Anda di halaman 1dari 13

Terapi Dosis yang Data Assessment Assessment Plan Monitoring

diberikan dan subyektif/Obyektif terapi DRP outcome/ESO


Dosis pustaka terkait obat
Kodein Dosis yang Mekanisme: - B7 (interaksi Terapi Outcome:
diberikan: 1×10 kodein merupakan moderat dengan dilanjutkan frekuensi batuk,
mg antitusif golongan rifampicin) dengan monitoring
opioid yang rifampisin dapat monitoring fungsi ginjal dan
Dosis pustaka: bekerja dengan menurunkan frekuensi batuk hati.
10-20 mg tiap 4- cara kadar plasma pasien.
6 jam. Maksimal meningkatkan kodein yang ESO: depresi
60 mg/hari ambang batuk di dapat CNS, hipotensi
(MIMS, 2020) sistem saraf pusat menyebabkan dan fenantren
atau dengan cara efek kodein (DIH, Edisi 17).
bekerja pada mungkin kurang
perifer saluran efektif.
napas dan
mengurangi
impuls tussal
(Tripathi, 2013).

Indikasi:
antitusif/analgesik
(MIMS, 2020).
Alasan Obat dipilih karena kodein dapat mengurangi batuk secara signifikan pada pasien dengan batuk kronis. Hal ini juga
pemilihan obat berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup pasien terkait dengan batuk. Kodein bekerja secara langsung dengan
cara meningkatkan nilai ambang batuk di sistem saraf pusat secara langsung sehingga lebih efektif dibandingkan
golongan obat batuk yang lain (Lee et al., 2022).
Curcuma Dosis yang Mekanisme: - - Terapi Outcome: nafsu
diberikan: 3 × 1 curcuma dilanjutkan. makan pasien,
tab mengandung Pemberian fungsi hati.
kurkumin yang curcuma
Dosis pustaka: dapat seharusnya ESO:-
1-2 tab, 3×/hari menstimulasi rasa diberikan mulai
(MIMS, 2020) lapar di sistem tanggal 28 Juli
saraf pusat. 2020.
Selain itu
kurkumin bekerja
sebagai
hepatoprotektif
dengan berbagai
cara: 1)
mengaktivasi jalur
Keap1/Nrf2, yang
mengatur regulasi
stress oksidatif. 2)
Kurkumin
menurunkan
regulasi ekspresi
NADPH oksidase
di hati (NOX)
yang menginduksi
ROS penyebab
kerusakan hati. 3)
Menginduksi
enzim heme
oxygenase-1 dan
NAD(P)H
quinone
dehydrogenase 1
yang menginduksi
metabolisme obat
dan detoksifikasi.
4) Kurkumin juga
mengurangi stress
oksidatif dengan
cara mengurangi
ekspresi CYP2E1
(Mangwani et al.,
2019).

Indikasi:
Membantu
menjaga
kesehatan hati dan
meningkatkan
nafsu makan
(MIMS, 2020).
Alasan Tablet kurkuma mengandung kurkumin yang dapat meningkatkan nafsu makan pada pasien tuberkulosis. Pasien
pemilihan obat tuberkulosis yang menerima rangkaian OAT akan mengalami efek samping seperti kehilangan nafsu makan, mual
dan muntah, sehingga untuk menjaga agar nutrisi pasien tetap terjaga diberikan tablet curcuma. Selain itu, pasien
yang menerima kombinasi OAT berpotensi mengalami hepatotoksisitas, sehingga pemberian curcuma yang
mengandung kurkumin akan mencegah terjadinya hepatotoksik akibat stress oksidatif penggunaan OAT
(Mangwani et al., 2019).
Rifampisin Dosis yang Mekanisme: - B7 (interaksi Terapi Outcome: kultur
diberikan: 1x Rifampisin moderat dengan dilanjutkan bakteri, fungsi
300 mg mengganggu codein) dengan ginjal, fungsi
Dosis pustaka: sintesis RNA rifampisin dapat monitoring hati.
10 mg/kgBB, dengan cara menurunkan gejala batuk dan
maksimum 600 melekatkan diri kadar plasma mual muntah. ESO: kencing
mg/hari pada sub unit β kodein yang berwarna merah,
(Kemenkes RI, dari DNA- dapat edema, pruritus,
2020) dependent RNA menyebabkan urtikaria,
polymerase yang efek kodein hepatitis,
dikode oleh gen mungkin kurang jaundice,
rpoB dan efektif. myalgia,
memblok fungsi osteomalasia.
polimerisasi B7 (interaksi (DIH, Edisi 17)
(Tripathi, 2020). moderat dengan
omeprazole)
Indikasi: TB rifampisin dapat
menurunkan
kadar plasma
omeprazole yang
dapat
menyebabkan
efek omeprazole
mungkin kurang
efektif.

B7 (interaksi
moderat dengan
lansoprazole)
rifampisin dapat
menurunkan
kadar plasma
lansoprazole
yang dapat
menyebabkan
efek
lansoprazole
mungkin kurang
efektif.

Drugs.com
Alasan Rifampisin mampu membunuh bakteri Micobacterium tuberculosis dengan cara mengganggu sintesis RNA dengan
pemilihan obat cara melekatkan diri pada sub unit β dari DNA-dependent RNA polymerase yang dikode oleh gen rpoB dan
memblok fungsi polimerisasi.
Pada tanggal 30-31 Juli 2020 pasien mendapatkan terapi kodein 1× 10 mg untuk mengatasi batuk yang dialami oleh pasien. Batuk
pada pasien TB bersifat kronis dan terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Hal ini memungkinkan pasien
mengalami rasa tidak nyaman dan dapat mengganggu istirahat, sehingga diberikan kodein yang langsung bekerja pada sistem saraf
pusat untuk menaikkan ambang batuk. Di tanggal 1 Agustus 2020, pasien sudah tidak mengalami batuk sehingga pemberian kodein
hrus dihentikan karena dapat mengakibatkan ketergantungan jika diberikan dalam jangka waktu lama.

Di tanggal 2-10 Agustus 2020 pasien diberikan tablet curcuma. Pemberian tablet curcuma dapat meningkatkan nafsu makan pasien
(Nadiyah et al., 2020). Pasien TB yang diterapi dengan kombinasi OAT umumnya akan mengalami masalah penurunan nafsu makan,
sehingga diberikan suplemen penambah nafsu makan untuk mencegah malnutrisi pada pasien. Curcuma juga memiliki efek
hepatoprotektif (Mangwani et al., 2019) sehingga menguntungkan bagi pasien ini yang sedang mengalami hepatotoksisitas akibat
penggunaan obat. Plan yang dapat diberikan pada pasien ini yaitu memulai pemberian curcuma pada tanggal 28 Juli 2020 karena
pasien telah mengeluhkan kehilangan nafsu makan sejak tanggal 28 Juli 2020.

Rifampisin diberikan pada tanggal 8-10 Agustus 2020. Berdasarkan tatalaksana pedoman pengobatan tuberkulosis yang dikeluarkan
oleh kemenkes dan WHO, pemberian terapi rifampisin sudah tepat karena merupakan agen anti TB yang paling poten dalam
mengeradikasi bakteri. Namun demikian, karena pasien telah menginformasikan bahwa sedang menerima obat TB kategori II dari
puskesmas, perlu ditelusuri leih lanjut mengenai terapi yang didapatkan, untuk selanjutnya dilakukan penyesuaian dosis pada terapi
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai