Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir melalui Dinas
Pekerjaan Umum Tahun Anggaran 2022 melaksanakan Kegiatan Peningkatan
Jalan Desa Muara Ikan - Prabumenang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir
Sumatera Selatan yang berlokasi di Prabumenang Kabupaten Penukal Abab
Lematang Ilir, sangatlah penting untuk memperlancar tingkat kemampuan
pelayanan jalan, serta meningkatkan prasarana yang mendukung pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara lokal, regional dan nasional.

Kegiatan Peningkatan Jalan Desa Muara Ikan - Prabumenang Pali


memiliki panjang jalan dengan total keseluruhan 4 km, lebar 5 m, tinggi 30 cm
dan dikerjakan secara bertahap, pada tahun 2022 peningkatan jalan Desa Muara
Ikan Pali dilanjutkan dengan total panjang jalan 1.7 km, pada pelaksanaannya
akan disesuaikan dengan anggaran yang ada. Apabila Pekerjaan Peningkatan
Jalan Desa Muara Ikan Pali ini telah terlaksana sebagai sarana perhubungan lalu
lintas yang lancar, maka akan tercipta pertumbuhan ekonomi, sosial,
budaya dan pendidikan yang lebih baik.

I.2 Rumusan masalah


Secara umum proyek Peningkatan Jalan Desa Muara Ikan Pali, untuk
memperlancar tingkat kemampuan pelayanan jalan, serta meningkatkan prasarana
yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara
lokal, regional dan nasional.
Berdasarkan latar belakang diatas permasalahannya adalah :
1. Bagaimana tahapan pelaksanaan pekerjaan perkerasan kaku (rigid pavement)
pada proyek peningkatan jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali
2. Apa saja yang menjadi kendala pada saat pembangunan proyek peningkatan
Jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali

1
1.3 Tujuan penyusunan PKL
1. Mengetahui Kebutuhan materil dilapangan sesuai dengan spesifikasi dan
peralatan yang digunakan di lapangan.
2. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan
perkerasan rigid pavement di lapangan
3. Terwujudnya hasil jalan yang berkualitas sesuai dengan spesifikasi

1.4 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Laporan praktek kerja dilaksanakan kurang lebih 2 bulan


maka proses penulisan hanya dibatasi dalam lingkup Perkerasan Kaku (Rigid
Pavement) pada proyek peningkatan jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali

1.5 Sistematika Penulisan


Agar laporan kerja praktek lapangan ini dapat tersusun secara sistematis,
maka penulis menyusun laporan ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini membahas latar belakang dari proyek Peningkatan
Jalan Desa Muara Ikan Kabuapaten Pali, rumusan masalah, tujuan penyusunan
PKL, Ruang Lingkup, dan sistematika penulisan laporan

BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK


Pada bab ini mencakup uraian yang terdiri dari uraian mengenai data umum
proyek, data teknis proyek, lokasi proyek, serta stuktur organisasi yang digunakan
pada proyek peningkatan jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menguraikan tentang pengertian jalan, klasifikasi jalan,


pengujian slump dan tahapan-tahapan pekerjaan (rigid pavement)

2
BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pada bab ini membahas mengenai tinjuan pekerjaan perkerasan kaku (rigid
Pavement) pada proyek peningkatan jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali

BAB V PENUTUP

Pada bab ini membahas tentang kesimpulan akhir dan saran dari pelaksanaan
pekerjaan proyek yang telah ditinjau selama Kerja Praktek Lapangan (PKL)

3
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK

2.1 Uraian Umum Proyek

Pemerintah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir melalui Dinas


Pekerjaan Umum Tahun Anggaran 2022 melaksanakan Kegiatan Peningkatan
Jalan Desa Muara Ikan - Prabumenang Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir
Sumatera Selatan yang berlokasi di Prabumenang Kabupaten Penukal Abab
Lematang Ilir, Pelaksanaan proyek pekerjaan pekerasan kaku (rigid pavement)
pada proyek peningkatan Jalan Desa Muara Ikan Pali, memiliki bentang sepanjang
1.700 km. Pelaksanaan jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali ini dilaksanakan
oleh CV.Alfa Jaya Perkasa. pembangunan jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali
ini untuk memenuhi prasarana dan sarana agar mempercepat arus kelancaran lalu
lintas.

Peningkatan Jalan Desa


Muara Ikan Pali

Gambar 2.1 Peta proyek

2.2 Data Proyek

Data proyek pembangunan pekerasan kaku (rigid pavement) pada proyek


peningkatan Jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali, dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu :

4
2.2.1 Data Umum Proyek
Nama Proyek : Peningkatan Jalan Desa Muara Ikan Pali
Lokasi : Desa Prabumenang – Muara Ikan
Waktu : 180 Hari Kalender
Pelaksana : CV.ALFA JAYA PERKASA
No.kontrak : 094/027/KPA.01/PPTK.01/PJMIMI/IV/2002

2.2.2 Data Teknis Proyek


Panjang jalan : 1700 m
Lebar jalan : 5m
Tebal perkerasan : 30 cm
Jenis perkerasan : Rigid Pavement

2.2.3 Lokasi Proyek

Lokasi Proyek Desa Prabumenang


Kab. Pali

2.1 Peta Proyek


(Sumber Google Maps 2022)

5
Top view

Standar Spasing 4 - 5 m

Longitudinal joint

Transverse joint Dowel

SideView

Base / subbase
Subgrade

450

Tul pokok 5 Ø 8 mm; Sengkang Ø 8 - 60 cm

250
Dowel Ø 22 panjang 40 cm - 30 cm

Tul pokok 4 Ø 8 mm; Sengkang Ø 8 - 60 cm

Dowel Ø 12 panjang 40 cm - 30 cm
250

Tul pokok 4 Ø 8 mm; Sengkang Ø 8 - 60 cm

Beton Mutu K 250

6
Typikal perkerasan rigid pavement
500 cm

250 cm 250 cm

Beton Mutu K 250

Strip maps perkerasan rigid pavement

7
2.3 Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi merupakan suatu hubungan kerja yang


menggambarkan satu kesatuan kerja secara keseluruhan dalam suatu proyek.

OWNER

DINAS PU PALI

KONTRAKTOR KONSULTAN
PENGAWAS
CV.ALFA JAYA CV.ALFA JAYA
PERKASA PERKASA

2.3.1 Pemilik Proyek (owner)

Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah seseorang
atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada
pihak lain yang mampu melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak
kerja. Pemilik proyek peningkatan jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Penukal
Abab Lematang Ilir adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Penukal Abab
Lematang Ilir

8
2.3.2 Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah orang yang membuat perencanaan bangunan


secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil, dan bidang lainnya (Ervianto, 2005).
Konsultan perencana dalam Proyek peningkatan jalan Desa Muara Ikan
Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir yaitu CV.Alfa Jaya Perkasa

2.3.3 Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas dalam Proyek peningkatan jalan Desa Muara Ikan


Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir yaitu CV.Alfa Jaya Perkasa

2.3.4 Kontraktor Pelaksana

Kontraktor pelaksana adalah pihak yang menerima pekerjaan dan


menyelenggarakan pelaksaan sesuai biaya yang ditetapkan berdasarkan gambar
rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang ditetapkan (Ervianto, 2005).
Kontraktor pelaksana dalam Proyek peningkatan jalan Desa Muara Ikan
Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir yaitu CV.Alfa Jaya Perkasa

2.3.5 Konsultan Manajemen Konstruksi

Konsultan manajemen konstruksi merupakan satu tim kerja yang bertugas


untuk mengawasi, mengontrol, membantu serta ikut terlibat dalam proses
pembangunan proyek. Konsultan manajemen konstruksi adalah pihak yang
dipercaya untuk memberikan informasi proyek kepada pemilik proyek.
Konsultan manajemen konstruksi pada Proyek peningkatan jalan Desa Muara
Ikan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir yaitu CV.Alfa Jaya Perkasa

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Jalan


Menurut Undang-Undang No. 38 tahun 2004 tentang jalan di jelaskan
bahwasannya jalan adalah suatu prasarana transportasi yang meliputi segala
bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori dan jalan kabel. Jalan mempunyai peranan penting terutama yang
menyangkut perwujudan perkembangan antar wilayah yang seimbang,
pemerataan hasil pembangunan serta pemantapan pertahanan dan keamanan
nasional dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional.

3.2 Jalan Berdasarkan Fungsinya


3.2.1 Jalan Arteri
1. Arteri Primer
Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km per jam, lebar
badan jalan minimal 11 meter, lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu lalu
lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal, jumlah jalan masuk ke jalan
arteri primer dibatasi, serta tidak boleh terputus di kawasan perkotaan.
2. Arteri Sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder
kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekuder kesatu, atau kawasan
kawasan sekuder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 30 km per jam dengan lebar badan jalan minimal
11 meter, dan lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

10
3.2.2 Jalan Kolektor
1. Kolektor Primer
Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat
kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Didesain berdasarkan
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km per jam dengan lebar
badan jalan minimal 9 meter, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
2. Kolektor Sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
ketiga. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km per jam
dengan lebar badan jalan minimal 9 meter, dan lalu lintas cepat tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas lambat.

3.2.3 Jalan Lokal


1. Lokal Primer
Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal
dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan.
Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km per jam dengan
lebar badan jalan minimal 7,5 meter, dan tidak boleh terputus di kawasan
perdesaan.
2. Lokal Sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan,kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder
ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 10 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5
meter.

11
3.2.4 Jalan Lingkungan
1. Lingkungan Primer
Jalan yang menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan
perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 km per jam dengan lebar
badan jalan minimal 6,5 meter untuk jalan yang diperuntukkan bagi
kendaraan bermotor roda 3 atau lebih. Sedangkan jalan yang tidak
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 3 atau lebih harus mempunyai
lebar badan jalan minimal 3,5 meter.
2. Lingkungan Sekunder
Jalan yang menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.
Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km per jam
dengan lebar badan jalan minimal 6,5 meter untuk jalan yang diperuntukkan
bagi kendaraanbermotor roda 3 atau lebih. Sedangkan jalan yang tidak
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 3 atau lebih harus
mempunyai lebar badan jalan minimal 3,5 meter.

3.3 Pekerasan Jalan


Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan
lapis konstruksi tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta
kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah
dasar secara aman. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak
di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan
tidak terjadi kerusakan yang berarti. Jenis Konstruksi Perkerasan Menurut
Sukirman (1992) berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan
dapat dibedakan atas hal berikut:

1. Perkerasan kaku
Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi
(perkerasan) dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan
ikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar
dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Pada perkerasan kaku daya dukung
perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton.

12
2. Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah
dasar yang telah dipampatkan dan menggunakan aspal sebagai bahan ikatnya.
Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan
menyebarkan ke lapisan di bawahnya.
3. Perkerasan komposit
Perkerasan komposit adalah kombinasi antara perkerasan kaku dengan
perkerasan lentur. Perkerasan lentur di atas perkerasan kaku, atau perkerasan
kaku di atas perkerasan lentur.

3.4 Pekerasan Kaku (Rigid Pavement)

Perkerasan kaku (rigid pavement) adalah suatu perkerasan jalan yang terdiri atas
plat beton atau semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah di atas tanah
dasar. Karena memakai beton sebagai bahan bakunya, perkerasan jenis ini juga
biasa disebut sebagai jalan beton. Proses pengecoran rigid ini mengunakan
Finisher Concrete Paver yang mempunyai fungsi menghampar, meratakan,
memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan mengatur
elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju dengan tebal pekerasan adalah
30 cm dan mengunakan mutu beton Fs = 45 kg/cm3. Pekerasan Kaku ( Rigid
Pavement ) di definisikan sebagai stuktur pekerasan yang terdiri dari plat beton
semen yang bersambung (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan ,atau
plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapisan pondasi bawah,
tanpa atau dengan aspal sebagai lapis permukaan. Perkerasan kaku mampu
menyebarkan beban pada tanah dasar dengan tanah daerah penyebaran yang luas,
sehingga tekanan yang di terima tanah dasar persatuan luas akibat beban, beban
lalu lintas menjadi sangat kecil. Kekakuan yang di miliki oleh perkerasan kaku
dapat ditingkatkan dengan memperbaiki mutu bahan penyusunnya yang berarti
menaikkan mutu beton semennya.

1. Stuktur Perkerasan Kaku (Rigid Pavement )


konstruksi perkerasan kaku merupakan satu lapis beton semen mutu tinggi,
dan lapis pondasi bawah hanya berfungsi sebagai konstruksi pendukung. stuktur
pekerasan ini juga di sebut dengan konstruksi perkerasan satu lapis (single layer).

13
Skema lapisan konstruksi Pekerasan kaku (Rigid Pavement ) pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Skema Lapisan konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid


Pavement) (Sumber : Pd T-14-2003 )

Struktur Pekerasan Kaku (Rigid Pavement) pada Proyek Peningkatan Jalan


Desa Muara Ikan Kabupaten Pali di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai
berikut :
1. Tanah dasar (Subgrade)

Tanah dasar atau sub grade adalah lapisan tanah paling bawah yang berfungsi
sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan
jalan di atasnya. Tanah dasar (sub grade) dapat berupa tanah asli yang dipadatkan
jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau
tanah yang distabilisasi (dengan semen, kapur dan lain lain). Terdiri dari beberapa
layer (tergantung desain). Per layer tebal 30-40 cm.
2. Lapisan pondasi bawah (subbase)
Lapis pondasi bawah adalah suatu layer atau lapisan di atasnya timbunan yang
digunakan sebagai pengalir aliran air secara horizontal agar tidak merusak badan
jalan. Sub-Base menggunakan material Agregat A / Base A. Agregat A
mempunyai spesifikasi tingkat kepadatan 100%. Sehingga hampir sama fungsinya
pada Jika digunakan sebagai layer drainase maka spesifikasi tingkat kepadatannya
harus 95% – 97% agar terdapat celah untuk air mengalir. Biasanya tebal Sub-Base
ini sekitar 15 cm padat. Sehingga penghamparan material sekitar 17 cm dan
setelah dipadatkan menggunakan vibro roller menjadi 15 cm. Apabila pemadatan
selesai maka dilanjut dengan uji sandcone (kepadatan).

14
3. Pelat Beton untuk Perkerasan Kaku
Pelat beton untuk perkerasan kaku merupakan lapisan paling atas dari perkerasan
kaku, pelat ini terbuat dari beton yang bermutu tinggi. Nilai slump beton untuk
perkerasan kaku ditetapkan sebesar = 5±2,5 atau minimum 5 cm dan maksimum
7,5 cm. Jarak tempuh batching plant ke lokasi kerja juga sangat berpengaruh
dalam nilai slump. Perkerasan beton semen memiliki dua jenis tulangan yaitu
tulangan sambungan melintang yang sering disebut dengan dowel dan tulangan
sambungan memanjang (tie bar). Dowel ialah baja polos lurus yang dipasang pada
setiap jenis sambungan melintang dengan tujuan sebagai sistem penyalur beban,
sehingga pelat yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan
penurunan yang berarti. Batang pengikat (tie bar) ialah batang baja ulir yang
dipasang pada sambungan memanjang dengan maksud untuk mengikat atau
mengunci antara sekmen 1 dan sekmen 2 dan seterusnya agar tidak bergerak
horizontal. Dowel pada perkerasan ini diletakkan pada sambungan susut,
sedangkan batang pengikat (tie bar) terletak pada sambungan memanjang (Diklat
Perkerasan Kaku, 2017).

15
Gambar 3.2 Plat Beton Perkerasan kaku

Sumber : (Dokumentasi Pribadi)

3.5 Jenis Pekerasan Kaku (Rigid pavement)


Perkerasan kaku yang berupa pelat beton dilengkapi dengan beberapa
sambungan, seperti sambungan susut melintang, sambungan memanjang,
sambungan pelaksanaan serta sambungan muai. Dan yang sering di gunakan ada
lima menurut (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Jembatan , Pemukiman dan
Pengembangan infrastruktur Wilayah, 2017). Jenis perkerasan kaku yang dikenal
ada 5, yaitu:
1. Perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan atau (Jointed Plain Concrete
Pavement)
Perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan adalah jenis yang paling
umum digunakan karena biaya yang relatif murah dalam pelaksanaannya
dibanding jenis lainnya. Perkerasan ini tidak memiliki tulangan pada pelat,
kecuali Dowel dan batang pengikat (tie bar).
Sambungan susut umumnya dibuat setiap antara 3,6 m dan 6 m (di
Indonesia umumnya antara 4,5 m dan 5 m). Sambungan ini mempunyai jarak
yang relatif dekat sehingga retak tidak akan terbentuk di dalam pelat sampai
akhir umur layan dari perkerasan tersebut. Karena itu pada perkerasan kaku
bersambung tanpa tulangan, pemuaian dan penyusutan perkerasan diatasi
melalui sambungan, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3.

16
Gambar 3.3 Skema Perkerasan Kaku Bersambung Tanpa Tulangan
Sumber : (Diklat Perkerasan Kaku, 2017)

2. Perkerasan kaku bersambung dengan tulangan atau (Jointed Reinforced Concrete


Pavement)
Perkerasan kaku bersambung dengan tulangan atau JRCP serupa dengan
perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan (JPCP) kecuali ukuran pelat lebih
panjang dan ada tambahan tulangan pada pelatnya. Jarak sambungan umumnya antara
7,5 m dan 12 m, meskipun ada juga yang jarak sambungannya sebesar 30m.
Penggunaan Dowel sangat disarankan pada pelat dan jarak sambungan yang lebih
panjang, karena bukaan sambungan akan menjadi lebih lebar dan agregat interlocking
akan menjadi tidak efektif sebagai penyalur beban pada sambungan. Penulangan pada
pekerasan ini bertujuan untuk memegang retak agar tetap rapat. Dapat dilihat pada
Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Skema Perkerasan Kaku Bersambung Dengan Tulangan

Sumber : (Diklat Perkerasan Kaku, 2017)

Perkerasan kaku bersambung dengan tulangan ini masih tetap menggunakan


Dowel. Keuntungan dari perkerasan kaku bersambung dengan tulangan adalah jumlah
sambungan yang lebih sedikit, Kekurangannya ada di biayanya lebih mahal karena
adanya penggunaan tulangan serta kinerja sambungan yang kurang baik dan adanya
retak pada pelat. Perkerasan kaku bersambung dengan tulangan dapat di lihat pada

17
Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Skema Perkerasan Kaku Bersambung Dengan


Tulangan
Sumber : (Diklat Perkerasan Kaku, 2017)

3. Perkerasan kaku menerus dengan tulangan (continously reinforced concrete


pavement)
Perkerasan kaku menerus dengan tulangan adalah pelat dengan jumlah
tulangan yang cukup banyak tanpa sambungan susut. Jumlah tulangan yang
digunakan pada arah memanjang umumnya antara 0,6 % dan 0,8 % dari luas
penampang melintang beton, dan jumlah tulangan dalam arah melintang lebih
kecil dari arah memanjang. Perkerasan kaku menerus dengan tulangan
memerlukan angker pada awal dan akhir dari perkerasan, untuk menahan ujung-
ujung nya dari kontraksi akibat dari penyusutan, serta membantu perkembangan
retak sesuai dengan yang diinginkan. Perkerasan kaku menerus dengan tulangan
ini akan memberikan kenyamanan berkendaraan yang lebih baik, karena
permukaanya lebih rata, serta mempunyai umur yang lebih panjang dari tipe
perkerasan lainnya.Biaya untuk perkerasan kaku menerus dengan tulangan lebih
mahal dari perkerasan bersambung tanpa tulangan atau perkerasan bersambung
dengan tulangan, disebabkan oleh jumlah tulangan yang digunakan cukup banyak.
Akan tetapi perkerasan kaku menerus dengan tulangan telah terbukti mempunyai
pembiayaan yang efektif pada jalan dengan lalu lintas yang tinggi, disebabkan
oleh kinerja jangka panjangnya yang lebih baik dibandingkan dengan jenis
perkerasan kaku lainnya. Perkerasan kaku menerus dengan tulangan dapat dilihat
pada Gambar 3.6.

18
Gambar 3.6 Skema Perkerasan Kaku Menerus Dengan Tulangan
Sumber : (Diklat Perkerasan Kaku, 2017)

4. Perkerasan beton semen prategang (prestressed concrete pavement)


Perkerasan kaku jenis prategang, yang umum dilaksanakan, mempunyai ukuran
panjang pelat sekitar 130 m. Tebal perkerasan kaku prategang sekitar 40%
sampai 50% dari tebal perkerasan kaku konvensional.kuat tarik lentur beton
ditingkatkan dengan memberikan tegangan tekan dan tidak dibatasi lagi oleh kuat
tarik lentur betonnya. Hal tersebut mengakibatkan tebal perkerasan kaku yang di
butuhkan untuk beban tertentu akan lebih tipis dari tebal perkerasan kaku
konversional. Skema dari perkerasan kaku prategang dapat dilihat pada Gambar
3.7.

19
Gambar 3.7 Skema Perkerasan Kaku Prategang
Sumber : Diklat Perkerasan Kaku, 2017)

Potensi dari perkerasan kaku prategang, berkaitan dengan dua hal, sebagai
berikut :
a. Penggunaan bahan yang lebih efisien.
b. Sambungan yang di butuhkan menjadi lebih sedikit dan kemungkinan terjadinya
retak akan lebih kecil, sehingga biaya pemeliharaan lebih sedikit dan umur
perkerasan akan lebih lama.
5. Perkerasan beton semen pracetak
Perkerasan kaku pracetak dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu, Perkerasan kaku
pracetak tanpa prategang dan Perkerasan kaku pracetak dengan prategang
Perkerasan kaku pracetak terdiri dari individual panel yang dicetak terlebih
dahulu serta diberi pratekan dengan tebal pelat 20 cm dan dicetak selebar
perkerasan jalan. Perkerasan kaku pracetak prategang ini kurang lebih mempunyai
kapasitas menerima beban lalu lintas, setara dengan perkerasan kaku
konvensional setebal 35,5 cm. Pada perkerasan kaku pracetak prategang ini, ada
tiga tipe jenis pelat yang digunakan, yaitu:
a. joint panel, terletak di ujung-ujung dari masing-masing bagian rangkaian
pelat pratekan dan mempunyai ruji pada sambungannya untuk mengakomodir
pergerakan horizontal pelat
b. central panel, terletak ditengah-tengah dari rangkaian pelat dan terdapat
lubang (pocket) untuk penempatan ujung-ujung posttensional strand base

panel, pelat-pelat yang dominan membentuk suatu sistem perkerasan, yang

20
diletakan diantara joint panel dan central panel.
Dalam pelaksanaannya, pada suatu tahapan kegiatan, harus dilaksanakan
paling sedikit satu segmen yang mencakup susunan pelat dari joint panel ke joint
panel berikutnya. Pelat-pelat tersebut diletakkan di atas lapisan pondasi yang sudah
siap dan rata, sedangkan pelat-pelat tersebut pada kedua sisinya dilengkapi dengan
lidah - alur (shear key) yang mengontrol alinyemen vertikal selama pelaksanaan dan
menjamin kenyamanan pengendara untuk mencegah terjadinya (faulting). Skema
Perkerasan kaku Pracetak Pratekan dapat di lihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Skema Perkerasan Kaku Pracetak Pratekan


Sumber : (Pusat Diklat Perkerasan Kaku, 2017)

Keuntungan dari perkerasan kaku pracetak ialah terjaganya kualitas beton tetap
tinggi sesuai yang direncanakan, pengaruh akibat cuaca sangat kecil, dan selama
pelaksanaan tidak terlalu menganggu lalu lintas. Gambar Perkerasan Kaku Pracetak
Prategang dapat dilihat pada Gambar 3.9

21
Gambar 3.9 Skema Perkerasan Kaku Pracetak Pratekan
Sumber : (Diklat Perkerasan Kaku, 2017)

3.6 Jenis Sambungan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)


Adapun beberapa Jenis Sambungan sebagai berikut :
1. Sambungan Susut Melintang
Sambungan susut melintang berfungsi untuk mengendalikan retak susut
beton, serta membatasi pengaruh tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat

pengaruh perubahan temperatur dan kelembaban. Jarak antara tiap


sambungan susut.
2. Sambungan memanjang
Sambungan memanjang ialah sambungan antar dua pelat yang
memungkinkan pelat melenting tanpa terjadi pemisahan atau retak pada pelat
tersebut. Sambungan memanjang digunakan untuk melepaskan tegangan lenting
dan umumnya diperlukan bila lebar pelat lebih dari 4,6 meter. Lebar pelat yang
lebih kecil atau sama dengan 4,6 meter menunjukkan kinerja yang memuaskan
tanpa sambungan memanjang, walaupun ada kemungkinan terjadinya beberapa
retak memanjang. Sambungan memanjang bila memungkinkan, sebaiknya satu
garis dengan garis lajur perkerasan, untuk meningkatkan layanan lalu lintas.
3. Sambungan pelaksanaan
Sambungan pelaksanaan ialah sambungan antara pelat bila beton dicor
pada saat yang tidak bersamaan. Tipe sambungan ini bisa dibagi lagi menjadi
sambungan pelaksanaan melintang dan memanjang.
4. Sambungan Pelaksanaan Memanjang
Batang pengikat harus terikat kuat pada beton, batang pengikat hendaklah
dimasukkan pada beton yang masih plastis.digunakan bila tebal pelat lebih kecil

22
dari 25 cm. Pada sambungan pelaksanaan memanjang, sambungan memanjang
tersebut perlu bergeser sekitar 10 sampai 40 cm dari sambungan pelaksanaan
memanjang pada pelat betonnya, guna mencegah retak refleksi. Sambungan
pelaksanan memanjang.

5. Sambungan Muai (Expansion Joint)


Sambungan muai ialah sambungan yang terletak pada lokasi spesifik
untuk memungkinkan perkerasan memuai tanpa merusak struktur di sebelahnya
atau merusak perkerasan itu sendiri. Umumnya ini digunakan pada daerah dekat
kepala jembatan dan utilitas yang tertanam di jalan.

3.7 Pengujian Slump


Pengujian di lapangan dilakukan oleh pihak kontraktor pelaksana dengan
diawasi oleh pihak konsultan pengawas. Hal ini bertujuan untuk mengecek apakah
pekerjaan yang ada dilapangan telah sesuai dengan perencanaan yang sudah
dibuat.

Adapun pengujian yang dilakukan dilapangan ialah pengujian slump test.


Pengujian ini digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran beton dan
pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pengecoran (SNI 03-1972- 1990-
Metode Pengujian Slump Beton). Terdapat beberapa alat yang dibutuhkan dalam
proses pengujian diantaranya:
a. Penggunaan corong baja dengan ukuran diameter sekitar 30 cm di bagian
bawah. dan tingginya mencapai 15 cm. Kedua sisi pada sorong tersebut saling
berhadapan dan memiliki pegangan yang berguna sebagai pegangan tangan
untuk menaikkan konus.
b. Tongkat dengan diameter 16 mm dan panjangnya mencapai 60 cm terbuat
dari bahan baja. Ujungnya berbentuk hemispherical. Hal tersebut memiliki
kegunaan untuk memadatkan adonan beton yang telah diisikan ke kerucut.
Pengukuran dalam pengujian slump memiliki maksud mengetahui ukuran
tinggi turunan adonan beton setelah pengangkatan wadah. Adukan beton yang
dapat dikerjakan biasanya akan dituangkan ke dalam cetakan dan dipadatkan.
Pemadatan yang dilakukan tanpa menggunakan alat getar biasanya mencapai

23
nilai slump 2,5 ±7,5 cm. Sedangkan, nilai slump pada pemadatan beton memiliki
kisaran nilai 12,5 cm lebih. Sebenarnya, penggunaan alat getar perlu dihindari
agar tidak terjadi segregasi agregrat dan bleeding. Hal tersebut dilakukan agar
hasil adonan beton memiliki ketangguhan dan daya tahan lebih lama. Pengecekan
slump dapat dilihat pada Gambar 3.10

Tabel 3.10 Nilai Slump untuk Berbagai Pekerjaan

No Elemen struktur Slump maks (cm) Slump min (cm)

1 Plat pondasi, 12,5 5,0


pondasi telapak
bertulang

2 Pondasi telapak 9,0 2,5


tidak bertulang,
kaison dan
konstruksi dibawah
tanah

3 Plat (lantai), balok, 15,0 7,5


kolom dan dinding

4 Jalan beton 7,5 5,0


bertulang

5 Pembetonan massal 7,5 2,5

(sumber : SNI 1972)

24
BAB IV

TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan dalam suatu proyek perlu persiapan, agar

mendapatkan hasil yang maksimal dengan efisiensi kerja yang tinggi, Metode

Perkerasan Jalan Rigid dimulai dari: Pekerjaan Pendahuluan, Pekerjaan

Tanah, Pekerjaan Perkerasan Berbutir, Pekerjaan Struktur dan Pekerjaan

Finishing.

4.1 Pekerjaan Pendahuluan

Perkerasan jalan beton semen atau lebih sering disebut perkerasan kaku atau

rigid pavement merupakan perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan

pengikat sehingga mempunyai tingkat kekakuan yang relatif cukup tinggi.

Perkerasan beton kaku memiliki modulus elastisitas yang tinggi, sehingga dapat

mendistribusikan beban terhadap bidang tanah yang cukup luas. Bagian terbesar

25
dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari slab beton itu sendiri.

Pekerjaan pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan seperti:

A. Mobilisasi Pekerjaan

Mobilisasi pekerjaan proyek dimulai dengan membuat tempat peristirahatan

pekerja didekat lapangan pekerjaan. Tenaga kerja yang di perlukan tergantung

dari besar kecilnya ruang lingkup pekerjaan dan sangat berpengaruh dalam proses

cepat atau lambatnya pekerjaan.

B. Mobilisasi Peralatan

Mobilisasi peralatan merupakan apa saja yang akan digunakan dalam


mengerjakan suatu pekerjaan. Dan persiapan peralatan tersebut harus dilakukan secepat
mungkin agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar. Peralatan yang digunakan terdiri
dari peralatan ringan dan peralatan berat

4.2 Pekerjaan Tanah

4.2.1 Pekerjaan Meratakan Tanah

Perataan tanah berfungsi untuk meratakan tanah agar elevasinya rata, untuk

itu digunakan alat berat berjenis vibro roller untuk meratakannya.

Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan perataan tanah adalah seperti

berikut ini:

1. Meratakan tanah atau memecah sedikit bebatuan yang ada di area

pekerjaan menggunakan vibro roller

2. Kemudian memadatkan tanah yang telah dihampar dengan

menggunakan vibro roller.

4.3 Pekerjaan Penghamparan Agregat

Pekerjaan penghamparan agregat ini dilakukan sebagai salah satu syarat

dalam pembuatan jalan, agregat sendiri berfungsi sebagai lapisan pendukung bagi

26
badan jalan dan juga sebagai lapisan penghantar beban dari atas dan di salurkan ke

bawah ke lapisan tanah.

Tahapan pelaksanaan pekerjaan Lapis Pondasi Agregat adalah seperti berikut

ini:

1. Penghamparan material agregat tidak boleh di lakukan apabila cuaca

tidak mendukung seperti pada waktu hujan karena kadar air terlalu

tinggi.

2. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam

rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1% diatas kadar air

optimum.

3. Mengangkut material dari quarry menuju ke lokasi dengan

menggunakan dump truck.

4. Mengeluarkan material dump truck untuk kemudian dihamparkan.

Penghamparan material Agregat diatas lapisan subbase yang sudah padat

dan dengan kemiringan yang tepat menggunakan motor grader misalnya

dengan ketinggian 20 cm dan lebar 15 m.

Gambar 4.1 Penghamparan Material Agregat

27
1. Selagi motor grader menghampar material, truk water tank membantu melakukan
proses penyiraman air pada material, untuk menyesuaikan kadar air dari material yang
dihamparkan tersebut.

Gambar 4.2 Truck water

2. Vibratory roller memadatkan agregat kasar dengan cara mekanis yaitu melintasi

timbunan batu manual secara berulang-ulang, sehingga didapatkan kepadatan

yang diinginkan.

Gambar 4.3 Memadatkan Agregat

28
4.4 Pekerjaan Struktur

4.4.1 Pekerjaan Lantai Kerja (Lean Concrete)

Pekerjaan

lantai kerja (LC)

dengan

ketebalan

10 cm.

Adapun

tahapan

pelaksanaan pekerjaan lantai kerja ini adalah sebagai berikut:

1. Pemasangan bekisting

Formwork atau bekisting merupakan cetakan sementara yang


digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk
sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Bekisting harus didirikan
dengan kekuatan yang cukup dan faktor keamanan yang memadai
sehingga sanggup menahan atau menyangga seluruh beban hidup atau
mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan
konstruksi beton. Acuan (bekisting) adalah suatu sarana pembantu
struktur beton untuk pencetak beton sesuai dengan ukuran, bentuk, rupa
ataupun posisi yang direncanakan. Acuan sendiri memiliki arti bagian
dari konstruksi bekisting yang berfungsi sebagai pembentuk beton yang
diinginkan atau bagian yang kontak langsung dengan beton.

29
Gambar 4.4 Pemasangan Bekisting Lantai Kerja

2. Pemasangan Plastic Sheet

Plastic sheet dapat difungsikan sebagai lantai kerja cor beton yang

berhubungan dengan tanah, fungsinya yaitu menahan agar air semen

tidak keluar karena merembes kedalam tanah, penggunaan plastik

tergolong sebagai inovasi baru menggantikan material lantai kerja

sebelumnya berupa screed atau cor beton kualitas rendah.

Tentunya akan ada keuntungan dan kerugian yang didapat jika

menggunakan plastik, untuk itu perlu diperhatikan agar lebih banyak

untungnya serta sesuai dengan kondisi proyek masing-masing.

30
Gambar 4.5 Pemasangan Plastic Sheet

3. Pekerjaan LC (Lean Concrete)

Lean concrete atau di sebut LC ini adalah lantai kerja untuk

pekerjaan rigid pavement. Sehingga lapisan ini bukan termasuk lapisan

struktur. Namun wajib ada sebelum perkerjaan beton (rigid). Fungsinya

hanya sebagai lantai kerja agar air semen tidak meresap ke dalam

lapisan bawahnya. Tebal LC ini bisanya 10 cm. LC ini pada dasarnya

terbuat dari beton dengan mutu K-175. Beton dari truk mixer di tuang

kemudian diratakan degan menggunakan jidar oleh tukang.

31
Gambar 4.6 Penghamparan Lantai Keja tebal 10 cm

4. Perataan permukaan hamparan beton dengan menggunakan jidar

Gambar 4.7 Perataan Lantai Kerja tebal 10 cm

4.5 Pekerjaan Rigid Pavement K-250 dengan tebal 20 cm

4.5.1 Pemasangan Bekisting dan Tie Bar

Dowel merupakan sambungan berupa baja polos lurus yang

dipasang pada setiap sambungan melintang dalam perkerasan kaku dan

komposit. Fungsinya untuk menyalurkan beban sehingga pelat beton

yang berdampingan tidak mengalami penurunan yang berbeda.

Tie Bar merupakan sambungan berupa baja ulir yang dipasang pada

32
setiap sambungan memanjang dalam perkerasan kaku dan komposit.

Fungsinya untuk mengunci pergerakan plat beton, sehingga pelat tidak

bergerak horizontal. Batang pengikat dipasang pada sambungan

memanjang.

Gambar 4.8 Pemasangan Bekisting

4.5.2 Pemasangan dowel dan tie bar harus rapi, tepat lokasi, tidak overlap.

Pada dowel, setengah panjang harus dicat aspal atau dibungkus

plastik agar loose (tidak lekat) dari beton sehingga slidingnya baik.

4.5.3 Pengecoran Beton (K-250)

Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar

kedalam cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi

tulangan. Proses pengerjaan beton cor mutu K-250, adalah dengan

mengisikan campuran beton yang sudah diaduk merata dengan

menggunakan mixer atau yang kerap kita sebut dengan molen, dan

dituangkan ke dalam bekisting.

33
Gambar 4.9 Pekerjaan Pengecoran Beton (K-250)

34
Gambar 4.10 Perataan Permukaan Beton Dengan Menggunakan Papan

4.6 Pekerjaan Finishing

4.6.1 Perkerjaan Grooving

Pekerjaan ini membuat permukaan beton tidak licin (macrotexturing)


dengan cara membuat alur melintang

Gambar 4.11 Penggarisan Permukaan Beton

4.7 Pemotongan (cutting) dan Joint Sealent

35
Proses pemotongan (cutting) joint menggunakan alat concrete saw

dengan kedalaman pemotongan 4 cm


dengan jarak 4 m. Cutting dapat dilakukan
setelah ± 12 jam dari waktu pengecoran
dengan menggunakan alat concrete saw.
Tujuan pemotongan (cutting) yaitu apabila
terjadi keretakan maka keretakan yang
terjadi hanya pada segmen tertentu dan
memudahkan proses perbaikannya. Joint
yang sudah dipotong selanjutnya dibersihkan dengan menggunakan air
compressor dan ditutup dengan material sealent yaitu super joint. Pelaksanaan
pekerjaan pemotongan (cutting) joint sealent dapat dilihat pada Gambar 4.12.

36
Gambar 4.12 Proses Cutting Beton
Sumber : (Dokumentasi Sendiri)

4.8 Menghitung Kebutuhan Volume Cor Jalan Beton (Rigid Pavement)


Cara menghitung kebutuhan cor beton untuk jalan bisa dilakukan dengan menggunakan
rumus volume sesuai dengan bentuk jalan yang akan dibangun. Kebanyakan jalan beton
berbentuk balok yang memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi yang dimaksud tinggi disini
yaitu ketebalan cor, dengan melihat bentuk tersebut maka rumus yang digunakan untuk
menghitung volumenya yaitu panjang x lebar x tinggi, rumus ini sering disingkat dengan V=
p x l x t perlu diperhatiakan dalam menghitung volume sebuah balok satuannya harus sama
misalnya m (meter). Rumus menghitung volume dapat dilihat pada gambar 4.13

Gambar 4.13 Rumus Menghitung Volume Cor Jalan Beton (sumber: Ahadi, 2017)

37
Peningkatan jalan beton (rigid pavement) yang akan dibagun yaitu ± 1.700 m atau 1,7 km
yang memiliki 1 jalur yang setiap jalurnya memiliki 2 lajur, untuk lebar pada jalur yaitu 5 m
dan tinggi (ketebalan) 30 cm atau 0,3 m. Diketahui: panjang jalan (p): 1.700 m, lebar jalan
(l): 5 m, tinggi jalan (t): 0,3 m atau 30 cm dan jumlah jalur 1.
Rumus V = p x l x t = 1.700 m x 5 m x 0,3 m = 2.550 m3 (kubik)
Untuk mengetahui jumlah volume cor beton yang akan digunakan maka volume beton yang
didapatkan tadi dikalikan dengan jumlah jalur yang akan dibuat.
V= 2.550 x 1 = 2.550 m3 (kubik)
Menghitung kebutuhan truck mixer beton dengan cara sebagai berikut;
Diketahui jumlah kebutuhan cor beton yang akan digunakan pada pekerjaan rigid pavement
yaitu sebanyak 1.700 m3 . Maka untuk mengetahui jumlah truk mixer yang akan dipesan,
maka perlu diketahui berapa kapasitas muat satu unit truk mixer, pada kapasitas truk mixer
yaitu 3m3 , maka 1.700 m3 : 3m3 = 566 truk mixer

38
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil pelaksanaan dilapangan pekerjaan proyek ini membuat saya jadi

mengerti perihal pekerjaan yang dilaksanakan dalam proyek Peningkatan

Jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali, mulai dari material hingga ke alat

berat yang digunakan.

2. Proyek Peningkatan Jalan Desa Muara Ikan Kabupaten Pali ini dapat

meningkatkan prasarana yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat

5.2 Saran

1. Koordinasi dan Komunikasi yang baik antar pihak-pihak yang terlibat dalam

proyek sangat menentukan keberhasilan dan kelancaran pekerjaan proyek.

Berdasarkan pengamatan saya ada beberapa moment dimana terjadi kurangnya

Koordinasi dan Komunikasi antar pihak-pihak yang terlibat sehingga

terjadinya penghambatan pada pekerjaan proyek.

39
DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, I.W. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi. Yogyakarta. Andi.

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2003. Perencanaan Perkerasan Jalan Beton

Semen Pd T-14-2003. Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman dan

Prasarana Wilayah. Jakarta.

Anonim. 2004. Undang - Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.

Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Bina Marga

Sukirman, S., (1992), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.

Perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan (Diklat Perkerasan Kaku, 2017).

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Jembatan , Pemukiman dan Pengembangan

infrastruktur Wilayah, 2017

SNI 03-1972- 1990-Metode Pengujian Slump Beton. Badan Standar Nasional, 1990

https://www.insinyurgoblog.com. Cara menghitung volume cor beton jalan

40

Anda mungkin juga menyukai