Anda di halaman 1dari 7

7.

1 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat memahami karakteristik PLC dan dapat mengoperasikan PLC


dengan sistem kontrol sederhana

7.2 Tinjauan Pustaka

Sistem kontrol otomatis dengan PLC atau Programmable Logic Controller merupakan
bagian integral dari banyak industri modern. PLC memungkinkan pengendalian
otomatis dari banyak jenis sistem, mulai dari produksi otomatis hingga sistem
otomatisasi pada bangunan, kendaraan, dan peralatan rumah tangga. Seiring dengan
peningkatan kompleksitas sistem, pemrograman PLC menjadi lebih penting untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan (Franklin, et al., 2015).

Sistem kontrol adalah suatu sistem yang dirancang untuk mengontrol atau mengatur
suatu sistem fisik. Sistem kontrol dapat terdiri dari perangkat lunak dan perangkat keras
yang dapat mengambil tindakan yang sesuai untuk mengontrol sistem. Dalam banyak
kasus, sistem kontrol digunakan untuk mempertahankan suatu variabel sistem dalam
batas yang diinginkan. Variabel sistem dapat berupa suhu, kecepatan, atau tekanan
(Bolton, 2015).

Ada beberapa jenis sistem kontrol, termasuk sistem kontrol terbuka dan sistem kontrol
tertutup. Sistem kontrol terbuka tidak menggunakan umpan balik dari sistem yang
dikendalikan, sementara sistem kontrol tertutup menggunakan umpan balik untuk
mengatur sistem. Sistem kontrol tertutup sering digunakan dalam aplikasi yang
memerlukan presisi dan ketelitian, seperti sistem kontrol suhu pada mesin atau sistem
kontrol gerakan pada robot (Kuo & Golnaraghi, 2010).

PLC adalah perangkat kontrol yang terdiri dari CPU, memori, dan masukan dan
keluaran (I/O) untuk mengontrol perangkat keras. PLC digunakan untuk mengontrol
berbagai macam sistem, mulai dari sistem produksi hingga sistem otomatisasi pada
bangunan, kendaraan, dan peralatan rumah tangga. PLC terdiri dari beberapa bagian
penting, termasuk CPU, I/O, memori, dan modul komunikasi. CPU bertanggung jawab
untuk mengambil keputusan dan menjalankan program yang diinputkan ke dalam PLC.
I/O digunakan untuk mengambil masukan dari sistem dan mengirimkan keluaran ke
perangkat keras. Modul komunikasi digunakan untuk menghubungkan PLC dengan
sistem lain, seperti jaringan Ethernet (Singh & Chandel, 2017).

PLC sering digunakan dalam aplikasi industri yang memerlukan pengendalian sistem
secara otomatis, seperti sistem kontrol mesin, sistem kontrol pengolahan air, dan sistem
kontrol produksi. Salah satu contoh penggunaan PLC dalam industri modern adalah
pada sistem kontrol mesin pada industri manufaktur. Sistem kontrol mesin
menggunakan PLC untuk mengontrol gerakan mesin dan mengambil data dari sensor
untuk mengoptimalkan produksi. PLC digunakan untuk memastikan bahwa mesin
bekerja dalam batas yang diinginkan, menghindari kerusakan dan memaksimalkan
efisiensi produksi. Selain itu, PLC juga digunakan pada aplikasi sistem kontrol
pengolahan air. Sistem kontrol pengolahan air menggunakan PLC untuk mengontrol
aliran air dan menjaga kualitas air dalam batas yang diinginkan. PLC digunakan untuk
mengambil data dari sensor yang terpasang di dalam sistem, seperti sensor suhu dan
sensor pH, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kualitas air.
Misalnya, jika suhu air terlalu tinggi, PLC dapat mengambil tindakan untuk mengurangi
aliran air ke dalam sistem atau menyalakan mesin pendingin (Li, et al., 2018).

PLC juga digunakan pada sistem kontrol produksi untuk mengontrol proses produksi
dan memastikan bahwa produksi berjalan dengan efisien. Sistem kontrol produksi
menggunakan PLC untuk mengontrol berbagai macam mesin dan peralatan, termasuk
mesin-mesin pabrik, conveyor belt, dan robotik. PLC digunakan untuk mengambil data
dari sensor yang terpasang pada mesin dan peralatan, dan mengambil tindakan yang
diperlukan untuk memastikan bahwa produksi berjalan dengan baik (Kim, et al., 2016).

Sistem kontrol dan PLC adalah bagian integral dari banyak industri modern. Sistem
kontrol digunakan untuk mengontrol sistem fisik dalam batas yang diinginkan,
sementara PLC digunakan untuk mengontrol perangkat keras dalam berbagai jenis
sistem. PLC terdiri dari CPU, memori, dan masukan dan keluaran (I/O) untuk
mengontrol perangkat keras, dan digunakan pada berbagai aplikasi industri, seperti
sistem kontrol mesin, sistem kontrol pengolahan air, dan sistem kontrol produksi
(Bolton, 2015).
7.3 Waktu dan Lokasi Praktikum
Praktikum Dasar Sistem Pengaturan modul “Pengenalan dan Sistem Kontrol Sederhana
dengan PLC” dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 3 Mei 2023 pukul 09.10 – 10.00
WITA yang bertempat di laboratorium Elektro Lanjut Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman.

7.4 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu sebagai berikut.
1. Laptop yang telah terinstall aplikasi CX-Programmer
2. Trainer PLC
3. Modul praktikum
2.5 Lembar Pengamatan
1. Listing Program
Membuat Sistem Kendali Kederhana dengan M-File Pertama
ps = [1];
qs = [1 15 30];
step (ps,qs)
grid
Membuat Sistem Kendali Sederhana dengan M-File Kedua
Kp = 300
ps = [Kp]
qs = [1 15 30+Kp]
t = 0:0.01:2;
step (ps,qs)

2. Data Hasil Pengamatan

Gelombang 2.1 Program Sistem Kendali Sederhana dengan Simulink

Gambar 2.2 Hasil Gelombang Sistem Kendali Dengan Simulink


Gambar 2.3 Hasil Gelombang Sistem Kendali Sederhana M-File Pertama

Gambar 2.4 Hasil Gelombang Sistem Kendali Sederhana M-File Kedua

3. Pengenalan Blok

Tabel 1.1 Gambar Blok yang Digunakan


No. Gambar Blok Nama Blok

1. Step

2. SUM

3. Gain
4. Tranfer FCN

5. Scope

4. Tugas 1
Respon step adalah respons sistem terhadap input step atau loncatan pada suatu model
sistem dinamik dalam bentuk grafik yang menunjukkan perubahan output sistem
terhadap waktu setelah input step diaktifkan. Respon step sering digunakan untuk
menganalisis dan memahami karakteristik sistem dinamik seperti kecepatan respons,
overshoot, settling time, dan steady state error. Dalam Simulink MATLAB, respon step
dapat disimulasikan dengan menggunakan blok "Step" sebagai input dan blok "Scope"
sebagai output untuk merekam respons sistem.

5. Tugas 2

Gambar 2.5 Gelombang Sistem Kendali Sederhana dan Keterangannya


Peak Response adalah nilai maksimum yang dicapai oleh respons sistem dalam respon
step. Nilai ini terlihat dari puncak tertinggi pada grafik respon step. Dalam grafik
program yang diberikan, nilai Peak Response adalah sekitar 1.5.
Settling Time adalah waktu yang diperlukan oleh respons sistem untuk mencapai steady
state atau keseimbangan setelah input step diaktifkan. Settling Time dapat dilihat dari
waktu di mana grafik respon sistem mulai memasuki area steady state yang dapat
ditentukan secara subjektif. Dalam grafik program yang diberikan, Settling Time dapat
dilihat sekitar 5 detik.
Rise Time adalah waktu yang diperlukan oleh respons sistem untuk mencapai nilai 90%
dari nilai maksimum respons sistem saat mencapai steady state. Rise Time dapat dilihat
dari waktu yang dibutuhkan oleh grafik respon sistem untuk mencapai 90% dari nilai
maksimum. Dalam grafik program yang diberikan, Rise Time dapat dilihat sekitar 0.75
detik.
Steady State adalah keadaan di mana respons sistem stabil dan tidak mengalami
perubahan signifikan setelah mencapai keseimbangan. Dalam grafik program yang
diberikan, steady state tercapai setelah sekitar 5 detik dan nilai respons sistem tetap
konstan.
Dalam grafik program yang diberikan, terlihat bahwa respons sistem memiliki nilai
maksimum (Peak Response) sekitar 1.5, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai steady
state (Settling Time) sekitar 5 detik, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 90% dari
nilai maksimum (Rise Time) sekitar 0.75 detik, dan setelah mencapai keseimbangan,
nilai respons sistem stabil (Steady State).

Anda mungkin juga menyukai