1
Perjanjian Lama itu mengikat dua belah pihak yaitu
umat Israel dan Allah. Ada dua elemen yang selalu
ada dalam upacara Perjanjian dan pembaharuan atas
Perjanjian tersebut.
3
4
II Maria mengatasi Zakaria, oleh karena
Yesus pun mengatasi Yohanes Pembaptis
a. Tempat:
5
“Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa
tidak ada nabi yang datang dari Galilea” (Yoh 7, 52).
Hal ini hendak mengatakan bahwa dengan Maria,
universalitas (semesta,dunia) keselamatan Allah telah
dimulai. Bait Allah bukan lagi gedung di Yerusalem,
tapi setiap pribadi. Setiap hati yang menerima Sabda,
bisa menjadi tempat tinggal Allah.
“Rumah” yang dimaksudkan bisa jadi merupakan
pribadi Maria sendiri, ruang yang dikuduskan Allah
karena kunjunganNya, melalui Malaikat gabriel.
b. Pribadi:
7
Maria dikatakan “jangan takut”, karena ia beroleh
kasih karunia di hadapan Allah. Ia akan
mengandung….Roh Kudus akan turun atasnya (Luk. 1:
30-31, 35). Jadi ini unik sama sekali. Tidak pernah
ada sebelumnya. Dan tidak akan pernah diulang
dalam sejarah keselamatan. Allah yang bertindak. Ini
sungguh-sungguh murni kebaikan Allah. Maria
dikatakan jangan takut, karena masa depan yang ia
nantikan kini akan segera terwujud.
9
10
III Bersukacitalah : Chaïré Maria
adalahPutri Sion
12
IV Kécharitôménê= diterjemahkanVulgata:
gratiaplena
= yang menjadi asal terjemahan doa
Salam Maria: penuh (dengan) rahmat.
LAI/LBI menerjemahkannya “hai engkau
yang dikaruniai”: 1:28
Terjemahan harafiah: “yang dipenuhi
rahmat/karunia”
13
14
V. Tuhan menyertai engkau (1, 28).
Harafiah :“Tuhan ada besertamu” - the
Lord IS with you
15
16
VI. Tiga gelar Maria dalam pengakuan
doksologis Elisabet:
17
37), Maria telah beriman dengan mendengarkan
Sabda Tuhan, untuk kemudian melaksanakannya.
18
VII. Lukas. 1:35: Maria adalah
“Tenda Pertemuan” yang baru, bait
Allah.
19
dari segala yang kudus”. Allah itu kini ia sembah
bukan lagi di bait Allah di Yerusalem tapi dalam
rahimnya sendiri.
20
VII. Lukas. 1: 39-44, 56: Maria adalah Tabut
Perjanjian Baru
21
Jadi dengan hadirnya Yesus, rahim Maria kini menjadi
Tabut Perjanjian Baru. Maria dilihat sebagai yang
membawa “yang kudus” sehingga Elisabet dan
Yohanes Pembaptis yang mengenalnya, tidak dapat
menahan diri untuk berpekik gembira, seperti yang
dulu dilakukan oleh orang Israel ketika melihat tabut
Perjanjian, tanda kehadiran Allah.uk. 1:46-56 :
Magnifikat Ini adalah kidung orang miskin yang
ditolong Tuhan, mengikuti skema Hana (1Sam. 2: 1-
10).
22
Strukturnya adalah
24
Namun revolusi Allah adalah spiritual-religius bukan
sosial-politik.
25
Maka, kelahiran dari Maria, dibungkus dengan
“lampin” dan dibanringkan di palungan merupakan
lambang dari penghampaan diri Yesus yang sangat
radikal. Yesus, yang adalah Juruselamat, Kristus
Tuhan (2:11) tidak memancarkan cahaya
kemuliaanNya saat dilahirkan Maria.
26
“hukum kekudusan”. Kudus berarti tiadanya
kecemaran, juga kecemaran yang berasal dari
darah yang keluar saat menstruasi atau saat
melahirkan (Im. 12: 2, 5, 7; 18: 19, dst.).
Kesimpulan dari seluruh Luk. 1:35:
27
A.Pribadi yang mewartakan itu harus telah melihat
secara langsung dan pribadi fakta-fakta yang ia
wartakan
29
pikiran, dalam menafsirkan seluruh peristiwa Yesus.
Hanya dia yang memiliki pengalaman langsung atas
peristiwa-peristiwa itu, menafsirkannya, hingga
memperoleh visi yang jelas pada peristiwa Paska.
Maka, bagi Gereja awal, Maria adalah saksi untuk
inkarnasi dan seluruh hidup Yesus. Kredibilitas
pewartaaannya tentang Yesus Putranya, tidak pantas
diragukan.
30
“Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata
kepada Maria, ibu anak itu: …dan suatu pedang
akan menembus jiwamu sendiri, supaya
menjadi nyata pikiran hati banyak orang”.
31
Firman ini menggembirakan tetapi juga menyedihkan
hatinya. Gembira, jika melihat buah-buah sabda telah
tumbuh dalam hati “yang baik” (bdk. Luk. 8:15).
Tetapi juga sedih, oleh karena ia belum mengerti
sepenuhnya (Luk. 2:49-50). Tetapi ia terus
berkembang dalam peziarahan iman (LG. 58), bukan
tanpa kegelapan dan cobaan (Luk. 9: 23). Saat-saat
yang paling gelap adalah tatkala harus memahami
drama salib dan kalvari. Hatinya sungguh tertusuk
saat itu.
Itulah saat kenosisme iman yang sangat dalam, tiada
duanya (Redemptoris Mater).
Alasan ketidakmengertian:
Dalam seluruh Injil Lukas tampak bahwa tidak
seorangpun dapat mengerti apa yang Yesus
maksudkan jika Ia berbicara tentang sengsara, wafat
dan kebangkitan, sebelum segalanya itu terlaksana:
para rasul tidak mengerti, Maria dan Yosef pun
menjadi bagian di dalamnya (Luk. 9:45; 18:34; 24:
25; bdk. Mrk. 8:32; 9: 32a; Mat. 16:22; 17:23).
Kisah ini mau menampilkan bahwa Maria dan Yosef
pun ambil bagian dalam “ketidakmengertian umum”
itu. Sebab kisah Luk. 2:41-52 ini harus dipahami
dalam koteks sengsara, wafat dan kebangkitan.
32
Dalam kisah ini kita temukan elemen-elemennya:
- Yerusalem, Bait Allah, Paskah (Luk. 2: 41, 46).
- Dukacita dan air mata, keputusasaan dalam mencari
Yesus (Luk. 2:48).
- “Sesudah tiga hari” (Luk. 2: 46a; bdk. Luk. 24:7,
21,46; 9:22; 18:33; Kis. 10:40).
- Kehendak Allah HARUS terlaksana (Luk. 2:49b; bdk.
Luk. 9: 22; 24: 7, 26, 44, 46; Luk. 18: 31; 24: 25-27,
32, 44-46).
Tapi ditampilkan juga perbedaan Maria dengan para
rasul.
Luk. 2: 51c; “Dan ibunya menyimpan semua perkara
itu di dalam hatinya”.
Para rasul, walaupun tidak mengerti, mereka takut
untuk bertanya, tetapi Maria menafsirkannya di dalam
hatinya, termasuk ucapan Yesus yang saat ini tidak
dapat ia mengerti sepenuhnya.
Maria mengolahnya dengan aktif dan penuh hormat,
dalam keheningan sambil tetap terbuka terhadap
misteri dan membiarkan diri terlibat di dalamnya,
untuk kemudian sampai pada saat semuanya
terlaksana. Pada saat itulah kemudian ia mengisahkan
“kenangan” dan pemahamannya kepada komunitas
Yudeo-Kristiani di Yerusalem (Kis. 1:14) di mana
Lukas juga menjadi bagiannya.
33
Maria telah menjadi misionaris pertama, lewat
kunjungannya kepada Elisabet.
Luk:
Roh Kudus, kekuatan yang Mahatinggi,
datang atas Maria,
dan Maria berkata…Jiwaku mengagungkan Tuhan…hal-
hal besar…
Yang Mahatinggi lakukan padaku (Luk. 1:35, 46, 49).
Kis:
34
Kuasa dari Roh Kudus, dari atas,
turun atas para rasul;
dan semuanya penuh dengan Roh Kudus; dan mulai
berbicara dalam bahasa-bahasa lain, hal-hal besar
yang dilakukan Allah,
seperti Roh Kudus berikan kepada mereka untuk
dikatakan (Kis. 1:8; 2: 4, 6, 7, 11). Ω
MARIA
MENURUT ST. YOHANES
35
(virginitas ante partum dan virginitas in
partu).
36
Terjemahan Indonesia:
37
Seperti tampak pada terjemahan yang kedua ini, ayat
13 tidak diterjemahkan secara plural, seperti versi
semua manuskrip Yunani mulai dari abad III dan
seterusnya, tetapi secara singular. Terjemahan
singular ini didukung oleh semua manuskrip tertua
(sebelum abad ke-3) dan didukung pula oleh banyak
Bapa Gereja seperti Yustinus, Tertulianus, Hipolitus
dan Ireneus.
Tertulianus menuduh aliran sesat Valentinian sebagai
yang telah memalsukan terjemahan ayat 13 itu ke
bentuk plural untuk menyokong ajaran mereka
tentang adanya kaum spiritual, pneumatis, sempurna
atau terpilih. Mereka berpendirian: “Apa yang
dilahirkan dari Roh adalah Roh” (Yoh. 3:6). Tubuh
Yesus semata-mata dibentuk dari kekuatan Roh,
tanpa keterlibatan biologis Maria. Kalau Maria disebut
perawan, itu oleh karena tidak ada yang diambil Yesus
dari darah dan dagingnya. Maria adalah perawan
karena Yesus “lahir dari Allah” (Yoh. 1:13).
(Catatan: Penafsiran kaum Valentinian ini
bertentangan dengan kata Lukas, “… dan terpujilah
buah tubuhmu”)
39
3. “Bukan pula dari keinginan seorang laki-laki”:
mengecualikan peran laki-laki, yang menjadi aktor
bagi mengandungnya Maria.
- Gunung Sinai:
Kel. 19:8: Apa yang YHWH katakan, akan kami
lakukan.
Kel. 24: 3, 7: Apa yang YHWH perintahkan, akan kami
lakukan.
- Kana:
Yoh. 2:5: Apa yang Ia katakan kepada kamu,
lakukanlah.
41
Dengan menggunakan skema Perjanjian ini, Yohanes
ingin mempresentasikan Kana sebagai Sinai baru, di
mana Perjanjian Baru ditetapkan.
b. Prospektif Paskah.
44
Peristiwa di Kalvari ini harus dikaitkan dengan episode
di Kana.
Pada kedua peristiwa itu, Maria tampil sebagai “Ibu
Yesus”, “perempuan”;
Kedua peristiwa itu juga berbicara tentang “saat”.
45
perjalanan rohani dalam menghayati hidupnya sebagai
anak Allah.
46
Sebab “rumah” atau harta-harta rohani yang diberi
Yesus kepada para beriman adalah: rahmat (1: 16),
Sabda (12: 48; 17: 8), Roh Kudus (7: 39; 14: 17;
20:22) dan ekaristi (6: 32-58). Nah, “murid terkasih”
ini juga menerima anugerah ibu Yesus, yaitu dengan
menyediakan ruang bagi Maria dalam hidup
rohaninya.
Ini adalah murid yang matang: menerima Maria
sebagai salah satu nilai imannya, yang diberi oleh
Guru karena kasih-Nya kepada komunitas beriman.
47
4. Tanda Besar (semeion mega): perempuan
berselubungkan matahari (Wah. 12: 1).
48
sedang menderita mendahului masa kedatangan
Kristus (Yes. 13:8; 66:7; Hos. 13: 13; Mat. 24: 8),
tetapi khususnya dalam menantikan kebangkitan
Tuhan (Yoh. 16: 19-22). Komunitas Gereja perdana
dipahami sebagai ibu manusia baru.
Lalu terjadi perjuangan melawan naga yang
merupakan penjelmaan kekuasaan setan yang
mengerikan (12:9): ia gagal mencelakai Anak
perempuan itu yang ditarik ke takhta Allah (12: 5),
gagal pula mencelakai perempuan itu yang lari ke
padang gurun dalam perlindungan Allah (12: 6, 14),
karena itu, ia melampiaskan amarahnya atas
keturunan perempuan itu (12: 13-17) yaitu anggota
umat Allah yang adalah anak-anak perempuan itu.
50
Tambahan
Tentang Perkawinan di Kana
a. Anggur
51
Secara singkat dapat dikatakan bahwa yang
dimaksudkan dengan “anggur” dalam Perjanjian Lama
itu tiada lain adalah HUKUM MUSA atau TORAH.
b. Jawaban Yesus
53
Sedangkan Maria sibuk memikirkan anggur material.
Dan menduga kalau kinilah saatnya untuk membuat
mukjizat, untuk menyelamatkan sukacita perkawinan
tersebut.
Tapi Yesus menjawab informasi yang disampaikan
ibuNya dengan tingkat pembicaraan yang lebih tinggi:
“Apa yang ada antara Aku dan engkau…..saat-Ku…”
(2:4b). Yesus berbicara tentang “anggur” dan “saat”
yang lain. Jawaban Yesus melewati realitas material
ke realitas spiritual, tentang anggur yang berkaitan
dengan saatNya. Yesus melampaui wilayah material,
yaitu wilayah yang dimaksudkan Maria. Maka,
wajarlah kalau jawaban Yesus kedengarannya “keras”
dan wajar jugalah kalau yang muncul adalah
kesalahpahaman.
Sebab dalam Injil Yohanes, Yesus memang
menyampaikan wacana yang tingkatnya lebih tinggi
dari yang dimaksudkan lawan bicara, sehingga lawan
bicara itu tidak mengerti (bdk. Yoh. 3: 3-6 tentang
Nikodemus; 4: 31-34 tentang perempuan Samaria;
6:26-27 tentang roti hidup; 11: 11-14 tentang
kebangkitan). Perikop ini hanya mau mengatakan
bahwa kesalahpahaman yang sama juga menimpa
Maria.
Hanya setelah kebangkitan, akan menjadi jelas
maksud kata-kata Yesus di Kana.
Yesus akhirnya memang mengubah air menjadi
anggur, tapi itu hanya “tanda”, sebagai gambaran-
simbol dari “anggur” yang sesungguhnya, yaitu Injil-
Nya, yang akan diberikan pada “saat”-Nya. Yesus
berkata, “Apabila kamu telah meninggikan Anak
manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah dia” (Yoh.
8:: 28).
54
c. Siapa mempelai saat perkawinan itu
55