Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KUNJUNGAN

SITUS PATI AYAM

Anggota Kelompok :
Adrean Indraprasetya (03)
Brilliant Beckham S.P (08)
Enrico Fitranova (13)
Kiara Yulianingsih (18)
Nida Dhiyaul Auliyah (23)
Silfiya Ibadiya (28)
Yedija Elsa Fernanda (33)

______________________________________________________
Jalan Pramuka No. 41 Nganguk, Mlati Lor Kecamatan Kota
Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah
Situs Patiayam

Situs Patiayam merupakan daerah pegunungan yang terletak di lereng selatan Gunung Muria.
Secara administratif Situs Patiayam sebagian besar berada di desa Terban, Kecamatan Jekulo,
Kabupaten Kudus, dan sebagian lagi berada di wilayah Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Secara fisiogafi
Situs Patiayam termasuk zona Gunung api kwarter dan zona Dataran Alluvial Jawa Utara. Oleh
karena itu bentang lahan daerah ini merupakan daerah perbukitan dan daerah dataran. Secara
morfologi Situs Patiayam merupakan sebuah kubah (dome ) dengan puncak tertingginya yaitu Bukit
Pati- ayam berada 350 meter diatas muka laut.

Sekitar 400,000 tahun yang lalu ketika Pulau Muria masih terpisah dengan Pulau Jawa, terjadi
letusan gunung yang sangat dahsyat. Gunung tersebut adalah Gunung Muria. Pada saat yang sama
seekor gajah jenis Elephas namadicus berjalan di sebuah lereng hutan terbuka di sisi barat Gunung
Slumprit. Langkah gajah tersebut terhenti untuk selamanya karena letusan Gunung Muria yang sangat
kuat. Hujan material vokanik tufa pasir krikilan yang sangat tebal telah menguburgajah tersebut.

Ratusan ribu tahun berlalu, pada tahun 2007, ketika tiba para peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta
menyingkap kembali endapan abu volkanik yang saat ini telah demikian mengeras, sedikit demi
sedikit menampakkan kembali rangka gajah purba itui Situasi anatomi tulang belulang tersebut
mengisyaratkan bahwa rangka gajah ini tidak pernah bergeser sejak kematiannya, sesaat setelah
diterjang badai letusan Gunung Muria yang dahsyat pada 400.000 tahun silam, dan ini merupakan
sebuah penemuan yang cukup spektakuler, karena sebagian besar tulangnya ditemukan (Sumber:
Widianto, 20).

Gunung Muria beserta Kubah Patiayam dulunya bergabung dengan daratan utama Pulau Jawa
hanya terjadi pada masa glasial, ketika terjadi perluasan pembekuan es di kutub, sehingga
menyebabkan air laut surut hingga 120 meter dari kondisi permukaan sekarang. Pada masa inter-
glasial ketika suhu bumi menghangat sehingga menyebabkan terjadinya pencairan es, Gunung Muria
terisolir dari Pulau Jawa dan terpisahkan oleh laut dangkal yang meskipun tidak terlalu lebar,
Bergabungnya Gunung Muria secara permanen dengan Pulau Jawa baru terjadi pada sekitar abad
XVII M. akibat terjadi pendangkalan dan perkembangan daratan alluvial di sepanjang pantai Utara
Jawa. Patiayam pernah terpisah dari pulau jawa dan baru bergabung secara permanen pada abad ke 17
M

Situs Patiayam terletak di kawasan di Pegunungan Patiayam, Kudus. Sebelah tenggara Gunung
Muria. Pegunungan Patiayam merupakan gugusan bukit dengan puncak tertingginya lebih dari 350
meter di atas permukaan air laut. Luas situs sekitar 5×7 kilometer. Situs ini dari Kala Pleistosen di
Pulau Jawa. Situs Patiayam berada di desa Terban Jekulo Kudus sekitar 11 kilometer timur laut Kota
Kudus.

Situs (kawasan cagar budaya), luas patiayam 3000 ha. Fosil Gajah utuh ini ditemukan dipati ayam
ini hampir sekitar 70%. Karena proses fosilisasi (jarang ditemukan fosil)
1. Bahan baku
2. Lingkungan
3. Massa

Yang cepat menjadi fosil adalah gigi . Evolusi alam di Patiayam dipisahkan oleh selat. Patiayam
dulu merupakan gunung aktif. Hewan-hewan mati karena letusan gunung berapi. Tahun 2018
ditemukan paha manusia (belum diketahui antara homo erektus/sapiens). Letusan berulang - ulang
mengeluarkan lumpur dan menjadi daratan. Gua (galian warga) dulu ada fosil hewan. Menyimpan 17
spesies hewan (paling banyak gajah)

Di Situs Patiayam ditemukan fosil fauna purba, antara lain antelope (anoa purba), bosbalus
paleokarabau (kerbau purba), cranium cervus (kijang purba), bosbibos paleosondaicus (kerbau purba
bertanduk), metatarsal hexaprotodon (kuda nil purba), mandibula rhinoceros (badak purba), maxillia
monyet, plastron testudinidae (kura-kura), dan molar hytricidae (landak). Selain itu juga ditemukan
fosil-fosil fauna laut seperti moluska (Gastropoda dan bivalvia), ikan hiu (Lamnidae dan
Charcharhinidae), harimau (Felidae), babi (Suidae), kuda sungai (Hippopotamidae), gajah
(Elephantidae), kerbau banteng (Bovidae), dan rusa Cervidae.

Temuan fosil yang paling menakjubkan adalah fosil gajah purba stegodontidae. Ini penemuan
terbesar di Situs Patiayam, sehingga gajah purba ini dijadikan sebagai ikon Museum Purbakala
Patiayam. Fosil gajah purba disimpan di Museum Ronggowarsito, Semarang. Sementara gading gajah
purba yang di Museum Purbakala Terban hanya replica. Tujuannya, agar gading asli tidak mudah
rusak karena pengaruh cuaca dan iklim.

Salah satu temuan menarik dari situs Patiayam adalah berupa fragmen anggota anatomi homo
erectus oleh Sartono dan Zaim pada 1978. Fosil berupa gigi dan pecahan tulang tengkorak bagian
parietal (Siswanto, 2016 : 36). Fosil Homo Erectus ditemukan dalam lapisan batu pasir halus tufaan
dan batu lempung tufaan dari formasi slumprit. Jejak artefak homo erectus juga ditemukan artefak
atau alat-alat yang digunakan manusia purba. Antara lain, batu inti, batu serpih, kapak penetak, kapak
genggam, bola batu, dan beberapa artefak tulang.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai