Anda di halaman 1dari 91

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belum kokohnya fundamental perekonomian saat ini, mendorong

pemerintah untuk terus memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM). Pemberdayaan UMKM sebagai motor penggerak ekonomi kerakyatan tidak

lain adalah karena sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan

memberi peluang bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan

yang lebih cenderung menggunakan modal besar (capital intensi ve) serta

memberikan sumbangsih yang cukup besar terhadap perekonomian daerah.

Eksistensi UMKM memang tidak da pat diragukan lagi karena terbukti mampu

bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pascakrisis ekonomi.

Pentingnya peran UMKM terhada p perekonomian dibuktikan dengan

besarnya kontribusi UMKM terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto. Dalam

skala nasional sumbangsih UMKM terhadap PDB secara rata -rata adalah sebesar

59,08 persen. Kemudian pada kurun waktu 2015-2018 pertumbuhan UMKM

cukup menggembirakan yaitu sebesar 2,3 persen per tahun. Dari sisi

pembangunan daerah, kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) secara rata-rata setiap tahunnya di atas 50 persen. Hal ini menunjukkan

bahwa sektor UMKM memiliki potensi yang menjanjikan sebagai stimulan

peningkatan pertumbuhan ekonomi dimana sumbangan UMKM terhada p

pertumbuhan ekonomi daerah sungguh sangat luar biasa.

Demikian halnya dengan sektor ketenagakerjaan, dalam skala nasional

kontribusi UMKM terhada p penyerapan tenaga kerja rata-rata sekitar 97,16 persen,

sedangkan untuk daerah mencapai angka rata -rata 88 persen. Perkembangan

1
Usaha Mikro Kecil dan Menengah di daerah sekitar 93 persen diantaranya

merupakan usaha tani dan usaha lain yang terkait dengan pertanian.

Di sisi lain, UMKM juga menghada pi banyak sekali permasalahan, yaitu

terbatasnya modal kerja, sumberdaya manusia yang rendah, dan minimnya

penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi. Kendala lain yang dihadapi UMKM

adalah keterkaitan dengan prospek usaha yang kurang jelas serta perencanaan,

visi dan misi yang belum mantap. Hal ini terjadi karena umumnya UMKM bersifat

income gathering yaitu menaikkan pendapatan, dengan ciri -ciri sebagai berikut:

merupakan usaha milik keluarga, menggunakan teknologi yang masih re latif

sederhana, kurang memiliki akses permodalan (bankable), dan tidak a da

pemisahan modal usaha dengan kebutuhan priba di.

Menyadari kondisi di atas, Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang secara

optimal melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan geliat UMKM sebagai

ujung tom bak perekonomian berbasis kerakyatan. Pemberdayaan UMKM di tengah

arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat UMKM harus mampu

menghadapi tantangan global, seperti meningkatkan inovasi produk dan jasa,

pengembangan sumberdaya manusia dan teknologi, serta perluasan area

pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual UMKM itu sendiri,

utamanya agar da pat bersaing dengan produk -produk lain yang kian membanjiri

sentra industri dan manufaktur di pasar nasional, mengingat UMKM adalah sektor

ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar.

Perkembangan UMKM di Tulang Bawang masih dihada pkan pada berbagai

persoalan sehingga menyebabkan lemahnya daya saing terhadap produk nasional

dan produk impor. Persoalan utama yang dihadapi UMKM di Ka bupaten Tulang

Bawang, antara lain keterbatasan infrastruktur dan akses pemerintah terkait

2
dengan perizinan dan birokrasi serta tingginya tingkat pungutan. Dengan segala

persoalan yang ada, potensi UMKM yang besar itu menjadi terhambat. Meskipu n

UMKM dikatakan mampu bertahan dari adanya krisis global namun pada

kenyataannya permasalahan-permasalahan yang dihadapi sangat banyak dan lebih

berat. Hal itu dikarenakan selain dipengaruhi secara tidak langsung krisis global

tadi, UMKM harus pula menghadapi persoalan lokal dan domestik yang tidak

kunjung terselesaikan seperti masalah upah buruh, ketenagakerjaan dan pungutan

liar, korupsi dan lain-lain.

Masalah lain yang dihadapi dan sekaligus menjadi kelemahan UMKM

khususnya di Kabupaten Tulang Bawang adalah kurangnya akses informasi,

khususnya informasi pasar. Hal tersebut menjadi kendala dalam hal memasarkan

produk-produknya, karena dengan terbatasnya akses informasi pasar

mengakibatkan rendahnya orientasi pasar dan lemahnya daya saing. Miskinnya

informasi mengenai pasar tersebut, menjadikan UMKM ti dak da pat mengarahkan

pengembangan usahanya secara jelas dan fokus, sehingga perkembangannya

mengalami stagnasi.

Kemampuan UMKM dalam menghadapi terpaan arus persaingan global

memang perlu dipikirkan lebih lanjut agar tetap mampu bertahan demi kestabilan

perekonomian. Selain itu faktor sumber daya manusia di dalamnya juga memiliki

andil tersendiri. Strategi pengembangan UMKM untuk tetap bertahan dapat

dilakukan dengan peningkatan daya saing dan pengembangan sum ber daya

manusianya agar memiliki nilai dan mampu bertahan menghadapi pasar yang kian

berkembang, diantaranya melalui penyaluran perkreditan (KUR), penyediaan akses

informasi pemasaran, pelatihan lembaga keuangan mikro melalui capacity building,

dan pengembangan information technologi (IT).

3
Demikian juga upaya-upaya lainnya da pat dilakukan melalui kampanye

cinta produk dalam negeri serta memberikan suntikan pendanaan pada lembaga

keuangan mikro. Keuangan mikro telah menjadi suatu wacana global yang diyakini

oleh banyak pihak menjadi metode untuk mengatasi kemiskinan. Berbagai lembaga

multilateral dan bilateral mengembangkan keuangan mikro dalam berbagai

program kerjasama.

Pemerintah daerah Kabupaten Tulang Bawang telah mencoba

mengembangkan keuangan mikro pa da berbagai program pembangunan. Lembaga

swadaya masyarakat juga tidak ketinggalan untuk turut berperan dalam a plikasi

keuangan mikro. Berlatarbelakang kondisi tersebut diatas, maka dirasakan perlu

adanya kegiatan kajian yang lebih mendalam mengenai “Optim alisasi Kebijakan

Pengembangan UMKM” di Ka bupaten Tulang Bawang.

1.2 M aksud dan Tujuan

Optimalisasi Kebijakan Pengembangan UMKM di Ka bupaten Tulang

Bawang dimaksudkan untuk melakukan evaluasi terhada p kebijakan

pemberdayaan UMKM di Kabupaten Tulang Bawang sebagai sumber informasi bagi

pemerintah daerah khususnya dan bagi masyarakat pa da umumnya terkait dengan

perkembangan dan strategi UMKM menghadapi persaingan serta sebagai bahan

pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan

pengembangan UMKM.

Ada pun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah:

1. Mengetahui potensi (profil dan sebaran) UMKM di Ka bupaten Tulang Bawang;

2. Menghasilkan rumusan isu strategis, permasalahan, dan strategi

pemberdayaan UMKM di Ka bupaten Tulang Bawang;

4
3. Merumuskan Program kegiatan Pemberdayaan UMKM di

Ka bupaten Tulang Bawang yang mencakup tiga aspek yaitu

Manajerial, Permodalan, dan Kemitraan;

1.3 Lokasi Kegiatan

Kegiatan penyusunan Optimalisasi Kebijakan Pengembangan UMKM

dilakukan di wilayah Kabupaten Tulang Bawang .

5
II. TINJAUAN UM UM

2.1 Kondisi Fisik dan Administrasi W ilayah

Wilayah Kabupaten Tulang Bawang terletak antara posisi 4°08’- 4°41’ LS

dan 105°09’- 105°55’ BT, yang terletak di bagian hilir dari 2 sungai besar yaitu Way

Mesuji dan Way Tulang Bawang dan bermuara di Laut Jawa yang berada di bagian

timur wilayah Tulang Bawang. Mengingat letaknya yang berada di antara 0 – 10o

Lintang Selatan maka daerah Kabupaten Tulang Bawang seperti halnya daerah -

daerah lain di Indonesia juga merupakan daerah beriklim tropis.

Ka bupaten Tulang Bawang saat ini mempunyai luas daratan kurang lebih

3.466,32 km 2 (Permendagri 50/2008) dengan pusat pemerintahannya di Kota

Menggala yang telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri menjadi Ibukota

Ka bupaten Tulang Bawang sejak tahun 1997. Berdasarkan Undang-un dang N omor

2 Tahun 1997 tentang pembentukan Kabupaten Tulang Bawang dan Ka bupaten

Tanggamus, wilayah administrasi Kabupaten Tulang Bawang mempunyai batas -

batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara: berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan;

b. Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah;

c. Sebelah Timur: berbatasan dengan Laut Jawa;

d. Sebelah Barat: berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara dan Way

Kanan

Berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun 2005, secara administratif Kabupaten

Tulang Bawang pa da tahun 2005 dimekarkan menjadi 24 kecamatan. Namun sejak

Bulan Juni Tahun 2007, Ka bupaten Tulang Bawang memiliki 28 wilayah

administrasi kecamatan dan 240 kampung/kelura han. Dengan terbitnya UU No.

49/2008 dan UU N o. 50/2008 maka Kabupaten Tulang Bawang hanya tinggal

6
memiliki 13 wilayah administrasi kecamatan dengan batas wilayah administrasi

sebagai berikut:

a. Sebelah Utara: berbatasan dengan Kabupaten Mesuji ;

b. Sebelah Timur: berbatasan dengan Kabupaten Lampung tengah;

c. Sebelah Selatan: berbatasan dengan Laut Jawa;

d. Sebelah Barat: berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang

Barat.

Selanjutnya, mengingat pada beberapa wilayah kecamatan masih

dimungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan fungsi pelayanan

umum kepada masyarakat serta upaya-upaya percepatan pembangunan daerah,

maka melalui peraturan daerah Kabupaten Tulang Bawang dilakukan pemekaran

wilayah kecamatan. Sejak tahun 2009, Ka bupaten Tulang Bawang telah memiliki

15 wilayah administrasi kecamatan dengan 147 kampung dan 4 kelurahan.

Deskripsi administratif kecamatan dalam Kabupaten Tulang Bawang disajikan

Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Luas wilayah dan jumlah kampung menurut kecamatan dalam Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2017
No. Nama Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Kampung/Kelurahan

1. Banjar Agung 230,88 11


2. Banjar Margo 132,95 12
3. Gedung Aji 114,47 10
4. Penawar Aji 104,45 9
5. Meraksa Aji 94,71 8
6. Menggala 344,00 9
7. Penawartama 210,53 14
8. R. Jitu Selatan 123,94 9
9. Gedung Meneng 657,07 11
10. R. Jitu Timur 176,65 8
11. Rawa Pitu 169,18 9
12. Gedung Aji Baru 95,36 9

7
No. Nama Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Kampung/Kelurahan

13. Dente Teladas 685,65 12


14. Banjar Baru 132,95 10
15. Menggala Timur 193,53 10
Total Kabupaten 3.466,32 151

Sumber: TBDA 2018, BPS Tulang B aw ang

Secara garis besar bentang lahan di wilayah Kabupaten Tulang Bawang

da pat dibagi dalam 4 unit (Masterplan Pengendalian Sumberdaya Alam dan

Lingkungan Hidup Ka bupa ten Tulang Bawang, 2015), yaitu :

1. Daerah dataran hingga dataran bergelombang.

Merupakan daerah dataran sampai dengan dataran bergelombang, berada pa da

kemiringan antar 15% - 30% yang dimanfaatkan area pertanian, perkebunan

dan ca dangan pengembangan transmigrasi;

2. Daerah Rawa.

Daerah Rawa terdapat di sepanjang Pantai Timur dengan ketinggan 0 – 1 m yang

merupakan muara dari Way Tulang Bawang dan Way Mesuji. Rawa -rawa

tersebut terda pat di tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Rawajitu Timur,

Rawajitu Selatan dan Kecamatan Dente Teladas. Daerah -daerah tersebut

merupakan areal yang cukup produktif untuk pengembangan budidaya tam bak

dan perikanan laut;

3. Daerah River Basin.

Terdapat 2 River Basin yang utama yaitu River Basin Tulang Bawang dan River

Basin sungai -sungai kecil lainnya. Daerah ini berupa cekungan yang

memungkinkan untuk diisi air pa da musim penghujan membentuk rawa -rawa

atau lebung-lebung. Pa da areal River Basin Way Tulang Bawang dengan anak -

anak sungainya membentuk pola aliran ‘’dendritic’’. Daerah ini memiliki luas

8
10.150 Km 2 dengan panjang 753 Km yang digunakan untuk pengembangan

tambak udang;

4. Daerah Alluvial.

Daerah ini terletak di pinggir pantain timur yang merupakan bagian hilir ( down

stream) dari sungai besar yaitu Way Tulang Bawang dan Way Mesuji yang

dimanfaatkan untuk pelabuhan dan areal persawahan pasang surut.

2.2 Kondisi Iklim

Ka bupaten Tulang Bawang beriklim tropis dengan musim hujan dan

musim kemarau berganti sepanjang tahun. Temperatur udara rata -rata 310 C.

Ka bupaten Tulang Bawang merupakan daerah amat basah, dengan perbandingan

devisit air 0 – 1,5 bulan. Kenyataan ini menunjukan bahwa budidaya sawah

dengan harapan produksi sedang atau kurang optimal, atau apabila diusahakan

secara luas memerlukan usaha dan pertimbangan ketat dalam menentukan jadwal

tanamannya. Guna mendapatkan keandalan dalam budida ya sa wah perlu

dikembangkan jenis padi lokal dengan suplai air berasal dari tadah hujan.

Ka bupaten Tulang Bawang merupakan daerah yang mengalami siklus

musiman dengan dominasi kondisi basah dimana bulan Desember merupakan

bulan terbasah di Ka bupaten Tulang Bawang. Daerah basah terdapat di bagian

barat atau hulu sungai, sedangkan daerah yang kering terdapat di bagian timur

mendekati pantai. Kon disi topografi Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah

satu faktor yang menyebabkan terbentuknya hamparan rawa di da erah sepanjang

aliran sungai sebelah hulu yang mengindikasikan adanya sistem drainase alam

yang kurang baik secara permanen.

Ketersedian air yang paling rendah di Kabupaten Tulang Bawang terjadi

pa da bulan Juli dan Agustus sehingga pa da bulan -bulan tersebut pa da umumnya

9
terjadi kekeringan khususnya di wilayah tengah dan timur. Hal ini ditandai dengan

ketersediaan hujan yang relatif rendah (75 mm/bulan) dan lama hari tidak hujan

hanya 16 hari (rerata). Kon disi ini mempengaruhi kualitas air setempat terutama

pa da air sungai yang ditandai dengan adanya intrusi air laut yang semakin ke

hulu. Hal ini akan berpengaruh terhada p situasi dan kondisi peri kehidupan

masyarakat dan tata kehidupan flora dan fauna.

2.3 Kondisi Geologi Dan Jenis Tanah

Berdasarkan peta Geologi Lembar Menggala, 1985 (Direktorat Jendral

Geologi dan Sum ber Daya Mineral, P3G, Ban dung), diketahui wilayah Tulang

Bawang secara geologis tersusun oleh batu-batuan dari berbagai umur, mulai dari

yang termuda sampai yang tertua diantaranya adalah :

1. En da pan Rawa (Qs) : terutama terdiri material lumpur, lanau dan pasir.

En da pan rawa ini dijumpai di sepanjang sepanjang pantai timur, kiri kanan

daerah aliran Way Tulang Bawang dan Way Mesuji. Secara administrasi

termasuk termasuk wilayah Kecamatan Rawajitu Timur, Rawajitu Selatan,

Gedung Meneng dan sekitar Penawar Tama;

2. En da pan Aluvial (Qa) : terdiri dari material kerakal, kerikil, pasir, lempung dan

gambut. Penyebaran endapan aluvial ini terutama terdapat di daerah dataran

dan sekitar aliran sungai.

3. Pasir Kwarsa (Qak) : pasir kasar kerikilan sampai sedang lepas, penyusun

dominan mineral kwarsa. Penyebarannya setempat-setempat yaitu sekitar

Gedung Jaya, Rawa Ragil, Hargo Mulyo, Bumiratu wilayah Kec. Rawa Timur

dan Kecamatan Dente Teladas sekitar aliran Way Palembang anak sungai Way

Seputih.

10
4. Formasi Terbanggi (Qpt) : terdri dari batu pasir dengan sisipan batu lempung.

Formasi batuan ini diantaranya ditemui di sebagian wilayah Gedung Meneng

dan Rawajitu Selatan.

5. Formasi Kasai (Qtk) : terdiri dari tuf, ba tu lem pung tufaan, batu lempung, batu

pasir, dan konglomerat. Formasi ini ditemui setempat-setempat dengan

penyebaranyang luas, disekitar wilayah Gedung Aji, Menggala, Penawar Tama

dan Banjar Agung.

6. Formasi Muara Enim ( Tmpm) ; terdiri dari perselingan batu lempung pasiran

dan batu lanau, tufaan, dengan sisipan batu tufaan, dan batu lempung hitam.

Terutama dijumpai dibagian utara wilayah Kabupaten Tulang Bawang sekitar

Penawar Tama, Banjar Margo dan Banjar Agung.

Luas dan proporsi setiap jenis formasi geologi yan g terdapat di Ka bupaten

Tulang Bawang ditunjukan pa da Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Sebaran Formasi Geologi di Kabupaten Tlang Bawang


Formasi Geologi % Km2
Endapan Aluvial 1,92 66,69
Endapan Rawa 41,54 1440,03
Formasi Kasai 19,46 674,41
Formasi Muara Enim 20,88 723,94
Formasi Terbangi 14,95 518.28
Pasir Kuarsa 1,24 42.97
Jumlah 100,00 3.466,32
Sumber : Direktorat jendral Geologi dan Daya Mineral, P3G, Bandung.

Secara garis besar tanah di wilayah Tulang Bawang da pat dikelompokkan

menjadi 8 jenis (Masterplan pengendalian Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Hidup Ka bupaten Tulang Bawang, 2015), yaitu: Dystropepts, haplodux,

hydraquents, kanba pludults, sulfaquents, sulfihemists, tropaqueps dan

tropopsamment.

11
2.4 Ekosistem

Secara umum ekosistem di Ka bupaten Tulang Bawang da pat dibedakan

menjadi 2, yaitu ekosistem daratan dan pesisir. Ekosistem dataran terdiri dari

ekosistem dataran rawa, ekosistem dataran aluvial, dan ek osistem perbukitan

(Masterplan Pengendalian Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Ka bupaten

Tulang Bawang, 2015).

1. Satuan Ekosistem Dataran Rawa

Keberadaan ekosistem rawa yidak dapat di pisahkan dengan wilayah perairan

pantai yang terpengaruh oleh pasang surut. Be berapa desa di Kecamatan Rawa

Pitu, Rawajitu Selatan, Rawajitu Timur;

2. Satuan Ekosistem Dataran Aluvial

Secara ekologi daerah satuan ekosistem dataran aluvial memiliki tingkat

kesuburan yang tinggi, sehingga sangat cocok untuk pengambangan pertanian.

Datran aluvial tersebar hampir di seluruh wilayah Tulang Bawang, utamanya di

Kecamatan Penawar Tama, Gedung Meneng Dente Teladas, Penawar Aji, Menggala,

Gedung Aji, Banjar Agung, Banjar Margo, dan Gedung Aji Baru;

3. Satuan Ekosistem Perbukitan

Ekosistem perbukitan di wilayah Tulang Bawang bukan merupakan bagian yang

luas. Kemiringan lereng berkisar antara 15-30 persen. Satuan ekosistem ini

terdapat di beberapa desa di Kecamatan Banjar Margo dan Menggala;

4. Satuan Ekosistem Pesisir

Wilayah pesisir merupakan bentang lahan yang dimulai garis batas wilayah laut

yang ditandai oleh terbentuknya zona pecah gelombang (breakers zone) ke arah

darat yang masih dipengaruhi oleh aktivitas marin. Satuan ini terda pat di beberapa

12
kampung di Kecamatan Dente Teladas, Rawajitu Timur, Rawa Pitu, Rawajitu

Selatan dan Gedung Aji Baru.

2.5 Demografi

2.5.1 Jumlah dan Kepa datan Penduduk

Jumlah penduduk Ka bupaten Tulang Bawang mencapai 440.511 jiwa.

Dengan penduduk terbanyak di Kecamatan Banjar Baru dengan jumlah mencapai

63,495 jiwa (13,03%). Tingkat kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan

Banjar Baru dengan kepadatan 477,59 jiwa/ha. Namun sebaliknya jumlah

penduduk terendah di Kecamatan Menggala Timur dengan 14.198 jiwa (3,15%).

Ada pun tingkat kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Dente Teladas

dengan kepa datan 33,59 jiwa/ha.

Pada akhir tahun 2017, jumlah penduduk Ka bu paten Tulang Bawang

tercatat sebanyak 440.511 jiwa terdiri dari 227.921 jiwa laki -laki dan 212.590 jiwa

perempuan. Pada akhir Tahun 2018, distribusi penduduk nampaknya juga masih

belum tersebar merata pa da seluruh wilayah kecamatan yang ada. Di Kecamatan

Banjar Margo tingkat kepa datan penduduk mencapai 315,77 jiwa per km 2 disusul

kemudian Kecamatan Rawa Jitu Selatan sebanyak 238,23 jiwa per km 2 dan

Gedung Aji Baru mencapai 218,20 jiwa per km 2 . Kepadatan terendah dijumpai

pa da wilayah Kecamatan Dente Teladas hanya sebesar 33,59 jiwa per km 2

sedangkan di Kecamatan Menggala Timur hanya 73,36 jiwa per km 2 .

Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kab. Tulang Bawang Tahun 2017
Luas Wilayah Jumlah Kepadatan
No. Nama Kecamatan
(Km2) Penduduk (Jiwa/km2)
(jiwa)
1. Banjar Agung 230,88 40.936 177,30
2. Banjar Margo 132,95 41.981 315,77
3. Gedung Aji 114,47 14.813 129,41
4. Penawar Aji 104,45 14.886 142,52

13
Luas Wilayah Jumlah Kepadatan
No. Nama Kecamatan
(Km2) Penduduk (Jiwa/km2)
(jiwa)
5. Meraksa Aji 94,71 19.255 203,30
6. Menggala 344,00 15.315 44,52
7. Penawartama 210,53 50.384 239,32
8. R. Jitu Selatan 123,94 29.526 238,23
9. Gedung Meneng 657,07 33.552 51,06
10. R. Jitu Timur 176,65 41.111 232,73
11. Rawa Pitu 169,18 17.219 101,78
12. Gedung Aji Baru 95,36 20.808 218,20
13. Dente Teladas 685,65 23.032 33,59
14. Banjar Baru 132,95 63.495 477,59
15. Menggala Timur 193,53 14.198 73,36
Total Kabupaten 3.466,32 440.511 127,08

Sumber: TBDA 2018, BPS Kabupaten Tulang B aw ang

2.5.2 Pertumbuhan Pendu duk

Pertumbuhan penduduk Ka bupaten Tulang Bawang secara garis besar

da pat dikatakan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,78% per tahun.

Pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi beberapa hal diantaranya faktor imigrasi,

urbanisasi dan pertumbuhan secara normal (Natalitas dan Mortalitas). Hasil

pengolahan dan analisa data, da pat diketahui hasil proyeksi jumlah penduduk

untuk sepuluh dan dua puluh tahun kedepan. Dari hasil anlisis tersebut, da pat

dilihat bahwa hingga akhir tahun rencana penduduk Kabupaten Tulang Bawang

terkonsentrasi di Kecamatan Dente Teladas (13%) dari jumlah pen duduk

Ka bupaten Tulang Bawang. Hal tersebut menyeba bkan ketersediaan lahan di

Kecamatan Dente Teladas relatif menurun. Proyeksi jumlah penduduk untuk tahun

2017 – 2036 da pat dilihat pada Ta bel 2.4

14
Tabel 2.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Tulang Bawang s.d.
Tahun 2036.

Proyeksi Jumlah Penduduk 2017 – 2036 Kepadatan


No Kecamatan % (Jiwa/
km2)
2017 2022 2026 2031 2036
1 Banjar Agung 40,936 44.416 48.191 52.287 56.732 8,5 4.605
2 Banjar Margo 41,981 45.339 48.967 52.884 57.115 8,0 3.835
3 Gedung Aji 14,813 15.272 15.746 16.234 16.737 3,1 1.464
4 Penawar Aji 14,886 15.630 16.412 17.232 18.094 5,0 2.782
5 Maraksa Aji 19,255 19.967 20.706 21.472 22.267 3,7 2.076
6 Menggala 15,315 16.632 18.062 19.616 21.303 8,6 1.316
7 Penawar Tama 50,384 54.163 58.225 62.592 67.286 7,5 1.909
8 Rawajitu Selatan 29,526 31.800 34.248 36.885 39.729 7,7 2.983
9 Gedung Meneng 33.552 36.001 38.629 41.449 44.475 7,3 0,593
10 Rawajitu Timur 41.111 44.605 48.397 52.511 56.974 8,5 2.469
11 Rawa Pitu 17.219 17.942 18.696 19.481 20.229 4,2 1.360
12 Gedung Aji Baru 20.808 21.932 23.116 24.364 25.680 5,4 3.026
13 Dente Teladas 23.032 26.026 29.410 33.233 37.553 13,0 1.030
14 Banjar Baru 63.495 65.717 68.017 70.398 72.862 3,5 1.879
15 Menggala Timur 14.198 15.050 15.953 16.910 17.925 6,0 0.883
Jumlah 440.511 470.493 502.775 537.549 575.026 100 1.548
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2018.

2.5.3 Kesejahteraan Rumah Tangga Penduduk

Pada tahun 2017 terda pat 92.075 rumah tangga dimana 18.136 atau

39,40% tergolong keluarga pra KS, sedangkan kategori KS merupakan kategori

kesejahteraan terbanyak di Kabupaten Tulang Bawang. Persentase keluarga pra KS

terbesar di Kecamatan Gedung Meneng (14,88%); sedangkan persentase terendah

ada di Kecamatan Rawajitu Timur dengan jumlah rumah tangga 275 (2,98%).

Tabel 2.5 Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Klasifikasi


Keluarga SejahteraTahun 2017
No Kecamatan Pra KS KS I KS II Jumlah
1 Banjar Agung 1.397 4.954 3.123 9.474
2 Banjar Margo 1.865 4.711 2.631 9.207
3 Banjar Baru 1.217 1.324 1.073 3.737
4 Gedung Ali 914 1.642 641 3.197
5 Penawar Ali 977 2.821 1.597 5.395
6 Meraksa Aji 475 1.816 931 3.617
7 Menggala 1.290 4.828 2.485 8.603
8 Penawar Tama 911 4.374 2.098 7.383
9 Rawajitu Selatan 2.484 3.057 2.088 7.629

15
No Kecamatan Pra KS KS I KS II Jumlah
10 Gedung Meneng 2.681 5.497 2.704 10.882
11 Rawajitu Timur 275 1.903 2.084 4.262
12 Rawa Pitu 1.328 1.665 1.134 4.127
13 Gedung Aji Baru 904 1.816 931 3.651
14 Dente Teladas 1.426 2.663 1.536 4.148
15 Menggala Timur 821 2.588 1.466 4.475
Total 18.136 46.387 27.157 92.075
Sumber : BPS Kabupaten Tulang Baw ang, 2018
Keterangan :

1. Pra KS (Keluarga pra sejahtera) : Belum da pat memenuhi kebutuhan

dasar minimum

2. KS I (Keluarga sejahtera I) : Sudah da pat memenuhi kebutuhan

dasar minimum: sandang, pangan,

pa pan dan pelayanan kesehatan yang

sangat dasar

3. KS II (keluarga sejahtera II) : Selain tujuan keluarga sejahtera I,

da pat pula memenuhi kebutuhan

sosial dan psikologis tetapi belum

da pat memenuhi kebutuhan

pengembangan

2.5.4 Ketenagakerjaan

Pada tahun 2017 di Ka bupaten Tulang Bawang terda pat 213.246 angkatan

kerja yang bekerja pada 8 (delapan) sektor usaha. Secara umum, sektor jasa

menjadi sumber utama pencaharian penduduk Ka bupaten Tulang Bawang.

Tenaga kerja terbesar berada di sektor pertanian, yaitu 124.340 jiwa dari

seluruh tenaga kerja yang didominasi oleh tenaga kerja wanita, diikuti

sektor pertambangan industri listrik gas dan air minum serta konstruksi dengan

jumlah tenaga kerja 24.045 jiwa dari seluruh tenaga kerja yang didominasi

oleh tenaga kerja pria.

16
Tabel 2.6 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut
Jenis Kelamin Tahun 2013 - 2017
Buruh Buruh
No. Sektor Jumlah 2013 2017
Perusa- Pria Wanita Jumlah Pria Wanita Jumlah
Haan
1. Pertanian 10 20.183 9.578 29.761 11.547 5.177 16.724
2. Pertambangan 2 118 9 127 0 0 0
3. Industri 9 1.202 285 1.487 987 284 1.271
4. Listrik/Gas/Air 11 43 27 70 124 71 195
5. Bangunan/Konstruksi 0 0 0 0 0 0 0
6. Perdagangan 61 755 1.145 1.900 494 320 814
7. Pengangkutan 1 0 0 0 10 6 16
8. Jasa 69 18.056 19.956 38.012 2.442 1.255 3.697
9. Lain-lain 14 74 53 127 514 362 876
Jumlah 175 40.481 31.072 71.553 16.118 7.475 23.593
Sumber : BPS Kabupaten Tulang Bawang, 2018.

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Tulang Bawang

juga perlu menda patkan perhatian untuk mengikuti perkembangan wilayah Tulang

Bawang. Perkembangan beberapa indikator ketenagakerjaan sepanjang tahun

2016 s.d. 2017 menunjukkan kemajuan. Tingkat pengangguran turun hingga 34,4

persen; tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat 9,01 persen; angkatan kerja

yang bekerja meningkat 14,59 persen. Indikator ketenagakerjaan secara terperinci

disajikan pada Ta bel 2.7 berikut.

Tabel 2.7 Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Tulang Bawang


Indikator 2016 2017
Angkatan Kerja (Orang) 189.682 213.246
Bekerja 179.649 205.855
Pengangguran Terbuka 10.033 7.391
Bukan Angkatan Kerja (Orang) 110.768 96.619
Sekolah 22.858 18.431
Mengurus Rumah Tangga 83.850 70.977
Lainnya 4.060 7.211
Jumlah Total 300.450 309.865
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 63,13 68,82
Tingkat Pengangguran (%) 5,29 3,47
Sumber: TBDA 2018, BPS Tulang Bawang

17
2.5.5 Indeks Pembangunan M anusia

(1) Indikator Kesehatan

Angka harapan Hidup (AHH) merupakan salah satu indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat. Angka Harapan Hidup

diartikan sebagai rata-rata jumlah tahun hidup yang da pat dijalani seseorang

hingga akhir hayatnya. Angka Harapan Hidup penduduk Ka bupaten Tulang

Bawang tahun 2018 a dalah 69,59 tahun. Angka ini lebih tinggi daripada angka

harapan hidup tahun 2017 sebesar 69,41 tahun.

Selanjutnya dari angka harapan hidup da pat diketahui indeks

kelangsungan hidup atau indeks kesehatan. Seiring dengan rendahnya angka

harapan hidup penduduk Tulang Bawang diban dingkan dengan penduduk

Lampung secara keseluruhan, maka da pat dikatakan bahwa tingkat kesehatan

penduduk Tulang Bawang masih lebih rendah diban dingkan tingkat kesehatan

seluruh penduduk Lampung.

Tabel 2.8 Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten


Tulang Bawang dan Provinsi Lampung Tahun 2011-2018
Angka Harapan Hidup (Tahun)
Tahun
Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung
2011 68,54 68,00
2012 68,59 68,50
2013 68,64 68,80
2014 68,94 69,00
2015 69,14 69,25
2016 69,28 69,50
2017 69,41 69,75
2018 69,59 -tad-
Sumber: BPS Tulang Bawang, 2018

18
(2) Indikator Pendidikan

Gambaran tentang kualitas sumberdaya manusia dinilai berdasarkan dua

indikator, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata -rata Lama Sekolah. Angka

Melek Huruf merupakan salah satu indikator output bidang pendi dikan yang

memberikan gambaran mengenai kulitas pendidikan masyarakat. Kemampuan

membaca dan menulis tercermin dari angka melek huruf yang di definisikan sebagai

persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang da pat membaca dan menulis

huruf latin maupun huruf lainnya. Pada tahun 2018 persentase penduduk T ulang

Bawang yang telah melek huruf sebesar 97,23% dan yang masih buta huruf

sebanyak 2,77%. Pa da Tahun 2017, jumlah penduduk melek huruf sebanyak

96,70% Jika diban dingkan dengan seluruh penduduk Lampung, nam pak bahwa

tingkat melek huruf penduduk Tulang Bawang masih lebih rendah dari rata-rata

penduduk se Propinsi Lampung.

Selain angka melek huruf, indikator pendidikan lainnya yang digunakan

sebagai tolok ukur pembangunan kualitas sumberdaya manusia adalah rata -rata

lama sekolah. Indikator ini memberikan gambaran tentang rata-rata waktu yang

dijalani penduduk usia 15 tahun ke atas dalam kegiatan pembelajaran formal.

Selama empat tahun terakhir rata-rata lama sekolah penduduk Tulang Bawang

tidak mengalami perubahan yaitu selama 7,15 tahun pa da Tahun 2017 me ningkat

menjadi 7,22 tahun pa da Tahun 2018 atau jika dikonversi ke jenjang pendidikan

da pat dikatakan bahwa secara rata-rata penduduk Tulang Bawang telah pernah

belajar hingga kelas 1 sampai kelas 2 tingkat SMP.

19
Tabel 2.9 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Tulang Bawang
Usia 15 Tahun ke atasTahun 2010-2018
No Tahun Harapan Lama Rata-Rata Lama
Sekolah Sekolah
1 2010 10,26 6,49
2 2011 10,34 6,58
3 2012 10,42 6,71
4 2013 10,76 6,84
5 2014 11,11 7,1
6 2015 11,15 7,11
7 2016 11,55 7,12
8 2017 11,71 7,15
9 2018 11,73 7,22
Rata-Rata 11 6,92
Sumber: BPS Tulang Bawang, 2018

(3). Indikator Standar Hi dup Layak

Indikator ini memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat

dalam mengakses sumberdaya ekonomi dalam arti luas. Semakin meningkatnya

penda patan seseorang diharapkan paritas daya belinya semakin meningkat pula.

Ada pun hidup layak diukur berdasarkan paritas/kemampuan daya beli ( Purchasing

Power Pari ty). Berdasarkan hasil perhitungan BPS, diketahui paritas daya beli

masyarakat Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2013 hingga 2018, ti dak

mengalami peningkatan yang signifikan, berkisar Rp.714.011 – Rp.735.944 Jika

di bandingkan dengan paritas daya beli Propinsi Lampung pa da tahun yang sama,

masih nampak bahwa paritas daya beli masyarakat Tulang Bawang masih di

bawah pen duduk Lampung pa da umumnya.

Berdasarkan pa da tiga indikator tersebut di atas, da pat diketahui status

indeks pembangunan manusia (IPM) untuk Kabupaten Tulang Bawang.

Sebagaimana dilaporkan oleh BPS Tulang Bawang bahwa pa da tahun 2017 dengan

indeks kelangsungan hidup sebesar 69,41 (status menengah atas), indeks

pengetahuan sebesar 76,80 (status menengah atas), dan indeks daya beli sebesar

20
58,41 (status menengah bawah), maka IPM pa da tahun 2017 a dalah sebesar 67,07

dengan status menengah atas. Jika dibandingkan dengan tahun 2018, nilai IPM

Tulang Bawang menunjukkan adanya peningkatan 0,939 persen dari 67,07

menjadi 67,70. Akan tetapi jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Propinsi

Lampung nampak posisi IPM Tulang Bawang hanya menempati urutan ke 8 dari 11

kabupaten setelah Lampung Utara dan Way Kanan, dimana kedua kabupaten

tersebut adalah merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang.

IPM
100%

80%

60%

40%

20%

0%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
IPM 63,21 63,67 64,11 64,91 65,83 66,08 66,74 67,07 67,7

Gambar 2.2 Perkembangan IPM Tulang Bawang

2.5.6 Angka Kemiskinan

Perkembangan kesejahteraan masyarakat dapat tercermin juga dalam

angka kemiskinan yang merupakan salah satu persoalan serius dan tidak

diharapkan oleh semua orang. Ukuran kemiskinan da pat dilihat dari jumlah

penduduk miskin atau prosentase penduduk miskin/angka garis kemiskinan.

Selama kurun waktu 2016-2018 prosentase penduduk miskin di Kabupaten

Tulang Bawang cenderung mengalami penurunan, hal ini menunjukkan adanya

keberhasilan pemerintah dalam penanganan kemiskinan. Pada tahun 2016

prosentase penduduk mi skin sebesar 10,20 persen sedangkan pa da akhir tahun

21
2018 menjadi sebesar 9,70 persen atau secara persentase berkurang sebesar

3,86 persen. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka kemiskinan

di Ka bupaten Tulang Bawang da pat dilihat pada Ta bel 2.10

Tabel 2.10 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Tulang Bawang 2016 – 2018
Tahun

No Uraian
2016 2017 2018

1. Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) 44.260 44.310 43.100


2. Angka Kemiskinan (%) 10,20 10,09 9,70
3. Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bln) 362.185 373.681 384.465
Sumber : BPS Tulang Bawang, 2018

Program pemberdayaan yang menjadi prioritas utama melalui 25

Program unggulan pemerintah Kabupaten Tulang Bawang untuk tahun 2018

menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Jumlah penduduk miskin turun

hingga 2,73 persen yang dibuktikan dengan menurunnya angka kemiskinan

sebesar 3,86 persen. Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang secara kontinyu

melakukan mobilisasi mengenai pentingnya pemberdayaan mengingat tujuan akhir

dari pemberdayaan a dalah menciptakan masyarakat yang berdaya secara ekonomi.

2.6 Ekonomi W ilayah

Perekonomian suatu kawasan tidak dapat dipungkiri sangat dipengaruhi

oleh sumber daya yang a da pa da kawasan tersebut baik berupa potensi alam

seperti pertanian dan perkebunan ataupun bukan berasal dari potensi alam seperti

industri pengolahan. Selama tahun 2013 sampai 2017 struktur perekonomian di

Kota Ka bupaten Tulang Bawang didominasi oleh sektor pertanian, perkebunan dan

perikanan. Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi secara rill yang terjadi

setiap tahun dapat diperoleh melalui Penda patan Asli Daerah (PAD). Nilai yang

22
di da patkan akan memiliki arti adanya peningkatan atau penurunan dari kinerja

pembangunan ekonomi suatu daerah.

Tabel 2.11 Distribusi Persentase Lapangan Usaha dalam Pembentukan PDRB Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2017
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 39,5
43,84 43,49 42,01 40,83
3
Pertambangan dan Penggalian 0,89 0,94 1,05 1,07 1,10
Industri Pengolahan 22,6
19,83 20,53 21,37 21,83
2
Pengadaan Listrik dan Gas 0,06 0,08 0,08 0,10 0,11
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
0,04 0,05 0,05 0,05 0,05
Daur Ulang
Konstruksi 9,15 8,67 8,40 8,69 9,16
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi, 10,1
10,16 9,77 9,97 10,02
3
Transportasi dan Perdagangan 3,31 3,52 3,91 4,01 3,94
Akomodasi dan Makanan Minuman 1,20 1,26 1,35 1,39 1,36
Informasi dan Komunikasi 2,88 2,82 3,00 3,16 3,22
Jasa Keuangan dan Asuransi 1,38 1,35 1,25 1,26 1,23
Real Estate 1,90 1,93 1,90 1,97 2,04
Jasa Perusahaan 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
2,83 3,02 3,00 2,92 2,86
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 1,75 1,79 1,82 1,84 1,79
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,39 0,40 0,42 0,43 0,42
Jasa Lainnya 0,34 0,34 0,37 0,38 0,39
PDRB 100 100 100 100 100
Sumber: PDRB Kabupaten Tulang Bawang 2013-2017, BPS Tulang Bawang

Secara umum, tren kontribusi kategori pertanian terhadap total PDRB

Ka bupaten Tulang Bawang selama lima tahun terakhir cenderung menurun.

Tercatat pada tahun 2013 Nilai Tambah Bruto (NTB) kategori pertanian sebesar

5.813 miliar rupiah dengan kontribusi terhadap nilai PDRB ADHB sebesar 43,84

persen. Em pat tahun kemudian di tahun 2017 NTB kategori pertanian memang

naik menjadi 7.865 miliar rupiah, tetapi kontribusinya menurun menjadi 39,53

persen. Meskipun demikian, kontribusi pertanian terhadap total PDRB ADHB tetap

yang paling besar.

Pada Kategori Industri Pengolahan, subkategori yang menyumbang

peranan terbesar adalah Industri Makanan dan Minuman yaitu sebesar 99,79

23
persen pa da tahun 2017; kemudian diikuti oleh Industri Barang Galian Bukan

Logam (0,13 persen); Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Ga bus dan Barang

Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (0,03 persen); dan Industri Karet,

Barang dari Karet dan Plastik (0,03 persen). Sementara itu, peranan subkategori

yang lain memyumbang dengan persentase yang kecil di bawah 0,03 persen.

2.6.1 Sektor Pertanian

a. Bahan M akanan

Pertanian yang dimaksud adalah pertanian dalam arti luas yaitu

mencakup pertanian tanaman bahan makanan, tanaman obat dan hias,

perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Beberapa potensi unggulan

pertanian yang ada di Tulang Bawang secara geografi s tersebar di beberapa

kecamatan. Kecamatan Rawajitu Selatan merupakan kecamatan potensial dalam

produksi tanaman pangan pa di khususnya padi sawah sebagian besar dihasilkan

di kecamatan ini. Sementara komoditas jagung dan ubi kayu, sebagian besar

dihasilkan di Kecamatan Gedung Meneng dan Dente Teladas. Kecamatan Banjar

Margo pa da tahun 2017 merupakan kecamatan terbanyak produksinya dalam

menghasilkan komoditas karet untuk tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten

Tulang Bawang.

Tabel 2.12 Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah


Padi Sawah
Kecamatan
Panen (Ha) Produksi (Ton)
Banjar Agung 10 51,17
Banjar Margo 137 701,03
Gedung Aji 2.448 12.526,42
Penawar Aji 568 2.906,46
Meraksa Aji 292 1.494,16
Menggala 243 1.243,43
Penawar Tama 415 2.123,56
Rawajitu Selatan 18.196 93.168,93
Gedung Meneng 12.471 63.814,11
Rawajitu Timur 1.830 9.364,11

24
Padi Sawah
Kecamatan
Panen (Ha) Produksi (Ton)
Rawa Pitu 16.387 83.852,28
Gedung Aji Baru 2.369 12.122,17
Dente Teladas 21.508 110.056,40
Banjar Baru 442 2.261,71
Menggala Timur 1.679 8.591,44
Tulang Bawang 78.995 404.277,40
Sumber : BPS Tulang Bawang, 2018

Tingkat produktivitas padi sawah secara rata -rata di Kabupaten Tulang

Bawang untuk tahun 2017 a dalah sebesar 5,11 Ton per hektar. Secara potensi,

produktivitas masih bisa ditingkatkan tanpa melalui perluasan lahan sawah.

Penerapan teknologi tepat guna me lalui intensifikasi pertanian, akan menghasilkan

output yang optimal tanpa memberikan residu terhada p lingkungan. Salah satu

cara yang da pat dilakukan adalah melalui penerapan metode sistem agribisnis

terpadu dengan prinsip zero waste. Be berapa contoh penerapan yang sudah

berjalan di beberapa daerah di Indonesia antara lain mina pa di, integrasi itik pa di

ikan, integrasi ayam ikan sayuran, integrasi ikan cabe bebek, dan lain sebagainya.

B. Perkebunan Rakyat

Karet merupakan komoditas perkebunan terluas di Kabupaten Tulang

Bawang (32.427 ha). Kecamatan dengan luas lahan karet terluas adalah

Kecamatan Banjar Margo (8.100 ha), sedangkan Kecamatan Rawajitu Selatan

dengan luas lahan karet terendah (22 ha). Komoditas kedua yang banyak terda pat

adalah Sawit dimana Kecamatan Penawar Tama (4.434 ha) menjadi pusat dari

komoditas ini ( Tabel 2.13).

25
Tabel 2.13 Luas Areal (Ha) dan Panen (Ton) Tanaman Perkebunan Rakyat
Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Tulang Bawang, 2017
Kelapa Sawit Karet
Kecamatan Luas Areal Luas Areal
Panen (Ton) Panen (Ton)
(Ha) (Ha)
Banjar Agung 225 663 5.205 6.222
Banjar Margo 976 2.230,8 8.100 6.342
Gedung Aji 945 1. 937 1.614 12.16,8
Penawar Aji 904 18,2 1.005 5.79,6
Meraksa Aji 262 6.812 1.194 9.40,8
Menggala 191 232 1.194 2.30,4
Penawar Tama 4.434 11.528,4 1.811 18.67,2
Rawajitu Selatan 240 655,2 22 26,4
Gedung Meneng 1.127 2.696,2 924 9.70,8
Rawajitu Timur 0 0 0 0
Rawa Pitu 2.340 5.548 1.515 12.57,6
Gedung Aji Baru 1.781 6.430,6 739 886,8
Dente Teladas 1.888 3.380 3.151 1.112,4
Banjar Baru 1.443 3.752,8 4.507 44.54,6
Menggala Timur 2.136 4.352,4 2.300 2661,6
Tulang Bawang 18.892 50.236,6 32.427 28.769
Sumber : BPS Tulang Bawang, TBDA 2018

Produksi perkebunan di Ka bupaten Tulang Bawang terbesar adalah Sawit

(50.236,6 ton), dan tingkat produksi di tingkat kecamatan yang paling tinggi adalah

Kecamatan Penawar Tama (11.528,4 Ton), sementara dilihat tingkat produktifitas

kabupaten, komoditas yang paling besar juga adalah Sawit, sementara

produktifitas tingkat kecamatan yang paling besar terdapat di Kecamatan Meraksa

Aji yaitu sebesar 28 Ton/Ha.

c. Peternakan

Jumlah ternak besar dan kecil terbanyak pada tahun 2017 a dalah

kambing yaitu sebesar 37.441 ekor, dimana Kecamatan Rawa Pitu mempunyai

jumlah kambing terbanyak (5.182 ekor), jenis ternak terbesar kedua adalah ternak

sapi sebesar 18.580 ekor. Ada be berapa kecamatan yang memelihara ba bi, yaitu

Kecamatan Banjar Agung, Banjar Margo, Menggala, Penawar Tama, Rawajitu

Selatan, Gedung Aji Baru, Banjar Baru, Menggala Timur Baru, sementara

Kecamatan Banjar Agung sebagai pemelihara terbanyak (301 ekor).

26
Tabel 2.14 Populasi Ternak di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017 (ekor)
Ayam Ras Ayam
Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Bebek /itik
Pedaging Petel or Buras
Banjar Ag ung 595 41 3016 53 301 323.500 1.200 5.929 853
Banjar Margo 3627 49 4231 77 47 519.200 41 5.844 341
Gedung Aji 1861 117 1552 0 0 0 0 6759 22
Penawar Aji 4004 0 1075 19 0 0 1200 21354 0
Meraksa aji 1806 44 1805 0 0 0 0 6256 733
Menggala 549 2498 2437 0 31 5918 0 279500 0
Penawar Tama 1165 0 1851 0 139 0 0 5836 1385
Raw ajitu Sel atan 77 0 934 87 0 0 0 6538 1048
Gedung Meneng 975 49 2303 0 0 0 0 13995 0
Raw ajitu Ti mur 0 0 2011 0 0 0 0 11871 0
Raw a Pitu 653 0 5182 0 0 1223 0 4972 571
Gedung Aji Baru 671 0 3591 95 25 0 36500 11285 265
Dente Teladas 284 53 3119 191 0 0 0 12159 43133
Banjar Bar u 1304 0 2331 17 53 338300 3400 12795 0
Menggala Ti mur 1009 1397 2003 0 87 269500 0 6464 0

Tul ang Bawang 18 .580 4.248 37 .441 539 683 1.457 .641 42 .341 411 .557 48 .351

Sumber: TBDA 2018, BPS

Ka bupaten Tulang Bawang mempunyai empat jenis ternak Unggas yaitu

Ayam Ras Pedaging, Ayam Ras Petelur, Ayam Buras, Be bek/Itik yang tersebar

diseluruh kecamatan dengan jenis ayam terbanyak adalah Ayam Ras Pedaging

dengan jumlah 1.457.641 ekor. Jumlah Ayam Ras Pedaging terbanyak terdapat di

Kecamatan Banjar Margo (519.200 ekor) dan Bebek/Itik terbanyak terdapat di

Kecamatan Dente Teladas (43.133 ekor). Kecamatan yang mempunyai Ayam Buras

terbanyak adalah Kecamatan Menggala (279.500 ekor).

2.6.2 Sektor Industri dan Perdagangan

Energi terbarukan di Kabupaten Tulang Bawang cukup besar. Biomasa

dihasilkan oleh pa di, tebu, dan kepala sawit. Bioethanol dihasilkan oleh jagung,

tebu, ubi kayu dan ubi jalar. Biogas dihasilkan oleh sapi, kerbau, kambing, unggas

dan ba bi. Berkembangnya industri mikro kecil di Kabupaten Tulang Bawang

merupakan salah satu indikator bagi peningkatan perekonomian di Ka bupaten

Tulang Bawang. Industri kecil hasil pertanian dan kehutanan lebih mendominasi

27
yaitu sebesar 85,0075 persen dari seluruh unit usaha industri kecil dan kerajinan

rumah tangga (BPS: 2018).

Tabel 2.15 Banyaknya Unit Usaha, Investasi, dan Nilai Produksi menurut Kelompok
Industri di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2017

Kelompok industri Unit Investasi Nilai


Usaha (ribu rupiah) Produksi
(ribu rupiah)
INDUSTRI MENENGAH/BESAR 172 9.812.064,64 1.859.948,14
Industri Logam, Mesin dan Kimia 0 0 0
Industri Hasil Pertanian dan Perkebunan 67 3.004.014,97 1.516.305,48
Aneka Industri 105 6.808.049,67 343.642,66
INDUSTRI KECIL 10.951 21.068,28 23.274,04
Industri Logam, Mesin dan Kimia 1.600 2.016,00 1.107,60
Industri Hasil Pertanian dan Perkebunan 9.072 4.536,00 1.127,95
Aneka Industri 279 14.516,28 21.038,49
Sumber: TBDA 2018, BPS Tulang Bawang

Terdapat sedikit industri besar dan sedang di Kabupaten Tulang Bawang.

Pada tahun 2017, terda pat 172 industri sedang dan besar dengan jumlah

terbanyak ada di Kecamatan Banjar Agung dan Gedung Meneng. Industri kecil dan

rumah tangga cendrung tersebar di semua kecamatan dimana Kecama tan Gedung

Meneng menjadi kecamatan dengan jumlah industri terbanyak. Distribusi

keterdapatan industri Mikro Kecil dan Menengah di Tulang Bawang lebih jelas lihat

Tabel 2.16.

Tabel 2.16 Rekapitulasi Jumlah sektor Usaha Mikro Kecil Menengah


Di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017

No Kecamatan Sektor Usaha 2016 Sektor Usaha2017


Mikro Kecil Menengah Mikro Kecil Menengah
1 Menggala 336 21 1 914 21 1
2 Menggala Timur 158 22 0 914 22 0
3 Banjar Baru 250 61 0 880 61 0
4 Banjar Agung 194 23 0 913 23 0
5 Banjar Margo 31 11 0 925 11 0
6 Meraksa Aji 66 4 0 932 4 0
7 Gedung Aji 224 5 0 931 5 0
8 Penawar Aji 553 12 0 924 12 0
9 Penawar Tama 112 13 1 922 13 1
10 Gedung Aji Baru 26 14 0 922 14 0
11 Rawajitu Timur 26 15 0 921 15 0
12 Rawajitu Selatan 43 2 0 934 2 0
13 Rawa Pitu 152 11 0 925 11 0

28
No Kecamatan Sektor Usaha 2016 Sektor Usaha2017
Mikro Kecil Menengah Mikro Kecil Menengah
14 Gedung Meneng 118 4 0 932 4 0
15 Dente Teladas 103 21 0 915 21 0
Jumlah 2392 239 2 13804 239 2
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Tulang Bawang, 2018

Geliat sektor usaha mikro di Ka bupaten Tulang Bawang untuk kurun

waktu 2016-2017 berkembang sangat drastis hingga mencapai 400 persen lebih.

Sub sektor untuk setiap usaha mikro didominasi oleh sub sektor perdagangan dan

jasa, akan tetapi di beberapa kecamatan seperti Banjar Agung, Banjar Margo,

Rawajitu Selatan, dan Ra wa Pitu terda pat beberapa usaha mikro dengan sub sektor

industri makanan. Omzet Usaha Mikro, Kecil dan Menengah tahun 2016 mencapai

86 Milyar lebih kemudian meningkat 68 persen pada tahun 2017 menjadi 145,31

Milyar lebih.

2.6.3 Sektor Pari wisata

Terdapat 10 obyek wisata di Kabupaten Tulang Bawang pa da tahun 201 8.

Jenis wisata petualangan merupakan jenis wisata dengan Kecamatan Menggala

sebagai pusatnya. Semua obyek wisata di Kabupaten Tulang Bawang, kecuali

wisata sejarah, merupakan wisata yang berbasis alam (lihat Tabel 2.17).

Tabel 2.17 Jumlah dan Jenis Obyek Wisata


Jarak Tempuh
No Obyek Wisata Lokasi
dari Pusat Kota
Nama Je nis
W isata Alam dan Kecam atan
1 Cakat Raya 3 Km
B udaya Men g gala
W isata Kecam atan
2 Way Tulang Bawang 1,5 Km
Alam /Bah ari Men g gala
Kecam atan
3 Rawa Pacing W isata Alam 30 Km
Men g gala Tim ur
Kecam atan
4 Rawa Bujung Tenuk W isata Alam 1 Km
Men g gala
Kecam atan
5 Rawa Bawang Latak W isata Alam 5 Km
Men g gala
Kecam atan
6 Tangga Raja W isata S ejarah 3 Km
Men g gala
Kecam atan
7 Pulau Daging W isata Alam 3 Km
Men g gala

29
Jarak Tempuh
No Obyek Wisata Lokasi
dari Pusat Kota
Nama Je nis
W isata Religi dan Kecam atan
8 Makam Menak Sengaji 3 Km
B udaya Men g gala
Makam Menak W isata Religi dan Kecam atan
9 10 Km
Ngegulung B udaya Men g gala
Makam Minak Rio W isata Religi dan Kecam atan
10 160 K m
Tengah B udaya Rawajitu Tim ur
Sumber : BPS 2018.

Keberadaan tempat penginapan sangat mendukung aktivitas pertemuan

dan pariwisata atau dapat dikatakan sebagai sarana penunjang bagi kedua

kegiatan tersebut. Tidak terda pat banyak tempat penginapan di Kabupaten Tulang

Bawang. Kecamatan yang memiliki tempat penginapan adalah Kecamatan Banjar

Agung, Menggala, Penawar Tama dan Rawajitu Selatan. Jumlah tempat penginapan

terbanyak ada di Kecamatan Menggala (4 unit) untuk lebih jelas lihat Tabel 2.18

Tabel 2.18 Jumlah Sarana Penginapan dan Akomodasi


NO Kecamatan Hotel Restoran/Rumah Makan
1 Banjar Agung 6 25
2 Banjar Margo 1 4
3 Banjar Baru 0
4 Gedung Aji 0
5 Penawar Aji 0
6 Meraksa Aji 0
7 Menggala 4 6
8 Penawar Tama 1
9 Rawajitu Selatan 2
10 Gedung Meneng 0
11 Rawajitu Timur 0
12 Rawa Pitu 0
13 Gedung Aji Baru 0
14 Menggala Timur 1 2
15 Dente Teladas 0
Total 15 37
Sumber : BPS 2018

30
2.7 Potensi

2.7.1 Sumber Daya Alam

Lapisan sendimen vulkanis dan celah (firaves errution) yang mengalami

pelipatan di zaman peistosin tuan yang menghasilkan lapisan minyak bumi di

dalam 4 seri lapisan Palembang (Palembang Bed). La pisan Palembang terdapat di

Ka bupaten Tulang Bawang yaitu di daerah Menggala yang ditandai dengan

singkapam endapan Tulfa Massam. Data tentang endapan mineral di Kabupaten

Tulang Bawang belum Banyak ditemukan, sehingga potensi endapan bahan

tambang belum banyak diketahui. Dari literatur dan peta geologi da pat diiventarisir

adanya bahan-bahan tambang ( enda pan mineral) diantaranya :

a. Minyak Bumi, terda pat pa da lapisan Palembang yang terakumulasi sebagai

lanjutan dari endapan minyak bumi di daerah Palembang yaitu daerah sekitar

Menggala;

b. Batu Bara Muda , enda pannya terda pat pa da la pisan sendimen formasi

endosita, yaitu di bagian hulu Way Tulang Bawang;

c. Pasir Kuarsa, terda pat disekitar Menggala.

2.7.2 Potensi yang dapat dikembangkan

Ada be berapa potensi yang da pat dikembangkan di Kabupaten Tulang

Bawang, yaitu:

1. Ekonomi

a. Memiliki keunggulan komparatif di sektor pertanian, industri pengolahan

dan perdagangan, jasa dan restoran di lingkup wilayah Provinsi Lampung;

b. Memiliki keunggulan kompetitif di sektor pertanian, listrik, gas & air

bersih, dan pengangkutan & komunikasi di lingkup wilayah Provinsi

Lampung;

31
c. Memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di sektor pertanian di

lingkup wilayah Provinsi Lampung;

d. Memiliki potensi daya dorong dan daya tank yang positif mampu

mendorong interaksi antar wilayah di Provinsi Lampung;

e. Potensi sektor pertanian sebagai sektor unggulan konstribusinya cukup

besar dalam PDRB;

f. Sektor unggulan pertanian mampu mendorong berkembangnya sektor

industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran;

g. Ka psitas produk perkebunan terutama kelapa sawit dan tebu yang cukup

besar;

h. Berkembangnya industri menengah besar di bidang pengolahan kelapa

sawit, tebu dan tapioka;

i. Ka pasitas produk tambak yang mampu menembus pasar ekspor;

j. Komoditas unggulan berupa karet, ubi kayu dan peternakan di wilayah

kecamatan bagian barat dan bagian utara Kabupaten Tulang Bawang;

k. Komoditas unggulan berupa pa di dan perikanan di wilayah kecamatan

bagian timur Kabupaten Tulang Bawang;

l. Keberadaan pelabuhan perusahaan perikanan yang dapat menunjang

aktivitas ekspor.

2. Sarana dan Prasarana

a. Terdapatnya pasar skala kabupaten di Menggala, Banjar Agung, Rawajitu

Selatan;

b. Ruang terbuka dan olahraga yang terorganisir berada di kecamatan -

kecamatan bagian tengah;

c. Tingkat pelayanan SD dan SMP yang relative cukup baik;

32
d. Pelayanan kesehatan secara umum baik;

e. Kebutuhan rencana posyandu a dalah yang terbanyak;

f. Pelayanan sara peribadatan sudah baik;

g. Kecuali bank, pelayanan sarana perdagangan dan jasa sudah baik;

h. Pelayanan PLN yang mencakup Banjar Agung, Banjar Margo, Gedung Aji,

Menggala;

i. Jaringan jalan nasional yang membujur utara – selatan pa da sisi barat

kabupaten Tulang Bawang.

3. Sosial Budaya

a. Dente Teladas diproyeksikan menjadi kecamatan terpadat;

b. Rawajitu Timur mempunyai tingkat kesejahteraan terbaik;

c. Kaum transmigran ini tersebar luas ke seluruh kecamatan;

d. Suku Jawa yang merupakan suku pendatang yang paling banyak.

2.8 Kondisi Produksi

a. Sektor Pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar

dalam pembentukan PDRB Ka bupaten Tulang Bawang dengan nilai kontribusi

sebesar 39,53% pa da Tahun 2017. Bahkan secara sektoral struktur perekonomian

di Ka bupaten Tulang Bawang selama periode Tahun 2010-2017 di dominasi oleh

sektor pertanian, terutama sub sektor tanaman pangan dan perikanan, walaupun

dalam beberapa tahun terakhir sumbangan sub sektor tanaman pangan cenderung

menurun. Tingginya kontribusi sektor pertanian diban ding sektor lain

menunjukkanbahwa sektor pertanian masih menjadi leading sector bagi

perekonomian di Ka bupaten Tulang Bawang.

33
Sub sektor pertanian yang menyumbangkan prosentase terbesar adalah

subsektor perikanan dan tanaman bahan makanan. Komoditi unggulan dari

tanaman bahan makanan yaitu pa di dan jagung, sedangkan komoditi unggulan

dari subsektor perkebunan adalah karet, kelapa sawit, ubikayu, dan ubijalar.

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian di Ka bupaten Tulang Bawang selalu

menunjukkan kontribusi yang terendah dalam distribusi PDRB di Ka bupaten

Tulang Bawang. Hal ini diakibatkan karena berkurangnya beberapa usaha dari

subsektor penggalian.

c. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 16-23%

selama periode tahun 2010-2017. Perkembangan sektor industri pengolahan

menunjukkan pola yang berfluktuasi setiap tahunnya dan diprediksi akan terus

mengalami kenaikan secara konstan untuk tahun kede pannya.

d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor listrik, gas dan air bersih memberikan kontribusi yang cukup kecil

terhada p PDRB Ka bupaten Tulang Bawang. Sektor ini hanya berperan 0,11%. Pada

tahun 2017 sektor ini mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu signifikan,

yaitu sebesar 0,18%.

e. Sektor Perdagangan, Besar dan E ceran

Sektor perdagangan cenderung mengalami kenaikan selama 5 (lima) tahun

terakhir. Sektor ini memberikan peranan sebesar 9-11%. Kenaikan pertumbuhan

sektor ini diseba bkan karena banyaknya bermunculan usaha perdagangan, hotel

maupun restoran baik yang berskala besar maupun skala kecil

34
f. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami sedikit peningkatan.

Pada tahun 2016 peranan sektor ini hanya sebesar 4,01%, pa da tahun 2017

mengalami penurunan sehingga mendekati angka 3,94%, sehingga menjadikan

sektor ini sebagai posisi kelima dalam peranannnya sebagai kontributor PDRB

Ka bupaten Tulang Bawang.

g. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan berada di peringkat ke -

6 dalam pembentukan PDRB di Ka bupaten Tulang Bawang dengan nilai kontribusi

sebesar 1,23%.

h. Sektor Jasa-Jasa

Pada tahun 2017 sektor jasa-jasa mampu menyumbangkan 2,26% dari

nilai PDRB di Ka bupaten Tulang Bawang.

2.9 Profil UM KM

2.9.1 Kondisi Eksisting UM KM Tulang Bawang

Berkembangnya industri mikro kecil di Kabupaten Tulang Bawang

merupakan salah satu indikator bagi peningkatan perekonomian di Kabupaten

Tulang Bawang. Industri kecil hasil pertanian dan perkebunan lebih mendominasi

yaitu ada sebesar 57,68% dari seluruh unit usaha industri kecil dan kerajinan

rumah tangga. Selain industri dan perusahaan, koperasi dan usaha -usaha

ekonomi lainnya turut mendukung dinamisnya perekonomian Kabupat en Tulang

Bawang. Tahun 2017 tercatat ada 2 unit industri menengah, industri kecil lebih

kurang 239 unit dan industri mikro sekitar 13.804 unit usaha.

Dari berbagai aneka industri kecil yang disebutkan, tercatat untuk tahun

2017 a da sebanyak 279 unit usaha yang mempekerjakan 937 orang karyawan.

35
Jumlah ini cukup besar mengingat kebutuhan akan nilai produksi yang selalu

bertambah setiap tahunnya. Sedangkan untuk industri kecil hasil pertanian dan

kehutanan yang memiliki kumlah unit usaha cukup banyak sekitar 9.072, da pat

menyerap tenaga kerja sebanyak 181 orang.

Saat ini di Kabupaten Tulang Bawang terdapat lebih kurang 36

perusahaan besar, ribuan perusahaan kecil dan koperasi. Antar perusahaan yang

ada diharapkan akan terbentuk suatu bussines network, yang bis a dilakukan oleh

pelaku bisnis, yaitu antara perusahaan besar, dan kecil, yang saling

menguntungkan, sehingga terjadi keharmonisan antar perusahaan yang ada.

Pesatnya perkembangan industri yang ada, akan digiring untuk mengarahkan

karyawan industri berbelanja ke pusat-pusat perdagangan yang ada. Dengan

demikian terbuka peluang usaha retail untuk berkembang yang selanjutnya da pat

meningkatkan perputaran uang dan roda perekonomian di daerah ini.

Pengembangan sektor industri, diantaranya juga diarahkan pada pembinaan

industri kecil dengan cara :

1. Meningkatkan Keterampilan dan Pengetahuan SDM Pengrajin;

2. Peningkatan Mutu dan Disain Produk;

3. Pengenalan Teknologi tepat guna melalui bantuan Stimulan;

4. Promosi dan Pameran Usaha Industri secara tetap dan berkala Gambaran

Industri Kecil Kabupaten Tulang Bawang.

36
Tabel 2.19 Banyaknya Unit Usaha, Investasi, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi
di Kabupaten Tulang Bawang menurut Kelompok Industri tahun
2017
Kelompok Industri Unit Investasi (Juta Tenaga Nilai Produksi
Usahan Rupiah) Kerja (Ribuan
Rupiah)
A. Industri Menengah/ Besar
Industri Logam, Mesin dan Kimia 0 0 0 0
Industri Hasil Pertanian dan
Kehutanan 67 3.004.014,97 250 1.516.305,48
Aneka Industri 105 6.808.049,67 400 343.642,66
Jumlah 172 9.812.064,64 650 1.859.948,14
B. Industri Kecil
Industri Logam, Mesin dan Kimia 1600 2.016,00 25 1.107,60
Industri Hasil Pertanian dan
Kehutanan 9072 4.536,00 181 1.127,95
Aneka Industri 279 14.516,28 937 21038,49
Jumlah 9351 19.052,28 1118 22.166,44
Sumber :BPS Tulang Baw ang, TBDA 2018

Keberadaan industri di Tulang Bawang diantaranya:

1) Industri Kerajinan Lokasi: Kecamatan Menggala, Banjar Agung;

2) Industri Gula, Lokasi: Kecamatan Gedung Meneng;

3) Industri CPO, Lokasi: Kecamatan Tanjung Raya, Penawartama;

4) Industri Topioka, Lokasi : Kecamatan Banjar Agung.

Untuk perdagangan dan investasi, pembangunan sektor ini diarahkan kepada:

1) Peningkatan pengembangan komoditas non migas;

2) Peningkatan pembinaan terhadap para pe dagang golongan ekonomi lemah;

3) Pengembangan kerjasama yang sesuai antara golongan usaha besar,

menengah dan kecil;

4) Pemantapan peran kadinda terhadap golongan ekonomi lemah;

5) Peningkatan promosi eksport.

37
Kemajuan disektor perdagangan ditandai dengan meningkatnya jumlah

permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan meningkatnya kesadaran

pengurusan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) juga dengan dibangunnya pu sat-pusat

komersial lainnya. Sedangkan upaya promosi atau pemasaran hasil-hasil produksi

dari usaha-usaha ekonomi tersebut, dilakukan diantaranya dengan berpartisipasi

dalam setiap penyelenggaraan pameran, baik lokal maupun nasional, seperti

Pameran Inacraf di Jakarta, Festival Krakatau di Bandar Lam pung, Lam pung

Ekspo dan Batam Ekspo, serta pameran pembangunan Tingkat Propinsi Lampung

yang diikuti secara kontinu setiap tahun.

Sementara itu, melihat besarnya potensi yang dimiliki, maka guna

meningkatkan pe ndapatan daerah, Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang pun

senantiasa membuka peluang yang luas bagi para investor baik lokal, dalam negeri

maupun luar negeri, untuk menanamkan investasinya di berbagai sektor yang ada,

sehingga hal ini diharapkan da pat makin mengoptimalkan pembangunan dan

kemajuan daerah, serta kesejahteraan masyarakat

2.9.2 Faktor Penghambat UM KM

Pemerintah daerah kabupaten Tulang Bawang menyadari bahwa

pengembangan UMKM terkendala beberapa aspek, yang utama adalah aspek

teknologi dan aspek pemodalan. Kualitas produk dan pengelolaan usaha menjadi

perhatian utama dalam penanganan kendala pengembangan UMKM Tulang

Bawang. Program bimbingan teknis, baik yang dilakukan oleh dinas terkait dan

kerjasama dengan stakeholder lainnya adalah salah satu cara untuk meningkatkan

kinerja UMKM yang akhirnya dapat berorientasi pada aspek pemasaran produk -

produk UMKM.

38
Peningkatan dan perluasan UMKM tidak terlepas dari akses modal yang

berasal dari perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Kemampuan untuk

menda patkan akses modal ini memerlukan bimbingan dan fasilitasi pelatihan

tertentu sehingga UMKM bisa bankable. Kemampuan ini harus juga diimbangi

dengan akses informasi terhadap sum ber-sumber pendanaan yang ada di wialyah

Ka bupaten Tulang Bawang.

2.9.3 Peran Perbankan Dalam Pengembangan UM KM

Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM di Ka bupaten Tulang

Bawang antara lain dapat diketahui berdasarkan besaran kredit UMKM yang telah

di berikan. Berdasarkan statistik perbankan Provinsi Lampung, diketahui pa da

periode Januari 2016 hingga Nopember 2018 telah dilakukan penyaluran kredit

UMKM sebesar 2.664,89 milyar RUPIAH.

Tabel 2.20 Kredit UMKM Sektoral Kabupaten Tulang Bawang 2016-2018


No Subsektor Tahun
2016(Rp 2017 (Rp 2018 (Rp
„milyar) „milya r) „milyar)

1 Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 23,20 - 522,60


2 Perikanan - 97,15 0,11
3 Pertambangan dan Penggalian 0,49 - 1,38
4 Industri Pengolahan 2,74 1,45 9,56
5 Listrik, Gas dan Air - 11,64 -
6 Konstruksi 3,37 - 7,42
7 Perdagangan Besar dan Eceran 155,10 9,19 889,77
8 Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan 0,47 535,05 1,38
Makan Minum
9 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 9,03 1,40 45,17
10 Perantara Keuangan - 29,70 7,26
11 Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa - - -
Perusahaan
12 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan - - -
Jaminan
Sosial Wajib
Sumber: Statistik Kredit Perbankan Provinsi Lampung, diolah

39
Pada tahun 2016, jumlah penyaluran pinjaman kepada UMKM diketahui

sebesar Rp 216,66 milyar. Jumlah ini meningkat dalam di tahun 2017 menjadi Rp

790,04 milyar, atau mengalami peningkatan sebesar 264,64%. Ada pun pa da tahun

2018, hingga bulan Nopember, jumlah penyaluran pinjaman kepada UMKM

kembali mengalami peningkatan menjadi Rp 1.658,19 milyar, atau meningkat

109,89% dari penyaluran kredit di tahun 2017.

Berdasarkan jenis kredit yang diberikan kepada UMKM, kredit modal kerja

masih mendominasi penyaluran kredit bagi UMKM. Pa da tahun 2016, penyaluran

kredit modal kerja mencapai jumlah Rp 216,66 milyar, sedangkan kredit investasi

sebesar Rp 9,71 milyar tanpa kredit konsumsi. Jumlah penyaluran kredit modal

kerja pada tahun 2017 meningkat menjadi Rp 735,93 milyar. Peningkatan

penyaluran kredit juga terdapat pa da kredit investasi yang menjadi sebesar Rp

54,11 milyar. Pada tahun 2018, hingga bulan Nopember telah dilakukan

penyaluran kredit modal kerja bagi UMKM sebesar Rp 1.567,19 milyar, kredit

investasi sebesar Rp 91,01 milyar, dan tanpa adanya penyaluran kredit konsumsi

bagi UMKM.

Jumlah penyaluran kredit sektor UMKM di Ka bupaten Tulang Bawang

dalam kurun waktu Januari 2016 sampai dengan November 2018 adalah sebesar

Rp 2.664,89 milyar, sementara jumlah penyaluran kredit secara keseluruhan

dalam kurun waktu yang sama adalah sebesar Rp 3.734,54 triliun. Perbandingan

antara penyaluran kredit sektor UMKM dengan total kredit secara keseluruhan di

Ka bupaten Tulang Bawang adalah sebesar 71,36%. Hal ini menunjukkan bahwa

penyaluran kredit UMKM di Ka bupaten Tulang Bawang mendominasi penyaluran

kredit perbankan umum. Tingginya rasio perbandingan kredit UMKM terhadap

jumlah kredit perbankan secara total ini juga dapat menunjukkan tingginya

40
aktivitas UMKM, terlebih bila melakukan pembandingan peningkatan kredit UMKM

yang telah disalurkan. Peningkatan aktivitas UMKM ini diharapkan da pat

mendorong peningkatan Sementara penerim a kredit terbesar dalam sektor UMKM

adalah UMKM yang bergerak dalam bidang perdagangan besar dan eceran.

2.10 Isu Startegis

Pengembangan ekonomi kerakyatan dengan ujung tombak Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sesuatu yang sangat menarik kare na

dilihat dari aspek kuantitas modal, dengan hanya 10 juta Rupiah, seseorang sudah

bisa memiliki usaha. Selain itu aspek perizinan yang semakin mudah mendorong

masyarakat berlomba untuk membuka berbagai usaha di berbagai sub sektor

usaha seperti jasa, pe rdagangan, dan industri makanan. Dalam perjalanannya

usaha mikro akan dihada pkan pa da kendala bisnis yang sering memaksa hingga

ke arah gulung tikar. Kendala tersebut terjadi karena kesulitan dalam modal baik

modal berupa Sumber Daya Manusia (SDM) maupun modal usaha sehingga setelah

sekian tahun, usaha mikro tidak dapat berkembang secara optimal. Atas dasar

tersebut, maka da pat diuraikan beberapa isu strategis yang dihada pi UMKM di

Ka bupaten Tulang Bawang, antara lain:

a. Penguatan kelembagaan UMKM;

b. Peningkatan akses pembiayaan dan akses pasar;

c. Produktivitas dan daya saing.

Aspek kelembagaan merupakan masalah mendasar yang bersifat internal,

rendahnya profesionalisme sumber daya manusia yang mengelola Usaha Mikro

Kecil dan Menengah adalah permasalahan mendasar dalam aspek kelembagaan

UMKM. Permasalahan mendasar tersebut akan menyeba bkan lambatnya

perkembangan usaha yang disebabkan oleh rendahnya profesionalisme seperti

41
lemahnya pengambilan keputusan, ketidakmampuan manajemen, kurang

pengalaman, dan le mahnya pengawasan keuangan.

Tabel 2.21 Struktur Modal Industri Kecil Rumah Tangga dan


Industri Kecil (IK) Tahun 2017
No Struktur Modal Industri Kecil Industri Kecil
Rumah Tangga
1 Modal Sendiri 90,36% 69,82%
2 Modal Pinjaman 3,20% 4,76%
3 Modal Sendiri dan Modal Pinjaman 6,44% 25,42%
Jumlah 100,00% 100,00%
Sumber: BPS (diolah), 2018

Aspek pembiayaan seolah menjadi lingkaran setan yang selalu

menghantui para pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Kemerosotan posisi

modal kerja, penurunan laba atau keuntungan, dan meningkatnya hutang

menyeba bkan UMKM nyaris tidak tersentuh dan dianggap tidak memiliki potensi

dana oleh lembaga keuangan serta dinilai tidak layak oleh bank karena tidak

memiliki agunan dan rendahnya tingkat pengembalian pinjaman mengakibatkan

aksesibilitas pengusaha mikro kecil sangat rendah terhadap sum ber keuangan

formal dan hanya mengandalkan modal sendiri.

Tabel 2.22 Sumber Modal yang diperoleh Industri Rumah Tangga


Dan Industri Kecil Tahun 2017
No Struktur Modal Industri Kecil Industri Kecil
Rumah Tangga
1 Bank 18,79% 59,76%
2 Koperasi 7,09% 4,85%
3 Institusi Lain 8,25% 7,63%
4 Lain-Lain 70,35% 32,16%
Sumber: BPS (diolah), 2018

Tabel 2.19 membuktikan bahwa modal kerja usaha mikro dan kecil

proporsi yang paling besar menggunakan modal sendiri 90,36% dan 69,82%

sedangkan modal pinjaman hanya berkisar 3,20% dan 4,76% sangat kecil

di bandingkan dengan modal sendiri. Sumber modal pinjaman usaha mikro

proporsi paling besar adalah lain-lain. Berdasarkan penelitian Amran Husen

(2006:46) menyatakan yang dimaksud dengan sumber lain -lain mayoritas usaha

42
mikro kecil terjebak pa da money lender (rentenir) dengan tingkat bunga yang

sangat tinggi.

Aspek produktivitas akan bersinergi dengan daya saing, dimana daya

saing meningkat secara otomatis produktivitas akan meningkat. Informasi pasar

menjadi hal penting dalam penguatan daya saing produk. Lemahnya informasi

menyeba bkan pelaku usaha mikro kecil kesulitan menyajikan produk -produk yang

da pat menarik minat konsumen. Salah satu akar masalahnya adalah kemampuan

penguasaan teknologi yang rendah, sehingga tidak adanya stimulan bagi para

pelaku usaha mikro kecil untuk membuat inovasi produk.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah keberlanjutan dari usaha atau

skala ekonomis. Ketika pasar telah terbuka dan konsumen siap menerima produk

UMKM, a da kalanya ketersediaan produk tidak terpenuhi. Kondisi tersebut

menyeba bkan rendahnya kepercayaan k onsumen terhadap produk UMKM. Aspek

kualitas juga menjadi hal penting yang mencakup mutu, kemasan, dan higinitas

produk.

43
III. METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Lokasi Kegiatan

Kegiatan penyusunan Optimalisasi Kebijakan Pengembangan UMKM

Ka bupaten Tulang Bawang Tahun 2019 ini dilakukan selama 2 (dua) bulan

kalender, dengan alokasi pemanfaatan waktu sebagai berikut:

1. Persiapan (2 minggu)

2. Pelaksanaan survei lapangan (1 minggu)

3. Analisis data (3 minggu)

4. Penyusunan draft laporan (1 bulan)

5. Finalisasi laporan akhir (1 minggu)

Kelima jenis kegiatan tersebut di atas masing-masing akan dilakukan pada

lokasi yang berbeda. Kegiatan persiapan dilakukan di Kota Bandar Lam pung dan

Menggala untuk hal-hal kegiatan yang bersifat koordinasi antara tim pelaksana

dengan dinas instansi terkait Pemerintahan Kabupaten Tulang Bawang. Kegiatan

survei lapang secara umum dilakukan di wilayah Kabupaten Tulang Bawang, dan

secara khusus ditentukan berdasarkan hasil analisis data awal sebaran dan

kapasitas UMKM yang terdapat di Ka bupaten Tulang Bawang. Analisis data,

penyusunan draft la poran dan finalisasi pelaporan dilakukan di Kota Ban dar

Lampung.

44
3.2 Pendekatan Pelaksanaan

Kegiatan penyusunan Optimalisasi Kebijakan Pengembangan UMKM

Ka bupaten Tulang Bawang ini menggunakan pendekatan eksploratif deskriptif

dengan menganalisis strategi pemberdayaan UMKM dalam menghadapi persaingan

pasar menggunakan analisis SWOT.

Lokasi, jenis dan kapasitas UMKM ditentukan secara purposive random

sampling dengan tingkat kepadatan sampel 5-10% dari populasi setiap jenis

UMKM. Pengumpulan data la pangan dilakukan menggunakan alat wawancara

berupa kuesioner yang ditujukan bagi dua kelompok pelaku usaha, yaitu pemilik

(owners) dan pekerja.

3.3 Teknik Analisis

Data hasil sampling dianalisis secara statistik menggunakan parameter

nilai tengah, nilai minimum, dan nilai maksimum dan disajikan secara deskriptif

analitik menggunakan penjelasan grafis dan tabularis. Ada pun untuk menentukan

sektor usaha unggulan menggunakan metode Bayes dan proses agregasi

menggunakan metode Borda, dengan teknik analisis AHP. Strategi pemberdayaan

UMKM terbaik dan diharapkan da pat dilakukan baik oleh pelaku usaha,

pemerintah daerah, ataupun stakeholder digunakan teknik SWOT, meliputi analisis

kondisi lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan analisis kondisi

lingkungan eksternal (peluang dan tantangan).

45
3.4 Pelaporan Hasil Pekerjaan

Pelaporan kegiatan Optimalisasi Kebijakan Pengembangan UMKM

Ka bupaten Tulang Bawang Tahun 2019 ini dilakukan secara bertahap, meliputi:

1) Laporan Pendahuluan; merupakan laporan yang berisi data kondisi awal dan

rencana kerja Tenaga Ahli pelaksana kegiatan Optimalisasi Kebijakan

Pengembangan UMKM Ka bupaten Tulang Bawang Tahun 2019.

2) Draft Laporan Akhir ; merupakan laporan akhir semen tara dari pekerjaan

Tenaga Ahli pelaksana kegiatan Optimalisasi Kebijakan Pengembangan UMKM

Ka bupaten Tulang Bawang Tahun 2019

3) Laporan Akhir; merupakan buku Optimalisasi Kebijakan Pengembangan

UMKM Ka bupaten Tulang Bawang Tahun 2019.

46
IV. PENGEM BANGAN US AHA M IKRO KECIL DAN M ENENGAH

4.1 Kebijakan Pemerintah Pusat

Berbagai kebijakan pemerintah pusat telah diambil oleh Lembaga

Pemerintah Departemen dan Non Departemen sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya, yang antara lain mengatasi masalah dan meminimalisir kendala yang

dihada pi oleh UMKM, baik dari segi permodalan dan pembiayaan usaha,

kelembagaan, teknik dan teknologi produksi, manajemen usaha, dan pemasaran.

Masalah dan kendala yang dihada pi oleh UMKM pa da dasarnya bersumber dari

sumberdaya manusia dan kondisi dan iklim usaha yang dalam beberapa hal tidak

menguntungkan dan kondusif bagi pengembangan UMKM. Berbagai kebijakan dan

program yang telah diambil oleh berbagai Departemen dan Non -Departemen dalam

operasionalisasinya dihadapkan kepa da masalah koordinasi dan pengendalian.

Berikut beberapa dasar hukum tentang pemberdayaan UKM di Indonesia

yang merupakan dasar penetapan kebijakan pemerintah pusat:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Ke cil, dan M enengah.

Hal-hal pokok kebijakan secara umum yang berkaitan dengan pengembangan

daya saing UMKM dalam UU No. 20 Tahun 2008 a dalah sebagai berikut:

a. Pengertian Iklim Usaha dan Pengembangan UMKM.

Pengertian ini penting untuk mendasari pemerintah, pelaku usaha UMKM

dan dunia usaha dalam mengembangkan daya saing UMKM. Berikut pasal -

pasal dalam UU tentang UMKM yang terkait dengan pengembangan daya

saing UMKM.

i) Pasal 1 ayat (9):

47
"Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan

Pemerintah Daerah untuk memberdayakan UMKM secara sinergis

melalui penetapan berbagai peraturan perundang-un dangan dan

kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha, Mikro,

Kecil dan Menengah memperoleh pemihakan, kepastian,

kesempatan, perlindungan dan dukungan berusaha seluas-

luasnya."

ii) Pasal 1 ayat (10):

"Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah,

Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan masyarakat untuk

memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah melalui

pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan dan ba ntuan

perkuatan untuk pendampingan dan bantuan perkuatan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing

UMKM."

b. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan

Pasal 4 dan 5 UU UMKM ini memuat prinsip dan tujuan pemberdayaan

yang harus dianut oleh pemerintah dalam mengembangkan UMKM.

i) Pasal 4:

ii) Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah:

Penumbuhan kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan

Usaha, Mikro dan Menengah untuk berkarya Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;

Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang dan berkeadilan; Menumbuhkan dan mengembangkan

48
kemampuan Usaha, Mikro, Kecil, Menengah menjadi usaha yang

tangguh dan mandiri; dan

Meningkatkan peran Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan

penda patan, per- tumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari

kemiskinan.

c. Peran Pemerintah

UU UMKM ini juga memuat peran pemerintah dalam pengembangan

UMKM, yaitu:

i) Pasal 7 ayat (1):

Pemerintah dan Pemerintah daerah menumbuhkan Iklim Usaha dengan

menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi

aspek:

1. Pendanaan

2. Sarana dan prasarana

3. Informasi usaha

4. Kemitraan

5. Perizinan usaha

6. Kesempatan berusaha

7. Promosi dagang

8. Dukungan kelembagaan”

ii) Pasal 7ayat (2):

"Dunia Usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif membantu

menumbuhkan Iklim usaha sebagaimana dimaksud ayat (1)."

d. Kebijakan Peningkatan Daya Saing UMKM

49
Pada Pasal 38 UU UMKM menyatakan bahwa koodinasi, pengendalian dan

pemberdayaan UMKM a da pa da menteri yang tugas dan tanggung

jawabnya di bi dang UMKM. Pa da saat ini, menteri yang dimaksud dalam

UU ini adalah Menteri Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah. Pada Pasal

38 ayat (2) disebutkan dinyatakan bahwa koordinasi dan pengendalian

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dilaksanakan secara

nasional dan daerah yang meliputi penyusunan dan pengintegrasian

kebijakan dan program, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi serta

pengendalian umum terhadap pelaksanaan pemberdayaan UMKM

termasuk penyelenggaraan kemitraan usaha dan pembiayaan UMKM.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan M enengah

Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2013 Te rdiri Dari 7 Bab , 64 Pasal

mengatur tentang pengembangan usaha UMKM, Kemitraan, Perizinan,

Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan UMKM, dan ketentuan Peralihan

Dalam Pasal 2 PP ini, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan

kewenangannya Penyelenggarakan pemberdayaan UMKM, dengan:

a. Pengembangan usaha;

b. Kemitraan;

c. Perizinan; dan

d. Koordinasi dan pengendalian.

Terkait dengan pengembangan usaha terhadap UMKM, sesuai Pasal 5 PP ini,

dilakukan melalui :

a. Pendataan, identifikasi potensi, dan masalah yang dihada pi;

50
b. Penyusunan program pembinaan dan pengembangan;

c. Pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan; dan

d. Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program.

Pengembangan UMKM sebagaimana dimaksud dilakukan melalui pendekatan

koperasi, sentra, klaster, dan kelompok,” bunyi Pasal 5 Ayat (2) PP tersebut.

PP ini juga menegaskan, bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah

memprioritaskan pengembangan UMKM melalui:

a. Pemberian kesempatan untuk ikut serta dalam pengadaan barang dan jasa

Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

b. Pencadangan usaha bagi UMKM melalui pembatasan bagi Usaha Besar;

c. Kemudahan perizinan;

d. Penyediaan pembiayaan; dan

e. Fasilitasi teknologi dan informasi.

KEM ITRAAN

Pasal 10 sampai Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 ini

mengatur secara khusus masalah kemitraan antara UMKM dengan Usaha

Besar, yang meliputi inti plasma, subkontrak, waralaba, perdagangan umum,

distribusi dan keagenan, bagi hasil, kerjasama operasional, usaha patungan,

penyumberluaan, dan bentuk kemitraan lainnya.

Pasal 12 PP ini menegaskan, Usaha Besar dilarang memiliki dan/atau

mengusaha UMKM mitra usahanya, termasuk dalam ketentuan ini Usaha

Menengah dilarang memiliki dan/atau mengusaha Usaha Mikro dan/atau

Usaha Kecil mitra usahanya.

Dalam pola kemitraan, Usaha Besar berkeduduk an sebagai inti, Usaha Mikro,

Usaha Kecil, dan Usaha Menengah berkedudukan sebagai plasma; atau Usaha

51
Menengah berkududukan sebagai inti, sementara Usaha Mikro dan Usaha

Kecil berkedudukan sebagai plasma,” bunyi Pasal 13 Ayat (1,2) PP No. 17/2013

ini.

Dalam pola Kemitraan waralaba, Usaha Besar berkedudukan sebagai pemberi

waralaba, sementara UMKM berkedudukan sebagai penerima warlaba; atau

Usaha Menengah berkedudukan sebagai pemberi waralaba, Usaha Mikro dan

Usaha Kecil berkedudukan sebagai penerima waralaba.

Usaha Besar yang memperluas usahanya dengan cara waralaba memberikan

kesempatan dan mendahulukan UMKM yang memiliki kemampuan,” tegas

Pasal 16 PP ini.

Mengenai pola kemitraan dalam perdagangan umum, Pasal 19 PP ini

menyebutkan, Usaha Besar berkedudukan sebagai penerima barang, UMKM

berkedudukan sebagai pemasok barang; atau Usaha Menengah berkedudukan

sebagai penerima barang, Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan sebagai

pemasok barang.

“UMKM sebagai pemasok barang memproduksi barang atau jasa bagi mit ra

dagangnya,” jelas Pasal 19 Ayat (2) PP No. 17/2013 itu. Dalam pola kemitraan

distribusi dan keagenan, PP ini menegaskan, Usaha Besar memberikan hak

khusus memasarkan barang dan jasa kepada UMKM; atau Usaha Menengah

memberikan hak khusus memasarkan barang dan jasa kepada Usaha Mikro

dan Usaha Kecil.

Dalam pola kemitraan bagi hasil, UMKM berkedudukan sebagai pelaksana

atau menjalankan usaha yang dibiayai atau dimiliki oleh Usaha Besar; atau

Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan sebagai pelaksana yang

menjalankan usaha yang dibiayai atau dimiliki oleh Usaha Menengah.

52
Dalam pola kemitraan kerjasama operasional, UMKM dan Usaha Besar

menjalankan usaha yang sifatnya sementara sampai dengan pekerjaan selesai,

atau Usaha Mikro dan Usaha Kecil dengan Usaha Mene ngah menjalankan

usaha yang sifatnya sementara sampai dengan pekerjaan selesai.

Masing-masing pihak yang bermitra dengan pola bagi hasil memberikan

kontribusi sesuai dengan pola bagi hasil memberikan kontribusi sesuai dengan

kemampuan dan sumber daya yang dimiliki, serta disepakati kedua belah

pihak yang bermitra,” bunyi Pasal 23 Ayat (1) PP ini.

Sementara dalam pola kemitraan usaha patungan, UMKM lokal da pat

melakukan kemitraan usaha dengan Usaha Besar atau asing melalui usaha

patungan (joint venture) dengan cara menjalankan aktivitas ekonomi bersama

dengan mendirikan perusahaan baru; atau Usaha Mikro dan Usaha Kecil lokal

dengan Usaha Menengah asing melalui usaha patungan (joint venture) dengan

cara menjalankan aktivitas ekonomi bersana dengan mendirikan perusahaan

baru. Dalam menjalankan aktivitas ekonomi bersama para pihak berbagai

secara proporsional dalam pemilikan saham, keuntungan, risiko, dan

manajemen perusahaan,” tegas Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 17

Tahun 2013 ini.

Disebutkan dalam PP ini, setiap bentuk Kemitraan yang dilakukan oleh UMKM

dituangkan dalam perjanjian, yang dibuat secara tertulis dalam Bahasa

Indonesia, sementara dalam hal salah pihak merupakan orang atau ba dan

hukum asing perjanjian juga di buat dalam bahasa asing.

PERAN PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM KEMITRAAN :

Usaha besar untuk menbangun kemitraan dengan UMKM danusaha menengah

untuk menbangun kemitraan dengan usaha mikro dan kecil.

53
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan data dan informasi

pelaku UMKM yang siap bermitra , mengembangkan proyek percontahan

kemitraan, memfasilitasi dukungan kebijakan dan melakukan koordinasi

terhada p pelaksanaan kemitraan. PP ini juga melibatkan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) untuk melakukan pengawasan pelaksanaan

Kemitraan, dan berkoordinasi dengan instansi terkait.

PERI ZINAN

UMKM dalam melakukan usaha harus memiliki bukti legalitas usaha dalam

bentuk :

a. Surat izin Usaha ;

b. Tanda bukti pendaftaran ;atau

c. Tanda bukti pendataan

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan Kemudahan perizinan

dengan keringanan persyaratan yang mudah dipenuhi oleh UMKM yang

dimiliki oleh orang perseorangan WNI dan Ba dan Hukum Indonesia .

Perizinan untuk UMKM dilaksanakan dengan penyelenggaraan pelayanan

terpadu satu pintu yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah

Daerah wajib menerapkan prinsip penyederhanaan tata cara pelayanan dan

jenis perizinan (terdapat pa da pasal 38)

TATA C ARA PERM OHON AN IZIN USAHA :

UMKM mengajukan permohonan tertulis dalam bahasa indonesia kepa da

pejabat a pa bila persyaratan dokumen lengkap pejabat wajib memberikan izin

usaha , apa bila pejabat menolak permohonan penolakan wajib disampaikan

secara tertulis kepa da pemohon disertai alasan , terhadap penolakan izin

54
usaha pemohon da pat mengajukan ulang dengan melengkapi kekurangan

persyaratan.

Dalam pasal 44 menjelaskan Pemerintah dan Pemerintah Daerah

membebaskan biaya perizinan kepa da Usaha Mikro dan memberikan

keringanan biaya perizinan kepada Usaha kecil.

Pada pasal 47 menjelaskan Pejabat wajib menye diakan dan menyebarkan

informasi yang berkaitan dengan jenis pelayanan dan persyaratan teknis ,

mekanisme, penelusuran posisi dokumen pa da setiap tahapan proses , biaya

dan waktu perizinan , serta tata cara pengaduan ,yang dilakukan secara jelas

melalui me dia yang mudah diakses oleh UMKM.

PEMBINAAN DAN PEN GAWASAN

Pembinaan dan Pengawasan terhadap UMKM dilakukan oleh Pejabat secara

teratur dan berkesinambungan sesuai dengan kewenangan. Pemegang izin

usaha yang tidak tidak mentaati kewajibannya ,pejabat akan mencabut izin

usaha.

Tahapan izin usaha:

a. Peringatan/teguran tertulis;

b. Pembekuan izin usaha sementara;

c. Pencabutan izin usaha.

KOORDIN ASI DAN PENGENDALIAN PEM BERDAYAAN UM KM

Dilaksanakan secara sistematis, sinkron, terpadu, berkelanjutan, dan da pat

di pertanggung jawabkan untuk mewujudkan usaha UMKM yang tangguh dan

mandiri. Koordinasi dan pengendalian penberdayaan UMKM Meliputi

penyusunan dan pengintegrasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

55
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 te ntang

Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha

Ada pun pokok-pokok secara substansinya adalah sebagai berikut:

1. Penurunan tarif PPh Final 1% menjadi 0,5% dari omzet, yang wajib

di bayarkan setiap bulannya;

2. Wajib Pajak da pat memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final 0,5%,

atau menggunakan skema normal yang mengacu pada pasal 17 Un dang -

Undang N omor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

3. Mengatur jangka waktu pengenaan tarif PPh Final 0,5% sebagai berikut:

a. Bagi Wajib Pajak Orang Priba di yaitu selama 7 tahun;

b. Bagi Wajib Pajak Badan berbentuk Koperasi, Persekutuan Komanditer,

atau Firma selama 4 tahun;

c. Bagi Wajib Pajak Ba dan berbentuk Perseroan Terbatas selama 3 tahun.

Pemberlakuan aturan baru ini dimaksudkan untuk mendorong masyarakat

berperan serta dalam kegiatan ekonomi dengan memberikan kemudahan dan

kesederhanaan kepa da pelaku UMKM dalam melaksanakan kewajiban

perpajakannya. Dengan penerapan tarif baru ini maka beban pajak

yang ditanggung oleh pelaku UMKM menjadi lebih kecil, sehingga pelaku

UMKM memiliki kemampuan ekonomi yang lebih besar untuk mengembangkan

usaha dan melakukan investasi. Selain itu, kebijakan ini diharapkan mampu

memberikan waktu bagi pelaku UMKM untuk

mempersiapkan diri sebelum WP tersebut melaksanakan hak dan kewajiban

pajak secara umum sesuai dengan ketentuan UU Pajak Penghasilan.

Kebijakan ini juga memberikan keadilan kepada pelaku UMKM yang telah

mampu melakukan pembukuan, sehingga wajib pajak da pat memilih untuk

56
dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif umum Undang-un dang Pajak

Penghasilan.

4. Peraturan M enteri Koperasi dan Usaha Kecil dan M enengah Republik

Indonesia Nomor 07 Tahun 2018 tentang Pola Tata Kelola Lembaga

Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha M ikro, Kecil, dan M enengah

Pokok-pokok secara substansi PermenKUKM a dalah sebagai berikut:

a. Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (LPDB-KUMKM) bertugas untuk mengelola dana bergulir untuk

pinjaman konvensional dan/atau pembiayaan dengan prinsi syariah yang

bersumber dari APBN dan sumber dana lainnya yang sah;

b. LPDB-UMKM sebagai integrator dan percepatan pengembangan industri

keuangan mikro daerah (Pasal 6);

5. Peraturan M enteri Koperasi dan Usaha Kecil dan M enengah Republik

Indonesia Nomor 02 Tahun 2019 tentang Perizinan Berusaha Te rintegrasi

Secara Elektronik Bagi Usaha M ikro dan Kecil

Pokok-pokok secara substansi PermenKUKM a dalah sebagai berikut:

a. Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) bertujuan untuk memberikan kepastian

hukum dan sarana pemberdayaan bagi Pelaku Usaha Mikro dan Usaha

Kecil perseorangan dalam mengembangkan usahanya.

b. Proses pembuatan IUMK lebih efektik dan efisien baik dari aspek waktu

mupun biaya karena menggunakan prinsip One Single Submissions (OSS).

Pelaku usaha mendaftar melalui laman OSS, setelah memperoleh akun

yang digunakan untuk mengakses, pelaku usaha mengisi data kemudian

OSS menerbitkan NIB bagi pelaku usaha yang telah melakukan pengisian

57
data secara lengkap. Setelah pelaku usaha memperoleh NIB, Lembaga OSS

secara bersamaan menerbitkan IUMK.

c. IUMK digunakan untuk melakukan kegiatan usaha dan pengajuan Izin

Komersial atau Operasional. IUMK berlaku selama Pelaku Usaha

menjalankan usaha dan/atau kegiatannya. Segala bentuk pelayanan IUMK

tidak dikenakan biaya.

4.2 Kebijakan Pemerintah Provinsi Lampung

Pembangunan di Provinsi Lampung berdasarkan RPJM Daerah tahun

2015-2019 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi

permasalahan yang belum terselesaikan, namun juga untuk mengantisipasi

perubahan yang muncul dimasa yang akan datang. Posisi Lampung yang strategis

di jalur lintas transportasi Sumatera dan Jawa, mendorong Lam pung berperan

sebagai agent of development (agen pembangunan) bagi pertumbuhan nasional.

Berbagai isu global dan nasional yang perlu dipertimbangkan dalam

menyelesaikan isu yang bersifat lokal dan berimplikasi pada kesejahteraan

masyarakat. Permasalahan yang dihada pi Lampung antara lain kemiskinan,

penataan ruang dan lingkungan hidup, pertumbuhan dan pemerataan

pembangunan, terbatasnya kesempatan kerja, mitigasi bencana serta kese njangan

sosial. Dalam mengatasi permasalahan tersebut diperlukan penguatan

kepemimpinan yang didukung oleh rakyat dan aspek politis.

Arah kebijakan pembangunan daerah ditujukan untuk pengentasan

kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan

kelautan, perluasan kesempatan lapangan kerja, peningkatan aksesibilitas dan

kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur

strategis, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing,

58
rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah

yang menyiapkan kemandirian masyarakat Lampung.

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan

dan peluang yang a da di Lampung serta mempertimbangkan budaya yang hidup

dalam masyarakat, maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Lampung tahun

adalah:

"Lampung yang M aju dan Sejahtera 2019"

Penjabaran Visi ini jika dikaitkan dengan pembangunan Bidang Koperasi

dan UKM adalah mewujudkan koperasi yang berkualitas dan sehat,

mengembangkan produk unggulan dan berdaya saing, menumbuhkan wirausaha

baru dan kesempatan kerja, mewujudkan SDM pengelola koperasi yang kompeten

dan mewujudkan aparatur yang professional, berdedikasi dan tangga p terhada p

pelayanan. Koperasi dan UKM yang maju umum nya akan menjadi basis yang kuat

untuk berkembangnya sistem perekonomian yang berkelanjutan. Dukungan

Sarana dan Prasarana Koperasi yang modern perlu dipersiapkan selain adanya

kebijakan kebijakan terkait koperasi dan UKM melalui kinerja UPTD Perkuatan

Permodalan dan UPTD Ba diklatkop dan UKM yang efisien, tepat sasaran dan

berkelanjutan.

Untuk mewujudkan visi pembangunan bidang koperasi dan UMKM di

Provinsi Lampung, maka Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung

melaksanakan Misi 1 Pemerintah Provinsi Lampung Tahun 2015-2019, yaitu :

“M isi 1 : M eningkatkan Pembangunan Ekonomi Dan M emperkuat Kemandirian

Daerah “

Misi tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi melalui pengembangan potensi dan keunggulan yang dimiliki provinsi

59
Lampung dengan cara merangsang dan memperkuat tumbuhnya gairah investasi

di berbagai sector dan ekonomi yang berbasis kerakyatan dengan kemitraan.

Pertumbuhan ekonomi yang kuat ditandai juga oleh upaya pemerataan agar proses

menetes kebawah (Trickledown effect) berlangsung cepat dan berkesinambungan.

Perkuatan ekonomi merupakan penciptaan daya saing berkelanjutan yaitu

hasil pengelolaan sumber daya yang didukung dengan kompetensi yang tinggi.

Produktifitas barang dan jasa yang dihasilkan dengan kualitas tinggi dan berdaya

saing sehingga meningkatkan nilai tambah produk dan kemandirian daerah.

Penguatan kemandirian daerah diindikasikan oleh kapasitas Fiskal yang tinggi

terutama dicirikan oleh pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi. Dampak akhir

dari pembangunan ekonomi Lampung adalah kesejahteraan sosial yang

berkeadilan. Kesejahteraan dicapai melalui pemberdayaan dan partisipasi

masyarakat, pemerataan pembangunan dan hasil hasilnya.

Dalam pelaksanaan visi pemerintah Provinsi Lampung, Dinas Koperasi dan

UKM Provinsi Lampung telah menetapkan arah pembangunannnya selama 5 tahun

dengan berupaya mewujudkan Lampung sebagai Provinsi Koperasi yang didukung

oleh Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah (KUKM) yang sehat dan kuat. Upaya

tersebut secara terminologi dijelaskan sesuai de ngan penjelasan berikut .

Sehat : Dalam arti kinerja usaha, prinsip prinsip koperasi dan kaidah

bisnisnya.Apabila digambarkan adalah suatu kondisi atau keadaan koperasi yang

sehat sesuai aspek penilaian kesehatan yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva

produktif, Manajemen, efisiensi, rentabilitas dan likuiditas, kemandirian dan

pertumbuhan jati diri koperasi, dan ba gi koperasi yang berpola syariah harus

mematuhi pelaksanaan prinsip prinsip syariah (Peraturan Menteri Koperasi dan

UKM RI No. 20/per/M.KUKM/XI/2008 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan

60
KSP/ USP dan 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan

KJKS dan UJKS) . Aspek kinerja usaha yang semakin sehat, ditunjukkan dengan

membaiknya struktur permodalan, kondisi kemampuan penyediaan dana,

penambahan asset, peningkatan volume usaha, peningkatan kapasitas produksi,

dan peningkatan keuntungan.

Kuat : dalam arti partisipasi anggotanya. Koperasi sebagai badan usaha yang

dicirikan oleh prinsip prinsip kohesivitas dan partisipasi anggota yang kuat dengan

kinerja usaha yang semakin sehat dan berorientasi kepada usaha anggota serta

memiliki kepedulian sosial. Aspek kohesivitas dan partisipasi anggota, ditunjukkan

dengan keterikatan anggota terhadap anggota lain maupun terhadap organisasi,

dalam hal rasa tanggung rentang atau kemauan untuk berbagai resiko (Risk

Sharing) tingkat pemanfaatan pelayanan koperasi, serta ukuran ukuran kuantitatif

lainnya, seperti rasio peningkatan jumlah anggota, prosentase kehadiran dalam

rapat anggota, prosentase pelunasan simpanan wajib, dan prosent ase besaran

simpanan sukarela.

Penjabaran dari misi 1 tersebut diatas serta untuk mewujudkan

pembangunan Koperasi dan UKM yang sehat dan kuat, maka kemudian disusun

beberapa sub misi terkait pembangunan bidang Koperasi dan UKM di Provinsi

Lampung dengan me mberdayakan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung yang berkualitas dan

berkelanjutan, memperluas kesempatan kerja dan menurunkan jumlah

kemiskinan dalam rangka mewujudkan Provinsi Lampung yang sejahtera,

demokratis dan berkeadilan, melalui :

61
a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang koperasi dan usaha kecil

dan menengah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas dan berkelanjutan;

b. Melaksanakan koordinasi dan kemitraan dalam rantai ni lai proses

pembangunan guna memperluas kesempatan kerja dan menurunkan

jumlah kemiskinan;

c. Melaksanakan praktek tata kelola pemerintahan yang baik serta

mengembangkan kapasitas kelembagaan dalam rangka mewujudkan

masyarakat Lampung yang sejahtrera dan berke adilan.

4.3 Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Ba wang

Visi

Untuk mewujudkan pembangunan dan kemajuan yang merata di seluruh wilayah,

Pemerintah kabupaten Tulang Bawang pun telah merumuskan visi Kabupaten

Tulang Bawang yaitu, "Terwujudnya Tulang Bawang Yang Aman, M andiri, dan

Sejahtera".

Misi

Terkait dengan pengembangan UMKM di Ka bupaten Tulang Bawang, sesuai dengan

Misi 3 Ka bupaten Tulang Bawang yaitu:

“Meningkatkan Perekonomian M asyarakat untuk M engurangi Angka

Pengangguran dan Ke miskinan”

Misi ini dimaksudkan untuk memberikan dukungan dan pendampingan

yang terus menerus kepada masyarakat dalam penguatan sistem ekonomi

kerakyatan yang berbasis kekuatan lokal, peningkatan sektor -ekstor unggulan

daerah dan iklim investasi yang kondusif menjadi penggerak dan penguat bagi

perekonomian daerah. Adapun tujuannya adalah mewujudkan peningkatan

62
aktivitas ekonomi masyarakat, dunia usaha, investasi serta pemanfaatan potensi

unggulan daerah secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat dengan

sasaran meningkatnya pertumbuhan dan kualitas perekonomian daerah sesuai

potensi dan sumber daya unggulan daerah. Pencapaian sasaran tersebut

diwujudkan melalui kebijakan strategis meningkatkan produktivitas industri,

perdagangan dan koperasi sebagai penggerak perekonomi an daerah.

Perwujudan pengembangan UMKM di Kabupaten Tulang Bawang sesuai

dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai digulirkan melalui program -

program pemberdayaan, antara lain:

1. Program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif;

2. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha

kecil menengah;

3. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha

kecil menengah;

4. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil dan

menengah;

5. Program pengembangan sentra-sentra industri potensial.

Pengembangan UM KM

Pengembangan UMKM Ka bupaten Tulang Bawang dilaksanakan secara

otonomi dengan koordinasi Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah yang

bertanggung jawa b langsung kepa da Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas ini

mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang koperasi

dan UKM berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta tugas lain

sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh bupati berdasarkan peraturan

perundang-un dangan yang berlaku.

63
Melihat besarnya potensi yang dimiliki, maka guna meningkatkan

penda patan daerah, Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang pun senantiasa

membuka peluang yang luas bagi para investor baik lokal, dalam negeri maupun

luar negeri, untuk menanamkan investasinya di berbagai sektor yang ada,

sehingga hal ini diharapkan da pat makin mengoptimalkan pembangunan dan

kemajuan daerah, serta kesejahteraan masyarakat. Pengembangan sektor

industri terutama Industri Mikro Kecil dan Menengah, tujuan utama yang

menjadi fokus sasaran Pemerintah Daerah Tulang Bawang diantaranya diarahkan

pa da pencapaian :

1. Optimalisasi Pertumbuhan Ekon omi;

2. Optimalisasi Penciptaan Lapangan Kerja; serta

3. Optimalisasi Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk.

Dalam upaya mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut, Pemerintah

Daerah Kabupaten Tulang Bawang melakukan pembinaan dan pendampingan

melalui :

1. Peningkatan Keterampilan dan Pengetahuan SDM Pengrajin

2. Peningkatan Mutu dan Disain Produk

3. Pengenalan Teknologi tepat guna melalui bantuan Stimulan

4. Promosi dan Pameran Usaha Industri secara tetap dan berkala

Sektor Usaha UM KM Unggulan Tulang Bawang

Penentuan sektor usaha UMKM unggulan dilakukan dengan

menggunakan analisis Metode Bayes dan berdasarkan 3 (tiga) kriteria serta bobot

kepentingan yang ditetapkan sebelumnya yang dilandasi oleh tujuan dari

penetapan sektor usaha unggulan tersebut, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah,

penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk.

64
Tabel 4.1 Bobot Tujuan Pengembangan UMKM di Kabupaten Tulang Bawang
No Aspek Bobot
1 Penciptaan Lapangan Kerja 0,4547
2 Pertumbuhan Ekonomi 0,3122
3 Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk 0,2331

Ada pun kriteria yang digunakan untuk menetapkan sektor usaha

unggulan di Ka bupaten Tulang Bawang meliputi (1) Kontribusi Terhadap

Perekonomian, (2) Jumlah Unit Usaha, Rumah Tangga, Produksi, Luas Areal (3)

Ketersediaan Input, Sarana Produksi atau Usaha (4) Jangkauan Pasar. Hasil

analisis dengan menggunakan Metode Bayes dan berdasarkan kriteria yang

ditetapkan tersebut menghasilkan KPJu unggulan untuk setiap sektor usaha

UMKM di setiap kecamatan di Ka bupaten Tulang Bawang.

Tabel 4.2 Bobot Kriteria Penetapan KPJu Tulang Bawang


No Kriteria Penetapan Bobot
1 Kontribusi Terhadap Perekonomian Kecamatan 0,2767
2 Jumlah Unit Usaha, Rumah Tangga, Produksi, 0,2667
Luas Areal atau KPJu yang Ada
3 Ketersediaan Input, sarana produksi atau usaha 0,2335
4 Jangkauan Pasar 0,2231

Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor usaha di setiap

kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan

per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Tulang Bawang. Hasil proses agregasi

dengan menggunakan metode Bor da , ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu

unggulan Ka bupaten Tulang Bawang yang mempunyai nilai skor tertinggi.

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas

sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, s eperti

disajikan pada Ta bel 4-3 berikut.

65
Tabel 4.3 Sepuluh KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot
Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Tulang
Bawang
Sektor/Subsektor Skor
Rangking KPJu Unggulan
Usaha Terbobot
1 Perkebunan Kelapa Sawit 0,0375
2 Buah-buahan Dukuh 0,0283
3 Perdagangan Saprodi/Saprotan 0,0257
4 Perdagangan Alat Tulis Kantor 0,0233
5 Perkebunan Karet 0,0230
6 Padi Palawija Padi Sawah 0,0230

7 Perdagangan Elektronik 0,0218

8 Jasa-jasa Fotocopy 0,0211

9 Sayuran Petsai (Lobak) 0,0203

10 Perkebunan Lada 0,0185

Apa bila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, maka

berdasarkan sektornya, 5 KPJu berada pa da sektor pertanian yaitu sub sektor

perkebunan, tanaman buah, tanaman pangan, dan holtikultura. Satu KPJu

masing-masing menyebar relatif merata pada sebagian sektor/subsektor ekonomi.

Terpilihnya KPJu unggulan lintas sektor tersebut menunjukkan bahwa orientasi

kegiatan ekonomi di Kabupaten Tulang Bawang berbasis pa da sektor pertanian.

Sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan dengan komoditas

kelapa sawit merupakan KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten Tulang

Bawang. Berdasarkan hasil survai dan analisis, permasalahan yang ada antara lain

adalah aspek manajemen usaha dan ketersediaan pasar. Salah satu solusi yang

da pat dilakukan antara lain adalah melalui kegiatan pelatihan manajerial dan

pendam pingan yang terintegrasi, dan pelaksanaan program temu bisnis dan

66
promosi produk baik skala regional maupun nasional dalam rangka pengembangan

network pemasaran.

Kedudukan KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten Tulang bawang

berdasarkan hasil penilaian terhada p faktor-faktor prospek dan potensi saat ini,

pa da skala penilaian potensi cukup baik (skor 3) sampai dengan sangat baik (skor

5), skala penilaian potensi sedang (skor 3) sampai dengan sangat tinggi (sk or 5)

da pat dilihat pa da Tabel 4-4.

Tabel 4.4 Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten


Tulang Bawang
Sektor/ KPJu Unggulan Rata-rata Skor Katagori
Subsektor Lintas Sektor Prospek Potensi Prospek Potensi
Perkebunan Kelapa Sawit 4,50 4,33 Sangat Baik Sangat Tinggi
Buah-buahan Dukuh 3,50 3,67 Baik Tinggi

Perdagangan Saprodi/Saprotan 3,67 3,67 Baik Tinggi


Perdagangan Alat Tulis Kantor 4,00 4,50 Baik Sangat Tinggi

Perkebunan Karet 3,50 4,50 Baik Sangat Tinggi

Padi Palawija Padi Sawah 4,33 3,67 Sangat Baik Tinggi

Perdagangan Elektronik 3,33 3,67 Baik Tinggi

Jasa-jasa Fotocopy 3,33 3,50 Baik Tinggi

Sayuran Petsai (Lobak) 3,83 4,00 Baik Tinggi


Perkebunan Lada 4,00 3,83 Baik Tinggi

Seperti dapat dilihat pada Tabel 4-4, ditinjau dari aspek prospek, maka

budi daya Kelapa Sawit dan Pa di Sawah merupakan KPJu unggulan lintas sektoral

yang mempunyai prospek Sangat Baik yang diikuti dengan potensi yang sangat

tinggi. Hal ini diseba bkan ketersediaan lahan yang luas dan permin taan yang

tinggi.

Peranan perbankan pa da KPJu unggulan kabupaten Tulang Bawang

masih dalam penyediaan modal, baik yang berkenaan dengan modal kerja ataupun

67
modal investasi. Selama beberapa bulan terakhir, bantuan kredit UMKM memang

sudah banyak disalurkan untuk sektor-sektor KPJu unggulan seperti sektor

pertanian, sekitar 33%, dan sektor perdagangan sekitar 47%. Sedangkan industri

pengolahan dan jasa-jasa tercatat masih belum mencapai 1,5% dari bantuan kredit

UMKM. Oleh karena itu untuk lebih mempercepat pengembangan KPJu unggulan

ini, peran perbankan terhadap sektor yang masih rendah harus lebih ditingkatkan,

misalnya dengan memberikan bantuan kredit yang lebih menarik kepada KPJu

tersebut atau pola pembiayaan yang khusus untuk sektor -sektor tersebut. Peran

bantuan modal investasi ataupun bantuan kredit UMKM kepa da KPJu unggulan

harus juga diiringi dengan pembinaan manajemen usaha, produksi, dan

membantu penciptaan pasar yang lebih luas; dengan berkerjasama dengan para

pihak lainnya.

4.4 Strategi Pengembangan UM KM

4.4.1 Hasil Identifikasi Permasalahan Pengembangan UM KM

Survei UMKM yang dilakukan di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan

tingkat kepentingan antar kategori/lapangan usaha meliputi sebelas besar

kelompok UMKM yaitu Pertanian dan Peternakan, Informasi dan Komunikasi,

Perdagangan, Akomodasi, Pertambangan dan Penggalian, kehutanan, Jasa -jasa,

Perikanan, Transportasi dan Angkutan, Pariwisata, dan Industri Pengolahan. Dari

hasil survei diperoleh data-data yang di pa parkan pa da ta bel - ta bel berikut.

68
Tabel 4.5 Bobot Kepentingan/Tujuan antar Kelompok Usaha
Tujuan
Pertumbuhan Penciptaan Peningkatan
Kategogi/Lapangan Skor
Ekonomi Lapangan Daya Saing Ranking
Usaha Gabungan
Kerja Produk
0,3122 0,4547 0,2331
Pertanian dan 0,1664 0,1503 0,1333 0,1514 1
Peternakan
Informasi dan 0,1626 0,0806 0,1370 0,1193 2
Komunikasi
Perdagangan 0,1033 0,1133 0,0863 0,1039 3
Akomodasi 0,0956 0,1030 0,0989 0,0997 4
Pertambangan dan 0,0981 0,0925 0,1014 0,0963 5
Penggalian
Kehutanan 0,0905 0,0956 0,0784 0,0900 6
Jasa-Jasa 0,0605 0,0852 0,1002 0,0810 7
Perikanan 0,0536 0,0749 0,1252 0,0800 8
Transportasi dan 0,0794 0,0885 0,0587 0,0787 9
Angkutan
Pariwisata 0,0443 0,0649 0,0390 0,0524 10
Industri Pengolahan 0,0458 0,0513 0,0416 0,0473 11

Pengembangan UMKM di Ka bupaten Tulang Bawang berdasarkan data

hasil survey menunjukkan bahwa sektor pertanian dan peternakan merupakan

sektor yang berkembang cukup pesat. Kondisi tersebut sesuai dengan kondisi dan

potensi wilayah. Selain itu dorongan perekonomian dalam pe ngembangan UMKM

di Ka bupaten Tulang Bawang disokong oleh sektor informasi dan komunikasi yang

mampu membuka jaringan pasar baru melalui pemanfaatan Informasi Teknologi

(IT). Pada sektor perdagangan, juga mampu memberikan nilai tambah terhada p

pengembangan UMKM di sektor pertanian dan peternakan dimana fungsi

intermediasi produk pertanian peternakan mampu meningkat dengan adanya

peningkatan sistem pemasaran dan sektor perdagangan.

Sisi lemah yang masih menjadi kendala bagi setiap pelaku usaha mikro

kecil me nengah di Kabupaten Tulang Bawang a dalah pa da aspek hulu (industri

pengolahan). Seperti terlihat pa da Tabel 5.5 yang menunjukkan bahwa orientasi

masyarakat pelaku usaha industri mikro kecil dan memengah masih sebatas pa da

keuntungan komparatif, sehingga yang terjadi adalah komoditas yang dijual masih

69
berupa barang mentah atau barang setengah jadi. Beberapa kendala teknis secara

rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Ka pasitas dan kapa bilitas SDM pelaku usaha;

2. Ka pasitas dan kapa bilitas kelembagaan usaha;dan

3. Kecukupan modal usaha.

jika kita cermati sektor industri pengolahan merupakan poros utama

pengerak perekonomian sebuah wilayah yang merupakan salah satu stimulan

dalam keunggulan kompetitif di daerah tersebut. Transformasi struktural adalah

sebuah keharusan dimana perubahan paradigma dari pembangunan pertanian

menuju pembangunan industri merupakan langkah awal yang membentuk sebuah

koridor pembangunan daerah. Terbangunnya sebuah kawasan industri

menimbulkan multiflier effect terhadap sektor lai n. Keterkaitan industri hulu dan

hilir akan menggerakkan sektor lain untuk bergerak. Sebagai contoh adalah

berkembangnya sebuah kawasan industri kecil menengah berbasis kuliner akan

menumbuhkembangkan sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku, sektor

perdagangan sebagai intermediasi, sektor pariwisata sebagai pendorong di hilir, dan

lain sebagainya.

Tujuan optimalisasi kebijakan pengembangan UMKM di Kabupaten Tulang

Bawang sejalan dengan tujuan pengembangan potensi UMKM per sektor

usaha/lapangan usaha yaitu pertumbuhan ekonomi yang optimal, penyerapan

tenaga kerja yang optimal, dan peningkatan daya saing daerah. Berdasarkan data

hasil survey dua sektor yang memberikan dampak besar terhadap tujuan

pembangunan perekonomian daerah Kabupaten Tulang Bawa ng adalah sektor

pertanian dan peternakan dan sektor komunikasi dan informasi. Dalam

70
perjalanannya dua sektor tersebut juga tidak mampu bertahan tanpa adanya

dorongan dari sektor lain termasuk sektor industri pengolahan.

4.4.2 Konsep Strategi Pemberdayaan UM KM

Secara konseptual pemberdayaan UMKM terutama dapat dilakukan

dengan sistim pemberdayaan pelaku UMKM itu sendiri. Keberhasilan

pemberdayaan sangat bergantung pa da partisipasi UMKM sebagai pelaku maupun

stakeholder lain yang turut serta dan berperan dalam pengembangannya. Dalam

hal ini lebih banyak menitikberatkan pa da metode “bottom up”, dimana

perencanaan lebih diupayakan menjawab kebutuhan UMKM dan dilakukan secara

partisipatif.

Dalam praktek untuk menggugah partisipasi masyarakat sasaran langkah

langkah yang dapat dilakukan adalah (1) Identifikasi Potensi, (2) Analisis

Kebutuhan, (3) Rencana Kerja Bersama, (4) Pelaksanaan, (5) Monitoring dan

Evaluasi. Identifikasi Potensi dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik

sumber daya manusia (SDM) UMKM dan lingkungan internalnya baik lingkungan

sosial, ekonomi dan sum berdaya alam (SDA) khususnya yang terkait dengan

usahanya, maupun lingkungan eksternal usaha. Dengan langkah ini diharapkan

setiap gerak kemajuan da pat bertumpu dan memanfaatkan kema mpuan dan

potensi wilayahnya masing-masing. Dalam identifikasi ini melibatkan stakeholder

UMKM dan tokoh masyarakat maupun instansi terkait.

Dari hasil identifikasi ditindaklanjuti dengan analisis kebutuhan. Pa da

tahapan ini analisis dilakukan oleh perwaki lan UMKM yang da pat difasilitasi oleh

Perguruan Tinggi/LSM / BDS ( Bussines Development Services) maupun instansi

terkait untuk memberikan fasilitasi dan pandangannya tentang berbagai

kebutuhan dan kecenderungan produk dan pasar. Dengan pola analisis kebutu han

71
semacam ini diharapkan mampu mendorong terwujudnya manifestasi kebutuhan

UMKM selaku individu pengusaha maupun sebagai anggota kelompok. Dengan

demikian antara individu pengrajin maupun kelompok da pat diharapkan saling

beriringan dan saling mendukung dalam mencapai tujuan kemajuan bersama.

Setelah kebutuhan da pat ditentukan, langkah berikutnya adalah

merumuskan/ membuat program kerja bersama untuk mencapai kondisi yang

diinginkan berdasarkan skala prioritas yang ditetapkan bersama. Dalam tahap ini

pihak luar baik BDS maupun instansi terkait berperan sebagai fasilitator. Jikalau

program kerja telah disepakati maka langkah berikutnya adalah pelaksanaan

program kerja. Dalam tahap ini fungsi instansi pemerintah terkait selaku fasilitator

pemenuhan kebutuhan UMKM, sedangkan PT/LSM da pat bertindak selaku BDS

dengan memberikan jasa konsultansi. Sebagai konsultan idealnya BDS harus

menda patkan jasa dari layanan yang diberikan kepada UMKM, karena tidak

mudah untuk menarik biaya konsultasi dari UMKM maupun kelompoknya, maka

yang terpenting adalah adanya keiikutsertaan pengusaha UMKM dalam bentuk

kontribusi membantu pelaksanaan program kerja khususnya pelatihan -pelatihan

peningkatan ketrampilan proses produksi maupun manajemen usaha UMKM.

Sumber pembiayaan utama pengembangan UMKM masih mayoritas dari pihak

ketiga baik pemerintah maupun swasta, namun diharapkan UMKM dalam jangka

panjang sedikit demi sedikit mampu mandiri dan mampu memberikan balas jasa

yang diterima dari lembaga konsultan (BDS). Kon disi ini juga perlu didukung

lembaga konsultan yang professional. Untuk kondisi awal pengembangan UMKM,

maka peran pemerintah seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian

Perdagangan dan Kementerian Koperasi UKM masih sangat perlu.

72
Kebutuhan akan permodalan UMKM salah satunya da pat di penuhi dengan

fasiltiasi BDS sebagai Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) bagi pengrajin

maupun kelompok. KKMB ini lahir sebagai perubahan paradigma baru terhadap

UMKM dari perbankan, bahwa: (1) UMKM mempunyai potensi menabung; (2) bank

perlu aktif menjemput Bola; (3) UMKM membutuhkan kemudahan memperoleh

kredit/ layanan perbankkan; (5) bank perlu memobilisasi tabungan dari UMKM; (5)

biaya da pat ditekan melalui pendekatan kelompok; (6) resiko da pat ditekan melalui

pendekatan kelompok. Selain bank memberikan kredit sebagai tugas utamanya,

bank da pat membantu UMKM dengan memberikan pendampingan ( Technical

Assistant/TA) baik dilakukan oleh bank sendiri atau bekerjasama dengan

PT/LSM/BDS pen damping.

Dari hasil pelaksanaan program kerja dilakukan moni toring dan evaluasi,

tidak saja untuk mengetahui apakah yang dikerjakan sudah sesuai dengan

program kerja yang telah ditetapkan, namun juga untuk membuat penyesuaian -

penyesuaian jika diperlukan sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan UMKM.

4.4.3 Rekomendasi Strategi Pengembangan UM KM

Dari berbagai konsep mengenai pemberdayaan masyarakat di bidang

ekonomi, berikut beberapa pilihan strategi yang da pat dilakukan dalam

pemberdayaan UMKM di Ka bupaten Tulang Bawang, yaitu:

1. Kemudahan dalam Akses Permodalan

Salah satu permasalahan yang dihada pi UMKM a dalah aspek permodalan.

Lambannya akumulasi kapital di kalangan pengusaha mikro, kecil, dan

menengah, merupakan salah satu penyebab lam bannya laju perkembangan

usaha dan rendahnya surplus usaha di sektor usaha mik ro, kecil dan

menengah. Faktor modal juga menjadi salah satu seba b tidak munculnya

73
usaha-usaha baru di luar sektor ekstraktif. Oleh sebab itu dalam pemberdayaan

UMKM pemecahan dalam aspek modal ini penting dan memang harus

dilakukan.

Yang perlu dicermati dalam usaha pemberdayaan UMKM melalui aspek

permodalan ini adalah: (1) bagaimana pemberian bantuan modal ini tidak

menimbulkan ketergantungan; (2) bagaimana pemecahan aspek modal ini

dilakukan melalui penciptaan sistem yang kondusif baru usaha mikro, usaha

kecil, dan usaha menengah untuk mendapatkan akses di lembaga keuangan; (3)

bagaimana skema penggunaan atau kebijakan pengalokasian modal ini tidak

terjebak pa da perekonomian subsisten. Tiga hal ini penting untuk dipecahkan

bersama. Inti pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat. Pemberian hibah

modal kepa da masyarakat, selain kurang mendidik masyarakat untuk

bertanggungjawab kepada dirinya sendiri, juga akan da pat mendistorsi pasar

uang. Oleh seba b itu, cara yang cukup elegan dalam memfasilitasi pemecahan

masalah permodalan untuk usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah,

adalah dengan menjamin kredit mereka di lembaga kuangan yang ada, dan atau

memberi subsidi bunga atas pinjaman mereka di lembaga keuangan, atau

dengan memanfaatkan fasilitas yang diberikan pemerintah melalui Sistem Resi

Gudang (SRG). Cara ini selain mendidik mereka untuk bertanggung jawab

terhada p pengembalian kredit, juga da pat menjadi wahana bagi mereka untuk

terbiasa bekerjasama dengan lembaga keuangan yang ada, serta membuktikan

kepada lembaga keuangan bahwa tidak ada alasan untuk diskriminatif dalam

pemberian pinjaman.

Sebelum krisis ekonomi tahun 1997, kredit Perbankan lebih banyak

terkonsentrasi pada kredit korporasi dan juga konsumsi dan hanya segelintir

74
kredit yang disalurkan ke sektor Usaha Kecil dan Menengah. Oleh karena itu,

untuk meningkatkan kapasitas UMKM ini, perbankan harus menjadikan sektor

ini sebagai pilar terpenting perekonomian negeri. Bank diharapkan tidak lagi

hanya memburu perusahaan-perusahaan yang telah mapan, ak an tetapi juga

menjadi pelopor untuk mengembangkan potensi perekonomian dengan

menumbuhkan wirausahawan melalui dukungan akses permodalan bagi

pengembangan wirausaha baru di sektor UMKM. Perbankan harus

meningkatkan kompetensinya dalam memberdayakan Usaha Kecil-Menengah

dengan memberikan solusi total mulai dari menjaring wiraushawan baru

potensial, membinanya hingga menumbuhkannya. Pemberian kredit inilah satu

mata rantai dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah secara utuh.

2. Bantuan Pembangunan Prasarana

Usaha mendorong produktivitas dan mendorong tum buhnya usaha, tidak

akan memiliki arti penting bagi masyarakat, kalau hasil produksinya tidak da pat

di pasarkan, atau kalaupun da pat dijual tetapi dengan harga yang amat rendah.

Oleh sebab, itu komponen penting dalam usaha pemberdayaan UMKM a dalah

pembangunan prasarana produksi dan pemasaran. Tersedianya prasarana

pemasaran dan atau transportasi dari lokasi produksi ke pasar, akan

mengurangi rantai pemasaran dan pa da akhirnya akan meningkatkan

penerimaan petani dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha

menengah. Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi, maka proyek

pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal, memang strategis.

75
3. Pengembangan Skala Usaha

Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah, pada mulanya dilakukan

melalui pendekatan individual. Pendekatan individual ini tidak memberikan

hasil yang memuaskan, oleh sebab itu, semenjak tahun 80-an, pendekatan yang

dilakukan adalah pendekatan kelompok. Alasannya adalah, akumulasi kapital

akan sulit dicapai di kalangan orang miskin, oleh seba b itu akumulasi kapital

harus dilakukan bersama-sama dalam wadah kelompok atau usaha bersama.

Demikian pula dengan masalah distribusi, orang miskin mustahil dapat

mengendalikan distribusi hasil produk si dan input produksi, secara individual.

Melalui kelompok, mereka dapat membangun kekuatan untuk ikut menentukan

distribusi. Pengelompokan atau pengorganisasian ekonomi diarahkan pada

kemudahan untuk memperoleh akses modal ke lembaga keuangan yang telah

ada, dan untuk membangun skala usaha yang ekonomis. Aspek kelembagaan

yang lain adalah dalam hal kemitraan antar skala usaha dan jenis usaha, pasar

barang, dan pasar input produksi. Aspek kelembagaan ini penting untuk

ditangani dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat.

4. Pengembangan Jaringan Usaha, Pemasaran dan Kemitraan Usaha

Upaya mengembangkan jaringan usaha ini dapat dilakukan dengan

berbagai macam pola jaringan misalnya dalam bentuk jaringan sub kontrak

maupun pengembangan kluster. Pola-pola jaringan semacam ini sudah

terbentuk akan tetapi dalam realiatasnya masih belum berjalan optimal. Pola

jaringan usaha melalui sub kontrak da pat dijadikan sebagai alternatif bagi

eksistensi UMKM di Indonesia. Meskipun sayangnya banyak industri kecil yang

justru tidak memiliki jaringan sub kontrak dan keterkaitan dengan perusahaan -

perusahaan besar sehingga eksistensinya pun menjadi sangat rentan.

76
Sedangkan pola pengembangan jaringan melalui pendekatan kluster,

diharapkan menghasilkan produk oleh produsen yang ber ada di dalam klaster

bisnis sehingga mempunyai peluang untuk menjadi produk yang mempunyai

keunggulan kompetitif dan da pat bersaing di pasar global.

Selain jaringan usaha, jaringan pemasaran juga menjadi salah satu

kendala yang selama ini juga menjadi faktor penghambat bagi Usaha Kecil

Menengah untuk berkembang. Upaya pengembangan jaringan pemasaran dapat

dilakukan dengan berbagai macam strategi misalnya kontak dengan berbagai

pusat-pusat informasi bisnis, asosiasi -asosiasi dagang baik di dalam maupun di

luar negeri, pendirian dan pembentukan pusat-pusat data bisnis UKM serta

pengembangan situs-situs UKM di seluruh kantor perwakilan pemerintah di luar

negeri.

Penguatan ekonomi rakyat melalui pemberdayaan UKM, tidak berarti

mengalienasi pengusaha besar atau kelompok ekonomi kuat. Karena

pemberdayaan memang bukan menegasikan yang lain, tetapi give power to

everybody. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi adalah penguatan

bersama, dimana yang besar hanya akan berkembang kalau ada yang kecil dan

menengah, dan yang kecil akan berkembang kalau ada yang besar dan

menengah.

Daya saing yang tinggi hanya ada jika ada keterkaiatan antara yang besar

dengan yang menengah dan kecil. Sebab hanya dengan keterkaitan produksi

yang adil, efisiensi akan terbangun. Oleh sebab itu, melalui kemitraan dalam

bi dang permodalan, kemitraan dalam proses produksi, kemitraan dalam

distribusi, masing-masing pihak akan diberdayakan.

77
5. Pengembangan Sumber Daya M anusia

Sumber daya manusia merupakan faktor penting bagi setiap usaha

termasuk juga di sektor usaha kecil. Keberhasilan industri skala kecil untuk

menembus pasar global atau menghadapi produk -produk impor di pasar

domestik ditentukan oleh kemampuan pelaku-pelaku dalam industri kecil

tersebut untuk mengembangkan produk -produk usahanya sehingga tetap da pat

eksis. Kelemahan utama pengembangan usaha kecil menengah di Indonesia

adalah karena kurangnya ketrampilan sumber daya manusia. Manajemen yang

ada relatif masih tradisional.

Oleh karena itu dalam pengembangan usaha kecil menengah, pemerintah

perlu meningkatkan pelatihan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah baik dalam

aspek kewiraswastaan, administrasi dan pengetahuan serta ketrampilan dalam

pengembangan usaha. Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui berbagai

cara seperti pendidikan dan pelatihan, seminar dan lokakarya, on the job

training, pemagangan dan kerja sama usaha. Selain itu, juga perlu di beri

kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk

mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan (Hafsah, 2004) .

Selain itu, salah satu bentuk pengembangan sumber daya manusia di sektor

UMKM a dalah Pendampingan.

Pendampingan UMKM memang perlu dan penting. Tugas utama

pendam ping ini adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi

mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil,

maupun usaha menengah dengan usaha besar. Yang per lu dipikirkan bersama

adalah mengenai siapa yang paling efektif menjadi pendamping masyarakat.

Pengalaman empirik dari pelaksanaan IDT, P3DT, dan PPK, dengan adanya

78
pendam ping, ternyata menyebabkan biaya transaksi bantuan modal menjadi

sangat mahal. Selain itu, pendamping eksitu yang diberi upah, ternyata juga

masih membutuhkan biaya pelatihan yang tidak kecil. Oleh sebab itu, untuk

menjamin keberlanjutan pendampingan, sudah saatnya untuk dipikirkan

pendam ping insitu, bukan pendamping yang sifatnya sementar a. Sebab proses

pemberdayaan bukan proses satu dua tahun, tetapi proses puluhan tahun.

Dalam rangka pemberdayaan UMKM, keterlibatan stakeholder sangat

menentukan keberhasilannya. Sejauh ini keterlibatan stakeholder UMKM antara

lain terdiri dari instansi pe merintah, lembaga pendidikan, LSM, koperasi,

perbankan dan asosiasi usaha. Ini mengalami perkembangan sesuai dengan

perkembangan cara pandang dan kebijakan pemerintah terhadap UMKM.

Keterlibatan stakeholder / instansi terkait baik dinas, PT maupun LSM dan

asosiasi usaha masih berkisar pa da usaha peningkatan penguasaan teknologi,

pengetahuan permodalan, pemasaran, dan kewirausahaan dalam bentuk

pelatihan, kursus dan magang. Namun demikian sebenarnya UMKM juga

membutuhkan sentuhan dalam aspek sikap dan kepribadian pelaku UMKM,

karena dari perubahan sikap dan perilaku inilah yang merupakan titik awal

keberhasilan suatu usaha.

Di sisi lain keterlibatan yang ada masih bersikap sendiri -sendiri dan

kurang intergratif antara stakeholder satu dengan yang lain. Berikut diberikan

pola alternatif hubungan antar peran masing-masing stakeholder UMKM yang

diharapkan mampu memberikan sumbangan yang signifikan bagi kemajuan

UMKM:

79
1. UM KM

UMKM sebagai pelaku memegang peran yang sangat kunci dalam rangka

pemberdayaan mereka sendiri. Dalam memberdayakan UMKM perlu diberikan

motivasi dan manfaat dari berbagai peluang dan fasilitasi yang diberikan oleh

berbagai pihak (stakeholder yang lain) karena tanpa partisipasi UMKM secara

individu maupun kelompok akan berakibat gagalnya usa ha pemberdayaan

yang dilakukan. Namun demikian perlu disadari bahwa untuk setiap program

pemberdayaan harus berangkat pada pemenuhan kebutuhannya, meski

kadang untuk menentukan kebutuhan tersebut membutuhkan pendampingan

pula.

2. Kelompok / Koperasi

Beragamnya jenis usaha dan skala usaha memang memerlukan beragam

perlakuan yang berbeda. Untuk itu, perlu dilihat masalah demi masalah,

apakah ada masalah yang perlu penanganan secara kelompok atau dilakukan

secara individual. Masalah permodalan misalnya akan lebih mudah

penanganannya dengan sistim kelompok karena da pat mengurangi resiko dan

mudah dalam pembinanaannya. Kalau kelompok usaha mikro kemudian

menjadi lebih besar dan teradministrasi dengan baik, maka kemudian dapat

dikembangkan menjadi koperasi. Melalui k operasi diharapkan bisa

memperkuat kekuatan tawar pasar baik dalam mendapatkan bahan baku

maupun penjualan produk. Demikian pula dengan berbagai fasilitas yang

tersedia bagi lembaga koperasi dapat dinikmati oleh para anggotanya.

80
3. BDS (Bussines Develop ment Services)

BDS ini berperan sebagai konsultan pengembang usaha dalam

berbagaiaspek, seperti aspek manajemen, produksi, pasar dan pemasaran

bahkan sampai fasilitasi dalam menghubungkan UMKM ke lembaga keuangan

baik bank maupun non bank. I dealnya jasa layan an yang di berikan BDS harus

da pat ditanggung pembiayaan oleh UMKM sendiri, namun sampai saat ini belum

banyak UMKM yang mampu menanggung atas jasa yang diterima. BDS da pat

di dirikan oleh Perguruan Tinggi, LSM maupun swasta.

4. Asosiasi Usaha

Asosiasi Usaha dapat membantu UMKM dalam berbagai aspek melalui

anggotanya terutama dalam hal ini kaitannya dengan pasar akan memperkuat

posisi tawar dalam perdagangan, baik dalam harga maupun sistim pembayaran

dan meciptakan persaingan usaha yang sehat.

5. Lembaga Keuangan (Bank dan N on Bank)

Salah satu masalah klasik pemberdayaan UMKM a dalah masalah

kekurangan modal, namun UMKM enggan untuk datang ke bank khususnya

karena terkait oleh banyaknya persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh

fasilitasi kredit dari perbankan. Sebaliknya sering lembaga keuangan

menghadapi masalah bagaimana memasarkan “modal” yang dihimpun dari

masyarakat tersebut agar da pat tersalur kepa da pengusaha UMKM dengan

aman. Artinya ke dua belah pihak sebenarnya dapat membentuk hubungan

yang saling menguntungkan. Untuk itu perlu diupayakan pendekatan baru

perbankkan terhada p UMKM, salah satunya dengan pendekatan melalui

kelompok simpan pinjam (KSM) maupun kelompok usaha (koperasi) dalam

memberikan layanan kredit terhadap UMKM. Adanya pendekatan kelompok

81
tidak akan efektif jika pandangan Bank terhadap UMKM masih menggunakan

paragdigma lama bahwa kredit terhadap UM KM tidak ekonomis dan

berisiko Untuk itu perlu menggunakan paradigma baru, dimana UMKM harus

di pandang tidak saja sebagai pemanfaat kredit namun juga sebagai sumber

potensial tabungan. Secara lengkap perban dingan para digma bank terhada p

UMKM disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 4.6 Perbandingan Paradigma Perbankkan terhadap UMKM


No. Paradigma Lama Paradigma Baru

a. Mereka tidak punya potensi Mereka mempunyai potensi


Menabung Menabung
b. Mereka akan aktif mendatangi Bank perlu aktif menjemput bola
Bank
c. Mereka memerlukan kredit Mereka membutuhkan kemu-
Murah dahan memperoleh kredit/
pelayanan bank
d. Perlu dana murah dari Bank perlu meningkatkan upaya
pemerintah untuk kredit mobilisasi tabungan
e. Biaya Pelayanan keuangan Biaya dapat ditekan dengan
Tinggi pendekatan kelompok
f. Kredit kepada mereka berisiko Resiko dapat ditekan dengan
Tinggi pendekatan kelompok

Dengan pendekatan kelompok ini diharapkan memudahkan pengelolaan

kredit dan da pat menekan resiko sehingga secara keseluruhan menjadi

layanan kredit yang ekonomis. Selain itu, untuk membantu mengurangi

resiko kredit macet bank da pat melakukan pendampingan usaha bagi

kelompok UMKM yang mengambil kredit pada bank yang bersangkutan.

Pendekatan ini memang butuh waktu dan pemikiran lebih, sehingga untuk

meringankan resiko dapat bekerjasama dengan konsultan Ke uangan Mitra

Bank (KKMB), yaitu model konsultan keuangan yang sekarang banyak

82
di dorong untuk berkembang dalam rangka fasilitasi akses UMKM terhada p

permodalan.

6. Pasar

Pasar perdagangan hasil produksi UMKM da pat berupa pasar dalam

negeri (domestik) maupun pasar ekspor. Hubungan baik antara pelaku

UMKM dan pelaku pasar (pembeli maupun ekspotir) perlu dijaga

kesinambungannya. Demikian pula dengan adanya perubahan kondisi

pasar harus cepat da pat diantisipasi. Dalam hal ini da pat difasilitasi oleh

pemerintah, BDS maupun Asosiasi usaha.

7. Pemerintah

Pemerintah mempunyai peran yang dalam memfasilitasi UMKM Lembaga

lain yang terkait dengan pemberdayaan UMKM seperti koperasi, Asosiasi, BDS,

dan lembaga keuangan dapat digerakkan oleh pemerintah dengan kebijakan

tertentu. Peran tersebut da pat diwujudkan dengan kebijakan yang berpihak

terhada p pengembangan usaha maupun fasilitasinya, seperti :

a. Layanan perijinan satu atap One Stop Service;

b. Fasilitasi HAKI

c. Penjaminan Kredit UMKM,

d. Fasilitasi BDS, Asosiasi dan Koperasi untuk kemajuan UMKM

8. Peningkatan Akses Teknologi

Penguasaan teknologi merupakan salah satu faktor penting bagi

pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Di negara -negara maju

keberhasilan usaha kecil menengah ditentukan oleh kemampuan akan

penguasaan teknologi. Strategi yang perlu dilakukan dalam peningkatan akses

teknologi bagi pengembangan usaha mikro kecil menengah adalah memotivasi

83
berbagai lembaga penelitian teknologi yang lebih berorientasi untuk peningkatan

teknologi sesuai kebutuhan UMKM, penge mbangan pusat inovasi desain sesuai

dengan kebutuhan pasar, pengembangan pusat penyuluhan dan difusi teknologi

yang lebih tersebar ke lokasi -lokasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan

peningkatan kerjasama antara asosiasi -asosiasi UMKM dengan Perguruan Tinggi

atau pusat-pusat penelitian untuk pengembangan teknologi UMKM.

9. Mewujudkan iklim bisnis yang lebih kondusif

Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah akan sangat ditentukan dengan

ada atau tidaknya iklim bisnis yang menunjang perkembangan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah. Persoalan yang selama ini terjadi iklim bisnis kurang

kondusif dalam menunjang perkembangan usaha seperti terlihat dengan masih

rendahnya pelayanan publik, kurangnya kepastian hukum dan berbagai

peraturan daerah yang tidak pro bisnis merupakan bukti adanya iklim yang

kurang kondusif. Oleh karena perbaikan iklim bisnis yang lebih kondusif dengan

melakukan reformasi dan deregulasi perijinan bagi UMKM merupakan salah

satu strategi yang tepat untuk mengembangkan UMKM. Dalam hal ini perlu ada

upaya untuk memfasilitasi terselenggaranaya lingkungan usaha yang efisien

secara ekonomi, sehat dalam persaingan dan non diskriminatif bagi

keberlangsungan dan peningkatan kinerja UMKM. Selain itu perlu ada tindakan

untuk melakukan penghapusan berbagai pungutan yang tidak tepat,

keterpaduan kebijakan lintas sektoral, serta pengawasan dan pembelaan

terhada p praktek-praktek persaingan usaha yang tidak sehat dan didukung

penyempurnaan perundang-un dangan serta pengembangan kelembagaan.

84
4.4.4 Pendekatan Klaster dalam Pengembangan UM KM

Salah satu pendekatan untuk mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah

yang dianggap berhasil adalah melalui pendekatan klaster/kelompok. Namun

masih banyak klaster di Indonesia dalam kondisi pasif. Dalam pendekatan klaster,

dukungan (baik teknis maupun keuangan) disalurkan kepada kelompok Usaha

Kecil dan Menengah bukan per individu UKM. Pendekatan kelompok diyakini lebih

baik karena UKM secara individual biasanya tidak sanggup menangkap peluang

pasar dan Jaringan bisnis yang terbentuk terbukti efektif meningkatkan daya saing

usaha karena dapat saling bersinergi.

Bagi pemberi dukungan, pendekatan kelompok juga lebih baik karena

proses identifikasi dan pemberdayaan UKM menjadi lebih fokus dan efisien. Dari

kasus keberhasilan (success story) yang ditemui, pengembangan UKM dalam

kelompok berhasil meningkatkan kapasitas daya saing usaha UKM,

mengoptimalkan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam setempat,

memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan nilai tambah

UKM.

Berbeda dengan Jaringan Bisnis yang merupakan sistem tertutup yang

ditujukan untuk mengembangkan proyek bersama, Klaster bisnis merupakan

suatu sistem terbuka yang melibatkan lebih banyak pelaku dan merupakan

kelompok perusahaan yang saling terhubung dan berdekatan secara geografis

dengan institusi -institusi terkait dalam suatu bidang tertentu. Pembentukan

klaster menjadi isu yang penting karena secara individual UKM seringkali tidak

sanggup menangkap peluang pasar yang membutuhkan jumlah volume produksi

yang besar, standar yang h omogen dan penyerahan yang teratur.

85
UKM seringkali mengalami kesulitan mencapai skala ekonomis dalam

pembelian input (seperti peralatan dan bahan baku) dan akses jasa -jasa keuangan

dan konsultasi. Ukuran kecil juga menjadi suatu h ambatan yang signifikan untuk

internalisasi beberapa fungsi pen dukung penting seperti pelatihan, penelitian

pasar, logistik dan inovasi teknologi; demikian pula da pat menghambat pembagian

kerja antar perusahaan yang khusus dan efektif secara keseluruhan fu ngsi-fungsi

tersebut merupakan inti dinamika perusahaan.

Beberapa contoh keuntungan yang dapat ditarik dari sebuah kerjasama

dalam klaster adalah :

1. Melalui kerjasama horisontal, misalnya bersama UKM lain menempati posisi

yang sama dalam mata rantai nilai (value chain) secara kolektif

perusahaanperusahaan da pat mencapai skala ekonomis melampaui

jangkauan perusahaan kecil secara individual.

2. Melalui integrasi vertikal (dengan UKM lainnya maupun dengan perusahaan

besar dalam mata rantai pasokan), perusahaan-perusahaan dapat

memfokuskan diri ke bisnis intinya dan memberi peluang pembagian tenaga

kerja eksternal.

Berdasarkan penelitian mengenai pengembangan Usaha Kecil Dan

Menengah Berbasiskan pendekatan Klaster yang dilakukan oleh Tulus Tambunan

yang termuat dalam Journal of Small Business Management, terda pat beberapa nilai

positif yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan UMKM kedepan.

Beberapa hasilnya antara lain :

1. Pendekatan klaster industri bisa diadopsi sebagai platform nasional, baik dalam

konteks pembangunan ekonomi nasional, daerah, lokal maupun pemberdayaan

UKM khususnya, sehingga instansi -instansi yang berkepentingan memiliki

86
kerangka cara pandang yang sama dalam menanganani masalah -masalah yang

dihada pi oleh UKM.

2. Pendekatan klaster industri menjadi kunci pengembangan unggulan daerah,

dimana UKM yang kompetitif menjadi tulang punggung sistem perekonomian

daerah yang sekaligus juga menjadi pilar ekonomi nasional karena

memungkinkan strategi, kebijakan dsn program upaya partisipasi yang

memiliki kememadaian cakupan dan daya dongkrak tinggi bagi peningkatan

produktivitas, kesetaraan posisi tawar, kemampuan inovasi UKM dan peran

UKM dalam system perekonomian, memberikan platform sistemik dan

sistematik serta fokus yang terpa du bagi pengembangan un ggulan daerah, lebih

memungkinkan strategi dan kebijakan yang sinergis untuk mengembangkan

kondisi sistemik yang mendukung bagi keterpaduan dan koherensi rantai nilai

dan aliran rantai teknologi/inovasi, mendukung akselerasi

pengembangan/penguatan jaringan dan kolaborasi para stakeholders

khususnya tingkat lokal memfasilitasi pragmatisasi alternatif pengembangan

sejalan dengan karakteristik lokal dan dinamika perubahan global.

3. Walaupun sejumlah klaster di Indonesia telah berkembang pesat selama

beberapa tahun belakangan ini, namun usaha pemerintah untuk

mengembangkan klaster belum dianggap berhasil. Kegagalan tersebut

disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain adalah pengembangan program

pemerintah kurang mempertimbangkan adanya jaringan pemasaran yang

dimiliki oleh klaster, baik jaringan potensial maupun yang telah ada, kegagalan

dalam memanfaatkan potensi klaster untuk mengembangkan organisasinya

sendiri dan bentuk social capital lainnya yang dimiliki, dan pemerintah lokal

tidak memiliki ruang gerak yang cukup untuk mendorong pengembangan

87
klaster dan jaringan bisnis memerlukan suatu konsep yang sesuai dengan

kebutuhan masing-masing klaster atau jaringan bisnis dan mempertimbangkan

kemampuan maupun potensi peluang pasar yang dimiliki oleh klaster tersebut.

4. Kunci keberhasilan dalam upaya pengembangan klaster dan jaringan bisnis

adalah partisipasi aktif dari semua stakeholders dalam membuat dan

mengimplementasikan strategi pengembangan klaster.

Porter 1998 mengungkapkan bahwa terdapat empat faktor utama dalam

pengembangan klaster, yaitu :

1. Konteks mengenai strategi dan persaingan perusahaan dalam klaster;

Pemerintah harus menciptakan kondisi yang meminimumkan hambatan agar

tercipta iklim persaingan, membuka peluang investasi baik lokal maupun asing,

mempromosikan produk perusahaan menjadi produk berorientasi ekspor,

mengatur peran pemerintah daerah melalui badan/dinas/instansi daerah yang

berkaitan dengan pengembangan klaster khususnya klaster UMKM.

2. Kon disi permintaan;

Pemerintah harus menciptakan efisiensi, dasar hukum yang pro inovasi yang

mempengaruhi klaster dalam rangka (1) mengurangi ketidakpastian dasar

hukum (2) rangsangan akan adopsi di awal (3) mendorong terciptanya inovasi

khusus nya pa da proses produksi.

3. Industri terkait dan industri pendukung; dan

Dukungan terhada p klaster dalam pengembangan industri terkait dan industri

pendukung, Pemerintah diharuskan menciptakan sebuah forum yang

menyatukan seluruh anggota klaster, menciptakan iklim bisnis yang

bersahabat dalam klaster untuk mengundang supplier da n penyedia jasa yang

berada di luar klaster / lokasi yang berbeda, dan membangun klaster dalam

88
kesiapannya menuju pasar bebas, kawasan industri dan kawasan

pemasok/supplier.

4. Kon disi faktor

Usaha pemerintah dalam menciptakan spesialisasi melalui program pen didikan

dan pelatihan. Keterlibatan pihak lain sangat diperlukan seperti Perguruan

Tinggi dan Intansi Penyedia Jasa Pelayanan Bisnis lainnya.

Kebijakan Pemerintah

Konteks mengenai strategi Kondisi Industri Terkait Kondisi


dan persaingan perusahaan Permintaan dan Industri Faktor
Pendukung (Inputs)

Pengembangan Klaster
UMKM

Pembangunan Ekonomi Regional

Gambar 4.1 Sebuah Ilustrasi mengenai Kebijakan Pemerintah akan


Pengembangan Klaster

Pengembangan klaster dalam sebuah wilayah dengan didukung oleh

kebijakan pemerintah akan pengembangan klaster tersebut mampu memberikan

dam pak dukungan pengembangan pada indutri terkait dan industri pendukung,

kawasan industri, jasa pelayanan bisnis (BDS), fasilitas pelatihan R&D, i nstitusi

keuangan, infrastruktur dan kawasan perdagangan bebas di wilayah tersebut.

Keempat faktor utama tersebut jika dapat terlaksana dengan baik, maka akan

menciptakan pengembangan klaster yang lebih efektif karena akan tercipta “trickle

down effect” (Tambunan.2005).

89
V. PENUTUP

Berdasarkan uraian pada ba b terdahulu da pat disimpulkan bahwa usaha

kecil mikro dan menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perkeonomian

lokal daerah, khususnya dalam menggerakkan aktivitas ekonomi regional

(Pertumbuhan Ekonomi, Penyediaan Lapangan Kerja dan Peningkatan Daya Saing

Daerah) di Kabupaten Tulang Bawang. Namun demikian industri UMKM masih

menghadapi berbagai masalah mendasar, yaitu Kapasitas dan Kapa bilitas SDM

pelaku usaha, Kapasitas dan Ka pa bilitas Kelembagaan Usaha dan Aksesibilitas

Modal. Diperlukan berbagai kebijakan yang bersifat terobosan untuk memotong

mata rantai masalah yang dihadapi UMKM, khususnya untuk mengatasi beberapa

hal yang menjadi hambatan dalam bidang pengembangan produk dan pemasaran.

Ada pun regulasi dari pemerintah yang diperlukan untuk memberikan peluang

berkembangnya UMKM meliputi perbaikan sarana dan prasarana, akses

perbankan dan perbaikan iklim ekonomi yang lebih baik untuk mendukung dan

meningkatkan daya saing mereka serta untuk meningkatkan pangsa pasar.

90
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Adhi Putra.2014. Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019 Peningkatan


Daya Saing UMKM dan Koperasi. Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan
UKM Kementerian PPN/Bappenas. Tersedia di, http://www.ba ppenas.go.id,
diakses pa da 15 Januari 2016.

Arsyad, Lincolin 2010. Ekonomi Pembangunan, Edisi 5. UPP STIM YKPN .


Yogyakarta.

Berry, A.,E.Rodriguez, and H.San dee. 2001. Small and Medium Enterprise
Dynamics in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 37,
No. 3, 363-384.

Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Data UMKM. Tersedia di,
http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/data-umkm/,
diakses
pa da 18 Januari 2016.
Tambunan, Tulus T.H. 2005. Promoting Small and Me dium Enterprises with a
Clustering Approach: A Policy Experience from Indonesia , Journal of Small
Business Management, Vol.43, No. 2, 138-154.

Tambunan, Tulus T.H. 2012. Peluang, Tantangan dan Ancaman Bagi UMKM
Indonesia Dalam Era CAFTA dan ME-AS EAN 2015, Prosiding Seminar &
Konferensi Nasional Manajemen Bisnis, 26 Mei 2012.

Wengel, Jan ter. 2006. SME Export Performance in Indonesia After the Crisis,
Small Business Economics, Vol. 26, 25-37.

91

Anda mungkin juga menyukai