Strategi Penerapan Kota Kompak Berdasarkan Urban Compactness Di Kota Bekasi
Strategi Penerapan Kota Kompak Berdasarkan Urban Compactness Di Kota Bekasi
Abstrak²Kota Bekasi sebagai Kota besar yang terletak di dilihat dari aspek kepadatan dimana Kota Bekasi merupakan
konstalasi metropolitan Jabodetabek belum diterapkan konsep kota terpadat keempat di Indonesia [3]. Aspek fungsi
pembangunan kota kompak secara komprehensif. Penelitian ini campuran dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas dan utilitas
bertujuan untuk Merumuskan Strategi Penerapan Kota kota Bekasi yang telah mandiri [4]. Serta aspek intensifikasi,
Kompak Berdasarkan Pola Urban Compactness di Kota Bekasi.
Kota Bekasi merupakan wilayah Bodetabek dengan
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda
dalam menentukan faktor faktor kekompakan Kota Bekasi, dari pertumbuhan paling cepat di antara wilayah lainnya, kenaikan
faktor faktor tersebut ditentukan tingkat kekompakannya harga lahan dengan didorongnya pertumbuhan penduduk
menggunakan metode klasifikasi sturgess, kemudian tingkat yang pesat [1].
kekompakan tersebut dipolakan untuk mengetahui pola spasial Dari gejala kekompakan yang dialami Kota Bekasi tersebut
kekompakan sehingga dapat dirumuskan strategi penerapan mendorong pembangunan berkonsep permukiman kompak di
kota kompak berdasarkan pola spasial dari tingkatan faktor Kota Bekasi namun pembangunan tersebut masih bersifat
faktor yang telah diperoleh. Hasil yang diperoleh dalam sporadis dan belum mempunyai penerapan secara
penelitian ini adalah terdapat klasifikasi lima kluster
komprehensif untuk keseluruhan pembangunan kota kompak
kekompakan di Kota Bekasi yaitu; Kluster I merupakan kluster
yang struktur kota nya telah mencerminkan kompak, Kluster II
di Kota Bekasi. Dari uraian tersebut diperlukan pengukuran
merupakan kluster yang telah memiliki struktur kompak kekompakan Kota Bekasi yang disesuaikan dengan
dengan konsep Mixed Use Zoning dikarenakan adanya jalur karakteristik wilayah Kota Bekasi untuk mengetahui strategi
KKOP, Kluster III merupakan kluster yang mempunyai apa yang sesuai untuk penerapan kota kompak.
pondasi untuk membentuk struktur kompak namun belum ada
perencanaan yang matang menuju struktur kompak, Kluster IV
merupakan kluster yang mempunyai ciri kekompakan namun II. METODE PENELITIAN
belum meiliki pondasi kota kompak, dan Kluster V merupakan A. Metode Pengumpulan Data
Kluster dengan kecenderungan sprawl dimana kepadatan
permukiman termasuk rendah dan penggunaan lahan yang Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
belum terkonsentrasi secara efisien dengan konsep yang metode primer dan sekunder. Secara umum, survey data yang
mendekati kompak. dilakukan adalah survey sekunder, melalui studi literatur pada
beberapa instansi pemerintahan, seperti Badan Pusat Statistik
Kota Bekasi, Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, Badan
Kata Kunci²Compact City, Urban Compactness, Pola Spasial.
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi, serta Dinas
Tata Ruang Kota Bekasi. Kedalaman unit wilayah penelitian
I. PENDAHULUAN yang diambil mencakup kecamatan di seluruh Kota Bekasi.
Rawalumbu 2 4 4 1
Intensifikasi Presentase Pertumbuhan Kepadatan
Penduduk Mustika Jaya 2 1 2 3
Medansatria 2 4 1 1
Presentase Pertumbuhan Permukiman Baru
Urban Indeks Urban Compactness Pondok Melati 2 1 3 1
Compactness
Sumber: Aisyah, 2017 Jatisampurna 1 1 4 1
2. Analisis Regresi Linear Berganda Sumber: Aisyah, 2017
Analisis Regresi Linear Berganda pada penelitian ini
menggunakan metode stepwise. Dengan Variabel Terikat Keterangan:
yang digunakan adalah Urban Compactness. Model A : Nilai Kepadatan Permukiman
persamaan analsisi ini dijalankan menggunakan software B : Nilai Kepadatan Terbangun
SPSS versi 23. Berikut ini merupakan model regresi yang C : Nilai Konsentrasi Terbangun
menginterpretasikan faktor-faktor yang mempengaruhi D : Nilai Ketersediaan Fasilitas Perniagaan
ukuran urban compactness Kota Bekasi secara signifikan
dengan model: C. Memetakan pola spasial urban compactness di Kota
Bekasi berdasarkan tingkatan faktor faktor urban
Y = 6.405 x 10-17 + 0.666 (X2) + 0.312 (X1) + 0.244 (X3) + compactness
0.143 (X5) (1)
Klasifikasi pola spasial urban compactness di Kota Bekasi
Keterangan: bertujuan untuk mengelompokan Ke-12 Kecamatan di Kota
Y = Nilai urban compactness Kota Bekasi Bekasi menjadi kluster seperti yang sudah dilakukan pada
X1 = Kepadatan Lahan Terbangun analisis sebelumnya yang diharapkan dapat
X2 = Kepadatan Permukiman merepresentasikan urban compactness di Kota Bekasi
berdasarkan ke empat faktor yaitu kepadatan permukiman,
X3 = Presentase Kepadatan Luas Terbangun
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), 2337-3520 (2301-928X Print) C415
kepadatan lahan terbangun, konsentrasi lahan terbangun, serta D. Merumuskan strategi penerapan kota kompak di Bekasi
ketersediaan fasilitas perniagaan. berdasarkan pola spasial Urban Compactness
Tabel 3. Berdasarkan hasil output analisis overlay arcgis dapat
Total Nilai Variabel dan Pengelompokan dilihat bahwa kluster kekompakan Kota Bekasi dibagi
Kelas Klusterisasi Kekompakan kedalam 5 kluster. Identifikasi keanggotaan tiap kluster
Kecamatan Total KLUSTER klasifikasi pola spasial urban compactness Kota Bekasi
Bekasi Utara 17 I adalah Sebagai Berikut:
Bekasi Timur 15 I Tabel 4.
Strategi Penerapan Kota Kompak Berdasarkan Kecamatan dan Kluster
Pondokgede 14 II
Kecamatan Kluster Strategi
Bekasi Barat 13 II
1. Peningkatan Pembangunan dan
Bekasi Selatan 13 III membudayakan pembangunan
hijau.
Jatiasih 12 III 2. Diterapkan batasan kepadatan
Rawalumbu 11 III Bekasi Utara maksimum. Dengan disentif
apabila penduduk yang
Bantargebang 10 IV I mendaftar atau berpindah
Mustika Jaya 8 V melebihi batas maksimum maka
perizinan administrasi
Medansatria 8 V kependudukan nya akan lebih
dipersulit.
Pondok Melati 7 V Bekasi Timur 3. Peningkatan Pembangunan
Jatisampurna 7 V Fasilitas Perniagaan untuk
mememuhi Self Sufficiency.
Sumber: Aisyah, 2017 1. Pemanfaatan konsep Mixed Use
Pondokgede Zoning.
Analisis ini menggunakan analisis overlay arcgis. Input II 2. Pembatasan kepadatan
peta adalah peta pola kepadatan permukiman, peta pola maksimum dan minimum yang
kepadatan terbangun, peta pola konsentrasi luas lahan Bekasi Barat sesuai dengan masing masing
terbangun, serta pola ketersediaan perbelanjaan. Metode ini kecamatan.
digunakan sebagai metode yang secara langsung dapat 1. Pembangunan harus disertai
memvisualkan pola spasial urban compactness di Kota dengan konsep lingkungan.
Bekasi. Bekasi Selatan 2. Pemanfaatan konsep Mixed Use
Hasil Visualisai Pola Spasial Urban Compactness dapat Zoning dengan mengubah
Konsep struktur Single Use
dilihat pada Gambar 1 Zoning
III
3. Penambahan pusat pusat aktivitas
atau kegiatan yang dapat di
bangun untuk mentrigger konsep
Jatiasih
Single Use Zoning menjadi
Mixed Use Zoning.
4. Penerapan kebijakan kebijakan
minimum kepadatan.
Rawalumbu
1. Konsep Pembangunan Mixed Use
Building dengan memperhatikan
Lingkungan.
2. Penerapan kebijakan kebijakan
Bantargebang IV
minimum kepadatan
3. Penumbuhkan banyak kegiatan
kegiatan yang dapat menjadi
pemicu kepadatan aktivitas.
IV. KESIMPULAN
Gambar 1. Hasil Pola Spasial Urban Compactness Kota Bekasi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Pengukuran terhadap tingkat urban compactness di Kota
Bekasi mencakup nilai, kelas, pola spasial, serta
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), 2337-3520 (2301-928X Print) C416
karakteristik urban compactness masing masing intensifikasi penggunaan Mixed Use Zoning serta
kecamatan yang dihasilkan menjadi 5 kluster dengan pembangunan konsep Mixed Use Building.
karakteristik yang berbeda beda.
2. Terdapat empat kecamatan atau dua kluster yang telah
DAFTAR PUSTAKA
memenuhi unsur unsur kekompakan menurut
pengukuran kekompakan kota Bekasi, yaitu kluster I [1] , 3 3UDGLW\D ³)DNWRU-Faktor Pengaruh Ukuran Urban
&RPSDFWQHVV GL .RWD 'HQSDVDU %DOL ´ ,QVWLWXW 7HNQRORJL 6HSXOXK
(Kecamatan Bekasi Timur damKecamatan Bekasi Nopember, 2015.
Utara) dan Kluster II (Pondok Gede dan Bekasi Barat). [2] , GNN .XVWLZDQ ³3HQJXNXUDQ &RPSDFWQHVV 6HEDJDL ,QGLNDWRU
3. Terdapat dua kluster yang memiliki potensi dalam Keberlanjutan Kota dan Kebutuhan Pengembangan Compact City
membentuk struktur kompak yaitu kluster III dan SDGD .DZDVDQ 7XPEXK 3HVDW GL ,QGRQHVLD ´ SAPPK-ITB Res.
Ser., vol. 3, 2007.
Kluster IV. [3] $ 1 $LV\DK ³6WUDWHJL 3HQHUDSDQ .RWD .RPSDN %HUGDVDUNDQ
4. Kluster V merupakan kluster dengan kecenderungan 3ROD 8UEDQ &RPSDFWQHVV GL .RWD %HNDVL ´ ,QVWLWXW 7HNQLN 6HSXOXK
sprawl. Nopember, 2017.
5. Strategi yang dapat dilakukan adalah penerapan [4] = 0DKUL\DU ³3(58086$1 .216(3
PENINGKATANEFEKTIVITAS URBAN COMPACTNESS DI
kebijakan kepadatan maksimum dan minimum, .27$ 685$%$<$ ´ ,QVWLWXW 7HNQRORJL 6HSXOXK 1RSHPEHU
2010.