Anda di halaman 1dari 22

BANTUAN DANA

UNIVERSITAS NASIONAL

PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN/PENETIAN KOMPETITIF

KEBIJAKAN BILATERAL INDONESIA – MALAYSIA


PADA BIDANG PENDIDIKAN UNTUK PELAJAR MIGRAN
(STUDI PADA SEKOLAH INDONESIA JOHOR BARU, MALAYSIA)

PENELITI PENGUSUL :
MUHAMMAD MAULANA, S.H., MPA.
KHOIRUL ABROR AD-DLUHA GHONI, S.AP., M.AP.
1. WIDI DIAN SEPTIYONENGSIH - 203515516041
2. TRIA DIVA ANUGRAH PUTRI - 203515516047

ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NASIONAL

2023
HALAMAN PENGESAHAN
Kebijakan Bilateral Indonesia – Malaysia pada Bidang Pendidikan untuk Pelajar
Migran (Studi pada Sekolah Indonesia Johor Baru, Malaysia)

Identitas Peneliti Utama :

Nama (lengkap dengan gelar) : Muhammad Maulana, S.H., MPA.


Tempat dan tanggal Lahir : Jakarta, 07 Desember 1985
NIDN : 0307128503
Pangkat/Golongan : -
Jabatan fungsional : -
Fakultas/Prodi atau Sekolah Pasca
Sarjana/Prodi atau Pusat Studi :
Administrasi Publik
Alamat rumah : Jl. Pramuka I No. 61 Rt 01 Rw 12 Kel. Mampang
Kec. Pancoran Mas, Kota Depok
Telepon/Faks : 081382828670
email : Maulkhan@gmail.com
Nama dan NIDN Anggota Peneliti : Khoirul Abror Ad-Dluha Ghoni, S.AP., M.AP.
Nama dan NPM Mahasiswa : 1. Widi Dian Septiyonengsih – 203515516041
2. Tria Diva Anugrah Putri – 203515516047
Jangka Waktu Penelitian : 6 (Enam) Bulan
Biaya Penelitian : Rp.8.800.000

Jakarta, 9 Juni 2023

Disetujui

Dekan Fisip Ketua

Dr. Erna Ermawati Chotim, M.SI Muhammad Maulana

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
ABSTRAK......................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................5
A. Latar belakang...................................................................................................................5
B. Permasalahan....................................................................................................................7
C. Urgensi Penelitian.............................................................................................................8
D. Roadmap Penelitian..........................................................................................................9
E. Tujuan Penelitian..............................................................................................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................................8
A. Kerjasama Bilateral.........................................................................................................10
B. Kebijakan Luar Negeri....................................................................................................12
C. Hak Asasi Manusia..........................................................................................................13
BAB II METODE PENELITIAN..............................................................................................16
A. Waktu dan Lokasi Penelitian...........................................................................................16
B. Bahan dan Alat/Instrumen Penelitian..............................................................................16
1. Observasi Penelitian...................................................................................................16
2. Wawancara.................................................................................................................16
3. Dokumentasi...............................................................................................................16
4. Focus Group Discussion (FGD).................................................................................16
C. Analisis Data...................................................................................................................17
1. Reduksi Data..............................................................................................................17
2. Penyajian Data............................................................................................................18
3. Penarikan Kesimpulan................................................................................................18
BAB IV JADWAN PENELITIAN..............................................................................................19
A. Jadwal Penelitian.............................................................................................................19
B. Pembiayaan Penelitian.....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21

3
ABSTRAK
Pendidikan dianggap sebagai kebutuhan dasar yang sangat penting bagi manusia dan
merupakan hak setiap warga negara. Melalui pendidikan, individu memiliki kesempatan
untuk mengembangkan potensi mereka, memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan, serta meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Namun, di tengah
keberadaan pekerja migran, terdapat kompleksitas dalam permasalahan pelayanan
pendidikan, terutama bagi anak-anak pekerja migran di Semenanjung Malaysia.
Indonesia, sebagai salah satu negara pengirim pekerja migran, menghadapi tantangan
dalam memastikan bahwa anak-anak pekerja migran tersebut mendapatkan akses pendidikan
yang layak di negara tempat mereka bekerja, seperti di Malaysia. Data dari Konsulat Jenderal
Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru pada tahun 2015 mencatat bahwa ada sekitar 2.500
anak pekerja migran Indonesia yang tidak terdaftar (undocumented) dan berusia sekolah di
Johor Bahru, Malaysia, yang tidak bisa mendapatkan pendidikan.
Untuk mengatasi masalah ini, KJRI Johor Bahru mengadopsi berbagai kebijakan dan
langkah dalam upaya memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak pekerja migran
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara lebih mendalam kebijakan yang
diterapkan oleh KJRI Johor Bahru dalam mengatasi permasalahan pelayanan pendidikan bagi
anak-anak pekerja migran Indonesia di Johor Bahru.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menggambarkan hambatan-hambatan
yang dihadapi oleh KJRI Johor Bahru dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada
anak-anak TKI. Hambatan-hambatan ini meliputi ketersediaan fasilitas pendidikan yang
memadai, perizinan yang diperlukan, serta masalah administratif terkait dokumen pribadi
anak-anak tersebut.
Secara keseluruhan, penting untuk diakui bahwa pendidikan merupakan hak dasar
setiap individu, termasuk anak-anak pekerja migran. Namun, anak-anak pekerja migran
Indonesia di Johor Bahru, Malaysia, menghadapi hambatan dalam mendapatkan pendidikan
yang layak. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih dalam mengenai
kebijakan dan hambatan yang dihadapi oleh KJRI Johor Bahru dalam usahanya untuk
memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak pekerja migran tersebut.

Kata Kunci : Kebijakan KJRI Johor Bahru, Hak Pendidikan, Anak Tenaga Kerja Indonesia

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia menjadi salah satu negara asal pekerja migran terbesar kedua di
wilayah Asia Tenggara. Dalam dekade terakhir isu mengenai pekerja migran, terutama
mereka yang bekerja di luar negeri mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah
Indonesia. Isu pekerja migran sangat strategis selain terkait dengan besarnya jumlah
pekerja, juga terdapat kompleksitas permasalahan pekerja migran. Salah satunya adalah
permasalahan terhadap akses pendidikan bagi anak-anak pekerja migran di luar negeri,
khususnya yang berada di Malaysia. (Wuryandari, 2016, hal. 50-51).

Malaysia menjadi negara primadona tujuan pekerja migran di luar negeri. Penulis
mengamati bahwa alasan ekonomi menjadi faktor pendorong utama pekerja migran untuk
bermigrasi ke luar negeri. Mengingat masih terbatasnya peluang kerja di negeri sendiri,
serta masih adanya pengangguran dan kemiskinan. Bermigrasi menjadi sebuah instrumen
utama para pekerja migran untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan
kesejahteraan. (Tjiptoherijanto, 1999, hal. 109).

Dengan banyaknya tenaga kerja Indonesia di Malaysia, ternyata hal itu diiringi
dengan bertambahnya jumlah anak pekerja migran di Malaysia yang tidak berdokumen
kesulitan dalam mendapatkan hak pendidikannya. Hak dasar tersebut menjadi sulit dipenuhi
oleh negara karena kerajaan Malaysia masih melarang adanya CLC (Community Learning
Center) khususnya di Semenanjung Malaysia. Menurut Yusro B. Ambary selaku Koordinator
Fungsi KBRI Kuala Lumpur menegaskan bahwa CLC yang diakui oleh kerajaan Malaysia
hanya di negeri bagian Sabah. Sementara CLC yang berada di Semanjung Malaysia tidak
akui keberadaannya. (Wahyudi, 2018).

Komitmen negara yang diwakili oleh Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Rusdi
Kirana mengatakan bahwa kehadiran negara untuk memenuhi hak pendidikan bagi anak-anak
pekerja migran masih mengalami kendala, khususnya dalam menghadirkan CLC di
Semenanjung Malaysia. Meskipun demikian, upaya pemerintah Indonesia melalui perwakilan
di Malaysia tetap dilakukan untuk memenuhi hak pendidikan bagi warga negaranya.
(Salengke, 2017) Dalam Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989, pada Pasal 28 (1)

5
disebutkan bahwa negara-negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan dan untuk
mewujudkan hak ini secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang sama.

Di Indonesia, kewajiban negara untuk mencerdaskan kehidupan warga negaranya


diatur sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Preambule UUD 1945.
(Undang-Undang Dasar RI 1945) Sementara itu dalam Undang Undang Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak disebutkan dalam Pasal 9 ayat (1) bahwa setiap Anak berhak memperoleh pendidikan
dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakat. Dalam Bab XIII mengenai Pendidikan dan Kebudayaan UUD 1945
Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Kemudian dalam ayat (3) menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta ahlak mulia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.

Berdasarkan hal diatas penulis akan mengkaji mengenai pelayanan pendidikan anak-
anak pekerja migran yang khususnya berada di Johor Bahru. Pekerja migran Indonesia yang
berada di Johor Bahru Malaysia menurut data Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI)
Johor Bahru terdapat 360.000 ribu pekerja migran berada di wilayah Johor Bahru Malaysia.
Jumlah ini belum ditambah dengan pekerja migran ilegal. Sementara itu, dari data KJRI
Johor Bahru di bawah kepemimpinan Konsul Jenderal RI Johor Bahru, Taufiqur Rijal,
mencatat sedikitnya ada 2.500 anak TKI undocumented usia sekolah yang tidak bisa
mendapatkan pendidikan. Anak-anak tersebut tersebar di wilayah kerja KJRI Johor Bahru
yakni di Negeri Johor, Negeri Melaka, Negeri Sembilan dan Negeri Pahang.

Anak-anak para pekerja migran pada dasarnya memiliki peluang untuk mengakses
pendidikan di sekolah swasta di Malaysia. Akan tetapi untuk mengakses pendidikan di
sekolah swasta tersebut membutuhkan biaya yang besar bagi para pekerja migran. Selain itu,
terdapat beberapa permasalahan seperti dokumen pribadi anak. Hal ini karena sebagian dari
anak pekerja migran lahir dan besar di Malaysia. Bahkan, di antaranya berstatus ilegal karena
tidak memiliki akta kelahiran atau dokumen resmi kependudukan. Status ilegal tersebut
menyebabkan banyak anak warga negara Indonesia (WNI) tidak boleh mengakses pendidikan
di sekolah Malaysia.

6
Persoalan lainnya berkaitan dengan status keimigrasian orang tua anak pekerja
migran. Menurut peraturan imigrasi Malaysia, para pekerja non-profesional dilarang menikah
dengan sesama pekerja. Di sisi lain, banyak kasus TKI yang menikah hanya secara agama
dengan warga setempat. Kasus lainnya para pekerja migran membawa anak dari Indonesia
dan ada anak yang lahir di Malaysia kemudian ditinggalkan ayahnya yang warga negara
asing. Menurut Duta Besar Indonesia untuk Malaysia di bawah kepemimpinan Herman
Prayitno menegaskan, setidaknya ada 53.000 anak WNI ilegal di Semenanjung Malaysia dan
lebih dari separuh belum mendapatkan akses pendidikan karena tidak memiliki izin tinggal.

Para orang tua anak pekerja migran di Malaysia pada umumnya bekerja di sektor-
sektor informal, ladang-ladang perkebunan kelapa sawit, dan pekerja pabrik. Bagi pekerja
migran yang memiliki anak usia sekolah untuk dapat mengakses pendidikan terhambat oleh
jarak tempuh dari tempat tinggal mereka ke sekolah yang jaraknya relatif jauh, dengan
estimasi waktu perjalanan memerlukan dua hingga enam jam perjalanan. Meskipun jarak
tempuh yang jauh dari rumah menuju sekolah, mereka tetap harus pergi pulang setiap hari. Di
satu sisi, anak-anak pekerja migran ini bisa tertangkap oleh Kepolisian Malaysia dan
dideportasi karena berstatus ilegal. (Aulia, 2015).

Keberadaan Konsulat Jenderal Republik Indonesia Johor Bahru selaku wakil


pemerintah di luar negeri memiliki kewajiban untuk dapat memenuhi hak pendidikan bagi
anak WNI. Mengingat cukup banyak anak WNI lahir dan besar di Malaysia tanpa mengenal
nilai-nilai kebangsaan Indonesia. Dengan demikian, penulis mengamati adanya permasalahan
terhadap akses pendidikan bagi anak-anak pekerja migran di Semenajung Malaysia,
khususnya di Johor Bahru Malaysia. Dari penjabaran diatas maka judul penelitian ini adalah
KEBIJAKAN BILATERAL INDONESIA – MALAYSIA PADA BIDANG
PENDIDIKAN UNTUK PELAJAR MIGRAN (STUDI PADA SEKOLAH INDONESIA
JOHOR BARU, MALAYSIA)

B. Permasalahan

Dalam UUD 1945 juga dijelaskan dalam alinea ke-4 bahwa tujuan negara Indonesia
salah satunya adalah "Mencerdaskan kehidupan bangsa" agar kita memiliki masyarakat
terdidik dan cerdas. Alinea ke-4 ini direalisasikan dengan melakukan pelayanan pendidikan
yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun, nyatanya masih banyak yang tidak
mendapatkan pendidikan yang layak. Salah satu nya anak migran. Beberapa anak migran
mungkin mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses yang setara ke pendidikan. Hal ini

7
bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk keterbatasan finansial, kekurangan informasi
tentang proses pendaftaran, dan kebijakan atau praktik yang menghambat partisipasi mereka
dalam sistem pendidikan.

Selain itu, anak migran yang tidak memiliki status legal atau berada dalam situasi
migrasi yang rumit mungkin menghadapi kesulitan dalam mengakses pendidikan formal.
Ketidakpastian mengenai status mereka dapat menghambat kemampuan mereka untuk
mendaftar di sekolah dan mendapatkan pendidikan yang mereka perlukan. Maka dari itu
terkadang beberapa anak migran mungkin menghadapi kendala dalam memenuhi persyaratan
administratif untuk mendaftar di sekolah. Mereka mungkin memerlukan dokumen khusus
atau visa yang sulit diperoleh, atau mungkin ada batasan hukum yang menghalangi mereka
dari mengakses pendidikan formal.

Untuk mengatasi kesulitan ini, maka diperlukan adanya tindakan yang melibatkan
pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Beberapa langkah yang dapat diambil termasuk
memberikan bantuan keuangan kepada keluarga migran yang membutuhkan, menyediakan
dukungan administratif dan hukum dalam proses pendaftaran, mengadakan program pelatihan
bahasa dan kebudayaan, serta meningkatkan kesadaran dan mengatasi stigma yang terkait
dengan anak migran di sekolah dan masyarakat.

C. Urgensi Penelitian
Urgensi penelitian ini mengangkat sebuah permasalahan yang terjadi pada pelayanan
pendidikan bagi pelajar migran, nantinya akan ditindak lanjuti terkait permasalahan tersebut
dan akan dipaparkan hasilnya yaitu berupa kebijakan bilateral apa yang dilakukan pemerintah
Indonesia dan Malaysia untuk menangani masalah pendidikan bagi pelajar migran. Objek
penelitian yang dipilih peneliti ini berdasarkan survei dan pertimbangan peneliti dalam
menjabarkan keunikan yang ada ditempat ini. Ketika pelaksanaan penelitian nanti peneliti
akan meminta data sesuai yang diinginkan. Peneliti berharap bisa menyelesaikan penelitian
ini sampai tuntas dan mendapatkan sumber data yang valid.

8
D. Roadmap Penelitian
Secara garis besar, roadmap penelitian ini terdiri dari lima tahapan besar,
yaitu:
1. Perumusan desain penelitian;
2. Literature Review;
3. Pengumpulan data;
4. Analisis data; dan
5. Penulisan laporan penelitian

Penulisan
analisis data laporan
penelitian

pengumpulan
data (Indepth
Interview)
Literature
review

Perumusan
desain
penelitian

Gambar 1.1 Roadmap Peneltian

E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai atau
apa yang menjadi sasaran dalam penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui Kebijakan Bilateral antara Indonesia dan Malaysia pada Bidang
Pendidikan untuk Pelajar Migran (Studi pada Sekolah Indonesia Johor Baru, Malaysia).

9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerjasama Bilateral

Tidak ada negara yang dapat berdiri sendiri. Setiap negara pasti membutuhkan
kerjasama dengan negara lain karena adanya saling ketergantungan sesuai dengan
kebutuhan negara masing-masing. Kerjasama dalam bidang ekonomi, politik,
pendidikan, budaya dan keamanan dapat dijalin oleh suatu negara dengan satu atau
lebih negara lainnya. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
bersama. Karena hubungan kerjasama antar negara dapat mempercepat proses
peningkatan kesejahteraan dan penyelesaian masalah diantara dua atau lebih negara
tersebut. Menurut K.J Holsti, proses kerjasama atau kolaborasi terbentuk dari
perpaduan keanekaragaman masalah nasional, regional, atau global yang muncul dan
memerlukan perhatian dari lebih satu negara. Masing-masing pemerintah saling
melakukan pendekatan yang membawa usul penanggulangan masalah,
mengumpulkan bukti-bukti tertulis untuk membenarkan suatu usul atau yang lainnya
dan mengakhiri perundingan dengan suatu perjanjian atau pengertian yang
memuaskan semua pihak (Holsti, 1988, pp. 652-653).

Menurut Kalevi Holsti, kerjasama internasional dapat terwujud karena hal-hal


sebagai berikut:

1. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai atau tujuan yang saling
bertemu dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan, atau dipenuhi oleh semua
pihak sekaligus;
2. Pandangan atau harapan dari satu negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh
negara lainnya akan membantu negara itu dalam mencapai kepentingan dan nilai-
nilainya;
3. Persetujuan atas masalah tertentu antara dua negara atau lebih dalam rangka
memanfatkan persamaan kepentingan atau benturan kepentingan;
4. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan yang dilakukan
untuk melaksanakan tujuan; dan
5. Transaksi antarnegara yang dilakukan untuk memenuhi tujuan mereka

(Bakry U. S., Dasar-Dasar Hubungan Internasional, 2017, p. 75).

10
Kemudian Kerjasama internasional bukan saja dilakukan antar negara secara
individual, tetapi juga dilakukan antarnegara yang bernaung dalam organisasi atau
lembaga internasional. Mengenai kerjasama internasional, Koesnadi Kartasasmita
mengatakan bahwa: “Kerjasama Internasional merupakan suatu keharusan sebagai
akibat adanya hubungan interdependensi dan bertambah kompleksitas kehidupan
manusia dalam masyarakat internasional” (Kartasasmita, 1977, p. 19). Berdasarkan
bentuknya, kerjasama ekonomi internasional terbagi dalam 4 (empat) macam, yaitu
sebagai berikut:

a. Kerjasama bilateral

Kerjasama bilateral adalah kerjasama yang dilakukan antara dua negara. Kerjasama
ini biasanya dalam bentuk hubungan diplomatik, perdagangan, pendidikan, dan
kebudayaan.

b. Kerjasama regional

Kerjasama regional adalah kerjasama yang dilakukan oleh beberapa negara dalam
suatu kawasan atau wilayah. Kerjasama ini biasanya dilakukan karena adanya
kepentingan bersama baik dalam bidang politik, ekonomi, dan pertahanan. Contoh
kerjasama regional antara lain ASEAN dan Liga Arab.

c. Kerjasama multilateral

Kerjasama multilateral adalah kerjasama yang dilakukan beberapa negara. Contoh


kerjasama ini antara lain Perserikatan Bangsa-Bangsa.

d. Kerjasama internasional

Kerjasama internasional adalah kerjasama antara negara-negara diseluruh dunia.

Secara konseptual, tujuan utama dari semua hubungan kerjasama bilateral


antarnegara adalah membangun kemitraan yang kuat dengan lingkungan eksternalnya,
yaitu menciptakan hubungan persahabatan. Selain itu, dalam kerjasama bilateral juga
terdapat suatu perjanjian internasional, dimana perjanjian tersebut berfungsi sebagai
pengatur kerjasama antar negara yang terlibat. Dalam hal ini kerjasama bilateral juga
melibatkan perjanjian bilateral. Yang dimaksud dengan perjanjian bilateral adalah
perjanjian yang dibuat atau diadakan oleh dua negara. Biasanya perjanjian bilateral

11
mengatur tentang hal-hal yang menyangkut kepentingan kedua negara saja. Artinya
tertutup kemungkinan bagi negara lain untuk turut serta dalam perjanjian tersebut (Ahmad
Rustandi, 1988, p. 176).

Kerjasama dapat dilakukan dengan beberapa bentuk perjanjian dan


pengaturan. Hal ini dijelaskan oleh Rosen dalam Ariella bahwa bentuk perjanjian
(forms of agreements) dibedakan atas:

a. Handshake Agreement, yaitu pengaturan kerja yang tidak didasarkan atas


perjanjian tertulis.
b. Written Agreement, yaitu pengaturan kerjasama yang didasarkan atas perjanjian
yang tertulis (Yoteni, Dampak Hubungan Kerjasama RI Freeport Indonesia
Dengan Kepolisian RI terkait Jaminan Keamanan Wilayah Pertambangan di
Tembagapura Kabupaten Mimika, 2012, p. 24)

Konsep kerjasama bilateral ini akan digunakan penulis untuk melihat


bagaimana pemerintah Indonesia melaksanakan kerjasama dengan negara lain dengan
cara bersahabat. Di mana kerjasama yang dilakukan merupakan keinginan baik kedua
belah pihak demi perubahan kondisi dalam negeri masing-masing yang ditandai
dengan adanya kesepakatan/perjanjian secara tertulis. Dalam hal ini, dengan
melakukan kerjasama bilateral diharapkan adanya perubahan situasi yang lebih baik
dimana keadaan itu sulit didapatkan dan diwujudkan tanpa adanya kerjasama kedua
negara bersangkutan.

B. Kebijakan Luar Negeri


Secara umum kebijakan luar negeri merupakan seperangkat formula nilai,
sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan dan memajukan
kepentingan nasional di dalam percaturan dunia internasional menetapkan berbagai
sarana yang diusahakan untuk dicapai dengan melakukan berbagai tindakan yang
menunjukkan adanya kebutuhan, keinginan dan tujuan (Soeprapto, 1997, p. 188).

Kebijakan luar negeri (foreign policy) merupakan strategi atau rencana


tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi
negara lain untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam
terminologi kepentingan nasional (Plano C Jack, 1999, p. 5). Kebijakan luar negeri

12
pelaksanaannya dilakukan oleh aparat pemerintah. Oleh karena itu, aparat pemerintah
mempunyai pengaruh terhadap kebijakan luar negeri (Soeprapto, 1997, p. 187).

Konsep kebijakan luar negeri dalam penelitian ini akan digunakan untuk
menyelesaikan salah satu permasalahan nasional Indonesia, terkait isu pendidikan
anak-anak TKI yang berada di Malaysia. Kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh
pemerintah suatu negara bertujuan untuk mencapai kepentingan nasionalnya yang
pelaksanaannya dilakukan oleh aparat pemerintah di luar batas negaranya.

C. Hak Asasi Manusia


Hak adalah sesuatu yang harus didapatkan oleh manusia. Hak asasi
(fundamental rights) artiya hak yang bersifat mendasar (grounded). Hak asasi manusia
menyatakan bahwa pada dimensi kemanusiaan, manusia memiliki hak yang bersifat
mendasar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa hak adalah:
(1) yang benar, (2) milik kepunyaan, (3) kewenangan, (4) kekuasaan untuk berbuat
sesuatu, (5) menetapkan berbagai sarana yang diusahakan untuk dicapai dengan
melakukan berbagai tindakan yang menunjukkan adanya kebutuhan, keinginan dan
tujuan (Soeprapto, 1997, p. 188).

Semua manusia mempunyai hak-hak pokok yang melekat pada dirinya, hak
telah terpatri sejak manusia lahir dan melekat pada siapa saja. Hak-hak pokok tersebut
dinamakan Hak Asasi Manusia (HAM), termasuk didalamnya juga hak anak. Hak
anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan
dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara. Adapun hak
untuk mendapatkan pendidikan merupakan bagian dari hak asasi manusia. Pendidikan
adalah suatu hal yang luar biasa pentingnya bagi sumber daya manusia (SDM),
demikian pula dengan perkembangan sosial ekonomi dari suatu negara. Hak untuk
mendapatkan pendidikan telah dikenal sebagai salah satu hak asasi manusia (HAM),
sebab HAM tidak lain adalah suatu hak dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang
(Freaire, 2002, p. 28).

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak,


pengertian anak adalah “Seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Menurut Undang-Undang No. 20
Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

13
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Jhon Dewey, pendidikan adalah proses
pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke
arah alam dan sesama manusia (Rostitawati, Konsep Pendidikan John Dewey, 2014,
p. 134).

Dalam hukum internasional, ada hukum yang khusus mengatur tentang hak
anak yang disebut Konvensi Hak Anak. Konvensi Hak Anak adalah hukum
Internasional atau instrumen Internasional yang bersifat mengikat secara yuridis dan
politis yang menguraikan secara rinci Hak Dasar Manusia bagi setiap anak (R, 2007,
p. 47). Secara garis besar Konvensi Hak Anak dapat dikategorikan sebagai berikut
(Prinst, 2003, p. 119):
a. Penegasan hak-hak anak;

b. Perlindungan anak oleh negara;

c. Peran serta berbagai pihak.

Konvensi Hak Anak telah diratifikasi Indonesia pada tahun 1990 melalui
Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990. Dalam Pasal 28 dan 29 konvensi tersebut
mengatur tentang kewajiban negara dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak
tanpa terkecuali (Fatahillah, 2018, p. 37).

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menjelaskan


bahwa indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian
jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan, yaitu terdiri dari:

a. Pendidikan dasar

Jenjang pendidikan awal selama 6 (enam) tahun pertama masa sekolah anak-anak.
Pendidikan dasar terdiri dari:

1) Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah

2) SMP atau MTs

2. Pendidikan menengah

14
Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri dari:

1) SMA dan MA

2) SMK dan MAK

3. Pendidikan tinggi

Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup

program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi. Pendidikan tinggi terdiri atas:

1) Akademik

2) Institut

3) Sekolah Tinggi

Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada pemberian hak asasi
anak TKI dalam memperoleh pendidikan yang merupakan tanggung jawab negara,
masyarakat serta orang tua dalam pemenuhannya, terkhusus anak-anak TKI yang ada
di Johor Baru, Malaysia tanpa diskriminasi.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Mei 2023 dengan datang langsung ke lokasi
Sekolah Indonesia Johor Bahru yang berlokasi di Jalan Taat 80100 No. 46, Johor Bahru,
Johor Bahru, Malaysia.

B. Bahan dan Alat / Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikuntoro, Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang


dipilih & digunakan oleh peneliti dalam melakukan kegiatannya untuk mengumpulkan
data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis & dipermudah olehnya. Adapun instrumen
penelitian yang dipakai oleh penulis yaitu:

1. Observasi
Menurut Sugiyono (2018:229) observasi merupakan teknik pengumpulan
data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.
Observasi juga tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.
Melalui kegiatan observasi peneliti dapat belajar tentang perilaku dan makna dari
perilaku tersebut. Dalam hal ini penulis mengobservasi dengan datang langsung ke
Sekolah Indonesia Johor Bahru yang berada di Johor Bahru, Malaysia.

2. Wawancara
Wawancara menjadi salah satu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian. Wawancara merupakan komunikasi dua arah untuk memperoleh
informasi dari Responden yang terkait. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara
dengan Timbalan Pembelajaran Pejabat Daerah (PPD), Konjen Johor Baru, Pimpinan
Sekolah Indonesia Johor Baru, dan Murid Sekolah Indonesia Johor Baru (dari kelas 4
hingga kelas 6).

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap
penting dan di dokumentasikan dengan baik melalui bentuk foto wawancara secara

16
langsung bersama informan kunci dan informan pendukung serta foto yang
menggambarkan keadaan sekolah tersebut.

4. Focus Group Discussion (FGD)


Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data dengan
tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok.
Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok
berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD
dimaksudkan juga untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti
terhadap fokus masalah yang sedang diteliti. Focus Group Discussion (FGD) juga
mengundang para informan kunci untuk mendiskusikan beberapa konsep yang
berkaitan dengan data yamg diungkap atau dapat juga menjawab beberapa pertanyaan
penelitian. Informan dalam FGD ini terdapat 2 orang yaitu Bapak Hj. Tukiman Bin
Sarmin selaku Timbalan PPD Pembelajaran Pejabat Daerah Johor Bahru dan Bapak
Mohammad Rizali Noor selaku PLH Kepala Sekolah Indonesia Johor Bahru dan
Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya KJRI Johor Bahru.

C. Analisis Data
Pada penelitian ini teknik analisis data telah dilaksanakan bersamaan dengan
proses pengumpulan data. Teknik analisis daya yang dilakukan adalah model analisis
interaktif sebagaimana diungkapkan Miles dan Huberman. Proses analisis dalam
penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu:

1. Reduksi Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dibuat reduksi data, guna memilih data
yang relevan dan bermakna, memfokuskan data yang mengarah untuk memecahkan
masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Kemudian menyederhanakan dan menyusun secara sistematis dan menjabarkan hal-
hal penting tentang hasil temuan dan maknanya. Pada proses reduksi data, hanya
temuan data atau temuan yang berkenaan dengan permasalahan penelitian saja yang
direduksi. Sedangkan data yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian dibuang.
Dengan kata lain reduksi data digunakan untuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak penting.

17
2. Penyajian Data

Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik dan
tabel. Tujuan sajian data adalah untuk menggabungkan informasi sehingga dapat
menggambarkan keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, agar peneliti tidak kesulitan
dalam penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau bagianbagian tertentu dari
hasil penelitian, maka peneliti harus membuat naratif, matrik atau grafik untuk
memudahkan penguasaan informasi atau data tersebut. Dengan demikian peneliti
dapat tetap menguasai data dan tidak tenggelam dalam kesimpulan informasi yang
dapat membosankan. Hal ini dilakukan karena data yang terpencar-pencar dan kurang
tersusun dengan baik dapat mempengaruhi peneliti dalam bertindak secara ceroboh
dan mengambil kesimpulan yang memihak, tersekat-sekat daan tidak mendasar.
Untuk display data harus disadari sebagai bagian dalam analisis data.

3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung seperti
halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka selanjutnya
diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka diambil
kesimpulan akhir.

18
BAB IV
JADWAL PENELITIAN
Kegiatan penelitian untuk persiapan dilakukan di Jakarta dan untuk pencarian data
lapangan akan dilaksanakan di Johor Baru Malaysia sejak 19 Mei 2023 sampai dengan 25
Mei 2023.

A. Jadwal Penelitian

Bulan
No Nama Kegiatan
Mei Mei Mei Juni Juli

1 Penyusunan Tema Penelitian

2 Penyusunan daftar wawancara

3 Penelitian lapangan

4 Input dan pengelolaan data

5 Analisis data dan pembuatan laporan

6 Diskusi hasil penelitian dengan rekan sejawat

7 Pelaporan akhir

19
B. Pembiayaan Penelitian

KETERA SATUAN
JENIS ITEM BIAYA (RP)
NGAN (RP)

Transkip wawancara 8 set x 8


Material @ 10.000 680.000
narasumber Lembar

Souvenir narasumber 5 orang @ 100.000 500.000


Biaya input dan
pengolahan data Tiket Pesawat Jakarta –
2 orang @2.000.000 4.000.000
Malaysia

Selama
Validasi data 1.500.000
penelitian
Analisa data
Analisa dan interpretasi Selama
1.000.000
data penelitian

Biaya fotokopi, Pencetakan


dan Penjilidan Laporan 2 kali 600.000
Penelitian

Biaya alat tulis kantor


Pembuatan Laporan
(kertas A4 80 gram
Penelitian Selama
berjumlah 2 rim dan 2 520.000
penelitian
buah catridge tinta hitam &
warna)

Total = Delapan Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah 8.800.000

20
DAFTAR PUSTAKA

_____Ahmad Rustandi, Z. A. (1988). Tata Negara Jilid 2.

_____Ariella Alberthina Yoteni, “Dampak Hubungan Kerjasama Pt Freeport Indonesia


Dengan Kepolisian RI Terkait Jaminan Keamanan Wilayah Pertambangan di Tembagapura
Kabupaten Mimika”, SKRIPSI HI Universitas Cendrawasih diterbitkan, 2012, hlm. 24

_____Aulia, L. (2015, Agustus 14). Sekolah Indonesia Johor Bahru: Membayangkan


Indonesia. Harian Kompas, p. 11

_____Bakry, Umar Suryadi. 2017. Dasar-Dasar Hubungan Internasional. Depok: Kencana

_____Fatahillah, R. I. (2018). Mekanisme UNCRC 1989: Hak Pendidikan Kanak-Kanak


Buruh Migran Indonesia (BMI) Di Sabah. Kota Kinabalu.

_____Freaire, P. (2002). Politik Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan dan Penindasan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_____Holsti, K.J. (2019). "Collaborative Diplomacy: Addressing Global Challenges through


International Cooperation." Oxford University Press.

_____Indonesia, R. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


Tentang Sistem pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.

_____Kartasasmita, 1997. Administrasi pembangunan; perkembangan pemikiran dan


praktiknya di Indonesia, LP3ES Jakarta.

_____Plano C Jack, O. R. (1999). Kamus Hubungan Internasional. Jakarta: Putra A Bardin.

_____Prinst, D. (2003). Hukum Anak Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

_____R, A. (2007). Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: Restu Agung.

21
_____Rostitawati, T. (2014). Konsep Pendidikan John Dewey. Tadbir Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 135.

_____Soeprapto, R. 1997. Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi, dan Perilaku. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada, hal.12.

_____Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan


atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

22

Anda mungkin juga menyukai