PENDAHULUAN
lain adalah karena sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan
memberi peluang bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan
yang lebih cenderung menggunakan modal besar (capital intensi ve) serta
Eksistensi UMKM memang tidak da pat diragukan lagi karena terbukti mampu
skala nasional sumbangsih UMKM terhadap PDB secara rata -rata adalah sebesar
cukup menggembirakan yaitu sebesar 2,3 persen per tahun. Dari sisi
(PDRB) secara rata-rata setiap tahunnya di atas 50 persen. Hal ini menunjukkan
kontribusi UMKM terhada p penyerapan tenaga kerja rata-rata sekitar 97,16 persen,
1
Usaha Mikro Kecil dan Menengah di daerah sekitar 93 persen diantaranya
merupakan usaha tani dan usaha lain yang terkait dengan pertanian.
penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi. Kendala lain yang dihadapi UMKM
adalah keterkaitan dengan prospek usaha yang kurang jelas serta perencanaan,
visi dan misi yang belum mantap. Hal ini terjadi karena umumnya UMKM bersifat
income gathering yaitu menaikkan pendapatan, dengan ciri -ciri sebagai berikut:
pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual UMKM itu sendiri,
utamanya agar da pat bersaing dengan produk -produk lain yang kian membanjiri
sentra industri dan manufaktur di pasar nasional, mengingat UMKM adalah sektor
dan produk impor. Persoalan utama yang dihadapi UMKM di Ka bupaten Tulang
2
dengan perizinan dan birokrasi serta tingginya tingkat pungutan. Dengan segala
persoalan yang ada, potensi UMKM yang besar itu menjadi terhambat. Meskipu n
UMKM dikatakan mampu bertahan dari adanya krisis global namun pada
berat. Hal itu dikarenakan selain dipengaruhi secara tidak langsung krisis global
tadi, UMKM harus pula menghadapi persoalan lokal dan domestik yang tidak
khususnya informasi pasar. Hal tersebut menjadi kendala dalam hal memasarkan
mengalami stagnasi.
memang perlu dipikirkan lebih lanjut agar tetap mampu bertahan demi kestabilan
perekonomian. Selain itu faktor sumber daya manusia di dalamnya juga memiliki
dilakukan dengan peningkatan daya saing dan pengembangan sum ber daya
manusianya agar memiliki nilai dan mampu bertahan menghadapi pasar yang kian
3
Demikian juga upaya-upaya lainnya da pat dilakukan melalui kampanye
cinta produk dalam negeri serta memberikan suntikan pendanaan pada lembaga
keuangan mikro. Keuangan mikro telah menjadi suatu wacana global yang diyakini
oleh banyak pihak menjadi metode untuk mengatasi kemiskinan. Berbagai lembaga
program kerjasama.
swadaya masyarakat juga tidak ketinggalan untuk turut berperan dalam a plikasi
adanya kegiatan kajian yang lebih mendalam mengenai “Optim alisasi Kebijakan
pengembangan UMKM.
Ada pun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah:
4
3. Merumuskan Program kegiatan Pemberdayaan UMKM di
5
II. TINJAUAN UM UM
dan 105°09’- 105°55’ BT, yang terletak di bagian hilir dari 2 sungai besar yaitu Way
Mesuji dan Way Tulang Bawang dan bermuara di Laut Jawa yang berada di bagian
timur wilayah Tulang Bawang. Mengingat letaknya yang berada di antara 0 – 10o
Lintang Selatan maka daerah Kabupaten Tulang Bawang seperti halnya daerah -
Ka bupaten Tulang Bawang saat ini mempunyai luas daratan kurang lebih
Menggala yang telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri menjadi Ibukota
Ka bupaten Tulang Bawang sejak tahun 1997. Berdasarkan Undang-un dang N omor
Kanan
6
memiliki 13 wilayah administrasi kecamatan dengan batas wilayah administrasi
sebagai berikut:
Barat.
wilayah kecamatan. Sejak tahun 2009, Ka bupaten Tulang Bawang telah memiliki
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Luas wilayah dan jumlah kampung menurut kecamatan dalam Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2017
No. Nama Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Kampung/Kelurahan
7
No. Nama Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Kampung/Kelurahan
2. Daerah Rawa.
merupakan muara dari Way Tulang Bawang dan Way Mesuji. Rawa -rawa
tersebut terda pat di tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Rawajitu Timur,
merupakan areal yang cukup produktif untuk pengembangan budidaya tam bak
Terdapat 2 River Basin yang utama yaitu River Basin Tulang Bawang dan River
Basin sungai -sungai kecil lainnya. Daerah ini berupa cekungan yang
atau lebung-lebung. Pa da areal River Basin Way Tulang Bawang dengan anak -
anak sungainya membentuk pola aliran ‘’dendritic’’. Daerah ini memiliki luas
8
10.150 Km 2 dengan panjang 753 Km yang digunakan untuk pengembangan
tambak udang;
4. Daerah Alluvial.
Daerah ini terletak di pinggir pantain timur yang merupakan bagian hilir ( down
stream) dari sungai besar yaitu Way Tulang Bawang dan Way Mesuji yang
musim kemarau berganti sepanjang tahun. Temperatur udara rata -rata 310 C.
devisit air 0 – 1,5 bulan. Kenyataan ini menunjukan bahwa budidaya sawah
dengan harapan produksi sedang atau kurang optimal, atau apabila diusahakan
secara luas memerlukan usaha dan pertimbangan ketat dalam menentukan jadwal
dikembangkan jenis padi lokal dengan suplai air berasal dari tadah hujan.
barat atau hulu sungai, sedangkan daerah yang kering terdapat di bagian timur
mendekati pantai. Kon disi topografi Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah
aliran sungai sebelah hulu yang mengindikasikan adanya sistem drainase alam
9
terjadi kekeringan khususnya di wilayah tengah dan timur. Hal ini ditandai dengan
ketersediaan hujan yang relatif rendah (75 mm/bulan) dan lama hari tidak hujan
hanya 16 hari (rerata). Kon disi ini mempengaruhi kualitas air setempat terutama
pa da air sungai yang ditandai dengan adanya intrusi air laut yang semakin ke
hulu. Hal ini akan berpengaruh terhada p situasi dan kondisi peri kehidupan
Geologi dan Sum ber Daya Mineral, P3G, Ban dung), diketahui wilayah Tulang
Bawang secara geologis tersusun oleh batu-batuan dari berbagai umur, mulai dari
1. En da pan Rawa (Qs) : terutama terdiri material lumpur, lanau dan pasir.
En da pan rawa ini dijumpai di sepanjang sepanjang pantai timur, kiri kanan
daerah aliran Way Tulang Bawang dan Way Mesuji. Secara administrasi
2. En da pan Aluvial (Qa) : terdiri dari material kerakal, kerikil, pasir, lempung dan
3. Pasir Kwarsa (Qak) : pasir kasar kerikilan sampai sedang lepas, penyusun
Gedung Jaya, Rawa Ragil, Hargo Mulyo, Bumiratu wilayah Kec. Rawa Timur
dan Kecamatan Dente Teladas sekitar aliran Way Palembang anak sungai Way
Seputih.
10
4. Formasi Terbanggi (Qpt) : terdri dari batu pasir dengan sisipan batu lempung.
5. Formasi Kasai (Qtk) : terdiri dari tuf, ba tu lem pung tufaan, batu lempung, batu
6. Formasi Muara Enim ( Tmpm) ; terdiri dari perselingan batu lempung pasiran
dan batu lanau, tufaan, dengan sisipan batu tufaan, dan batu lempung hitam.
Luas dan proporsi setiap jenis formasi geologi yan g terdapat di Ka bupaten
tropopsamment.
11
2.4 Ekosistem
menjadi 2, yaitu ekosistem daratan dan pesisir. Ekosistem dataran terdiri dari
pantai yang terpengaruh oleh pasang surut. Be berapa desa di Kecamatan Rawa
Kecamatan Penawar Tama, Gedung Meneng Dente Teladas, Penawar Aji, Menggala,
Gedung Aji, Banjar Agung, Banjar Margo, dan Gedung Aji Baru;
luas. Kemiringan lereng berkisar antara 15-30 persen. Satuan ekosistem ini
Wilayah pesisir merupakan bentang lahan yang dimulai garis batas wilayah laut
yang ditandai oleh terbentuknya zona pecah gelombang (breakers zone) ke arah
darat yang masih dipengaruhi oleh aktivitas marin. Satuan ini terda pat di beberapa
12
kampung di Kecamatan Dente Teladas, Rawajitu Timur, Rawa Pitu, Rawajitu
2.5 Demografi
Ada pun tingkat kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Dente Teladas
tercatat sebanyak 440.511 jiwa terdiri dari 227.921 jiwa laki -laki dan 212.590 jiwa
perempuan. Pada akhir Tahun 2018, distribusi penduduk nampaknya juga masih
Banjar Margo tingkat kepa datan penduduk mencapai 315,77 jiwa per km 2 disusul
kemudian Kecamatan Rawa Jitu Selatan sebanyak 238,23 jiwa per km 2 dan
Gedung Aji Baru mencapai 218,20 jiwa per km 2 . Kepadatan terendah dijumpai
Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kab. Tulang Bawang Tahun 2017
Luas Wilayah Jumlah Kepadatan
No. Nama Kecamatan
(Km2) Penduduk (Jiwa/km2)
(jiwa)
1. Banjar Agung 230,88 40.936 177,30
2. Banjar Margo 132,95 41.981 315,77
3. Gedung Aji 114,47 14.813 129,41
4. Penawar Aji 104,45 14.886 142,52
13
Luas Wilayah Jumlah Kepadatan
No. Nama Kecamatan
(Km2) Penduduk (Jiwa/km2)
(jiwa)
5. Meraksa Aji 94,71 19.255 203,30
6. Menggala 344,00 15.315 44,52
7. Penawartama 210,53 50.384 239,32
8. R. Jitu Selatan 123,94 29.526 238,23
9. Gedung Meneng 657,07 33.552 51,06
10. R. Jitu Timur 176,65 41.111 232,73
11. Rawa Pitu 169,18 17.219 101,78
12. Gedung Aji Baru 95,36 20.808 218,20
13. Dente Teladas 685,65 23.032 33,59
14. Banjar Baru 132,95 63.495 477,59
15. Menggala Timur 193,53 14.198 73,36
Total Kabupaten 3.466,32 440.511 127,08
pengolahan dan analisa data, da pat diketahui hasil proyeksi jumlah penduduk
untuk sepuluh dan dua puluh tahun kedepan. Dari hasil anlisis tersebut, da pat
dilihat bahwa hingga akhir tahun rencana penduduk Kabupaten Tulang Bawang
Kecamatan Dente Teladas relatif menurun. Proyeksi jumlah penduduk untuk tahun
14
Tabel 2.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Tulang Bawang s.d.
Tahun 2036.
Pada tahun 2017 terda pat 92.075 rumah tangga dimana 18.136 atau
ada di Kecamatan Rawajitu Timur dengan jumlah rumah tangga 275 (2,98%).
15
No Kecamatan Pra KS KS I KS II Jumlah
10 Gedung Meneng 2.681 5.497 2.704 10.882
11 Rawajitu Timur 275 1.903 2.084 4.262
12 Rawa Pitu 1.328 1.665 1.134 4.127
13 Gedung Aji Baru 904 1.816 931 3.651
14 Dente Teladas 1.426 2.663 1.536 4.148
15 Menggala Timur 821 2.588 1.466 4.475
Total 18.136 46.387 27.157 92.075
Sumber : BPS Kabupaten Tulang Baw ang, 2018
Keterangan :
dasar minimum
sangat dasar
pengembangan
2.5.4 Ketenagakerjaan
Pada tahun 2017 di Ka bupaten Tulang Bawang terda pat 213.246 angkatan
kerja yang bekerja pada 8 (delapan) sektor usaha. Secara umum, sektor jasa
Tenaga kerja terbesar berada di sektor pertanian, yaitu 124.340 jiwa dari
seluruh tenaga kerja yang didominasi oleh tenaga kerja wanita, diikuti
sektor pertambangan industri listrik gas dan air minum serta konstruksi dengan
jumlah tenaga kerja 24.045 jiwa dari seluruh tenaga kerja yang didominasi
16
Tabel 2.6 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut
Jenis Kelamin Tahun 2013 - 2017
Buruh Buruh
No. Sektor Jumlah 2013 2017
Perusa- Pria Wanita Jumlah Pria Wanita Jumlah
Haan
1. Pertanian 10 20.183 9.578 29.761 11.547 5.177 16.724
2. Pertambangan 2 118 9 127 0 0 0
3. Industri 9 1.202 285 1.487 987 284 1.271
4. Listrik/Gas/Air 11 43 27 70 124 71 195
5. Bangunan/Konstruksi 0 0 0 0 0 0 0
6. Perdagangan 61 755 1.145 1.900 494 320 814
7. Pengangkutan 1 0 0 0 10 6 16
8. Jasa 69 18.056 19.956 38.012 2.442 1.255 3.697
9. Lain-lain 14 74 53 127 514 362 876
Jumlah 175 40.481 31.072 71.553 16.118 7.475 23.593
Sumber : BPS Kabupaten Tulang Bawang, 2018.
juga perlu menda patkan perhatian untuk mengikuti perkembangan wilayah Tulang
2016 s.d. 2017 menunjukkan kemajuan. Tingkat pengangguran turun hingga 34,4
persen; tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat 9,01 persen; angkatan kerja
17
2.5.5 Indeks Pembangunan M anusia
Angka harapan Hidup (AHH) merupakan salah satu indikator yang dapat
diartikan sebagai rata-rata jumlah tahun hidup yang da pat dijalani seseorang
Bawang tahun 2018 a dalah 69,59 tahun. Angka ini lebih tinggi daripada angka
penduduk Tulang Bawang masih lebih rendah diban dingkan tingkat kesehatan
18
(2) Indikator Pendidikan
indikator, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata -rata Lama Sekolah. Angka
Melek Huruf merupakan salah satu indikator output bidang pendi dikan yang
membaca dan menulis tercermin dari angka melek huruf yang di definisikan sebagai
persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang da pat membaca dan menulis
huruf latin maupun huruf lainnya. Pada tahun 2018 persentase penduduk T ulang
Bawang yang telah melek huruf sebesar 97,23% dan yang masih buta huruf
96,70% Jika diban dingkan dengan seluruh penduduk Lampung, nam pak bahwa
tingkat melek huruf penduduk Tulang Bawang masih lebih rendah dari rata-rata
sebagai tolok ukur pembangunan kualitas sumberdaya manusia adalah rata -rata
lama sekolah. Indikator ini memberikan gambaran tentang rata-rata waktu yang
Selama empat tahun terakhir rata-rata lama sekolah penduduk Tulang Bawang
tidak mengalami perubahan yaitu selama 7,15 tahun pa da Tahun 2017 me ningkat
menjadi 7,22 tahun pa da Tahun 2018 atau jika dikonversi ke jenjang pendidikan
da pat dikatakan bahwa secara rata-rata penduduk Tulang Bawang telah pernah
19
Tabel 2.9 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Tulang Bawang
Usia 15 Tahun ke atasTahun 2010-2018
No Tahun Harapan Lama Rata-Rata Lama
Sekolah Sekolah
1 2010 10,26 6,49
2 2011 10,34 6,58
3 2012 10,42 6,71
4 2013 10,76 6,84
5 2014 11,11 7,1
6 2015 11,15 7,11
7 2016 11,55 7,12
8 2017 11,71 7,15
9 2018 11,73 7,22
Rata-Rata 11 6,92
Sumber: BPS Tulang Bawang, 2018
penda patan seseorang diharapkan paritas daya belinya semakin meningkat pula.
Ada pun hidup layak diukur berdasarkan paritas/kemampuan daya beli ( Purchasing
Power Pari ty). Berdasarkan hasil perhitungan BPS, diketahui paritas daya beli
masyarakat Kabupaten Tulang Bawang dari tahun 2013 hingga 2018, ti dak
di bandingkan dengan paritas daya beli Propinsi Lampung pa da tahun yang sama,
masih nampak bahwa paritas daya beli masyarakat Tulang Bawang masih di
Sebagaimana dilaporkan oleh BPS Tulang Bawang bahwa pa da tahun 2017 dengan
pengetahuan sebesar 76,80 (status menengah atas), dan indeks daya beli sebesar
20
58,41 (status menengah bawah), maka IPM pa da tahun 2017 a dalah sebesar 67,07
dengan status menengah atas. Jika dibandingkan dengan tahun 2018, nilai IPM
menjadi 67,70. Akan tetapi jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Propinsi
Lampung nampak posisi IPM Tulang Bawang hanya menempati urutan ke 8 dari 11
kabupaten setelah Lampung Utara dan Way Kanan, dimana kedua kabupaten
IPM
100%
80%
60%
40%
20%
0%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
IPM 63,21 63,67 64,11 64,91 65,83 66,08 66,74 67,07 67,7
angka kemiskinan yang merupakan salah satu persoalan serius dan tidak
diharapkan oleh semua orang. Ukuran kemiskinan da pat dilihat dari jumlah
21
2018 menjadi sebesar 9,70 persen atau secara persentase berkurang sebesar
3,86 persen. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka kemiskinan
Tabel 2.10 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Tulang Bawang 2016 – 2018
Tahun
No Uraian
2016 2017 2018
oleh sumber daya yang a da pa da kawasan tersebut baik berupa potensi alam
seperti pertanian dan perkebunan ataupun bukan berasal dari potensi alam seperti
Kota Ka bupaten Tulang Bawang didominasi oleh sektor pertanian, perkebunan dan
perikanan. Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi secara rill yang terjadi
setiap tahun dapat diperoleh melalui Penda patan Asli Daerah (PAD). Nilai yang
22
di da patkan akan memiliki arti adanya peningkatan atau penurunan dari kinerja
Tabel 2.11 Distribusi Persentase Lapangan Usaha dalam Pembentukan PDRB Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2017
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 39,5
43,84 43,49 42,01 40,83
3
Pertambangan dan Penggalian 0,89 0,94 1,05 1,07 1,10
Industri Pengolahan 22,6
19,83 20,53 21,37 21,83
2
Pengadaan Listrik dan Gas 0,06 0,08 0,08 0,10 0,11
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
0,04 0,05 0,05 0,05 0,05
Daur Ulang
Konstruksi 9,15 8,67 8,40 8,69 9,16
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi, 10,1
10,16 9,77 9,97 10,02
3
Transportasi dan Perdagangan 3,31 3,52 3,91 4,01 3,94
Akomodasi dan Makanan Minuman 1,20 1,26 1,35 1,39 1,36
Informasi dan Komunikasi 2,88 2,82 3,00 3,16 3,22
Jasa Keuangan dan Asuransi 1,38 1,35 1,25 1,26 1,23
Real Estate 1,90 1,93 1,90 1,97 2,04
Jasa Perusahaan 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
2,83 3,02 3,00 2,92 2,86
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 1,75 1,79 1,82 1,84 1,79
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,39 0,40 0,42 0,43 0,42
Jasa Lainnya 0,34 0,34 0,37 0,38 0,39
PDRB 100 100 100 100 100
Sumber: PDRB Kabupaten Tulang Bawang 2013-2017, BPS Tulang Bawang
Tercatat pada tahun 2013 Nilai Tambah Bruto (NTB) kategori pertanian sebesar
5.813 miliar rupiah dengan kontribusi terhadap nilai PDRB ADHB sebesar 43,84
persen. Em pat tahun kemudian di tahun 2017 NTB kategori pertanian memang
naik menjadi 7.865 miliar rupiah, tetapi kontribusinya menurun menjadi 39,53
persen. Meskipun demikian, kontribusi pertanian terhadap total PDRB ADHB tetap
peranan terbesar adalah Industri Makanan dan Minuman yaitu sebesar 99,79
23
persen pa da tahun 2017; kemudian diikuti oleh Industri Barang Galian Bukan
Logam (0,13 persen); Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Ga bus dan Barang
Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (0,03 persen); dan Industri Karet,
Barang dari Karet dan Plastik (0,03 persen). Sementara itu, peranan subkategori
yang lain memyumbang dengan persentase yang kecil di bawah 0,03 persen.
a. Bahan M akanan
di kecamatan ini. Sementara komoditas jagung dan ubi kayu, sebagian besar
Tulang Bawang.
24
Padi Sawah
Kecamatan
Panen (Ha) Produksi (Ton)
Rawa Pitu 16.387 83.852,28
Gedung Aji Baru 2.369 12.122,17
Dente Teladas 21.508 110.056,40
Banjar Baru 442 2.261,71
Menggala Timur 1.679 8.591,44
Tulang Bawang 78.995 404.277,40
Sumber : BPS Tulang Bawang, 2018
Bawang untuk tahun 2017 a dalah sebesar 5,11 Ton per hektar. Secara potensi,
output yang optimal tanpa memberikan residu terhada p lingkungan. Salah satu
cara yang da pat dilakukan adalah melalui penerapan metode sistem agribisnis
terpadu dengan prinsip zero waste. Be berapa contoh penerapan yang sudah
berjalan di beberapa daerah di Indonesia antara lain mina pa di, integrasi itik pa di
ikan, integrasi ayam ikan sayuran, integrasi ikan cabe bebek, dan lain sebagainya.
B. Perkebunan Rakyat
Bawang (32.427 ha). Kecamatan dengan luas lahan karet terluas adalah
dengan luas lahan karet terendah (22 ha). Komoditas kedua yang banyak terda pat
adalah Sawit dimana Kecamatan Penawar Tama (4.434 ha) menjadi pusat dari
25
Tabel 2.13 Luas Areal (Ha) dan Panen (Ton) Tanaman Perkebunan Rakyat
Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Tulang Bawang, 2017
Kelapa Sawit Karet
Kecamatan Luas Areal Luas Areal
Panen (Ton) Panen (Ton)
(Ha) (Ha)
Banjar Agung 225 663 5.205 6.222
Banjar Margo 976 2.230,8 8.100 6.342
Gedung Aji 945 1. 937 1.614 12.16,8
Penawar Aji 904 18,2 1.005 5.79,6
Meraksa Aji 262 6.812 1.194 9.40,8
Menggala 191 232 1.194 2.30,4
Penawar Tama 4.434 11.528,4 1.811 18.67,2
Rawajitu Selatan 240 655,2 22 26,4
Gedung Meneng 1.127 2.696,2 924 9.70,8
Rawajitu Timur 0 0 0 0
Rawa Pitu 2.340 5.548 1.515 12.57,6
Gedung Aji Baru 1.781 6.430,6 739 886,8
Dente Teladas 1.888 3.380 3.151 1.112,4
Banjar Baru 1.443 3.752,8 4.507 44.54,6
Menggala Timur 2.136 4.352,4 2.300 2661,6
Tulang Bawang 18.892 50.236,6 32.427 28.769
Sumber : BPS Tulang Bawang, TBDA 2018
(50.236,6 ton), dan tingkat produksi di tingkat kecamatan yang paling tinggi adalah
c. Peternakan
Jumlah ternak besar dan kecil terbanyak pada tahun 2017 a dalah
kambing yaitu sebesar 37.441 ekor, dimana Kecamatan Rawa Pitu mempunyai
jumlah kambing terbanyak (5.182 ekor), jenis ternak terbesar kedua adalah ternak
sapi sebesar 18.580 ekor. Ada be berapa kecamatan yang memelihara ba bi, yaitu
Selatan, Gedung Aji Baru, Banjar Baru, Menggala Timur Baru, sementara
26
Tabel 2.14 Populasi Ternak di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017 (ekor)
Ayam Ras Ayam
Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Bebek /itik
Pedaging Petel or Buras
Banjar Ag ung 595 41 3016 53 301 323.500 1.200 5.929 853
Banjar Margo 3627 49 4231 77 47 519.200 41 5.844 341
Gedung Aji 1861 117 1552 0 0 0 0 6759 22
Penawar Aji 4004 0 1075 19 0 0 1200 21354 0
Meraksa aji 1806 44 1805 0 0 0 0 6256 733
Menggala 549 2498 2437 0 31 5918 0 279500 0
Penawar Tama 1165 0 1851 0 139 0 0 5836 1385
Raw ajitu Sel atan 77 0 934 87 0 0 0 6538 1048
Gedung Meneng 975 49 2303 0 0 0 0 13995 0
Raw ajitu Ti mur 0 0 2011 0 0 0 0 11871 0
Raw a Pitu 653 0 5182 0 0 1223 0 4972 571
Gedung Aji Baru 671 0 3591 95 25 0 36500 11285 265
Dente Teladas 284 53 3119 191 0 0 0 12159 43133
Banjar Bar u 1304 0 2331 17 53 338300 3400 12795 0
Menggala Ti mur 1009 1397 2003 0 87 269500 0 6464 0
Tul ang Bawang 18 .580 4.248 37 .441 539 683 1.457 .641 42 .341 411 .557 48 .351
Ayam Ras Pedaging, Ayam Ras Petelur, Ayam Buras, Be bek/Itik yang tersebar
diseluruh kecamatan dengan jenis ayam terbanyak adalah Ayam Ras Pedaging
dengan jumlah 1.457.641 ekor. Jumlah Ayam Ras Pedaging terbanyak terdapat di
Kecamatan Dente Teladas (43.133 ekor). Kecamatan yang mempunyai Ayam Buras
dihasilkan oleh pa di, tebu, dan kepala sawit. Bioethanol dihasilkan oleh jagung,
tebu, ubi kayu dan ubi jalar. Biogas dihasilkan oleh sapi, kerbau, kambing, unggas
Tulang Bawang. Industri kecil hasil pertanian dan kehutanan lebih mendominasi
27
yaitu sebesar 85,0075 persen dari seluruh unit usaha industri kecil dan kerajinan
Tabel 2.15 Banyaknya Unit Usaha, Investasi, dan Nilai Produksi menurut Kelompok
Industri di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2017
Pada tahun 2017, terda pat 172 industri sedang dan besar dengan jumlah
terbanyak ada di Kecamatan Banjar Agung dan Gedung Meneng. Industri kecil dan
rumah tangga cendrung tersebar di semua kecamatan dimana Kecama tan Gedung
keterdapatan industri Mikro Kecil dan Menengah di Tulang Bawang lebih jelas lihat
Tabel 2.16.
28
No Kecamatan Sektor Usaha 2016 Sektor Usaha2017
Mikro Kecil Menengah Mikro Kecil Menengah
14 Gedung Meneng 118 4 0 932 4 0
15 Dente Teladas 103 21 0 915 21 0
Jumlah 2392 239 2 13804 239 2
Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Tulang Bawang, 2018
waktu 2016-2017 berkembang sangat drastis hingga mencapai 400 persen lebih.
Sub sektor untuk setiap usaha mikro didominasi oleh sub sektor perdagangan dan
jasa, akan tetapi di beberapa kecamatan seperti Banjar Agung, Banjar Margo,
Rawajitu Selatan, dan Ra wa Pitu terda pat beberapa usaha mikro dengan sub sektor
industri makanan. Omzet Usaha Mikro, Kecil dan Menengah tahun 2016 mencapai
86 Milyar lebih kemudian meningkat 68 persen pada tahun 2017 menjadi 145,31
Milyar lebih.
wisata sejarah, merupakan wisata yang berbasis alam (lihat Tabel 2.17).
29
Jarak Tempuh
No Obyek Wisata Lokasi
dari Pusat Kota
Nama Je nis
W isata Religi dan Kecam atan
8 Makam Menak Sengaji 3 Km
B udaya Men g gala
Makam Menak W isata Religi dan Kecam atan
9 10 Km
Ngegulung B udaya Men g gala
Makam Minak Rio W isata Religi dan Kecam atan
10 160 K m
Tengah B udaya Rawajitu Tim ur
Sumber : BPS 2018.
dan pariwisata atau dapat dikatakan sebagai sarana penunjang bagi kedua
kegiatan tersebut. Tidak terda pat banyak tempat penginapan di Kabupaten Tulang
Agung, Menggala, Penawar Tama dan Rawajitu Selatan. Jumlah tempat penginapan
terbanyak ada di Kecamatan Menggala (4 unit) untuk lebih jelas lihat Tabel 2.18
30
2.7 Potensi
tambang belum banyak diketahui. Dari literatur dan peta geologi da pat diiventarisir
lanjutan dari endapan minyak bumi di daerah Palembang yaitu daerah sekitar
Menggala;
b. Batu Bara Muda , enda pannya terda pat pa da la pisan sendimen formasi
Bawang, yaitu:
1. Ekonomi
Lampung;
31
c. Memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di sektor pertanian di
d. Memiliki potensi daya dorong dan daya tank yang positif mampu
g. Ka psitas produk perkebunan terutama kelapa sawit dan tebu yang cukup
besar;
aktivitas ekspor.
Selatan;
32
d. Pelayanan kesehatan secara umum baik;
h. Pelayanan PLN yang mencakup Banjar Agung, Banjar Margo, Gedung Aji,
Menggala;
3. Sosial Budaya
a. Sektor Pertanian
sektor pertanian, terutama sub sektor tanaman pangan dan perikanan, walaupun
dalam beberapa tahun terakhir sumbangan sub sektor tanaman pangan cenderung
33
Sub sektor pertanian yang menyumbangkan prosentase terbesar adalah
dari subsektor perkebunan adalah karet, kelapa sawit, ubikayu, dan ubijalar.
Tulang Bawang. Hal ini diakibatkan karena berkurangnya beberapa usaha dari
subsektor penggalian.
menunjukkan pola yang berfluktuasi setiap tahunnya dan diprediksi akan terus
Sektor listrik, gas dan air bersih memberikan kontribusi yang cukup kecil
terhada p PDRB Ka bupaten Tulang Bawang. Sektor ini hanya berperan 0,11%. Pada
tahun 2017 sektor ini mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu signifikan,
sektor ini diseba bkan karena banyaknya bermunculan usaha perdagangan, hotel
34
f. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pada tahun 2016 peranan sektor ini hanya sebesar 4,01%, pa da tahun 2017
sektor ini sebagai posisi kelima dalam peranannnya sebagai kontributor PDRB
sebesar 1,23%.
h. Sektor Jasa-Jasa
2.9 Profil UM KM
Tulang Bawang. Industri kecil hasil pertanian dan perkebunan lebih mendominasi
yaitu ada sebesar 57,68% dari seluruh unit usaha industri kecil dan kerajinan
rumah tangga. Selain industri dan perusahaan, koperasi dan usaha -usaha
Bawang. Tahun 2017 tercatat ada 2 unit industri menengah, industri kecil lebih
kurang 239 unit dan industri mikro sekitar 13.804 unit usaha.
Dari berbagai aneka industri kecil yang disebutkan, tercatat untuk tahun
2017 a da sebanyak 279 unit usaha yang mempekerjakan 937 orang karyawan.
35
Jumlah ini cukup besar mengingat kebutuhan akan nilai produksi yang selalu
bertambah setiap tahunnya. Sedangkan untuk industri kecil hasil pertanian dan
kehutanan yang memiliki kumlah unit usaha cukup banyak sekitar 9.072, da pat
perusahaan besar, ribuan perusahaan kecil dan koperasi. Antar perusahaan yang
ada diharapkan akan terbentuk suatu bussines network, yang bis a dilakukan oleh
pelaku bisnis, yaitu antara perusahaan besar, dan kecil, yang saling
demikian terbuka peluang usaha retail untuk berkembang yang selanjutnya da pat
4. Promosi dan Pameran Usaha Industri secara tetap dan berkala Gambaran
36
Tabel 2.19 Banyaknya Unit Usaha, Investasi, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi
di Kabupaten Tulang Bawang menurut Kelompok Industri tahun
2017
Kelompok Industri Unit Investasi (Juta Tenaga Nilai Produksi
Usahan Rupiah) Kerja (Ribuan
Rupiah)
A. Industri Menengah/ Besar
Industri Logam, Mesin dan Kimia 0 0 0 0
Industri Hasil Pertanian dan
Kehutanan 67 3.004.014,97 250 1.516.305,48
Aneka Industri 105 6.808.049,67 400 343.642,66
Jumlah 172 9.812.064,64 650 1.859.948,14
B. Industri Kecil
Industri Logam, Mesin dan Kimia 1600 2.016,00 25 1.107,60
Industri Hasil Pertanian dan
Kehutanan 9072 4.536,00 181 1.127,95
Aneka Industri 279 14.516,28 937 21038,49
Jumlah 9351 19.052,28 1118 22.166,44
Sumber :BPS Tulang Baw ang, TBDA 2018
37
Kemajuan disektor perdagangan ditandai dengan meningkatnya jumlah
Pameran Inacraf di Jakarta, Festival Krakatau di Bandar Lam pung, Lam pung
Ekspo dan Batam Ekspo, serta pameran pembangunan Tingkat Propinsi Lampung
senantiasa membuka peluang yang luas bagi para investor baik lokal, dalam negeri
maupun luar negeri, untuk menanamkan investasinya di berbagai sektor yang ada,
teknologi dan aspek pemodalan. Kualitas produk dan pengelolaan usaha menjadi
Bawang. Program bimbingan teknis, baik yang dilakukan oleh dinas terkait dan
kerjasama dengan stakeholder lainnya adalah salah satu cara untuk meningkatkan
kinerja UMKM yang akhirnya dapat berorientasi pada aspek pemasaran produk -
produk UMKM.
38
Peningkatan dan perluasan UMKM tidak terlepas dari akses modal yang
menda patkan akses modal ini memerlukan bimbingan dan fasilitasi pelatihan
tertentu sehingga UMKM bisa bankable. Kemampuan ini harus juga diimbangi
dengan akses informasi terhadap sum ber-sumber pendanaan yang ada di wialyah
Bawang antara lain dapat diketahui berdasarkan besaran kredit UMKM yang telah
periode Januari 2016 hingga Nopember 2018 telah dilakukan penyaluran kredit
39
Pada tahun 2016, jumlah penyaluran pinjaman kepada UMKM diketahui
sebesar Rp 216,66 milyar. Jumlah ini meningkat dalam di tahun 2017 menjadi Rp
790,04 milyar, atau mengalami peningkatan sebesar 264,64%. Ada pun pa da tahun
Berdasarkan jenis kredit yang diberikan kepada UMKM, kredit modal kerja
kredit modal kerja mencapai jumlah Rp 216,66 milyar, sedangkan kredit investasi
sebesar Rp 9,71 milyar tanpa kredit konsumsi. Jumlah penyaluran kredit modal
54,11 milyar. Pada tahun 2018, hingga bulan Nopember telah dilakukan
penyaluran kredit modal kerja bagi UMKM sebesar Rp 1.567,19 milyar, kredit
investasi sebesar Rp 91,01 milyar, dan tanpa adanya penyaluran kredit konsumsi
bagi UMKM.
dalam kurun waktu Januari 2016 sampai dengan November 2018 adalah sebesar
dalam kurun waktu yang sama adalah sebesar Rp 3.734,54 triliun. Perbandingan
antara penyaluran kredit sektor UMKM dengan total kredit secara keseluruhan di
Ka bupaten Tulang Bawang adalah sebesar 71,36%. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah kredit perbankan secara total ini juga dapat menunjukkan tingginya
40
aktivitas UMKM, terlebih bila melakukan pembandingan peningkatan kredit UMKM
adalah UMKM yang bergerak dalam bidang perdagangan besar dan eceran.
Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sesuatu yang sangat menarik kare na
dilihat dari aspek kuantitas modal, dengan hanya 10 juta Rupiah, seseorang sudah
bisa memiliki usaha. Selain itu aspek perizinan yang semakin mudah mendorong
usaha mikro akan dihada pkan pa da kendala bisnis yang sering memaksa hingga
ke arah gulung tikar. Kendala tersebut terjadi karena kesulitan dalam modal baik
modal berupa Sumber Daya Manusia (SDM) maupun modal usaha sehingga setelah
sekian tahun, usaha mikro tidak dapat berkembang secara optimal. Atas dasar
tersebut, maka da pat diuraikan beberapa isu strategis yang dihada pi UMKM di
41
lemahnya pengambilan keputusan, ketidakmampuan manajemen, kurang
menghantui para pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Kemerosotan posisi
menyeba bkan UMKM nyaris tidak tersentuh dan dianggap tidak memiliki potensi
dana oleh lembaga keuangan serta dinilai tidak layak oleh bank karena tidak
aksesibilitas pengusaha mikro kecil sangat rendah terhadap sum ber keuangan
Tabel 2.19 membuktikan bahwa modal kerja usaha mikro dan kecil
proporsi yang paling besar menggunakan modal sendiri 90,36% dan 69,82%
sedangkan modal pinjaman hanya berkisar 3,20% dan 4,76% sangat kecil
(2006:46) menyatakan yang dimaksud dengan sumber lain -lain mayoritas usaha
42
mikro kecil terjebak pa da money lender (rentenir) dengan tingkat bunga yang
sangat tinggi.
menjadi hal penting dalam penguatan daya saing produk. Lemahnya informasi
menyeba bkan pelaku usaha mikro kecil kesulitan menyajikan produk -produk yang
da pat menarik minat konsumen. Salah satu akar masalahnya adalah kemampuan
penguasaan teknologi yang rendah, sehingga tidak adanya stimulan bagi para
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah keberlanjutan dari usaha atau
skala ekonomis. Ketika pasar telah terbuka dan konsumen siap menerima produk
kualitas juga menjadi hal penting yang mencakup mutu, kemasan, dan higinitas
produk.
43
III. METODOLOGI
Ka bupaten Tulang Bawang Tahun 2019 ini dilakukan selama 2 (dua) bulan
1. Persiapan (2 minggu)
lokasi yang berbeda. Kegiatan persiapan dilakukan di Kota Bandar Lam pung dan
Menggala untuk hal-hal kegiatan yang bersifat koordinasi antara tim pelaksana
survei lapang secara umum dilakukan di wilayah Kabupaten Tulang Bawang, dan
secara khusus ditentukan berdasarkan hasil analisis data awal sebaran dan
penyusunan draft la poran dan finalisasi pelaporan dilakukan di Kota Ban dar
Lampung.
44
3.2 Pendekatan Pelaksanaan
sampling dengan tingkat kepadatan sampel 5-10% dari populasi setiap jenis
berupa kuesioner yang ditujukan bagi dua kelompok pelaku usaha, yaitu pemilik
nilai tengah, nilai minimum, dan nilai maksimum dan disajikan secara deskriptif
analitik menggunakan penjelasan grafis dan tabularis. Ada pun untuk menentukan
UMKM terbaik dan diharapkan da pat dilakukan baik oleh pelaku usaha,
45
3.4 Pelaporan Hasil Pekerjaan
Ka bupaten Tulang Bawang Tahun 2019 ini dilakukan secara bertahap, meliputi:
1) Laporan Pendahuluan; merupakan laporan yang berisi data kondisi awal dan
2) Draft Laporan Akhir ; merupakan laporan akhir semen tara dari pekerjaan
46
IV. PENGEM BANGAN US AHA M IKRO KECIL DAN M ENENGAH
Pemerintah Departemen dan Non Departemen sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya, yang antara lain mengatasi masalah dan meminimalisir kendala yang
dihada pi oleh UMKM, baik dari segi permodalan dan pembiayaan usaha,
Masalah dan kendala yang dihada pi oleh UMKM pa da dasarnya bersumber dari
sumberdaya manusia dan kondisi dan iklim usaha yang dalam beberapa hal tidak
program yang telah diambil oleh berbagai Departemen dan Non -Departemen dalam
daya saing UMKM dalam UU No. 20 Tahun 2008 a dalah sebagai berikut:
dan dunia usaha dalam mengembangkan daya saing UMKM. Berikut pasal -
saing UMKM.
47
"Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan
luasnya."
UMKM."
i) Pasal 4:
48
kemampuan Usaha, Mikro, Kecil, Menengah menjadi usaha yang
kemiskinan.
c. Peran Pemerintah
UMKM, yaitu:
aspek:
1. Pendanaan
3. Informasi usaha
4. Kemitraan
5. Perizinan usaha
6. Kesempatan berusaha
7. Promosi dagang
8. Dukungan kelembagaan”
49
Pada Pasal 38 UU UMKM menyatakan bahwa koodinasi, pengendalian dan
UU ini adalah Menteri Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah. Pada Pasal
a. Pengembangan usaha;
b. Kemitraan;
c. Perizinan; dan
dilakukan melalui :
50
b. Penyusunan program pembinaan dan pengembangan;
koperasi, sentra, klaster, dan kelompok,” bunyi Pasal 5 Ayat (2) PP tersebut.
a. Pemberian kesempatan untuk ikut serta dalam pengadaan barang dan jasa
c. Kemudahan perizinan;
KEM ITRAAN
Dalam pola kemitraan, Usaha Besar berkeduduk an sebagai inti, Usaha Mikro,
Usaha Kecil, dan Usaha Menengah berkedudukan sebagai plasma; atau Usaha
51
Menengah berkududukan sebagai inti, sementara Usaha Mikro dan Usaha
Kecil berkedudukan sebagai plasma,” bunyi Pasal 13 Ayat (1,2) PP No. 17/2013
ini.
Pasal 16 PP ini.
sebagai penerima barang, Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan sebagai
pemasok barang.
“UMKM sebagai pemasok barang memproduksi barang atau jasa bagi mit ra
dagangnya,” jelas Pasal 19 Ayat (2) PP No. 17/2013 itu. Dalam pola kemitraan
khusus memasarkan barang dan jasa kepada UMKM; atau Usaha Menengah
memberikan hak khusus memasarkan barang dan jasa kepada Usaha Mikro
atau menjalankan usaha yang dibiayai atau dimiliki oleh Usaha Besar; atau
52
Dalam pola kemitraan kerjasama operasional, UMKM dan Usaha Besar
atau Usaha Mikro dan Usaha Kecil dengan Usaha Mene ngah menjalankan
kontribusi sesuai dengan pola bagi hasil memberikan kontribusi sesuai dengan
kemampuan dan sumber daya yang dimiliki, serta disepakati kedua belah
melakukan kemitraan usaha dengan Usaha Besar atau asing melalui usaha
dengan mendirikan perusahaan baru; atau Usaha Mikro dan Usaha Kecil lokal
dengan Usaha Menengah asing melalui usaha patungan (joint venture) dengan
Disebutkan dalam PP ini, setiap bentuk Kemitraan yang dilakukan oleh UMKM
Indonesia, sementara dalam hal salah pihak merupakan orang atau ba dan
53
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan data dan informasi
PERI ZINAN
UMKM dalam melakukan usaha harus memiliki bukti legalitas usaha dalam
bentuk :
54
usaha pemohon da pat mengajukan ulang dengan melengkapi kekurangan
persyaratan.
dan waktu perizinan , serta tata cara pengaduan ,yang dilakukan secara jelas
usaha yang tidak tidak mentaati kewajibannya ,pejabat akan mencabut izin
usaha.
a. Peringatan/teguran tertulis;
55
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 te ntang
1. Penurunan tarif PPh Final 1% menjadi 0,5% dari omzet, yang wajib
2. Wajib Pajak da pat memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final 0,5%,
3. Mengatur jangka waktu pengenaan tarif PPh Final 0,5% sebagai berikut:
yang ditanggung oleh pelaku UMKM menjadi lebih kecil, sehingga pelaku
usaha dan melakukan investasi. Selain itu, kebijakan ini diharapkan mampu
Kebijakan ini juga memberikan keadilan kepada pelaku UMKM yang telah
56
dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif umum Undang-un dang Pajak
Penghasilan.
Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha M ikro, Kecil, dan M enengah
a. Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) bertujuan untuk memberikan kepastian
hukum dan sarana pemberdayaan bagi Pelaku Usaha Mikro dan Usaha
b. Proses pembuatan IUMK lebih efektik dan efisien baik dari aspek waktu
OSS menerbitkan NIB bagi pelaku usaha yang telah melakukan pengisian
57
data secara lengkap. Setelah pelaku usaha memperoleh NIB, Lembaga OSS
perubahan yang muncul dimasa yang akan datang. Posisi Lampung yang strategis
di jalur lintas transportasi Sumatera dan Jawa, mendorong Lam pung berperan
58
rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah
adalah:
baru dan kesempatan kerja, mewujudkan SDM pengelola koperasi yang kompeten
pelayanan. Koperasi dan UKM yang maju umum nya akan menjadi basis yang kuat
Sarana dan Prasarana Koperasi yang modern perlu dipersiapkan selain adanya
kebijakan kebijakan terkait koperasi dan UKM melalui kinerja UPTD Perkuatan
Permodalan dan UPTD Ba diklatkop dan UKM yang efisien, tepat sasaran dan
berkelanjutan.
Daerah “
59
Lampung dengan cara merangsang dan memperkuat tumbuhnya gairah investasi
Pertumbuhan ekonomi yang kuat ditandai juga oleh upaya pemerataan agar proses
hasil pengelolaan sumber daya yang didukung dengan kompetensi yang tinggi.
Produktifitas barang dan jasa yang dihasilkan dengan kualitas tinggi dan berdaya
terutama dicirikan oleh pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi. Dampak akhir
oleh Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah (KUKM) yang sehat dan kuat. Upaya
Sehat : Dalam arti kinerja usaha, prinsip prinsip koperasi dan kaidah
sehat sesuai aspek penilaian kesehatan yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva
pertumbuhan jati diri koperasi, dan ba gi koperasi yang berpola syariah harus
60
KSP/ USP dan 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan
KJKS dan UJKS) . Aspek kinerja usaha yang semakin sehat, ditunjukkan dengan
Kuat : dalam arti partisipasi anggotanya. Koperasi sebagai badan usaha yang
dicirikan oleh prinsip prinsip kohesivitas dan partisipasi anggota yang kuat dengan
kinerja usaha yang semakin sehat dan berorientasi kepada usaha anggota serta
dalam hal rasa tanggung rentang atau kemauan untuk berbagai resiko (Risk
rapat anggota, prosentase pelunasan simpanan wajib, dan prosent ase besaran
simpanan sukarela.
pembangunan Koperasi dan UKM yang sehat dan kuat, maka kemudian disusun
beberapa sub misi terkait pembangunan bidang Koperasi dan UKM di Provinsi
Lampung dengan me mberdayakan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk
61
a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang koperasi dan usaha kecil
jumlah kemiskinan;
Visi
Tulang Bawang yaitu, "Terwujudnya Tulang Bawang Yang Aman, M andiri, dan
Sejahtera".
Misi
daerah dan iklim investasi yang kondusif menjadi penggerak dan penguat bagi
62
aktivitas ekonomi masyarakat, dunia usaha, investasi serta pemanfaatan potensi
dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai digulirkan melalui program -
kecil menengah;
kecil menengah;
4. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil dan
menengah;
Pengembangan UM KM
otonomi dengan koordinasi Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah yang
bertanggung jawa b langsung kepa da Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas ini
dan UKM berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta tugas lain
63
Melihat besarnya potensi yang dimiliki, maka guna meningkatkan
membuka peluang yang luas bagi para investor baik lokal, dalam negeri maupun
industri terutama Industri Mikro Kecil dan Menengah, tujuan utama yang
pa da pencapaian :
melalui :
menggunakan analisis Metode Bayes dan berdasarkan 3 (tiga) kriteria serta bobot
64
Tabel 4.1 Bobot Tujuan Pengembangan UMKM di Kabupaten Tulang Bawang
No Aspek Bobot
1 Penciptaan Lapangan Kerja 0,4547
2 Pertumbuhan Ekonomi 0,3122
3 Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk 0,2331
Perekonomian, (2) Jumlah Unit Usaha, Rumah Tangga, Produksi, Luas Areal (3)
Ketersediaan Input, Sarana Produksi atau Usaha (4) Jangkauan Pasar. Hasil
per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Tulang Bawang. Hasil proses agregasi
sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, s eperti
65
Tabel 4.3 Sepuluh KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot
Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Tulang
Bawang
Sektor/Subsektor Skor
Rangking KPJu Unggulan
Usaha Terbobot
1 Perkebunan Kelapa Sawit 0,0375
2 Buah-buahan Dukuh 0,0283
3 Perdagangan Saprodi/Saprotan 0,0257
4 Perdagangan Alat Tulis Kantor 0,0233
5 Perkebunan Karet 0,0230
6 Padi Palawija Padi Sawah 0,0230
Apa bila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu unggulan lintas sektor, maka
Bawang. Berdasarkan hasil survai dan analisis, permasalahan yang ada antara lain
adalah aspek manajemen usaha dan ketersediaan pasar. Salah satu solusi yang
da pat dilakukan antara lain adalah melalui kegiatan pelatihan manajerial dan
pendam pingan yang terintegrasi, dan pelaksanaan program temu bisnis dan
66
promosi produk baik skala regional maupun nasional dalam rangka pengembangan
network pemasaran.
berdasarkan hasil penilaian terhada p faktor-faktor prospek dan potensi saat ini,
pa da skala penilaian potensi cukup baik (skor 3) sampai dengan sangat baik (skor
5), skala penilaian potensi sedang (skor 3) sampai dengan sangat tinggi (sk or 5)
Seperti dapat dilihat pada Tabel 4-4, ditinjau dari aspek prospek, maka
budi daya Kelapa Sawit dan Pa di Sawah merupakan KPJu unggulan lintas sektoral
yang mempunyai prospek Sangat Baik yang diikuti dengan potensi yang sangat
tinggi. Hal ini diseba bkan ketersediaan lahan yang luas dan permin taan yang
tinggi.
masih dalam penyediaan modal, baik yang berkenaan dengan modal kerja ataupun
67
modal investasi. Selama beberapa bulan terakhir, bantuan kredit UMKM memang
pertanian, sekitar 33%, dan sektor perdagangan sekitar 47%. Sedangkan industri
pengolahan dan jasa-jasa tercatat masih belum mencapai 1,5% dari bantuan kredit
UMKM. Oleh karena itu untuk lebih mempercepat pengembangan KPJu unggulan
ini, peran perbankan terhadap sektor yang masih rendah harus lebih ditingkatkan,
misalnya dengan memberikan bantuan kredit yang lebih menarik kepada KPJu
tersebut atau pola pembiayaan yang khusus untuk sektor -sektor tersebut. Peran
bantuan modal investasi ataupun bantuan kredit UMKM kepa da KPJu unggulan
membantu penciptaan pasar yang lebih luas; dengan berkerjasama dengan para
pihak lainnya.
68
Tabel 4.5 Bobot Kepentingan/Tujuan antar Kelompok Usaha
Tujuan
Pertumbuhan Penciptaan Peningkatan
Kategogi/Lapangan Skor
Ekonomi Lapangan Daya Saing Ranking
Usaha Gabungan
Kerja Produk
0,3122 0,4547 0,2331
Pertanian dan 0,1664 0,1503 0,1333 0,1514 1
Peternakan
Informasi dan 0,1626 0,0806 0,1370 0,1193 2
Komunikasi
Perdagangan 0,1033 0,1133 0,0863 0,1039 3
Akomodasi 0,0956 0,1030 0,0989 0,0997 4
Pertambangan dan 0,0981 0,0925 0,1014 0,0963 5
Penggalian
Kehutanan 0,0905 0,0956 0,0784 0,0900 6
Jasa-Jasa 0,0605 0,0852 0,1002 0,0810 7
Perikanan 0,0536 0,0749 0,1252 0,0800 8
Transportasi dan 0,0794 0,0885 0,0587 0,0787 9
Angkutan
Pariwisata 0,0443 0,0649 0,0390 0,0524 10
Industri Pengolahan 0,0458 0,0513 0,0416 0,0473 11
sektor yang berkembang cukup pesat. Kondisi tersebut sesuai dengan kondisi dan
di Ka bupaten Tulang Bawang disokong oleh sektor informasi dan komunikasi yang
(IT). Pada sektor perdagangan, juga mampu memberikan nilai tambah terhada p
Sisi lemah yang masih menjadi kendala bagi setiap pelaku usaha mikro
masyarakat pelaku usaha industri mikro kecil dan memengah masih sebatas pa da
keuntungan komparatif, sehingga yang terjadi adalah komoditas yang dijual masih
69
berupa barang mentah atau barang setengah jadi. Beberapa kendala teknis secara
menimbulkan multiflier effect terhadap sektor lai n. Keterkaitan industri hulu dan
hilir akan menggerakkan sektor lain untuk bergerak. Sebagai contoh adalah
lain sebagainya.
tenaga kerja yang optimal, dan peningkatan daya saing daerah. Berdasarkan data
hasil survey dua sektor yang memberikan dampak besar terhadap tujuan
70
perjalanannya dua sektor tersebut juga tidak mampu bertahan tanpa adanya
stakeholder lain yang turut serta dan berperan dalam pengembangannya. Dalam
partisipatif.
langkah yang dapat dilakukan adalah (1) Identifikasi Potensi, (2) Analisis
Kebutuhan, (3) Rencana Kerja Bersama, (4) Pelaksanaan, (5) Monitoring dan
sumber daya manusia (SDM) UMKM dan lingkungan internalnya baik lingkungan
sosial, ekonomi dan sum berdaya alam (SDA) khususnya yang terkait dengan
setiap gerak kemajuan da pat bertumpu dan memanfaatkan kema mpuan dan
tahapan ini analisis dilakukan oleh perwaki lan UMKM yang da pat difasilitasi oleh
kebutuhan dan kecenderungan produk dan pasar. Dengan pola analisis kebutu han
71
semacam ini diharapkan mampu mendorong terwujudnya manifestasi kebutuhan
diinginkan berdasarkan skala prioritas yang ditetapkan bersama. Dalam tahap ini
pihak luar baik BDS maupun instansi terkait berperan sebagai fasilitator. Jikalau
program kerja. Dalam tahap ini fungsi instansi pemerintah terkait selaku fasilitator
menda patkan jasa dari layanan yang diberikan kepada UMKM, karena tidak
mudah untuk menarik biaya konsultasi dari UMKM maupun kelompoknya, maka
ketiga baik pemerintah maupun swasta, namun diharapkan UMKM dalam jangka
panjang sedikit demi sedikit mampu mandiri dan mampu memberikan balas jasa
yang diterima dari lembaga konsultan (BDS). Kon disi ini juga perlu didukung
72
Kebutuhan akan permodalan UMKM salah satunya da pat di penuhi dengan
fasiltiasi BDS sebagai Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) bagi pengrajin
maupun kelompok. KKMB ini lahir sebagai perubahan paradigma baru terhadap
UMKM dari perbankan, bahwa: (1) UMKM mempunyai potensi menabung; (2) bank
kredit/ layanan perbankkan; (5) bank perlu memobilisasi tabungan dari UMKM; (5)
biaya da pat ditekan melalui pendekatan kelompok; (6) resiko da pat ditekan melalui
Dari hasil pelaksanaan program kerja dilakukan moni toring dan evaluasi,
tidak saja untuk mengetahui apakah yang dikerjakan sudah sesuai dengan
program kerja yang telah ditetapkan, namun juga untuk membuat penyesuaian -
usaha dan rendahnya surplus usaha di sektor usaha mik ro, kecil dan
menengah. Faktor modal juga menjadi salah satu seba b tidak munculnya
73
usaha-usaha baru di luar sektor ekstraktif. Oleh sebab itu dalam pemberdayaan
UMKM pemecahan dalam aspek modal ini penting dan memang harus
dilakukan.
permodalan ini adalah: (1) bagaimana pemberian bantuan modal ini tidak
dilakukan melalui penciptaan sistem yang kondusif baru usaha mikro, usaha
kecil, dan usaha menengah untuk mendapatkan akses di lembaga keuangan; (3)
uang. Oleh seba b itu, cara yang cukup elegan dalam memfasilitasi pemecahan
masalah permodalan untuk usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah,
adalah dengan menjamin kredit mereka di lembaga kuangan yang ada, dan atau
Gudang (SRG). Cara ini selain mendidik mereka untuk bertanggung jawab
terhada p pengembalian kredit, juga da pat menjadi wahana bagi mereka untuk
kepada lembaga keuangan bahwa tidak ada alasan untuk diskriminatif dalam
pemberian pinjaman.
terkonsentrasi pada kredit korporasi dan juga konsumsi dan hanya segelintir
74
kredit yang disalurkan ke sektor Usaha Kecil dan Menengah. Oleh karena itu,
ini sebagai pilar terpenting perekonomian negeri. Bank diharapkan tidak lagi
mata rantai dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah secara utuh.
akan memiliki arti penting bagi masyarakat, kalau hasil produksinya tidak da pat
di pasarkan, atau kalaupun da pat dijual tetapi dengan harga yang amat rendah.
Oleh sebab, itu komponen penting dalam usaha pemberdayaan UMKM a dalah
75
3. Pengembangan Skala Usaha
hasil yang memuaskan, oleh sebab itu, semenjak tahun 80-an, pendekatan yang
akan sulit dicapai di kalangan orang miskin, oleh seba b itu akumulasi kapital
ada, dan untuk membangun skala usaha yang ekonomis. Aspek kelembagaan
yang lain adalah dalam hal kemitraan antar skala usaha dan jenis usaha, pasar
barang, dan pasar input produksi. Aspek kelembagaan ini penting untuk
berbagai macam pola jaringan misalnya dalam bentuk jaringan sub kontrak
terbentuk akan tetapi dalam realiatasnya masih belum berjalan optimal. Pola
jaringan usaha melalui sub kontrak da pat dijadikan sebagai alternatif bagi
justru tidak memiliki jaringan sub kontrak dan keterkaitan dengan perusahaan -
76
Sedangkan pola pengembangan jaringan melalui pendekatan kluster,
diharapkan menghasilkan produk oleh produsen yang ber ada di dalam klaster
kendala yang selama ini juga menjadi faktor penghambat bagi Usaha Kecil
luar negeri, pendirian dan pembentukan pusat-pusat data bisnis UKM serta
negeri.
bersama, dimana yang besar hanya akan berkembang kalau ada yang kecil dan
menengah, dan yang kecil akan berkembang kalau ada yang besar dan
menengah.
Daya saing yang tinggi hanya ada jika ada keterkaiatan antara yang besar
dengan yang menengah dan kecil. Sebab hanya dengan keterkaitan produksi
yang adil, efisiensi akan terbangun. Oleh sebab itu, melalui kemitraan dalam
77
5. Pengembangan Sumber Daya M anusia
termasuk juga di sektor usaha kecil. Keberhasilan industri skala kecil untuk
perlu meningkatkan pelatihan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah baik dalam
cara seperti pendidikan dan pelatihan, seminar dan lokakarya, on the job
training, pemagangan dan kerja sama usaha. Selain itu, juga perlu di beri
Selain itu, salah satu bentuk pengembangan sumber daya manusia di sektor
pendam ping ini adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi
mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil,
maupun usaha menengah dengan usaha besar. Yang per lu dipikirkan bersama
Pengalaman empirik dari pelaksanaan IDT, P3DT, dan PPK, dengan adanya
78
pendam ping, ternyata menyebabkan biaya transaksi bantuan modal menjadi
sangat mahal. Selain itu, pendamping eksitu yang diberi upah, ternyata juga
masih membutuhkan biaya pelatihan yang tidak kecil. Oleh sebab itu, untuk
pendam ping insitu, bukan pendamping yang sifatnya sementar a. Sebab proses
pemberdayaan bukan proses satu dua tahun, tetapi proses puluhan tahun.
karena dari perubahan sikap dan perilaku inilah yang merupakan titik awal
Di sisi lain keterlibatan yang ada masih bersikap sendiri -sendiri dan
kurang intergratif antara stakeholder satu dengan yang lain. Berikut diberikan
UMKM:
79
1. UM KM
UMKM sebagai pelaku memegang peran yang sangat kunci dalam rangka
motivasi dan manfaat dari berbagai peluang dan fasilitasi yang diberikan oleh
berbagai pihak (stakeholder yang lain) karena tanpa partisipasi UMKM secara
yang dilakukan. Namun demikian perlu disadari bahwa untuk setiap program
pula.
2. Kelompok / Koperasi
perlakuan yang berbeda. Untuk itu, perlu dilihat masalah demi masalah,
apakah ada masalah yang perlu penanganan secara kelompok atau dilakukan
menjadi lebih besar dan teradministrasi dengan baik, maka kemudian dapat
80
3. BDS (Bussines Develop ment Services)
baik bank maupun non bank. I dealnya jasa layan an yang di berikan BDS harus
da pat ditanggung pembiayaan oleh UMKM sendiri, namun sampai saat ini belum
banyak UMKM yang mampu menanggung atas jasa yang diterima. BDS da pat
4. Asosiasi Usaha
anggotanya terutama dalam hal ini kaitannya dengan pasar akan memperkuat
posisi tawar dalam perdagangan, baik dalam harga maupun sistim pembayaran
81
tidak akan efektif jika pandangan Bank terhadap UMKM masih menggunakan
berisiko Untuk itu perlu menggunakan paradigma baru, dimana UMKM harus
di pandang tidak saja sebagai pemanfaat kredit namun juga sebagai sumber
potensial tabungan. Secara lengkap perban dingan para digma bank terhada p
Pendekatan ini memang butuh waktu dan pemikiran lebih, sehingga untuk
82
di dorong untuk berkembang dalam rangka fasilitasi akses UMKM terhada p
permodalan.
6. Pasar
pasar harus cepat da pat diantisipasi. Dalam hal ini da pat difasilitasi oleh
7. Pemerintah
lain yang terkait dengan pemberdayaan UMKM seperti koperasi, Asosiasi, BDS,
b. Fasilitasi HAKI
83
berbagai lembaga penelitian teknologi yang lebih berorientasi untuk peningkatan
teknologi sesuai kebutuhan UMKM, penge mbangan pusat inovasi desain sesuai
yang lebih tersebar ke lokasi -lokasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan
ada atau tidaknya iklim bisnis yang menunjang perkembangan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah. Persoalan yang selama ini terjadi iklim bisnis kurang
peraturan daerah yang tidak pro bisnis merupakan bukti adanya iklim yang
kurang kondusif. Oleh karena perbaikan iklim bisnis yang lebih kondusif dengan
satu strategi yang tepat untuk mengembangkan UMKM. Dalam hal ini perlu ada
keberlangsungan dan peningkatan kinerja UMKM. Selain itu perlu ada tindakan
84
4.4.4 Pendekatan Klaster dalam Pengembangan UM KM
masih banyak klaster di Indonesia dalam kondisi pasif. Dalam pendekatan klaster,
Kecil dan Menengah bukan per individu UKM. Pendekatan kelompok diyakini lebih
baik karena UKM secara individual biasanya tidak sanggup menangkap peluang
pasar dan Jaringan bisnis yang terbentuk terbukti efektif meningkatkan daya saing
proses identifikasi dan pemberdayaan UKM menjadi lebih fokus dan efisien. Dari
UKM.
suatu sistem terbuka yang melibatkan lebih banyak pelaku dan merupakan
klaster menjadi isu yang penting karena secara individual UKM seringkali tidak
85
UKM seringkali mengalami kesulitan mencapai skala ekonomis dalam
pembelian input (seperti peralatan dan bahan baku) dan akses jasa -jasa keuangan
dan konsultasi. Ukuran kecil juga menjadi suatu h ambatan yang signifikan untuk
pasar, logistik dan inovasi teknologi; demikian pula da pat menghambat pembagian
kerja antar perusahaan yang khusus dan efektif secara keseluruhan fu ngsi-fungsi
yang sama dalam mata rantai nilai (value chain) secara kolektif
kerja eksternal.
yang termuat dalam Journal of Small Business Management, terda pat beberapa nilai
positif yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan UMKM kedepan.
1. Pendekatan klaster industri bisa diadopsi sebagai platform nasional, baik dalam
86
kerangka cara pandang yang sama dalam menanganani masalah -masalah yang
sistematik serta fokus yang terpa du bagi pengembangan un ggulan daerah, lebih
kondisi sistemik yang mendukung bagi keterpaduan dan koherensi rantai nilai
dimiliki oleh klaster, baik jaringan potensial maupun yang telah ada, kegagalan
sendiri dan bentuk social capital lainnya yang dimiliki, dan pemerintah lokal
87
klaster dan jaringan bisnis memerlukan suatu konsep yang sesuai dengan
kemampuan maupun potensi peluang pasar yang dimiliki oleh klaster tersebut.
tercipta iklim persaingan, membuka peluang investasi baik lokal maupun asing,
Pemerintah harus menciptakan efisiensi, dasar hukum yang pro inovasi yang
hukum (2) rangsangan akan adopsi di awal (3) mendorong terciptanya inovasi
berada di luar klaster / lokasi yang berbeda, dan membangun klaster dalam
88
kesiapannya menuju pasar bebas, kawasan industri dan kawasan
pemasok/supplier.
Kebijakan Pemerintah
Pengembangan Klaster
UMKM
dam pak dukungan pengembangan pada indutri terkait dan industri pendukung,
kawasan industri, jasa pelayanan bisnis (BDS), fasilitas pelatihan R&D, i nstitusi
Keempat faktor utama tersebut jika dapat terlaksana dengan baik, maka akan
menciptakan pengembangan klaster yang lebih efektif karena akan tercipta “trickle
89
V. PENUTUP
kecil mikro dan menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perkeonomian
menghadapi berbagai masalah mendasar, yaitu Kapasitas dan Kapa bilitas SDM
mata rantai masalah yang dihadapi UMKM, khususnya untuk mengatasi beberapa
hal yang menjadi hambatan dalam bidang pengembangan produk dan pemasaran.
Ada pun regulasi dari pemerintah yang diperlukan untuk memberikan peluang
perbankan dan perbaikan iklim ekonomi yang lebih baik untuk mendukung dan
90
DAFTAR PUSTAKA
Berry, A.,E.Rodriguez, and H.San dee. 2001. Small and Medium Enterprise
Dynamics in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 37,
No. 3, 363-384.
Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Data UMKM. Tersedia di,
http://www.depkop.go.id/berita-informasi/data-informasi/data-umkm/,
diakses
pa da 18 Januari 2016.
Tambunan, Tulus T.H. 2005. Promoting Small and Me dium Enterprises with a
Clustering Approach: A Policy Experience from Indonesia , Journal of Small
Business Management, Vol.43, No. 2, 138-154.
Tambunan, Tulus T.H. 2012. Peluang, Tantangan dan Ancaman Bagi UMKM
Indonesia Dalam Era CAFTA dan ME-AS EAN 2015, Prosiding Seminar &
Konferensi Nasional Manajemen Bisnis, 26 Mei 2012.
Wengel, Jan ter. 2006. SME Export Performance in Indonesia After the Crisis,
Small Business Economics, Vol. 26, 25-37.
91