Laporan KP Bab 1 - Bab 5
Laporan KP Bab 1 - Bab 5
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan penyusunan PKL
1. Mengetahui Kebutuhan materil dilapangan sesuai dengan spesifikasi dan
peralatan yang digunakan di lapangan.
2. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan
perkerasan rigid pavement di lapangan
3. Terwujudnya hasil jalan yang berkualitas sesuai dengan spesifikasi
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini membahas latar belakang dari proyek Peningkatan
Jalan Desa Muara Ikan Kabuapaten Pali, rumusan masalah, tujuan penyusunan
PKL, Ruang Lingkup, dan sistematika penulisan laporan
2
BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pada bab ini membahas mengenai tinjuan pekerjaan perkerasan kaku (rigid
Pavement) pada proyek peningkatan jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali
BAB V PENUTUP
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan akhir dan saran dari pelaksanaan
pekerjaan proyek yang telah ditinjau selama Kerja Praktek Lapangan (PKL)
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK
4
2.2.1 Data Umum Proyek
Nama Proyek : Peningkatan Jalan Desa Muara Ikan Pali
Lokasi : Desa Prabumenang – Muara Ikan
Waktu : 180 Hari Kalender
Pelaksana : CV.ALFA JAYA PERKASA
No.kontrak : 094/027/KPA.01/PPTK.01/PJMIMI/IV/2002
5
Top view
Standar Spasing 4 - 5 m
Longitudinal joint
SideView
Base / subbase
Subgrade
450
250
Dowel Ø 22 panjang 40 cm - 30 cm
Dowel Ø 12 panjang 40 cm - 30 cm
250
6
Typikal perkerasan rigid pavement
500 cm
250 cm 250 cm
7
2.3 Struktur Organisasi Proyek
OWNER
DINAS PU PALI
KONTRAKTOR KONSULTAN
PENGAWAS
CV.ALFA JAYA CV.ALFA JAYA
PERKASA PERKASA
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah seseorang
atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada
pihak lain yang mampu melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak
kerja. Pemilik proyek peningkatan jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Penukal
Abab Lematang Ilir adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Penukal Abab
Lematang Ilir
8
2.3.2 Konsultan Perencana
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
3.2.2 Jalan Kolektor
1. Kolektor Primer
Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat
kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Didesain berdasarkan
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km per jam dengan lebar
badan jalan minimal 9 meter, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
2. Kolektor Sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
ketiga. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km per jam
dengan lebar badan jalan minimal 9 meter, dan lalu lintas cepat tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas lambat.
11
3.2.4 Jalan Lingkungan
1. Lingkungan Primer
Jalan yang menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan
perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 km per jam dengan lebar
badan jalan minimal 6,5 meter untuk jalan yang diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor roda 3 atau lebih. Sedangkan jalan yang tidak
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 3 atau lebih harus mempunyai
lebar badan jalan minimal 3,5 meter.
2. Lingkungan Sekunder
Jalan yang menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.
Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km per jam
dengan lebar badan jalan minimal 6,5 meter untuk jalan yang diperuntukkan
bagi kendaraanbermotor roda 3 atau lebih. Sedangkan jalan yang tidak
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 3 atau lebih harus
mempunyai lebar badan jalan minimal 3,5 meter.
1. Perkerasan kaku
Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi
(perkerasan) dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan
ikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar
dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Pada perkerasan kaku daya dukung
perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton.
12
2. Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah
dasar yang telah dipampatkan dan menggunakan aspal sebagai bahan ikatnya.
Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan
menyebarkan ke lapisan di bawahnya.
3. Perkerasan komposit
Perkerasan komposit adalah kombinasi antara perkerasan kaku dengan
perkerasan lentur. Perkerasan lentur di atas perkerasan kaku, atau perkerasan
kaku di atas perkerasan lentur.
Perkerasan kaku (rigid pavement) adalah suatu perkerasan jalan yang terdiri atas
plat beton atau semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah di atas tanah
dasar. Karena memakai beton sebagai bahan bakunya, perkerasan jenis ini juga
biasa disebut sebagai jalan beton. Proses pengecoran rigid ini mengunakan
Finisher Concrete Paver yang mempunyai fungsi menghampar, meratakan,
memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan mengatur
elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju dengan tebal pekerasan adalah
30 cm dan mengunakan mutu beton Fs = 45 kg/cm3. Pekerasan Kaku ( Rigid
Pavement ) di definisikan sebagai stuktur pekerasan yang terdiri dari plat beton
semen yang bersambung (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan ,atau
plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapisan pondasi bawah,
tanpa atau dengan aspal sebagai lapis permukaan. Perkerasan kaku mampu
menyebarkan beban pada tanah dasar dengan tanah daerah penyebaran yang luas,
sehingga tekanan yang di terima tanah dasar persatuan luas akibat beban, beban
lalu lintas menjadi sangat kecil. Kekakuan yang di miliki oleh perkerasan kaku
dapat ditingkatkan dengan memperbaiki mutu bahan penyusunnya yang berarti
menaikkan mutu beton semennya.
13
Skema lapisan konstruksi Pekerasan kaku (Rigid Pavement ) pada Gambar 3.1.
Tanah dasar atau sub grade adalah lapisan tanah paling bawah yang berfungsi
sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan
jalan di atasnya. Tanah dasar (sub grade) dapat berupa tanah asli yang dipadatkan
jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau
tanah yang distabilisasi (dengan semen, kapur dan lain lain). Terdiri dari beberapa
layer (tergantung desain). Per layer tebal 30-40 cm.
2. Lapisan pondasi bawah (subbase)
Lapis pondasi bawah adalah suatu layer atau lapisan di atasnya timbunan yang
digunakan sebagai pengalir aliran air secara horizontal agar tidak merusak badan
jalan. Sub-Base menggunakan material Agregat A / Base A. Agregat A
mempunyai spesifikasi tingkat kepadatan 100%. Sehingga hampir sama fungsinya
pada Jika digunakan sebagai layer drainase maka spesifikasi tingkat kepadatannya
harus 95% – 97% agar terdapat celah untuk air mengalir. Biasanya tebal Sub-Base
ini sekitar 15 cm padat. Sehingga penghamparan material sekitar 17 cm dan
setelah dipadatkan menggunakan vibro roller menjadi 15 cm. Apabila pemadatan
selesai maka dilanjut dengan uji sandcone (kepadatan).
14
3. Pelat Beton untuk Perkerasan Kaku
Pelat beton untuk perkerasan kaku merupakan lapisan paling atas dari perkerasan
kaku, pelat ini terbuat dari beton yang bermutu tinggi. Nilai slump beton untuk
perkerasan kaku ditetapkan sebesar = 5±2,5 atau minimum 5 cm dan maksimum
7,5 cm. Jarak tempuh batching plant ke lokasi kerja juga sangat berpengaruh
dalam nilai slump. Perkerasan beton semen memiliki dua jenis tulangan yaitu
tulangan sambungan melintang yang sering disebut dengan dowel dan tulangan
sambungan memanjang (tie bar). Dowel ialah baja polos lurus yang dipasang pada
setiap jenis sambungan melintang dengan tujuan sebagai sistem penyalur beban,
sehingga pelat yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan
penurunan yang berarti. Batang pengikat (tie bar) ialah batang baja ulir yang
dipasang pada sambungan memanjang dengan maksud untuk mengikat atau
mengunci antara sekmen 1 dan sekmen 2 dan seterusnya agar tidak bergerak
horizontal. Dowel pada perkerasan ini diletakkan pada sambungan susut,
sedangkan batang pengikat (tie bar) terletak pada sambungan memanjang (Diklat
Perkerasan Kaku, 2017).
15
Gambar 3.2 Plat Beton Perkerasan kaku
16
Gambar 3.3 Skema Perkerasan Kaku Bersambung Tanpa Tulangan
Sumber : (Diklat Perkerasan Kaku, 2017)
17
Gambar 3.5.
18
Gambar 3.6 Skema Perkerasan Kaku Menerus Dengan Tulangan
Sumber : (Diklat Perkerasan Kaku, 2017)
19
Gambar 3.7 Skema Perkerasan Kaku Prategang
Sumber : Diklat Perkerasan Kaku, 2017)
Potensi dari perkerasan kaku prategang, berkaitan dengan dua hal, sebagai
berikut :
a. Penggunaan bahan yang lebih efisien.
b. Sambungan yang di butuhkan menjadi lebih sedikit dan kemungkinan terjadinya
retak akan lebih kecil, sehingga biaya pemeliharaan lebih sedikit dan umur
perkerasan akan lebih lama.
5. Perkerasan beton semen pracetak
Perkerasan kaku pracetak dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu, Perkerasan kaku
pracetak tanpa prategang dan Perkerasan kaku pracetak dengan prategang
Perkerasan kaku pracetak terdiri dari individual panel yang dicetak terlebih
dahulu serta diberi pratekan dengan tebal pelat 20 cm dan dicetak selebar
perkerasan jalan. Perkerasan kaku pracetak prategang ini kurang lebih mempunyai
kapasitas menerima beban lalu lintas, setara dengan perkerasan kaku
konvensional setebal 35,5 cm. Pada perkerasan kaku pracetak prategang ini, ada
tiga tipe jenis pelat yang digunakan, yaitu:
a. joint panel, terletak di ujung-ujung dari masing-masing bagian rangkaian
pelat pratekan dan mempunyai ruji pada sambungannya untuk mengakomodir
pergerakan horizontal pelat
b. central panel, terletak ditengah-tengah dari rangkaian pelat dan terdapat
lubang (pocket) untuk penempatan ujung-ujung posttensional strand base
20
diletakan diantara joint panel dan central panel.
Dalam pelaksanaannya, pada suatu tahapan kegiatan, harus dilaksanakan
paling sedikit satu segmen yang mencakup susunan pelat dari joint panel ke joint
panel berikutnya. Pelat-pelat tersebut diletakkan di atas lapisan pondasi yang sudah
siap dan rata, sedangkan pelat-pelat tersebut pada kedua sisinya dilengkapi dengan
lidah - alur (shear key) yang mengontrol alinyemen vertikal selama pelaksanaan dan
menjamin kenyamanan pengendara untuk mencegah terjadinya (faulting). Skema
Perkerasan kaku Pracetak Pratekan dapat di lihat pada Gambar 3.8.
Keuntungan dari perkerasan kaku pracetak ialah terjaganya kualitas beton tetap
tinggi sesuai yang direncanakan, pengaruh akibat cuaca sangat kecil, dan selama
pelaksanaan tidak terlalu menganggu lalu lintas. Gambar Perkerasan Kaku Pracetak
Prategang dapat dilihat pada Gambar 3.9
21
Gambar 3.9 Skema Perkerasan Kaku Pracetak Pratekan
Sumber : (Diklat Perkerasan Kaku, 2017)
22
dari 25 cm. Pada sambungan pelaksanaan memanjang, sambungan memanjang
tersebut perlu bergeser sekitar 10 sampai 40 cm dari sambungan pelaksanaan
memanjang pada pelat betonnya, guna mencegah retak refleksi. Sambungan
pelaksanan memanjang.
23
nilai slump 2,5 ±7,5 cm. Sedangkan, nilai slump pada pemadatan beton memiliki
kisaran nilai 12,5 cm lebih. Sebenarnya, penggunaan alat getar perlu dihindari
agar tidak terjadi segregasi agregrat dan bleeding. Hal tersebut dilakukan agar
hasil adonan beton memiliki ketangguhan dan daya tahan lebih lama. Pengecekan
slump dapat dilihat pada Gambar 3.10
24
BAB IV
mendapatkan hasil yang maksimal dengan efisiensi kerja yang tinggi, Metode
Finishing.
Perkerasan jalan beton semen atau lebih sering disebut perkerasan kaku atau
Perkerasan beton kaku memiliki modulus elastisitas yang tinggi, sehingga dapat
mendistribusikan beban terhadap bidang tanah yang cukup luas. Bagian terbesar
25
dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari slab beton itu sendiri.
A. Mobilisasi Pekerjaan
dari besar kecilnya ruang lingkup pekerjaan dan sangat berpengaruh dalam proses
B. Mobilisasi Peralatan
Perataan tanah berfungsi untuk meratakan tanah agar elevasinya rata, untuk
berikut ini:
dalam pembuatan jalan, agregat sendiri berfungsi sebagai lapisan pendukung bagi
26
badan jalan dan juga sebagai lapisan penghantar beban dari atas dan di salurkan ke
ini:
tidak mendukung seperti pada waktu hujan karena kadar air terlalu
tinggi.
2. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam
optimum.
27
1. Selagi motor grader menghampar material, truk water tank membantu melakukan
proses penyiraman air pada material, untuk menyesuaikan kadar air dari material yang
dihamparkan tersebut.
2. Vibratory roller memadatkan agregat kasar dengan cara mekanis yaitu melintasi
yang diinginkan.
28
4.4 Pekerjaan Struktur
Pekerjaan
dengan
ketebalan
10 cm.
Adapun
tahapan
1. Pemasangan bekisting
29
Gambar 4.4 Pemasangan Bekisting Lantai Kerja
Plastic sheet dapat difungsikan sebagai lantai kerja cor beton yang
30
Gambar 4.5 Pemasangan Plastic Sheet
hanya sebagai lantai kerja agar air semen tidak meresap ke dalam
terbuat dari beton dengan mutu K-175. Beton dari truk mixer di tuang
31
Gambar 4.6 Penghamparan Lantai Keja tebal 10 cm
Tie Bar merupakan sambungan berupa baja ulir yang dipasang pada
32
setiap sambungan memanjang dalam perkerasan kaku dan komposit.
memanjang.
4.5.2 Pemasangan dowel dan tie bar harus rapi, tepat lokasi, tidak overlap.
plastik agar loose (tidak lekat) dari beton sehingga slidingnya baik.
menggunakan mixer atau yang kerap kita sebut dengan molen, dan
33
Gambar 4.9 Pekerjaan Pengecoran Beton (K-250)
34
Gambar 4.10 Perataan Permukaan Beton Dengan Menggunakan Papan
35
Proses pemotongan (cutting) joint menggunakan alat concrete saw
36
Gambar 4.12 Proses Cutting Beton
Sumber : (Dokumentasi Sendiri)
Gambar 4.13 Rumus Menghitung Volume Cor Jalan Beton (sumber: Ahadi, 2017)
37
Peningkatan jalan beton (rigid pavement) yang akan dibagun yaitu ± 1.700 m atau 1,7 km
yang memiliki 1 jalur yang setiap jalurnya memiliki 2 lajur, untuk lebar pada jalur yaitu 5 m
dan tinggi (ketebalan) 30 cm atau 0,3 m. Diketahui: panjang jalan (p): 1.700 m, lebar jalan
(l): 5 m, tinggi jalan (t): 0,3 m atau 30 cm dan jumlah jalur 1.
Rumus V = p x l x t = 1.700 m x 5 m x 0,3 m = 2.550 m3 (kubik)
Untuk mengetahui jumlah volume cor beton yang akan digunakan maka volume beton yang
didapatkan tadi dikalikan dengan jumlah jalur yang akan dibuat.
V= 2.550 x 1 = 2.550 m3 (kubik)
Menghitung kebutuhan truck mixer beton dengan cara sebagai berikut;
Diketahui jumlah kebutuhan cor beton yang akan digunakan pada pekerjaan rigid pavement
yaitu sebanyak 1.700 m3 . Maka untuk mengetahui jumlah truk mixer yang akan dipesan,
maka perlu diketahui berapa kapasitas muat satu unit truk mixer, pada kapasitas truk mixer
yaitu 3m3 , maka 1.700 m3 : 3m3 = 566 truk mixer
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pelaksanaan dilapangan pekerjaan proyek ini membuat saya jadi
Jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali, mulai dari material hingga ke alat
2. Proyek Peningkatan Jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali ini dapat
kesejahteraan masyarakat
5.2 Saran
1. Koordinasi dan Komunikasi yang baik antar pihak-pihak yang terlibat dalam
39
DAFTAR PUSTAKA
Ervianto, I.W. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi. Yogyakarta. Andi.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2003. Perencanaan Perkerasan Jalan Beton
Anonim. 2004. Undang - Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.
Sukirman, S., (1992), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.
SNI 03-1972- 1990-Metode Pengujian Slump Beton. Badan Standar Nasional, 1990
40