari perurutannya
ditemukan keserasian-keserasian yang mengagumkan.

Kalau dalam surat Iqra' Nabi Saw. (demikian pula kaum Muslim) diperintahkan untuk membaca, dan yang
dibaca itu antara lain adalah Al-Quran, maka wajar jika surat sesudahnya yakni surat Al-Qadar ini berbicara
tentang turunnya Al-Quran, dan kemuliaan malam yang terpilih sebagai malam Nuzul Al-Quran.

Keagungan Malam Lailatul Qadar dalam Al-Qur'an

Bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan, salah satunya adalah Lailat Al-Qadar, suatu malam
yang oleh Al-Quran "lebih baik dari seribu bulan."
bahwa ia tidak berpuasa karena mentaati perintah Tuhannya. Jika tidak demikian, kenapa ia
meninggalkan kewajiban yang utama (shalat)? Padahal kewajiban-kewajiban itu merupakan satu
rangkaian utuh yang tidak terpisah-pisah, bagian yang satu menguatkan bagian yang lain.

Menjalankan PuasaTapi Meninggalkan Sholat 5 Waktu dan


Sholat Tarawih
Barangsiapa berpuasa tapi meninggalkan shalat, berarti ia meninggalkan rukun terpenting dari
rukun-rukun Islam setelah tauhid. Puasanya sama sekali tidak bermanfaat baginya, selama ia
meninggalkan shalat. Sebab shalat adalah tiang agama, di atasnyalah agama tegak. Dan orang

yang meninggalkan shalat hukumnya adalah kafir. Orang kafir tidak diterima amalnya.

Barangsiapa berpuasa tapi meninggalkan shalat, berarti ia meninggalkan rukun terpenting dari

Rasulullah SAW bersabda: "Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, barangsiapa
meninggalkannya maka dia telah kafir." (HR. Ahmad dan Para penulis kitab Sunan dari hadits
Buraidah) At-Tirmidzi berkata : Hadits hasan shahih, Al-Hakim dan Adz-Dzahabi menshahihkannya.

Jabir meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda:“(Batas) antara seseorang dengan kekafiran adalah
meninggalkan shalat." (HR. Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). 

Tentang keputusan-Nya terhadap orang-orang kafir, Allah SWT berfirman: "Dan Kami hadapi segala
amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (Al-
Furqaan: 23).

Berbagai amal kebajikan yang mereka lakukan dengan tidak karena Allah SWT, niscaya Kami
hapus pahalanya, bahkan Kami menjadikannya sebagai debu yang beterbangan. Demikian halnya
dengan meninggalkan shalat 5 Waktu atau mengakhirkan shalat dari waktunya. Perbuatan
tersebut merupakan maksiat dan dikenai ancaman yang keras. Allah SWT berfirman:"Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." (Al-
Maa'un: 4-5).

Mereka lalai dari shalat sehingga waktunya berlalu. Kalau Nabi SAW tidak mengizinkan shalat di
rumah kepada orang buta yang tidak mendapatkan orang yang menuntunnya ke masjid, bagaimana
pula dengan orang yang pandangannya tajam dan sehat yang tidak memiliki udzur?

Peringatan bagi yang meninggalkan Sholat (Foto: Lintashape.com)

Anda mungkin juga menyukai