KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
PRAKTIKUM PETROGRAFI
LAPORAN RESMI ACARA 1 : BATUAN BEKU

DISUSUN OLEH:
TEGAR HERMAWAN TAHIR
(22/504673/TK/55211)
Rombongan C1 (Jum’at 07.30 – 09.00)

ASISTEN ACARA :
AHMAD WILDAN RANGGA RAJASA
KURNIA HANIF I.
YUNANTO BUDI PRASETYO

ASISTEN KELOMPOK :
HENDRYAGUNG FUADY HANDAKA

YOGYAKARTA
2023
 LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

PRAKTIKUM PETROGRAFI
LEMBAR DESKRIPSI SAYATAN TIPIS
ACARA: BATUAN BEKU

Nama Pengamat Tegar Hermawan Tahir No Peraga OC(2A/2)

Asisten Hendryagung Fuady H. Tanggal Deskripsi 31/03/2023

DESKRIPSI UMUM
A. Tingkat Kristalinitas:

Holokristalin Holohialin Hipokristalin

B. Ukuran Kristal: <1-2 mm (fenokris 1-2 mm dan massa dasar <1 mm

Halus (< 1mm) Sedang (1 – 5 mm)

Kasar (5 mm – 3 cm) Sangat kasar (> 3cm)

C. Bentuk dan Hubungan Antarkristal

Euhedral Subhedral Anhedral

D. Tekstur Umum :

Ekuigranular

Idiomorfik granular Hipidiomorfik granular Alotriomorfik granular

Inekuigranular

E. Tekstur Khusus :

Porfiritik Vitrofirik Mikroporfiritik Cummulate Texture

Poikilitik Ofitik Subofitik Felsofirik

Hialoofitik Hialofilitik Intergranular Intersertal

Pilotasitik Trakhitik Intergrowth Perthit

Anti perthit Folled Vesicular Amygdaloidal

Corona/reaction rims
 LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

F. Sketsa (MP : 4 mm)

// X gips (jika ada material gelasan)

G. Komposisi Mineral
No Mineral MP 1 MP 2 MP 3 MP 4 MP 5 Rata-rata
Fenokris
1. Kuarsa 17 % 10% 13% 13,33%
2. Plagioklas 83% 85% 80% 82,66%
3. Opak 2% 1% 2% 1,6%
4. Hornblende 1% 4% 5% 3,3%
5. Biotit <1% 0% <1% <1%
6.
7.
8.
Total
Massa dasar
1. Kuarsa
2. Plagioklas
3.
4.
Total

H. Deskripsi Mineral
Nama Mineral
Sifat Optis Kuarsa Plagioklas Opak Hornblend
Warna Colourless Putih abu-abu Hitam Hijau abu-abu
Ukuran <1-2 mm <1-2 mm 1 mm <1-2 mm
Bentuk kristal Euhedral Euhedral Euhedral Subhedral
Belahan Tidak ada 2 arah Tidak teramati 2 arah
Pecahan Konkoidal Tidak teratur Tidak teramati Tidak teratur
Relief Tinggi Sedang Tidak teramati Tinggi
Pleokroisme - - - Kuning – hijiau tua
Warna Interferensi Rendah Rendah Tidak teramati Tinggi
Gelapan 30 derajat 42,5 derajat Tidak teramati 40 derajat
Kembaran - Carsbad - -
 LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Nama Mineral
Sifat Optis Biotit
Warna Putih abu-abu
Ukuran <1 mm
Bentuk kristal Subhedral
Belahan 1 arah
Pecahan Tidak teramati
Relief Sedang
Pleokroisme Tinggi
Warna Interferensi Kuning-ungu
Gelapan -
Kembaran -

I. Perhitungan
Mineral Perhitungan
Quartz 13,33 %
𝐴 82,66
Alkali Feldspar = × 100 = 100%
𝐴 + 𝑃 62,66
Plagioclase (𝐴 + 𝑃) − 𝐴 = 0%

J. Pengeplotan Data pada Klasifikasi

Batuan Beku Plutonik Batuan Beku Volkanik
LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Batuan Beku Mafik Batuan Beku Ultramafik

 LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA

K. Nama Batuan
1. Quartz Diorite................................................ (IUGS, 2007)
2. ....................................................................... ( )

L. Genesa dan Keterdapatan

Quartz Diorite adalah jenis batuan beku yang biasanya terbentuk melalui
pendinginan magma intrusif yang terjadi di bawah permukaan bumi. Batuan ini
terdiri dari mineral-mineral seperti plagioklas feldspar, hornblende, biotit, dan
kuarsa. Batuan ini dapat ditemukan di banyak tempat di seluruh dunia dan dapat
terbentuk pada berbagai kondisi geologi yang berbeda.

M. Setting Tectonic
Tipe pengaturan tektonik tempat quartz
diorite terbentuk tergantung pada kondisi
geologis yang spesifik. Namun, umumnya,
quartz diorite terbentuk melalui proses
pendinginan magma di bawah permukaan
bumi, baik melalui zona busur vulkanik, rift,
zona kontak, atau zona transform.

N. Daftar Pustaka
Blatt, Harvey, dan Robert J. Tracy. (1996). Petrology: Igneous,
Sedimentary, and Metamorphic. New York: W.H. Freeman and Company.
Deer, W. A., R. A. Howie, dan J. Zussman. (2013). An Introduction to the
Rock-Forming Minerals. Harlow: Pearson Education.
 LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

PRAKTIKUM PETROGRAFI
LEMBAR DESKRIPSI SAYATAN TIPIS
ACARA: BATUAN BEKU

Nama Pengamat Tegar Hermawan Tahir No Peraga

Asisten Hendryagung Fuady H. Tanggal Deskripsi 12/04/2023

DESKRIPSI UMUM
A. Tingkat Kristalinitas:

Holokristalin Holohialin Hipokristalin

B. Ukuran Kristal: mm (fenokris mm dan massa dasar mm

Halus (< 1mm) Sedang (1 – 5 mm)

Kasar (5 mm – 3 cm) Sangat kasar (> 3cm)

C. Bentuk dan Hubungan Antarkristal

Euhedral Subhedral Anhedral

D. Tekstur Umum :

Ekuigranular

Idiomorfik granular Hipidiomorfik granular Alotriomorfik granular

Inekuigranular

E. Tekstur Khusus :

Porfiritik Vitrofirik Mikroporfiritik Cummulate Texture

Poikilitik Ofitik Subofitik Felsofirik

Hialoofitik Hialofilitik Intergranular Intersertal

Pilotasitik Trakhitik Intergrowth Perthit

Anti perthit Folled Vesicular Amygdaloidal

Corona/reaction rims
 LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

F. Sketsa (MP : mm)

// X gips (jika ada material gelasan)

G. Komposisi Mineral
No Mineral MP 1 MP 2 MP 3 MP 4 MP 5 Rata-rata
Fenokris
1. Kuarsa 40 % 35% 37,5 %
2. Sanidine 15 % 10 % 12,5 %
3. Orthoklas 20 % 25 % 22,5 %
4. Oligoklas 25 % 20% 22,5 %
5.
6.
7.
8.
Total
Massa dasar
1.
2.
3.
4.
Total

H. Deskripsi Mineral
Nama Mineral
Sifat Optis Kuarsa Sanidine Ortoklas Oligoklas
Warna Colourless Putih – abuabu Putih – pink Putih-abu
Ukuran <1 – 2 mm <1 – 2 mm <1 – 2 mm <1 – 2 mm
Bentuk kristal Euhedral Euhedral Euhedral Euhedral
Belahan Tidak ada 2 arah 2 arah 2 arah
Pecahan Konkoidal Tidak teratur Tidak teratur Tidak teratur
Relief Tinggi Tinggi Sedang Tinggi
Pleokroisme - Lemah - -
Warna Interferensi Abu-abu Biru-hijau Abu-abu Biru-hijau
Gelapan - - - -
Kembaran - Polisintetik Carlsbad Carlsbad
 LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Nama Mineral
Sifat Optis
Warna
Ukuran
Bentuk kristal
Belahan
Pecahan
Relief
Pleokroisme
Warna Interferensi
Gelapan
Kembaran

I. Perhitungan
Mineral Perhitungan
Quartz 37,5 %
𝐴 35
Alkali Feldspar = × 100 = 60,86 %
𝐴 + 𝑃 57,5
Plagioclase 100 – A = 100 – 60,86 = 39,13 %

J. Pengeplotan Data pada Klasifikasi

Batuan Beku Plutonik Batuan Beku Volkanik
LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Batuan Beku Mafik Batuan Beku Ultramafik

 LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA

K. Nama Batuan
1. Rhyolite …………………………………….( IUGS, 2007 )
2. ....................................................................... ( )

L. Genesa dan Keterdapatan

Rhyolite adalah batuan beku asam yang terbentuk dari magma atau lava
yang sangat kaya akan silika (SiO2). Rhyolite terbentuk melalui proses
kristalisasi dari magma yang terjadi di bawah permukaan bumi atau melalui
pendinginan dari lava di permukaan bumi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terbentuknya rhyolite adalah komposisi magma, tekanan dan suhu, kandungan
gas, dan sumber magma.
Keterdapatan rhyolite dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, terutama
di daerah-daerah vulkanik yang masih aktif atau bekas daerah vulkanik.
Beberapa contoh daerah di dunia yang dikenal memiliki keterdapatan rhyolite
yang cukup besar adalah Yellowstone National Park di Amerika Serikat, Taupo
Volcanic Zone di Selandia Baru, Andes Cordillera di Amerika Selatan, Eifel
Volcanic Field di Jerman, dan Pantai Timur Australia.
Rhyolite juga sering dijumpai di bentuk tuff rhyolite, yaitu hasil dari erupsi
gunung berapi yang melemparkan bahan vulkanik berupa piroklastik atau
material vulkanik dalam bentuk abu dan puing-puing.

M. Setting Tectonic
Rhyolite biasanya terbentuk di daerah-
daerah yang memiliki aktivitas vulkanik
yang tinggi, seperti subduksi lempeng
tektonik, zona patahan atau rift, atau
daerah-daerah di mana magma bermuara di
permukaan bumi.
Di zona konvergen, lempeng tektonik
bertumbukan dan menyebabkan salah satu
lempeng tenggelam ke dalam mantel. Akibatnya, magma terbentuk di bawah
lempeng yang tenggelam dan naik ke permukaan bumi untuk membentuk
gunung berapi. Rhyolite di daerah ini seringkali terkait dengan aktivitas gunung
berapi eksplosif yang menghasilkan erupsi piroklastik.
Di zona patahan atau rift, magma yang berasal dari daerah mantel dapat
naik ke permukaan melalui retakan-retakan yang terbentuk akibat aktivitas
tektonik. Rhyolite yang terbentuk di daerah ini seringkali berupa bentuk lava
dome atau mengisi cekungan vulkanik.
 LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Selain itu, rhyolite juga dapat terbentuk di daerah intraplate atau di daerah
pegunungan yang terbentuk akibat proses orogeni. Pembentukan rhyolite di
daerah intraplate seringkali terkait dengan aktivitas panas bumi atau hotspot,
sementara pembentukan di daerah pegunungan terkait dengan proses magma
yang berintrusi ke dalam kerak bumi dan membentuk batuan plutonik.

N. Daftar Pustaka
Deer, W.A., Howie, R.A., dan Zussman, J. (1992). An Introduction to the
Rock-Forming Minerals. Prentice Hall.
Philpotts, A.R., (1990). Principles of igneous and metamorphic petrology.
Prentice Hall. New Jersey.