BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu isu kesehatan yang kerap kali terjadi di Indonesia adalah
Kejadian Luar Biasa (KLB). Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, terdapat tiga jenis bencana, yaitu bencana alam, non-
alam, dan sosial. KLB sendiri termasuk dalam bencana non alam. KLB menjadi
Dikutip dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018 1,7% kejadian krisis
kesehatan pada tahun 2018 yang terjadi di Indonesia diakibatkan oleh KLB
penyakit. Salah satu penyakit menular yang berpotensi untuk menjadi KLB menurut
bahwa pada tahun 2018 kejadian difteri di Asia Tenggara mencapai 10.299 kasus.
difteri pada tahun 2018 adalah sebanyak 1.386 kasus yang menyebar di hampir
seluruh wilayah Indonesia. Jumlah ini mengalami kenaikan drastis hampir dua kali
lipat dari tahun 2017 yang hanya terdapat 954 kasus. Kejadian difteri pada tahun
2018
kejadian KLB difteri terbanyak pada tahun 2018 adalah Jawa Timur.
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa kejadian difteri di Jawa Timur
terjadi pada tahun 2018 dengan persentase sebesar 42,12% dari tahun sebelumnya.
Timur. Berikut trend kematian akibat kejadian difteri di Jawa Timur pada tahun
2014-2018.
Tabel 1.2 Trend Kematian Akibat Kejadian Difteri di Jawa Timur Tahun 2014-2018
Tahun
Provinsi Jawa Timur
2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah Kejadian Difteri 9 11 6 16 10
Trend (%) - 22,22 -83,33 166,67 37,50
Sumber: Profil Kesehatan Jawa Timur 2014-2018
Jawa Timur pada tahun 2014-2018 cenderung fluktuatif. Kenaikan trend paling
tinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu sebanyak 166,67% dibandingkan tahun
sebelumnya.
Tabel 1.3 Jumlah Kejadian Difteri Menurut Jenis Kelammin dan Kabupaten/Kota
di Jawa Timur Tahun 2018
Jumlah Kasus
No. Kabupaten/Kota
L P L+P
1 Kota Surabaya 41 38 79
2 Kab. Lumajang 24 36 60
3 Kab. Sidoarjo 23 24 47
4 Kab. Blitar 16 13 29
5 Kab. Kediri 16 13 29
6 Kab Situbondo 10 19 29
7 Kab. Jombang 19 9 28
8 Kab. Pasuruan 12 13 25
9 Kab. Bangkalan 8 16 24
10 Kab. Mojokerto 8 14 22
11 Kab. Tuban 12 10 22
12 Kota Malang 15 6 21
13 Kab. Gresik 11 9 20
14 Kab. Jember 7 13 20
15 Kab. Nganjuk 8 11 19
16 Kota Mojokerto 5 3 18
17 Kab. Bojonegoro 7 8 15
18 Kab. Pamekasan 5 10 15
19 Kab Madiun 10 5 15
20 Kab. Sumenep 5 9 14
22 Kab. Lamongan 6 7 13
22 Kab. Ngawi 7 5 12
23 Kota Pasuruan 2 10 12
24 Kab. Probolinggo 4 7 11
25 Kota Madiun 3 8 11
26 Kota Kediri 5 5 10
27 Kab. Malang 4 5 9
28 Kab. Pacitan 2 6 8
29 Kab. Magetan 4 4 8
30 Kota Batu 5 3 8
31 Kab. Sampang 2 5 7
32 Kota Blitar 4 3 7
33 Kota Probolinggo 3 4 7
34 Kab. Ponorogo 5 1 6
35 Kab. Trenggalek 3 3 6
Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa Kota Surabaya menjadi kota
Berdasarkan Tabel 1.4 diketahui bahwa dalam kurun waktu lima tahun
terakhir selalu terjadi kasus difteri di Kota Surabaya. Kejadian difteri mengalami
stabil hingga tahun 2017. Namun, kejadian difteri meningkat secara tajam hingga
172,41% pada tahun 2018. Kejadian pada tahun tersebut telah memenuhi salah satu
kriteria KLB yaitu terjadinya peningkatan kejadian penyakit sebanyak dua kali lipat
Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2018, difteri juga dikategorikan sebagai penyakit
tahun tersebut terjadi di lebih dari setengah dari total Puskesmas di Kota Surabaya,
pula diketahui bahwa Puskesmas dengan kejadian difteri paling tinggi adalah
Puskesmas Simomulyo terjadi pada tahun 2018. Kasus difteri yang terjadi pada
tahun tersebut merupakan jumlah serta kenaikan kasus tertinggi yang pernah terjadi
di Puskesmas Simomulyo dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Kemenkes (2017)
menjelaskan bahwa suatu daerah dinyatakan KLB difteri apabila ditemukan satu
kasus suspek difteri. Munculnya kembali 8 kasus difteri pada 2018 dari tahun
sebelumnya yang tidak ada kasus menunjukkan bahwa telah terjadi KLB difteri di
Puskesmas Simomulyo.
Seperti yang telah dijelaskan di awal, KLB penyakit merupakan salah satu
penyebab terjadinya krisis kesehatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan manajemen
bencana KLB guna mengatasi KLB yang terjadi. Salah satu tahap dalam siklus
halnya bencana yang lain, perlu dilakukan upaya mitigasi KLB difteri untuk
untuk memahami risiko dan upaya bila terjadi wabah; penyiapan produk hukum
maupun respon dini; pengendalian faktor risiko; deteksi secara dini; dan respon
cepat. Upaya mitigasi KLB dilakukan oleh berbagai sektor termasuk sektor
kesehatan.
Tahun 2014 Tentang Puskesmas, disebutkan bahwa salah satu upaya kesehatan
penyakit. Oleh karena itu, puskesmas dapat menjadi garda terdepan dalam upaya
Upaya mitigasi KLB difteri menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
difteri melibatkan berbagai komponen dengan tugas dan peran berbeda. Selain
KLB difteri di Puskesmas Simomulyo adalah kader. Kader yang dimaksud adalah
kegiatan Puskesmas yang melibatkan tim atau individu dengan tugas dan fungsi
capaian program. Sejalan dengan hal itu, Alifa (2012) berpendapat bahwa segala
akan tercipta suasana kerjasama kesatuan tindakan dan kesatuan tujuan akhir.
Oleh karena itu, koordinasi antara Puskesmas dan kader dalam pelaksanaan
kegiatan pencegahan dan penanggulangan sebagai salah satu upaya mitigasi KLB
lebih efektif untuk mengurangi risiko terjadinya KLB difteri. Penerapan berbagai
prinsip koordinasi anatar kedua pihak perlu ditinjau untuk melihat berbagai
adalah meningkatnya angka kejadian difteri menjadi 8 kasus pada tahun 2018 di
8 kasus pada tahun 2018 di Puskesmas Simomulyo Surabaya adalah sebagai berikut.
Faktor Kader
1. Pendidikan dan pelatihan
2. Pengetahuan Meningkatnya angka kejadian
3. Komunikasi difteri menjadi 8 kasus pada
tahun 2018 di wilayah kerja
Faktor Masyarakat Puskesmas Simomulyo
1. Pengetahuan dan sikap Surabaya yang telah memenuhi
2. Karakteristik kriteria KLB.
3. Status imunisasi
Faktor Lingkungan
1. Kondisi tempat tinggal
2. Sumber penularan
berikut.
a. Budaya organisasi
10
b. Kepemimpinan
jumlah kejadian difteri. Sarana dan prasarana termasuk medis dan non medis
kualifikasi pekerjaan dan tugasnya, maka petugas tersebut tidak akan dapat
b. Pengetahuan
11
c. Motivasi
3. Faktor kader
b. Pengetahuan
Kader dengan pengetahuan yang baik dapat membentuk perilaku kader yang
c. Komunikasi
2017).
12
4. Faktor Masayarat
b. Karakteristik
dan jenis kelamin. Arifin & Prasasti (2017) menyatakan bahwa pertambahan
dibandingkan perempuan.
c. Status imunisasi
Individu dengan status imunisasi yang tidak lengkap akan berpengaruh pada
kejadian penularan difteri dengan risiko yang lebih besar dibandingkan dengan
5. Faktor Lingkungan
a. Kepadatan hunian
13
b. Sumber penularan
risiko KLB difteri. Pada Puskesmas upaya mitigasi dilakukan melalui pencegahan
komponen termasuk tenaga kesehatan yang memiliki peran dan fungsi berbeda.
Perlu dilakukan koordinasi agar upaya mitigasi KLB difteri dapat terlaksana dengan
Puskesmas dan kader dalam upaya mitigasi KLB difteri di wilayah Puskesmas
Simomulyo Surabaya?
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penilaian kader
terhadap pelaksanaan prinsip koordinasi antara Puskesmas dan kader dalam upaya
14
mitigasi KLB difteri serta pelaksanaan upaya mitigasi KLB difteri yang dilakukan
Puskesmas dan kader dalam upaya mitigasi KLB difteri di wilayah Puskesmas
Simomulyo Surabaya.
berbagai pihak, khususnya kader kesehatan. Selain itu, dapat juga menjadi sumber
antara Puskesmas dan kader. Hasil penelitian juga diharapkan menjadi bahan
15
Surabaya.