, Mei 2012
ISSN : 2086-7719
Jurnal
AgriSains
PENANGGUNGJAWAB
Kepala LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Ketua Umum :
Dr. Ir. Ch Wariyah, MP
Sekretaris :
Awan Santosa, SE., M.Sc
Dewan Redaksi :
Dr. Ir. Wisnu Adi Yulianto MP
Dr. Ir. Sri Hartati Candra Dewi, MP
Penyunting Pelaksana :
Ir. Wafit Dinarto, M.Si
Ir. Nur Rasminati, MP
Pelaksana Administrasi :
Gandung Sunardi
Hartini
Alamat Redaksi/Sirkulasi :
LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Jl. Wates Km 10 Yogyakarta
Tlpn (0274) 6498212 Pesawat 133 Fax (0274) 6498213
E-Mail : lppm.umby@yahoo.com
Jurnal yang memuat ringkasan hasil laporan penelitian ini diterbitkan oleh
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas
Mercu Buana Yogyakarta, terbit dua kali setiap tahun.
Redaksi menerima naskah hasil penelitian, yang belum pernah dipublikasikan
baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris. Naskah harus ditulis sesuai
dengan format di Jurnal AgriSains dan harus diterima oleh redaksi paling
lambat dua bulan sebelum terbit.
ii
ISSN : 2086-7719
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga Jurnal
Agrisains Volume 3, No. 4, Mei 2012 dapat kami terbitkan. Redaksi mengucapkan terima kasih
dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada para penulis yang telah berbagi pengetahuan
dari hasil penelitian, untuk dipublikasikan dan dibaca oleh pemangku kepentingan, sehingga
memberikan kemanfaatan yang lebih besar bagi perkembangan IPTEKS.
Pada jurnal Agrisains edisi Mei 2012, disajikan beberapa hasil penelitian maupun kajian
sosial. Artikel tersebut meliputi bidang studi Agroteknologi, Teknologi Hasil Pertanian dan
Peternakan seperti hasil penelitian tentang penyimpanan beku daging sapi, kajian sosial
ekonomi ayam kampung, budidaya kacang tanah pada lahan kering, budidaya runput gajah
pada lahan pasir pantai, penanaman bawang merah pada lahan pasir pantai, penyimpanan
benih jagung, peningkatan hijauan ternak dengan mikroorganisme selulolitik, dan ekstraksi
fenol dari rimpang jahe.
Redaksi menyadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dalam penyajian artikel
dalam jurnal yang kami terbitkan. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan, agar
penerbitan mendatang menjadi semakin baik. Atas perhatian dan partisipasi semua pihak
redaksi mengucapkan terima kasih.
iii
ISSN : 2086-7719
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar
Daftar Isi
POPULASI MIKROBA DAN SIFAT FISIK DAGING SAPI BEKU
PADA LAMA PENYIMPANAN YANG BERBEDA
iii
iv-v
1-12
13-19
Niken Astuti
KAJIAN SOSIAL EKONOMI PENGEMBANGAN AYAM KAMPUNG
DI ARGOREJO SEDAYU BANTUL
20-32
Sonita Rosningsih
PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DI LAHAN KERING
PADA BERBAGAI INTENSITAS PENYIANGAN
33-43
44-52
Dian Astriani
BOBOT BIOMASSA DAN NILAI PANAS RUMPUT GAJAH
(Pannisetum purpureum.cv.king grass)
PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK N,P,K
DI LAHAN PASIR PANTAI
53-62
Warmanti Mildaryani
OPTIMASI METODE EKSTRAKSI FENOL DARI RIMPANG JAHE EMPRIT
(Zingiber Officinalle Var. Rubrum)
63-70
71-87
Umul Aiman,
Niken Astuti
iv
ISSN : 2086-7719
88-102
103
ISSN : 2086-7719
ABSTRACT
This study was aims to determine the microbial population and physical characteristics
of frozen beef at different storage time. Fifteen sample packs of meat each 250 grams were
used in the experiment which was conducted as One Way Experiment using a Completely
Randomized Design with 5 treatments ( 0 week of frozen storage/freshmeat as
a control, 2 weeks, 4 weeks, 6 weeks and 8 weeks), each treatment with three replications. The
data were analyzed by ANOVA and Duncans Multiple Range Test. Parameters measured were
bacterial total count, meat pH, water holding capacity, cooking loss and tenderness (shear
force). The results showed that the meat pH, water holding capacity, cooking loss were
not significantly affected by storage time of frozen beef. While the bacterial total count
and tenderness (shear force) significantly affected by storage time of frozen beef. The
study concluded that the storage of frozen beef for 8 weeks did not reduce the physical
characteristics of meat.
Key words: frozen storage, the physical characteristics of meat, microbial populations.
akan dikonsumsi. Awal kontaminasi dimulai
PENDAHULUAN
merupakan
salah
satu
pencernaan,
digunakan
2008).
sangat
rentan
terhadap
kontaminasi
air
untuk
dan
peralatan
penyiapan
yang
karkas,
kemudian
Kontaminasi mikroba
yang dapat
masih
hidup
dipermukaan
yaitu
dalam
tempat-tempat
disembelih.
diminimalisir.
setelah
dan
menempel
ke
rumen,
maupun
kulit
yang
dibawa
ternak
Dengan
demikian,
segala
ISSN : 2086-7719
langsung
dengan
daging
dapat
Materi
1. Daging sapi dari bagian has luar
ini
bahan
pangan
memperhatikan
dalam
masyarakat
sudah
kualitasnya,
memilih
daging
sangat
termasuk
yang
akan
mempunyai
kualitas baik
karena
sampel daging
2. Vochdoos untuk tempat sampel
mempertahankan
200o C.
penting,
penyimpanan
menimbang
daging
penyimpanan
itu
untuk
kualitasnya.
daging
Suhu
merupakan
penyimpanan pada
faktor
suhu
3. Beker
5oC
saring,
plat
kaca
permintaan
tinggi
5. Tabung
sedang
reaksi,
Quebec
cawan
colony
petri
counter,
yang digunakan
pengujian.
pada proses
Penyimpanan
7. Water bath
daging
dengan
cara
(Tawaf, 2010).
Oleh karena itu dilakukan penelitian
Metode
1. Pengambilan sampel
keempukan.
dibawa
METODE PENELITIAN
dengan
menggunakan
thermos
di
ISSN : 2086-7719
Buana Yogyakarta.
yang
nyata
karena
pengaruh
lama
2. Pengambilan data
Peubah yang diukur pada penelitian ini
masing-masing
parameter
Perlakuan
dalam
penelitian
Jumlah Mikroba
ini
Hasil
penelitian
menunjukkan
daging
control),
segar
(sebagai
Analisis Data
Penelitian ini dirancang menggunakan
penyimpanan
minggu
2007).
daging
penyembelihan,
alat-alat
masing-masing
dipergunakan untuk
pengeluaran
beku
selama
perlakuan
terdapat
tiga
Awal
cemaran
dapat
mikroba pada
terjadi
pada
saat
yang
darah
tidak
yang
terkontaminasi
memburuk
Dilihat
sudah
bakteri
(Arifin
dari
dalam kondisi
dan
et.
al.,
selama
2008).
pendinginan,
pembekuan,
penyegaran
daya
daging beku,
pemotongan
karkas atau
mengikat
air dan
susut masak.
ISSN : 2086-7719
preservasi,
pengepakan,
penyimpanan
panjang.
Ulangan
A
11
15
27
10
19
21
12
Rerata
A.
B.
C.
D.
E.
akan
3,33
7
a
5,67
7
a
9,33
14
20b
menunjukkan
mempengaruhi
laju
pertumbuhan
bahwa
perbedaan
lama
perbedaan yang
Candra-Dewi
2000)
penyimpanan pada
memperlambat
kerusakan oleh
dengan
pada
dengan pendapat
serta
untuk
penyimpanan
memanfaatkan
refrigerasi
teknologi
iradiasi
Nilai pH Daging
Dari
disebabkan
dibekukan
karena
telah
ISSN : 2086-7719
sebelum
daging
dilakukan
pelayuan
penyembelihan,
maupun
mengkontaminasi
Lactobacillus.
aktivitasnya
pengangkutan
daging
adalah
Mikroorganisme tersebut
memecahkan
karbohidrat
Tabel 2. Rerata pH daging
Perlakuan
Ulangan
A
5,40
5,29
5,22
4,78
5,07
5,41
5,30
5,23
4,82
5,57
5,41
4,40
5,26
4,84
5,43
5,41
4,99
5,24
4,81
3
ns
Rerata
5,36
dengan
semakin
gugus
mengikat air.
yang
ISSN : 2086-7719
3.
Dari
hasil
analisis
variansi
Nilai
daya
ikat
air
daging
daging
akan
daging,
air
struktur
mengikat cairannya.
berbeda
tidak
nyata
selanjutnya
daging
adalah
protein
dinyatakan
protein.
dalam
bahwa
Perubahan
daging
seiring
Ulangan
A
57,09
54,15
58,81
59,54
47,20
63,38
56,55
52,01
58,46
51,65
52,70
48,50
60,98
54,19
51,37
Reratans
57,72
53,07
52,27
57,40
50,07
mengalami
bahwa
jika
protein
tidak
ISSN : 2086-7719
susut
masak
daging
disitasi
Soeparno
(1994)
bahwa
tingginya
nilai
merupakan
indikator
menyatakan
susut
dari
masak
melemahnya
susut masak
daging
dipengaruhi
karena
pakan.
nilai
susut masak
Hal
antara lain
bangsa,
umur
ternak
dan
hasil
penelitian
%.
yang
telah
dilakukan
Daging
dengan
pH
akhir
rendah
yang
diteliti
termasuk
normal
jika
Lawrie, 1995).
Perbedaan
lama
penyimpanan
masak
masak
mempunyai
yang
lebih
Perbedaan
rendah
nilai
susut
masak
ISSN : 2086-7719
tersebut
Keempukan Daging
empuk.
Keempukan
daging
daging
stres
beku yang
Rerata
susut
masak
daging
berbeda
nyata
dengan
lama
dipotong
langsung
pengangkutan
keempukan
terutama
berhubungan
dengan
tingkat
penyimpanan
daging
berhubungan
dengan
beku
diduga
aktivitas
enzim
(Wythes
dan
Ramsay
Soeparno
mempengaruhi
temperatur
mempengaruhi
digolongkan
antemortem
dan
antemortem
meliputi
penyimpanan
suhu 0 - 5
keempukan.
1994).
Menurut
faktor
yang
(1994)
keempukan
menjadi
daging
dua
faktor,
postmortem.
bangsa,
Faktor
spesies,
C mengalami penurunan
Selanjutnya
keempukan
Enzim
kontributor
otot
daging
perlahan
utama
meningkat.
dalam pengempukan
(Candra-Dewi,
2000).
Keempukan
pada
Nilai
menunjukkan
obyektif. Nilai
shear
nilai
force
keempukan
shear force
yang
berbeda
yaitu
otot
daging
secara
otot
yang tinggi
Lebih
semitendinosus
lanjut
dan
disebutkan
infraspinatus.
bahwa
otot
semitendinosus
mempunyai
keempukan
ISSN : 2086-7719
semitendinosus
kandungan
Perlakuan
A
26,37
50,58
41,00
50,66
50,25
49,24
53,67
50,38
36,65
46,86
46,15
52,13
53,06
37,62
49,38
40,59
52,13
48,15
41,64
48,83
3
ns
Rerata
Ulangan
A
2,27
1,97
2,41
2,08
1,75
2,83
2,24
2,11
1,18
1,58
2,88
2,00
2,77
1,26
Rerata
2,66
2,07
ab
2,43
1,51
1,92
b
1,75b
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata
(P<0,05).
A.
B.
C.
D.
E.
0
2
4
6
8
minggu
minggu
minggu
minggu
minggu
Saran
Kesimpulan
Dari
hasil
penelitian
dapat
sapi
dengan
cara
dibekukan
untuk
beku
selama
keempukan
minggu
daging,
meningkatkan
sedang
sifat
fisik
ISSN : 2086-7719
DAFTAR PUSTAKA
Longissimus
dan
dorsi
Semitendinosus
W.H.
Freeman
and
Co.
San
Fransisco.
Sapi
Brahman
Candra-Dewi,
S.H.
2006.
Pengaruh
Istirahat
sebelum
Pemotongan
Domba
setelah
pada
Arifin,M., B. Dwiloka dan D.E. Patriani. 2008.
yang
terjadi
selama
Proses
Prosiding
Teknologi
Veteriner.
Seminar
Peternakan
Bogor,
11-12
Candra-Dewi,
S.H.
Pemberian
2007.
Gula
Pengaruh
dan
sebelum
Pemotongan
Kualitas
Fisik
Daging
Insulin
terhadap
Domba.
Universitas
Mercu
Buana
Yogyakarta, Yogyakarta. 8 : 18 -
potong
28
kondisi
Peternakan.
stres.
Edisi
Buletin
Tambahan.
Djafaar T.F. dan Rahayu S. 2007.
Volume 1: 30-33.
Statistik.
Bagian
I.
Wootter.
1987.
Course
G.
Moni.
1994.
10
Relationships
ISSN : 2086-7719
between
post-
of
sensory
veal. Original
quality
Research
in
Article.
method
and
frozen
Harsojo,
Andini
L.S.,
dan
N.R. 2005.
bakteri
dan
Trimey,
Dekontaminasi
patogen pada
jeroan
iradiasi
daging
kambing
gamma.
Prosiding
Di
Seminar
Teknologi
dengan
dalam:
dan
Bogor,12-13
Veteriner.
2005.
1994.
Ilmu
dan
Teknologi
Nasional
Peternakan
September
Soeparno,
Bogor: Balai
penurunan
penyimpanan
sapi
suhu ruang
TV
dan
pH.
[terhubung
berkala].http://pustaka.unpad.ac.id
[abstrak].
Di
Seminar
/wpcontent/uploads/2009/11/aplika
Nasional
Fakultas
Peternakan,
si_model_arrhenius.pdf. [1 Januari
Universitas
dalam:
Gadjah
Mada.
2010].
Yogyakarta. 48.
Tawaf, R. 2010. Berapa Lama Daging Beku
Komariah, I. I. Arief, and Y. Wiguna. 2004.
Dapat Disimpan?
yang
Jahe
Konsentrasi
Penyimpanan
Ditambah
dan
Lama
yang
Berbeda.
(temperature
Jakarta.
length
and
quality
of
rustic
ageing.
Original
Research
404.
11
ISSN : 2086-7719
Carcass
Meat
Composition
Quality.
and
Queensland
12
ISSN : 2086-7719
Kontaminasi mikroba
Bangsa
Indonesia
membutuhkan
untuk
meningkatkan
kualitas
merupakan
satu
daging
mengandung
daging
merupakan
produk
daging
untuk
mempunyai
yang dapat
hidup
dipermukaan
maupun
yaitu
kulit
setelah
yang
dan
menempel
dalam
ternak
rumen,
disembelih.
salah
sesuai
pertumbuhan mikroba.
Latar Belakang
ditempuh
yang
pH
dan
air
untuk
dan
peralatan
penyiapan
yang
karkas,
13
ISSN : 2086-7719
daging
RPH
sampai
tempat
penjualan,
sebelum
hari
raya,
kemudian
tentu
akan
mempengaruhi
selama
tempat
kondisinya
diminimalisir.
Kontaminasi
berikutnya
penjualan
adalah
daging
dilakukan
pengawetan
ini
memperpanjang
pengawetan
daging,
bertujuan
untuk
masa
simpan
daging
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
proses
pelayuan,
pemanasan
dan
ini
bahan
memperhatikan
masyarakat
pangan
tentang
sudah
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan waktu penyimpanan
dalam
yang
sangat
kualitasnya,
optimal
2. Memberikan
untuk
menyimpan
informasi
kepada
daging yang
tertentu
mempunyai
kualitas baik
ditinjau
dari
kandungan
kimia daging.
karena
permintaan
ini
tinggi
Laboratorium
Agroindustri
ini
dilakukan
Peternakan,
dan
Laboratorium
di
Fakultas
Kimia
14
ISSN : 2086-7719
2011.
Materi Penelitian
1. Daging sapi dari bagian has luar
yaitu otot longissimus dorsi.
Pengambilan data
Data
Alat :
1. Timbangan
Sartorius
untuk
Analisa Data
ini
dirancang
5. Water bath
6. Freezer
Penelitian
merk
Thosiba
untuk
menyimpan daging.
dilanjutkan
dengan
Duncans
New
Metode Penelitian
Daging sapi sebagai sampel diambil
dari kios daging. Sampel yang didapat
dibawa
dengan
menggunakan
thermos
yang
kandungan
Laboratorium
Agroindustri
berbeda,
kemudian
kimianya
Peternakan
dan
di
Fakultas
Laboratorium
dalam
terdapat
penelitian
penyimpanan
beku
daging (Tabel1).
Hasil analisis variansi menunjukkan
bahwa
ini
pengaruh
Kimia,
perbedaan
lama
penyimpanan
yang
Hasil
menunjukkan
15
ISSN : 2086-7719
daging,
air
struktur
selama
penyimpanan
degradasi
kolagen
akan
dari
terjadi
protein
selanjutnya
daging
dinyatakan
adalah
protein
protein.
dalam
bahwa
Perubahan
daging
seiring
mengikat cairannya.
yang
P1
P2
P3
P4
P5
80,2869
79,4205
80,5260
77,5907
75,7000
80,5689
80,3559
80,4588
76,1587
76,1958
78,9510
80,0989
76,2663
77,4458
75,5669
Reratans
79,9356
79,9584
79,0837
77,0651
75,8209
hasil
penelitian
daging.
Hasil
uji
DMRT
menunjukkan
8209%
ini
%.
sampai
79,9584%.
Hasil
kandungan
perbedaan
lama
berkorelasi
protein,
negatif
sesuai
dengan
dengan
kandungan
penyimpanan
16
ISSN : 2086-7719
Ulangan
P2
P1
1
16,1500
16,6218
16,4403
Rerata
16,4040
P3
P5
16,0587
16,5983
19,3284
18,4108
16,8500
16,3494
20,2620
20,0297
16,5400
b
P4
16,4829
17,7601
b
16,9026
19,9879
b
19,8594
21,4282
a
19,9562a
bahwa
kadar
protein
daging
bagian
yang
normal.
Sesuai
dengan
hasil
penelitian
Soeparno
dkk.
(1987)
P1
0,6650
2
3
Rerata
ns
P2
P3
P4
P5
0,4411
0,5636
0,5449
0,5465
0,4954
0,5098
0,5655
0,3192
0,4246
0,7789
0,4809
0,3355
0,5336
0,4249
0,6464
0,4773
0,4882b
0,4659
0,4653
perbedaan
lama
penyimpanan
semakin
semakin
tinggi
kadar
rendah
lemaknya
kandungan
maka
airnya.
yang
pada kadar
yang
perlemakan/deposisi
Fox
(1979)
bahwa
kandungan
lemak
menyatakan
lemak
bahwa
tergantung
17
gerakan
dan
kerja
daging
ISSN : 2086-7719
yang
menunjukkan
bersangkutan.
pengaruh
bahwa
0,6464 %
hasil
Kadar
0,501%.
yang
berarti
lebih
rendah
dari
abu
sangat
erat
hubungannya
pengaruh
penyimpanan
beku
terhadap kadar
Perlakuan
P0
P2
P4
P6
P8
1,1133
1,0799
1,0343
1,1589
1,0290
1,0409
1,0565
1,0184
1,0654
1,2535
1,0659
0,9847
0,9203
1,1591
1,0195
Rata-ratans
1,0734
1,0404
0,9910
1,1278
1,1007
Kesimpulan
Dari
hasil
penelitian
dapat
beku
kadar air,
0,205%.
selama
delapan
minggu
dapat
sedangkan
18
ISSN : 2086-7719
Saran
Konsumen dapat menyimpan daging
dibekukan
untuk
menghindari
harga
Soeparno,
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, M. 1980. Rancangan Percobaan dan
Analisis Statistik. Bagian I. Fakultas
Peternakan
London.
Universitas
2005.
Ilmu
dan
Teknologi
Press
Yogyakarta.
Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Soeparno, S. Keman dan Setiyono 1987.
Bouton, P.E. PV. Harris dan WR.
Perebusan
pH Upon The
Yang Mempengaruhi
WHC
and
pH, Retensi
Cairan,
Science. 36:435
Keempukan
dan
Gizi
Mada, Yogyakarta.
Forrest, J. C., E. D. Arberle, H.B.
Hendrick, M. D. Judge and R. A.
Merkel, 1975.
Principle Of Meat
Scince. W. H.
Agromedia, Jakarta.
H.
1984.
Development
J.
Stucture
of
Meat
Universitas
Animal.
Co.,
Dubugue, Lowa.
Ternak.
and
Gadjah
Peternakan,
Mada,
Yogyakarta.
dan
S.
Ternak
Dasar.
Lebdosukotjo., 1986.
Ilmu
Makanan
Fakultas
Peternakan,
UGM,
Yogyakarta.
19
ISSN : 2086-7719
Latar Belakang
halnya
mempunyai jumlah
15.411 jiwa,
penduduk
dengan
pengaturan
sayuran.
Berdasarkan
pengusul
di
mendapat
pengamatan
lapangan
perhatian
produksi
,sayuran
keluarga
yang
adalah
yang
dibandingkan
farming
dan kesinambungan
persen
untuk
usaha
kepentingan
(berapa
kebutuhan
ditanam
di
yang
yang
pot
lebih
ditanam
sesuai
di
dengan
subur
lahan
prilaku
keluarga
untuk
pengembangn
bibit
guna
model
mini
integrated
untuk
20
meningkatkan
pendapatan
ISSN : 2086-7719
yang
pada
sangatmemungkinkan
untuk
umbaran).
sehari-hari
karena
.Beberapa
dilaksanakan
pula
bulan
kemudian
program
nasional
Sistem
pemeliharaan
ayamdapat
tambahan
sendiri
ini
mencari
makan
berupa
cacing,
dihalaman
lanjut
kajian
mineral
maka
diperlukan
sebuah
umbaran.
sehingga
Disamping
mengurngi
itu,
biaya
berupa
Argorejo
atas
dampak
implementasi
lembaga
menunjang
keuangan
mikroyang
keberlanjutan
pengembanganayam
kampung.Model
Materi Penelitian
sampai sekarang.
Penelitian
dilakukan
di
lokasi
Pemberian
diterapkan adalah :
bantuan
modal
guna
semi intensif
Metode Penelitian
Pemilihan desa
di
wilayah
pengembangan
21
dan Pengabdian
ISSN : 2086-7719
Universitas Mercu
buana Yogyakarta.
b. Desa Argorejo merupakan sebuah desa
berbatasan
Moyudan
dan
dengan
Godean
Kecamatan
sebelahSelatan
ayam kampung.
sebelah
Barat
berbatasan
Pengambilan
Responden
dan
sebelah
Timur
berbatasan
dengan
Pengambilan Data
Penelitian ini dilaksanakan dengan
Sedayu
berjarak
20
km
dari
pusat
dengan
berada
Pengambilan
menggunakan
purposive
metode
data
survey
dilakukan
sampling
dengan
(Singarimbun
dan
di
rendah.
Ibukota
Sofian , 1995 )
dataran
penduduk
keseluruhan
sebesar
teknik
wawancara
berdasarkan
daftar
Sebagian
Sedayu
disiapkan,
sekunder
Data
yang
sedangkan
data
diperoleh
ditabulasi
dan
penduduk
bermata
bidang
besar
Kecamatan
pencaharian
pertanian.
Desa
sebagai
Argorejo
sentra kerajinan
wilayah
a. Biofisik
merupakan salah
dari
terletak
iklim
tergolong
Desa Argorejo
,pusat
di
pemerintahan
wilayah
panas.
Kecamatan
Data
(Ibukota)
Sedayu
Monografi
22
ISSN : 2086-7719
b. Karakteristik Responden
Jumlah responden dalam penelitian
PNPM
PNPM
ini adalah 26
seluruhnya
berjenis
kelamin
di
tidak
mitra
dapat dilakukan
dengan
metode
dari
Dinas
Kemitraan
program
Propinsi
kelompok umur
produktif
dan
dan
PNPM
menentuan
seseorang
dijalin
kepada
dalam
Propinsi.
itu
Pertanian
Dinas
bentuk
Pertanian
di Desa
mereka
responden
mengetahui
menjawab
informasi
No
1
2
Pertanyaan
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan
Jumlah keluarga
Pekerjaan utama
Jawaban
perempuan
< 30
31-50
>50
Tidak Sekolah
SD Tamat
SLTP Tamat
SLTA Tamat
< 3 orang
3 s.d 4 orang
> 6 orang
Petani
Pedagang
Ibu Rumah Tangga
Jumlah
26
1
22
3
4
7
10
9
2
16
7
14
3
9
23
ISSN : 2086-7719
dan
melakukan
Bahan
berasal
gempa
Pertaniandan
terparah
di
Kecamatan
PNPM
di
Desa
Argorejo
langkah-langkah
sosialisasi
dari
tersebut
pihak.
belum
berupa
seluruhnya
Pihak
Dinas
Kabupaten Bantul.
hanya
bertindak
Tim
pendamping
sebagai
kegiatan.
mereka.
Hasil sosialisasi antara lain berhasil
dibentuk
penyamaan
konsep
antara
pengembangan
ayam
kampung.
aturan
tentang
manajemen
Tim
Ketidakseragaman
pengetahuan
Pendamping.
24
Perbedaan
disebabkan
ISSN : 2086-7719
pengetahuan
pelaksanaan
setiap
sosialisasi
bulan
kepada
kelompok
guna
yang
pelaksanaannya,
pendampingan
monitoring
tetap
dan
dilakukan
secara
digagas
responden
oleh
menjawab
ketua
kelompoki
sering
dilakukan
Pertemuan
Kabupaten Bantul.
biasanya
dilakukan
untuk
2. Kelembagaan desa
Kegiatan MIF dan PNPM di Desa
dalam
mengelola
ternak
pemasaran
sendiri.
hasil
panen
serta
arisan).
dilaksanakannya
mensukseskan
tradisional
jalinan
kelompok
Responden
bertepatan
dengan
dalam
hubungan
didasarkan
pada
hubungan
program
mayoritas
pengembangan
merasa
terbantu
melakukan
aktivitas
mengolah
lahan.
bersama
Menjadi
dalam
anggota
secara sendiri-sendiri,
serta
pentingnya
bagi
kelompok
tani.
Mereka
hanya
pernah
peningkatan
bersama
terkait
masalah
pertanian,
dilibatkan
dalam
kapasitas
Kampung
pakan
oleh
yang
dikelola
yang
seperti
baik
petani
kegiatan
diselenggarakan
25
kalau
mereka
tidak
kegiatanpelatihan
tahu
guna
ISSN : 2086-7719
bahwa
PNPM di
ada
meningkatkan
keberadaan
merupakan
kesuksesan
pengembangan
ujung
kelompok
tombak
pelaksanaan
tani
bagi
program
percontohan
masyarakat
ayam
hasil
penelitian
dengan
kampung
secara
diketahui
belum
pendapat
responden
legal
terbentuk.
tantang
formal
Namun
peran
adanya
Dinas
Tokoh Adat
Perguruan Tinggi
Peternakan
Sangat Membantu
70%
73,3 %
93,3 %
Tidak membantu
10%
6,7 %
20%
26,7 %
pemerintah
pusat
yang
kawasan
yang
berada
kerjanya.Sedangkan
di
wilayah
Program.MIF
Perguruan
melaksanakan
Masyarakat,
Tinggi
dalam rangka
pengabdiannya
Responden
kepada
berpendapat
26
ISSN : 2086-7719
Pertanian
dalam
program
masih
yaitu
rangka
implementasi
bersifat
one
man
show,
lainnya seperti
stakeholders
LSM dan
Keadaan
ini
terjadi
karena
responden
maksimal
dinilai
dalam
(73,3%)
responden
tokoh
sangat
adat
membantu
pada
dilaksanakan.
responden
menjabat
melaksanakan
sebagai
Ibu
Kepala
Dusun
saat
sebelum
Kondisi
lebih
program
itu
menjadikan
berpengalaman
program
PNPM
lainnya
dalam
yang
disegani.Kondisi ini
dll.
sangat
menguntungkan
dalam
dimobilisasi
melaksanakan
untuk
berbagai
bergerak
dalam
aksi
wawancara
dengan
Ketua
Luas Pekarangan
Pemanfaatan (%)
358.2667
30
163.5
50
MIF
PNPM
dan
perbedaan
pemanfaatannya
luas
dari
kelompok.
Pada
seleksi
oleh
Tim
pendamping
sesuai
pelaksanaan
27
lahan,
sesuai
dengan
ISSN : 2086-7719
kebiasaan
Gambar
separuh
diketahui,
jumlah
lebih
responden
dari
(59%)
(diumbar),maka
pemanfaatan pekarangan
membuat
kandang
salah
adalah
umbaran
satu
untuk
.Pada
(27%)
responden
menyatakan
bahwa
ditanami
mengganti
tentang
tersebut
lahan
MIF
kondisi
kandang
dikarenakan
perbedaan
luas
pekarangan.
Pada
kelompok
kandang
rusak
relatif
lebih
berikut:
Tabel 4. Jumlah Ayam yang Ada dipelihara Sebelum dan Sesudah Ada Program MIF dan
PNPM
Kelompok
Induk
Jantan
Dara
Anak
Induk
Dara
Anak
MIF
100
11
60
60
38
PNPM
23
36
40
20
40
44
diketahui
Berdasarkan
Tabel
28
ISSN : 2086-7719
beternak
ayam
kampung
umumnya
hanyalah
sehingga
tidak
bagi
sebagai
tabungan
untuk
meningkatkan nilai
ternaknya. Menurut
Biyatmoko (2003),
buras
masuk
adalah
ada
petani
keinginan
sebagai
tabungan
tidak
sendiri
pada
Kondisi
kandang
yang
disediakan.
pengetahuan
dan
adalah besarnya
masih
teknik
Salah
satu alasan
pakan
komersil
menyusun
ransum,
penetasan,
Tabel
terlihat
bahwa
selain
kelompok
guna
keperluan
sehari
hari
MIF
dan
PNPM
cenderung
sikap
adalah
bulan
wawancara
dikonsumsi
sendiri
(53%),
menutupi
saja.
Menurut
alasan
hasil
lainnya
adalah
karena
terhadap
ketidak
penggunaan
teknologi
berdayaannnya
atau
dijual
dalam
untuk
dan
stock.
sisanya
menjawab
karena
sering
Pengetahuan
tentang
teknologi
populasi
cenderung
menurun
anggota
kelompok
masih
menyumbangkan
ayam
daranya
setiap
mampu
setiap
perubahan,
responden
yang
peduli
29
ISSN : 2086-7719
Sebelum
Menyusun ransum
Sesudah
Umbar
Daya Tetas
Breeding
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Dierami
Dierami
Sembarang
Pejantan
Pejantan
Pilihan
Semi
Asal
Formulasi
intensif
memberi
ransum
MIF
100%
15%
50%
80%
50%
80%
100%
30%
PNPM
100%
15%
50%
60%
100%
13%
100%
30%
mempelajari
(Ariani. 1999).
teknik
menyusun
(Arief,D.A.
memperoleh
membeli
dan
khusus untuk
namun
dilanjutkan
program
mengetahui
penyuluh
induk
kemampuan
analitis
bahan
sudah
bagaimana
memilih
menakarnya
mulai
calon
dan
modal
pihak
Dinas
Penyuluh
pembinaan
oleh
sebetulnya
penyuluh
pembinaan
kelompok
tingkat
setelah
hampir
diperoleh
(MIF)
30%
(PNPM)
yang
ada
di
bias
tidak
dari
responden
pendapatan
dalam
satu
yang
hari
30
ISSN : 2086-7719
Tabel 6. Pendapatan per hari sebelum dan sesudah ada MIF dan PNPM
Pendapatan perhari
Jawaban Responden
sebagai petani
Sebelum ada
Sesudah ada
MIF
PNPM
MIF
PNPM
73.3 %
80%
13,3.0%
21%
Rp 7.000- Rp 15.000
40.0 %
53%
26.7 %
20%
46.7 %
26%
Rp 15 .000 Rp 20 .000
dan PNPM
dari
7.000,-.Responden
Rp
pendapatan
yang
lebih
pendapatannya
15.000,-sebanyak
40%.
dan
53%.
Sedangkan
jerih
yang
responden
payah
bertani,
yang
mereka
juga
Penjualan
dilakukan
melalui
pedagang
pula
diantara
petani
yang
V. KESIMPULAN
PNPM
ternyata
kondisi
sector
sebelum ada
berdampak
sosial
dan
terhadap
ekonomi
sosial
dan
ekonomi
masyarakat
Desa
31
ISSN : 2086-7719
Selatan,
110.Direktorat
serta
Banjarbaru.hlm.
Jenderal
Peternakan.
sehingga
Jakarta.
berdampak
penambahan
2006.
Statistik
Iman-Rahayu,
H.S.,
Suherlan,
dan
I.
Supriyatna. 2005.
Kualitas telur tetas ayam Merawang
DAFTAR PUSTAKA
dengan
waktu
pengulangan
Lestari, S. 2000.
Penelitian
dan
Pengembangan
di
Peternakan, Bogor.
Kabupaten
Fakultas
Arief, D.A. 2000. Evaluasi ransum yang
Bogor.
Peternakan
Skripsi.
Institut
Pertanian Bogor.
organ
abdomminal,
sekum
dalam,
panjang
ayam
Fakultas
lemak
usus
kampung.
Peternakan
dan
Skripsi.
Institut
Pertanian Bogor.
Biyatmoko, D. 2003.
Permodelan usaha pengembangan
ayam
buras
dan
upaya
Temu Aplikasi
Banjarbaru,
89
Pertanian
Kalimantan
32
ISSN : 2086-7719
Abstract
Competition between crop and weed is one of the reason how low the yield of crops. The
presence of weeds on crop cultivation may reduce the ability of plants to produce. This research
was conducted to determine the effect of weeding time on the yield of peanut in dryland and
know the best weeding time to give the highest yield of peanut in dry land. This research was
the single factor experiment with arranged in a randomized complete block design (RCBD) with
three replications. The treatments consisted of weeding at 21 days after planting, weeding at 14
and 28 days after planting, weeding at 21 and 42 days after planting, weeding at 14, 28, and 42
days after planting, pre growth herbicide spraying + weeding 42 at days after planting, pre
growth herbicide spraying + weeding 21 and 42 days after planting, and without weeding as
control. The results showed that the weight of 100 seeds of peanut without weeding treatment
was lower than the plant with had weeding treatment. The yield components and yield of
peanut at various weeding intensity were not significantly different. The yield of peanut that
were not weeded decrease 15.90 to 36.72% compared to the plant weeded 2-3 times.
Key words: peanut, weed, weeding, dry land
penurunan masing-masing sebesar - 13,11;
PENDAHULUAN
tanaman
kedua
kacang-kacangan
setelah
kedelai
bagi
mendapat
dikembangkan
prioritas
dan
kedua
untuk
ditingkatkan
Akibatnya
Indonesia
harus
tahun
206.886.766
kg
102.529.656,
195.187.368
2010.
2008
dengan
tahun
kg
2009
dengan
sebanyak
nilai
US$
sebesar
nilai
US$
33
lahan
kering
(Harsono
et
ISSN : 2086-7719
1993),
al.,
pangan.
mempengaruhi
Pengalaman
menunjukkan
selama
bahwa
tingkat
ini
produksi
tindakan
hasil,
sehingga
pencegahan
apabila
penyakit
tidak
yang
tumbuh.
menimbulkan
tersebut
telah
untuk
pertanian,
dan
untuk
dimanfaatkan
yang
berpotensi
diusahakan
Selain
hama
diusahakan.
faktor
yang
produktivitas
untuk
menyebabkan
kacang
itu
dalam
gulma
seringkali
kerugian-kerugian
penyakit
hal
tanaman
dalam
yang
daerah
drainase
(2)
serangan
jelek
masing-masing
tanah
dan
terjadi
dan
tanah
padat,
cekaman
kekeringan,
(3)
penyakit,
khususnya
bercak
daun
yang
dikeluarkan
pertumbuhan
allelopati;
dan
tanaman
menghambat
atau
disebut
34
penyakit
pengganggu
menurunkan
aktivitas
hasil;
tanaman
(4)
ISSN : 2086-7719
yang
mengganggu
pemeliharaan
dan
Hakim
dapat
pengendalian
merusak
menurunkan
tanaman
tanaman
hasil;
(6)
sehingga
gulma
(2011)
mengatakan
gulma
bahwa
merupakan subjek
dapat
perlu
terhadap
berpengaruh
tanaman
terhadap
pokok
baik
akan
buruknya
derajat
kompetisi
maka
akan
terhadap
bervariasi,
tanaman
tergantung
budidaya
dari
jenis
hasil
kacang
tanah
akibat
penurunan
hasil
kacang
tanah
lebih
besar
dibandingkan
dipertimbangkan
sebelum
dominan,
alternatif
sepakat
dalam
mengadopsi
secara
efektif
dan
efisien,
periode
kritis
tidak
perlu
Misalnya
frekuensi
35
ISSN : 2086-7719
(Randomized
dapat
dan
dengan
empat
ulangan.
diujikan
adalah
intensitas
2008).
terdiri atas :
ditekan
sekecil
mungkin
Complete
Block
Design)
Faktor
yang
penyiangan,
A = Tanpa penyiangan
maka
perlu
pengetahuan
yang
cukup
setelah tanam
setelah tanam
setelah tanam
diketahui.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
Data
hasil
pengamatan
dianalisis
lahan kering.
perlakuan
dilakukan
Tempat
penelitian
di
Kebun
Universitas
Mercu
Buana
Yogyakarta.
lanjut
dengan
uji
nyata
jarak
bedengan
sebesar 2 x 3 m
setiap
perlakuan
yang
diamati
dalam
uji
beda
menunjukkan
tunggal
Rancangan
yang
Acak
disusun
Kelompok
hektar.
dalam
Lengkap
36
ISSN : 2086-7719
jumlah
polong
total
per
Gambar 1. Jumlah polong total per tanaman kacang tanah varietas Kancil pada berbagai
intensitas penyiangan
Pengaruh
intensitas
penyiangan
5%
penyiangan
terhadap
menunjukkan
tidak
perlakuan
intensitas
berpengaruh
bobot polong
isi
nyata
kering per
intensitas
penyiangan
ditujunjukkan Gambar 3.
37
ISSN : 2086-7719
Gambar 2. Jumlah polong isi per tanaman kacang tanah varietas Kancil pada berbagai
intensitas penyiangan
Gambar 3. Bobot polong isi kering per tanaman kacang tanah varietas Kancil pada berbagai
intensitas penyiangan
38
ISSN : 2086-7719
Gambar 4. Bobot biji kering per tanaman kacang tanah varietas Kancil pada berbagai
intensitas penyiangan
Perlakuan
menunjukkan
intensitas
tidak
penyiangan
berpengaruh
nyata
5%
menunjukkan
perlakuan
kering.
Tabel 1. Rata-rata bobot 100 biji kacang tanah varietas Kancil pada setiap intensitas
penyiangan
Ulangan
Perlakuan
Rata-rata
II
III
Tanpa Penyiangan
24.70
27.80
14.37
22,29 c
Penyiangan 21 HST
26.70
30.47
26.83
28,00 ab
32.73
31.07
27.33
30,38 a
27.70
28.30
29.30
28,43 ab
31.43
30.97
29.87
30,76 a
30.07
28.50
27.57
28,71 ab
26.37
30.33
25.60
27,43 b
Keterangan : Nilai rata-rata dari perlakuan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
beda nyata berdasarkan uji Duncan 5%
39
ISSN : 2086-7719
tidak
disiangi
paling
rendah
Tabel
5%
menunjukkan
perlakuan
intensitas
berpengaruh
nyata
penyiangan
terhadap
tidak
semua
menunjukkan
tanaman
sejak
tanam
sampai
panen
penyiangan
gulma
pada
meningkatkan
kualitas
biji
yang
Gambar 5.
penyiangan
Bobot biji kacang tanah varietas Kancil per hektar pada berbagai intensitas
40
Bobot
tingkat
100
biji
kebernasan
ISSN : 2086-7719
menggambarkan
tanaman
herbisida
yang
diberikan
dan
banyaknya
(fotosintat)
jam
hasil
biji
menggunakan
fotosintesis
setelah
aplikasi
(penyemprotan)
tanpa
Simamarta
bahwa
Pada
(1985)
mengatakan
penelitian
ini,
intensitas
penyiangan.
Hal
ini
mungkin
hebat,
menurun.
sebenarnya
kondisi
(1985)
seyogyanya
pertumbuhan
tanaman
Adisarwanto
tergantung
gulma
di
et
al.
pada
lahan.
pokok
(1993)
keadaan
Penyiangan
dilaksanakan
sebelum
tanaman
Prawiradipura
kacang
terhadap
kacang tanah.
tanah
Selain
penyiangan
saat
itu,
yang
kritis
perlakuan
intensitas
salah
satunya
Pada
kacang
(cit.
variabel
tanah
berbunga.
Harsono,
hasil
1993)
(Gambar
5)
41
ISSN : 2086-7719
2.
tanah
3.
pada
berbagai
intensitas
1.
kehilangan
hasil
kacang
tanah
akibat
Universitas
Yogyakarta
Rektor
yang
Mercu
telah
Buana
mendanai
penelitian ini.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto.
T.,
A.A.
Rahmianna,
mendapat
dalam
Malang.
saingan
gulma
Anonim.
2008.
Gulma
Tanaman.
eone87.wordpress.com/2008/11/13/
R.
Dan
Suwardi.
2009.
KESIMPULAN
produktivitas
produksi
1.
penyiapan
ISBN :978-979-8940-27-9
lahan
jagung
kering
dengan
lahan
dan
sistem
konservasi.
42
ISSN : 2086-7719
Pertanian
RI.
2011a.
Perkembangan
Volume
dan
Ekspor
Impor
Komoditas
dan
Nilai
J.
Dan
E.
Mardiati.
1990.
tanah
varietas
Gajah
(Arachis
hypogaea)
karena persaingan
M.
1985.
Pengaruh
43
ISSN : 2086-7719
PENDAHULUAN
Jagung
termasuk
komoditas
sebanyak
baku
tahun
industri
biofuel/bioetanol.
Badan
2009
1,31
juta
ton
(Anonim,
2010).
(8,04%)
Namun,
jagung
baku
Jagung
memacu
(Suryana et al ., 2005).
Endrizal, 2009).
digunakan
untuk
berperan
bahan
dalam
Benih
bermutu
varietas
unggul
merupakan
yang
cukup
salah
sangat
satu
faktor
dibutuhkan
yang
untuk
44
mendukung
ISSN : 2086-7719
keberlangsungan
atau
benih
merupakan
lada
(Piper
mengendalikan
benih
perkembangan
bermutu.
Penyimpanan
benih
L.)
nigrum
mampu
dan
S.
menekan
serta
zeamais
Akar
wangi
dan
sereh
wangi
mempunyai
panen.
Kerusakan
biji
jagung
akibat
mekanisme
dapat
bersifat
serangan
Sitophilus
zeamais
mencapai
45,91%
(Surtikanti
kandungan
pengendalian
racun
kontak,
senyawa
insektisidal,
antifeedan
dan
mutu
benih
jagung
sehingga
daya
vetivenol (vetiverol)
relatif
mudah
didapat,
aman
wangi
mempunyai
pengendalian
tipe
anti-insek,
terurai
tidak
lingkungan,
berkembang
di
alam
menyebabkan
pestisida
sehingga
pencemaran
menjadi
nabati
tahan
terhadap
(Mardiningsih
dan
geraniol
55-65% dan
citronella 7-15%
merupakan
anggota
famili
Poaceae
45
ISSN : 2086-7719
selama
sebutan
sesuai
jam.
Bahan
baku
tersebut
asli
formulasi
Suatu
sumber
bahan
pestisida
(non
ekstrak).
Kemudian,
untuk
larutan
(solution)
dibuat
(1989)
metanol/etanol
metode
untuk
aplikasi
dan
toksisitas
dengan
menggunakan
dan
air/CHCl 3
pelarut
(Alkofahi,
Kajian
ini
bertujuan
untuk
ini
diawali
dengan
Andropogon nardus).
50oC
dengan
pengovenan
pada
suhu
46
ISSN : 2086-7719
Untuk
minggu.
Setelah
itu
dilakukan
formulasi
jagung.
Kajian
bersumber
dapat
yang
penelitian.
dari
(powder)
rangkaian
ini
serbuk
Penelitian
formulasi
mempunyai
Rancangan
dengan
Acak
Lengkap
non
Akar
ekstrak
toksisitas
wangi
(bentuk
kontak
dan
asli),
terhadap
sereh
wangi
Selanjutnya
daya
dengan
untuk
repelensi
dilakukan
serta
pengujian
analisis
probit
menentukan toksisitasnya.
Penelitian utama dilakukan dengan
tipe
mekanisme
pengendalian
2007b)
47
dimana
dosis
20%
paling
ISSN : 2086-7719
tinggi
Perlakuan
Hari ke-1
Hari ke-7
Akar wangi 5%
2,50 a
2,50
2,50 a
17,50
cd
0,00 a
32,50
Sereh wangi 5%
7,50 a
10,00
bcd
2,50 a
7,50
bcd
10,00 a
15,00
bc
Kontrol
0,00 a
0,00
bc
Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tak berbeda nyata
menurut uji Duncan pada jenjang kepercayaan 5%
Tabel 2. Toksisitas akar wangi dan sereh wangi dalam formulasi ekstrak (larutan) dan non
ekstrak terhadap bubuk jagung (Sitophilus spp.)
Perlakuan
LC (Lethal Concentration) - 50
Toksisitas kontak
Toksisitas pakan
13,3450 + 0,0536
16,6359 + 0,0542
21,1852 + 0,0569
16,5551 + 0,0459
20,3787 + 0,0472
27,5673 + 0,0590
Tabel 3. Daya repelensi akar wangi dan sereh wangi terhadap Sitophilus spp.(%)
Konsentrasi
Akar wangi
Sereh wangi
Rata-rata
5%
63,35
68,30
65,83 b
10%
70,00
66,65
68,33 b
20%
81,70
73,35
77,53 a
71,68 A
69,43 A
Rata-rata
Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tak berbeda
nyata menurut uji Duncan pada jenjang kepercayaan 5%
Dari analisis varian, formulasi ekstrak dan
ternyata
formulasi
tidak
signifikan
menyebabkan
kemampuan
itu
tidak
mempengaruhi
mengeluarkan
senyawa
48
insektisidal
yang
dapat
ISSN : 2086-7719
mempengaruhi
wangi,
dan
pada
dosis
20%
dapat
28,42
24,02
26,22 a
10%
34,98
18,57
26,78 a
20%
47,62
34,00
40,81 b
37,01 B
25,53 A
Rata-rata
Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tak berbeda
nyata menurut uji Duncan pada jenjang kepercayaan 5%
Tabel 5. Populasi bubuk jagung Sitophilus spp. dengan perlakuan akar wangi dan sereh wangi
formulasi ekstrak (larutan) dan non ekstrak setelah 9 minggu dalam penyimpanan
Perlakuan
Pupa
Imago
Total
138
55
182
375 bc
59
51
135
245 efg
46
46
83
175 g
Akar wangi-ekstrak-5%
78
91
157
326 cde
Akar wangi-ekstrak-10%
61
42
182
285 def
Akar wangi-ekstrak-20%
62
39
108
209 fg
104
89
250
443 ab
90
80
175
345 bcde
62
73
121
256 efg
Sereh wangi-ekstrak-5%
131
128
157
416 bc
Sereh wangi-ekstrak-10%
93
103
169
365 bcd
Sereh wangi-ekstrak-20%
48
55
153
256 efg
Aseton
175
103
247
525 a
Kontrol
183
101
249
533 a
Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tak berbeda nyata
menurut uji Duncan pada jenjang kepercayaan 5%
Mortalitas yang terjadi akibat aplikasi akar
wangi
dan
sereh
wangi
akan
49
ISSN : 2086-7719
Kemampuan
daya
tumbuh
atau
disimpan
menunjukkan
selama
minggu,
perbedaan
dengan
tidak
atau
memperkecil
benih
antara
jagung
kemerosotan
yang
disimpan,
bobot
namun
serbuk (powder).
Tabel 6. Pengaruh aplikasi akar wangi dan sereh wangi formulasi ekstrak (larutan) dan non
ekstrak setelah 9 minggu dalam penyimpanan terhadap kemerosotan bobot dan daya
tumbuh benih jagung
Perlakuan
3,21
83,33
2,63
80,00
1,88
90,00
Akar wangi-ekstrak-5%
3,31
86,67
Akar wangi-ekstrak-10%
3,01
83,33
Akar wangi-ekstrak-20%
1,34
80,00
2,29
90,00
2,26
86,67
2,23
90,00
Sereh wangi-ekstrak-5%
2,64
73,33
Sereh wangi-ekstrak-10%
2,34
73,77
Sereh wangi-ekstrak-20%
1,79
70,00
Aseton
5,40
83,33
Kontrol
5,56
86,67
Keterangan : Nilai diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tak berbeda
nyata menurut uji Duncan pada jenjang kepercayaan 5%
50
ISSN : 2086-7719
Alkofahi,
A.
1989.
Search
Pesticides
1.
pakan
terhadap
hama
2.
pada
formulasi
5-20%
2010 : 1-8
berbagai
formulasi
populasi
dapat
hama
bubuk
4.
serbuk
menekan
3.
Plants.
bubuk
Higher
New
KESIMPULAN
dan
from
for
Dinarto,
W.
dan
D.
Astriani.
2005.
Sitophilus
spp.
Pengendalian
Akar
wangi
dapat
menyebabkan
usaha
dosis
20%
dapat
menyebabkan
mempertahankan viabilitas
Workshop
10%.
Perbenihan
dan
pada
jagung
selama
benih
dapat
namun
tidak
penyimpanan
9
minggu,
mempengaruhi
daya
tumbuh benih.
Proseeding
Seminar
Ilmiah
27
Agustus
Pertanian
Strategi
Pengembangan
Jagung
Muhammadiyah
Varietas
Sukmaraga
Provinsi
168-175.
di
2005.
Fakultas
Universitas
Yogyakarta.
Hal
Plants
with
Pest-Control
51
Properties.
ISSN : 2086-7719
Wiley-Interscience
York. 470pp.
ke-10.
Penerbit
Kanisius,
Yogyakarta. 55 hal.
Mandhava, B.N. 1986. CRC Handbook of
Natural Pesticides, vol.II : Isolation
and
Identification.
CRC
Baton
Penerbit
Kanisius,
Yogyakarta. 70 hal.
Mardiningsih, T.L. dan S.L.T. Sondang.
1993. Efikasi bubuk lada hitam
Proseeding
Seminar
Hasil
Penelitian
dalam
Rangka
Pemanfaatan
Pestisida
Nabati.
Pusat
Badan
Penelitian
Pengembangan
Penelitian
Pertanian,
TanamanRempah
dan
Balai
dan
Obat. Bogor.
Penelitian
dan
Zubachtirodin,
S.
Badan
Pengembangan
hal
Penelitian
dan
Pertanian,
Rangka
Pemanfaatan
TanamanRempah
dan
Obat. Bogor.
52
ISSN : 2086-7719
Indonesia has about 49 species of plants that can be used as an alternative energy
source, one of them is the elephant grass (Pennisetum purpureum Schumach). Elephant grass
is known have a biggest biomass weight and high heat value so that it can be used as fuel for
various industrial purposes including the generation of electricity. Elephant grass biomass
production depends on culture technique aspects such as fertilizing and environmental
conditions. Research in order to determine the effect of fertilizer N, P, K on elephant grass
(Pennisetum purpureum.cv.king grass) against the weight of biomass and that heat value has
been done on sandy coastal land of Bugel , Panjatan, Kulonprogo, May through September
2011. Five-level dose of fertilizer N, P, K, which consists of a mixture of urea, SP-36 and KCl
were attempted in the elephant grass using RAKL experimental design with 3 blocks as
replicates. Five-level dose of fertilizer has tried were 1). 0 kg / ha; 2) 115 kg urea, 90 kg SP-36,
115 kg KCl / ha; 3). 230 kg of urea, 180 kg SP-36, 230 kg KCl / ha; 4) 345 kg urea, 270 kg SP36, 345 KCl / ha and 5). 460 kg of urea, 360 kg SP-36, 460 kg KCl / ha. The results showed that
vegetative growth increased significantly with increasing doses of N, P, K fertilizer, but the
harvest of fresh and dry biomass weight, did not differ between dose of fertilizers, as well as its
heat value. Fresh weight obtained in this study ranged from 96.79 tons to 146.66 tons per
hectare, while the weight of dry biomass ranged 36, 54 tons to 48.45 tons per hectare. Heat or
caloric values obtained ranged from 221. 867 .226 kilo calories to 328 .943. 039 kilo calories.
Keywords : elephant grass; biomass weight; heat value; N,P,K fertilizer; sandy coastal land
krisis minyak bumi pada tahun 2008. Pada
saat itu harga minyak bumi melambung
PENDAHULUAN
Turunnya
sediaan
minyak
bumi
persediaan
sumber
energi
tentang
seberapa
besar
energi
sebagai
alternatif
2011).
Dunia, termasuk Indonesia, telah
mengalami krisis energi atau lebih tepatnya
Berdasarkan
Departemen
Energi
hasil
dan
kajian
Sumberdaya
53
ISSN : 2086-7719
atau
pengusahaan
dengan
perlakuan
Diantara
lahan
lahanlahan
marjinal
biomasa
untuk
rumput
budidaya
marjinal
gajah
tertentu.
yang
ada
di
yang
tersedia
waktu
membutuhkan
2010)
Bioenergi
kembali
adalah
dalam
waktu
energi
jangka
jutaan
tahun
Biomasa
(Widyasari, 2010).
Di Indonesia ada 49 jenis tanaman
merupakan
salah
satu
besar
pengembangan energi
terbarukan dan
konservasi
(energi
Departemen Energi
meliputi
pertanian/perkebunan/hutan,
2010).
Sebagai
Selama ini di Indonesia rumput
di
Indonesia.
Dalam
energi
hijau)
kayu,
negara
kebijakan
limbah
komponen
agraris
Indonesia
tertua
agar
tidak
bertentangan
dengan
yang
peranannya
digunakan
sangat besar
banyak
untuk
berbagai
54
ISSN : 2086-7719
tersebut
Teknik
Kimia
Indonesia-SNTKI,
2009),
dan akan
dipilih
dosis
yang
tertinggi
Informasi yang diperoleh tentang
masyarakat.
Produksi biomasa dan nilai panas
pupuk
perencanaan
akhirnya
minyak.
N,P,K
dan
nilai
panas
pengusahaan
yang
penanaman
SP-36
dan
KCl
yang
banyak
optimal
mendapatkan
diperlukan
biomasa
yang
untuk
maksimal,
ini
dilakukan
untuk
bahwa
kelebihan
hara
Kulon
Laboratorium
Kehutanan,
Progo,
Energi
dan
Biomasa
Universitas
di
Fakultas
Gadjah
Mada
dari
garis
dilaksanakan
pada
pantai.
bulan
Penelitian
Mei
sampai
bahan
yang
digunakan
rumput
gajah
kultivar
king-grass,
pupuk
kandang
sapi.
Alat
yang
55
ISSN : 2086-7719
pangkal batang.
KCl
dicobakan
pada
rumput
gajah
Parameter
penelitian
ini
yang
meliputi
diamati
tinggi
dalam
tanaman,
Tahapan
penelitian
dilakukan
biomasa
per
hektar
dan
nilai
panas
biomasa.
dibersihkan
permukaan
tanah
tertinggi.
Diameter
dengan
dilakukan
dari
gulma
pengolahan
kemudian
tanah
ditanami
penanaman
satu
dilakukan
setek.
Setelah
penyiraman.
Tinggi
tanaman
sampai
diukur
ujung
batang
dari
daun
diukur
biomasa
diperoleh
dengan
nilai
menggunakan
(Paumen
et.al.,
panas
alat
Kehutanan
value)
kalorimeter-bom
2004),
laboratorium Energi
(heat
dilakukan
Biomassa
Universitas
Gadjah
di
Fakultas
Mada.
56
ISSN : 2086-7719
dari
antar
persamaan
menggunakan
rumus
yang
dosis
pupuk
tidak
diperoleh
dianalisis
perlakuan
nyata 5% (Gomez
dan
Gomez, 1995).
uji
perbedaan
pemupukan
antar
rerata
perlakuan
pengaruhnya
terhadap
panen
meliputi
bobot
segar
yang
tanaman
adanya
bervariasi.
terlihat
ada
Pada
tinggi
perbedaan
oleh
ada
pengaruh
pemupukan.
Nampak
nyata
dicoba,
taraf
menunjukkan
diantara
perbedaan
kelima
dosis
yang
yang
dosis
pemupukan.
Terlihat
57
ISSN : 2086-7719
lebih
rendah.
Nilai
panas
cenderung
dosis pemupukan.
malah terjadi
penurunan nilai
Tabel 1. Purata tinggi tanaman, diameter batang , jumlah anakan, jumlah ruas dan
panjang bagian batang beruas rumput gajah pada berbagai dosis
pemupukan N, P, K
Dosis pupuk N, P, K (campuran Urea, SP-36, KCl,kg/ha)
Parameter
pertumbuhan
Tinggi tanaman
115, 90,
230, 180,
345, 270,
460, 360,
115
230
345
460
299.73 b
335
341.07
437.67
361.27 a
2.95
1.3
1.34
1.31
1.35
4.06
bc
5.8
7.07
6.33
ab
137.33 c
127.27
143.67 bc
181.07
169.93 ab
12
12.27
12.87
16.33
14.67
( cm)
Diameter
batang (cm)
Jumlah tunas
anakan
Panjang batang
beruas (cm)
Jumlah ruas
Keterangan : angka purata yang diikuti huruf sama pada baris yang sama,
menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antar dosis pupuk dengan
DMRT pada taraf 5 %
Tabel 2. Purata bobot segar biomasa per hektar, bobot kering biomasa per hektar dan
nilai panas biomasa rumput gajah pada berbagai dosis pemupukan
N, P, K
Parameter
pertumbuhan
96.79
a 142.17 a
Bobot segar
98.04
135.80 a 146.66 a
biomasa per
a
hektar (ton)
36.54
a 45.01
Berat kering
a
44.67
43.92
a 48.45
a
biomassa per
a
hektar (ton)
Nilai
panas(kalor),
6071.901
6789.331a 6554.857a
6534.516a 6721.37 a
a
Kal/g
Keterangan : angka purata yang diikuti huruf sama pada baris yang sama, menunjukkan
tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan dosis pupuk menurut
DMRT pada taraf 5 %
58
ISSN : 2086-7719
Gambar 1. Bobot kering biomassa rumput gajah pada lima taraf dosis pemupukan
N, P, K
Gambar 2 . Nilai panas biomassa rumput gajah pada lima taraf dosis pemupukan
N, P, K
taraf dosis ini dilakukan di lahan pasir pantai
B. PEMBAHASAN
penanaman
rumput
59
ISSN : 2086-7719
kata
air
pula
bantu di lapangan.
lain
tidak
(Hardjowigeno,
dapat
menyimpan
2003).
Demikian
(2008),
sebagai
dapat
lepas
karena
pembenah
lepas.
tanah
Sering
yang
terjadi
Hasil
juga
penelitian
pemupukan
ini
rumput
gajah
mengatakan
. Edward,
nampak
dipengaruhi
oleh
dosis
batang
pertumbuhan
diameter
seperti
batang,
menunjukkan
tinggi
jumlah
perbedaan
tanaman,
ruas,
yang
tidak
nyata
yang
ruasnya
kelihatan,
tidak
dengan
pembakaran
hasilnya
yang
ini
terpakainya
pengaruh
relatif
sama
penyiraman
dengan
menggunakan
air
terlalu
besar
dan
nutrisi
disebabkan
dari
pupuk
oleh
untuk
kemungkinan
organ
tanaman
mestinya
menyumbang
60
dalam
penelitian
pertumbuhan
di
ini,
ISSN : 2086-7719
perbedaan
parameter-parameter
gajah
bobot
nilai
beruas
meningkat
dengan
peningkatan
penyusutan
artinya
lanjut.
kurang
kering
biomasa
ini
optimal,
lebih
maupun
tinggi,
tanaman
hanya
2. Bobot
(Pennisetum
sejalan
dosis
diantara
1999).
pemupukan N,P,K
kelima
dosis
antara
96.79
ton
sampai
146.66
ton
per
hektar,
sedangkan
diperoleh
kalori
sebesar
221.867.226
kkal
bobot
berkisar
biomasa
antara
328.943.039 kkal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data serta pembahasan, maka
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2002.BombCalorimeter.Diagram
http://inst.santafe.cc.fl.us/~jbieber/ch
em/Chm1note/enthalpy.htm
61
ISSN : 2086-7719
4.
Lahan
Pasir
Pantai.
Laporan
ead/2011/03/15/22000021/
Paumen,Jessica; Kyle Mickalowski; Heidi
Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral
(ESDM).
Pengembangan
2011.
Bioenergi
Di
Rajiman.2010.
Prospektif
Lahan
Pasir
Indonesia.
Pantai.
http://pertanian-
http://manglayang.blogsome.com.
dong.blogspot.com/2010/prospektif-
lahan-pasir-pantai.diakses,Rabu
29September 2010.
and
of
Agriculture
the
United
Nations.Rome. 832p
terjemahan,
Universitas
edisi
2.
Indonesia.
Jakarta.698 h
11
of
Plant
Nutrition.
Potash
Insitute.
Switzerland.686p.
Mildaryani,
Warmanti.
2010.
Bobot
(Pennisetum
purpureum)
62
ISSN : 2086-7719
ABSTRACT
Many research showed that phenolic compounds of spices have antioxidant activity.
Therefore, it is important to develop extraction method for application in product development.
The objectives of this research were to produce ginger extract with high phenol content and to
study the effect of solvent type and maceration time on the yield value and phenolic content of
the extract. The research was conducted with ethanol variation of : 65, 80, 96% concentration
and maceration time of 12,24, 36 hours. The results showed that there was significantly effect of
ethanol concentration and maceration time interaction on yield value and phenolic content. The
optimum extraction condition that produced high extract and phenolic content was that
processed with 95% ethanol concentration and maceration time of 36 hours. The characteristic
of the extract were : total phenol 371,12 mg/g GAE (dry matter); yield value 77,63% (dry matter)
and EC50 of 51,92 mg/ml.
Key words: extraction method, ethanol, maceration, total phenol, reducing power.
pengembangan
PENDAHULUAN
Pada
saat
ini
perkembangan
aktif
seperti
komponen
atau
komponen
aplikasinya
sebagai
yang
belum
banyak
antioksidatif
dan
hipoglisemik
rempah-rempah.
di
aktivitas
(Zingiber
hasil
bahwa
rempah-rempah
rempah
penelitian
komponen
fenol
sangat
Rempah-rempah
menunjukkan
dari
penting
untuk
antioksidan
officinale
dari
jahe
var.
merah
Roscoe)
2008) serta
63
umur
rimpang
dan
jenis
ISSN : 2086-7719
rimpangnya
mempunyai
officinale
Bahan
menyatakan
tartarat,
bahwa
komponen
aktif
HCl,
eter,
reagen
nelson,
reagen
arsenomolibdat,
tumbuhan
adalah
terpenoid,
menyatakan
alkaloid,
capsaicin. Suhaj
bahwa
reagen
NaOH,
antioksidan
mengacu hasil
fenol
kemampuan
mempunyai
yang
mereduksi
mempunyai
sehingga
antioksidatif
dan
juga
aktivitas
hipoglisemik.
dengan ketebalan
3 mm dikeringkan
yang
dikecilkan
penting
dalam kesehatan
tubuh.
ukurannya
dengan
grinder
mencegah
sebanyak
kerusakan
makanan.
Untuk
25
dimasukkan
dalam
dan
makanan
dibutuhkan
cara
ekstraksi
komponen
fenol
optimal
terlebih
optimal
pengembangan
produk
yang
olahannya
64
ISSN : 2086-7719
terekstrak
Bahan Dasar
diperoleh
sesuai
Ekstrak
jahe
emprit
yang
yang
pelarut
alasan
ketersediaannya
karena
dilaporkan
jahe
emprit
yang
diuji
Kahkonen
higienitas
dalam
dan
ekstraksi
Selain
itu
etanol
merupakan
trikloro
dan
hipoglisemik
corcubionensis.
dinyatakan
asetat
(10%)
sebagai
2,5
tingkat
mL
absorbansi
700
absorbansi
menunjukkan
peningkatan
mereduksi.
Kemampuan
kemampuan
nm.
dari
daun
Azima
Centaurea
(2004)
untuk
Peningkatan
Kadar Fenol Total
Kadar fenol ekstrak jahe
yang
kuantitas
komponen fungsionalnya.
hasil
ekstraksi
dan
aktivitas
Hasil analisis
65
ISSN : 2086-7719
Menurut
95%
diperoleh
dkk.
bahwa
partikel-partikel
absorbsi
akibat
maka
(2007)
ekstrak
yang
yang
menyatakan
Escribano-Bailon
bahan
pelarut
dan
karena
sehingga
pemotongan
Santos-
atau
proses
komponen
penggilingan
komponen
polifenol
seperti
pigmen
Lama Macerasi
(Jam)
65
80
95
12
54,75 a
138,00 abc
203,00 cd
24
61,65 a
183,57 bc
219,14 de
36
100,73 ab
116,46 abc
371,12 e
yang sama
pada
macerasi
(Suryandari,
dan
konsentrasi
etanol
titik jenuh
dari
1981).
pelarut tersebut
Hal
ini
juga
fenol
waktu
sedangkan
terekstrak.
Semakin lama
air
7,7
(Palleros,
1993).
66
ISSN : 2086-7719
Lama Macerasi
(Jam)
65
80
12
36.23 a
38.20 a
53.53 c
24
37.45 a
48.57 b
63.98 d
36
49.19 b
63.98 d
77.63 e
95
yang sama
rimpang
pada
jahe
emprit
konsentrasi etanol
adalah
pembanding
sebagai
mengetahui
potensi
antioksidan
dari
Mekanisme
mereduksi
ekstrak
digunakan
yang
mempunyai
pada
antioksidan
umum
Reducing power
untuk
karena
ekstrak
fenol
jahe
senyawa
dan
aktivitas
emprit.
besar
fenolik
vitamin
kekuatan
mereduksinya,
artinya
antioksidatifnya.
Aborbansi
0.8
0.6
Jahe
Vitamin E
0.4
0.2
0
10
30
50
70
90
67
ISSN : 2086-7719
EC50*
Vitamin E
5.21
Jahe Emprit
51.92
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis fenol dan
Y = 0,4020 + 0,0188 X
b. Persamaan regresi untuk ektrak jahe
: Y = 0,1935 + 0,005903 X
adalah
semakin
besar
antioksidatifnya.
slopenya,
kemampuan
Bila
dilihat
vitamin
pada
konsentrasi
etanol
95%
nilai
mempunyai
lebih tinggi
dari
vitamin
adalah
5,1
mg/ml
51,92
Departemen
(nilai
sedangkan
ekstrak
absorbansi)
jahe
emprit
maka
dibutuhkan
Pendidikan
Nasional
yang
spesies
yaitu
Curcuma
(Rajamma dkk.,
kadar
DAFTAR PUSTAKA
berkisar
fenolnya
lebih
tinggi
68
ISSN : 2086-7719
Chemistry. Beta.global.spec.com.
solvent
Pubmed. AbstractPlus&list_uids.
type
on
phenolics
and
of
Medicinal
extracts.
17(4):149-164.
1154.
Some
extracts
(Zingiber
Nemmar
A.
2008.
officinale
Roscoe):
containing
phenolic
7(10): 3954-3962.
Antioxidative
Activity
and
Leun
Mau.
2007.
Antioxidant
extract
Aromatica.
Biochemistry. 31:757-771.
from
rhizome
Journal
Curcuma
Of
Food
Antioksidan
1058-1063.
Dalam
Kacang-
C.,
Santos-
Hewan
Percobaan.
Laporan
Methods
in
Polyphenols
69
ISSN : 2086-7719
Biologi
officinale.
Medicine.
and
Technomic
Publishing
3(5):25-30.
www.Biolmedonline.com.
J.
Sineiro,
H.
Review.
Journal
of
Food
Residual
Sources.
Food
Chemistry. 72 : 145-171.
Suryandari,
S.,
Oleoresin
1981.
Jahe
Pengambilan
dengan
Cara
2005.
Diabetes
Mellitus
Activities
of
Several
Commonly
C93-C97.
A.,G.,
Vimala
Baj,
and
nine
Curcuma
spesies.
2006.
Jahe
Pertumbuhan
Emprit
(Zingiber
Buletin
Anatomi
dan
70
ISSN : 2086-7719
ABSTRACT
The forage quality can increase by probiotic inoculation for example cellulolitic microbia.
Cellulolitic microbia can be isolate by cellulose composition substrat or another fiber
composition. From leaves seweage, animal ferlilizer, straw, and rumen liquid obtainable
celulolitic isolat.
Cellulolitic microbial colony isolated by specific CMC media. Colony total enumerated
with dilution series use pour plate on NA and PDA media. Cellulolitic activity analized by growth
on liquid CMC medium and reduction sugar analized. The yield of the highest reduction glucose
microbe chosen for used probiotic on forage. The forage consist straw, king gress and glirisidae.
The livestock each cutting and homogen mixed and inuculated spesific isolat as 10%. The
susbatrat three days incubated furthermore proximat analized.
The result that leaves sewage, animal fertilizer, straw and rumen can be used cellulolitic
microbe consist 14 total colony with 11 bacteria coloni and 3 fungi coloni. Can be giving 7
celulolitic colony and 3 colony fungi consist S/PK_3 , S/J/PK/R_4 bacteria and J/PK_1 fungi
with higher cellulolitik. the The highest cellulolitic is S.J/PK/R bacteria . The inoculated
S/J/PK/R_4 bacteria on straw, glirisidae and king gress substrat can quality increased for
protein and fiber decrese.
Key word : Cellulolitic microorganism, forage quality, CMC media
42,3%
LATAR BELAKANG
bahan
ekstrak
tanpa
nitrogen
ternak
dipengaruhi oleh
sebagai
sumber
produksi
ternak
(2007)
ruminansia
sangat
ketersediaan hijauan
pakan.
Ketersedian
mengatakan
bahwa
kandungan
(dasar bahan
harus
71
ISSN : 2086-7719
selulosa.
Serat
seringkali
yang
tidak
terdapat
dapat
di
pakan
dicerna
secara
Penambahan
mikroorganisme
ke
yang
memberikan
mikrobia
menguraikan
selulosa
yang
yang
mampu
merupakan
besar
sangat
bermanfaat
untuk
Ensim
dalam
rangkaian
protein
selulase
berperan
monomer
berupa
glukosa-
ke
dalam
usus
halus
dapat
senyawa
disakharida
ataupun
dari
yang
kandungan
dkk., 2002 )
menghasilkan
limbah
organik
diisolasi
dari
tinggi
yang
substrat
banyak
dengan
selulosanya
mikrobia
selulolitik
akan
yang
berkekuatan tinggi.
mampu
HMT.
yang
bisa
dapat
mikrobia
selulotik
meningkatkan
terdapat
juga
protein
di
meningkatkan
dalam
protein,
sel
bahkan
72
ISSN : 2086-7719
METODOLOGI
Penelitian
dilaksanakan
di
Peternakan
Buana
isi rumen,
Universitas
Mercu
pupuk kandang,
tumpukan
dengan
agar (NA),
10%
substrat
yang
akan
jerami,
glirisidae dan
(CMC).
adalah
isolasi
Alat
seperangkat
mikrobia,
yang
digunakan
peralatan
untuk
ini
merupakan
mendasarkan
CMC.
digunakan
perlakuan,
Mikrobia
yang
sebagai
terseleksi
tercerna
jerami
biostarter
selanjutnya
Pengujian
mempunyai
diidentifikasi
aktivitas
terhadap
untuk
mikrobia
peningkatan
dilakukan
dengan
serat
menimbang
= glirisidae
= rumput gajah
Hijauan
selanjutnya
dicampur
secara
Pelaksanaan
penyiapan
sumber
penleitian
meliputi
inokulum,
isolasi
selulolitik
aktivitas
yang
unggul
mikrobia
Setelah 3 hari,
yang
dilakukan
dan
terseleksi
73
ISSN : 2086-7719
A. Isolasi mikrobia
subatrat
dari
berbagai asal
antar
terdapat
perbedaan
yang
nyata
bakteri
merupakan
beberapa
Asal Substrat
Jerami
Sampah
Rumen
dedaunan
Pupuk
kandang
NA
27.700
376.000
291,67
508,33
CMC Agar
30
410
13,5
220
PDA
49
300
73
pada PDA.
Isolasi
mikrobia
selulolitik
bakteri.
mengandung
Dari
jumlah
koloni,
jumlah
sumber
karbon
dari
selulosa.
diakibatkan
karena
bakteri
Tabel 2 . Rerata jumlah mikrobia selulolitik dari berbagai asal substrat/ 0,5 ml (x10-4)
Macam
media
Asal Substrat
Jerami
Sampah
Rumen
dedaunan
CMC Agar
30
410
Pupuk
kandang
13,5
220
74
Tabel
mikrobia
menunjukkan
selulolitik
ISSN : 2086-7719
bahwa
mikrobia
yang
bersifat
lignolitik
yang
mampu
dapat diperoleh
mendukung
sampah
pupuk
adalah
harzianum,
dedaunan,
dari
diikuti
rumen.
Gambar
koloni
pertumbuhannya.
koningii,
Jumlah
Cellulomonas,
( jamur maupun
dkk., 2007).
mikrobia
selulolitik
Sampah
Jumlah
atau
kemelimpahan
banyak
mengandung
lignoselulosa
diperoleh
banyak
ligninnya
atau
Seperti
telah
berkurang
tumbuhan
banyak
pada
pupuk
dibandingkan
kandang
substrat
lebih
lainnya.
mengandung
pupuk
mampu
adalah
memecah
jamur
Basidiomycetes.
lignin
tingkat
utamanya
tinggi
Jamur
ini
yaitu
dikenal
kandang
yang
lebih
banyak
juga
lebih
banyak.
Sesuai
fungi.
yang
kaya
pada
akan
serat
berupa
lignin,
bahan
tersebut
beragam
sebagai
biang
untuk
setiap
semakin
mikrobia
karena
akan
PK_1,
PK_2
ditemukan
pada
bakteri
yang
hanya
pupuk
kandang
75
ISSN : 2086-7719
kandang) (
bakteri
mempunyai
perannya
sampah
lainnya,
namun
dedaunan
maupun
pupuk
Tabel 3).
dalam
banyak
semua substrat) ,
kemelimpahannya
Dengan jumlah/
melakukan
dibandingkan
lebih
proses
yang
sedikit.
pada jerami
76
ISSN : 2086-7719
No.
kemelimpahan
1.
Bakteri PK_1
2.
Bakteri PK_ 2
3.
Bakteri S/PK_3
4.
Bakteri
S/
5.
Bakteri S/J/PK_5
6.
Bakteri R_6
7.
Bakteri PK/R/J_7
8.
Bakteri PK/J_8
9.
Bakteri J/PK_9
10.
Bakteri J/PK_10
11.
Bakteri J/PK_11
12.
Jamur _J/PK_1
13.
Jamur J/PK_2
14.
Jamur J/PK_3
J/PK/R_4
Keterangan:
Bahan
= Jumlah sedikit
= Jumlah sedang
= Jumlah banyak
PK
= Pupuk kandang
= Jerami
= Rumen
= Sampah dedauanan
organik
sebagai
sustrat
untuk
isolasi
mengandung
yang
digunakan
bahan/
sumber
tersedia
diperlukan
untuk
hara
yang
mendukung
pertumbuhannya.
Untuk
pendugaan
media
mikrobia selulolitik.
tersebut
spesifik
untuk
memastikan
isolasi
mikrobia
menumbuhkan
77
ISSN : 2086-7719
Keterangan:
Pertumbuhan/
ketebalan koloni
1.
Bakteri PK_1
2.
Bakteri PK_ 2
3.
Bakteri S/PK_3
4.
Bakteri S/J/PK/R_4
5.
Bakteri J/PK_5
6.
Bakteri R_6
7.
Bakteri PK/R/J_7
8.
Bakteri PK/J_8
9.
Bakteri J/PK_9
10.
Bakteri J/PK_10
11.
Bakteri J/PK_11
12.
Jamur J/PK_1
13.
Jamur J/PK_2
14.
Jamur J/PK_3
0
1
2
3
4
5
= Tidak tumbuh
= Tumbuh sangat sedikit/ sangat tipis
= Tumbuh sedikit/ tipis
= Tumbuh cukup tebal
= Tumbuh cepat/ tebal
= Tumbuh sangat cepat/ Sangat tebal
mampuan
tumbuhnya
kedua
isolat
ini
kemampuan
Semua
diperoleh
Bakteri
selanjutnya
diuji
maupun
mikrobia,
jamur
untuk
baik
bakteri
mendukung
pertumbuhannya
selalu
membutuhkan
karbon.
karbon
pada
bakteri PK/R/J_7,
Sellulosa)
Sumber
(Anonimus
b,
media
2008).
78
ISSN : 2086-7719
spesifik
untuk
mampu
mampu
dan
selulolitik dan
biasanya
tumbuh
dipergunakan
(Schlegel,
H.G.
menguraikan
serat
untuk
bersifat selulolitik.
Tabel 5. Gula reduksi dari bermacam isolat
C. Pemilihan mikrobia selulolitik untuk
biostarter
Bakteri S/J/PK/R_4
menunjukkan
No.
Isolat
1.
Bakteri PK_1
0,0106
bakteri
baik
2.
Bakteri PK_ 2
0,0125
3.
Bakteri S/PK_3
0,0244
4.
Bakteri
0,0374
lain
dan
paling
S/J/PK/R_4
5.
Bakteri J/PK_5
0,0082
6.
Bakteri R_6
0,0049
mendegradasi
7.
Bakteri J/PK_9
0,0195
8.
Jamur _J/PK_1
0,0213
9.
Jamur J/PK_2
0,0142
10.
Jamur J/PK_3
0,0138
serat
lebih
tinggi
baik
sifatnya
pada
yang
media
mampu
CMC
dan
yang
paling
tinggi
selanjutnya
sebagai biostarter.
terpilih
Dari
kemampuannya
inilah
selanjutnya
, bakteri
S/PK_3
disajikan
gula reduksi
pada tabel 6 .
lebih
tinggi
dibandingkan
dan
79
Isolat
mempunyai
adalah
maupun
jamur
J/PK_1
ISSN : 2086-7719
sporangium.
Menurut
Larone,
80
ISSN : 2086-7719
No.
Isolat
Karakteristik
1.
Bakteri PK_3
2.
Bakteri J/PK/R_4
pada
media
CMC,
diduga
adalah
Cellulomonas
2.
Jamur _J/PK_1
bersekat.
membentuk
Beberapa
konidiophore
ujung
yang
hifanya
tersusuan
sporangium.
Diduga
jamur
Streptomyces
dengan
sebelumnya,
Kemampuan
kadar
selama
protein
hari
mengalami
gula
seratnya
Keseluruhan
sedangkan
menunjukkan
menghasilkan
menghasilkan
diinkubasikan
S/PK_3
gula
maupun
reduksi
yang
J/PK_
tidak
mengalami
parameter
adanya
penurunan.
tersebut
perbedaan
yang
dikatakan oleh
mikrobia
untuk
dapat
melakukan
81
ISSN : 2086-7719
melaksanakan
metabolisme.
Selain
kemudian
mengalami penguapan.
jasad
lainnya
karena
telah
Macam isolat
Ulangan
S/PK_3
S/J/PK/R_4
J/PK_1
dalam
0.02405
0.03755
0.01815
0.02480
0.03725
0.02435
Rerata
0.02443
0.03740 b
0.02125
Nialai
aktivitasnya
akan
dengan
superkrip
yang
menunjukkan
perbedaan
yang
rerata
berbeda
melakukan
nyata (P<0.05).
digunakannya
dilakukan
fermentasi
mendukung
oleh
terlihat
mikrobia
pertumbuhannya.
untuk
Mikrobia
kadar
proteinnya
mengalami
kenaikan
melakukan
mempertahankan
lainnya,
utamanya
bakteri
(Zaifbio,
2009).
reproduksi,
untuk
Protein
pertumbuhan
pada
jerami
yang
ditambahkan
menggunakan
sumber
karbon
mampu
yang
pernyataan
jerami
beberapa
yang
berbeda
dengan
hijauan
Saraswati,
jenis
bakteri
menghasilkan
jerami
misalnya Cellulomonas.
relatif
banyak
kadungan
serat
2007,
protein
yang
dari
ada
mampu
selulosa
82
ISSN : 2086-7719
Tabel 8. Nilai rerata hasil analisis proksimat berbagai macam substrat sebelum
dan setelah 3 hari fermentasi tanpa inokulasi isolat
Kadar air (%)
Macam
bahan
Sebelum
sesudah
Sebelum
sesudah
sebelum
sesudah
Jerami
6.6216 a
4.8666 b
12.2626 a
13.0419 b
22.1550 a
23.6450
b
Glirisidae
7.8664 a
4.8632 b
43.8125 a
26.8698 b
20.9700 a
7.6800
b
Rumput
6.1280 a
5.4250 b
20.1419 a
16.3587 b
23.8775 a
19.9550
b
gajah
Nilai rerata dengan superkrip yang berbeda pada kolom yang sama untuk masing-masing
bahan pakan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).
Glirisidae merupakan salah satu
kualitas
pakan
juga
menurun,
karena
yang
ruminansia.
termasuk
Legum
mempunyai
Hasil
Lebih
lanjut
dinyatakan
oleh
protein
dari
usus
analisis
proksimat
kadar
semua
perlakuan
terjadi
peningkatan,
jerami
Selain
mampu
cepat rusak.
maupun
rumput
gajah.
sedangkan
menghasilkan
kandungan
protein
dengan
S/J/PK/R_4
menjadi
menyebabkan
busuk).
bahwa
Penambahan bakteri
baik
dan
Glirisidae
tidak
tanpa
penambahan
mikrobia
Cellulomonas
mampu
menghasilkan
protein
dengan
83
ISSN : 2086-7719
Jerami (awal)
Jerami
setelah
hari
Kadar air
(%)
Kadar
protein (%)
Kadar serat
(%)
6,62155 b
12.26255 a
24.1550 a
4.86665 a
13.04195 a
23.6450 a
fermentasi)
3
Jerami + S/J/PK/R_4
5.24137 a
15.09672 b
23.6083 a
Glirisidae (awal)
7.8664 b
43.81245 b
20.9700 b
Glirisidae
4.8632 a
26.86975 a
7.6800 a
(setelah
hari
fermentasi)
6
Glirisidae + S/J/PK/R_4
5.5702 a
45.45588 b
18.3533 c
6.1280 b
20.14185 b
23.8775 b
5.4250 a
16.35865 a
19.9550 a
5.4029 a
20.90923 b
20.9467 a
fermentasi)
9
Nilai rerata dengan superkrip yang berbeda pada kolom yang sama untuk masing-masing
bahan pakan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).
Tabel 10. Hasil analisis proksimat berbagai macam substrat setelah diinokulasi
dengan isolat S/J/PK/R_4
Kadar air
(%)
Kadar
protein (%)
Kadar serat
(%)
Jerami + S/J/PK/R_4
5.24137 a
15.09672 a
23.6083 c
Glirisidae + S/J/PK/R_4
5.5702 a
45.45588 c
18.3533 a
5.4029 a
20.90923 b
20.9467 b
Nilai rerata dengan superkrip yang berbeda pada kolom yang sama untuk masing-masing
bahan pakan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).
84
Kadar air
ISSN : 2086-7719
B. Saran
1.
pakan
imbangan
Untuk
mendapatkan
yang
lebih
kualitas
baik
dengan
diakibatkan
karena
yang
berbeda.
Seprrti
oleh
baik.
jenis
pakan
dinyatakan
Sangat
dimungkinkan
bagi
perternak
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus
a.
2008.
Selulosa
ternak.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Selulosa,
4 Desember 2008
Anonymous
b.
2006.
Mempengaruhi
mampu
(http://rachdie.blogsome.com/2006/
pertumbuhan-mikroba/)
Diakses
J/PK_1
Bakteri
(Online).
10/14/faktor-yang-mempengaruhi-
3.
yang
Pertumbuhan
Mikroba.
A. Kesimpulan
1.
Faktor
G.
1988.
Taksonomi
85
Ginting, 2005.,
ISSN : 2086-7719
Sinkronisasi Degradasi
Gamal
((Gliricidia
sepium).
http://klinik-
untuk
Memaksimalkan Produksi
agropolitan.com/news.php?id=20
Protein
Mikroba,
10 Juli 2009
Buletin
Ilmu
Rieda, 2007.
HMT
Hanifah,
K.A.,
Percobaan
Fakultas
1993.
Teori
Rancangan
http://alveoli.wordpress.com/2008/03
Aplikasi,
/28/hijauan-makanan-ternak-hmt/, 20
dan
Pertanian
Universitas
November 2008.
Sriwijaya, Palembang
Saraswati, R., Santoso, E., dan Yuniarti, E.,
Jutono, 1995. Solid Substate fermentation
Organik,
GMU Yogyakarta.
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/
dokumentasi/buku/pupuk/pupuk10.p
Ternak,
Fakultas
Umum,
Ed.6
R
Martina, A., Nuryati Yuli, Mumu Sutisna,
Wattimena
),
Gadjah
Mada
Terhadap
Selulosa
Laju
Degradasi
Kayu
Albasia
(L.)
Karboksimetil
2007.
Analisis
proksimat,
http://sukarno.web.ugm.ac.id/analisis
-proksimat/, 18 November 2008
(Paraserianthes
falcataria
Sukarno,
Nielsen
Selulosa
dan
(CMC)
Susilowati,
D.N.,
Rosmimik,
Rasti
dan
Lukman
Gunarto,
2003.
Komposisi
Kimia
dan
86
ISSN : 2086-7719
Ruminansia,
http://jasmal.blogspot.com/2008/02/
Tillman, D. A. Hari Hartadi, Soedomo
Reksohadiprodjo.
Soeharto
1991.
Ternak
Ilmu
Dasar.
University
Makanan
Gadjah
Press.
Mada
Fakultas
W.,
2011.
Karbohidrat
http://64.203.71.11/Kompascetak/0106/29/iptek/karb35,htm,
Des 2008
Zaifbio, 2009. Nutrisi Mikroba,
Sebuah Esensi Dasar Untuk
Kehidupan Mikrobia,
biologi
on
line
blok
education
Biologi,
http://zaifbio.wordpress.com/2009/01
/31/nutrisi-mikroba-sebuah-esensidasar-untuk-kehidupan-mikroba/.
Diakses pada tanggal 1 Agustus
2009
87
ISSN : 2086-7719
Key Words : Shallot, physiological tolerance, drought stress, coastal sandy soil
menyebabkan persoalan ikutan lainnya di
PENDAHULUAN
dengan
Namun
pantai
secara
Sebagai
negara
luasan
tersebut
yang
belum
besar.
digarap
pengembangan
faktor
menyebabkan
tingginya
kandungan
pasir
budidaya
munculnya
tanaman
di
persoalan
88
ISSN : 2086-7719
air.
budidaya
berkorelasi
Ditegaskan oleh
selain usaha
bahwa
Oleh
karena
itu
upaya
perbaikan
dengan
potensial
osmotik.
akan
terjadi
peningkatan
Pemunculan varietas
mempan
jika
didukung
oleh
informasi
paling
memiliki
mekanisme
toleransi
terutama
berkaitan
dengan
pengendalian
berflutuasi
oleh
karena adanya
perubahan
konsentrasi
protein
karakter
fisiologi
transpirasi, yaitu :
kondisi
mampu
menghindari
dehidrasi
dengan
tercekam
bermanfaat
sebagai
dasar
akan
pemunculan
varietas
pertimbangan
menekan
Perubahan
digunakan
toleransi
Dilaporkan
(1996)
pendapat
sehari-hari.
laju
transpirasi.
sebagai
oleh
penanda
Passioura
Shinozaki
dan
Yamaguchi-
toleran,
kekeringan
selain
perbaikan
sebagai
teknologi
jika
karakteristik
tanaman
menyebabkan
yang
kekurangan
perubahan
berpengaruh
aktivitas
protein
Maestri
et
bahwa
prolina
al.
pada
spesifik.
(1995)
air
akan
fisiologi
gen
bawang
sintesis
dan
lanjut
terhadap
tanaman
ekspresi
Lebih
merah
toleransi
cekaman
untuk diteliti.
mengungkapkan
merupakan
senyawa
89
ISSN : 2086-7719
METODE PENELITIAN
fisiologi
toleransi
terhadap
Percobaan
faktorial
taraf meliputi :
Percobaan
dengan
Pertama.
rancangan
lingkungan
tersedia)
pertama).
Dengan
demikian
percobaan
varietas Timor,
V3 =
V5 =
Brebes,
V2
dan
K3 = 60% air
empat
kombinasi
perlakuan
faktorial
dengan
panjang
dan
kandungan
protein
total,
percobaan.
rancangan
rancangan
perlakuan
lingkungan
KTK (kapasitas
unsur
N, P
varietas bawang
90
ISSN : 2086-7719
diduga
oleh
tanam
saat
karena
perbedaan
pengujian,
yakni
media
pada
Batas
Ambang
Pantai
kadar
air
tanah
yang
menyebabkan
respon
secara
progresif
merah
terhadap
menggunakan
brangkasan (BKB).
AT
evapotranspirasi
berdasarkan
toleransi
cekaman
tanaman
kekeringan
peubah
bobot
kering
Penggunaan BKB
(tanaman
mengalami
Havaux
(1992)
kapasitas
fotosintesis
tersebut
berbeda
dari
percobaan
menyatakan
dapat
bahwa
digunakan
peubah
cekaman
oleh
kekeringan
pada
tanaman
yang
dapat
pendapat
menyatakan
menggambarkan
Levitt
bahwa
(1980)
yang
penurunan
taraf
91
ISSN : 2086-7719
tanggapan
tanaman
terhadap
cekaman kekeringan.
Tabel 1. Pengaruh perlakuan kombinasi varietas bawang merah dan kadar air tanah
terhadap bobot kering brangkasan (BKB) tanaman (gram)
Perlakuan
80% AT
60% AT
40% AT
Varietas :
2,08 bcde
Bima Brebes
Timor
1,80 abcde
1,95 abcde
2,40 def
Tiron
2,21 bcde
2,41 def
1,57 abc
1,35 a
1,77 abcd
1,44 ab
2,63 ef
1,96 abcde
2,60 ef
2,30 cdef
2,33 cdef
2,96 f
2,61 ef
Biru
2,78 f
Bima Juna
Kuning
1,83 abcd
2,25 cdef
1,77 abcd
1,97 abcd
1,98 abcd
2,49 ef
Keterangan : Angka rerata pada baris dan kolom yang diikuti huruf sama
menunjukkan perbedaan menurut uji Tukey taraf 5%.
Perbedaan
respon
pada
varietas
tersebut
dapat
digunakan
varietas
toleran
terhadap
untuk
BKB
kepentingan
seleksi
digolongkan
cekaman
kekeringan.
daerah
yang
digolongkan
yang
diseleksi
berbeda.
ternyata
Tabel
dijumpai
lima
varietas
peka
terhadap
cekaman
BKB
varietas
secara
nyata
yakni
kekeringan
karena
terjadi
92
(45,21%),
ISSN : 2086-7719
100% AT
60% AT
Penurunan
BKB (%)
Klasifikasi
1,26
0,48
1,17
1,05
1,18
0,55
1,88
1,03
1,63
1,36
1,48
1,36
0,53
0,24
0,74
0,60
2,48
0,76
2,13
1,27
1,30
0,82
1,35
1,02
61,90 * )
Peka
10,26 ns
Toleran
53,39 * )
Peka
45,21 * )
Moderat
16,56 ns
Toleran
8,11 ns
Toleran
54,72 * )
Peka
18,92 ns
Toleran
69,36 **)
Peka
40,38 * )
Moderat
36,92 * )
Moderat
24,45 ns
Toleran
Keterangan : ns = tidak ada perbedaan BKB antara perlakuan 60% AT dengan 100% AT
*) = terdapat perbedaan BKB antara perlakuan 60% AT dengan 100% AT
berdasarkan uji BNT taraf 5%
**) = terdapat perbedaan BKB antara perlakuan 60% AT dengan 100% AT
berdasarkan uji BNT taraf 1%
93
ISSN : 2086-7719
K1= 100% AT, K2 = 80% AT, K3 = 60% AT, K4 = 40% AT; (AT = air tersedia)
Gambar 2. Keragaan pertumbuhan tanaman bawang merah varietas peka
pada berbagai perlakuan kadar air tersedia
K1= 100% AT, K2 = 80% AT, K3 = 60% AT, K4 = 40% AT; (AT = air tersedia)
Gambar 3. Keragaan pertumbuhan tanaman bawang merah varietas toleran
pada berbagai perlakuan kadar air tersedia
Pantai
Brebes)
menurun
akibat
cekaman
penurunan
pertumbuhan
tanaman
terhadap
94
ISSN : 2086-7719
Sedangkan
cm) dan
Cukup air
Panjang akar
Tercekam kekeringan
--------------------------- cm --------------------------------
Varietas toleran
15,90
11,50 *)
Varietas peka
16,73
9,13 *)
Varietas toleran
0,24
0,22 ns
Varietas peka
0,13
0,07 *)
Varietas toleran
22,97
13,85 *)
Varietas peka
13,70
9,40 *)
Varietas toleran
7,62
5,25 ns
Varietas peka
8,51
1,39 *)
Keterangan : ns = angka pada baris yang sama pada setiap peubah menunjukkan
tidak ada perbedaan berdasarkan uji BNT
*) = angka pada baris yang sama pada setiap peubah menunjukkan
perbedaan berdasarkan uji BNT taraf 5%
penurunan akibat
cekaman kekeringan
penurunan
95
ISSN : 2086-7719
kering). Tekanan
(KAR)
91,73% (bobot
umbi
daun.
Cekaman
menyebabkan
kekeringan
penurunan
KAR
daun
normal akan
kondisi
mengakibatkan penurunan
(Tabel 5).
KAR daun
terhambatnya
Penurunan
disebabkan
oleh
pertumbuhan akar.
relatif tinggi
hambatan
pada
pada varietas
Hambatan
pertumbuhan
pertumbuhan
akar.
akar
akan
Penurunan
bobot
kering
korelasi
brangkasan
(BKB)
dan
varietas
toleran
mampu
Tabel 4. Bobot umbi bawang merah pada kondisi cukup air dan tercekam kekeringan
Peubah
Cukup air
Tercekam kekeringan
Varietas toleran
Varietas peka
Bobot umbi kering
12,36
7,62 ns
9,84
0,71 *)
Varietas toleran
9,92
5,72 *)
Varietas peka
7,98
0,66 *)
Keterangan : ns = angka pada baris yang sama pada setiap peubah menunjukkan
tidak ada perbedaan berdasarkan uji BNT
*) = angka pada baris yang sama pada setiap peubah menunjukkan
perbedaan berdasarkan uji BNT taraf 5%
kerapatan
cenderung
Berkaitan
varietas
kekeringan
lebih
peka
dengan
rendah
(Tabel
menyebabkan
dibandingkan
5).
Cekaman
menurunnya
yang
menentukan
kemampuan
96
adaptasi
tanaman
terhadap
ISSN : 2086-7719
cekaman
Tabel 5. Kandungan air relatif (KAR) daun , efisiensi penggunaan air (EPA) dan kerapatan
stomata tanaman bawang merah pada kondisi cukup air dan tercekam kekeringan.
Peubah
Cukup air
Tercekam kekeringan
25,11
13,27 *)
Varietas peka
20,41
10,48 *)
83,05
Varietas peka
118,11 ns
105,89
42,00 *)
Kerapatan stomata
--------------------- (unit/0,79 m2) -----------------------Varietas toleran
111,67
92,67 *)
Varietas peka
133,00
100,33 *)
Keterangan : ns = angka pada baris yang sama pada setiap peubah menunjukkan
tidak ada perbedaan berdasarkan uji BNT
*) = angka pada baris yang sama pada setiap peubah menunjukkan
perbedaan berdasarkan uji BNT taraf 5%
Cekaman kekeringan (pada kadar
peningkatan
0,0457
kandungan
prolina
tajuk
g/g
pada
air
meningkat
merah
cekaman
6).
peka
terhadap
0,1486
cukup
menjadi
kondisi
g/g pada
nilai
g/g
tercekam
sedangkan
kekeringan
pada
kondisi
sebesar
0,2352
g/g
97
ISSN : 2086-7719
kekeringan
nyata
peka
dan
peningkatannya
terhadap
tampak
pada
cekaman
varietas
kekeringan.
Sejalan
menyatakan bahwa
kandungan
prolina
meningkat
tajam
pada
saat
potensial
Tabel 6. Kandungan prolina dan protein total tajuk tanaman bawang merah
pada kondisi cukup air dan tercekam kekeringan
Peubah
Cukup air
Tercekam kekeringan
Kandungan prolina
------------------------
g/g -------------------------------
Varietas toleran
0,0457
0,1486
Varietas peka
0,0445
0,2352
11,21
7,25
Varietas peka
13,72
13,19
Bulow
Berkaitan
dengan
kandungan
tajuk
tidak
dipengaruhi
cekaman
(bukan
protein
total)
yang
aktif
Pattanagul dan
Madore
mengungkapkan
(1999)
yang
cekaman
kekeringan
melalui
(1998)
disebut
protein
protein
spesifik tersebut
LEA
embryogenesis-abundant
(the
proteins)
lateyang
kekeringan.
Lebih
lanjut
tersusun
dalam
superoksida
yang
seringkali
dan
menyatakan
Sejalan
dengan
Briantais
bahwa
pendapat
(1991)
yang
superoksida
yang
98
ISSN : 2086-7719
Tanaman
Kondisi
pantai
Kinerja
Serapan
Bawang
Merah
Hara
pada
kelompok
termasuk
bawang
bawang-bawangan
merah
dikatakan
Cukup air
Serapan N
Tercekam kekeringan
Varietas toleran
8,23
4,31 ns
Varietas peka
8,35
1,18 *)
Serapan P
Varietas toleran
2,74
1,47 ns
Varietas peka
2,56
0,37 **)
Serapan K
Varietas toleran
3,51
1,84 ns
Varietas peka
3,49
0,47 **)
Serapan Ca
Varietas toleran
7,92
4,63 ns
Varietas peka
7,83
1,10 **)
----------------------
Serapan Mg
mg/tnm ----------------------------
Varietas toleran
2,59
1,26 ns
Varietas peka
2,56
0,30 *)
Keterangan : ns = angka pada baris yang sama pada setiap peubah menunjukkan
tidak ada perbedaan berdasarkan uji BNT
*) = angka pada baris yang sama pada setiap peubah menunjukkan
perbedaan berdasarkan uji BNT taraf 5%
**) = angka pada baris yang sama pada setiap peubah menunjukkan
perbedaan berdasarkan uji BNT taraf 1%
99
Cekaman
kekeringan
ISSN : 2086-7719
berkaitan
dengan
menimbulkan
merupakan
hara
bahwa
yang
kalium
berfungsi
air
tanah
sampai
tersedia
telah
pada
dijumpai
membuka
60%
air
varietas-varietas
beberapa
yang
diuji,
varietas
yang
tampak cukup
tinggi,
yakni r = 0,73
Kuning,
varietas
peka. Keterkaitan
Ca
dengan
varietas Timor
dan
varietas
dan
dikatagorikan
terlibat
stomata.
bahwa
(3)
pada
pengaturan
konsentrasi
kalsium
di
dalam
varietas
varietas Probolinggo
Siam
peka
Cekaman
varietas
terhadap
yang
cekaman
kekeringan
menekan
pertumbuhan
Terdapat
perbedaan
toleransi
varietas
KAR
akar
yang
berpengaruh
karakter
toleran
fisiologi
dan
peka
kandungan
pada
varietas
peka.
Peningkatan
air
relatif
daun,
kerapatan
beradaptasi
dengan
DAFTAR PUSTAKA
cekaman
Blum, A. 1996. Crop respon to drought
and the interpretation of adaptation.
148.
1996.
yang
dapat
Proline
100
ISSN : 2086-7719
photoinhibition
phloem
sap
of
alfalfa.
Plant
stresses.
Plant
and
J.M.
Partitioning
Briantais.
of
N.
and
L.
Bulow.
1998.
1991.
photosynthetic
61-66
L.)
at
different
CO2
Biochemistry
Molecular
Biology.
Kertonegoro, B. D.
and
Longman
dan
Potensi
dan Supadi.
dan
pemanfaatannya
pertanian
berkelanjutan.
Seminar
Nasional
sumberdaya
kendala
untuk
Makalah
Pemanfaatan
lokal
pembangunan
untuk
pertanian
merah
Tengah,
Kasus
Brebes,
331-351
Hardjosumadi,
S.,
Kartasasmita,
Yuswadi
hal.
A.
(eds.).
In
U.G.
Kurnia
Padi
Jawa
dan
Palawija.
Levitt,
J. 1980. Response of
Plants to
R.S.
Accumulation
Barros.
of
proline
1995.
and
Role of
: 333-344.
70 (2) : 229-233.
of
vivo-antagonistic
water,
heat,
and
Marschner, H. 1986.
Mineral Nutrition of Higher Plants.
Academic Press. London.
101
ISSN : 2086-7719
Wilkins, M. B. 1984.
Passioura, J.B.1996.
Drought
and
drought
tolerance.
M. A. Madore. 1999.
K.and
K.Yamaguchi-
dan
kekeringan
terhadap
dan
pH
Riset Nasional.
water
stress?
The
1999.
Varietas
Karakter
Bawang
ascalonicum
Stres
Air.
Pascasarjana
L.)
Morfofisiologi
Merah
(Allium
pada
Kondisi
Tesis
IPB
Program
(Tidak
dipublikasi).
102
ISSN : 2086-7719
Beberapa contoh :
Buku :
Germation
Indonesia,
Press. 270 p.
diketik
dengan
computer
of
Seeds.
Pergamon
Physiological
untuk koreksi.
and
Biochemical
33: 203-208.
dengan jelas.
Susunan
urutan
naskah
ditulis
sebagai berikut :
Prosiding :
Kobayasshi,J. Genetic engineering of Insect
alamat instansi.
3. Abstract dalam bahasa Inggris, tidak
lebih 250 kata.
6. Kesimpulan.
naskah
atau
mengembalikanya
untuk
bersangkutan.
Naskah yang dimuat dikenakan biaya
percetakan sebesar Rp 100.000,- dan
penulis menerima 1 eks hasil cetakan.
103