Anda di halaman 1dari 34

PELAYANAN K7

KEFARMASIAN
Mega Erlina (K11021R043)
Meita Dewi Praba Nurhana (K11021R044)
Meylita Candra Victora Putri (K11021R045)
Meysella Maharani Exsaputri (K11021R046)
Mita Kusuma Wardani (K11021R047)
Monica Amalia (K11021R048)
Muhammad Reski Fauzi (K11021R049)

PSPA 36
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
KASUS 7
Pasien perempuan Ny RD. (70 tahun, 150 cm, 45 kg) dibawa ke rumah sakit
karena demam, merasa kedinginan, sakit di bagian dada, terengah-engah saat
melakukan aktifitas, dan batuk berdahak dengan warna kekuningan. Gejalanya
sudah dirasakan selama 3 hari. Pasien sudah meminum obat flu (OTC) tetapi
sakitnya tidak membaik. Pasien terlihat bingung saat ditanya tentang
orientasi tempat dan waktu. Pasien juga mempunyai riwayat penyakit
Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan
suhu 39oC, tekanan darah 120/84 mmHg, respiratory rate 32 kali/menit, heart rate
85 kali/menit. Dari hasil pemeriksaan fisik dan rontgen dada, dokter mendiagnosa:
pneumonia.
HASIL PEMERIKSAAN FISIK

Parameter Nilai Rujukan Hasil


Suhu 37°C 39oC
Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/84 mmHg
Respiratory Rate 12 – 20 x/menit 32 kali/menit
Heart Rate 60-100 x/menit 85 kali /menit.

Dari hasil pemeriksaan fisik dan rontgen dada, dokter mendiagnosa: pneumonia.
HASIL PEMERIKSAAN GAS DARAH

pH 7,42 (N) (Normal: 7,35 –7,45)

PO2 61 mm Hg ( ) (Normal: 80 –100 mm Hg)

PCO2 46 mm Hg ( ) (Normal: 35 – 45 mm Hg)

HCO3 28 mEq/L ( N ) (Normal: 21 –28 mEq/L)


HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Parameter Satuan Nilai rujukan Hasil pemeriksaan
Natrium mEq/L 135-147 133 ( )

Kalium mEq/L 3,5-5,0 3,8 ( N )

Bun mg/dL 8-18 20 ( )

Kreatinnin mg/dL 0,6-1,2 0,8 ( N )

Leukosit 103/μL 5,0-10,0 15,5 ( )

Hematokrit % P (33-43) 29,3 ( )


L (39-49)

Gula Darah Sewaktu mg/dL < 200 148 ( N )


Resep Dokter
1. Azithromycin 200 mg/5 mL 1 x 2,5 cth (5 hari)
2. Farbivent nebs (Ipatropium Br 0,5; salbutamol sulphate 2,5mg) 3 x 1
ampul/hari (7 hari)
3. Metilprednisolone 125 mg iv (5 hari)
4. Aminofilin injeksi 150 mg 3 x 1 (5 hari)
Umur 70 thn +60

tekanan darah 120/84 mmHg

respiratory rate 32 kali/menit +20

heart rate 85 kali /menit.

ph 7,42 (N)

Natrium 133 mEq/L

BUN 20 mg/dL

kreatinnin 0,8 mg/dL

leukosit 15,5 103/μL (Pedoman diagnosis & penatalaksanaan pneumonia


Hematokrit 29,3 % +10 komunitas, 2014, hk. 18)
Skor PSI pasien = 110
gangguan kesadaran +20
Kelas risiko → IV
Angka kematian → 8,2 %
Perawatan → rawat inap
Pasien mengalami 3 gejala minor
Pneumonia berat yaitu
● Frekuensi napas = 32 x/menit
● Kesadaran menurun
● BUN 20 mg/dl

Sehingga pasien termasuk kriteria :


Rawat Inap Intensif

(Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Pneumonia Komunitas, 2014, hk. 19,20,23)


PROBLEM MEDIK DAN DRPS
Problem Medik
PNEUMONIA

Subjektif :
Terapi Demam DRPs
Dada sakit Tidak tepat obat
Azithromycin 200 Terengah engah saat Tidak tepat dosis
mg/5 mL 1 x 2,5 cth beraktivitas Belum diberikan terapi
(5 hari) Batuk berdahak berwarna simptomatik
kuning

Objektif :
RR : 32 x/menit (↑)
HR : 85 x.menit (↑)
TD : 120/84
ANALISIS
Tepat Indikasi
Azithromycin diindikasikan untuk pengobatan yang disebabkan oleh S.
pneumoniae, pengobatan infeksi saluran pernapasan atas dan bawah ringan hingga
sedang, pneumonia yang didapat dari komunitas, eksaserbasi bakteri akut, penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK) akibat S. pneumoniae (DIH 17th edition, 2009)

Tidak Tepat Obat


Untuk terapi empiris pasien rawat inap intensif Pneumonia Komunitas digunakan dua
antibiotik yaitu:
β−laktam (sefotaksim, sefriakson, atau ampisilin sulbaktam) ditambah makrolida atau
fluorokuinolon respirasi intravena (IV) (PDPI, 2014)(Koda kimble, 2008).
(DIH 17th edition, 2009)

(Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Pneumonia Komunitas, 2014, hk. 24)

(Applied Therapeutics: The


Clinical Use of Drugs 9th
edition, 2008, hk. 6011 )
Tepat Pasien
Pasien tidak memiliki kontraindikasi pada azitromycin (hipersensitif, alergi
terhadap golongan makrolida) (DIH 17th edition, 2009).

Tidak tepat Dosis


Diresepkan azitromisin sirup kering dengan dosis 200mg/5ml 1 x 2,5 cth (5 hari)(500mg
per hari). Menurut DIH 17th edition, 2009, dosis azitromisin untuk CAP :
Oral : 2 g dosis tunggal
IV : 500 mg dosis tunggal selama 2hari, ikuti I.V. terapi dengan terapi oral 500 mg sekali
sehari selama 7 sampai 10 hari
(DIH 17th edition, 2009)

(DIH 17th edition, 2009)


PLAN (RENCANA TERAPI)
> Sarankan dokter menambahkan sefriakson pada terapi empiris:
Seftriakson : 1g per hari secara IV (7-10 hari)
Azitromisin: 500mg per hari secara IV (setidaknya 2 hari), diikuti dengan pemberian peroral
500mg dosis tunggal per hari (200mg/5ml 1 x 2,5 cth) untuk melengkapi terapi selama 7-10
hari. (DIH ed.17, 2009)
> Sarankan untuk pemeriksaan mikrobiologi untuk menentukan regimen antibiotik berikutnya
jika terapi empiris gagal. (PDPI, 2014 hal ket 30)
> Simptomatik : sarankan paracetamol 500 mg 3 x sehari (demam)
Sarankan ambroxol 30mg 2-3 kali sehari (mukolitik) (website pionas)
MONITORING
> respon terhadap terapi empiris (keberhasilan terapi)
> respon terhadap gejala klinis (seperti: gejala, suhu, nadi, frekuensi napas, TD, PO2)
> Efek samping: azitromisin (>10% diare, mual) (DIH ed.17, 2009)
Sefriakson ((>10% indurasi) eosinofilia 6%, diare 3%) (DIH ed.17, 2009)
Ambroxol (reaksi alergi (jarang): pembengkakan wajah, dispnea,demam)(web pionas)
Sumber Pustaka
(Rencana Terapi)

Dosis ceftriaxon
(DIH 17th edition, 2009)

Dosis ambroxol
(PIONas)

(Pedoman diagnosis & penatalaksanaan Dosis azitromisin (DIH 17th edition, 2009)
pneumonia komunitas 2014, hk. 26)
PROBLEM MEDIK DAN DRPS
Problem Medik
COPD (PPOK)

Subjektif :
Terapi Dada sakit DRPs
- Farbivent nebs Terengah engah saat Tidak ada DRPs
(Ipatropium Br beraktivitas
0,5; salbutamol Batuk berdahak berwarna
sulphate 2,5mg) kuning
3 x 1 ampul/hari Objektif :
(7 hari) RR = 32x/menit
PO2 = 61 mmHg
PCO2 = 46 mmHg
Suhu = 39°C
ANALISIS
Tepat Indikasi Tepat Obat
Ipatropin diindikasikan: Berdasarkan Koda Kimble hk. 712, Obat β2-
Bronkodilator antikolinergik agonis kerja pendek, selektif atau
yang digunakan pada antikolinergik kerja pendek (ipratropium)
bronkospasme terkait dengan adalah pengobatan lini pertama yang rasional
COPD (DIH 17th edition, 2009). untuk pasien dengan penyakit ringan.
Salbutamol: asma dan kondisi Menurut Global Initiative for chronic
lain yang berkaitan dengan Obstructive Lung Disease, 2018, pemberian
obstruksi saluran napas yang terapi bronkodilator kombinasi antara short
reversibel. (PIONas) acting anticholinergics dan short acting beta2-
agonist pada pasien yang mengalami
eksaserbasi akut direkomendasikan.
(DIH 17th edition, 2009)

(PIONas)

(Global Initiative for chronic Obstructive Lung


Disease, 2018)
ANALISIS
Tepat Pasien
Pasien tidak mengalami kondisi yang dikontraindikasikan untuk penggunaan Ferbivent
nebs (hipersensitifitas ipratropium dan albuterol, atropin dan derivatnya) (DIH 17th
edition, 2009).

Tepat Dosis
Tiap ampul berisi 2,5 mL yang mengandung ipatropium Br 0,5; salbutamol sulphate
2,5mg. Menurut DIH 17th edition, 2009, dosis Solution for nebulization: Initial: 3 mL
every 6 hours (maximum: 3 mL every 4 hours). Atau 12 ml/hari (maksimum 24 ml/hari)
Sedangkan pada resep pemakaian 3x1ampul/hari sehingga tepat dosis.
PLAN MONITORING
(RENCANA TERAPI)
METO :
Penggunaan terapi Farbivent nebs - Jumlah leukosit
(Ipatropium Br 0,5; salbutamol - Tanda vital
sulphate 2,5mg) 3 x 1 ampul/hari - Rontgen dada
dilanjutkan hingga 7 hari. - Volume sputum, dan prulensi (Dipiro 10th
edition, 2017, hk. 1298)

MESO :
Mulut kering, takikardi, mual muntah (MIMS)
Problem Medik dan DRPs
Problem Medik
COPD (PPOK)

Terapi Subjektif : DRPs


- Metilprednisolon Dada sakit Tidak tepat obat dan
e 125 mg iv (5 Terengah engah saat tidak tepat dosis
hari) beraktivitas
Batuk berdahak berwarna
kuning
Objektif :
RR = 32x/menit
PO2 = 61 mmHg
PCO2 = 46 mmHg
Suhu = 39°C
ANALISIS
Tepat Indikasi
Mempunyai indikasi sebagai agen anti-inflamasi atau imunosupresan dalam
pengobatan berbagai penyakit termasuk inflamasi (DIH 17th edition, 2009).

Tidak Tepat Obat


Kortikosteroid dipertimbangkan sebagai tambahan bronkodilator untuk semua pasien
yang mengalami eksaserbasi PPOK, penggunaan metilprednisolon injeksi hanya
digunakan jika prednisolon oral tidak memungkinkan untuk diberikan kepada pasien
(Pharmacotherapy Principle and Practice 4th edition, 2016, hk. 299)
Tepat Pasien
Pasien tidak mengalami kondisi seperti hipersensitivitas terhadap metilprednisolon
atau komponen formulasi apa pun; lesi kulit akibat virus, jamur, atau tuberkular;
pemberian vaksin virus hidup; infeksi serius, kecuali syok septik atau meningitis
tuberkulosis (DIH 17th edition, 2009).

Tidak Tepat Dosis


Dosis methylprednisone i.v yaitu 10-40 mg dengan interval tergantung pada respons
klinis; bila dosis tinggi diperlukan yaitu 30 mg/kgBB selama 30 menit dan dapat
diulang setiap 4-6 jam selama 48 jam (DIH 17th edition, 2009). Sedangkan pasien
diresepkan methylprednisone 125 mg iv (5 hari) sehingga tidak tepat dosis
MONITORING

PLAN Efektivitas :
(RENCANA TERAPI) RR = 12-25x/menit
Terapi methylprednisone 125 mg iv (5 PO2 = 80-100 mmHg
hari) dihentikan. PCO2= 35-45 mmHg
Direkomendasikan prednison oral 40 Sakit dada berkurang
mg selama 5 hari (Pharmacotherapy Batuk semakin membaik
Principle and Practice 4th edition, Efek Samping :
2016, hk. 299), Diminum 1 x sehari Gangguan SSP, gangguan GI,
pada pagi hari (DIH 17th edition, Hematologi, Dermatologi, Gangguan
2009). Endokrin, gangguan neuromuskular dan
skeletal (DIH 17th edition, 2009).
(DIH 17th edition, 2009)

(DIH 17th edition, 2009)


PROBLEM MEDIK DAN DRPS
Problem Medik
COPD (PPOK)

Subjektif :
Terapi Dada sakit DRPs
- Aminofilin Terengah engah saat Tidak tepat obat dan
injeksi 150 mg beraktivitas tidak tepat dosis
3 x 1 (5 hari) Batuk berdahak berwarna
kuning
Objektif :
RR = 32x/menit
PO2 = 61 mmHg
PCO2 = 46 mmHg
Suhu = 39°C
ANALISIS
Tepat Indikasi
Aminofilin mempunyai indikasi berlabel sebagai bronkodilator obstruksi jalan nafas
yang reversibel seperti COPD (DIH 17th edition, 2009).

Tidak Tepat Obat


Golongan xantin tidak direkomendasikan untuk
pasien PPOK eksaserbasi akut terutama geriatri,
karena aminofilin berpotensi toksisitas dan
memiliki efek samping yang berat, seperti
aritmia jantung (Global Initiative for chronic
Obstructive Lung Disease, 2018, hk. 49, 98)
Tepat Pasien
Pasien tidak mengalami kontraindikasi dengan penggunaan aminofilin (hipersensitif,
alergi aminofilin dan teofilin) (DIH 17th edition, 2009).

Tidak Tepat Dosis


Terapi awal dengan 200 mg 2x sehari setiap 3-5 hari (Dipiro 11th edition, 2020, hk.
1249)
MONITORING
PLAN - Nilai RR = 12-25x/menit
(RENCANA TERAPI) - Nilai PO2 = 80-100 mmHg
- Nilai PCO2 = 35-45 mmHg
Penggunaan aminofilin injeksi - Perbaikan gejala klinik berupa
dihentikan sakit di bagian dada, terengah-
engah saat melakukan aktivitas,
batuk berdahak dengan warna
kekuningan
TERAPI NON FARMAKOLOGI
PNEUMONIA - COPD
● Pemberian oksigen yang dilembabkan pada
pasien yang menunjukkan tanda sesak,
hipoksemia.
● Bronkhodilator pada pasien dengan tanda
bronkhospasme
● Fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran
sputum
● Hidrasi yang cukup, bila perlu secara parenteral
● Nutrisi yang memadai.

(BinFar ISPA, 2005, hk. 32)


KESIMPULAN
1. Pemberian Azithromycin 200 mg/5 mL 1 x 2,5 cth (5 hari) tidak tepat obat dan tidak tepat
dosis. Sehingga direkomendasikan dengan mengganti terapi Azitromisin 500mg per hari
secara IV (setidaknya 2 hari), diikuti dengan pemberian peroral 500mg dosis tunggal per hari
(200mg/5ml 1 x 2,5 cth) untuk melengkapi terapi selama 7-10 hari, dan menambahkan terapi
sefriakson 1g per hari secara IV (7-10 hari)pada terapi empiris .
2. Terapi Simptomatik berupa demam disarankan menggunakan paracetamol 500 mg 3 x sehari
(demam) dan terapi ambroxol 30mg 2-3 kali sehari sebagai mukolitik (pionas.com)
3. Terapi Farbivent nebs (Ipatropium Br 0,5; salbutamol sulphate 2,5mg) 3 x 1 ampul/hari (7 hari)
sudah tepat indikasi,obat,pasien,dan dosis sehingga terapi bisa dilanjutkan.
4. Terapi Metilprednisolone 125 mg iv (5 hari) tidak tepat obat dan tidak tepat dosis.
Rekomendasi untuk terapi Metilprednisolone dihentikan, kemudian diganti dengan prednison
oral 40 mg selama 5 hari hari diminum 1 x sehari pada pagi hari.
5. Pemberian terapi Aminofilin injeksi 150 mg 3 x 1 (5 hari) tidak tepat obat dan tidak tepat dosis
sehingga Pemberian terapi Aminofilin injeksi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J.A., Lacy, C., Amstrong, L., Goldman, M. and Lance, L.L., 2009. Drug
Information Handbook 17th Edition. American PharmacistAssociation.

Chisholm-Burns M.A., Schwinghammer T.L., Wells B.G., Malone P.M., Kolesar J.M.
and Dipiro J.T., 2016, Pharmacotherapy Principles and Practice, 4th edition, Mc
Graw-Hill Companies, New York.

Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B. G. and Posey L., 2006.
Pharmocotherapy Principles and Practice, 6th edition, McGraw-Hill, USA.

Dipiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B. G. and Posey L., 2020.
Pharmocotherapy A Pathophysiologic Approach, 11th edition, McGraw-Hill,
USA.
DAFTAR PUSTAKA
Global Initiative for chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), 2018, Global Strategy
For The Diagnosis, Management, and Prevention Of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease, United Kingdom.

Kemenkes RI, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan,
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.

Koda kimble, 2008, Applied Therapeutics: The Clinical Use Of Drugs edisi 9, Lippincott
Williams & Wilkins, USA.

PDPI, 2014, Pneumonia Komunitas: Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di


Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: Jakarta.
TERIMA KASIH
-KELOMPOK 7-
Credits: This presentation template was created by
Slidesgo, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai