Sebelum Yesus lahir, Tuhan membuat dua hal yang tidak mungkin menjadi
mungkin. Tuhan memilih wanita istimewa untuk hamil dan memiliki bayi. Bagi para
wanita ini, itu benar-benar tidak mungkin.
Wanita pertama, adalah Elizabeth, yang menjadi ibu bagi Yohanes Pembaptis. Elisabeth
sangat tua, sangat tua untuk hamil. Ditambah dia mandul, yang berarti secara fisik tidak
mungkin baginya untuk hamil dan memiliki bayi. Tetapi itu tidak dapat menghentikan
Tuhan. Tuhan ingin Elizabeth menjadi ibu dari Yohanes Pembaptis. Meskipun dia terlalu
tua, dan tubuhnya berkata ‘tidak’, Elizabeth hamil dan melahirkan bayi laik-laki yang
sehat.
Tuhan juga memilih Maria. Tuhan ingin Maria hamil dan melahirkan bayi Yesus, jadi ia
melakukan hal itu. Maria sangat muda, dan secara fisik dia belum bisa hamil, tetapi itu
tidak dapat menghentikan kehendak Tuhan. Dalam ayat 29, terlihat Maria sangat
‘bingung’ oleh perkataan Gabriel. Karena Gabriel baru saja menyebut Maria ‘disukai’
dan ‘diberkati’ mengapa saat itu ia langsung mendapat masalah? Ada dua alasan. Dia
masih perawan. Maria ‘bertunangan’ dengan tunangannya Yusuf. Selama masa
pertunangan sekitar 6 bulan-1 Tahun, dan secara fisik tidak boleh melakukan hubungan
suami istri. Jika wanita hamil anak itu dianggap sebagai anak hasil perzinahan. Dan di
bawah hukum Yahudi yang ketat, hukuman mati menunggu Maria dan Yusuf.
Melalui 2 kisah yang kehamilan dua wanita istimewa ini, memperlihatkan ada keajaiban-
keajaiban di dalam ketidakmustahilan bagi Allah.
Ada 3 keajaiban di dalam peristiwa Natal ini:
1. Keajaiban Natal membuat sesuatu yang hina menjadi mulia (ayat. 26)
‘Sebuah kota di Galilea bernama Nazaret’ (ay 26) Ini adalah kota / tempat yang hina
(Yoh 1:46 7:41,52).
Ditinjau dari banyak sudut, baik pemberitaan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis
maupun kelahiran Yohanes Pembaptis kelihatannya lebih hebat / mentereng dari pada
pemberitaan tentang kelahiran Yesus dan kelahiran Yesus. Kelahiran Yohanes
Pembaptis diberitakan di dalam Bait Allah di Yerusalem, sedangkan kelahiran Yesus
diberitakan di rumah Maria di Nazaret di Galilea (ay 26,28a). Kelahiran Yohanes
Pembaptis diberitakan kepada seorang imam yaitu Zakharia, sedangkan kelahiran
Yesus diberitakan kepada seorang gadis desa yaitu Maria. Yohanes Pembaptis
dilahirkan dalam rumah / keluarga imam, sedangkan Yesus dilahirkan di tempat
hewan / keluarga tukang kayu yang miskin (Luk 2:6-7 Mat 13:55a). Kelahiran
Yohanes Pembaptis diketahui banyak orang, sedangkan kelahiran Yesus hampir tidak
diketahui orang (Luk 2:6-7).
Maria tinggal di Nazaret, sebuah kota di Galilea, sebuat tempat sudut terpencil di
negeri itu, tempat yang tidak memiliki reputasi dalam hal keagamaan atau
pengetahuan, namun berbatasan langsung dengan wilayah bangsa-bangsa kafir, dan
karena itu dinamakan wilayah Galilea bangsa-bangsa non-Yahudi. Perhatikanlah,
tempat terpencil atau tempat tidak ternama justru kepadanya Tuhan berkenan.
Malaikat Gabriel membawa pesan kepada Maria yang ada di Nazaret, wilayah
Galilea, dengan sukacita yang sama seperti ia membawa pesan bagi Zakharia di Bait
Suci yang ada di Yerusalem.
Salam malaikat kepada Maria (ay.28) “salam hai engaku yang dikaruniai” sapaan ini
membangkitkan sesuatu di dalam dirinya, yaitu harga dirinya sebagai orang yang
memiliki status sosial yang rendah.
Untuk menggenapi rencana-Nya, Allah sanggup memakai siapa saja. Allah tidak
memandang apa dirimu, siapa dirimu, latarbelakang keluargamu, pekerjaanmu,
sedikit/banyaknya persembahanmu ke gereja… semua bisa dipakai Allah. Siapapun
yang menerima Yesus sebagai Juruselamat dan, pasti akan dipakai Allah untuk
menggenapi Injil itu didengar oleh banyak orang.
Selain itu, Bagi Maria ketundukan/ penyerahannya ini mempunyai resiko tinggi
(ay.38), yaitu:
kesalahpahaman Yusuf (bdk. Mat 1:18-19).
kesalahpahaman, ejekan dan hinaan dari orang-orang di sekitarnya, bahkan
dari keluarganya sendiri.
kemungkinan ia akan dihukum mati berdasarkan hukum Perjanjian Lama
dalam Ul 22:20-21.
Tetapi Maria tetap tunduk dan tidak membantah. Ini menunjukkan iman yang hebat.
Ketika Maria melihat malaikat itu, serta kemuliaan yang mengelilinginya, ia menjadi
terkejut atas apa yang dilihatnya. Seandainya ia seorang perempuan muda yang
sombong dan ambisius, seseorang yang bercita-cita tinggi, dan suka menyanjung diri
sendiri dengan pengharapan tentang hal-hal besar di dunia ini, ia akan merasa senang
mendengar perkataan malaikat ini, dan selanjutnya ia akan menjadi sombong. Namun
Maria tidak melakukan hal itu, ia bahkan menajdi bingung, dan tidak merasa dirinya
layak menerima atau dijanjikan hal-hal yang sebesar itu.
Dan yang terakhir, di Lukas 2:19 dikatakan, “Tetapi Maria menyimpan segala
perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.” Sifat tersebut menyatakan
kerendahan hati Maria yang di pakai Tuhan untuk tujuan yang besar, namun dia pun
sadar bahwa semua ini terjadi hanya untuk mempermuliakan nama Tuhan dan
menjadi berkat bagi orang lain.
Sudah siapkah kita menerima keajaiban-keajaiban dari Natal?