Anda di halaman 1dari 50

SELAMAT DATANG

TIM POKJANAL DBD


KABUPATEN DEMAK

DI
KABUPATEN PEKALONGAN
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN DBD
DI KABUPATEN PEKALONGAN
Disampaikan dalam rangka Kaji Banding
Pokjanal Kabupaten Demak di Kabupaten
Pekalongan
KAJEN, 4 APRIL 2017
OUTLINE

1. PENDAHULUAN
2. SITUASI DBD DI KAB PEKALONGAN
3. KEBIJAKAN, STRATEGI
4. PENCEGAHAN & PENGENDALIAN
5. TANTANGAN DAN MASALAH
6. PENUTUP
PENDAHULUAN
BAGIAN KESATU
PENDAHULUAN

DBD/Chikungunya/Zika termasuk Penyakit Menular yang


sampai saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat utama
dan berpotensi menimbulkan KLB.

Banyak terjadi di daerah tropis/ subtropis spt Indonesia dan


negara Asia Tenggara lainnya serta negara Amerika Latin
seperti Brasil dll

Vektor penular nyamuk Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus mampu


bertelur dalam jumlah yang banyak  PSN dan pemberdayaan
masyarakat menjadi strategi utama.
PENDAHULUAN……….2
 Belum ditemukan vaksin dan Obatnya.
 Telah terbukti penularan TRANSOVARIAL

 Vektor penularnya tersebar luas (Dimana-


mana)
 Terjadi resistensi nyamuk terhadap
Insektisida
 Belum ada Penegakan Payung hukum yang
ada.
LANDASAN HUKUM PENGENDALIAN DBD
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

PP No. 40 Th. 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

PP No.66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan

Permenkes No. 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang
Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

Permenkes No.82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular

Kepmenkes No. 581 Tahun 1992 tentang Pemberantasan Demam


Berdarah Dengue
Kepmendagri No. 31-VI tahun 1994 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Operasional Pemberantasan DBD (POKJANAL DBD)

International Health Regulations (IHR) 2005

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah, no 11 tahun 2013 tentang Pencegahan


dan Penanggulangan Penyakit di Jawa Tengah.
SITUASI DBD KAB PEKALONGAN
S/D-2016

BAGIAN KEDUA
SITUASI DBD DI KAB PEKALONGAN
SAMPAI TAHUN 2016

NYAMUK AEDES AEGYPTI, INI


MUSUH KITA
Situasi Kasus DBD 2011 – 2016
KEC. DGN
JUMLAH INCIDENT CASE
JUMLAH ANGKA KASUS DBD (IR) KEC DGN ANGKA KEMATIAN
NO TAHUN KASUS RATE/100.000 FATALITY
KEMATIAN TERTINGGI (> 20 per 100000 (CFR)
DBD pddk RATE (%)
pndduk)

Bojong, Wonopringgo,
1 2011 77 5 9,08 6,49 Kedungwuni, Karanganyar
Kedungwuni, Kajen, Kesesi

2 2012 130 1 15,17 0,77 Bojong, Kajen, Kedungwuni Tirto

Kajen, Karanganyar,
Bojong, Kedungwuni,
3 2013 291 3 33,60 1,03 Wonopringgo, Kesesi,
Kajen, Sragi, Tirto
Buaran, Sragi
Wonopringgo, Kajen,
Bojong, Kedungwuni,
4 2014 179 5 20,37 2,79 Bojong, Kedungwuni,
Wiradesa
Buaran, Karanganyar, Doro
Kedungwuni,
Wonopringgo, Karanganyar, Doro, Kajen, Kesesi,
5 2015 199 5 22,32 2,51 Buaran, Kajen, Kedungwuni
Lebakbarang
Kajen, Karanganyar,
Kdungwuni, Doro, Bojong,
6 2016 327 2 34,38 0,64 Sragi, Wonopringgo, Kedungwuni, Wiradesa
Siwalan, Kesesi, Talun,
Buaran
PETA KECAMATAN ENDEMIS DBD PETA KECAMATAN ENDEMIS DBD
KAB. PEKALONGAN TAHUN 2014 KAB. PEKALONGAN TAHUN 2015

ENDEMIS DBD = 16 KEC. ENDEMIS DBD = 15 KEC.

SPORADIS = 2 KEC. SPORADIS = 3 KEC.

AMAN = 1 KEC. AMAN = 1 KEC.


POLA MAX - MIN DBD TH 2011 – 2015, RATA-RATA KASUS 2015 DAN SITUASI TH 2016
DI KABUPATEN PEKALONGAN

70
63
60
50
46
40 31 32
30 32
25
20 20
16 15 13
10 12
6
0
MA AG NO
JAN FEB APR MEI JUN JUL SEP OKT DES
R U V
MAX 22 23 43 38 32 27 20 17 15 23 21 21
RATA-RATA 15 13 20 20 18 17 13 9 11 15 12 12
MIN 4 4 6 8 6 7 2 2 8 4 7 3
THN 2016 31 32 63 32 25 46 20 12 16 15 13 6
RATA-RATA 2015 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

*DATA PER TANGGAL 10 DESEMBER 2016


SITUASI TAHUN 2014
Cakupan penemuan kasus = 179 (IR = 20,37/100000 pddk,
Target < 20 /100.000 pddk)
IR tertinggi Per Puskesmas Tahun 2014 =
Puskesmas Kedungwuni 1 = 63,00/100000 penduduk
Puskesmas Kajen 1 = 56,06/100000 penduduk
Puskesmas Wonopringgo = 54,12/100000 penduduk
Puskesmas Bojong 1 = 39,14/100000 penduduk
Puskesmas Bojong 2 = 37,97/100000 penduduk

IR Per Kecamatan Tahun 2014 =


Kec Wonopringgo = 54,12 /100000 pddk (24 kasus)
Kec Kajen = 44,03 / 100000 pddk (29 kasus)
Kec Bojong = 38,11 /100000 pddk (27 kasus)
Kec Kedungwuni = 36,57 / 100000 pddk (23 kasus)

Kematian (CFR) = 2,79% (5 kasus) ( Target < 1 %)


Pusk Wiradesa = 2 kasus, Pusk Kedungwuni 1 = 1 kasus
Pusk Bojong 1 = 1 kasus ,Pusk Bojong 2 = 1 kasus
SITUASI TAHUN 2015
Cakupan penemuan kasus = 199 (IR = 22,32/100000 pddk,
Target < 20 /100.000 pddk)

IR Per Kecamatan Tahun 2015 =


Kec Kedungwuni = 87,46 /100000 pddk (55 kasus)
Kec Wonopringgo = 42,85 / 100000 pddk (19 kasus)
Kec Karanganyar= 36,30 /100000 pddk (12 kasus)
Kec Buaran = 33,52 / 100000 pddk (15 kasus)

Kematian (CFR) = 2,51% (5 kasus) ( Target < 1 %)


Pusk Doro 1 = 1 kss Pusk Kesesi 1 = 1 kss
Pusk Kdw 1 = 1 Kss
Pusk Kajen 1 = 1 kss Pusk Kesesi 2 = 1 kss
SITUASI DBD KAB PEKALONGAN TAHUN 2016
Penemuan kasus DBD = 327 Kasus
Menyebar di 18 Kecamatan (Petungkriyono = 0)

Angka Kasus DBD Per Kecamatan :


Kec Kajen = 64 kasus Kec. Paninggaran = 2 kasus
Kec Kedungwuni = 49 kasus Kec. Kandangserang = 2 kasus
Kec Bojong = 32 kasus Kec. Lebakbarang = 1 kasus
Kec Sragi = 28 kasus
Kec Karanganyar = 26 kasus
Kec Doro = 19 kasus
Kec Wonopringgo = 18 kasus
Kec Kesesi = 17 kasus
Kec Siwalan = 12 kasus
Kec Buaran = 9 kasus
Kec.Wiradesa = 8 kasus
Kec Tirto = 8 kasus
Kec.Talun = 6 kasus
Kec. Wonokerto = 6 kasus
Kec Karangdadap = 4 kasus

Kematian (CFR) = 2 kasus (Kel. Pekajangan/Kdw=1,


Kauman/Wrdsa=1)
DESA/KEL. LOKASI FOGING TAHUN 2016

KET :
DESA DIFOGING

16
SITUASI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN : 2011 - 2016

2011 2012 2013 2014 2015 2016


NO BULAN
P M P M P M P M P M P M
1 JANUARI 13 1 4 0 22 0 17 2 18 4 31 0
2 FEBRUARI 11 1 4 0 15 0 14 0 23 1 32 0
3 MARET 6 0 6 0 43 0 23 1 22 0 63 1
4 APRIL 8 1 8 0 38 0 27 0 19 0 32 1
5 MEI 6 0 23 0 32 1 14 0 16 0 25 0
6 JUNI 7 0 11 0 27 0 12 1 27 0 46 0
7 JULI 2 0 13 0 20 0 14 0 14 0 20 0
8 AGUSTUS 2 0 6 0 17 0 11 0 10 0 12 0
9 SEPTEMBER 8 0 9 1 15 0 12 0 11 0 16 0
10 OKTOBER 4 1 15 0 23 0 16 1 16 0 15 0
11 NOPEMBER 7 0 10 0 21 0 9 0 14 0 13 0
12 DESEMBER 3 1 21 0 18 2 10 0 9 0 6 0
JUMLAH 77 5 130 1 291 3 179 5 199 5 311 2
JML PDDK 847.678 856.833 866.087 878.732 891.561 904.578
IR/100.000 PDDK 9.08 15.17 33.60 20.37 22.32 34.38
CFR 6.49 0.77 1.03 2.79 2.51 0.64
ABJ 93.87 93 90.68 89 87.8 80
POKJA DESA 114 114 114 114 114
DS ENDEMIS 28 18 23 29 42
DS SPORADIS 186 133 133 147 144
DS AMAN 71 134 129 109 99
KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAGIAN KETIGA
Kebijakan Pencegahan dan
Pengendalian DBD
 Meningkatkan perilaku hidup sehat dan
kemandirian terhadap pengendalian DBD
 Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat
terhadap penyakit DBD
 Meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
program pengendalian DBD
 Memperkuat kerjasama LS/LP POKJANAL
 Pembangunan berwawasan lingkungan
Strategi Pencegahan dan
Pengendalian DBD
1. Pengendalian vektor dari larva sampai nyamuk
dewasa dengan mengedepankan upaya
pemberdayaan masyarakat melalui gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), mendorong
mewujudkan terlaksananya Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik.
2. Penguatan Surveilans untuk deteksi dini, pencegahan
& pengendalian kasus & KLB DBD
3. Penatalaksanaan penderita yang adekuat untuk
mencegah kematian (termasuk early diagnosis and
prompt treatment)
Strategi Pengendalian DBD….lanjutan..
 Optimalisasi Pokjanal DBD di setiap tingkat
administrasi dan melakukan revitalisasi Pokjanal
DBD yang sudah ada dengan dukungan APBD.
 Dukungan managemen, termasuk anggaran,
peningkatan kapasitas SDM & logistik (RDT, APD
dll)
POKJANAL DBD
KABUPATEN PEKALONGAN
Pengertian
 Kelompok kerja yang membantu dalam berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan upaya
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DBD

Tujuan
 Melakukan pembinaan Operasional terhadap
pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan upaya Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit DBD di wilayah kerjanya secara
berjenjang dan berkesinambungan.
Tugas dan Fungsi POKJANAL DBD
1. Menyiapkan Data dan Informasi tentang keadaan
dan perkembangan berbagai kegiatan .
2. Menganalisis masalah dan kebutuhan pembinaan
operasional serta menetapkan alternatif pemecahan
masalah sehubungan dengan cakupan program dan
capaian hasil kegiatan Pokjanal di wilayah kerjanya
3. Menyusun RTL terhadap alternatif pemecahan
masalah dan evaluasi kegiatan yg berkaitan
dengan Pencegahan dan Pengendalian DBD
sekurang-kurannya 3 bln sekali
Tugas dan Fungsi POKJANAL DBD
4. Melakukan Pemantauan dan bimbingan teknis
pengelolaan program DBD kepada Pokjanal
setingkat dibawahnya.
5. Menginformasikan masalah yg dihadapi kepada
Dinas/Instansi terkait untuk pemecahan masalah
6. Melaporkan hasil pelaksanaan semua kegiatan
Pokjanal DBD kepada kepala Daerah dengan
tembusan pada Pokjanal setingkat lebih tinggi
sekurang-kurangnya 3 bulan sekali.
GAMBARAN KEGIATAN PENGGERAKAN PSN DBD
DI DESA / KELURAHAN

DESA/RW ENDEMIS
SATGAS /
SUPERVISOR

RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW Koord Jumantik

RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
JUMANTIK

KK
KK KK KK
1 RUMAH 1 JUMANTIK
KEGIATAN POKJANAL DBD
1. Melakukan Pemantauan/Monitoring ke kecamatan 1
tahun sekali
2. Melakukan bintek 1 kali setahun
3. Melakasanakan pelaporan ke Bupati 3 bulan sekali
HASIL MONITORING KEGIATAN PSN MASYARAKAT
DI KAB PEKALONGAN TANGGAL 11 MARET – 27 MEI 2016

ANGKA BEBAS
RUMAH
NO KEC DESA NEGATIF POSITIF JENTIK (ABJ)
DIPERIKSA
(%)
1 KAJEN 1 NYAMOK 87 73 14 83.91
2 GANDARUM 233 193 40 82.83
2 KESESI 3 SIDOSARI 52 34 18 65.38
4 PODOSARI 60 41 19 68.33
3 DORO 5 DORO 79 71 8 89.87
4 KARANGDADAP 6 KARANGDADAP 40 21 19 52.50
5 BOJONG 7 BOJONG LOR 82 65 17 79.27
8 WANGANDOWO 87 78 9 89.66
6 SRAGI 9 SRAGI 35 21 14 60.00
10 GEBANGKEREP 49 37 12 75.51
7 SIWALAN 11 BOYOTELUK 73 33 40 45.21
8 WIRADESA 12 KEMPLONG 56 22 34 39.29
9 KARANGANYAR 13 SIDOMUKTI 40 30 10 75.00
10 WONOPRINGGO 14 SUROBAYAN 67 50 17 74.63
11 KEDUNGWUNI 15 KWAYANGAN 61 50 11 81.97
16 AMBOKEMBANG 38 25 13 65.79
12 TIRTO 17 DADIREJO 66 44 22 66.67
13 BUARAN 18 PAWEDEN 60 45 15 75.00
14 WONOKERTO 19 BEBEL 60 32 28 53.33
20 ROWOYOSO 65 43 22 66.15
JUMLAH KABUPATEN 1390 1008 382 72.52
JENIS TEMPAT PERINDUKAN POSITIF
JENTIK NYAMUK (DARI 382 RUMAH POSITIF)
Pemanfaatan hasil olahan data Pokjanal

1. Lakukan PSN “amat segera” untuk RW yang


ABJ dibawah 95 % dan ditemukan kasus
2. Lakukan monitoring terhadap kemungkinan
tambahan kasus di daerah ABJ < 95 %.
3. Pertimbangkan untuk Foging bila kasus
bertambah terus di daerah ABJ < 95 %
4. Lakukan PSN “segera” untuk RW dengan ABJ
< 95 %
PENCEGAHAN dan
PENGENDALIAN DBD
BAGIAN KEEMPAT
CARA PENULARAN PENYAKIT DBD
II. Transovarial
I. Alamiah

Telur
(Terinve
Orang ksi)
Sakit
Nyam Nyam Orang Orang
uk uk Sehat Sakit
Orang
Sehat

Orang
Sakit “PSN”
Sistem kewaspadaan dini
MENEKAN ANGKA KESAKITAN
 Masyarakat sudah mau melapor: DPRD, pejabat, Desa,
masyarakat
 PSN > Penyuluhan, Pemberdayaan
 Masyarakat > PSN 4 kali setahun di desa fokus dilakukan
oleh kader/jumantik, monitoring dan evaluasi
 Sekolah, dilaksanakan oleh kader kesehatan di sekolah
(jumantik sekolah)
 Organisasi masyarakat: muslimat, aisyiah
 PKK
 Organisasi profesi: HAKLI, IAKMI
 Mendorong gerakan 1 rumah/sekolah 1 jumantik
 SD Gandarum dan SD Wiradesa
 Pemberantasan nyamuk
 Pengasapan (bila ada kasus positif DBD atau kematian
suspect DBD)
 Larvasiding (tempat-tempat yang tidak bisa di lakukan
PSN: Tempat penampungan rongsok, ban-ban bekas)
 Ikanisasi (di bak yang luas: di mesjid)

 Kasanisasi (pembuatan kasa di jendela, lubang hawa)


MENEKAN ANGKA KEMATIAN
36

 Early diagnosis and prompt treatment


 Dalam sistem pelaporan Rumah sakit sudah ada
Kesepakatan pada 3 RS (2 pemerintah, 1
swasta) dan 5 RS luar kabupaten (melapor)
 Sudah ada sistem rujukan yang berjalan dengan

baik (kontak person tidak terjadi wisata rujukan)


RENCANA LOKASI FOKUS PSN
 Masing-masing puskesmas mempunyai 1 desa fokus
yang endemis untuk PSN rutin dan serempak
 Desa lain di luar desa fokus ditekankan pada
tempat2 umum (mesjid) dan sekolah serta 100
meter sebagai buffer sekitar sekolah
ANGGARAN DAU
 P2B2 = Rp. 408.400.000,-
 DBD = Rp. 297.420.000,-
 Lain-lain = Rp. 110.980.000,- (Filariasis,
Malaria, dll)
Kegiatan PSN Kader DBD
39
PENANGGULANGAN KASUS
40

Kegiatan Pemberantasan Nyamuk penular


DBD yang dilaksanakan dengan melakukan :
1. PSN-DBD.
2. Larvasidasi.
3. Penyuluhan.
4. Fogging / Pengasapan (sesuai dg Kriteria )
PENANGGULANGAN PENYAKIT DBD di
MASYARAKAT 1. Bila DITEMUKAN kasus DBD
*Kriteria PF : (1)

41 lain (1 atau lebih) dan/atau


2. DITEMUKAN > 3
suspek/tersangka DBD - PSN-3M
PENDERITA 3. DITEMUKAN jentik
-Penyuluhan
nyamuk DBD ≥5% dari
seluruh rumah yang
-LARVASIDASI
diperiksa -Fogging focus

*Kriteria PF : (2)
1. Bila TIDAK ditemukan
YANKES PE kasus DBD lainNYA
- PSN-3M
2. Dan ditemukan jentik
-Penyuluhan
nyamuk DBD ≥5% dari
-LARVASIDASI
seluruh rumah yang
diperiksa

DINKES *Kriteria PF : (3)


1. Bila TIDAK ditemukan -Penyuluhan
kasus DBD lainNYA
2. DBD
Dan–TIDAK
P2 Dinkesditemukan
Prov Jateng
jentik
HUBUNGAN R.S DAN PUSKESMAS
DALAM PENANGGULANGAN KASUS
RUMAH PUSKESMA Penanggulangan
SAKIT S seperlunya,
Penemuan kasus dan meliputi:
Melakukan -Fogging focus*)
Melakukan penegakan Penyelidikan
(penyemprotan)
diagnosis & epidemiologi (PE)
di sekitar rumah -LARVASIDASI
tatalaksana
penderita dalam -3M Plus
DBD sesuai standar
radius 100 m -Penyuluhan
Melaporkan
kasus DBD ke
Dinkes Kab/Kota &
*Kriteria Fogging focus:
Puskesmas dalam 1. Bila ditemukan kasus DBD lain
waktu <24 jam dan/atau ditemukan 3 Penderita panas
tanpa sebab yang jelas,
2. Dan ditemukan jentik nyamuk DBD ≥5%
dari seluruh rumah yang diperiksa
TUJUAN
PENANGGULANGAN FOKUS
43

• Untuk membatasi penularan DBD dan


mencegah terjadinya KLB di lokasi
tempat tinggal penderita DBD dan
rumah/bangunan sekitar serta TTU
berpotensi menjadi sumber penularan
lebih lanjut.
TANTANGAN & MASALAH
BAGIAN KELIMA
TANTANGAN PENGENDALIAN

1. Kasus DBD masih ada dan cenderung meningkat


2. Peningkatan kasus DBD dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti meningkatnya curah hujan, perubahan
lingkungan, kepadatan penduduk yg berdampak pd
meningkatnya tempat perindukan nyamuk shg
meningkatkan penularan, dan sistim surveilans yang
belum optimal
3. Perhatian masyarakat pd upaya pengendalian vector
masih perlu ditingkatkan utk mencegah perindukan
nyamuk di dlm & di luar rumah
PERMASALAHAN
 Masih terjadinya Overdiagnosis dalam penegakkan
diagnosa DBD.
 Belum semua lintas program/sektor terlibat dalam
pengendalian DBD
 POKJANAL tingkat Kab/Kota belum Optimal bersinergis
dalam penanggulangan DBD
 Belum terbentuknya KOMLI DBD di tk. kab/kota.
 Belum adanya payung hukum (perda, perbup)
 Terjadi resistensi nyamuk terhadap Insektisida
UPAYA PEMECAHAN MASALAH
(TELAH DAN SEDANG DILAKUKAN)

1. Pendistribusian larvasida ke masyarakat melalui Puskesmas dan


desa/kelurahan secara gratis.
2. Membuat edaran Kewaspadaan penyakit DBD ke seluruh camat.
3. Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi pada semua kasus DBD dan
melakukan tindakan penanggulangan sesuai Prosedur Tetap.
4. Foging Fokus sesuai hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE) Petugas.
5. Revitalisasai Pokjanal DBD
6. Monitoring PSN ke masyarakat oleh Tim Kabupaten.
7. Pemberdayaan anak sekolah untuk melakukan pemantauan gerakan
PSN di rumah-rumah (Kajen, Wiradesa)
8. Ceramah klinik Penyakit DBD bagi dokter Pusk dan RS
9. PENCATATAN DAN PELAPORAN
PENUTUP
BAGIAN KEENAM
Bagian 6 : PENUTUP

1. Mengoptimalkan Kelompok Kerja Operasional


(Pokjanal) secara Berjenjang.
2. Melakakukan penegakkan diagnosis yang tepat
melalui E-DBD
3. Menggalang kemitraan di bidang kesehatan dengan
mitra kerja di masing-masing daerah ( mis : RS,
perguruan tinggi, media massa, organisasi, swasta
dan komponen masyarakat lainnya) dalam PSN.

Anda mungkin juga menyukai