SKRIPSI
Oleh:
DALIANA FEHABUTAR
NIM 15030184005
SKRIPSI
Oleh :
DALIANA FEHABUTAR
NIM 15030184005
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Jurusan Fisika
iii
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA / PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
Alamat : Gedung C3 Lantai 1, Jurusan Fisika, FMIPA, Unesa,
Kampus Ketintang, tlp. +62318280009, faks. +62318296427
Daliana Fehabutar
NIM 15030184005
iv
Kata Pengantar
v
9. Keluarga besar jurusan fisika 2015 terutama PFC 2015.
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan
penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.
(Daliana Fehabutar)
vi
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
x
Daftar Isi
Halaman Sampul……………….……………………………………i
Halaman Persetujuan……………………………………………….ii
Halaman Pengesahan……………………………………………….iii
Surat Pernyataan Orisinalitas……………….……………………iv
Kata Pengantar……………………………………………………….v
ABSTRAK…………………………………………………………..vii
ABSTRACT………………………………………………………….ix
Daftar Isi……………………………………………………………xi
Daftar Tabel…………………………………………………………xiv
Daftar Gambar……………………………………………………xvi
Daftar Lampiran………………………………………………….xvii
BAB I
A. Latar Belakang…………………………………………...1
B. Ru m u s a n Ma s a l a h …… … … … … … … … … … … … 6
C. Tujuan Penelitian………………………………………..6
D. Manfaat Penelitian ...………… ………………………7
E. Batasan Penelitian…………………………………….…7
F. Asumsi Penelitian…………………………………………8
G. Definisi Istilah……………….…………………………….8
BAB II
A. Hakikat Pembelajaran Fisika…….……………………….9
B. Model Problem Based Learning (PBL)…………………..10
C. Information and Communication Technology (ICT).……..14
D. Higher Order Thinking Skill (HOTS)…………………...14
E. Keterkaitan Model Problem Based Learning dengan
HOTS…………………………………………………….16
F. Implementasi ICT dalam Pembelajaran……………….18
G. Konsep Materi………………………….………………..18
H. Penelitian yang Relevan……………………………….23
I. Kerangka Penelitian.…………………………………...27
Bab III
A. Jenis Penelitian…………………………………………31
B. Desain Penelitian……………………………………..31
C. Tempat dan Waktu Penelitian……………….………32
D. Subjek Penelitian……………………………………….32
xi
E.Variabel Penelitian……………………………………..32
F.Definisi Operasional Variabel.………………………...32
G.Prosedur Penelitian…………………………………….33
1. Tahap Persiapan dan Perencanaan Penelitian…….33
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian…………………….….34
3. Tahap Akhir dan Penyelesaian Penelitian….………35
H. Perangkat dan Instrumen Penelitian………………….35
I. Metode Pengumpulan Data…………………………...37
J. Teknik Analisis Data…………………………………...37
1. A n a l i s i s L e m b a r O b s e r v a s i K e t e r l a k s a n a a n
Pembelajaran………………………………………….37
2. Analisis Test HOTS…………………………………….38
1. Uji t-berpasangan.………………………………….39
Uji Normalitas…………………………………….39
Uji t-berpasangan……………………………….41
2. Analisis N-gain.……………………………………42
3. Uji t-independent……………………………………43
Uji Homogenitas…………………………………..43
Uji t-independent……………………………………44
3. Analisis Angket Respon Peserta Didik………………45
4. Analisis Butir Soal………………………….…………..46
1) Taraf Kesukaran Soal……………………………..46
2) Uji Validitas………………………………………..47
3) Uji Reliabilitas……………………………………….49
K. Matriks Penelitian………………….…………………….57
Bab IV
A. Hasil dan Analisis Data Penelitian….…………………59
1. Analisis Hasil Penelitian………………………………59
1. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran.…………..59
2. HOTS Peserta Didik…………………………..……62
3. Respon Peserta Didik……………………………….68
B. Pembahasan…………………………………………….69
1. Keterlaksanaan Pembelajaran………………………..69
2. HOTS Peserta Didik…………….………………….….71
BAB V
A. Kesimpulan……….……………………………………..75
B. Saran………………………………………………………75
xii
Daftar Pustaka……………………………………………………….77
Lampiran……………………………………………………………87
xiii
Daftar Tabel
xv
Daftar Gambar
xvi
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Silabus…………………………………………87
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran……….89
Lampiran 3 Kisi-Kisi Soal ….……………….………….…100
Lampiran 4 Rubrik Penilaian Test………………………109
Lampiran 5 Taraf Kesukaran……………………………112
Lampiran 6 Validitas Soal………………………………113
Lampiran 7 Reliabilitas Soal………………………………115
Lampiran 8 Normalitas……………………………………117
Lampiran 9 Homogenitas…………………………………123
Lampiran 10 Uji t Berpasangan……………………………124
Lampiran 11 Analisis N-Gain………………………………127
Lampiran 12 Uji t-independent Dua Pihak………………130
Lampiran 13 Angket Respon………………………………131
Lampiran 14 Dokumentasi…………….…………………133
Lampiran 15 Surat Permohonan Ijin Ambil Data.………134
Lampiran 16 Surat Keterangan Telah Ambil Data………135
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman dan peradaban selalu diiringi dengan
semakin banyaknya tuntutan dunia pada setiap individu.
Terpaksa atau tidak setiap individu harus menjadikan dirinya
dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman dan peradaban
yang ditinggalinya. Semakin tingginya tuntutan zaman maka
semakin tinggi pula kualitas yang harus dimiliki oleh setiap
individu agar dapat beradaptasi dan bersaing dengan individu
lainnya. Abad 21 yang saat ini sedang berjalan menuntut
kemampuan-kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, serta
kemampuan dalam memecahkan masalah (P21, 2019). Bahkan
saat ini telah masuk ke era revolusi industri 4.0 yang berbeda
jauh dengan revolusi industri sebelumnya. Jika pada revolusi
industri 3.0 dunia berkembang dengan adanya komputer dan
internet, maka di era revolusi industri 4.0 dunia akan
berkembang dengan jalan yang berbeda. Segalanya akan bersifat
terhubung satu sama lain, serba otomatis, transparan dan
proaktif (Lavalle, 2018). Teknologi otomatis memang sudah
banyak ditemui saat ini, akan tetapi ke depannya bukan hanya
otomatis akan tetapi memiliki pemikiran sendiri, yang nantinya
dapat memprediksi dan dapat menghindari masalah yang akan
muncul. Dengan kata lain, pekerjaan manual yang dikerjakan
oleh manusia saat ini akan semakin tergerus habis diambil alih
oleh mesin. Segalanya akan tersambung, terintegrasi dengan
teknologi, inovasi-inovasi baru akan segera diterapkan di
semua lini sehingga menuntut akan cepatnya adaptasi dari
masyarakat akan perubahan-perubahan yang terjadi di
sekitarnya. Maka yang tersisa dan bisa diandalkan adalah
pemikiran yang kritis dan kreatif yang dapat memberikan
inovasi-inovasi serta menyelesaikan masalah-masalah yang
1
2
(C6) sedangkan tiga level lain yaitu aspek mengingat (C1), aspek
memahami (C2), dan aspek menerapkan (C3) masuk dalam
tahapan intelektual berpikir tingkat rendah atau lower order
thinking (Anderson et al., 2001; Schraw & Robinson, 2011).
Dengan kurikulum 13 ini, diharapkan dapat menciptakan
generasi yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Berangkat dari kebutuhan HOTS pada setiap peserta didik,
wajah pendidikan Indonesia terutama dalam bidang sains
tingkat SMP dan SMA di lingkup global dapat dilihat dalam
hasil tes PISA tahun 2015 yang menunjukkan peringkat
Indonesia berada di posisi ke 62 dari 70 negara yang
berpartisipasi, dengan nilai pada bidang sains 403 berada di
bawah nilai rata-rata PISA 493. Programme for International
Student Assessment (PISA) adalah sebuah survey 3 tahunan yang
dilakukan pada peserta didik usia 15 tahun terkait seberapa luas
mereka dapat berpartisipasi atau ikut andil dalam kehidupan
masyarakat modern dengan pengetahuan dan keterampilan
yang telah diperoleh selama sekolah (OECD, 2018). Soal-soal
yang diujikan dalam PISA bertujuan untuk menilai kemampuan
berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari menggunakan apa
yang mereka peroleh dari pembelajaran di sekolah (Foster, 2004).
Berdasarkan pemaparan di atas, HOTS peserta didik Indonesia
masih berada di bawah rata-rata saat bersaing dengan negara
lain.
Penelitian Istiyono (2017) menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir tingkat tinggi peserta didik salah satu SMA di Indonesia
berada dalam kategori sangat rendah 4.75%, rendah 40.30%,
sedang 33.45%, tinggi 19.5% dan sangat tinggi 2%. Hasil yang
masih didominasi kategori rendah dan sedang juga diperoleh
dari penelitian Shidiq et al. (2015) yang menunjukkan 7,4%
peserta didik memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana keterlaksanaan implementasi Problem Based
Learning berbasis ICT pada pembelajaran fisika untuk
meningkatkan HOTS peserta didik kelas X SMA Negeri 2
Lamongan?
2. Bagaimana keefektifan model Problem Based Learning berbasis
ICT untuk meningkatkan HOTS peserta didik kelas X SMA
Negeri 2 Lamongan?
3. Bagaimana respon peserta didik terhadap implementasi
model Problem Based Learning berbasis ICT untuk
meningkatkan HOTS peserta didik kelas X SMA Negeri 2
Lamongan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasakan perumusan masalah, maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan keterlaksanaan implementasi Problem Based
Learning berbasis ICT untuk meningkatkan HOTS peserta
didik kelas X SMA Negeri 2 Lamongan.
2. Mendeskripsikan keefektifan model Problem Based Learning
berbasis ICT untuk meningkatkan HOTS peserta didik kelas
X SMA Negeri 2 Lamongan.
3. Mendeskripsikan respon peserta didik terhadap
implementasi model Problem Based Learning berbasis ICT
untuk meningkatkan HOTS peserta didik kelas X SMA
Negeri 2 Lamongan.
7
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi beberapa pihak diantaranya yaitu :
1. Bagi sekolah dapat dijadikan masukan untuk memperbaiki
kualitas pendidikan selanjutnya.
2. Bagi guru fisika dapat dijadikan sebagai inovasi desain
proses pembelajaran yang mampu meningkatkan HOTS.
3. Bagi Peserta didik dapat dijadikan sebagai penambah
semangat dan motivasi untuk telibat aktif dalam proses
pembelajaran baik secara mandiri maupun dengan
bimbingan guru di dalam kelas serta mampu melatih dan
meningkatkan HOTS.
4. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai media belajar
penunjang penelitian yang akan dilakukan selanjutnya
menjadi lebih baik.
E. Batasan Penelitian
Untuk menghindari perluasan pembahasan masalah dalam
penelitian yang akan dilakukan, maka batasan dalam penelitian
ini adalah :
1. Subyek penelitian adalah peserta didik pada tiga kelas X
SMA Negeri 2 Lamongan.
2. Materi yang digunakan adalah momentum dan impuls
kelas X SMA semester 2.
3. Nilai HOTS peserta didik dilihat dari nilai tertulis peserta
didik dari post-test dan pre-test.
4. Indikator HOTS yang digunakan berdasarkan taksonomi
Bloom yang direvisi oleh Anderson et al. (2001), yaitu
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
8
F. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian dalam penelitian ini diantaranya yakni
sebagai berikut :
1. Peserta didik mengikuti secara aktif proses pembelajaran
dan mengerjakan tes HOTS dengan sungguh sungguh dan
jujur.
2. Peneliti menilai hasil tes peserta didik dengan objektif dan
hasil tes menggambarkan secara benar HOTS dari peserta
didik.
3. Pengamat secara objektif mengamati dan menilai
keterlaksanaan proses pembelajaan yang dilakukan oleh
peneliti.
4. Validator instrumen yang digunakan adalah orang yang
ahli di bidangnya secara objektif, jujur dan maksimal dalam
memvalidasi perangkat pembelajaran dari peneliti.
G. Definisi Istilah
1. Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik dan berpusat pada
masalah, di mana peserta didik terlibat dalam masalah
otentik dan tidak terstruktur (Savery, 2015).
2. Information and Communicayion Technology (ICT) adalah
segala hal dalam teknologi yang berhubungan dengan
komunikasi, informasi, pemrosesan data, dan
penyimpanan data (Srivastava, 2016).
3. Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah tahap di luar
pemahaman dan penerapan tingkat pengetahuan yang
lebih rendah, yaitu menganalisis, mengevaluasi dan
mencipta (Anderson et al., 2001).
BAB II
KAJIAN TEORI
G. Konsep Materi
1. Momentum
Momentum didefinisikan sebagai besaran yang
mempresentasikan keadaan gerak benda. Secara metematis
momentum merupakan perkalian massa (m) dan kecepatan
benda ( ) atau
19
(2.1)
Keterangan :
= Momentum (kg.m/s)
= Massa (kg)
= kecepatan (m/s)
3. Impuls
Berdasarkan perubahan momentum dapat diketahui bahwa
impuls yang bekerja pada benda bernilai sama. Hal ini juga
menunjukan arah vektor impuls sama seperti perubahan
momentum. Impuls tidak dimiliki oleh suatu partikel, melainkan
akibat yang ditimbulkan dari gaya luar yang merubah
nomentum pada partikel (Serway, 2004). Impuls diartikan gaya
impulsif yang bekerja pada partikel selama interval waktu yang
sangat singkat ∆ − dan hampir mendekati nol. Sehingga
dirumuskan sebagai berikut:
(2.5)
Keterangan:
= Impuls (kg.m/s)
= Gaya Impulsif (N atau kg.m/s2)
∆ = Selang waktu (s)
(a) (b)
21
Gambar 2.2 (a) Grafik gaya terhadap waktu dimana luasan di bawah
kurva menunjukkan impuls; (b) Grafik gaya terhadap waktu dimana
luasan persegi menunjukkan impuls karena gaya rata-rata.
(Sumber: Serway, 2004)
Berdasarkan grafik, besar impuls merupakan luasan di
bawah kurva. Gaya yang bekerja pada umumnya singkat
sehingga digunakan gaya rata-rata untuk mempermudah
perhitungannya (Serway, 2004). Sehingga dengan menggunakan
gaya rata-rata, nilai impuls dirumuskan sebagai berikut :
t t− t t ∆ (2.6)
Keterangan :
t t− t t = Gaya rata-rata (N atau kg.m/s )
2
v1' v2'
e (2.10b)
v1 v2
b. Tumbukan lenting sebagian
Dalam tumbukan lenting sebagian, total momentum
sebelum dan sesudah tumbukan tetap konstan, akan tetapi
tidak untuk energi kinetik. Dengan kata lain ada energi
kinetik yang berubah dalam bentuk energi lain sehingga
energinya tidak konstan. Koefisien restitusi dalam
tumbukan lenting sebagian bernilai lebih dari 0 kurang dari
1 (0 < e < 1).
c. Tumbukan tidak lenting
Dalam tumbukan tidak lenting, total momentum total
momentum sebelum dan sesudah tumbukan tetap konstan,
akan tetapi tidak untuk energi kinetik. Serupa dengan
tumbukan lenting sebagian, perbedaannya adalah koefisien
restitusi dalam tumbukan lenting sebagian bernilai mutlak 0
(e=0).
I. Kerangka Penelitian
Perkembangan zaman dan peradaban selalu diiringi dengan
semakin banyaknya tuntutan dunia pada setiap individu.
Terpaksa atau tidak setiap individu harus menjadikan dirinya
dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman dan peradaban
yang ditinggalinya. Semakin tingginya tuntutan zaman maka
semakin tinggi pula kualitas yang harus dimiliki oleh setiap
individu agar dapat beradaptasi dan bersaing dengan individu
lainnya. Abad 21 yang saat ini sedang berjalan menuntut
kemampuan-kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, serta
kemampuan dalam memecahkan masalah (P21, 2019) yang
dalam dunia pendidikan biasa disebut dengan pemikiran tingkat
tinggi atau HOTS (higher Order Thinking Skills).
Berangkat dari kebutuhan HOTS pada setiap sumber daya
manusia tersebut, wajah pendidikan Indonesia terutama dalam
bidang sains tingkat SMP dan SMA di lingkup global dapat
dilihat dalam hasil tes PISA tahun 2015 yang menunjukkan
peringkat Indonesia berada di posisi ke 62 dari 70 negara yang
berpartisipasi, dengan nilai pada bidang sains 403 berada di
bawah nilai rata-rata PISA 493. Hal tersebut menunjukkan
28
Hipotesis
Pembelajaran fisika menggunakan model problem based learning berbasis ICT diduga dapat
meningkatkan HOTS peserta didik SMA.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah pre experiment (dengan syarat kelas
kontrol tidak efektif dalam meningkatkan HOTS) untuk
mendeskripsikan keefektifan model Problem Based Learning
berbasis ICT dalam meningkatkan HOTS peserta didik SMA.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah control group pre-
test dan post-test, pada desain penelitian ini mengunakan
rancangan dua kelompok subjek yaitu kelompok eksperimen
dan kontrol. Penelitian ini menggunakan 3 kelas yaitu kelas X
MIA 1, X MIA 2, dan X MIA 3 dengan menyampaikan materi
momentum dan impuls menggunakan model problem based
learning berbasis ICT pada kelompok eksperimen dan model
konvensional pada kelompok kontrol, sehingga desain
penelitiannya dapat digambarkan pada tabel berikut.
Keterangan :
O1 = tes awal (pre-test) dilakukan sebelum diberi perlakuan
X = perlakuan berupa model problem based learning berbasis
ICT
O2 = tes akhir (post-test) dilakukan setelah diberi perlakuan
O3 = tes awal (pre-test) dilakukan sebelum diberi perlakuan
O4 = tes akhir (post-test) dilakukan setelah diberi perlakuan
O5 = tes awal (pre-test) dilakukan sebelum diberi perlakuan
O6 = tes akhir (post-test) dilakukan setelah diberi perlakuan
- = perlakuan berupa pembelajaran konvensional (ceramah,
latihan soal-soal, pemberian soal-soal)
31
32
D. Subjek Penelitian
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaaan
model pembelajaran problem based learning berbasis ICT.
2. Variabel Respon
Variabel respon dalam penelitian ini yaitu keterlaksanaan
pembelajaran, peningkatan HOTS peserta didik dan respon
peserta didik terhadap pembelajaran dengan model problem
based learning berbasis ICT.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini diantaranya guru,
materi yang digunakan, perangkat pembelajaran, instrumen
penilaian dan alokasi waktu.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi
menjadi beberapa tahapan yakni :
1. Tahap Persiapan dan Perencanaan Penelitian
Tahap persiapan dan perencanaan penelitian adalah tahap
awal yang dilakukan untuk melakukan penelitian ini. Tahap
awal ini dilakukan untuk mendukung kelancaran dalam
34
(Sugiyono, 2016)
Keterangan :
SS = sangat setuju, diberi skor 5
ST = setuju, diberi skor 4
RG = ragu-ragu, diberi skor 3
TS = tidak setuju, diberi skor 2
STS = sangat tidak setuju, diberi skor 1
37
1. Uji t-berpasangan
Uji t-berpasangan digunakan untuk menyelidiki
perbedaan rata rata sampel antara sebelum dan sesudah
mendapatkan perlakuan. Syarat uji t-berpasangan dapat
dilakukan adalah data terdistribusi normal (dalam hal ini
adalah nilai gain) dengan melalui uji normalitas.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Uji normalitas digunakan untuk
menyelidiki apakah data hasil penelitian (nilai gain)
terdistribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas yang
digunakan adalah uji chi kuadrat (Sugiyono, 2016).
Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) Menyusun hipotesis
H0 : Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi
normal
H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak
terdistribusi normal
b) Menyusun data seluruh variabel yang akan diuji
normalitasnya.
c) Menentukan jumlah kelas interval (k)
k 1 3,3 log n 3.2
dengan n adalah banyaknya skor
d) Menentukan rentang kelas interval
g ຖ = gg g gg t݅ݎn 3.3
e) Menentukan panjang kelas interval (P)
R
P 3.4
k
f) Memilih ujung bawah kelas interval pertama
g) Menghitung rata rata dan simpangan baku
݅ ݅ຖ
= 3.5
݅
(Sudjana, 2005)
Keterangan :
= rata-rata
݅ = frekuensi setiap kelas interval
40
Keterangan :
= distribusi chi-kuadrat
݅ = frekuensi observasi pengamatan
݅ = frekuensi teoritik/ yang diharapkan
m) Menentukan kriteria pengujian dengan taraf
signifikansi sebesar α = 0,05.
X 2 tabel X 2 (1 )( dk ) 3.11
n) Mengambil kesimpulan dengan kriteria sebagai
berikut:
41
2
H0 diterima jika X hitung X 2 tabel
2
H0 ditolak jika X hitung X 2 tabel
(Sudjana, 2005)
Ujit t-berpasangan
Langkah langkah uji t-berpasangan adalah sebagai
berikut :
a) Menyusun hipotesis
H0 : 1 2 (tidak ada perbedaan yang signifikan dari
nilai pre-test dan post-test)
H1 : 1 2 (terdapat perbedaan yang signifikan dari
nilai pre-test dan post-test)
Keterangan:
1 = nilai pre-test
2 = nilai post-test
b) Menentukan nilai gain ( ) dengan mencari nilai
selisih post-test dan pre-test
c) Menentukan mean ( ) dengan rumus
d
Md 3.12
N
Keterangan :
Md = mean dari gain
d = jumlah gain (d)
= jumlah sampel
d) Menghitung deviasi dari masing-masing peningkatan
nilai peserta didik (Xd)
Xd d Md 3.13
e) Menentukan jumlah kuadrat deviasi (ΣXd )
f) Menentukan nilai t dengan rumus:
Md 3.14
t
X 2
d
( N 1)
42
(Suharsimi, 2013)
g) Menentukan derajat kebebasan (dk)
dk = N - 1 3.15
h) Menarik kesimpulan dengan taraf signifikan 0,05
H0 diterima = L݅M g n
H0 ditolak = L݅M g n
Jika H0 ditolak maka H1 diterima dan dapat disimpulkan
terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai pre-test dan
post-test. Jika t bernilai negatif maka post-test lebih tinggi
daripada pre-test.
2. Analisis N-gain
Perumusan analisis n-gain dalam penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki peningkatan HOTS peserta
didik pada masing-masing kelas. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
S post test S pre test
g 3.16
S max S pre test
(Hake, 1999)
Keterangan :
g = N-Gain
h = Skor tes akhir (post-test)
= Skor tes awal (pre-test)
ig = Skor maksimal
Nilai gain ternormalisasi yang telah diperoleh dapat
diinterpretasikan sesuai dengan Tabel 3.5 di bawah ini :
Tabel 3.5 Kriteria interprestasi nilai gain
yang dinormalisasikan
Nilai <g> Interprestasi
g ≥ 0,7 Tinggi
(Hake,1999)
43
3. Uji t-independent
Uji t-independent digunakan untuk membandingkan
rata-rata peningkatan HOTS peserta didik dari kedua kelas
eksperimen setelah diberi perlakuan berupa model PBL
berbasis ICT.
Syarat melakukan uji t-independent adalah data harus
terdistribusi normal dan homogen. Sehingga perlu
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih
dahulu.
Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk menyelidiki bahwa sampel
yang diambil berasal dari populasi yang homogen (sama).
Uji ini menggunakan uji Bartlett dengan langkah langkah
sebagai berikut :
a) Menyusun hipotesis
H0 : 1 2 3 = sampel berasal dari populasi yang
homogen
H1 : ada satu tanda tidak sama dengan (≠) tidak
berlaku.
b) Mencari varians dengan rumus
݅ ݅ ݅ ݅
=
c) Menentukan variansi gabungan dari setiap kelas (S2)
dengan rumus :
2 (ni 1) S i2
S gabungan 3.18
(ni 1)
(Sudjana, 2005)
Keterangan :
S2 = varians gabungan semua sampel
Si2 = varians salah satu sampel
ni = banyaknya skor salah satu sampel
d) Menentukan nilai satuan B
= nh ຖ ݅ 3.19
(Sudjana, 2005)
44
Uji t-independent
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas,
barulah dilakukan uji t-independent. Berikut langkah-
langkah melakukan uji t-independent.
a. Merumuskan hipotesis
H0 : 1 = 2 (tidak ada perbedaan rata-rata nilai gain
pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2)
H1 : 1 ≠ 2 (ada perbedaan pada rata-rata nilai gain
kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2).
b. Menentukan daftar distribusi frekuensi untuk setiap
kelompok data dengan perhitungan sebagai berikut :
i. Mengelompokkan data menjadi kelas interval.
ii. Mencari frekuensi pada setiap kelas.
iii. Menghitung mean dan simpangan baku.
Keterangan :
= besarnya uji t yang dihitung
= rata-rata nilai kelas eksperimen
= rata-rata nilai kelas kontrol
e. Menentukan derajat kebebasan (dk)
dk = (n1 + n2) – 2 3.24
f. Menarik kesimpulan dengan taraf signifikan 0,05
H0 diterima = -t(1-1/2α)(dk) < thitung < t(1-1/2α)(dk)
H0 ditolak = thitung ≥ t(1-1/2α)(dk)
Jika H0 diterima maka tidak ada perbedaan pada rata-
rata gain kedua kelas eksperimen.
(Riduwan, 2012)
Presentase respon peserta didik tersebut kemudian dianalisis
dengan mengikuti kriteria presentase Rating Scale pada Tabel 3.7
di bawah ini :
Tabel 3.7 Kriteria Persentase Rating Scale
Persentase Kategori
1 - 20 % Kurang Sekali
21 – 40 % Kurang
41 – 60 % Cukup
61 – 80 % Baik
81 – 100 % Sangat Baik
(Riduwan, 2012)
Keterangan:
P = indeks kesukaran soal
B = banyak peserta didik yang menjawab soal dengan
benar
J = jumlah seluruh peserta didik
Hasil pehitungan indeks kesukaran soal dapat
diinterpretasikan sesuai Tabel 3.8 di bawah ini :
Tabel 3.8 Kriteria indeks Kesukaran Soal
Indeks tingkat
Kategori
kesukaran
0,00 - 0,30 Sukar
0,31 - 0,70 Sedang
0,71 - 1,00 Mudah
(Suharsimi, 2012)
Hasil uji taraf kesukaran setiap soal disajikan pada Tabel 3.9
berikut.
Tabel 3.9 Taraf Kesukaran
Nomor Soal Indeks Kesukaran Kriteria
1 0,33 Sedang
2 0,64 Sedang
3 0,59 Sedang
4 0,85 Mudah
5 0,19 Sukar
6 0 Sukar
7 0,36 Sedang
8 0,49 Sedang
9 0,35 Sedang
10 0,5 Sedang
Berdasarkan tabel 3.9, soal nomor 4 masuk dalam
kriteria mudah, nomor 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10 masuk dalam kriteia
sedang, nomor 5 dan 6 masuk dalam kriteria sukar.
2) Uji Validitas
ຖ ຖ
= 3.28
ຖ ຖ ຖ ຖ ຖ ຖ
(Sugiyono, 2015)
Keterangan :
= koefisien korelasi variabel
X = skor peserta tes pada butir soal
Y = skor total yang dicapai peserta tes
= jumlah skor butir soal
= jumlah skor total
= jumlah peserta tes
Butir soal dinyatakan valid apabila L݅M g n .
Untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi dapat
digunakan kriteria dalam Tabel 3.10 sebagai berikut :
Tabel 3.10 Kriteria Validitas Soal
Angka korelasi Kriteria
0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Tinggi
0,80 - 1,000 Sangat tinggi
(Sugiyono, 2015)
(Suharsimi, 2013)
c) Mencari indeks reliabilitas soal dengan menggunakan
rumus Spearman Brown.
.
= 3.30
㠶
(Suharsimi, 2013)
Keterangan:
= indeks reliabilitas soal
= = korelasi antara dua belahan
instrumen atau reliabilitas setengah
tes
Instrumen tes dapat dikatakan reliabel ketika
L݅M g n . Jika sebaliknya maka instrumen tes
tersebut tidak dapat digunakan karena tidak reliabel.
50
Rata
No Aspek yang Divalidasi Val 1 Val 2
-rata
Materi pada silabus dikembangkan,
7 3 4 3,5
sehingga bersifat fleksibel.
Pengembangan silabus berprinsip pada sifat
8 4 4 4
menyeluruh.
9 Penggunaan bahasa yang baik dan benar. 3 4 3,5
Rata-rata 3,78
94,4
Persentase
%
Rata-
No Aspek yang Divalidasi Val 1 Val 2
Rata
15 Kesesuaian dengan karakteristik peserta
3 4 3,5
didik.
SKENARIO PEMBELAJARAN
16 Menampilkan kegiatan pendahuluan, inti,
3 4 3,5
dan penutup dengan jelas.
17 Kesesuaian kegiatan dengan pendekatan
saintifik (mengamati, menanya, mencoba, 3 4 3,5
menalar, mengkomunikasikan).
18 Kesesuaian dengan metode pembelajaran. 3 3 3,5
19 Kesesuaian kegiatan dengan sistematika/
3 4 3,5
keruntutan materi.
20 Kesesuaian alokasi waktu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan 3 4 3,5
penutup dengan cakupan materi.
Rata-rata 3,525
Persentase 88,125
%
Rata-
No Aspek yang Divalidasi Val 1 Val 2
Rata
7 Bahasa yang digunakan lugas dan
3 4 3,5
komunikatif.
8 Ketepatan tata bahasa indonesia. 3 3 3
Kelayakan Penyajian
9 Memadukan konsep yang saling terkait. 3 4 3,5
10 Keruntutan penyajian konsep. 3 4 3,5
11 Kekonsistensian sistematika penulisan. 3 4 3,5
12 Penyajian Menarik. 3 3 3
Rata-rata 3,46
Persentase 86,5%
Rata-
No Aspek yang Divalidasi Val 1 Val 2
Rata
9 Rumusan kalimat komunikatif. 3 4 3,5
10 Kalimat menggunakan bahasa yang
baik dan benar serta sesuai dengan 3 4 3,5
ragam bahasa.
11 Ragam kalimat tidak menimbulkan
3 4 3,5
penafsiran ganda.
12 Menggunakan bahasa atau kata kerja
3 4 3,5
yang umum.
Rata-rata 3,58
Persentase 89,58%
Rata-
No Aspek yang Divalidasi Val 1 Val 2
Rata
kurikulum 2013.
Peranannya dapat meningkatkan
11 3 4 3,5
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
12 Kesesuaian dengan model PBL. 3 4 3,5
Kriteria Kebahasaan
13 Kebenaran tata bahasa. 3 3 3
Kesesuaian kalimat dengan taraf berpikir
14 3 4 3,5
peserta didik.
15 Kesederhanaan struktur kalimat. 3 4 3,5
16 Kalimat tidak mengandung arti ganda. 3 4 3,5
17 Kejelasan petunjuk dan arahan. 4 4 4
Bahasa yang dipergunakan bersifat
18 3 4 3,5
komunikatif.
Rata-rata 3,59
Persentase 89,7%
Rata-
No Aspek yang Divalidasi Val 1 Val 2
Rata
Ketercakupan aspek keterampilan
6 4 3 3,5
praktikum
ASPEK BAHASA
Kesesuaian penggunaan bahasa yang 3 3 3
7
baku
Penggunaan bahasa yang mudah 3 4 3,5
8
dipahami
9 Penggunaan kalimat yang komunikatif 3 4 3,5
Konsistensi penggunaan simbol atau 3 4 3,5
10
lambang
Rata-rata 3,5
Persentase 87,5%
Berdasarkan tabel 3.19 validitas lembar keterlaksanaan
pembelajaran dapat diketahui bahwa rata-rata nilai validitas dari
dua dosen validator adalah 3,5 dengan persentase 87,5%.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
59
60
28 Z. A. F. 42 62 20
Jumlah 855
Rata-rata 30,53571429
b. Kelas Eksperimen 2
Tabel 4.3 Data Nilai Kelas Eksperimen 2
No. Nama Pre-test Post-test Gain
1 A. G. W. 31 42 11
2 A. I. L. A. M. 28 63 35
3 A. A. P. 11 54 43
4 A. A. Z. F. 31 51 20
5 A. M. R. 26 69 43
6 A. M. A. 33 77 44
7 D. S. A. P. 18 46 28
8 D. A. M. 29 55 26
9 F. Z. P. 29 69 40
10 F. M. W. 11 62 51
11 H. N. A. 23 62 39
12 J. L. S. 33 63 30
13 L. M. 18 62 44
14 M. K. M 22 42 20
15 M. R. P. 31 54 23
16 M. A. S. 11 69 58
17 M. W. M. 11 54 43
18 M. N. A. 29 58 29
19 N. H. M. 29 63 34
20 N. A. A. 11 31 20
21 P. P. S. 31 77 46
22 P. A. S. 18 69 51
23 R. D. R. 18 69 51
24 S. A. P. 11 49 38
25 S. A. M. 36 72 36
26 S. 29 54 25
27 S. S. 29 54 25
28 Z. A. F. 11 62 51
Jumlah 1002
Rata-rata 36,7037037
64
c. Kelas Kontrol
Tabel 4.4 Data Nilai Kelas Kontrol
No. Nama Pre-test Post-test Gain
1 A. E. P. 38 40 2
2 A. M. Z. 32 38 6
3 A. P. E. 25 40 15
4 A. H. Z. E. 40 51 11
5 D. D. A. S. P. 39 69 30
6 D. C. A 46 54 8
7 F. R. H. 43 54 11
8 F. A 42 58 16
9 G. S. P. 32 54 22
10 I. F. M. U. Y. 25 34 9
11 K. D. P. A. 42 88 46
12 M. A. J. 32 38 6
13 M. J. S. 25 51 26
14 M. R. F. 32 54 22
15 M. N. K. 42 54 12
16 M. F. N. 37 54 17
17 M. H. F. 31 32 1
18 M. S. H. 46 52 6
19 N. S. 42 54 12
20 N. U. H. 56 88 32
21 O. P. P. 32 38 6
22 P. K. A. 25 51 26
23 P. N. S. 42 43 1
24 S. Q. 46 74 28
25 S. A. A. 40 42 2
26 S. 54 62 8
27 T. G. A. 31 40 9
28 W. L. L. 41 66 25
Jumlah 415
Rata-rata 15,2962963
Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistika
berdasarkan panduan pada bab sebelumnya. Uji statistika yang
digunakan adalah uji t berpasangan untuk membandingkan
antara nilai pre-test dan post-test, analisis n-gain untuk
mendapatkan kriteria peningkatan dari setiap kelas, dan uji t-
independent untuk menguji kekonsistenan rata-rata peningkatan
nilai (gain) kedua kelas eksperimen dengan syarat kelas kontrol
65
Berdasarkan Tabel 4.9 nilai -ttabel < thitung < ttabel, sehingga
H0 diterima. Artinya, tdak ada perbedaan pada rata-rata
nilai gain kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2.
3. Respon Peserta Didik
Peserta didik mengisi angket respon setelah menerima
pembelajaran dengan Problem Based Learning berbasis ICT.
Peserta didik memberikan respon melalui pengisian angket yang
meliputi 10 poin pernyataan. Hasil angket dari peserta didik di
kedua kelas eksperimen disajikan dalam Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Data Persentase Respon Peserta Didik
Persentase %
No Pernyataan Rata-
Eks 1 Eks 2
rata
Fenomena yang disajikan menarik
perhatian saya dan mampu meningkatkan 92
1. 91 93
motivasi untuk mempelajari materi (SB)
momentum dan impuls.
Proses pembelajaran yang diajarkan
91
2. memudahkan saya untuk melatih 90 91
(SB)
pemikiran saya.
Pembelajaran ini membantu saya dalam 90
3. 91 89
menganalisis permasalahan yang dihadapi. (SB)
Peran aktif saya dalam kegiatan
94
4. pembelajaran menjadi meningkat ketika 96 91
(SB)
guru menerapkan pembelajaran ini
Setelah pembelajaran ini, saya paham 91
5. 91 90
mengenai konsep momentum dan impuls (SB)
Proses pembelajaran yang diajarkan
91
6. memudahkan saya untuk dapat menilai 93 88
(SB)
solusi terbaik dari masalah
Pembelajaran ini membantu saya mencari
88
7. suatu gagasan atau solusi dari suatu 86 90
(SB)
permasalahan.
Keterangan:
SB : Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 4.10 nilai persentase setiap poin berada
pada kategori sangat baik, terutama pada poin keempat yang
mencapai 94% dalam rata-ratanya yang menunjukkan bahwa
peserta didik merasa lebih aktif dibandingkan dengan
pengajaran biasanya.
69
B. Pembahasan
1. Keterlaksanaan Pembelajaran
Aspek-aspek yang diamati dalam lembar ketelaksanaan
pembelajaran yakni kegiatan pendahuluan, inti, penutup,
pengamatan suasana kelas dan pengelolaan waktu. Penyusunan
lembar keterlaksanaan pembelajaran didasarkan pada sintaks-
sintaks dari model PBL berbasis ICT yakni orientasi peserta
didik terhadap masalah, mengorganisasi peserta didik untuk
belajar, membimbing penyelidikan individu dan kelompok
dengan memanfaatkan ICT, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya dengan memanfaatkan ICT dan menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. Peningkatan terlihat
di kedua kelas eksperimen dari pertemuan pertama ke
pertemuan kedua menunjukkan bahwa aktivitas di kelas
semakin terstruktur dan nyaman untuk guru maupun peserta
didik. Rata-rata persentase menunjukkan kategori sangat baik
dengan persentase di atas 80% pada setiap aspek dikarenakan
pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan susunan RPP yang
telah dibuat dan disesuaikan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan
hasil penelian yang menyatakan bahwa pembelajaran terlaksana
dengan baik ketika penerapannya sesuai dan sistematis dengan
RPP yang dirancang (Rafiqa dkk, 2017).
Lembar keterlaksanaan bagian pendahuluan menilai
kegiatan pembuka kegiatan pembelajaran sekaligus masuk ke
dalam sintaks dari model PBL berbasis ICT seperti pemberian
motivasi belajar serta memberi kesempatan peserta didik untuk
menyampaikan gagasan serta pendapatnya terkait suatu
fenomena yang disajikan. Dalam kegiatan pendahuluan
mengkondisikan peserta didik untuk siap menerima pelajaran
adalah aspek yang sangat perlu diperhatikan. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa kegiatan pendahuluan mendapatkan nilai
yang sangat baik yang artinya bahwa motivasi awal peserta
didik tinggi. Motivasi awal peserta didik diisi dengan
menampilkan video fenomena terkait materi sehingga
memunculkan perasaan tertarik dan penasaran yang membuat
peserta didik termotivasi untuk belajar lebih jauh. Sebenarnya
70
aspek inilah yang menjadi salah satu ciri dari PBL berbasis ICT,
karena pada aspek ini penyajian masalah melalui media
dilakukan. Jika masalah tidak disajikan maka ini bukan lagi
pembelajaran dengan menerapkan model PBL. Pada aspek
pertama ini, peserta didik sudah langsung diajak untuk
menggunakan pemikiran tingkat tinggi yaitu menganalisis.
Mereka mencoba memahami video yang ditampilkan,
mengarahkan fokusnya pada satu titik yang menjadi
permasalahan, kemudian mulai menganalisis apa yang
sebenarnya terjadi, fenomena fisika apa yang telah mereka amati
dalam video. Setelah itu mereka akan mulai menganalisis,
mengasosiasi dengan bayangan-bayangan, mereka juga akan
memproyeksikan adegan dalam video ke dalam pikirannya,
sehingga paling tidak mereka akan membuat konstruksi kognitif
mereka sendiri meskipun belum benar-benar tahu konsep apa
yang terkandung dalam fenomena tersebut.
Aspek lain yang lebih menjadi perhatian adalah
keterlaksanaan dari kegiatan inti yang memuat sebagian besar
sintaks PBL berbasis ICT. Sintaks PBL berbasis ICT memiliki
keterkaitan dengan indikator HOTS dari taksonomi Bloom revisi
Anderson. Hasil penilaian pengamat yang tersajikan dalam
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran
untuk setiap aspek tersebut di seluruh kelas dan disetiap
pertemuannya berada dalam kategori sangat baik. Pada aspek
membimbing peserta didik untuk melakukan penyelidikan
adalah aspek yang benar-benar menggunakan tingkatan berpikir
menganalisis dan mengevaluasi karena dalam aspek tersebut
peserta didik mencari informasi tentang konsep, materi yang
diberikan kemudian menghubungkannya dengan fenomena
yang berisi masalah. Setelah dirasa mereka telah menemukan
hubungan konsep materi dengan permasalahan, mereka akan
berpikir ulang untuk mengevaluasi apakah pemikiran mereka
benar atau tidak, atau mungkin ada sesuatu yang dirasa kurang
sesuai. Jadi pada aspek ini adalah aspek utama yang benar-benar
melatih HOTS dari peserta didik. Kemudian pada aspek
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, disinilah
71
A. Kesimpulan
Berdasarkan data penelitian dan pembahasan pada bab
sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keterlaksanaan implementasi Problem Based Learning berbasis
ICT pada pembelajaran fisika untuk meningkatkan HOTS
peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Lamongan mendapatkan
persentase di atas 80% dengan kriteria terlaksana sangat baik.
2. Model Problem Based Learning berbasis ICT efektif dalam
meningkatkan HOTS peserta didik, sedangkan kelas kontrol
tidak memenuhi syarat untuk dikatakan efektif melalui uji t
berpasangan pada α=5% dan kriteria peningkatan sedang
melalui analisis rata-rata n-gain.
3. Respon peserta didik setelah diterapkan Problem Based
Learning berbasis ICT mendapatkan rata-rata persentase diatas
80% dan berkategori sangat baik.
B. Saran
Saran yang bisa diberikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian ini, model PBL berbasis ICT dapat
dijadikan referensi dalam pembelajaran materi-materi tertentu
agar lebih efektif dalam meningkatkan HOTS peserta didik.
2. Penggunaan ICT dalam pembelajaran dapat lebih
diintensifkan, karena selain menarik bagi peserta didik juga
dapat memperjelas sesuatu yang awalnya hanya dibayangkan
saja.
3. Pembuatan karya atau artefak dalam pembelajaran dengan
model PBL perlu dipikirkan dan direncanakan dengan lebih
rinci agar wujud dari artefak yang diharapkan sesuai dengan
harapan.
4. PBL membutuhkan waktu yang banyak, sehingga sebelum
menerapkan model ini dalam pembelajaran diperlukan
pengaturan alokasi waktu agar tidak merusak ritme
pembelajaran serta membuat pembelajaran sesuai dengan
yang diharapkan.
75
76
77
78
Dym, C. L., Agogino, A. M., Eris, O., Frey, D. D., & Leifer, L. J.
(2005). Engineering Design Thinking, Teaching, and
Learning. Journal of Engineering Education, 94(1), 103–120.
https://doi.org/10.1002/j.2168-9830.2005.tb00832.x
Miller, C., Nentl, N., & Zietlow, R. (2014). About simulations and
Bloom’s learning Taxonomy. Developments in Business
Simulation and Experiential Learning, 37, 161-171.
http://static.battelleforkids.org/documents/p21/P21_Fra
mework_Brief.pdf
Prayogi, S., Muhali, M., Yuliyanti, S., Asy’ari, M., Azmi, I., &
Verawati, N. (2019). The Effect of Presenting Anomalous
Data on Improving Student’s Critical Thinking Ability.
International Journal of Emerging Technologies in Learning
(IJET), 14, 133. https://doi.org/10.3991/ijet.v14i06.9717
Rohana Sihaloho, R., Sahyar, S., & Marlina Ginting, E. (2017). The
Effect of Problem Based Learning (PBL) Model toward
Student’s Creative Thinking and Problem Solving Ability in
Senior High School. IOSR Journal of Research & Method in
Education (IOSRJRME), 07, 11–18.
https://doi.org/10.9790/7388-0704011118
Serway, R. A., & Jewett J. W.. (2004). Physics for Scientists and
Engineers. Pacific Grove: Thomson Brooks/Cole.