Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah

Volume 3, Nomor 4: 220-228


November 2018
ISSN. 2527-6395

PENGARUH PEMBERIAN CACING TANAH (Lumbricus sp.)


DARI PETERNAKAN YANG BERBEDA TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius sp.)
THE EFFECT OF EARTHWORM (LUMBRICUS SP.) GIVING
FROM DIFFERENT FARMS ON THE GROWTH OF CATFIS
(Pangasius sp.)
Nilawati Ali Akbar, Sayyid Afdhal El Rahimi*, Siska Mellisa, Abdullah A
Muhammadar, Irma Dewiyanti
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Kelautan dan Perikanan
Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh
*Email korespondensi : sayyi.afdhal@unsyiah.ac.id

ABSTRACT
This study has purposed to determine effect of giving earthworm (Lumbricus sp.)
from different farms (chickens, ducks and cattle) to the growth of catfish. The method
used was a Completely Randomized Design (CRD) with 4 levels of treatment. That
was treatment A (pellets), treatment B (earthworms from chicken manure media),
treatment C (earthworms from duck dung media) and treatment D (earthworms from
cow dung media) and every treatment is repeated 4 times.The result of ANOVA test
showed that earthworm gave the effect (P<0,05) on absolute growth of length, but it
didn’t give effect on absolute growth of weight, specific growth rate and survival rate
of catfish. The result of Duncan test showed that treatment D was the highest value of
absolute growth of length, is was significantly different from treatment A, B, and C.
For other parameters, the highest was treatment D, but it didn’t significantly different
from other treatments.
Keywords: Earthworm (Lumbricus sp.), catfish (Pangasius sp.), protein, growth.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian cacing tanah
(Lumbricus sp.) dari peternakan yang berbeda (ayam, bebek dan sapi) terhadap
pertumbuhan ikan patin. Metode yang digunakan ialahRancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 taraf perlakuan yaitu Perlakuan A (pemberian pelet), perlakuan B
(cacing tanah dari media kotoran ayam), perlakuan C (cacing tanah dari media kotoran
bebek) dan perlakuan D (cacing tanah dari media kotoran sapi) dan setiap perlakuan
dilakukan4 kali pengulangan. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa pemberian
cacing tanah berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan panjang mutlak
namun tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak, laju
pertumbuhan spesifik dan kelangsungan hidup ikan patin.Hasil uji Duncan
menunjukkan bahwa perlakuan D memiliki pertumbuhan panjang tertinggi, hal ini
berbeda nyata dengan perlakuan A, B, dan C. Untuk parameter lainya paling tinggi
perlakuan D, namu tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain.

220
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 4: 220-228
November 2018
ISSN. 2527-6395

Kata Kunci: Cacing tanah (Lumbricus sp.), ikan patin (Pangasius sp.), protein,
pertumbuhan.

PENDAHULUAN
Ikan patin (Pangasius sp.) ialah spesies ikan air tawar dari jenis Pangasidae yang
sekarang mulai popular dibudidayakan di Indonesia. Permintaan terbesar untuk
produksi ikan patin diantaranya berasal dari Batam, Jakarta, Medan, Aceh dan Sumatra
Barat (KPRI, 2013). Potensi ikan patin sebagai ikan budidaya cukup besar karena
memiliki beberapa keunggulan, yaitu: mudah berkembangbiak, beradaptasi dengan
lingkungan, memiliki respon positif terhadap pakan tambahan, dan pertumbuhan
relatif cepat. Dengan banyak keunggulan tersebut ikan patin menjadi salah satu
komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik dalam segmen
usaha pembenihan maupun usaha pembesarannya (Susanto, 2009). Salah satu faktor
yang mempengaruhi potensi dari ikan patin pemberian pakan yang baik.
Pakan memegang peranan yang sangat penting dalam menjalankan produksi.
Kebutuhan pakan terutama pada pembudidaya ikan secara intensif. Besar biaya
produksi dikeluarkan hanya untuk pengadaan pakan buatan. Salah satu kebutuhan
pokok pakan buatan yang digunakan ialah tepung ikan. Penggunaan tepung ikan ini
cenderung membutuhkan biaya yang tinggi, hal ini disebabkan tepung ikan sulit untuk
didapatkan, maka harga jualnya dipasaran semakin meningkat. Untuk mengatasi hal
tersebut diperlukan pemberian pakan alami untuk menghemat biaya dari pakan
tersebut. Dengan adanya pemberian pakan alami memberikan kemudahan terhadap
pembudidaya yaitu: tersedianya pakan di alam, mudah dicerna, sesuai dengan bukaan
mulut ikan, serta memiliki kandungan protein cukup tinggi, dan mampu meningkatkan
produksi.
Salah satu pakan yang baik untuk ikan budidaya adalah cacing tanah. Trisnawati
et al.,(2014) menyatakan bahwa kombinasi 25% pakan buatan dan 75% cacing tanah
mempu meningkatkan nilai pertumbuhan dalam budidaya lele dumbo. Menurut
penelitian Pucher et al. (2012) cacing tanah dapat dijadikan sebagai alternatif
pengganti tepung ikan. Namun dari banyak penelitian yang telah ada tidak ada yang
membahas tentang cacing tanah dengan diberikan media kotoran ternak. Cacing tanah
menyukai kotoran ternak karena mengandung bahan organik (Bachtiar, 2003), dan
kotoran ternak juga mengandung kadar protein yang cukup baik untuk pertumbuhan
cacing tanah (Resnawati et al., 2002). Cacing tanah mengandung protein 65,24 %,
lemak 11% dan abu 6% (Fadaee, 2012). Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian
tentang pengaruh pemberian cacing tanah dari peternakan yang berbeda terhadap
pertumbuhan ikan. Sumber media peternakan yang berbeda (media kotoran sapi,
bebek dan ayam), untuk melihat pertumbuhan mana yang terbaik agar dapat
meningkatkan produksi ikan patin.

METODELOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi laut Kelautan dan Perikanan
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian ini berlangsung selama 32 hari pada
bulan 29 Oktober sampai 27 November 2017.

221
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 4: 220-228
November 2018
ISSN. 2527-6395

Alat dan Bahan penelitian


Alat-alat dan bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Aerator, Batu aerator, Selang Erasi, pH meter, DO meter, Thermometer, Label name,
Jangka sorong (0,01 ml), Timbangan (0.01 gram), Toples plastik, Kamera digital,
Ikan Patin, Cacing tanah dari peternakan (ayam, bebek dan sapi).

Rancangan percobaan
Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan percobaan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 taraf perlakuan dan 4 kali pengulangan. Pemberian pakan
perlakuan sebanyak dua kali sehari secara ad libitum.
- Perlakuan A = Pelet (kontrol)
- Perlakuan B = Cacing tanah dari media kotoran ayam
- Perlakuan C = Cacing tanah dari media kotoran bebek
- Perlakuan D = Cacing tanah dari media kotoran sapi
Persiapan Wadah dan Ikan uji
Wadah pemeliharaan yang digunakan Toples ukuran 25 liter sebanyak 16 unit.
Untuk volume air sebanyak l0 literdan aerator dihidupkan selama 24.

Penebaran Benih
Penelitian ini menggunakan benih ikan patin (Pangasius sp.) dengan panjang
benih 7-8 cm dan berat benih 7-8 gram. Setiap wadah berisi 10 ekor perwadah, jumlah
benih yang digunakan sebanyak 160 ekor. Djarijah (2001) padat tebar benih ikan
1ekor/L. Ikan patin diperoleh dari salah satu pembudidaya di Banda Aceh. Sebelum
dipindahkan pada waktu pemeliharaan, benih diaklimatisasi terlebih dahulu.
Penebaran benih dilakukan pagi hari untuk menghindari stres pada ikan dan penelitian
dilakukan selama 32 hari.
Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa cacing tanah yang diperoleh dari peternakan ayam,
bebek dan sapi. Pakan ini sebelumnya telah disimpan dalam kulkas selama satu hari,
agar cacing tersebut masih terlihat segar dan mudah dalam pemberian pakan,
selanjutnya sebelum pakan diberikan pada ikan terlebih dahulu cacing tanah dicuci
dan dibersihkan, selanjutnya cacing tanah tersebut dipotong kecil-kecil dan
disesuaikan dengan bukaan mulut benih ikan patin. Frekuensi pemberian pakan 2x/hari
yaitu pagi dan sore, pada pukul 08.00 dan 18.00 WIB. Pengukuran dilakukan pada
awal penelitian, selanjutnya setiap minggu sekali dilakukan pengukuran dengan
melihat panjang dan berat ikan.

Pengelolaan Kualitas Air (Kimia Fisika)


Penelitian ini menggunakan DO meter (oksigen terlarut), Thermometer (suhu),
dan pH meter (pH) yang dilakukan selama pemeliharaan 32 hari. Penyifonan dilakukan
2 hari sekali dan dilakukan pergantian air sebanyak 25-50% dari total keseluruhan air
dalam setiap wadah dilakukan seminggu sekali jika terjadi penurunan kulitas air dari
hasil pengamatan.

222
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 4: 220-228
November 2018
ISSN. 2527-6395

Parameter Uji
Pertumbuhan Bobot Mutlak
Pertumbuhan bobot mutlak dihitung dengan mengunakan rumus (Muchlisin et al.,
2016a), yaitu:
∆W = Wt−W0
Keterangan : ∆W = Pertumbuhan bobot (g)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir penelitian (g)
Wo = Bobot rata-rata ikan diawal penelitian (g)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak merupakan ukuran panjang benih ikan yang diukur
dari kepala hingga sirip ekor, dengan formula: Muchlisin et al. (2016a)
∆L = Lt- Lo
Keterangan : ∆L = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Lt = Panjang rata-rata akhir (cm)
L0 = Panjang rata-rata awal (cm)

Laju Pertumbuhan Spesifik


Pertambahan berat dan panjang diukur berdasarkan selisih berat atau panjang
awal dengan berat atau panjang akhir penelitian. Pertumbuhan spesifik dihitung
berdasarkan rumus menurut (De Silva dan Anderson, 1995).
!" (%&)(!"(%))
SGR = *
x 100

Keterangan :SGR = Laju pertumbuhan spesifik (%/ hari)


W1 = Berat awal ikan (g)
W2 = Berat akhir ikan (g)
t = Waktu (hari)

Kelangsungan Hidup
Perhitungan Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup adalah persentase
ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah seluruh ikan awal yang
dipelihara dalam suatu wadah. Menurut Muchlisin et al. (2016b) kelangsungan hidup
dapat dihitung menggunakan rumus :
+,( +
KH (%) = +,
X 100

Keterangan : KH = Kelangsungan hidup benih (%)


Nt = Jumlah ikan yang mati selama penelitian (ekor)
No = Jumlah ikan awal diawal penelitian (ekor)
Uji Proksimat
Kandungan gizi yang diuji dalam penelitian ini meliputi kadar protein dan lemak.
Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005) analisis proksimat ditunjukkan untuk
mengetahui persentase nutrien dalam pakan berdasarkan sifat kimianya protein ,lemak
dan lain-lain. Analisis proksimat banyak digunakan untuk menentukan kualitas pakan
buatan karena prosedurnya mudah dan relatif murah.

223
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 4: 220-228
November 2018
ISSN. 2527-6395

Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan Analisa of variance
(ANOVA). Uji ANOVA digunakan untuk melihat pengaruh setiap perlakuan.
(Hanafiah, 2012). Data penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan uji lanjut
Duncan berdasarkan nilai keragaman sebesar 19,78 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa pemberian pakan alami cacing tanah
(Lumbricus sp.) dari sumber peternakan berbeda yaitu cacing tanah dari kotoran ayam
(perlakuan B), cacing tanah dari kotoran bebek (perlakuan C) dan cacing tanah dari
kotoran sapi (perlakuan D), berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan
panjang mutlak ikan patin. Namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
pertumbuhan berat mutlak, laju pertumbuhan spesifik dan kelangsungan hidup.
Pertumbuhan panjang mutlak dilakukan uji lanjut berdasarkan nilai KK sebesar
19,78%, maka uji lanjut yang dilakukan yaitu Uji Duncan. Nilai pertumbuhan panjang
mutlak, pertumbuhan berat mutlak, persentase laju pertumbuhan spesifik, dan
kelangsungan hidup benih ikan patin (Pangasius sp.) yang diberikan pakan alami dari
sumber peternakan berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Pertumbuhan benih ikan patin (Pangasius sp.) dengan pemberian pakan alami yang berbeda.
Pertumbuhan Laju
Jenis Pertumbuhan Kelangsungan
panjang pertumbuhan
Pakan berat mutlak hidup (SR)
mutlak spesifik (SGR)
Alami (g) (%)
(mm) (%/hari)
A 1,91±0,26a 15,06±2,53a 0,73±0,09a 90±11,54a
B 1,94±0,41a 13,95±1,97a 0,74±0,14a 100±0,00a
C 2,04±0,33a 17,63±2,01a 0,76±0,13a 100±0,00a
D 2,47±0,48a 24,26±5,89b 0,91±0,19a 100±0,00a
Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama dengan superscript yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05).

105 Pelet
Pertumbuhan panjang

100
95 Cacing tanah dari kotoran
ayam
ikan (mm)

90
85 Cacing tanah dari kotoran
bebek
80
75 Cacing tanah dari kotoran
sapi
70
HO H8 H16 H24 H32

Gambar 1 Grafik pertumbuhan panjang mutlak (mm) benih ikan patin (Pangasius sp.)

224
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 4: 220-228
November 2018
ISSN. 2527-6395

10.00
Pelet
Pertumbuhan berat ikan 9.50
9.00 Cacing tanah dari
8.50 kotoran ayam
(gram)

Cacing tanah dari


8.00
kotoran bebek
7.50
Cacing tanah dari
7.00 kotoran sapi
H0 H8 H16 H24 H32

Gambar 2 Grafik pertumbuhan berat mutlak (gr) benih ikan patin selama penelitian.

Nilai pertumbuhan panjang mutlak benih ikan patin tertinggi 24,26 mm yaitu
perlakuan D (cacing tanah dari kotoran sapi), berbeda nyata dengan perlakuan A
(pakan pelet), perlakuan B (cacing tanah dari kotoran ayam), dan perlakuan C (cacing
tanah dari kotoran bebek). Nilai pertumbuhan berat mutlak ikan patin tertinggi 2,47
gram yaitu pada perlakuan D lebih tinggi dibandingkan dengan Perlakuan A, B dan
C. Selanjutnya untuk nilai laju pertumbuhan spesifik benih ikan patin tertinggi yaitu
0,91% hari yaitu pada perlakuan D dan tidak berbeda nyata dengan Perlakuan A, B
dan C.
Pemberian pakan berupa cacing tanah untuk benih ikan patin (Pangasius sp.)
menghasilkan persentase kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan B, C dan D
yaitu sebesar 100%, namun pemberian pakan perlakuan A tingkat kelangsungan
hidup yaitu sebesar 90% selama penelitian. Berikut grafik rata-rata pertambahan
panjang dan pertambahan bobot benih ikan patin (Pangasius sp.) selama penelitian.

Tabel 2 Nilai kisaran optimal parameter fisika-kimia air pada pemeliharaan benih ikan patin
(Pangasius sp.).
Parameter kualitas air
Perlakuan
Suhu (°C) pH DO (mg/L)
Pelet (kontrol) 26,8-27,1 6,9-7,0 4,4-6,9
Cacing kotoran ayam 26,8-27,1 6,9-7,0 4,5-5,3
Cacing kotoran bebek 26,8-27,2 6,8,7,1 4,7-5,7
Cacing kotoran sapi 26,8-27,1 6,9-7,1 5,5-5,6
25-33°C 6,5-9,1 3-7 mg/l
Nilai optimal
(Minggawati dan Saptono, 2012)

Tabel 3 Hasil pengujian Laboratorium Uji Proksimat cacing tanah


Cacing Tanah dari Media dari
No Parameter Satuan Kotoran
Ayam Bebek Sapi
1 Protein % 34,38 37,41 42,64
2 Lemak % 5,03 5,71 5,94

225
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 4: 220-228
November 2018
ISSN. 2527-6395

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemberian pakan alami dari sumber peternakan
berbeda menunjukkan nilai pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan bobot, laju
pertumbuhan spesifik dan kelangsungan hidup yang lebih tinggi yaitu perlakuan D
(cacing tanah dari kotoran sapi), jika dibandingkan dengan perlakuan C (cacing tanah
kotoran bebek), B (cacing tanah kotoran ayam) dan A (pakan pelet).
Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa pemberian pakan alami dari sumber
peternakan berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan panjang
mutlak pada ikan patin (Pangasius sp.). Berdasarkan hasil uji Duncan ( Tabel 1)
pemberian pakan alami yang optimal pada penelitian ini berupa cacing tanah
(Lumbricus sp.) dari media kotoran sapi (perlakuan D) yang memberikan pertumbuhan
panjang mutlak tertinggi yaitu 24,26 mm. Perlakuan D berbeda nyata dengan
perlakuan A (15,06 mm), B (13,95 mm) dan perlakuan C (17,63 mm). Tingginya nilai
perlakukan D diduga adanya perbedaan kandungan protein antara perlakuan A,B,C
dan D. Protein merupakan nutrien penting sebagai komponen penyusun terbesar
daging yaitu sebesar 65-75% dan berfungsi sebagai bahan pembentuk jaringan tubuh
(Halver,1998). Pertumbuhan akan terjadi ketika ikan yang diberikan pakan mampu
mengkonsumsi dan mencerna pakan dengan baik (Setiawati et al., 2014).
Hasil penelitian ini memproleh kandungan protein pada pakan yaitu perlakuan A
sebesar (35%), perlakuan B (34,38%), perlakuan C (37,41%), dan perlakuan D
(42,64%). Hasil uji proksimat tersebut menunjukkan kandungan protein cacing tanah
dari kotoran sapilebih tinggi dibanding pakan lainnya. Menurut BSNI (2009) Kadar
protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan benih ikan patin adalah 30 %. Adapun
menurut Kordi (2010) pakan yang mengandung kadar protein 35% dapat memberikan
pertumbuhan terbaik bagi ikan patin. Berdasarkan BSNI (2009) semua perlakuan
memenuhi standar kebutuhan protein ikan patin, namun berdasarkan Kordi (2010)
dari keempat perlakuan hanya perlakuan B yang tidak memenuhi standar kebutuhan
protein.
Berdasarkan hasil penelitian, diduga nilai yang memiliki protein yang tertinggi
memberikan pertumbuhan panjang yang optimal. Hal ini karena nutrisi yang
terkandung dalam pakan cacing tanah mengandung protein yang cukup tinggi
sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan benih ikan patin. Fadaee
(2012) menyatakan bahwa cacing tanah dapat digunakan sebagai pakan karena cacing
tanah memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan benih ikan patin, seperti
kandungan protein pada cacing tanah cukup tinggi yaitu 62,24%, lemak 11%, dan abu
6%.
Trisnawati et al. (2014) menyatakan bahwa kombinasi 25% pakan buatan dan
75% cacing tanah mempu meningkatkan nilai pertumbuhan dalam budidaya lele
dumbo, yaitu efisiensi pemamfaatan pakan (82,12%), laju pertumbuhan spesifik (2,04)
dan tingkat kelangsungan hidup (95,00%). Menurut penelitian Pucher et al. (2012)
cacing tanah dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti tepung ikan. Pernyataan
tersebut diperkuat dalam penelitian Olele (2011) pada ikan mas dan ikan lele dengan
penggunaan tepung cacing tanah sebagai pengganti tepung ikan, yaitu subtitusi tepung
cacing tanah dapat dilakukan hingga 50% pada ikan mas dan 75% pada ikan lele.
Hasil penelitian pertumbuhan berat mutlak ikan patin tertinggi yaitu perlakuan
sebesar (2,47gram), jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu perlakuan A
(1,91gram), perlakuan B (1,94 gram) dan perlakuan C (2,04 gram), meskipun nilai
pertumbuhan berat pada perlakuan D tinggi tidak berbeda nyata antar perlakuan.

226
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 4: 220-228
November 2018
ISSN. 2527-6395

Nilai laju pertumbuhan spesifik (SGR) menunjukkan persentase pertumbuhan


ikan setiap harinya (Anggraeni dan Abdulgani, 2013). Semakin tinggi nilai laju
pertumbuhan spesifik, maka semakin baik pertumbuhan ikan tersebut. Nilai
pertumbuhan spesifik yang tertinggi yaitu perlakuan D sebesar 0,91%, jika
dibandingkan dengan perlakuan A sebesar 0,73%, perlakuan B sebesar 0,74% dan
perlakuan C sebesar 0,76%. Persentase laju pertumbuhan spesifik benih ikan patin
tidak berbeda nyata antara perlakuan A, B, C dan D.
Kelangsungan hidup ikan sangat tergantung pada keadaan lingkungan di
sekitarnya. Kualitas air yang baik dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan ikan (Effendi, 2003). Parameter kualitas air yang diukur dalam
penelitian ini adalah suhu, pH, dan DO. Adapun nilai parameter kualitas air selama
penelitian ini yaitu suhu berkisar 26-27 ºC, pH6-7 dan DO 4- 6 mg/L.
Menurut Minggawati dan Saptono (2012) bahwa parameter kualitas air yang
baik untuk pemeliharaan ikan patin adalah suhu yang berkisar antara 25–33 ºC, pH 6-
9 dan DO 3- 7 mg/l. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa nilai parameter pada
penelitian ini sesuai dengan kehidupan ikan patin. Berdasarkan pernyataan tersebut
dapat dikatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan patin tidak dipengaruhi oleh
kualitas air, tetapi disebabkan oleh faktor lain yaitu penyakit. Gejala penyakit yang
ditemukan pada ikan patin yaitu terdapat bercak kuning di sekitar bagian dada.
Widyasumu et al., (2013) menyatakan analisa ragam menunjukkan bahwa
subtitusi tepung ikan dengan tepung cacing tidak berpengaruh nyata terhadap
kelulushidupan kerapu macan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Halver (1998)
menyatakan bahwa ada faktor internal yang dapat mempengaruhi tingkat
kelangsungan hidup, yaitu jenis kelamin, keturunan, umur, reproduksi, dan ketahanan
terhadap penyakit. Tingkat kelangsungan hidup ikan patin pada penelitian ini sangat
baik yaitu 90%.

KESIMPULAN
Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa pemberian pakan alami berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan panjang, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan berat, laju pertumbuhan spesifik dan kelangsungan hidup benih ikan
patin (Pangasius sp.). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pemberian cacing
tanah dari kotoran sapi menghasilkan nilai tertinggi pada pertumbuhan benih ikan
patin.

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius, Yogyakarta. 24 Hlm.
Amri, K., Khairuman. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka,
Jakarta. 17 Hlm.
Anggreani, N. M., Abdulgani, M. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Pakan
Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) pada
Skala Laboratorium. Jurnal sains dan Seni Pomits. 2 (1) : 197-201 Hlm.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia (BSNI). 2009. Ikan Patin Djambal (Pangasius
Djambal). Bagian 3: Kelas Benih Sebar. SNI: 7471.3, Jakarta.
De Silva, S. S., Anderson, A. 1995. Fish Nutrition in Aquaqulture (The First Series),
Chapman and Hall, London 319 pp.
Djariah, A. S. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius, Yogyakarta 87 Hlm.

227
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah
Volume 3, Nomor 4: 220-228
November 2018
ISSN. 2527-6395

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius, Yogyakarta. 49 Hlm.
Effendie, M. I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 112 Hlm.
Fadaee, R. 2012. A Reviev on Earthworm Esienia fenida and Its Applications Annals
of Biological Research. 3 (5) : 2500-2506 pp.
Halver, J. E. 1988. Fish Nutrition. Academic press, Inc. London. 798 pp.
Hanafiah, K. 2012. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Fakultas Pertanian.
Universitas sriwijaya, Palembang. 274 Hlm.
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. 2013. Ikan Patin Hasil Alam Bernilai
Ekonomi dan Berpotensi Ekspor Tinggi. Warta Ekspor. 20 Hlm.
Kordi, M., Ghufran, H. 2010. Budidaya Ikan Patin di Kolam Terpal. Lily Publisher,
Yogyakarta. 88 Hlm.
Minggawati, I., Saptono. 2012. Parameter Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Patin
(Pangasius pangasius) di Karamba Sungai Kahayan, Kota Palangka Raya.
Jurnal Ilmu Hewani Tropika. 1 (1) : 27-30.
Muchlisin, Z.A., F. Afrido, T. Murda, N. Fadli, A.A. Muhammadar, Z. Jalil, C. Yulvizar.
2016a. The effectiveness of experimental diet with varying levels of papain on the
growth performance, survival rate and feed utilization of keureling fish (Tor tambra).
Biosaintifika, 8(2): 172-177.
Muchlisin, Z.A., A.A. Arisa, A.A. Muhammadar, N. Fadli, I.I. Arisa, M.N. Siti Azizah. 2016b.
Growth performance and feed utilization of keureling (Tor tambra) fingerlings fed a
formulated diet with different doses of vitamin E (alpha-tocopherol). Archives of
Polish Fisheries. 24: 47-52.
Olele, N. F. 2011. Growth Response of Heteroclarias Fingerlings Fed on Ertworm
Meal in Hatchery Tanks. J. Life Sci. 3(2) : 131-136 pp.
Setiawati, M., D. Jusadi., S. Marlinda., D. Syafruddin. 2014. Pemberian Daun Kayu
Manis (Cinnamomun burmanni) dalam Pakan Terhadap Kinerja Pertumbuhan
dan Komposisi Nutrien Tubuh Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus). Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia. 19 (2) : 80-84 Hlm.
Susanto, H. 2009. Pembenihan dan Pembesaran Patin. Penebar Swadaya, Jakarta. 132
Hlm.
Trisnawati, Y., Suminto., Agung, S. 2014. Pengaruh Kombinasi Pakan Buatan dan
Cacing Tanah (Lumbicus rubellus) Terhadap Efisiesnsi Pemanfaatan Pakan
Pertumbuhan dan Kelulushidupan Lele Dumbo (Clarias gaiepinus). Jurnal of
Aquaculture Management and Tecnology. 3 (2) : 86-93 Hlm.
Widyasunu, C., Samidjan, A., Rachmawati, D. 2013. Subtitusi Tepung Ikan dengan
Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) dalam Pakan Buatan Terhadap
Pertumbuhan dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus). Jurnal of Aquaculture Management and Technology. 2 (1) : 38-
51 Hlm.
Zonneveld, N., Huisman, E.A., Boon, J.H. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.
Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 336 Hlm.

228

Anda mungkin juga menyukai