Anda di halaman 1dari 55

MARIA

MENURUT ST. LUKAS

[Referensi: Aristide Serra OSM, Stefano de Fiores SMM ,


Ignace de la Potterie SJ]

I. Lukas 1,26-38 [Pemberitahuan tentang


kelahiran Yesus] :
Maria adalah sintesis (mempersatukan,
perpaduan) seluruh Israel dalam kerangka
Perjanjian dengan Allah

Allah, lewat malaikat Gabriel, datang menyingkapkan


rencananya kepada Maria, seperti yang dilakukan
Allah kepada para pemimpin Israel zaman dahulu.
Maria, dengan demikian, di mata Allah, merupakan
pribadi yang mewakili seluruh umat Israel. Maria, dari
pihaknya, lewat jawabannya, merupakan kulminasi
personal seluruh umat terpilih. Ia memberikan
jawaban iman paling maksimal yang diharapkan Allah
dari seluruh umatNya. Jawabannya mewakili dan
merangkum seluruh jawaban iman Israel. Dan oleh
karena jawaban itu ia sampaikan pada awal Perjanjian
Baru, maka jawabannya juga merupakan rangkuman
jawaban seluruh Gereja.

Kesimpulan ini ditarik berdasarkan kenyataan bahwa


Luk. 1, 26-38 dapat dibaca dari sudut pandang ritus
atau upacara Perjanjian dan pembaharuan atasnya.

1
Perjanjian Lama itu mengikat dua belah pihak yaitu
umat Israel dan Allah. Ada dua elemen yang selalu
ada dalam upacara Perjanjian dan pembaharuan atas
Perjanjian tersebut.

a. Kata sambutan seorang pengantara Nabi


(Kel 19, 3-8; 24, 3-8: Musa); raja (2 Raj 23, 1-3:
Yosia; 2 Taw 15, 9-15: Asa); pemimpin umat (Yos 1;
24, 1-28: Yosua; Neh 5, 1-13: Nehemia; 1 Mak 13, 1-
9: Simon); imam (Ezr 10, 10-12: Ezra; Neh 9-10:
Ezra). Sebagai pengantara, mereka berada antara
Allah dan umat Israel. Mereka akan mengusulkan atau
menawarkan kehendak dan rencana Allah. Mereka
tidak memaksa.
b. Jawaban umat, yang menyatakan persetujuannya.
Rumusannya bisa berbeda-beda. Lihat di Sinai: Kel
19, 8; 24, 3.7; di Sikhem: Yos 24, 21.24; rumusan
yang lain lain: Ezr 10, 12; Neh 5, 12; 1 Mak 13, 9.

Penyampaian kabar kepada Maria mengikuti pola


upacara Perjanjian tersebut.

a. Pengantara: Malaikat Gabriel, utusan Allah (Luk


1, 26). Ia jubir Allah kepada Maria, yang
mewakili seluruh Israel. Ia memberi kata
sambutan, menyampaikan bahwa Allah mau
menjadi manusia dan bahwa Maria dipanggil
Allah untuk menjadi ibu Raja-Penyelamat, yang
akan memerintah atas kaum keturunan Yakub
(Luk 1, 30-33). Roh Kuduslah yang
memungkinkan karya ini terlaksana. Inilah
Perjanjian Baru, sebab Allah tetap “mengingat
akan PerjanjianNya yang kudus” (Luk 1, 72).
2
b. Jawaban Israel, yang diwakili Maria, bdk. Luk
1, 38
FIAT Maria ini ekuivalen (sama artinya, sama)
dengan ungkapan iman Israel, yang memberi
jawaban total kepada Perjanjian. Taat kepada
kata-kata sang “pengantara” sama dengan taat
kepada Allah sendiri (Kel 19, 8; 24, 3.7; Ezr 10,
12; Neh 5, 12; 1 Mak 13, 9)

Setelah memperoleh jawaban Maria, Malaikat itu


“meninggalkan” Maria ( Luk 1, 38), kembali kepada
Allah yang “mengutus”-nya (1, 26), seakan-akan
untuk menyampaikan jawaban Maria kepada Allah,
seperti yang dulu juga dilakukan Musa kepada Allah,
setelah memperoleh jawaban bangsa Israel (Kel 19,
8b.9b)

3
4
II Maria mengatasi Zakaria, oleh karena
Yesus pun mengatasi Yohanes Pembaptis

Siapa itu Maria juga dapat diketahui dengan


“mengkonfrontasikan” kabar yang disampaikan
malaikat kepada Zakaria dan kepada Maria.
“Mengkonfrontasikan” (synkrísis = memparalelkan,
membanding-bandingkan) merupakan gaya sastra
yang disukai Lukas. Dengan cara ini, ditemukanlah
persamaan dan perbedaan antara Zakaria dan Maria.

a. Tempat:

Penampakan Malaikat kepada Zakaria terjadi di Bait


Allah di Yerusalem, “di sebelah kanan mezbah
pembakaran ukupan” (Luk 1, 11) yang terletak di
depan Ruang “Kudus dari segala yang kudus”. Ini
ruangan yang paling kudus, lambang dan puncak PL.
Penampakan kepada Maria, sebaliknya, terjadi di
“sebuah kota di Galilea bernama Nazaret” (Luk 1, 26).
Jadi, ini merupakan wilayah profan, karena Galilea
sering disebut sebagai “wilayah bangsa-bangsa lain”
(Is 8, 23; bdk. Mat 4, 15), oleh karena letaknya yang
dekat dengan wilayah bangsa kafir, sehingga dapat
dengan mudah diinfiltrasi (perembesan, penyusupan)
elemen-elemen (unsur,dasar) non-Yahudi. Dari tradisi
Yohanes kita pun tahu bahwa menurut pendapat
umum, dari Nazaret tidak dapat diharapkan akan
mumcul sesuatu yang baik (Yoh 1, 46). Kepada
Nikodemus kemudian orang-orang Farisi berkata,

5
“Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa
tidak ada nabi yang datang dari Galilea” (Yoh 7, 52).
Hal ini hendak mengatakan bahwa dengan Maria,
universalitas (semesta,dunia) keselamatan Allah telah
dimulai. Bait Allah bukan lagi gedung di Yerusalem,
tapi setiap pribadi. Setiap hati yang menerima Sabda,
bisa menjadi tempat tinggal Allah.
“Rumah” yang dimaksudkan bisa jadi merupakan
pribadi Maria sendiri, ruang yang dikuduskan Allah
karena kunjunganNya, melalui Malaikat gabriel.

b. Pribadi:

Zakaria dan Elisabeth adalah orang yang “benar


dihadapan Allah dan hidup menurut segala perintah
dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat” (1:6)
sehingga mereka adalah orang yang “benar”
diharapan Allah, model dalam menjalankan segala
perintah-Nya. Mereka berdoa, dan doa mereka
dikabulkan oleh Allah sebagai akibat dari cara hidup
mereka yang “benar” itu.
Jadi ini gerakan dari bawah ke atas: oleh karena
mereka “benar”, maka Allah melakukan mukjizat
untuk mereka.

Sebaliknya, Maria disapa malaikat Allah sebagai


Kécharitôménê (“hai engkau yang dikaruniai”: 1:28).
Inilah nama diri Maria. Kata ini berasal dari kata kerja
Charitóô, yang artinya kebaikan Allah, anugerah yang
gratis, anugerah yang diberi kepada kita secara penuh
dalam diri Kristus. Kata Kécharitôménê pada ayat 28
ini memiliki bentuk perfect participle. Maria, dengan
6
demikian, adalah orang yang telah menjadi sasaran
anugerah kebaikan Allah, ia telah dipenuhi oleh
rahmat-Nya, tatkala ia disapa malaikat Gabriel. Maria
ditemukan sudah dan sedang berada di bawah
pengaruh kebaikan Allah dan berkanjang di dalamnya.
Sehingga Maria adalah pribadi yang khusus di mata
Allah. Alasannya: Allah berkenan kepada Maria karena
Allah memang mau berkenan kepadanya (Luk. 1: 30-
33). Ini semata-mata inisiatif Allah. Sebelum Maria
dapat melakukan sesuatu bagi Allah, bahkan sebelum
memberikan jawaban bebas, Allah sendiri telah
melingkupi Maria dengan rahmat-Nya.
Ini menekankan gerakan dari atas ke bawah: murni
karena kehendak Allah.

c. Alasan “jangan takut”


Baik kepada Zakaria maupun Maria,
malaikat berkata “jangan takut” (Luk. 1:
13, 30). Tapi alasannya berbeda.

Zakaria: oleh karena sudah tiba saatnya di mana


doanya dikabulkan, yaitu isterinya yang tua dan
mandul akan menjadi subur (mengandung dan
melahirkan). Dan ini tidak mengecualikan hubungan
suami-isteri (Luk. 1:13, 23 –24). Dalam Perjanjian
Lama ada banyak contoh seorang perempuan yang
telah lanjut usia seperti itu lalu mengandung dan
melahirkan. Zakaria dikatakan jangan takut, karena
segala doanya pada masa-masa yang telah lalu, kini
segera dikabulkan.

7
Maria dikatakan “jangan takut”, karena ia beroleh
kasih karunia di hadapan Allah. Ia akan
mengandung….Roh Kudus akan turun atasnya (Luk. 1:
30-31, 35). Jadi ini unik sama sekali. Tidak pernah
ada sebelumnya. Dan tidak akan pernah diulang
dalam sejarah keselamatan. Allah yang bertindak. Ini
sungguh-sungguh murni kebaikan Allah. Maria
dikatakan jangan takut, karena masa depan yang ia
nantikan kini akan segera terwujud.

d. Zakaria dan Maria sama-sama mengajukan


pertanyaan. Tapi tujuannya berbeda.

Zakaria: “Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini


akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah
lanjut umurnya” (1:18). Jadi, ia terus dan terus
berdoa tanpa tahu bahwa waktunya telah tiba untuk
pengabulannya. Saat diberi tahu, ia terkejut. Dalam
keterkejutannya ia meragukan mujizat. Meragukan
sama dengan kurang mengimani/kurang percaya
(1:20).

Maria: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena


aku belum bersuami?” (1:34:). Dari pertanyaan ini
tampak bahwa ia mengerti panggilannya untuk
menjadi ibu, sebagaimana disampaikan malaikat, tapi
yang ia tidak mengerti adalah bagaimana mengaitkan
panggilan itu dengan kenyataan bahwa ia belum
bersuami. Maka pertanyaan itu bertujuan untuk
8
meminta penjelasan lanjutan, bagaimana hal itu bisa
terjadi. Bukan karena Maria tidak percaya atau
meragukan, tapi bagaimana atau apa yang harus ia
lakukan agar kehendak Allah, yaitu agar ia menjadi
ibu, dapat terlaksana (ayat 30-33). Jalan Allah adalah
misteri, maka Maria dengan pertanyaannya ini
meminta penjelasan dan penerangan. Ia meminta
“cahaya”. Setelah malaikat menjelaskan bagaimana
“perbuatan besar” itu akan terjadi (ayat 35), barulah
ia mengatakan “Fiat mihi secundum verbum tuum!”
(ayat 38).

9
10
III Bersukacitalah : Chaïré Maria
adalahPutri Sion

Ini tampak dari sapaan malaikat Gabriel di ayat 28,


“Bersukacitalah…”. Kata “bersukacitalah” merupakan
terjemahan dari kata Yunani chaïré. Kata yang sama
itu dipakai dalam ramalan para nabi akan “putri sion”:
Mikh. 4:10 –13; Zak. 2:14 – 15; 9: 9 – 10; Zef. 3: 14
– 18; Yoel. 2:21 – 27. “Putri Sion” yang dimaksudkan
dalam teks-teks ini pertama-tama adalah “seluruh
bangsa Israel” setelah pembuangan Babilonia. Tapi
secara khusus, Yerusalem, “Kota Suci”, juga disebut
“Puteri Sion”. Seluruh Israel dan Yerusalem diajak
untuk bersukacita karena setelah peristiwa
pembuangan Babilonia kini mereka dapat
memperbaharui lagi Perjanjian dengan Allah. Allah kini
dapat hadir lagi di tengah-tengah bangsa mereka, di
dalam bait-Nya di Yerusalem, Bait yang kini dibaharui
lagi. Allah adalah Penyelamat Israel. Dan kini Ia
tinggal lagi di tengah-tengah mereka. Inilah alasan
untuk tidak takut, untuk bersukacita.

Dengan dialamatkannya undangan untuk bersukacita


ini kepada Maria pribadi, Lukas mau mengatakan
bahwa Maria kini menjadi wakil seluruh Israel, wujud
dan sintesis personal seluruh Yerusalem. Marialah
Puteri Sion baru, awal Perjanjian Baru, yang dihayati
setelah pembuangan Babilonia. Walaupun
undangannya sama, yaitu untuk bersukacita, kita juga
11
tahu bahwa alasan jelas berbeda. Maria diundang
untuk bergembira karena Putra Allah akan menjelma
dalam rahimnya (1:31-32), ia tidak perlu takut
(1:30), ia kini menjadi bait Allah yang baru, tabut
Perjanjian Baru. Anaknya akan menjadi Raja (1:32-
33) dan Penyelamat (1:31) atas kaum keturunan
Yakub (1:33) yaitu Gereja (bdk. Kis. 20:28).

12
IV Kécharitôménê= diterjemahkanVulgata:
gratiaplena
= yang menjadi asal terjemahan doa
Salam Maria: penuh (dengan) rahmat.
LAI/LBI menerjemahkannya “hai engkau
yang dikaruniai”: 1:28
Terjemahan harafiah: “yang dipenuhi
rahmat/karunia”

Kata Yunani di atas menunjuk kepada kesucian


sempurna Maria. Dan ia merupakan bentuk perfect
participle dari kata kerja Charitóô, karena itu ia
menunjuk kepada hasil, keadaan yang sudah mulai.
Dengan demikian, orang yang kepadanya sapaan ini
dialamatkan, dalam hal ini Maria, telah mengalami
hasil kerja rahmat, dan sedang dalam keadaan
berahmat. Di sini tidak dikisahkan bagaimana dan
kapan hal itu (mulai) terjadi. Yang terungkap lewat
sapaan itu adalah penegasan: bahwa Maria telah
diubah oleh rahmat Allah, menjadi seluruhnya kudus
sebelum ia diberi kabar. Dan itu masih terus dan
sedang berlangsung saat ia diberi kabar.
Rahmat itu mengubah manusia (bdk. Ef. 1:7).

13
14
V. Tuhan menyertai engkau (1, 28).
Harafiah :“Tuhan ada besertamu” - the
Lord IS with you

Biasanya, rumusan ini diucapkan untuk meneguhkan


seseorang yang sedang menjalani misi yang berat
(Kel. 3:12: Musa; Yos. 1:9: Yosua; Hak. 6: 12:
Gideon).
Misi Maria untuk menjadi bunda Sang Juruselamat
adalah juga tugas yang berat, karena ia akan
mengandung dan melahirkan dengan cara yang tidak
alamiah, yaitu tanpa intervensi fisik laki-laki (1:34),
melainkan melulu oleh karena karya Roh Kudus. Maria
menjadi ibu dalam keadaan perawan. Panggilan ini
menjadi lebih berat lagi karena anak yang akan
dilahirkannya adalah “Anak Allah Yang Mahatinggi”
(1:32). Ada konsekuensi-konsekuensi psikologis,
spiritual, sosiologis yang akan dihadapinya. Dengan
kata-kata malaikat ini, Maria diteguhkan untuk
memulai misi berat ini.

15
16
VI. Tiga gelar Maria dalam pengakuan
doksologis Elisabet:

a. “Terpujilah engkau di antara semua perempuan”


(Luk 1: 42). Pujian ini menggemakan berkat atas
Yudit (Yud. 13:18). Pujian ini dalam bentuk
superlatif (TER-), dan mengakui bahwa Allah telah
membuat subur rahim Maria dengan menumbuhkan
kehidupan. Pujian kepada Maria disusul dengan
pujian atas “buah rahimmu”. “Buah rahim” ini, yaitu
Yesus, adalah sumber dan alasan mengapa Maria
diberkati.

a. Ibu Tuhanku” (Luk. 1:43). 10. Luk. 1: 43 “Ibu


Tuhanku”: Theotokos. Ungkapan “Tuhanku” memiliki
makna rajawi maupun mesianik. Sehingga lewat
ungkapan itu, Elisabet menghormati Maria sebagai
ibu dari raja-mesias (Luk. 1:32b). Namun, sebagai
raja-mesias, Yesus memiliki kodrat yang transenden-
ilahi (bdk. Luk. 1:32-33), oleh karena merupakan
hasil karya Roh Kudus (Luk. 1:35a). Yesus adalah
Raja-Mesias. Sehingga Maria menjadi ibu dari Allah
(Theotokos).

c. “Berbahagialah dia yang telah percaya” (Luk.


1:45). Mengungkapkan bahwa jawaban Maria
kepada malaikat Gabriel (1, 38) merupakan buah
iman: mendengarkan dan melaksanakan firman.
Walaupun kemudian Maria menerima tanda (1:36-

17
37), Maria telah beriman dengan mendengarkan
Sabda Tuhan, untuk kemudian melaksanakannya.

18
VII. Lukas. 1:35: Maria adalah
“Tenda Pertemuan” yang baru, bait
Allah.

“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah


yang maha Tinggi akan menaungi engkau;
sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan
disebut kudus, Anak Allah”.

Kalau diperhatikan, ada korespondensi antara Maria


dengan “tenda pertemuan” dalam Kel. 40: 34-35.
Maria dalam Luk:
Roh Kudus yang adalah kekuatan yang Mahatinggi,
turun menaungi Maria dengan bayangannya,
karena itu, rahimnya memberikan kehidupan kepada
Seseorang yang akan disebut kudus, Anak Allah.

“Tenda Pertemuan” dalam Keluaran:


Awan (lambang kehadiran Allah)
menaungi tenda pertemuan.
Karena itu, ruang itu dipenuhi dengan kemuliaan
Allah.

Dari “tenda pertemuan” kita kemudian beralih ke


Bait Allah di Yerusalem. Dan tabut Perjanjian
dipindahkan dari “tenda pertemuan” ke ruangan
yang “paling kudus dari segala yang kudus” di Bait
Allah.
Maka, rahim perawan Maria merupakan “tenda
pertemuan”, bait Allah, ruang yang “paling kudus

19
dari segala yang kudus”. Allah itu kini ia sembah
bukan lagi di bait Allah di Yerusalem tapi dalam
rahimnya sendiri.

20
VII. Lukas. 1: 39-44, 56: Maria adalah Tabut
Perjanjian Baru

Kisah kunjungan Maria kepada Elisabet memiliki


korespondensi dengan kisah pemindahan Tabut
Perjanjian dari Baale-Yehuda ke Yerusalem yang
terdapat dalam 2Sam. 6:2-16.
a. Perpindahan tabut Perjanjian dan perjalanan Maria
terjadi di Yehuda; 2Sam. 6:1-2; Luk. 1:39.
b. Ke dua episode ini sama-sama membangkitkan
kegembiraan: 2Sam. 6:5, 12, 14, 16 (bdk. ayat
21); Luk. 1:41.
c. Daud dan umat Israel maupun Elisabet berpekik
gembira: 2Sam. 6:15; Luk. 1: 41c-42.
d. Kehadiran tabut Perjanjian maupun Maria menjadi
sumber berkat: 2Sam. 6: 10, 11a:
berkat untuk rumah Obed-Edom; Luk. 1:41, 44:
berkat untuk rumah Zakaria.
e. Ada rasa takut yang suci atas kehadiran tabut
Perjanjian dan Maria, karena merasa tidak pantas
dan hormat yang dalam:
Daud terhadap “tabut Tuhan”: 2Sam. 6:9; Elisabet
terhadap “ibu Tuhanku”: Luk. 1:43.
f. Durasi waktu: tabut Perjanjian di rumah Obet-
Edom selama tiga bulan (2Sam. 6:11). Maria
tinggal di rumah Elisabet “kira-kira tiga bulan”
(1:56).

21
Jadi dengan hadirnya Yesus, rahim Maria kini menjadi
Tabut Perjanjian Baru. Maria dilihat sebagai yang
membawa “yang kudus” sehingga Elisabet dan
Yohanes Pembaptis yang mengenalnya, tidak dapat
menahan diri untuk berpekik gembira, seperti yang
dulu dilakukan oleh orang Israel ketika melihat tabut
Perjanjian, tanda kehadiran Allah.uk. 1:46-56 :
Magnifikat Ini adalah kidung orang miskin yang
ditolong Tuhan, mengikuti skema Hana (1Sam. 2: 1-
10).

22
Strukturnya adalah

A. 1:46-50: Tindakan Allah


dalam diri Maria.

Bagian ini mengungkapkan luapan sukacita Maria


atas dua tindakan Allah dalam dirinya.

a. Allah, Tuhan dan Juruselamat, “telah


memperhatikan tapeinosis hambanya” (1:48a).
Tapeinosis mengungkapkan sikap rohani para
hamba Yahwe, kaum anawim, yang merangkum
di dalamnya makna kekecilan, kemiskinan,
ketiadaan pembela, kehampaan, tidak memiliki
pengaruh dan kekuasaan, kerendahan hati,
kerendahan, kemalangan, etc. Ini menunjuk
kepada Israel seluruhnya sebagai “hamba
Yahwe” (Luk. 1: 54; Yes. 41: 8).
Kesimpulannya: tapeinosis-nya Maria adalah
sintesis seluruh Israel.

b. “Yang Mahakuasa telah melakukan PERBUATAN-


PERBUATAN BESAR (megala) kepadaku”
(1:49a). Perbuatan-perbuatan besar dalam
Perjanjian Lama merujuk kepada tindakan Allah
yang meninggikan yang rendah (Ayb. 5: 9-15,
pembebasan bangsa Israel dari Mesir (Ul.
23
10:21) dan pengembalian orang Israel dari
Babilonia (Yer. 33:3). Dalam Magnifikat,
perbuatan besar Allah yang dimaksudkan Maria
itu tentu mengarah kepada dirinya yang sedang
mengandung dalam keadaan perawan.
Walaupun hal ini tidak disebutnya secara
eksplisit, oleh karena rasa takut yang penuh
hormat untuk membicarakan secara terbuka
misteri yang kudus. Tapi ungkapan “Yang
Mahakuasa” menunjuk kepada Allah, yang
bagiNya “tidak ada yang mustahil” (Bdk. Luk.
1:37).

B. 1: 51-55: Tindakan Allah


dalam sejarah umat manusia.

Pada bagian ini, Lukas menampilkan paralelisme


antitetis tindakan Allah dalam sejarah. Bahwa Allah
menjungkirbalikkan situasi, tetapi yang kini dilakukan
secara definitif. Saat ini sedang berlangsung segala
tindakan ini: menurunkan…meninggikan…melimpahi
dengan segala kebaikan…mengusir dengan tangan
kosong.
Yang “diturunkan”:
- orang yang congkak hati (1:51), artinya orang yang
tidak percaya pada Yahwe, “yang tidak takut akan
Dia” (1:50;
- orang-orang yang berkuasa dalam arti sosial politik
oleh karena dominasi dan kekayaan.

24
Namun revolusi Allah adalah spiritual-religius bukan
sosial-politik.

Lukas 2:1 –7: Kelahiran Yesus


Berkaitan dengan Maria, dalam kisah ini muncul
beberapa hal.

a. Dikatakan bahwa Maria sedang mengandung (2:5)


lalu bersalin (2:6). Jadi walaupun perawan, secara
fisis, Maria mengandung dan melahirkan.

Penolakan bahwa Maria pernah mengandung


merupakan konsepsi yang doketistik atas Yesus.
Catatan:
Dokeõ (Yun.) = hanya tampaknya: Yesus itu
hanya tampaknya saja manusia. Ia
sesungguhnya adalah sepenuhnya Allah. Kita
mengatakan bahwa Yesus itu sungguh-sungguh
manusia. Ibunya mengandung merupakan salah
satu indikatornya.

b. Ayat 7: “Dibungkus dengan kain lampin dan


dibaringkannya di palungan”. Di samping merupakan
ungkapan perhatian penuh kasih seorang ayah dan
ibu,ungkapan “lampin” dan “pembaringan”
melambang juga keadaan yang sangat “lemah”.
Bahwa, seperti manusia pada umumnya, Yesus pun
akan mengalami maut. “Lampin” dan “pembaringan”
mengingatkan orang akan kematian dan pemakaman
Yesus di kemudian hari (bdk. Luk. 23: 50 – 53).

25
Maka, kelahiran dari Maria, dibungkus dengan
“lampin” dan dibanringkan di palungan merupakan
lambang dari penghampaan diri Yesus yang sangat
radikal. Yesus, yang adalah Juruselamat, Kristus
Tuhan (2:11) tidak memancarkan cahaya
kemuliaanNya saat dilahirkan Maria.

A. Lukas. 1: 31, 34-35; 2:7: Maria perawan

a. Perawan sebelum melahirkan


Informasi kapital tentang hal ini adalah Luk. 1:
34-35:
“Roh Kudus akan turun atasmu, kekuatan yang
Maha Tinggi akan menaungi engkau, karena
itu….”
Selain itu, Lukas juga menggunakan kata Tiktõ
yang berarti melahirkan (Luk. 1:30-31; 2:6-7),
dengan demikian merujuk ke peran seorang ibu,
bukan peran seorang suami. Untuk seorang
ayah biasanya digunakan kata Gennaõ, yang
berarti memperanakkan.

b. Perawan saat melahirkan


- Terjemahan yang tepat atas Luk. 1:35b, “Sebab
yang dilahirkan kudus, akan disebut anak Allah”
(Vulgata: “….Quod nascetur sanctum, vocabitur
Filius Dei”)
- “Kudus” di sini hendaknya dipahami dalam
konteks Imamat 17 – 26: yang sering disebut:

26
“hukum kekudusan”. Kudus berarti tiadanya
kecemaran, juga kecemaran yang berasal dari
darah yang keluar saat menstruasi atau saat
melahirkan (Im. 12: 2, 5, 7; 18: 19, dst.).
Kesimpulan dari seluruh Luk. 1:35:

1. Anak yang akan dilahirkannya itu,


dikandung oleh karena karya Roh Kudus.
2. Oleh karena Maria mengandung
dalam keadaan perawan, maka ia akan
melahirkan juga dengan cara yang
kudus, artinya dilahirkan secara
perawan, tanpa keluarnya darah dari
pihak ibunya.
3. Oleh karena mengandung dalam
keadaan perawan dan melahirkan juga
dalam keadaan perawan, maka Yesus
akan disebut sebagai Anak Allah.

B. Lukas 2:19: Maria adalah saksi dan sumber


informasi tentang kelahiran dan hidup
Yesus

“Tetapi Maria menyimpan (memelihara) segala


perkara itu dan merenungkan (menafsirkan)-Nya
di dalam hatinya”.

Bagi Lukas, dua syarat yang harus dimiliki demi


kredibilitas sebuah pewartaan adalah:

27
A.Pribadi yang mewartakan itu harus telah melihat
secara langsung dan pribadi fakta-fakta yang ia
wartakan

B. Ia telah mengikuti Yesus sejak semula.

a. Telah melihat langsung secara pribadi:


perempuan-perempuan yang pulang dari
makam (Luk. 24:9, 10, 23),
dua murid Emaus (Luk. 24: 13 – 35),
para rasul (Kis. 1: 21 – 22),
khususnya Petrus (Kis. 2: 14-40; 3:12-26; 4:
8-12; 10:34-43).

b. Dari semula (Luk. 1:2): “Mulai dari baptisan


Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke
surga” (1:22; 10:37; Luk. 3:21-23; 4:
14,15,18,dst.). Dengan demikian, selama
Yesus tampil di depan umum, mereka juga
hadir di sana (Kis. 1:21).
Perempuan-perempuan yang menemukan
makam kosong: “Datang dari Galilea dengan
Yesus” (Luk. 23:55; bdk. 8:1-3).

Dua murid Emaus: “Sama-sama dengan Dia


dari Galilea ke Yerusalem” dan Yesus
menampakkan diri juga kepada mereka (Kis.
13:31), mereka termasuk kelompok “kita”
(Luk. 24:24), artinya sekelompok dengan
perempuan-perempuan (Luk. 24:22), para
rasul dan semua yang lain yang bersama-sama
dengan mereka (Luk. 24:9, 10, 33).
Para rasul: sejak awal hingga akhir telah
berada bersama Yesus (Kis. 1:21-22).
28
Berkaitan dengan Maria :

Jika para rasul, murid-murid dan perempuan-


perempuan menjadi saksi mata dan terlibat dalam
masa hidup Yesus di depan umum, siapakah yang
sejak awal sekali, bertahun-tahun, khususnya pada
masa kanak-kanak Yesus, yang menjadi saksi, jika
bukan Maria ibunya?
Maria juga ikut Yesus dari Galilea (bdk. Luk. 1:26)
hingga Yerusalem (Bdk. Luk. 2:51a).
Kata kerja (Yun) yang dipakai untuk “merenungkan”
adalah Symballõ, artinya menimang-nimang dengan
membanding-bandingkan.

Terjemahannya yang cukup tepat adalah


“menafsirkan”, yaitu kegiatan membanding-
bandingkan dua atau lebih hal: orang, peristiwa,
kata-kata, etc. Tujuannya adalah untuk
menemukan aspek-aspek yang sama atau yang
berbeda, sehingga kita sampai ke penilaian yang
tepat dan jelas.

Nah, selama seluruh hidupnya, seperti juga di perikop


ini, Maria selalu melakukan aktivitas akal budi atau

29
pikiran, dalam menafsirkan seluruh peristiwa Yesus.
Hanya dia yang memiliki pengalaman langsung atas
peristiwa-peristiwa itu, menafsirkannya, hingga
memperoleh visi yang jelas pada peristiwa Paska.
Maka, bagi Gereja awal, Maria adalah saksi untuk
inkarnasi dan seluruh hidup Yesus. Kredibilitas
pewartaaannya tentang Yesus Putranya, tidak pantas
diragukan.

C. Lukas 2: 21-40: Yesus disunat dan


diserahkan kepada Tuhan – Simeon dan
Hana

Terhadap anak yang baru lahir, Maria menjalankan


tiga ritus yang ditetapkan oleh hukum Musa.
- Menyunatkan Yesus pada hari ke delapan setelah
lahir: Luk. 2:21; Im. 12:3.
- Mempersembahkan Yesus kepada Allah: Luk. 2:
22b-24: Kel. 13: 1-2, 11-12, 16-dst: Ul. 8: 16-17.
- Pentahiran; ritus ini terutama berkaitan dengan ibu
yang baru melahirkan: Luk. 2:22; Im. 12:2.

Maria, dengan demikian, tampil sebagai orang yang


“benar” dihadapan Allah yaitu sebagai orang yang
setia dalam mengikuti hukum Musa.

Lukas 2: 34a, 35: Ramalan Simeon

30
“Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata
kepada Maria, ibu anak itu: …dan suatu pedang
akan menembus jiwamu sendiri, supaya
menjadi nyata pikiran hati banyak orang”.

Yang hendak diperhatikan di sini adalah simbolisme


“pedang”.
Secara singkat, pedang berarti Sabda Allah (Yes.
49:2; Keb. 18:15; Wahyu 1:16; 2:12, 16; 19:15, 21;
Ef. 6:17; Ibr. 4:12). Terutama berkaitan dengan Ibr.
4:12 ini ada kemiripan dengan Luk. 2:35: pedang
dapat menembus jiwa dan sanggup menyingkapkan
pikiran hati orang.
Sehingga menjadi jelas di sini bahwa pedang adalah
Sabda Allah, secara khusus kini Sabda yang terungkap
dalam ajaran Yesus. Ajaran Yesus itu seperti pedang
yang dapat menjadi pro-kontra, “tanda yang
menimbulkan perbantahan” (Luk. 2:34), sabda akan
keluar dari mulutNya bagaikan pedang yang tajam
(Yes. 49:2), karena ia akan menjadi “Terang bagi
bangsa-bangsa lain dan kemuliaan bagi Israel” (Luk.
2:32; bdk. Yes. 42: 6; 49:2).

Maria ditampilkan sebagai seorang yang beriman,


yang harus “mengkonfrontasikan” hidupnya dengan
sabda Allah yang dilambangkan dengan pedang itu.
Hatinya akan ditembusi dengan sangat dalam oleh
Sabda Allah. Sebab ia telah menyambut peristiwa dan
sabda Yesus dalam hatinya (Luk. 2: 19. 51b; bdk. 8:
19-21; 11:27-28). Ia menafsirkan semua peristiwa itu
walau belum mengerti sepenuhnya (Luk. 2:48-51b).
Pikiran-pikirannya diterangi dan diilhami oleh terang
firman, dan ia terus bertumbuh di dalamnya.

31
Firman ini menggembirakan tetapi juga menyedihkan
hatinya. Gembira, jika melihat buah-buah sabda telah
tumbuh dalam hati “yang baik” (bdk. Luk. 8:15).
Tetapi juga sedih, oleh karena ia belum mengerti
sepenuhnya (Luk. 2:49-50). Tetapi ia terus
berkembang dalam peziarahan iman (LG. 58), bukan
tanpa kegelapan dan cobaan (Luk. 9: 23). Saat-saat
yang paling gelap adalah tatkala harus memahami
drama salib dan kalvari. Hatinya sungguh tertusuk
saat itu.
Itulah saat kenosisme iman yang sangat dalam, tiada
duanya (Redemptoris Mater).

D. Luk. 2:41-52: Yesus pada umur dua belas


tahun dalam bait Allah.

Maria dan pengolahan dalam keheningan

“Tetapi mereka tidak mengerti apa yang


dikatakannya kepada mereka….”. (Luk.
2:50)

Alasan ketidakmengertian:
Dalam seluruh Injil Lukas tampak bahwa tidak
seorangpun dapat mengerti apa yang Yesus
maksudkan jika Ia berbicara tentang sengsara, wafat
dan kebangkitan, sebelum segalanya itu terlaksana:
para rasul tidak mengerti, Maria dan Yosef pun
menjadi bagian di dalamnya (Luk. 9:45; 18:34; 24:
25; bdk. Mrk. 8:32; 9: 32a; Mat. 16:22; 17:23).
Kisah ini mau menampilkan bahwa Maria dan Yosef
pun ambil bagian dalam “ketidakmengertian umum”
itu. Sebab kisah Luk. 2:41-52 ini harus dipahami
dalam koteks sengsara, wafat dan kebangkitan.
32
Dalam kisah ini kita temukan elemen-elemennya:
- Yerusalem, Bait Allah, Paskah (Luk. 2: 41, 46).
- Dukacita dan air mata, keputusasaan dalam mencari
Yesus (Luk. 2:48).
- “Sesudah tiga hari” (Luk. 2: 46a; bdk. Luk. 24:7,
21,46; 9:22; 18:33; Kis. 10:40).
- Kehendak Allah HARUS terlaksana (Luk. 2:49b; bdk.
Luk. 9: 22; 24: 7, 26, 44, 46; Luk. 18: 31; 24: 25-27,
32, 44-46).
Tapi ditampilkan juga perbedaan Maria dengan para
rasul.
Luk. 2: 51c; “Dan ibunya menyimpan semua perkara
itu di dalam hatinya”.
Para rasul, walaupun tidak mengerti, mereka takut
untuk bertanya, tetapi Maria menafsirkannya di dalam
hatinya, termasuk ucapan Yesus yang saat ini tidak
dapat ia mengerti sepenuhnya.
Maria mengolahnya dengan aktif dan penuh hormat,
dalam keheningan sambil tetap terbuka terhadap
misteri dan membiarkan diri terlibat di dalamnya,
untuk kemudian sampai pada saat semuanya
terlaksana. Pada saat itulah kemudian ia mengisahkan
“kenangan” dan pemahamannya kepada komunitas
Yudeo-Kristiani di Yerusalem (Kis. 1:14) di mana
Lukas juga menjadi bagiannya.

E. Kis. 1:14: Maria di Gereja Yerusalem saat


Pentekosta.
Maria telah mengalami terlebih dahulu Pentekosta
(Protopentekosta),
yaitu turunnya Roh Kudus yang menggerakan
Gereja ke arah misi.

33
Maria telah menjadi misionaris pertama, lewat
kunjungannya kepada Elisabet.

“Mereka semua bertekun dengan sehati


dalam doa bersama-sama, dengan
beberapa perempuan serta Maria, ibu
Yesus, dan dengan saudara-saudara
Yesus”.

- Walaupun memiliki misi khusus dan tunggal, Maria


tidak terpisahkan dari Gereja. Ia hadir di sana dengan
gelarnya: “Ibu Yesus”. Ia ada dalam Gereja dan
dengan Gereja para rasul di Yerusalem, ibu dari
semua Gereja kristen.

- Maria ada di tengah-tengah mereka dengan hati


penuh kerahiman, sebab semua yang hadir di situ
sebelumnya telah melupakan Sang Guru pada saat-
saat hidupNya yang paling gelap (bdk. Luk. 22:53).

- Maria ada dalam Gereja yang sedang menantikan


Roh Kudus (1:12-14; 2:1-13).
Maria telah mengalami terlebih dahulu Pentekosta
(Protopentekosta) karena terdapat analogi antara
turunnya Roh Kudus atas Maria dan Roh Kudus atas
Gereja saat Pentekosta.

Luk:
Roh Kudus, kekuatan yang Mahatinggi,
datang atas Maria,
dan Maria berkata…Jiwaku mengagungkan Tuhan…hal-
hal besar…
Yang Mahatinggi lakukan padaku (Luk. 1:35, 46, 49).

Kis:
34
Kuasa dari Roh Kudus, dari atas,
turun atas para rasul;
dan semuanya penuh dengan Roh Kudus; dan mulai
berbicara dalam bahasa-bahasa lain, hal-hal besar
yang dilakukan Allah,
seperti Roh Kudus berikan kepada mereka untuk
dikatakan (Kis. 1:8; 2: 4, 6, 7, 11). Ω

MARIA
MENURUT ST. YOHANES

Secara klasik, ada empat perikop yang berkaitan


dengan Maria:
1. Yoh 1:13: Tentang keperawanan sebelum
mengandung dan saat melahirkan
2. Yoh 2: 1-12: Tentang perkawinan di Kana
3. Yoh 19: 25-27: Tentang Maria dan murid terkasih
di bawah salib
4. Wahyu 12: Tentang Maria pada masa Gereja kini

1. Yoh. 1:13: Maria mengandung dan


melahirkan dalam keadaan perawan

35
(virginitas ante partum dan virginitas in
partu).

Di Yoh 1: 13 ini, mengandungnya Maria dalam


keadaan perawan dan melahirkan juga dalam keadaan
perawan memang tidak disebut secara eksplisit.

Prolog Injil Yohanes (1: 1-18) melukiskan tiga fase


hidup Sang Logos.
a. Persatuan Logos secara hakikat dengan Allah, lalu
karya dan kehadiran-Nya dalam penciptaan (1:1-9).
b. Logos ditolak dan disambut oleh dunia.
Kelompok yang menyambutNya akan diangkat
sebagai anak-anak Allah (1:10-13).

c. Logos menjadi manusia, memiliki fisik yang fana, Ia


menyatakan kemuliaan-Nya,
dan bahwa murid-murid-Nya akan mengambil
bagian dalam rahmat dan kebenaran-Nya (1:14-18).

Bagian yang berkaitan dengan kemungkinan


perkandungan dan kelahiran perawani adalah bagian
kedua,, khususnya ayat 12-13, dan secara lebih
khusus lagi ay. 13.

36
Terjemahan Indonesia:

(12) “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-


Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu
mereka yang percaya dalam nama-Nya;
(13) orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah
atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh
keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah”.

Terjemahan Bible de Jérusalem:

(12) “Tetapi semua orang yang menerima-Nya, diberi-


Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu
mereka yang percaya dalam nama-Nya,
(13) Dia yang diperanakkan bukan dari darah, bukan
dari keinginan daging, bukan pula dari keinginan
seorang laki-laki melainkan dari Allah “.

37
Seperti tampak pada terjemahan yang kedua ini, ayat
13 tidak diterjemahkan secara plural, seperti versi
semua manuskrip Yunani mulai dari abad III dan
seterusnya, tetapi secara singular. Terjemahan
singular ini didukung oleh semua manuskrip tertua
(sebelum abad ke-3) dan didukung pula oleh banyak
Bapa Gereja seperti Yustinus, Tertulianus, Hipolitus
dan Ireneus.
Tertulianus menuduh aliran sesat Valentinian sebagai
yang telah memalsukan terjemahan ayat 13 itu ke
bentuk plural untuk menyokong ajaran mereka
tentang adanya kaum spiritual, pneumatis, sempurna
atau terpilih. Mereka berpendirian: “Apa yang
dilahirkan dari Roh adalah Roh” (Yoh. 3:6). Tubuh
Yesus semata-mata dibentuk dari kekuatan Roh,
tanpa keterlibatan biologis Maria. Kalau Maria disebut
perawan, itu oleh karena tidak ada yang diambil Yesus
dari darah dan dagingnya. Maria adalah perawan
karena Yesus “lahir dari Allah” (Yoh. 1:13).
(Catatan: Penafsiran kaum Valentinian ini
bertentangan dengan kata Lukas, “… dan terpujilah
buah tubuhmu”)

Oleh karena itu, masih menurut kaum Valentinian,


dalam Yesus tersembunyi tubuh yang spiritual,
pneumatis. Dan tubuh ini diwariskan kepada kaum
spiritual, terpilih. Mereka adalah orang-orang yang
telah sampai ke tahap pemahaman tertinggi dalam
hidup keagamaan. Ini hanya dimungkinkan bukan
oleh karena daging atau darah, melainkan oleh karena
benih ilahi, yaitu kehendak Allah.

Namun, jika ay. 13 itu dibaca secara singular, seperti


tertulis pada manuskrip-manuskrip tertua, ayat 13 ini
memiliki kecocokan dengan 1Yoh. 5:18:
38
“Kita tahu bahwa siapa pun yang lahir dari
Allah, tidak lagi berdosa,
tetapi Dia yang diperanakkan dari Allah
melindunginya”.

1.Yesus di sini didefinisikan sebagai


“Dia yang diperanakkan dari Allah”.
Ini sangat harmonis dengan Yoh. 1:13 dalam
bentuk tunggal: “Dia yang diperanakkan dari
Allah”.

Jika terjemahan dalam bentuk tunggal ini dipakai,


maka ada tiga hal yang ditolak pada ayat 13:

1. “Bukan dari darah”. Dalam bahasa


Perjanjian Lama (Im. 12:4-7), ungkapan ini
menunjuk kepada kenyataan bahwa kelahiran
Yesus tidak menyebabkan keluarnya darah dari
pihak ibu-Nya. Ini merujuk ke virginitas in partu,
keperawanan Maria saat melahirkan Yesus.

2. “Bukan dari keinginan daging”: ungkapan ini


mengecualikan setiap hasrat daging atau nafsu,
baik dari pihak laki-laki maupun perempuan.

39
3. “Bukan pula dari keinginan seorang laki-laki”:
mengecualikan peran laki-laki, yang menjadi aktor
bagi mengandungnya Maria.

Penolakan-penolakan ini mengikuti garis “maju-naik”:

1. pertama-tama yang dikecualikan adalah elemen


yang paling material: “darah” saat melahirkan.
2. lalu elemen yang paling umum: “keinginan daging”,
yang ada pada setiap manusia, yang
memungkinkan seorang perempuan mengandung.
3. lalu elemen yang paling khusus: “keinginan seorang
laki-laki” dalam proses perkandungan itu.
1. akhirnya, kini positif, ke tingkat ilahi: “dari Allah”.
Ini menekankan bahwa Allah sendirilah yang
menjadi Bapa dari Sabda yang menjelma. Allah-lah
yang memperanakkan-Nya.

2. Ibu Yesus saat Perkawinan di Kana

Makna mariologis dari perikop ini pernah ditafsirkan


secara alegoris (abad pertengahan), lalu historis-kritis
(pertengahan abad XX), hingga akhirnya kini
ditafsirkan secara simbolis-teologis.

Dalam perspektif ini, perikop ini ditafsirkan kini dalam


kaitannya dengan teofania di Sinai dan misteri
Paskah. Akan tampak bahwa kisah ini secara sangat
mendasar memiliki makna kristologis, yaitu
menekankan Yesus sebagai Mesias dan superioritas
40
pewahyuan Kristus dibandingkan dengan Perjanjian
Lama.

a. Dalam kaitannya dengan rumusan Perjanjian di


Gunung Sinai (Kel. 19:3-8; 24: 3,7):
Maria adalah Musa baru dalam konteks Perjanjian.

Ada paralelisme antara Perjanjian di Sinai dengan


Kana:
- Kedua peristiwa itu terjadi pada hari ketiga: Kel. 19:
11, 16; Yoh. 2:1.
- Pengantara: Musa, antara Yahwe dan rakyat (Ul.
5:4); Maria, antara Yesus dan pelayan, dan ia
berbicara masing-masing kepada kedua pihak (Yoh.
2:3,5).
- Anugerah: di Sinai, hukum (Kel. 19:7; 24: 3, 7); di
Kana: Anggur Mesianik.

Yang menakjubkan adalah kesamaan isi antara


jawaban rakyat di Sinai dan saat pembaharuan
Perjanjian (Ul. 5:27; Yos. 24:24; Ez. 10:12; Neh.
5:12) dengan kata-kata yang Maria alamatkan kepada
pelayan-pelayan.

- Gunung Sinai:
Kel. 19:8: Apa yang YHWH katakan, akan kami
lakukan.
Kel. 24: 3, 7: Apa yang YHWH perintahkan, akan kami
lakukan.

- Kana:
Yoh. 2:5: Apa yang Ia katakan kepada kamu,
lakukanlah.
41
Dengan menggunakan skema Perjanjian ini, Yohanes
ingin mempresentasikan Kana sebagai Sinai baru, di
mana Perjanjian Baru ditetapkan.

Tokoh-tokoh: YHWH di ganti Yesus, Musa diganti


Maria, rakyat diganti pelayan-pelayan.
Tetapi Maria lebih dari Musa. Maria tidak hanya
memfasilitasi terjadinya tanda/mujizat/Perjanjian,
tetapi juga mengidentifikasi diri sebagai umat Israel
masa depan yang sejati, yaitu Gereja. Nyatanya,
Yohanes menempatkan dalam mulut Maria pengakuan
iman dari seluruh bangsa Israel, yang mereka
ucapakan saat Perjanjian dan saat pembaharuannya.
Sebagai pengantara Perjanjian, pertama-tama ia pergi
kepada Allah, lalu meminta jawaban umat untuk taat.
Kata-kata Maria, “Apa yang Ia katakan kepada kamu,
lakukanlah” dengan demikian sama isinya dengan
kata-kata, “Apa yang Ia katakan, mari kita lakukan
bersama”.
Dengan demikian, ia telah terlebih dahulu terikat
Perjanjian secara personal, sehingga dapat
mendorong, bukan saja sebagai penonton,
terlaksananya Perjanjian Baru yang mencakup semua
orang. Ini hanya dimungkinkan karena Maria telah
memiliki pengalaman dalam pelaksanaan kehendak
Allah.

Karena itu, menjadi beralasan juga mengapa Yesus


menyapa Maria dengan sapaan “Perempuan “ (2:4),
karena umat terpilih sering dilambangkan dengan
“perempuan” (bdk. Hos. 1-3, Yes. 26: 17-18).

Sehingga pendapat yang mengatakan bahwa Yesus


menyangkal hubungan alamiah ibu-anak lewat
42
sebutan “perempuan” dan tidak menghendaki
campur-tangan Maria, dengan sendirinya gugur.
Pendapat ini tidak sejalan dengan peran positif Maria
sebagai seorang beriman, juga tidak cocok dengan
akhir kisah yang mengatakan bahwa sesudah
peristiwa di Kana itu, “Yesus pergi ke Kapernaum,
bersama-sama dengan ibu-Nya…” (2:12).

b. Prospektif Paskah.

Peristiwa di Kana dapat juga dibaca dari sudut


pandang Paskah yang masih akan terjadi. Ciri-ciri
Paskah dalam teks ini tidak hanya muncul dari
sebutan “Pada hari ketiga” (2:1) tetapi juga dan
terutama dengan “Saat” (Yoh. 2:4), yaitu saat
pernyataan kemuliaan Yesus, saat sengsara dan
kebangkitan. Dengan demikian, “saat” yang
dimaksudkan di sini bukan terutama saat yang tepat
untuk melakukan mujizat, tetapi saat sengsara-
kemuliaan Yesus (dalam Injil Yohanes dipakai delapan
kali kata “saat”: 7:3; 8:20; 12:23, 27 dua kali; 13:1;
17:1; 19: 27).
Karena itu, jawaban Yesus, “Apa yang harus aku
lakukan dengan engkau, wahai perempuan, saat-Ku
belum tiba” (2:4), itu menunjuk ke Kalvari, saat di
mana anak dan ibu disatukan dan ibu diberi tugas.
Terjemahan lain untuk kata-kata Yesus ini: “Apa yang
ada antara Aku dan engkau, wahai perempuan? Saat-
Ku belum tiba”.
Terjemahan Indonesia: “Mau apakah engkau dari
pada-Ku ibu? Saat-Ku belum tiba”.
43
Maka, Kana merupakan sebuah appointment dengan
Maria, bahwa mereka akan bertemu di salib, dan ia
akan menerima tugas. Maria akan disatukan dengan-
Nya dan menerima misi baru. Inilah “saat”-nya Yesus
melakukan sesuatu dengan Maria, yaitu bahwa Yesus
memberi tugas dan anggur definitif kepadanya.

Maria belum mengerti kata-kata Yesus ini, masih


merupakan misteri, tetapi ia melayani Anaknya. Ia
tidak bertanya apa maksudnya, walaupun sekilas
tampak bahwa Anaknya berjarak dari padanya, tapi ia
tetap setia.

Setelah itu ia berkata, “Apa yang Ia katakan kepada


kamu, lakukanlah”.

Secara singkat, “anggur” adalah lambang hukum


Perjanjian Baru, yaitu Injil yang dibawa Yesus.

Hasil tanda di Kana: iman para murid (2:11).


Walaupun belum sempurna tetapi sudah merupakan
awal yang menentukan. Di sekitar Yesus ada
kelompok beriman, terdiri dari “Ibu-Nya dan saudara-
saudara-Nya dan murid-murid-Nya” yang sama-sama
pergi ke Kapernaum (2:12).

3. Murid Terkasih Menyambut Maria di antara


Miliknya (Yoh. 19: 25-27)

44
Peristiwa di Kalvari ini harus dikaitkan dengan episode
di Kana.
Pada kedua peristiwa itu, Maria tampil sebagai “Ibu
Yesus”, “perempuan”;
Kedua peristiwa itu juga berbicara tentang “saat”.

Episode ini hendaknya dibaca dalam perspektif


pewahyuan, yang sangat khas pada Yohanes, yang
terdiri dari tiga elemen:
a. seorang A melihat seorang B
b. dan berkata
c. Inilah B, artinya B dengan kualitas baru, yang
hingga saat itu belum disingkapkan, yaitu perannya
dalam sejarah keselamatan Allah.

Skema ini muncul empat kali dalam Injil Yohanes:


dua kali dengan subyek Yohanes Pembabtis (1:29, 36)
dan
dua kali dengan subyek Yesus (1: 45: berkaitan
dengan Natanael; 19:25-27: berkaitan dengan Maria
dan murid yang dikasihi).

Jika Yesus adalah sunguh-sungguh “Anak Domba


Allah”, Maria dengan demikian adalah sungguh-
sungguh ibu dari murid terkasih. Maria memiliki tugas
yang harus dijalankan dalam sejarah keselamatan,
yaitu peran kebundaan terhadap murid-murid Yesus,
yang diwakili oleh “murid terkasih”. Murid-murid ini
kini menjadi anak-anak dari ibu-Nya.
Menjadi “ibu rohani” dalam Kitab Suci selalu berarti
menjadi contoh atau model (bdk. 1Kor. 4:15-16; Yoh.
8:39; 1Pet. 3:6). Sehingga, Maria dipercayakan
kepada “murid terkasih” untuk membantunya dalam

45
perjalanan rohani dalam menghayati hidupnya sebagai
anak Allah.

“Sejak saat itu, murid itu menerimanya di antara


miliknya” (19: 27).

a. Saat: saat Yesus naik dari dunia ini kepada Bapa


(13:1), saat kemuliaan, pengangkatan (bdk. 12:
23, 27, 32).

b. Murid: “Murid yang dikasihi” (13: 23, 25; 19:35;


20:8; 21: 7; 21: 24), merupakan wakil setiap
murid yang Yesus kasihi karena beriman kepada-
Nya.

c. Menerima: kk Yunani Lambano merupakan kata


kerja yang dipakai Yohanes juga dalam kaitannya
dengan Yesus (5: 43-44; 13: 19-20). Maka ia
menunjuk ke sikap iman kepada Yesus. Dan sikap
iman yang sama ini, kini juga dialamatkan kepada
Maria.

d. Di antara miliknya (Eis ta idia): tidak merujuk ke


“rumah” tetapi ke milik rohani, bukan milik
ekonomi tetapi harta yang diperoleh dari kenyataan
bahwa ia dikasihi oleh Kristus, hidup dalam
kesatuan dengan-Nya. Menerima Maria dalam
rumahnya sama dengan menerima Maria sebagai
bagian dari imannya kepada Yesus.

46
Sebab “rumah” atau harta-harta rohani yang diberi
Yesus kepada para beriman adalah: rahmat (1: 16),
Sabda (12: 48; 17: 8), Roh Kudus (7: 39; 14: 17;
20:22) dan ekaristi (6: 32-58). Nah, “murid terkasih”
ini juga menerima anugerah ibu Yesus, yaitu dengan
menyediakan ruang bagi Maria dalam hidup
rohaninya.
Ini adalah murid yang matang: menerima Maria
sebagai salah satu nilai imannya, yang diberi oleh
Guru karena kasih-Nya kepada komunitas beriman.

Akhirnya, bagi Injil Yohanes, Maria


adalah :

- “Perempuan Perjanjian”, sebagai personifikasi Israel


masa depan yang percaya kepada Kristus (2: 1-12)

- Ibu “murid terkasih”. Maria bukan opsional


bagi hidup iman murid Yesus melainkan bagian utuh
dari imannya kepada Kristus. Penerimaan Maria
merupakan konsekuensi dari imannya kepada Yesus.

- Maria ditempatkan selalu dalam konteks “saat”


Yesus, sehingga nilai wacana marial secara kristologis
sangat tinggi. Maria hadir dari awal hingga akhir hidup
Kristus. Sehingga ia bukan hanya pribadi atau
individu, tetapi “perempuan”, “ibu” yang
mengaktualisasikan Sion yang diramalkan para nabi.

47
4. Tanda Besar (semeion mega): perempuan
berselubungkan matahari (Wah. 12: 1).

Ada dua tafsiran yang tak saling terpisahkan atas


perikop ini.

a. Tafsiran eskatologis (zaman Patristik):


“perempuan” adalah umat Allah yaitu Sion yang
menjadi Gereja.

Ada dua simbol yang ditampilkan:


- “Perempuan surgawi” (ayat 1): mengingatkan akan
hubungan sponsal antara Allah dan umat beriman.
Ornamen-ornamennya adalah seperti di Yerusalem
atau seperti mempelai laki-laki dalam Kidung Agung
(Yes. 60: 1, 19-21; Kid. 6: 10).
Pakaian bercahaya, “Berselubungkan matahari”:
lambang pemeliharaan penuh kasih dari Allah.
“Dengan bulan dibawah kakinya”: lambang kekuasaan
atas perjalanan waktu (kalender berdasarkan bulan)
“Sebuah mahkota dari duabelas bintang di atas
kepalanya”: lambang dua belas bapa bangsa dan
duabelas rasul

- “Perempuan mengandung” (ayat 2): ia menjerit


karena menderita saat melahirkan.
Ini adalah gambaran yang sangat menarik untuk
sastra apokaliptik (bdk. Mikh. 4: 10, Yes. 26: 17-18).
“Perempuan” ini merupakan lambang umat yang

48
sedang menderita mendahului masa kedatangan
Kristus (Yes. 13:8; 66:7; Hos. 13: 13; Mat. 24: 8),
tetapi khususnya dalam menantikan kebangkitan
Tuhan (Yoh. 16: 19-22). Komunitas Gereja perdana
dipahami sebagai ibu manusia baru.
Lalu terjadi perjuangan melawan naga yang
merupakan penjelmaan kekuasaan setan yang
mengerikan (12:9): ia gagal mencelakai Anak
perempuan itu yang ditarik ke takhta Allah (12: 5),
gagal pula mencelakai perempuan itu yang lari ke
padang gurun dalam perlindungan Allah (12: 6, 14),
karena itu, ia melampiaskan amarahnya atas
keturunan perempuan itu (12: 13-17) yaitu anggota
umat Allah yang adalah anak-anak perempuan itu.

b. Tafsiran Mariologis (Abad Pertengahan):


“Perempuan” adalah ibu Yesus, citra Gereja.

Dasarnya adalah adanya tiga titik persamaan antara


perempuan dalam Kitab Wahyu ini dengan Maria, ibu
Yesus dalam Injil Yohanes.
- dua-duanya disapa sebagai “perempuan”.

- dua-duanya berbicara tentang anak-anak yang lain,


selain Yesus.

- kebundaaannya dikaitkan dengan salib.


Rujukan ke Maria juga semakin eksplisit pada
ayat ke – 5:
“Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang
akan menggembalakan semua bangsa dengan gada
besi”.
Tetapi ayat ini tidak melukiskan kelahiran Yesus di
Betlehem, tetapi kebangkitan yang didahului oleh
49
sakit bersalin dari pihak komunitas beriman.
Sehingga kalau pada ayat kedua dikatakan bahwa
“Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan
penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak
kesakitan”, bukan sedang merujuk ke sakit bersalin
saat melahirkan di Betlehem, tetapi kesakitan
bersalin spiritual, menantikan kelahiran Yesus yaitu
kebangkitan-Nya.
Kebangkitan Yesus dilihat sebagai kelahiran, yang
telah diramalkan dalam Mzm. 2:7:
“Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada
hari ini” (Kis. 12: 33; Ibr. 1:5; Yoh. 16: 21-22).
Sehingga kelahiran pada Why. 12: 5 itu berbicara
tentang kebangkitan.
Nyatanya, pada ayat 6 dikatakan: “Tiba-tiba
Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah
dan ketahtanya!”.
Terhadap kelahiran ini, melalui sakit bersalin, ikut
serta juga ibu Yesus, yang hadir di salib (Yoh.
19:25) dengan jiwa yang tertusuk “pedang” (Luk.
2:35).
Sehingga penderitaan Maria menunjuk juga
penderitaan Gereja. Dalam melahirkan Kristus dalam
sejarah kini Gereja melanjutkan peran kebundaan
Maria dalam menunggu kebangkitan. Gereja kini
sedang sakit bersalin.

50
Tambahan
Tentang Perkawinan di Kana

a. Anggur

“Mereka kehabisan anggur” (2: 3c; bdk. ayat 9 dan


10). Pada ayat 10 anggurnya dikatakan “baik” dan
berlimpah-limpah.
Dalam Perjanjian Lama, para nabi mengajarkan
bahwa hidup pada masa pembaharuan, yaitu pasca-
pembuangan, akan disertai dengan anggur yang
berlimpah (Am. 9:13; Yer. 31: 12; Yoel. 2:19, 24;
Hos. 14: 8; Yes. 25: 6; 55: 1; Zak. 9: 17). Kadang,
hidup penuh anggur ini dikaitkan juga dengan
perkawinan (Hos. 2: 21-24; Yes. 62: 5-9). Juga Kitab
Kebijaksanaan mengharapkan adanya anggur saat
perjamuan (9:2, 4, 5).
Apa itu anggur yang diharapkan akan mewarnai hidup
pasca-pembuangan?

51
Secara singkat dapat dikatakan bahwa yang
dimaksudkan dengan “anggur” dalam Perjanjian Lama
itu tiada lain adalah HUKUM MUSA atau TORAH.

- Pada Perjanjian Baru (Yohanes), dalam kisah


perkawinan di Kana, “anggur” merupakan simbol
hukum baru yang dibawa Kristus, yaitu sabda-Nya,
yang menggantikan hukum Musa (Torah) dan kitab
para nabi (Yoh. 1: 45). Anggur yang baik adalah
sabda Yesus, Injil-Nya.
Air yang diubah menjadi anggur pada pesta
perkawinan itu bukanlah air profan, melainkan air
yang “disediakan untuk pembasuhan menurut adat
orang Yahudi” (Im. 11-16; 20: 25-26; Ul. 14: 3-21).
Mencuci tangan sebelum makan merupakan tindakan
pembersihan atau pembasuhan diri dari kontak yang
sebelumnya dilakukan dengan hal-hal najis.
Dengan diubahnya air pembasuhan itu menjadi
anggur, maka pembasuhan kini tidak lagi dilakukan
oleh ketaatan dalam melaksanakan hukum Musa
(yang dilambangkan dengan air di enam tempayan
itu), melainkan oleh Injil Kristus, oleh sabda-Nya,
yang dilambangkan dengan “anggur yang baik”. Yesus
berkata, “kamu memang sudah bersih, oleh firman
yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh. 15:3). Jadi,
firman Yesus itu membersihkan, membasuh,
membebaskan kita dari perbudakan dosa (Yoh. 8: 32,
34-36).

- Anggur di Kana juga melambangkan kepenuhan,


keparipurnaan yang definitif. Kata-kata “Sampai
sekarang” (ayat 10) menunjuk ke setiap fase sejarah
keselamatan yang telah mempersiapkan dan
mendahului tindakan Yesus (bdk. Yoh. 5: 17; 16: 24;
1Yoh. 2: 8-9). Pada Kristus, rencana keselamatan itu
52
menjadi paripurna secara definitif. Karena itu, Ia
memerintahkan para pelayan untuk mengisi semua
tempayan itu “penuh dengan air”, “Sampai penuh”
(ayat 7). Kepenuhan ini tidak hanya berkelimpahan
tetapi juga kegenapan, kesempurnaan. Yohanes
berkata, “karena dari kepenuhan-Nya kita semua
telah menerima kasih karunia demi kasih karunia;
sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih
karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus”
(Yoh. 1:16-17).

b. Jawaban Yesus

“Apa yang ada antara Aku dan engkau…” (2:4b).


Dalam Kitab Suci ungkapan ini cukup umum. Ia
menunjuk ke adanya divergensi atau
ketidaksepahaman antara dua atau lebih pembicara
(bdk. Yos. 22:24; 2Sam. 16:10; 19:23; 1Raj. 17: 18;
2Raj. 3:13; 9: 18, 19; 2Taw. 35: 21; Hos. 14:9; Yer.
2:18; Yoel 4: 4; Mrk. 1:24; 5: 7; Mat. 8: 29; Luk. 4:
34; 8: 28).
Berkaitan dengan Yoh. 2: 4b, tampak bahwa ada
perbedaan paham atau maksud antara Yesus dan
Maria.
Yesus berbicara tentang “saat”-Nya yang belum tiba,
yaitu “saat” penderitaan dan kebangkitan (Yoh. 7: 30;
8: 20; 12: 23; 13: 1,dll.). Itulah saat untuk memberi
“anggur” definitif, tetapi “anggur” yang dimaksudkan
adalah sabda-Nya sendiri, yaitu diriNya sendiri.

53
Sedangkan Maria sibuk memikirkan anggur material.
Dan menduga kalau kinilah saatnya untuk membuat
mukjizat, untuk menyelamatkan sukacita perkawinan
tersebut.
Tapi Yesus menjawab informasi yang disampaikan
ibuNya dengan tingkat pembicaraan yang lebih tinggi:
“Apa yang ada antara Aku dan engkau…..saat-Ku…”
(2:4b). Yesus berbicara tentang “anggur” dan “saat”
yang lain. Jawaban Yesus melewati realitas material
ke realitas spiritual, tentang anggur yang berkaitan
dengan saatNya. Yesus melampaui wilayah material,
yaitu wilayah yang dimaksudkan Maria. Maka,
wajarlah kalau jawaban Yesus kedengarannya “keras”
dan wajar jugalah kalau yang muncul adalah
kesalahpahaman.
Sebab dalam Injil Yohanes, Yesus memang
menyampaikan wacana yang tingkatnya lebih tinggi
dari yang dimaksudkan lawan bicara, sehingga lawan
bicara itu tidak mengerti (bdk. Yoh. 3: 3-6 tentang
Nikodemus; 4: 31-34 tentang perempuan Samaria;
6:26-27 tentang roti hidup; 11: 11-14 tentang
kebangkitan). Perikop ini hanya mau mengatakan
bahwa kesalahpahaman yang sama juga menimpa
Maria.
Hanya setelah kebangkitan, akan menjadi jelas
maksud kata-kata Yesus di Kana.
Yesus akhirnya memang mengubah air menjadi
anggur, tapi itu hanya “tanda”, sebagai gambaran-
simbol dari “anggur” yang sesungguhnya, yaitu Injil-
Nya, yang akan diberikan pada “saat”-Nya. Yesus
berkata, “Apabila kamu telah meninggikan Anak
manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah dia” (Yoh.
8:: 28).

54
c. Siapa mempelai saat perkawinan itu

“Engkau menyimpan anggur yang baik sampai


sekarang” (ayat 10).
Mempelai laki-laki yang sesungguhnya saat
perkawinan di Kana itu adalah Yesus sendiri. Dialah
yang menyimpan anggur yang baik. St. Agustinus
berkata: “Mempelai laki-laki pada pesta perkawinan
itu adalah Tuhan sendiri”. Dalam Injil Yohanes yang
sama ini, Yohanes Pembaptis pernah menyebut Yesus
sebagai “Mempelai laki-laki” (Yoh. 3: 25-30). Dan dia
mendefinisikan diri sebagai “sahabat Mempelai laki-
laki” (Yoh. 3: 29; bdk. Why. 19: 7-8; 21:2).

Mempelai perempuannya adalah pertama-tama Maria

- sebagai “Perempuan” (ayat 4), yaitu sintesis Israel


yang kini sampai pada “saat” keselamatan definitif.
Perkawinan di Kana merupakan perkawinan rohani
antara Yesus dengan “Perempuan” (Israel).

- dan sebagai “Ibu Yesus” (ayat 1, 3, 5.12), yang


mewakili Gereja awal, yang saat itu sudah ada juga
anggota-anggotanya yang pertama, yaitu dalam diri
para murid yang hadir saat perkawinan itu.
Perkawinan di Kana merupakan perkawinan rohani
antara Yesus dan Gereja.

55

Anda mungkin juga menyukai