Anda di halaman 1dari 3

Gerakan DI/TII Jawa tengah

Latar Belakang

Munculnya gerakan DI/TII di Jawa Tengah diawali dengan adanya perubahan situasi politik di
daerah Tegal-Brebes akibat penandatanganan Perjanjian Renville.

Dalam perjanjian tersebut disebutkan satu pasal yang berisi bahwa semua kekuatan pasukan RI
yang berada di daerah pendudukan Belanda harus ditarik dan ditempatkan di daerah RI.

Wilayah karesidenan Pekalongan termasuk daerah pendudukan Belanda, sehingga pasukan RI


harus meninggalkan dan mengosongkan daerah tersebut.

Namun, meskipun demikian, rupanya tidak semua pasukan meninggalkan daerah mereka,
seperti di Brebes dan Tegal.

Para pejuang di dua wilayah tersebut masih tetap bertahan dan menyusun strategi untuk
melakukan perlawanan.

Mereka melakukan operasi militer dengan membentuk Gerakan Antareja Republik Indonesia
(GARI) dan Gerilya Republik Indonesia (GRI).

Terbentuknya dua gerakan ini memicu timbulnya gerakan-gerakan lain yang menghasilkan
pemberontakan di Jawa Tengah.

Tokoh tokoh yang terlibat.

•Amir fatah
•Mahfu'dz abdurachman

Alur pemberontakan Di/TTI

Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah

Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dilakukan dibawah pimpinan Amir Fatah dan Kyai
Sumolangu yang beroperasi di wilayah Tegal, Brebes dan juga Pekalongan. Pada 1946, inti
pasukan pemberontak di Jawa Tengah ini yang disebut pasukan Hizbullah dibuat di Tegal dan
pada 23 Agustus 1949, Amir Fatah menyatakan pendirian Darul Islam dan mengungkapkan
bergabung dengan DI/TII S.M.Kartosuwiryo. Pasukannya diberi nama Tentara Islam Indonesia
(TII) dengan sebutan Batalion Syarif Hidayat Widjaja Kusuma(SHWK).

Pada Januari 1950, Komando Gerakan Banteng Negara (GBN) dibentuk dibawah pimpinan
Letkol Sarbini dan komando ini bertujuan untuk menumpas pemberontakan yang terjadi di Jawa
Tengah. Pemberontakan di Kebumen dilakukan oleh Angkatan Umat Islam (AUI) yang dipimpin
Kyai Moh. Mahfudh Abdurrahman (Kyai Sumolanggu). Pemberontakan tersebut berhasil
ditumpas pada tahun 1957 dengan operasi militer yang disebut Operasi Gerakan Banteng
Nasional dari Divisi Diponegoro.

Gerakan DI/TII di Jawa Tengah pernah kuat karena pemberontakan Batalion 426 di Kedu dan
Magelang/ Divisi Diponegoro. Selain itu, daerah Merapi-Merbabu juga terjadi kerusuhan akibat
perbuatan Gerakan Merapi-Merbabu Complex (MMC), tapi gerakan ini juga berhasil ditumpas.
Untuk menghancurkan gerakan DI/TII di daerah Gerakan Banteng Nasional dijalankan operasi
Banteng Raiders.

Akhir Pemberontakan DI/TII


Letnan Kolonel Ahmad Yani mulai ambil sikap terhadap pemberontakan DI/TII Jawa Tengah. Ia
mengirim pasukan Banteng Raider yang berhasil melemahkan kekuatan tentara Amir Fatah
hingga lari tunggang langgang ke Jawa Barat.

Di Desa Ciawi, Tasikmalaya, peperangan antara Amir Fatah beserta pasukannya dengan TNI
terjadi (De Preangerbode, terbitan 23 Desember 1950). Kejadian ini berlangsung pada
pertengahan Desember dan ketika itu beberapa pasukan Mujahidin berhasil dikalahkan.

Ternyata, Panglima Perang Hizbullah ini berhasil lolos dari tangkapan TNI. Baru pada 22
Desember 1950, ia mendapatkan "hadiah" dari perbuatannya dengan dibekuk saat berada di
Desa Cisayong, Tasikmalaya.

Amir Fatah dipenjara selama dua tahun, lalu dibebaskan. Ia mendapatkan izin untuk berpergian
ke negara lain setelah itu. Pertama, ia pergi ke Amerika dan Eropa hingga akhirnya memutuskan
menetap di Korea Selatan.

Anda mungkin juga menyukai