Anda di halaman 1dari 71

No Kode: DAR2/Profesional/698/6/2019

PENDALAMAN MATERI TATA BUSANA

MODUL 6
PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI

KEGIATAN BELAJAR 2
PERSIAPAN PRODUKSI

Nama Penulis:

Sri Emy Suprihatin, M.Si.


Moh. Adam Jerusalem, Ph.D.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2


KEGIATAN BELAJAR 2 ...................................................................................... 3
PERSIAPAN PRODUKSI ...................................................................................... 3
A. PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
1. Deskripsi Singkat ............................................................................................ 3
2. Relevansi ......................................................................................................... 3
3. Petunjuk Belajar .............................................................................................. 3
B. INTI .............................................................................................................. 4
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan............................................................. 4
2. Pokok-Pokok Materi........................................................................................ 4
3. Uraian Materi .................................................................................................. 5
a. Pembuatan Pola dan Grading Menggunakan CAD ......................................... 5
a) Pola Tunik Bagian Depan .......................................................................... 25
b) Pola Tunik Bagian Belakang ...................................................................... 30
c) Pola Lengan ................................................................................................ 32
d) Pola Interlining ........................................................................................... 34
b. Pembuatan Marker ........................................................................................ 40
c. Gelar Susun Kain (Spreading) ....................................................................... 57
d. Pemotongan Bahan (Cutting) ........................................................................ 63
e. Numbering dan Bundling .............................................................................. 68
4. Forum Diskusi ............................................................................................... 70
C. PENUTUP .................................................................................................. 70
1. Rangkuman .................................................................................................... 70
2. Tes Formatif ................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71

2
KEGIATAN BELAJAR 2
PERSIAPAN PRODUKSI

A. PENDAHULUAN
Pre-production merupakan proses kerja yang dilakukan sebagai proses
awal dalam urutan proses produksi pembuatan pakaian. proses awal ini sangat
menentukan kualitas akhir dari sebuah produk pakaian. Proses ini merupakan
realisasi awal dari tahap planning yang telah dilakukan. Tahapan pre-
production meliputi: pembuatan pola dan grading sesuai dengan lembar order,
pembuatan marker layout, spreading, cutting, numbering dan bundling. Dari
hasil pre-production selanjutnya akan diproses pada tahan production.
1. Deskripsi Singkat
Modul pembelajaran Pre-Production ini merupakan modul kegiatan
pembelajaran ke 2, yaitu modul yang memberi gambaran kegiatan persiapan
produksi. Modul Pre-Production ini berisi lima Capaian Pembelajaran Mata
Kegiatan, yaitu mahasiswa PPG mampu: a) membuat pola dan grading
menggunakan CAD, b) merancang bahan menggunakan CAD, c)
melakukan penggelaran bahan (spreading), d) melakukan pemotongan
bahan (cutting), e) melakukan bundling dan numbering.
2. Relevansi
Dalam mempelajari modul ini diharapkan guru mendapat pengalaman
baik dalam bentuk teori dan praktek proses Pre-Production secara
menyeluruh. Dalam modul ini disediakan juga ruang dimana guru dapat
berlatih membuat pola dan grading dengan panduan video yang telah
disiapkan, menjawab beberapa pertanyaan yang disajikan dalam tes
formatif.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum mempelajari modul ini perhatikan dan ikutilah petunjuk-
petunjuk serta cara-cara mempelajarinya baik oleh mahasiswa maupun oleh

3
dosen atau fasilitator agar pembelajaran dapat berjalan sesuai prosedur yang
ada pada petunjuk penggunaan modul ini.
a. Bacalah dengan cermat materi dalam modul ini,
b. Perlajari secara seksama materi sumber lain yang terkait dengan Pre-
Production agar memiliki konsep yang lengkap,
c. Perhatikan petunjuk-petunjuk yang dianjurkan dalam modul ini,
d. Untuk melaksanakan praktek mengajar pembuatan busana industri
khususnya KD yang berkaitan dengan Pre-Production, bacalah modul
ini secara menyeluruh, dalami pula beberapa video yang disediakan, dan
dalami pula silabus serta SKKNI bidang garmen,
Setelah mempelajari seluruh bahasan, latihan mengerjakan tugas,
mengerjakan test formatif, diharapkan guru dapat mengimplementasikan
dalam pembelajaran Pembuatan Busana Industri khususnya KD terkait Pre-
Production.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
a. Mampu membuat pola dan grading menggunakan CAD
b. Mampu merancang bahan menggunakan CAD
c. Mampu melakukan gelar susun kain (spreading)
d. Mampu melakukan pemotongan bahan (cutting)
e. Mampu melakukan bundling dan numbering

2. Pokok-Pokok Materi
a. Pola dan grading menggunakan CAD
1) Persiapan pembuatan pola menggunakan CAD
2) Pola dan grading menggunakan CAD
b. Pembuatan marker menggunakan CAD
1) Hal-hal yang mempengaruhi proses pembuatan marker
2) Persiapan pembuatan marker
3) Metode pembuatan marker
4) Menghitung kebutuhan marker

4
5) Menghitung kebutuhan bahan
c. Gelar susun kain (spreading)
1) Alat spreading
2) Metode spreading
3) Proses spreading
d. Pemotongan bahan (cutting)
1) Macam-macam mesin cutting
2) Proses cutting
e. Numbering dan bundling
1) Alat numbering dan bundling
2) Proses numbering dan bundling

3. Uraian Materi
a. Pembuatan Pola dan Grading Menggunakan CAD
Pembuatan pola di industri busana dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara manual dan digital. Pembuatan pola secara manual dilakukan
bagi industri busana yang belum memiliki perangkat pembuat pola secara
digital, karena pembuatan pola secara digital diperlukan beberapa sarana
pendukung diantaranya adalah plotter, yaitu akan printer besar yang
mampu mencetak hasil pola sesuai ukuran. Contoh pembuatan pola secara
manual seperti gambar berikut.

Gambar 1. Pembuatan pola secara manual

Pada sebagian besar industri busana, pola dibuat menggunakan


komputer melalui beberapa aplikasi diantaranya: Gerber Accumark,
Lectra, GT CAD Software, Optitex, Tuka CAD, Rechpeace, PAD Systems.
Penggunaan software mempermudah dalam penggandaan pola, editing

5
pola sesuai disain, penyimpanan juga tidak memerlukan tempat yang luas,
selanjutnya dari pola dapat ditransfer ke dalam pembuatan marker. Sebagai
seorang guru alangkah baiknya jika dapat menggunakan salah satu
software untuk pembuatan pola dan grading, oleh karena itu kali ini akan
dicontohkan pembuatan pola dan grading menggunakan CAD dengan
software Rechpeace. Dalam pembuatan pola lakukan langkah sebagai
berikut.
1) Persiapan pembuatan pola menggunakan CAD
Sebelum kita memulai pembuatan pola lakukan dulu download
software Richpeace. Setelah memiliki aplikasi Richpeace pahami
terlebih dahulu penggunaan tools dasar agar pemilihan tools tepat
sesuai dengan pattern yang diharapkan. Berikut ini penggunaan tools
yang sering digunakan dalam pembuatan pola.
a) Inteligent Pen (Shortcut “F”)

Tool ini bisa digunakan untuk beberapa fungsi, diantaranya:


Rectangle/ Persegi empat, caranya posisikan pointer ke
tengah atau di area kerja, kemudian klik dengan tombol mouse kiri
sambil ditahan jangan dilepas dan gerakan/ geser sedikit cursor/
mouse hingga keluar tabel dan lepas tombol kiri yang tadi ditahan,
bila berhasil maka akan keluar gambar seperti dibawah.

Gambar 2. Intelligent Pen

6
Membuat garis lurus sudut istimewa (0˚, 45˚, 90˚, 135˚, 180˚,
225˚, 270˚, 360˚), caranya arahkan posisi pointer ke area kerja dan
klik tombol mouse kanan hingga gambar pointer berubah dari
lengkung menjadi logo huruf T dan geser pointer sesuai arah sudut
istimewa yang kita inginkan, selanjutnya klik dengan tombol mouse
yang kiri, dan keluar window kecil seperti dibawah, dan masukkan
nilai panjang yang diinginkan.

Gambar 3. Contoh membuat garis lurus

Membuat garis lengkung dengan 3 atau lebih titik bantu


(jangan lupa merubah logo pointer mouse menjadi lengkung), yaitu
kita membuat garis lengkung bebas dengan cara arahkan pointer ke
area kerja dan klik dengan tombol kiri sekali dan geser pointer untuk
menentukan titik kedua, ketiga dan seterusnya dengan tombol kiri
juga. Bila ingin mengakhiri tinggal klik tombol kanan.

7
Gambar 4. Contoh membuat garis lengkung

Merubah garis lurus menjadi lengkung, yaitu dengan cara


arahkan pointer ke garis lurus yang akan dirubah bentuknya (garis
akan berubah warna menjadi merah), klik tombol kanan (jangan
pilih point yang berwarna hijau). Kemudian arahkan pointer ke garis
yang tadi dan klik dengan tombol kiri sekali dan selanjutnya geser
pointnya seperti petunjuk dibawah:

Gambar 5. Contoh merubah garis lurus menjadi lengkung

Jika bentuk lengkung yang diiginkan telah sesuai maka klik


sekali lagi untuk memposisikan letak point yang baru dengan tombol
kiri, selanjutnya boleh memilih point yang lain jika ingin
memindahkan posisi point yang lain jika dirasakan bentuk belum

8
sesuai masih dengan cara sebelum nya. Jika sudah sesuai maka
akhiri dengan menekan tombol kiri sekali lagi (bukan tombol
kanan).

b) Rectangle (shortcut “S”)

Digunakan untuk membuat persegi empat juga, cara


menggunakannya, Klik logonya atau tekan “S” dari keyboard, logo
pada pointer mouse akan berubah menjadi persegi empat,
selanjutnya arahkan pointer ke area kerja dan klik dengan tombol
kiri sambil ditahan (jangan dilepas tombol kiri) dan geser sedikit dan
lepas tombol kiri yang tadi ditahan. Kemudian isi kolom yang keluar
dengan nilai panjang dan lebar yang kita inginkan, seperti gambar
dibawah.

Gambar 6. Tool Rectangle

c) Add point (Shortcut “P”)


Berfungsi untuk menambahkan poin pada garis atau bidang
lain, penambahan poin bisa lebih dari satu. Cara menggunakan bisa
dengan shortcut “p” dan logo pointer akan berubah menjadi dua
garis kecil dan titik.

9
Gambar 7. Tool Add point

Selanjutnya arahkan pointer kearah garis dan klik dengan


tombol kiri, maka akan keluar window kecil untuk posisi point yang
akan ditambahkan. Masukkan nilai pada kolom Length, dan
perhatikan titik/ point merah yang menandakan posisi titik NOL.

Gambar 8. Contoh membuat bidang

d) Eraser (Shorcut “E”)


Tool ini berfungsi untuk menghapus garis point dll, bisa
dengan satu satu atau bersamaan. Caranya dengan mengarahkan
pointer mouse ke bagian yang akan dihapus dengan tombol kiri atau

10
di blok keseluruhan untuk menghapus beberapa bagian secara
bersamaan.
e) Paralel Line (Shortcut “Q”)
Paralel line digunakan untuk membuat/ menambahkan garis paralel/
sejajar dengan garis yang anda. Caranya aktifkan Tool dengan
menekan “Q” dari keyboard dan logo pointer akan berubah menjadi
garis paralel. Kemudian arahkan pointer ke garis yang akan kita
tambahkan garis paralelnya (sampai garis berwarna merah),
selanjutnya klik dengan tombol kiri kemudian geser kearah yang
diinginkan kemudian klik tombol kiri sekali lagi dan akan muncul
jendela kotak yang harus diisi pada kolom seperti petunjuk dibawah:

Gambar 9. Paralel Line

Isi kolomnya sebagai berikut:


Kolom pertama adalah jarak garis pertama/ garis acuan ke garis
kedua.
Kolom kedua adalah jumlah garis yang akan ditambahkan.
Kolom ketiga adalah jarak antara garis kedua dengan garis ketiga,
keempat dan seterusnya.

f) Forfex (Shorcut “W”)

11
Digunakan untuk menghasilkan pattern dari pattern desain.

Gambar 10. Forfex

Caranya, arahkan pointer ke garis yang merupakan bagian masing


masing (depan atau belakang). Jangan lupa memilih garis dengan
tombol kiri dari mouse dan berurutan searah jarum jam (yang dikilik
akan berubah warna merah). Bila berhasil maka pada saat klik pada
garis terakhir maka pola pada area kerja akan berubah warna,
selanjutnya takan tombol kanan.

Gambar 11. Contoh menghasilkan pattern busana

g) Grain Line/ Arah Serat


Tool ini dipakai untuk merubah arah serat yang sudah ada,
caranya dengan mengaktifkan Tool tersebut dan arahkan pointer ke
salah satu point/ titik (titik pertama) dan klik dengan tombol kanan

12
sekali dan geser pointer ke point/ titik (titik kedua) lainnya dan klik
dengan tombol kiri lagi sekali. Garis grain line yang sudah ada akan
berubah sesuai dengan yang diinginkan.

Gambar 12. Grain Line

2) Langkah-Langkah Pembuatan Pola dan Grading Menggunakan CAD


Pembuatan pola di industri busana didasarkan pada lembar order
dengan ukuran standar yaitu ukuran tanpa mengukur tubuh pemakai.
Ukuran standar umumnya di disimbolkan dalam bentuk huruf S, M, L
atau angka 14, 16, 17 dsb. Coba amati contoh lembar order berikut ini:

13
Gambar 13. Contoh Spec sheet
Sumber : https://clothingindustry.blogspot.com

Dalam lembar order tersebut ukuran disimbulkan dengan angka,


perhatikan size spec yang dituliskan menggunakan istilah ukuran yang
terstandar secara internasional. Berikut ini contoh lembar order lainnya.

Gambar 13. Contoh lembar order

14
Sumber: https://www.coroflot.com/cdombe20/Jones-New-York-SPEC-
Packs
Dalam lembar order tersebut ukuran menggunakan symbol huruf,
dan perhatikan juga semua bagian badan yang disiapkan ukurannya
menggunakan istilah khusus. Maka dari itu supaya dapat menggunakan
ukuran dalam lembar order dengan tepat peserta didik harus dikenalkan
beberapa istilah ukuran yang lazim digunakan dalam pembuatan busana
industri.
Berikut ini contoh istilah ukuran berdasarkan posisi bagian tubuh
manusia:

Gambar 14. Body measurement positions on the female figure


Sumber: https://www.clothingpatterns101.com/body-measurements.html

15
Gambar 15. Body measurement positions on the male figure
Sumber: https://www.thewarmingstore.com/gerbing-sizing-charts.html

Gambar 16. Body measurement positions on the child figure


Sumber: https://www.vectorstock.com/royalty-free-vector/boy-and-girl-
size-chart-human-front-side-vector-22559559

16
Tabel 1. Contoh Ukuran Standar Badan Wanita Dewasa (S, M, L)

Dalam pembuatan busana industri bayer seringkali memberikan


spec menggunakan sket sampel produk. Berikut ini contoh istilah
ukuran yang diambil berdasarkan beberapa jenis sampel produk:
1) T- Shirt – Set in sleeves

17
Gambar 17. T-Shirt – Set in sleeves

2) Polo Shirt – Set in sleeves

Gambar 18. Polo Shirt – Set in sleeve


3) Polo Shirt – Raglan sleeves

18
Gambar 19. Polo Shirt – Raglan sleeves

4) Shirt

Gambar 20. Shirt

5) Long Pants

19
Gambar 21. Long Pants

6) Ukuran blus:
a) High Point Shoulder (HPS)

Gambar 22. High Point Shoulder

b) Center Point

Gambar 23. Center Front

20
Gambar 24. Center Back

c) Side Seam (SS)

Gambar 25. Side Seam

d) Body Length

Gambar 26. Body Length

21
e) Across Chest

Gambar 27. Across Chest

f) Waist

Gambar 28. Waist

g) Bottom Sweep

Gambar 29. Bottom Sweep

h) Hip

Gambar 30. Hip

22
i) Sleeve Length

Gambar 31. Sleeve Length

j) Shoulder Drop

Gambar 32. Shoulder Drop

Perlu diketahui juga bahwa ukuran standar yang tertera dalam


lembar order atau produk busana menganut beberapa acuan:
1) Mengacu pada ukuran bagian tubuh tertentu manusia
Labeling size berdasarkan panjang lingkar leher
12 ‐ 12 ½ : 12 – 12 ½ inch
13 ‐ 13 ½ : 13 – 13 ½ inch
14 ‐ 14 ½ : 14 – 14 ½ inch
15 ‐ 15 ½ : 15 – 15 ½ inch
Labeling size berdasarkan panjang lingkar pinggang
28 : 27 ½ ‐ 28 ½ inch
29 : 28 ½ ‐ 29 ½ inch
30 : 29 ½ ‐ 30 ½ inch
32 : 31 ½ ‐ 32 ½ inch

2) Mengacu pada usia, tinggi badan


Labeling size berdasarkan Usia Konsumen

23
1m : month 1 T : 1 Taille 6 : 6 Years
3 m : 3 months 2 T : 2 Taille 8 : 8 Years
6 m : 6 months 3 T : 3 Taille 12 : 12 Years
12 m : 12 months 4 T : 4 Taille 14 : 14 Years
12 m : 12 months 5 T : 5 Taille 16 : 16 Years
Labeling size berdasarkan tinggi pemakai
128 : 128 centimeter
140 : 140 centimeter
152 : 152 centimeter
164 : 164 centimeter
176 : 176 centimeter
Labeling size berdasarkan standar produksi / pasar yang dituju
XXS : Extra Extra Small
XS : Extra Small
S : Small
M : Medium
L : Large
XL : Extra Large
XXL : Extra Extra Large
Peserta Pendidikan Profesi Guru yang berbahagia mari kita ikuti
langkah-langkah pembuatan pola dan grading menggunakan software
Richpeace berikut ini:
Langkah-Langkah Pembuatan Pola dan Grading Tunik

Gambar 33. Desain Tunik

24
Siapkan Ukuran Pola Tunik
Tabel 2. Ukuran Pola Tunik
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia S M L
Bust line BL Lingkar badan L Ba 82 86 92
Waist line WL Lingkar pinggang L Pi 63 66 72
Hip line HL Lingkar panggul L Pa 88 90 98
Across shoulder AS Lebar muka Lb Mk 35 36 37
front F
Across back AB Lebar punggung Lb Pu 34 36 38
Back length Ble Panjang punggung Pj Pu 36 37 38
Tunic length Tle Panjang tunik Pj Tu 95 100 105
Arm hole AH Lingkar kerung Lk L 35 37 38
lengan
Shoulder line AL Panjang bahu Lb Bu 11 12 13
Sleeve length SLe Panjang lengan Pj L 50 52 54
Wrist W Pergelangan lengan PL 15 16 16.5

a) Pola Tunik Bagian Depan

1) Aktifkan Tool rectangle , buat kotak dengan ukuran panjang tunik


(100) dan ¼ lingkar badan (21,5) + 1 cm.

Gambar 34. Tool Rectangle


2) Aktifkan Tool intelligent pen , buat kerung leher dengan ukuran
turun 8,5 cm, kesamping kanan 7 cm.

25
Gambar 35. Tool intelligent pen

3) Buat garis lebar muka dengan ukuran dari kerung leher turun 4 cm ke
samping kanan ½ lebar muka (18) cm.

Gambar 36. Garis Lebar Muka

4) Buat garis pinggang dengan mengukur dari titik atas panjang punggung
(37) + 1,5 cm dan ke samping ¼ lingkar pinggang (16.5) + 1 cm + 3 cm
(kupnat).

Gambar 37. Garis Pinggang

26
5) Buat garis bahu dengan ukuran rendah bahu 3 cm dan panjang bahu 12
cm.

Gambar 38. Garis Bahu


6) Aktifkan Tool compasses untuk membuat kerung lengan dengan
ukuran ½ kerung lengan (18.5) cm.

Gambar 39. Tool compasses


7) Aktifkan Tool intelligent pen untuk membentuk kerung lengan.

Gambar 40. Tool intelligent pen untuk membentuk kerung lengan

27
8) Tool intelligent pen enter isi tabel dengan ukuran ¼ lingkar
panggul (22.5) + 5 cm, naik 2 cm untuk mendapatkan ukuran bawah
tunik.

Gambar 41. Tool intelligent pen untuk isi tabel

9) Hubungkan titik sisi pinggang dengan titik yang telah dibuat untuk
garis sisi tunik.

Gambar 42. Menghubungkan titik sisi pinggang

10) Buat garis prinses, dengan cara membuat kupnat dari pinggang 10 cm
lebar kupnat 3 cm, tinggi kupnat 15 cm, panjang kupnat dari pinggang
13 cm. Selanjutnya perpanjang garis kupnat sampai kerung lengan dan
memperpanjang garis hingga bawah tunik

28
Gambar 43. Garis Prinses

Gambar 44. Membuat Garis prinses

11) Aktifkan Tool forfex untuk ngeblok pola masing-masing


komponen badan depan, selanjutnya pisahkan antara pattern disain
dan pattern

29
Gambar 45. Tool forfex untuk ngeblok pola

12) Aktifkan Tool patern symetry untuk membuka pola

Gambar 46. Tool patern symetry untuk membuka pola


b) Pola Tunik Bagian Belakang
1) Buat garis parallel pada bagian sisi pola bagian depan dengan jarak 2
cm (sebagai selisih lingkar badan depan dan belakang). Samakan
panjang ukuran sisi depan dan belakang, jika tidak sama tambahkan

panjang dengan mengaktifkan .

Gambar 47. Garis parallel

30
2) Aktifkan Tool intelligent pen , buat kerung leher.

Gambar 48. Kerung Leher


3) Buat garis lebar punggung dengan ukuran dari kerung leher turun 8 cm
ke samping kiri ½ lebar punggung (18 cm).

Gambar 49. Garis lebar punggung


4) Buat kerung lengan.

Gambar 50. Kerung lengan


5) Buat garis prinses belakang

Gambar 51. Garis prinses belakang

31
6) Aktifkan Tool forfex untuk ngeblok pola masing-masing
komponen badan depan, selanjutnya pisahkan antara pattern disain
dan pattern

Gambar 52. Mengeblok pola

c) Pola Lengan
Ukuran
Ukuran S M L
Lingkar kerung lengan 35 37 38
Tinggi puncak lengan 12 12,5 13
Panjang lengan 50 52 54
Pergelangan lengan 15 16 16.5
1) Aktifkan Tool intelligent pen untuk membuat garis dasar lengan
yaitu garis mendatar dan tinggi puncak 12 cm.

32
2) Aktifkan Tool compasses buat garis diagonal dengan ukuran ½
lingkar kerung lengan (18.5 cm).

3) Aktifkan dengan Tool devider untuk membagi garis.

Gambar 53. Membagi garis

4) Aktifkan Tool modify untuk menggeser beberapa titik.

Gambar 54. Tool modify untuk menggeser beberapa titik

5) Aktifkan Tool intelligent pen sambung titik menjadi garis kerung


lengan. Selanjutnya selesaikan panjang lengan.

33
Gambar 55. Intelligent pen sambung titik menjadi garis kerung lengan.

6) Aktifkan tool forfex untuk ngeblok pola.

Gambar 55. Mengeblok pola

d) Pola Interlining

1) Aktifkan Tool make interlining , seleck/ pilih garis bagian pola yang
akan dibuat interlining.

Gambar 56 Interlining

34
2) Lakukan untuk semua bagian interlining.

Gambar 57. Interlining bar

b. Grading Pola
Setelah proses pembuatan pola selesai, langkah selanjutnya adalah
menggading pola. Tujuan grading adalah untuk menciptakan pola dalam
ukuran standar yang berbeda yaitu besar, sedang dan kecil atau ukuran
standar lainnya misalnya ukuran 10, 12, 14, dan 16 atau ukuran S, M, L,
XL, dan XXL. Grading dapat dikerjakan secara manual dan komputer.
Grading secara manual dapat dilakukan dengan teknik menggunting,
melipat, menggeser pola. Berikut ini titik point bagian yang biasa
dilakukan penggredingan.

Gambar 58. Grading


Sumber : http://www.goldnfiber.com/

35
Agar lebih jelas berikut ini dicontohkan penggredingan pola menggunakan
software richpeace.
1) Pedoman mengisi nilai grading
Sebelum penggredingan kita harus memahami dulu bagaimana
memberikan nilai grading, untuk penggreseran ukuran ka kanan dan kiri
pola maka kolom yang diisi adalah dx, sedangkan pergeseran pola ke
atas dan bawah maka yang diisi kolom dy, perhatikan pedoman berikut
ini.

2) Siapkan ukuran selisih


Sebelum menggreding lakukan perhitungan selisih ukuran agar proses
grading berjalan lancar dan ukuran yang diisikan akurat.
Tabel 3. Ukuran Selisih
Bahasa Indonesia S M L
Bust line BL 82 4/4=1 86 4/4=1 92
Waist line WL 63 ¾=0.75 66 4/4=1 72
Hip line HL 88 2/4=0.5 90 8/4=2 98
Across shoulder front ASF 35 ½=0.5 36 ½=0.5 37
Across back AB 34 2/2=1 36 2/2=1 38
Back length Ble 36 1 37 1 38
Tunic length Tle 95 5 100 5 105
Arm hole AH 35 2/2=1 37 ½=0.5 38
Shoulder line AL 11 1 12 1 13
Sleeve length SLe 50 2 52 2 54
Wrist W 15 ½=0.5 16 0.5/2=0.25 16.5

36
3) Aktifkan size pilih edit size & measurement

Gambar 59. Menu edit size & measurement


4) Isi tabel

Gambar 60. Isi Tabel


5) Atifkan grade table , klik pada titik pola yang akan digrading, isi
tabel dengan hasil selisih dari masing-masing ukuran, selanjutnya pilih
tekan tombol sesuai dengan kolom yang diisi :
a) Equal X (Shift+X) : Bila kolom X yang diisi (Arah horizontal) dan
nilainya sama (Nilai selisih)
b) Equal Y (Shift+Y) : Bila kolom Y yang diisi (Arah vertical) dan
nilainya sama (Selisihnya)
c) X Equal Y : Bila kolom diisi bersamaan dengan nilai yang sama
d) X Non Equal : Bila nila grading pada kolom X berbeda
e) Y Non Equal : Bila nila grading pada kolom Y berbeda
f) XY Non Equal : Nila grading pada kolom X dan Y berbeda
6) Grading bagian pinggang, klik titik pinggang, isi tabel selisih ukuran
pinggang pada kolom dx

37
Gambar 61. Grading bagian pinggang

Grading bagian bawah tunik, klik titik sisi tunik, isi tabel selisih ukuran
lingkar bawah tunik pada kolom dx dan selisih panjang tunik pada
kolom dy

Gambar 62. Grading bagian bawah tunik

Lakukan pada semua titik grading dengan langkah yang sama, sehingga
diperoleh hasil:

38
Gambar 63. Hasil Grading

7) Beri kampuh dengan tool add seam , bila lebar kampuh sama maka
klik pada titik kemudian isi angka sesuai lebar kampuh

Gambar 64. Kampuh

8) Bila yang dipilih all pattern at work area maka seluruh pola yang ada di
lembar kerja

39
Gambar 65. All pattern at work area

c. Pembuatan Marker
Marker adalah proses mengatur peletakan komponen pola yang terdiri
beberapa ukuran busana untuk memproduksi satu model busana dalam satu
hamparan untuk proses pemotongan bahan agar mendapatkan efisiensi
penggunaan bahan dan kesesuaian motif.
Faktor yang mempengaruhi proses penyusunan marker
1) Jumlah ukuran dan rasio
Jumlah ukuran dan rasio akan mempengaruhi panjang marker, semakin banyak
ukuran yang akan diproduksi dan semakin banyak jumlah rasio dalam satu
marker akan semakin panjang pula marker yang dihasilkan untuk lebar kain
tetap atau sama.

Contoh: Penataan pola rok dengan lebar kain 1,5 m, size ratio S : M : L : XL
adalah 2 : 3 : 2 : 2

40
Gambar 66. Ukuran dan rasio
Hasil marker dengan panjang 5,96 m

Gambar 67. Hasil marker dengan panjang 5,96 m


Penataan pola rok dengan lebar kain 1,5 m, size ratio S : M : L : XL adalah 1 :
2:1:1

Gambar 68. Penataan pola rok


Hasil marker dengan panjang 3,46 m

41
Gambar 69. Hasil marker dengan panjang 3,46 m

Penataan pola rok dengan lebar kain 1,5 m, size ratio S : M : L adalah 2 : 3 : 2

Gambar 70. Penataan pola rok

Hasil marker dengan panjang 4,21 m

Gambar 71. Hasil marker dengan panjang 4,21 m

Penataan pola rok dengan lebar kain 1,5 m, size ratio S : M : L adalah 1 : 2 : 1

42
Gambar 72. Penataan pola rok dengan lebar kain 1,5 m

Hasil marker dengan panjang 2,78 m

Gambar 73. Hasil marker dengan panjang 2,78 m

2) Lebar kain
Perbedaan ukuran lebar kain juga akan mempengaruhi panjang
marker yang dibuat. Dengan Jumlah ukuran pakaian yang akan dibuat
dengan size ratio yang sama namun lebar kain berbeda akan dihasilkan
panjang marker yang berbeda. Seperti contoh dibawah ini penataan pola
pada marker dengan lebar kain 150 cm, 115 cm, dan 90 cm dihasilkan
panjang marker yang berbeda. Terlihat pada gambar bahwa lebar kain 150
cm mendapatkan panjang marker terpendek. Penataan dengan lebar kain
115 cm untuk polar ok merupakan marker yang paling tidak efisien,
dimana terlihat banyak sisa kain yang tidak termanfaatkan dengan baik.

43
Gambar 74. Lebar kain

3) Motif kain
Penyusunan marker untuk motif khusus seperti motif garis, kotak,
menjalar, tumpal akan mempengaruhi panjang marker. Motif-motif
tersebut memerlukan penataan khusus agar hasil produk sesuai disain
motif yang direncanakan.
a) Kain bermotif garis atau kotak harus dapat mempertemukan motif yang
akan digabung atau dijahit sehingga akan ketemu motif lanjutannya
b) Kain yang bermotif binatang atau tumbuh-tumbuhan dimana motif
tersebut mempunyai arah atau bagian atas dan bawah, maka selain harus
diperhatikan bagian-bagian yang akan di sambung atau di jahit perlu
diperhatikan arah motif

4) Arah serat

44
Arah serat berhubungan dengan penggambaran komponen-komponen
pola, misalnya untuk komponen badan digambar memanjang/ membujur
sedangkan untuk kerah digambar melintang dan sebagainya
Gambar dibawah ini contoh tiga marker dengan jumlah dan ukuran
komponen yang sama tetapi dengan tata letak arah serat berbeda akan
diperoleh panjang marker yang berbeda. Pada pembuatan busana yang
diutamakan dalam penataan pola adalah kebenaran arah serat sesuai disain
dan selanjutnya baru memikirkan efisiensi penggunaan bahan.

Gambar 75. Arah Serat

Persiapan Pembuatan Marker

45
Sebelum membuat marker, beberapa proses persiapan perlu dilakukan:
1) Menetapkan arah serat pada pola, sebelum membuat marker arah serat
pada harus dipastikan telah sesuai dengan disain
2) Pengukuran kain, sebelum pembuatan marker, kain harus diukur dengan
hati-hati. Karena lebar marker relevan dengan lebar minimum kain
3) Pertimbangan cacat kain, cacat kain juga harus dipertimbangkan. Dalam
gulungan kain, di mana ada cacat ditemukan, maka bagian tersebut harus
dihindari untuk produksi yang berkualitas
4) Meja Potong, pembuatan marker harus mempertimbangkan panjang meja
potong. Panjang marker harus kurang dari panjang meja potong.

Metode Pembuatan Marker


Pembuatan marker dapat dilakukan dengan 2 metode :
1) Marker Manual
Sebagian industri busana masih menggunakan cara manual untuk
pembuatan marker. dengan alasan belum memiliki sdm untuk
mengoperasikan perangkat computer untuk pembuatan marker. Alasan
lain bahwa perangkat pembuatan marker secara komputer dirasa masih
mahal bagi industri busana yang sedang berkembang. Penyusunan marker
manual tetap memegang prinsip penataan komponen-komponen pola
mengikuti arah serat, arah motif dan kesinampungan motif pada setiap
komponen pola berdasar desain yang diinginkan. Marker manual dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a) Menggambar langsung diatas amparan kain dengan menggunakan
kapus jahit, langkahnya sbb: a) kain sudah digelar dengan tinggi layer
sesuai yang ditetapkan, b) tata seluruh pola dengan semua ukuran pola
sesuai size ratio yang telah ditetapkan, c) gambar pola sesuai dengan
konstruksi masing-masing komponen, d) lepas semua pola yang telah
tergambar pada kain.

46
Gambar 76. Menggambar langsung diatas amparan kain

b) Menggambar pada kertas marker, langkahnya sbb: a) menyiapkan


seluruh komponen pola dengan ukuran sebenarnya dari semua size yang
akan dilayout, b) menggelar kertas marker diatas amparan kain, beri
pembatas luasan marker dengan selotip, c) tata semua komponen pola
dari seluruh ukuran secara efisien, d) kutip pola dengan spidol.

Gambar 77. Menggambar pada kertas marker

47
2) Marker dengan Komputer
Marker dilakukan secara otomatis dengan software komputer. Untuk
proses marker ini maka pola-pola juga dibuat dengan komputer. Semua
komponen pola untuk semua ukuran busana yang akan diproduksi diolah
dengan software marker diantarnya diamino, accumark, optitex marker,
richpeace dan lainnya. Komponen-komponen pola akan secara otomatis
ditata dan diletakkan seefisien mungkin. Dengan system computer ini
sudah dapat diperkirakan panjang marker yang dibutuhkan dan dapat
disimulasikan untuk panjang marker tertentu yang diinginkan sesuai
kebutuhan produksi. Dengan system computer ini proses marker bisa
dilakukan dengan sangat cepat. Hasil dari marker ini dicetak pada kertas
marker dengan plotter dan kemudian kertas marker ini digelar diatas
tumpukan lapisan kain yang akan dipotong. Berikut ini contoh pembuatan
marker layout dengan software richpeace.
1) Analisis pola
Kegiatan menganalisis pola yang dilakukan adalah menganalisis: a)
bentuk komponen, b) jumlah komponen, c) arah serat.

Gambar 78. Analisis Pola

2) Memeriksa break down size dan menentukan size ratio


Contoh:

48
PT. ALFA GARMEN mendapat pesanan rok dengan break down size
sbb:
Break Down Size Order Rok

Size S M L

Kuantiti Order 250 500 250

Berdasarkan break down size pada tabel tersebut disusun size ratio
yaitu membuat perbandingan jumlah ukuran (size) pola-pola yang
dibuat pada selembar marker. Pengaturan rasio pada marker dilakukan
sedemikan rupa berdasarkan jumlah order dari tiap size (size
assortment). Sehingga size assortment order produksi terbagi habis oleh
rasio marker dikali dengan jumlah amparan kain. Dengan demikian
diharapkan tidak terdapat kelebihan atau kekurangan jumlah potongan.
Rasio yang ideal untuk pembuatan marker dengan 4 ukuran S-M-L-XL
adalah 1:2:2:1. Namun hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena
seringkali assortment size order pesanan tidak mempunyai
perbandingan rasio yang baku. Jika hal ini terjadi maka diperlukan
marker ke-2, ke-3 dan seterusnya dengan rasio yang berbeda dengan
marker utama untuk dapat memenuhi jumlah pesanan. Rasio marker
berpengaruh pada besaran efisiensi kain dan efisiensi kebutuhan bahan
untuk seluruh jumlah produksi yang akan dibuat. Hal berikutnya yang
harus diperhatikan dalam pembuatan marker adalah kualitas pembuatan
markernya sendiri. Pembuatan marker yang kurang baik dapat
mengakibatkan hasil potongan yang kurang sempurna dan pada
gilirannya akan mempengaruhi kualitas produk akhirnya.
Ketepatan penyusunan size ratio didasari pengetahuan akan
memprediksi penggunaan bahan untuk 1 piece terhadap luasan meja
marker. Misalnya panjang meja cutting 9 m, kebutuhan 1 piece rok 75
cm dengan lebar kain 150 cm. Maka dalam 9 m meja cutting ± memuat
900 cm : 75 cm = 12 set pola rok. Dengan demikian size ratio order rok
tersebut diatas adalah:

49
Size S M L

Kuantiti Order 250 500 255

Size Ratio 3 6 3

Tabel tersebut selanjunya digunakan dasar dalam menyusun marker. Agar


lebih jelas tentang pembuatan marker dengan computer, berikut contoh
pembuatan marker menggunakan CAD dengan software Richpeace.

a) Buka software
b) Pilih new

Gambar 79. Menu New

c) Isi tabel

Gambar 80. Isian tabel

50
d) Pilih Ok, muncul tabel berikutnya, pilih load

Gambar 81. Gambar menu pilihan Load

e) Pilih file

Gambar 82. Pilih file

f) Isi tabel

51
Gambar 83. Isi Tabel
g) Atur pola dengan memasukkan ke area kain atau secara otomatis
dengan autonesting.

Gambar 84. Menu autonesting

Untuk penataan pola ada beberapa jenis marker yang dapat


dipilih, pemilihan jenis marker didasarkan pada motif kain (polos,
garis, motif), lebar kain dan karakteristik kain. Jenis marker: Solid
Marker, One Way Marker, Two Way Marker, One Each Way
Marker, Special Marker Block Marker.
Solid Marker merupakan penataan pada posisi bebas (arah lusi,
pakan, maupun serong) tidak menjadi pertimbangan. Jenis marker
ini biasanya digunakan untuk jenis kain polos. Perhatikan contoh
dibawah ini.

52
Gambar 85. Solid Marker
One Way Marker, cara penataan pola satu arah. Tata letak pola
arah seratnya tidak boleh berlawanan. Biasanya marker ini
digunakan untuk jenis kain corduroy, atau untuk jenis motif kain
bunga border print, fabric one facing direction. Perhatikan contok
dibawah ini.

Gambar 86. One Way Marker

Two Way Marker, penataan pola dapat dilakukan dua arah.


Marker ini biasanya digunakan untuk jenis kain yang mempunyai
design motif simetris.

53
Gambar 87. Two Way Marker

One Each Marker, penataan pola dua arah tetapi hasil dalam satu
pakaian akan satu arah. Jenis marker ini sama seperti two way
marker.
Special Marker, penataan pola dengan posisi khusus yang
disebabkan oleh kualitas kain yang mempunyai cacat konsisten.
Sehingga kain harus diatur menghindari posisi cacat kain.

Menghitung Kebutuhan Marker


Jumlah kebutuhan marker dapat dihitung menggunakan rumus:

Jumlah marker = kuantiti order terbanyak : (ratio terbesar x tinggi


layer)

*) bila hasilnya tidak bulat maka ditambah 1 marker

Contoh

PT. Sejahtera Garment menerima order daster dan gamis dengan jumlah
order tertera dalam break down size di atas, dengan rasio order daster 1:2:1,
sedangkan order gamis dengan ratio 1:3:1 serta kemampuan mesin potong 5
lapis satu kali potong, maka jumlah marker yang harus disiapkan adalah ...

Jumlah daster = 50 : (2 x 5) = 5 marker

Jumlah marker gamis = 60 : (3 x 5) = 4 marker

54
Tabel 4. Cara hitung panjang penentuan jumlah marker daster
SIZE S M L JUMLAH
Kuantiti Order (PCS) 25 50 25 100
Size Ratio Marker 1 1 2 1 4
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 10 5 20
Selisih Potongan (PCS) 20 40 20 80
Size Ratio Marker 2 1 2 1 4
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 10 5 20
Selisih Potongan (PCS) 15 30 15 60
Size Ratio Marker 3 1 2 1 4
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 10 5 20
Selisih Potongan (PCS) 10 20 10 40
Size Ratio Marker 4 1 2 1 4
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 10 5 20
Selisih Potongan (PCS) 5 10 5 40
Size Ratio Marker 5 1 2 1 4
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 10 5 20
Selisih Potongan (PCS) 0 0 0 0
Total Potongan (PCS) 25 50 25 100

Tabel 5. Cara hitung panjang penentuan jumlah marker gamis


SIZE S M L JUMLAH
Kuantiti Order (PCS) 20 60 20 100
Size Ratio Marker 1 1 3 1 5
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 15 5 25
Selisih Potongan (PCS) 15 45 15 75
Size Ratio Marker 2 1 3 1 5
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 15 5 25
Selisih Potongan (PCS) 10 30 10 50
Size Ratio Marker 3 1 3 1 5

55
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 15 5 25
Selisih Potongan (PCS) 5 15 5 25
Size Ratio Marker 4 1 3 1 5
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 15 5 25
Selisih Potongan (PCS) 0 0 0 0
Total Potongan (PCS) 20 60 20 100

Menghitung Kebutuhan Bahan


Setelah perencanaan marker dilakukan maka akan diperoleh panjang
marker yang dibutuhkan. Berdasarkan panjang marker kemudian ditentukan
kebutuhan bahan yang diperlukan. Jika sebuah perusahaan garmen
memperoleh pesanan daster ukuran S sebanyak 25 piece ukuran M sebanyak
50 piece dan ukuran L sebanyak 25 piece. Setelah dilakukan perencanakan
marker diperoleh panjang marker adalah 6 meter. Untuk menghitung
kebutuhan bahan adalah sebaga berikut:

X Jumlah Order = Kebutuhan Bahan


Jumlah rasio ukuran adalah total jumlah pola yang harus dimarker yang
diperoleh dari jumlah rasio perbandingan jumlah pesanan pada masing
masing ukuran
S : M : L = 25 : 50: 25 = 1 : 2 : 1
Maka jumlah rasio ukuran adalah 1 + 2 + 1 = 4
dengan jumlah order adalah 25 + 50 +25 = 100 piece
sehingga kebutuhan bahan adalah
x 100 piece = 150 meter

Jika toleransi bahan adalah 10 % maka jumlah bahan yang harus disediakan
adalah = 110 % x 150 = 165 meter
Berdasrkan data diatas maka dalam proses marker komponen pola yang harus
ditata adalah 1 set ukuran S, 2 set ukuran M dan 1 set ukuran L sehingga jika
proses pemotongan bahan dilakukan dalam 5 kali proses, mengingat kemampuan
mesin potong hanya 5 layer, maka penggelaran kain sepanjang 6 meter sebanyak 5
lapis/tumpukan. Maka proses pemotongan dilakukan 5 kali.

56
d. Gelar Susun Kain (Spreading)
Spreading adalah proses penggelaran kain dengan panjang tertentu
lembar demi lembar hingga menjadi tumpukan kain yang siap dipotong
(cutting). Tujuan proses spreading adalah untuk menghasilkan komponen-
komponen pola sesuai dengan desain dengan jumlah tertentu berdasarkan
jumlah order dalam satu kali atau beberapa kali pemotongan bahan. Jika
dalam pembuatan busana rumahan/perorangan hanya menggelar satu helai
bahan namun pada proses spreading ini penggelaran bahan dilakukan puluhan
hingga ratusan helai bahan sera menumpuk sehingga dalam satu kali proses
pemotongan didapatkan sejumlah komponen pola. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada saat gelar susun kain adalah: (a) kerataan sisi tumpukan
kain, (b) arah lapisan kain, (c) tegangan kain, (d) menghindari cacat kain, (e)
memperhatikan jumlah tumpukan kain (disesuaikan dengan tinggi pisau
potong).
Alat Spreading
Alat yang dipersiapkan untuk proses spreading:
Meja spreading dengan panjang: minimal 200 cm, panjang selanjutnya
400 cm, 800 cm
Lebar meja spreading: 110 cm, 125 cm, 140 cm, 185 cm, 200 cm, 230
cm, 245 cm
Tinggi meja spreading: 85 cm, 90 cm

57
Gambar 88. Alat spreading

Metode Spreading
1) Metode manual, kain digelar secara manual tanpa alat oleh spreader

Gambar 89. Spreading manual


https://www.youtube.com/watch?v=qvr1JvGasF8
2) Metode semi otomatis, kain digelar dengan rol yang digerakkan oleh
spreader

58
Gambar 90. Alat spreading semi otometis

Amati proses penggelaran kain secara manual pada link berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=Ac_rhEMmyqg

3) Metode otomatis, kain digelar secara mekanik oleh mesin yang


dikendalikan computer

Gambar 91. Richpeace Automatic Spreading Machine

Amati proses penggelaran kain secara otomatis pada link berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=qvr1JvGasF8

59
Mode/Arah Spreading
Dalam spreading ada beberapa mode/arah yang dapat dipilih, jelajahi link
berikut ini: https://www.slideshare.net/PriyambadaKhushboo/apparel-
manufacturing-process
1) Mode Face / one / Way, Nap / one / Way (F / O / W, N / O / W)
Pada mode ini setiap lapis kain digelar menghadap ke atas dan digelar
satu arah saja dari ujung meja ke ujung didepannya. Hal ini
memungkinkan spreader untuk melihat semua permukaan kain untuk
mengidentifikasi cacat dalam kain. Mode ini merupakan mode
penggelaran kain terbaik/tingkat kualitas tertinggi.

Gambar 92. Mode Face / one / Way, Nap / one / Way

2) Mode Face / one / Way, Nap / Up / Dow (F / O / W, N / U / D)


Dalam mode ini, kain ini digelar dari awal meja hingga ke ujung meja.
Kain dipotong arah lebar kain, selanjutnya gulungan kain diputar 1800
kain digelar lagi dari awal kembali ke ujung meja di mana kain akan
dipotong dan diputar lagi. Proses ini diulang sampai semua lapisan kain
yang diperlukan tersebar
Mode ini memiliki kualitas terbaik kedua dan hanya digunakan pada
kain yang simetris.

Gambar 93. Mode Face / one / Way, Nap / Up / Dow

60
3) Mode Face to Face (F/F), Nap-one-way (N/O/W)
Pada mode ini lapis kain digelar bagian baik saling berhadapan,
bagian buruk juga saling berhadapan. Kain digelar dari ujung meja
potong ke ujung berikutnya, kemudian kain dipotong, diputar sehingga
bagian baik saling berhadapan dan selanjutnya kain ditarik ke ujung
awal menuju ujung berikutnya. Begitu seterusnya bergantian bagian
buruk kain berhadapan dan diulang sampai gulungan kain tergelar
semua.

Gambar 94. Mode Face to Face

4) Mode Face to Face, Nap / Up / Down (F/F- N / U / D)


Mode ini merupakan mode penggelaran kain paling cepat,
penggelaran dimulai dari ujung meja, ke ujung meja lainnya dengan
llapisan kain bagian baik saling berhadapan dan bagian buruk juga
saling berhadapan (lipatan kain seperti kipas). Mode tidak memerlukan
biaya mahal, karena penggelaran tidak memerlukan waktu lama.
Namun tidak semua lapisan kain dapat teridentifikasi cacatnya.

Gambar 95. Mode Face to Face, Nap / Up / Down

a) Proses Spreading

61
Berikut ini proses penggelaran bahan yang dilakukan di industry pada
umumnya https://www.youtube.com/watch?v=nmkS8brdWhI,
1) Bentangkan kertas alas, bentangan kertas alas disesuaikan dengan panjang
marker paper dan beri allowance ½” pada ujung dan akhir kertas alas.

Gambar 96. Pembentangan kertas alas

2) Bentangkan kain untuk kemeja 5 layer sesuai dengan instruksi/catatan


yang terdapat pada cutting sheet. Periksa defect dan kondisi kain secara
menyeluruh. Ratakan seluruh lapisan kain dengan penggaris
panjang/penggaris siku.

Gambar 97. Pemeriksaan defect

3) Pasang marker, cek apakah semua komponen sudah masuk di dalam area
kain.

Gambar 98. Cek komponen

62
4) Agar marker tidak bergeser letakkan pemberat kain untuk menahannya.

Gambar 100. Pemberat kain untuk menahannya

e. Pemotongan Bahan (Cutting)


Bagian pemotongan mempunyai job utama memotong material meliputi:
kain dan interlining untuk dijadikan komponen yang siap untuk dikerjakan
pada proses penjahitan. Perlakuan dan teknik pemotongan setiap kain
bervariasi tergantung dari karakteristik kain. Maka dari itu pada bagian ini
diperlukan keterampilan operator yang terlatih dan berpengalaman. Bagian
pemotongan bekerjasama dengan bagian pola dan marker. Bagian
pemotongan mengawali pekerjaan dengan proses pemeriksaan marker yang
meliputi model, ketepatan ukuran, dan jumlah komponen pola. Hal-hal yang
harus di perhatikan pada proses pemotongan yaitu: (a) keakuratan dalam
pemotongan, hasil pemotonganan harus akurat sesuai dengan pola yang telah
digambar pada marker agar pada waktu perakitannya dapat menghasilkan
pakaian dengan bentuk yang sesuai dengan model pakaian; (b) kebersihan
hasil pemotongan, hasil pemotongan harus selalu dijaga kebersihan sehingga
tidak menggangu proses berikutnya, (c) ketajaman alat potong, alat potong
harus dipastikan ketajamannya agar memperlancar dalam proses pemotongan
komponen.

Alat cutting
Alat cutting yang digunakan di industri busana ada beberapa macam yaitu:

1) Mesin potong pisau bundar (round knife cutting)

63
Yaitu mesin potong yang mempunyai mata pisau berbentuk piringan, pada
waktu memotong mata pisa bergerak memutar pada as ke satu arah (ke
depan). Ukuran diameter pisau potong adalah 2,5 – 10 inci digunakan
untuk memotong kain dengan tumpukan yang tidak tinggi karena terbatas
dengan ukuran diameter pisau potong, maksimum tinggi tumpukan kain
adalah setengah dari diameter pisau yang dipakai kurang lebih tumpukan
kain 20 – 30 lapis kain.

Gambar 99. Mesin potong pisau bundar


https://www.youtube.com/watch?v=nmkS8brdWhI

2) Mesin potong pisau lurus (straight knife cutting)


Yaitu mesin potong yang mempunyai mata pisau berbentuk satu lembar
plat baja lurus dan pada waktu memotong mata pisau tersebut bergerak
naik turun (dua arah). Ukuran panjang mata pisau antara 5-14 inci.
Digunakan untuk memotong susunan kain yang cukup tinggi. Ketinggian
susunan kain disesuaikan dengan panjang pisau dan kapasitas mesin
potong kurang lebih mampu memotong kain dengan ketebalan 5-30 inchi atau
sekitar 50-10 lapisan kain.

64
Gambar 100. Mesin potong pisau lurus

Gambar 101. Proses pengguntingan dengan tetap menjalankan aspek K3

3) Mesin potong Band Knife


Yaitu mesin potong yang mempunyai mata pisau berbentuk pipih / pita
pada kedua ujungnya menyambung/ melingkar,sehingga gerak mata pisau
waktu memotong adalah melingkar kesatu arah, dan untuk menggerakkan
mata pisau tersebut dikontrol oleh beberapa roda penggerak yang juga
berfungsi untuk menjaga ketegangan lembaran mata pisau. Jadi mata
pisaunya bergerak statis satu arah, sehingga proses pemotongan terlaksana
dengan mendorong kain yang akan dipotong kearah mata pisau yang terus
berputar, kita tinggal menggerakkan tumpukan kain sesuai bentuk pola/
marker yang akan dipotong. Digunakan untuk memotong bagian-bagian
yang sulit dan banyak lengkungan.

65
Gambar 102. Mesin Potong Band Knife

4) Mesin potong cetak (Die Cutting Press)


Yaitu mesin potong yang mempunyai mata pisau berbentuk pola
komponen yang akan dipotong dan degerakkan secara hidrolik. Digunakan
untuk memotong komponen tertentu yang memerlukan ketelitian
tinggi. Misalnya kerah, kantong, klep, manset, dan sebagainya.

5) Laser Knife
Yaitu mesin potong automatic generasi terbaru yang sistem dan cara
kerjanya adalah:
(a) Pola / marker garmen yang akan diproduksi terlebih dulu direkam
dengan sistem CAD / CAM.
(b)Hasil rekaman marker dipindahkan ke mesin potong yang telah
diletakkan diatas meja potong dengan posisi kain siap untuk dipotong.
(c) Mesin potong secara automatis akan bergerak sesuai dengan
marker yang telah diprogram dengan sistem CAD / CAM.
(d) Mesin ini memancarkan sinar laser yang besarnya 0,1 mm dengan hasil
pemotongan kain dijamin akurat sesuai bentuk dan ukuran pola. Pada proses
pemotongan dengan sinar laser ini sama sekali tidak terjadi pergeseran atau
tekanan pada bidang- bidang kain seperti bila menggunakan mesin potong
konvensional.

66
Gambar 103. Laser knife

Agar mendapatkan pemahaman yang baik akan mesin potong laser jelajahi
link berikut ini:

Setelah kita memperhatikan kelima jenis mesin potong tersebut diatas, maka
untuk pemilihan atau pemakaian mesin potong yang akan digunakan dalam proses
produksi harus pula memperhatikan jenis, bentuk, sifat, dan konstruksi bahan
tekstil serta besar / kecilnya komponen dari marker yang akan dipotong.

Proses Cutting
Proses cutting dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1) Cek dan cocokkan komponen pola yang terdapat pada kertas marker
apakah komponen pola sudah lengkap atau belum.
2) Periksa lembar kain bagian atas sampai pada lembar kain bagian bawah
dengan posisi kertas marker diatas sendiri.
3) Siapkan mesin/pisau cutting yang tajam.
4) Pasang pisau cutting pada kain dan di-set sesuai dengan ketebalan kain
5) Cutting kain dimulai dari bagian tepi dan pastikan memotong sesuai
dengan kertas marker atau sample dan menggunakan mesin potong yang
telah teruji ketajamannya.
6) Beri tanda bagian tertentu untuk memudahkan proses menjahit dan agar
diperoleh hasil sesuai ukuran dengan memberi cekris menggunakan ujung
gunting

67
Gambar 104. Proses Cutting
https://www.youtube.com/watch?v=nmkS8brdWhI

f. Numbering dan Bundling


Numbering adalah proses penomoran/pemberina tanda setiap cutting
pieces yang disesuaikan dengan jumlah layer yang telah di spreading. Tujuan
dari proses numbering adalah:
1) Memudahkan memilih panel/komponen pada proses sewing,
2) Menghindari shading antara komponen yang satu dengan yang lainnya,
3) Menghindari tertukarnya ukuran komponen, jadi setiap satu ukuran
garment akan dirakit dengan komponen tetap pada satu layer,
4) Mengidentifikasi size label pada proses jahit.
Numbering bisa menggunakan sticker atau cap tinta. Perhatikan gambar
berikut ini yang merupakan alat numbering/penempel stiker nomer.

Gambar 105. Numbering dan Bundling

Agar lebih jelas bagaimana pemasangan stiker, jelajahi link berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=8p7qwW4iyOM

Bundling adalah proses pengikatan dan pemberian keterangan/informasi


atau data pada komponen-komponen pakaian sesuai dengan bagiannya
sesudah dilakukan pemotongan (cutting). Tujuan bundling adalah untuk

68
mempermudah membedakan bagian-bagian potongan komponen pakaian
maupun size. Perhatikan gambar berikut ini, merupakan gambar printer
pencetak tiket yang akan ditempelkan pada hasil bundling.

Gambar 106. Bundling

Agar lebih jelas bagaimana mencetak tiket, buka link berikut ini;
https://www.youtube.com/watch?v=A735S5pA2XY

Selanjutnya hasil cetak dipotong kemudian ditempelkan pada kerta tebal,


seperti berikut ini:

Gambar 107. Penempelan kertas baliko udangan

Contoh keterangan tiket bundling


Style : diisi dengan kode model, kategori produk
Size : diisi ukuran komponen pola
Tahap : diisi sesuai urutan proses pemotongan
Bendel : diisi urutan bendel komponen pola
No seri : diisi urutan lapisan/tumpukan
Jumlah : diisi jumlah total dalam 1 bendel
Komponen : diisi nama komponen pola
Warna : diisi warna/motif kain

69
Berikut ini contoh hasil budling:

https://fashion-incubator.com/style_22692_bundling_bagging/

4. Forum Diskusi
Agar lebih jelas bagaimana proses bundling buka link berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=oC87Rj9UYNw, diskusikan bagaimana
kaitannya antara proses numbering dan bundling, apakah proses tersebut
dapat dibalik pelaksanaannya.

C. PENUTUP
1. Rangkuman
Persiapan produksi/Pre-Production dalam keseluruhan proses produksi
pakaian seringkali terlupakan sebagai proses awal yang memegang peranan
penting dalam menciptakan efisiensi dan kualitas produk akhir, karena
seringkali kesalahan-kesalahan yang terjadi pada proses-proses ini tidak dapat
diperbaiki pada proses-proses produksi selanjutnya. Kegiatan-kegiatan yang
dimasukan dalam Persiapan Produksi adalah: pattern, grading, marker,
spreading, cutting, bundling & numbering.

70
DAFTAR PUSTAKA
Alex T. Hidayat Modul Materi MK Merchandising dan Distribusi Garmen.
alexhidayat.blogspot.com.
Burke Sandra. 2011. Fashion Desgner: Concept to Collection. Burke Publishing.
China.
Datta DB, Seal P (2018) Various Approaches in Pattern Making for Garment
Sector. J Textile Eng Fashion Technol 4(1): 00118. DOI:
10.15406/jteft.2018.04.00118
Frings Gini Stephens. 1996. Fashion from Concept to Consumer. Prentice Hall,
Inc. A Simon & Schuster Company Upper Saddle River, NJ 07458. United
State of Amerika.
How to Spec a Garment: Basib Points of Measure for Apparel
https://www.designersnexus.com/fashion-design-industry-information/how-
to-spec-a-garment-basic-points-of-measure-for-apparel/
http://www.hkedcity.net/res_data/edbltr-te/1-
1000/d0a0a971dfcbb5a5098c47e47f9efaed869/5_Clothing_Technology_en
g_Oct_2011.pdf
Sri Emy Yuli S, dkk. 2017. Menguasai Software CAD Pattern Making untuk
Meraih Sukses di Industri Fashion Global Abad 21. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktotat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
http://cinduamatoandamdansabai.blogspot.com/2019/09/jenis-marker-layout-
pembuatan-busana.html

https://www.vectorstock.com/royalty-free-vector/boy-and-girl-size-chart-human-
front-side-vector-22559559

71

Anda mungkin juga menyukai