MODUL 6
PEMBUATAN BUSANA INDUSTRI
KEGIATAN BELAJAR 2
PERSIAPAN PRODUKSI
Nama Penulis:
1
DAFTAR ISI
2
KEGIATAN BELAJAR 2
PERSIAPAN PRODUKSI
A. PENDAHULUAN
Pre-production merupakan proses kerja yang dilakukan sebagai proses
awal dalam urutan proses produksi pembuatan pakaian. proses awal ini sangat
menentukan kualitas akhir dari sebuah produk pakaian. Proses ini merupakan
realisasi awal dari tahap planning yang telah dilakukan. Tahapan pre-
production meliputi: pembuatan pola dan grading sesuai dengan lembar order,
pembuatan marker layout, spreading, cutting, numbering dan bundling. Dari
hasil pre-production selanjutnya akan diproses pada tahan production.
1. Deskripsi Singkat
Modul pembelajaran Pre-Production ini merupakan modul kegiatan
pembelajaran ke 2, yaitu modul yang memberi gambaran kegiatan persiapan
produksi. Modul Pre-Production ini berisi lima Capaian Pembelajaran Mata
Kegiatan, yaitu mahasiswa PPG mampu: a) membuat pola dan grading
menggunakan CAD, b) merancang bahan menggunakan CAD, c)
melakukan penggelaran bahan (spreading), d) melakukan pemotongan
bahan (cutting), e) melakukan bundling dan numbering.
2. Relevansi
Dalam mempelajari modul ini diharapkan guru mendapat pengalaman
baik dalam bentuk teori dan praktek proses Pre-Production secara
menyeluruh. Dalam modul ini disediakan juga ruang dimana guru dapat
berlatih membuat pola dan grading dengan panduan video yang telah
disiapkan, menjawab beberapa pertanyaan yang disajikan dalam tes
formatif.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum mempelajari modul ini perhatikan dan ikutilah petunjuk-
petunjuk serta cara-cara mempelajarinya baik oleh mahasiswa maupun oleh
3
dosen atau fasilitator agar pembelajaran dapat berjalan sesuai prosedur yang
ada pada petunjuk penggunaan modul ini.
a. Bacalah dengan cermat materi dalam modul ini,
b. Perlajari secara seksama materi sumber lain yang terkait dengan Pre-
Production agar memiliki konsep yang lengkap,
c. Perhatikan petunjuk-petunjuk yang dianjurkan dalam modul ini,
d. Untuk melaksanakan praktek mengajar pembuatan busana industri
khususnya KD yang berkaitan dengan Pre-Production, bacalah modul
ini secara menyeluruh, dalami pula beberapa video yang disediakan, dan
dalami pula silabus serta SKKNI bidang garmen,
Setelah mempelajari seluruh bahasan, latihan mengerjakan tugas,
mengerjakan test formatif, diharapkan guru dapat mengimplementasikan
dalam pembelajaran Pembuatan Busana Industri khususnya KD terkait Pre-
Production.
B. Inti
1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
a. Mampu membuat pola dan grading menggunakan CAD
b. Mampu merancang bahan menggunakan CAD
c. Mampu melakukan gelar susun kain (spreading)
d. Mampu melakukan pemotongan bahan (cutting)
e. Mampu melakukan bundling dan numbering
2. Pokok-Pokok Materi
a. Pola dan grading menggunakan CAD
1) Persiapan pembuatan pola menggunakan CAD
2) Pola dan grading menggunakan CAD
b. Pembuatan marker menggunakan CAD
1) Hal-hal yang mempengaruhi proses pembuatan marker
2) Persiapan pembuatan marker
3) Metode pembuatan marker
4) Menghitung kebutuhan marker
4
5) Menghitung kebutuhan bahan
c. Gelar susun kain (spreading)
1) Alat spreading
2) Metode spreading
3) Proses spreading
d. Pemotongan bahan (cutting)
1) Macam-macam mesin cutting
2) Proses cutting
e. Numbering dan bundling
1) Alat numbering dan bundling
2) Proses numbering dan bundling
3. Uraian Materi
a. Pembuatan Pola dan Grading Menggunakan CAD
Pembuatan pola di industri busana dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara manual dan digital. Pembuatan pola secara manual dilakukan
bagi industri busana yang belum memiliki perangkat pembuat pola secara
digital, karena pembuatan pola secara digital diperlukan beberapa sarana
pendukung diantaranya adalah plotter, yaitu akan printer besar yang
mampu mencetak hasil pola sesuai ukuran. Contoh pembuatan pola secara
manual seperti gambar berikut.
5
pola sesuai disain, penyimpanan juga tidak memerlukan tempat yang luas,
selanjutnya dari pola dapat ditransfer ke dalam pembuatan marker. Sebagai
seorang guru alangkah baiknya jika dapat menggunakan salah satu
software untuk pembuatan pola dan grading, oleh karena itu kali ini akan
dicontohkan pembuatan pola dan grading menggunakan CAD dengan
software Rechpeace. Dalam pembuatan pola lakukan langkah sebagai
berikut.
1) Persiapan pembuatan pola menggunakan CAD
Sebelum kita memulai pembuatan pola lakukan dulu download
software Richpeace. Setelah memiliki aplikasi Richpeace pahami
terlebih dahulu penggunaan tools dasar agar pemilihan tools tepat
sesuai dengan pattern yang diharapkan. Berikut ini penggunaan tools
yang sering digunakan dalam pembuatan pola.
a) Inteligent Pen (Shortcut “F”)
6
Membuat garis lurus sudut istimewa (0˚, 45˚, 90˚, 135˚, 180˚,
225˚, 270˚, 360˚), caranya arahkan posisi pointer ke area kerja dan
klik tombol mouse kanan hingga gambar pointer berubah dari
lengkung menjadi logo huruf T dan geser pointer sesuai arah sudut
istimewa yang kita inginkan, selanjutnya klik dengan tombol mouse
yang kiri, dan keluar window kecil seperti dibawah, dan masukkan
nilai panjang yang diinginkan.
7
Gambar 4. Contoh membuat garis lengkung
8
sesuai masih dengan cara sebelum nya. Jika sudah sesuai maka
akhiri dengan menekan tombol kiri sekali lagi (bukan tombol
kanan).
9
Gambar 7. Tool Add point
10
di blok keseluruhan untuk menghapus beberapa bagian secara
bersamaan.
e) Paralel Line (Shortcut “Q”)
Paralel line digunakan untuk membuat/ menambahkan garis paralel/
sejajar dengan garis yang anda. Caranya aktifkan Tool dengan
menekan “Q” dari keyboard dan logo pointer akan berubah menjadi
garis paralel. Kemudian arahkan pointer ke garis yang akan kita
tambahkan garis paralelnya (sampai garis berwarna merah),
selanjutnya klik dengan tombol kiri kemudian geser kearah yang
diinginkan kemudian klik tombol kiri sekali lagi dan akan muncul
jendela kotak yang harus diisi pada kolom seperti petunjuk dibawah:
11
Digunakan untuk menghasilkan pattern dari pattern desain.
12
sekali dan geser pointer ke point/ titik (titik kedua) lainnya dan klik
dengan tombol kiri lagi sekali. Garis grain line yang sudah ada akan
berubah sesuai dengan yang diinginkan.
13
Gambar 13. Contoh Spec sheet
Sumber : https://clothingindustry.blogspot.com
14
Sumber: https://www.coroflot.com/cdombe20/Jones-New-York-SPEC-
Packs
Dalam lembar order tersebut ukuran menggunakan symbol huruf,
dan perhatikan juga semua bagian badan yang disiapkan ukurannya
menggunakan istilah khusus. Maka dari itu supaya dapat menggunakan
ukuran dalam lembar order dengan tepat peserta didik harus dikenalkan
beberapa istilah ukuran yang lazim digunakan dalam pembuatan busana
industri.
Berikut ini contoh istilah ukuran berdasarkan posisi bagian tubuh
manusia:
15
Gambar 15. Body measurement positions on the male figure
Sumber: https://www.thewarmingstore.com/gerbing-sizing-charts.html
16
Tabel 1. Contoh Ukuran Standar Badan Wanita Dewasa (S, M, L)
17
Gambar 17. T-Shirt – Set in sleeves
18
Gambar 19. Polo Shirt – Raglan sleeves
4) Shirt
5) Long Pants
19
Gambar 21. Long Pants
6) Ukuran blus:
a) High Point Shoulder (HPS)
b) Center Point
20
Gambar 24. Center Back
d) Body Length
21
e) Across Chest
f) Waist
g) Bottom Sweep
h) Hip
22
i) Sleeve Length
j) Shoulder Drop
23
1m : month 1 T : 1 Taille 6 : 6 Years
3 m : 3 months 2 T : 2 Taille 8 : 8 Years
6 m : 6 months 3 T : 3 Taille 12 : 12 Years
12 m : 12 months 4 T : 4 Taille 14 : 14 Years
12 m : 12 months 5 T : 5 Taille 16 : 16 Years
Labeling size berdasarkan tinggi pemakai
128 : 128 centimeter
140 : 140 centimeter
152 : 152 centimeter
164 : 164 centimeter
176 : 176 centimeter
Labeling size berdasarkan standar produksi / pasar yang dituju
XXS : Extra Extra Small
XS : Extra Small
S : Small
M : Medium
L : Large
XL : Extra Large
XXL : Extra Extra Large
Peserta Pendidikan Profesi Guru yang berbahagia mari kita ikuti
langkah-langkah pembuatan pola dan grading menggunakan software
Richpeace berikut ini:
Langkah-Langkah Pembuatan Pola dan Grading Tunik
24
Siapkan Ukuran Pola Tunik
Tabel 2. Ukuran Pola Tunik
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia S M L
Bust line BL Lingkar badan L Ba 82 86 92
Waist line WL Lingkar pinggang L Pi 63 66 72
Hip line HL Lingkar panggul L Pa 88 90 98
Across shoulder AS Lebar muka Lb Mk 35 36 37
front F
Across back AB Lebar punggung Lb Pu 34 36 38
Back length Ble Panjang punggung Pj Pu 36 37 38
Tunic length Tle Panjang tunik Pj Tu 95 100 105
Arm hole AH Lingkar kerung Lk L 35 37 38
lengan
Shoulder line AL Panjang bahu Lb Bu 11 12 13
Sleeve length SLe Panjang lengan Pj L 50 52 54
Wrist W Pergelangan lengan PL 15 16 16.5
25
Gambar 35. Tool intelligent pen
3) Buat garis lebar muka dengan ukuran dari kerung leher turun 4 cm ke
samping kanan ½ lebar muka (18) cm.
4) Buat garis pinggang dengan mengukur dari titik atas panjang punggung
(37) + 1,5 cm dan ke samping ¼ lingkar pinggang (16.5) + 1 cm + 3 cm
(kupnat).
26
5) Buat garis bahu dengan ukuran rendah bahu 3 cm dan panjang bahu 12
cm.
27
8) Tool intelligent pen enter isi tabel dengan ukuran ¼ lingkar
panggul (22.5) + 5 cm, naik 2 cm untuk mendapatkan ukuran bawah
tunik.
9) Hubungkan titik sisi pinggang dengan titik yang telah dibuat untuk
garis sisi tunik.
10) Buat garis prinses, dengan cara membuat kupnat dari pinggang 10 cm
lebar kupnat 3 cm, tinggi kupnat 15 cm, panjang kupnat dari pinggang
13 cm. Selanjutnya perpanjang garis kupnat sampai kerung lengan dan
memperpanjang garis hingga bawah tunik
28
Gambar 43. Garis Prinses
29
Gambar 45. Tool forfex untuk ngeblok pola
30
2) Aktifkan Tool intelligent pen , buat kerung leher.
31
6) Aktifkan Tool forfex untuk ngeblok pola masing-masing
komponen badan depan, selanjutnya pisahkan antara pattern disain
dan pattern
c) Pola Lengan
Ukuran
Ukuran S M L
Lingkar kerung lengan 35 37 38
Tinggi puncak lengan 12 12,5 13
Panjang lengan 50 52 54
Pergelangan lengan 15 16 16.5
1) Aktifkan Tool intelligent pen untuk membuat garis dasar lengan
yaitu garis mendatar dan tinggi puncak 12 cm.
32
2) Aktifkan Tool compasses buat garis diagonal dengan ukuran ½
lingkar kerung lengan (18.5 cm).
33
Gambar 55. Intelligent pen sambung titik menjadi garis kerung lengan.
d) Pola Interlining
1) Aktifkan Tool make interlining , seleck/ pilih garis bagian pola yang
akan dibuat interlining.
Gambar 56 Interlining
34
2) Lakukan untuk semua bagian interlining.
b. Grading Pola
Setelah proses pembuatan pola selesai, langkah selanjutnya adalah
menggading pola. Tujuan grading adalah untuk menciptakan pola dalam
ukuran standar yang berbeda yaitu besar, sedang dan kecil atau ukuran
standar lainnya misalnya ukuran 10, 12, 14, dan 16 atau ukuran S, M, L,
XL, dan XXL. Grading dapat dikerjakan secara manual dan komputer.
Grading secara manual dapat dilakukan dengan teknik menggunting,
melipat, menggeser pola. Berikut ini titik point bagian yang biasa
dilakukan penggredingan.
35
Agar lebih jelas berikut ini dicontohkan penggredingan pola menggunakan
software richpeace.
1) Pedoman mengisi nilai grading
Sebelum penggredingan kita harus memahami dulu bagaimana
memberikan nilai grading, untuk penggreseran ukuran ka kanan dan kiri
pola maka kolom yang diisi adalah dx, sedangkan pergeseran pola ke
atas dan bawah maka yang diisi kolom dy, perhatikan pedoman berikut
ini.
36
3) Aktifkan size pilih edit size & measurement
37
Gambar 61. Grading bagian pinggang
Grading bagian bawah tunik, klik titik sisi tunik, isi tabel selisih ukuran
lingkar bawah tunik pada kolom dx dan selisih panjang tunik pada
kolom dy
Lakukan pada semua titik grading dengan langkah yang sama, sehingga
diperoleh hasil:
38
Gambar 63. Hasil Grading
7) Beri kampuh dengan tool add seam , bila lebar kampuh sama maka
klik pada titik kemudian isi angka sesuai lebar kampuh
8) Bila yang dipilih all pattern at work area maka seluruh pola yang ada di
lembar kerja
39
Gambar 65. All pattern at work area
c. Pembuatan Marker
Marker adalah proses mengatur peletakan komponen pola yang terdiri
beberapa ukuran busana untuk memproduksi satu model busana dalam satu
hamparan untuk proses pemotongan bahan agar mendapatkan efisiensi
penggunaan bahan dan kesesuaian motif.
Faktor yang mempengaruhi proses penyusunan marker
1) Jumlah ukuran dan rasio
Jumlah ukuran dan rasio akan mempengaruhi panjang marker, semakin banyak
ukuran yang akan diproduksi dan semakin banyak jumlah rasio dalam satu
marker akan semakin panjang pula marker yang dihasilkan untuk lebar kain
tetap atau sama.
Contoh: Penataan pola rok dengan lebar kain 1,5 m, size ratio S : M : L : XL
adalah 2 : 3 : 2 : 2
40
Gambar 66. Ukuran dan rasio
Hasil marker dengan panjang 5,96 m
41
Gambar 69. Hasil marker dengan panjang 3,46 m
Penataan pola rok dengan lebar kain 1,5 m, size ratio S : M : L adalah 2 : 3 : 2
Penataan pola rok dengan lebar kain 1,5 m, size ratio S : M : L adalah 1 : 2 : 1
42
Gambar 72. Penataan pola rok dengan lebar kain 1,5 m
2) Lebar kain
Perbedaan ukuran lebar kain juga akan mempengaruhi panjang
marker yang dibuat. Dengan Jumlah ukuran pakaian yang akan dibuat
dengan size ratio yang sama namun lebar kain berbeda akan dihasilkan
panjang marker yang berbeda. Seperti contoh dibawah ini penataan pola
pada marker dengan lebar kain 150 cm, 115 cm, dan 90 cm dihasilkan
panjang marker yang berbeda. Terlihat pada gambar bahwa lebar kain 150
cm mendapatkan panjang marker terpendek. Penataan dengan lebar kain
115 cm untuk polar ok merupakan marker yang paling tidak efisien,
dimana terlihat banyak sisa kain yang tidak termanfaatkan dengan baik.
43
Gambar 74. Lebar kain
3) Motif kain
Penyusunan marker untuk motif khusus seperti motif garis, kotak,
menjalar, tumpal akan mempengaruhi panjang marker. Motif-motif
tersebut memerlukan penataan khusus agar hasil produk sesuai disain
motif yang direncanakan.
a) Kain bermotif garis atau kotak harus dapat mempertemukan motif yang
akan digabung atau dijahit sehingga akan ketemu motif lanjutannya
b) Kain yang bermotif binatang atau tumbuh-tumbuhan dimana motif
tersebut mempunyai arah atau bagian atas dan bawah, maka selain harus
diperhatikan bagian-bagian yang akan di sambung atau di jahit perlu
diperhatikan arah motif
4) Arah serat
44
Arah serat berhubungan dengan penggambaran komponen-komponen
pola, misalnya untuk komponen badan digambar memanjang/ membujur
sedangkan untuk kerah digambar melintang dan sebagainya
Gambar dibawah ini contoh tiga marker dengan jumlah dan ukuran
komponen yang sama tetapi dengan tata letak arah serat berbeda akan
diperoleh panjang marker yang berbeda. Pada pembuatan busana yang
diutamakan dalam penataan pola adalah kebenaran arah serat sesuai disain
dan selanjutnya baru memikirkan efisiensi penggunaan bahan.
45
Sebelum membuat marker, beberapa proses persiapan perlu dilakukan:
1) Menetapkan arah serat pada pola, sebelum membuat marker arah serat
pada harus dipastikan telah sesuai dengan disain
2) Pengukuran kain, sebelum pembuatan marker, kain harus diukur dengan
hati-hati. Karena lebar marker relevan dengan lebar minimum kain
3) Pertimbangan cacat kain, cacat kain juga harus dipertimbangkan. Dalam
gulungan kain, di mana ada cacat ditemukan, maka bagian tersebut harus
dihindari untuk produksi yang berkualitas
4) Meja Potong, pembuatan marker harus mempertimbangkan panjang meja
potong. Panjang marker harus kurang dari panjang meja potong.
46
Gambar 76. Menggambar langsung diatas amparan kain
47
2) Marker dengan Komputer
Marker dilakukan secara otomatis dengan software komputer. Untuk
proses marker ini maka pola-pola juga dibuat dengan komputer. Semua
komponen pola untuk semua ukuran busana yang akan diproduksi diolah
dengan software marker diantarnya diamino, accumark, optitex marker,
richpeace dan lainnya. Komponen-komponen pola akan secara otomatis
ditata dan diletakkan seefisien mungkin. Dengan system computer ini
sudah dapat diperkirakan panjang marker yang dibutuhkan dan dapat
disimulasikan untuk panjang marker tertentu yang diinginkan sesuai
kebutuhan produksi. Dengan system computer ini proses marker bisa
dilakukan dengan sangat cepat. Hasil dari marker ini dicetak pada kertas
marker dengan plotter dan kemudian kertas marker ini digelar diatas
tumpukan lapisan kain yang akan dipotong. Berikut ini contoh pembuatan
marker layout dengan software richpeace.
1) Analisis pola
Kegiatan menganalisis pola yang dilakukan adalah menganalisis: a)
bentuk komponen, b) jumlah komponen, c) arah serat.
48
PT. ALFA GARMEN mendapat pesanan rok dengan break down size
sbb:
Break Down Size Order Rok
Size S M L
Berdasarkan break down size pada tabel tersebut disusun size ratio
yaitu membuat perbandingan jumlah ukuran (size) pola-pola yang
dibuat pada selembar marker. Pengaturan rasio pada marker dilakukan
sedemikan rupa berdasarkan jumlah order dari tiap size (size
assortment). Sehingga size assortment order produksi terbagi habis oleh
rasio marker dikali dengan jumlah amparan kain. Dengan demikian
diharapkan tidak terdapat kelebihan atau kekurangan jumlah potongan.
Rasio yang ideal untuk pembuatan marker dengan 4 ukuran S-M-L-XL
adalah 1:2:2:1. Namun hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena
seringkali assortment size order pesanan tidak mempunyai
perbandingan rasio yang baku. Jika hal ini terjadi maka diperlukan
marker ke-2, ke-3 dan seterusnya dengan rasio yang berbeda dengan
marker utama untuk dapat memenuhi jumlah pesanan. Rasio marker
berpengaruh pada besaran efisiensi kain dan efisiensi kebutuhan bahan
untuk seluruh jumlah produksi yang akan dibuat. Hal berikutnya yang
harus diperhatikan dalam pembuatan marker adalah kualitas pembuatan
markernya sendiri. Pembuatan marker yang kurang baik dapat
mengakibatkan hasil potongan yang kurang sempurna dan pada
gilirannya akan mempengaruhi kualitas produk akhirnya.
Ketepatan penyusunan size ratio didasari pengetahuan akan
memprediksi penggunaan bahan untuk 1 piece terhadap luasan meja
marker. Misalnya panjang meja cutting 9 m, kebutuhan 1 piece rok 75
cm dengan lebar kain 150 cm. Maka dalam 9 m meja cutting ± memuat
900 cm : 75 cm = 12 set pola rok. Dengan demikian size ratio order rok
tersebut diatas adalah:
49
Size S M L
Size Ratio 3 6 3
a) Buka software
b) Pilih new
c) Isi tabel
50
d) Pilih Ok, muncul tabel berikutnya, pilih load
e) Pilih file
f) Isi tabel
51
Gambar 83. Isi Tabel
g) Atur pola dengan memasukkan ke area kain atau secara otomatis
dengan autonesting.
52
Gambar 85. Solid Marker
One Way Marker, cara penataan pola satu arah. Tata letak pola
arah seratnya tidak boleh berlawanan. Biasanya marker ini
digunakan untuk jenis kain corduroy, atau untuk jenis motif kain
bunga border print, fabric one facing direction. Perhatikan contok
dibawah ini.
53
Gambar 87. Two Way Marker
One Each Marker, penataan pola dua arah tetapi hasil dalam satu
pakaian akan satu arah. Jenis marker ini sama seperti two way
marker.
Special Marker, penataan pola dengan posisi khusus yang
disebabkan oleh kualitas kain yang mempunyai cacat konsisten.
Sehingga kain harus diatur menghindari posisi cacat kain.
Contoh
PT. Sejahtera Garment menerima order daster dan gamis dengan jumlah
order tertera dalam break down size di atas, dengan rasio order daster 1:2:1,
sedangkan order gamis dengan ratio 1:3:1 serta kemampuan mesin potong 5
lapis satu kali potong, maka jumlah marker yang harus disiapkan adalah ...
54
Tabel 4. Cara hitung panjang penentuan jumlah marker daster
SIZE S M L JUMLAH
Kuantiti Order (PCS) 25 50 25 100
Size Ratio Marker 1 1 2 1 4
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 10 5 20
Selisih Potongan (PCS) 20 40 20 80
Size Ratio Marker 2 1 2 1 4
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 10 5 20
Selisih Potongan (PCS) 15 30 15 60
Size Ratio Marker 3 1 2 1 4
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 10 5 20
Selisih Potongan (PCS) 10 20 10 40
Size Ratio Marker 4 1 2 1 4
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 10 5 20
Selisih Potongan (PCS) 5 10 5 40
Size Ratio Marker 5 1 2 1 4
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 10 5 20
Selisih Potongan (PCS) 0 0 0 0
Total Potongan (PCS) 25 50 25 100
55
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 15 5 25
Selisih Potongan (PCS) 5 15 5 25
Size Ratio Marker 4 1 3 1 5
Hasil Potongan (PCS) U/5 Layer 5 15 5 25
Selisih Potongan (PCS) 0 0 0 0
Total Potongan (PCS) 20 60 20 100
Jika toleransi bahan adalah 10 % maka jumlah bahan yang harus disediakan
adalah = 110 % x 150 = 165 meter
Berdasrkan data diatas maka dalam proses marker komponen pola yang harus
ditata adalah 1 set ukuran S, 2 set ukuran M dan 1 set ukuran L sehingga jika
proses pemotongan bahan dilakukan dalam 5 kali proses, mengingat kemampuan
mesin potong hanya 5 layer, maka penggelaran kain sepanjang 6 meter sebanyak 5
lapis/tumpukan. Maka proses pemotongan dilakukan 5 kali.
56
d. Gelar Susun Kain (Spreading)
Spreading adalah proses penggelaran kain dengan panjang tertentu
lembar demi lembar hingga menjadi tumpukan kain yang siap dipotong
(cutting). Tujuan proses spreading adalah untuk menghasilkan komponen-
komponen pola sesuai dengan desain dengan jumlah tertentu berdasarkan
jumlah order dalam satu kali atau beberapa kali pemotongan bahan. Jika
dalam pembuatan busana rumahan/perorangan hanya menggelar satu helai
bahan namun pada proses spreading ini penggelaran bahan dilakukan puluhan
hingga ratusan helai bahan sera menumpuk sehingga dalam satu kali proses
pemotongan didapatkan sejumlah komponen pola. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada saat gelar susun kain adalah: (a) kerataan sisi tumpukan
kain, (b) arah lapisan kain, (c) tegangan kain, (d) menghindari cacat kain, (e)
memperhatikan jumlah tumpukan kain (disesuaikan dengan tinggi pisau
potong).
Alat Spreading
Alat yang dipersiapkan untuk proses spreading:
Meja spreading dengan panjang: minimal 200 cm, panjang selanjutnya
400 cm, 800 cm
Lebar meja spreading: 110 cm, 125 cm, 140 cm, 185 cm, 200 cm, 230
cm, 245 cm
Tinggi meja spreading: 85 cm, 90 cm
57
Gambar 88. Alat spreading
Metode Spreading
1) Metode manual, kain digelar secara manual tanpa alat oleh spreader
58
Gambar 90. Alat spreading semi otometis
Amati proses penggelaran kain secara manual pada link berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=Ac_rhEMmyqg
Amati proses penggelaran kain secara otomatis pada link berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=qvr1JvGasF8
59
Mode/Arah Spreading
Dalam spreading ada beberapa mode/arah yang dapat dipilih, jelajahi link
berikut ini: https://www.slideshare.net/PriyambadaKhushboo/apparel-
manufacturing-process
1) Mode Face / one / Way, Nap / one / Way (F / O / W, N / O / W)
Pada mode ini setiap lapis kain digelar menghadap ke atas dan digelar
satu arah saja dari ujung meja ke ujung didepannya. Hal ini
memungkinkan spreader untuk melihat semua permukaan kain untuk
mengidentifikasi cacat dalam kain. Mode ini merupakan mode
penggelaran kain terbaik/tingkat kualitas tertinggi.
60
3) Mode Face to Face (F/F), Nap-one-way (N/O/W)
Pada mode ini lapis kain digelar bagian baik saling berhadapan,
bagian buruk juga saling berhadapan. Kain digelar dari ujung meja
potong ke ujung berikutnya, kemudian kain dipotong, diputar sehingga
bagian baik saling berhadapan dan selanjutnya kain ditarik ke ujung
awal menuju ujung berikutnya. Begitu seterusnya bergantian bagian
buruk kain berhadapan dan diulang sampai gulungan kain tergelar
semua.
a) Proses Spreading
61
Berikut ini proses penggelaran bahan yang dilakukan di industry pada
umumnya https://www.youtube.com/watch?v=nmkS8brdWhI,
1) Bentangkan kertas alas, bentangan kertas alas disesuaikan dengan panjang
marker paper dan beri allowance ½” pada ujung dan akhir kertas alas.
3) Pasang marker, cek apakah semua komponen sudah masuk di dalam area
kain.
62
4) Agar marker tidak bergeser letakkan pemberat kain untuk menahannya.
Alat cutting
Alat cutting yang digunakan di industri busana ada beberapa macam yaitu:
63
Yaitu mesin potong yang mempunyai mata pisau berbentuk piringan, pada
waktu memotong mata pisa bergerak memutar pada as ke satu arah (ke
depan). Ukuran diameter pisau potong adalah 2,5 – 10 inci digunakan
untuk memotong kain dengan tumpukan yang tidak tinggi karena terbatas
dengan ukuran diameter pisau potong, maksimum tinggi tumpukan kain
adalah setengah dari diameter pisau yang dipakai kurang lebih tumpukan
kain 20 – 30 lapis kain.
64
Gambar 100. Mesin potong pisau lurus
65
Gambar 102. Mesin Potong Band Knife
5) Laser Knife
Yaitu mesin potong automatic generasi terbaru yang sistem dan cara
kerjanya adalah:
(a) Pola / marker garmen yang akan diproduksi terlebih dulu direkam
dengan sistem CAD / CAM.
(b)Hasil rekaman marker dipindahkan ke mesin potong yang telah
diletakkan diatas meja potong dengan posisi kain siap untuk dipotong.
(c) Mesin potong secara automatis akan bergerak sesuai dengan
marker yang telah diprogram dengan sistem CAD / CAM.
(d) Mesin ini memancarkan sinar laser yang besarnya 0,1 mm dengan hasil
pemotongan kain dijamin akurat sesuai bentuk dan ukuran pola. Pada proses
pemotongan dengan sinar laser ini sama sekali tidak terjadi pergeseran atau
tekanan pada bidang- bidang kain seperti bila menggunakan mesin potong
konvensional.
66
Gambar 103. Laser knife
Agar mendapatkan pemahaman yang baik akan mesin potong laser jelajahi
link berikut ini:
Setelah kita memperhatikan kelima jenis mesin potong tersebut diatas, maka
untuk pemilihan atau pemakaian mesin potong yang akan digunakan dalam proses
produksi harus pula memperhatikan jenis, bentuk, sifat, dan konstruksi bahan
tekstil serta besar / kecilnya komponen dari marker yang akan dipotong.
Proses Cutting
Proses cutting dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1) Cek dan cocokkan komponen pola yang terdapat pada kertas marker
apakah komponen pola sudah lengkap atau belum.
2) Periksa lembar kain bagian atas sampai pada lembar kain bagian bawah
dengan posisi kertas marker diatas sendiri.
3) Siapkan mesin/pisau cutting yang tajam.
4) Pasang pisau cutting pada kain dan di-set sesuai dengan ketebalan kain
5) Cutting kain dimulai dari bagian tepi dan pastikan memotong sesuai
dengan kertas marker atau sample dan menggunakan mesin potong yang
telah teruji ketajamannya.
6) Beri tanda bagian tertentu untuk memudahkan proses menjahit dan agar
diperoleh hasil sesuai ukuran dengan memberi cekris menggunakan ujung
gunting
67
Gambar 104. Proses Cutting
https://www.youtube.com/watch?v=nmkS8brdWhI
Agar lebih jelas bagaimana pemasangan stiker, jelajahi link berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=8p7qwW4iyOM
68
mempermudah membedakan bagian-bagian potongan komponen pakaian
maupun size. Perhatikan gambar berikut ini, merupakan gambar printer
pencetak tiket yang akan ditempelkan pada hasil bundling.
Agar lebih jelas bagaimana mencetak tiket, buka link berikut ini;
https://www.youtube.com/watch?v=A735S5pA2XY
69
Berikut ini contoh hasil budling:
https://fashion-incubator.com/style_22692_bundling_bagging/
4. Forum Diskusi
Agar lebih jelas bagaimana proses bundling buka link berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=oC87Rj9UYNw, diskusikan bagaimana
kaitannya antara proses numbering dan bundling, apakah proses tersebut
dapat dibalik pelaksanaannya.
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Persiapan produksi/Pre-Production dalam keseluruhan proses produksi
pakaian seringkali terlupakan sebagai proses awal yang memegang peranan
penting dalam menciptakan efisiensi dan kualitas produk akhir, karena
seringkali kesalahan-kesalahan yang terjadi pada proses-proses ini tidak dapat
diperbaiki pada proses-proses produksi selanjutnya. Kegiatan-kegiatan yang
dimasukan dalam Persiapan Produksi adalah: pattern, grading, marker,
spreading, cutting, bundling & numbering.
70
DAFTAR PUSTAKA
Alex T. Hidayat Modul Materi MK Merchandising dan Distribusi Garmen.
alexhidayat.blogspot.com.
Burke Sandra. 2011. Fashion Desgner: Concept to Collection. Burke Publishing.
China.
Datta DB, Seal P (2018) Various Approaches in Pattern Making for Garment
Sector. J Textile Eng Fashion Technol 4(1): 00118. DOI:
10.15406/jteft.2018.04.00118
Frings Gini Stephens. 1996. Fashion from Concept to Consumer. Prentice Hall,
Inc. A Simon & Schuster Company Upper Saddle River, NJ 07458. United
State of Amerika.
How to Spec a Garment: Basib Points of Measure for Apparel
https://www.designersnexus.com/fashion-design-industry-information/how-
to-spec-a-garment-basic-points-of-measure-for-apparel/
http://www.hkedcity.net/res_data/edbltr-te/1-
1000/d0a0a971dfcbb5a5098c47e47f9efaed869/5_Clothing_Technology_en
g_Oct_2011.pdf
Sri Emy Yuli S, dkk. 2017. Menguasai Software CAD Pattern Making untuk
Meraih Sukses di Industri Fashion Global Abad 21. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktotat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
http://cinduamatoandamdansabai.blogspot.com/2019/09/jenis-marker-layout-
pembuatan-busana.html
https://www.vectorstock.com/royalty-free-vector/boy-and-girl-size-chart-human-
front-side-vector-22559559
71