Anda di halaman 1dari 5

Economica Didactica Vol 3, No 2 (2022) ISSN : 2354-6360

Pengorganisasian Dalam Pendidikan

Safrijal Safrijal *1, Darmi Darmi2


1,2
Universitas Jabal Ghafur, Sigli Aceh, Indonesia

Abstrak

Pengorganisasian merupakan kegiatan membentuk ikatan dalam rangka menjalin hubungan baik antara tiap-tiap
bagian atau sub-sub bagian sehingga didapat koordinasi yang baik di antara orang-orang yang terlibat dalam
proses kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pada esensinya sebuah organisasi pendidikan
harus mampu memfungsikan secara penuh manajemen dalam organisasi pendidikannya agar tujuan dari organisasi
pendidikan tersebut dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Fungsi manajemen dalam hal pengorganisasian pada
intinya merupakan suatu proses yang berlanjut dari fungsi perencanaan. Dalam pengorganisasian, sebuah
organisasi pendidikan harus mampu membentuk sebuah aktivitas-aktivitas mulai dari pembagian kerja,
pengelompokan kerja, penentuan hierarki dan garis wewenang, serta koordinasi dan singkronisasi dari seluruh
aspek organisasi pendidikan sehingga mampu berintegrasi dan mencapai tujuan organisasi pendidikan secara
efektif. Oleh karenanya, seorang pimpinan harus mampu mengorganisir organisasi pendidikannya agar organisasi
pendidikan tersebut mampu mencapai tujuannya dan berjalan sesuai keselarasan yang ingin dicapai.
Pengorganisasian pada intinya mengajarkan bagaimana orang-orang di dalam organisasi pendidikan tersebut
mampu bekerja sama dan membuat keterkaitan antara bagian-bagian dari suatu organisasi pendidikan menjadi
harmonis. Jadi, sangat penting bagi seorang pimpinan untuk memahami aspek-aspek dari fungsi manajemen, dan
dalam hal ini pengorganisasian (organizing) menjadi pilar kedua setelah perencanaan yang harus diketahui
bagaimana kerjanya

Kata Kunci: Pengorganisasian, pendidikan, perencanaan

PENDAHULUAN

Proses manajemen adalah kegiatan di mana organisasi pendidikan membuat sumberdaya manusiawi dan materi
tersedia dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi pendidikan. Suatu organisasi pendidikan tidak mungkin
bekerja dengan baik tanpa ada proses manajemen yang baik pula. Namun, proses manajemen hanya mungkin
berjalan baik bila tersedia sumber daya manusiawi yang baik dan profesional dalam bidang-bidang tugas yang
ada dalam organisasi pendidikan. Berdasarkan fungsi manajemen sebagai pengetahuan bagi seorang pimpinan
akan mampu meningkatkan kinerjanya dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tujuan atau menyelesaikan
tugas dan tanggung jawabnya.(Mesiono, 2010: 14) Esensi dari fungsi manajemen merupakan proses yang terdiri
dari tahapan-tahapan tertentu di mana setiap tahapan tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dalam
pencapaian tujuan organisasi pendidikan. Pentingnya fungsi manajemen dalam organisasi pendidikan adalah jika
suatu organisasi pendidikan ingin mencapai tujuan organisasi pendidikan secara efektif dan efisien, maka
organisasi pendidikan tersebut harus memfungsikan manajemen secara penuh.

Manajemen diperlukan agar tujuan dari organisasi pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Efektif
menurut Drucker dalam Sule dan Saeffullah (2010) adalah “mengerjakan pekerjaan yang benar” (doing the right
things). Sedangkan efisien menurutnya adalah “mengerjakan pekerjaan dengan benar” (doing things right). Efisien
biasanya dihubungkan dengan penggunaan biaya yang tepat, sedangkan efektif biasanya dihubungkan dengan
keputusan bisnis yang tepat. Manajemen diperlukan sebagai upaya agar kegiatan bisnis dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Agar manajemen yang dilakukan mengarah kepada kegiatan bisnis secara efektif dan efisien,
maka manajemen perlu dijelaskan berdasarkan fungsi-fungsinya atau dikenal sebagai fungsi-fungsi manajemen
(managerial functions).

__________
*
Corresponding author
E-mail: rijal.cnd@gmail.com

© 2022 The Authors


Economica Didactica Vol 3, No 2 (2022) ISSN : 2354-6360

Fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya
masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi manajemen sangat
dibutuhkan agar proses menajemen yang terjadi di dalam sebuah organisasi pendidikan dapat berjalan dengan
efektif dan efisien dan orang-orang yang bekerja sama di dalamnya dapat mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama. Fungsi-fungsi manajemen sebagaimana diterangkan oleh Nickles, McHugh and McHugh dalam Sule
dan Saefullah (2010), terdiri dari empat fungsi, yaitu fungsi perencanaan atau planning, fungsi pengorganisasian
atau organizing, fungsi pengimplementasian atau directing, dan fungsi pengendalian dan pengawasan atau
controlling. Dan nantinya akan dibahas lebih rinci tentang Pengorganisasi pendidikana dan pentinya fungsi
tersebut dalam manajemen Pendidikan.

Organisasi pendidikan adalah suatu sistem tentang aktivitas-aktivitas kerja sama dari dua orang atau lebih sesuatu
yang tak berujud dan tak bersifat pribadi, sebagian bessar mangenal hal hubungan-hubungan. Jadi organisasi
pendidikan itu adalah suatu wadah dimana terdapat beberapa orang atau kelompok yang memiliki tujuan yang
sama dalam menjalankan suatu oranisasi yang mereka embannya. Pengorganisasian merupakan suatu proses
merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara
para anggota organisasi pendidikan agar tujuan pekerjaan diantara para anggota dapat dicapai dengan
efisien.(Chaniago, 2011:60). Organizing (pengorganisasian) pada intinya memliki arti menyusun, yaitu
setelah rencana ditetapkan, maka kegiatan-kegiatan yang diperlakukan untuk mencapai tujuan itu dibagi-bagi
antara anggota manajemen dan bawahannya. Untuk itu pula diadakan penggolongan dengan tugas (assigment)
sendiri-sendiri, dan masing-masing mendapat kekuasaan yang didelegir padanya dari atas. Alokasi dari pada tugas
dan delegasi dari pada kekuasaan inilah yang dimaksudkan dengan organizing atau pengorganisasian. (Tanzi,
1991: 39)

Menurut Griffin (2004:322), pengorganisasian adalah memutuskan bagaimana cara terbaik untuk
mengelompokkan aktivitas dan sumber daya oraganisasi. Seperti anak-anak memilih berbagai jenis balok
permainan yang berbeda-beda, pimpinan dapat memilih serangkaian kemungkinan struktural. Dan seperti anak-
anak yang dapat menyusun balok dengan sejumlah cara, demikian juga pimpinan dapat menyusun organisasi
pendidikan dalam berbagai cara yang berbeda. Memahami sifat dari balok-balok permainan dan cara yang
berbeda-beda untuk mengkonfigurasikannya dapat memiliki dampak kuat terhadap daya saing suatu perusahaan.
Terry (1993:17) menyatakan bahwa pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia, sehingga pencarian dan
penugasannya ke dalam unit-unit organisasi pendidikan dimasukkan sebagai bagian unsur dari fungsi
pengorganisasian. Di dalam setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan kerja dalam struktur formal
dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna mencapai tujuan bersama.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dalam bentuk studi kasus, dimana ciri
yang demikian memungkin studi ini dapat amat mendalam dan demikian bahwa kedalaman data yang menjadi
petimbangan dalam penelitian model ini. Karena itu, penelitian ini bersifat mendalam. Analisis yang digunakan
terdiri dari: (a) reduksi data, (b) penyajian data, dan (c) kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif faktor keabsahan
data juga sangat diperhatikan karena suatu hasil penelitian tidak ada artinya jika tidak mendapat pengakuan atau
terpercaya. Untuk memperkuat keabsahan data hasil temuan serta mempertahankan validitas data penelitian,
peneliti menggunakan kriteria sebagai acuan standar validitas yang meliputi: kredibilitas, keteralihan,
ketergantungan, dan kepastian.

PEMBAHASAN

Pengorganisasian merupakan kegiatan membentuk ikatan dalam rangka menjalin hubungan baik antara tiap-tiap
bagian atau sub-sub bagian sehingga didapat koordinasi yang baik di antara orang-orang yang terlibat dalam
proses kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pada esensinya sebuah organisasi pendidikan
harus mampu memfungsikan secara penuh manajemen dalam organisasi pendidikannya agar tujuan dari organisasi
pendidikan tersebut dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Fungsi manajemen dalam hal pengorganisasian pada
intinya merupakan suatu proses yang berlanjut dari fungsi perencanaan. Dalam pengorganisasian, sebuah
organisasi pendidikan harus mampu membentuk sebuah aktivitas-aktivitas mulai dari pembagian kerja,
pengelompokan kerja, penentuan hierarki dan garis wewenang, serta koordinasi dan singkronisasi dari seluruh
aspek organisasi pendidikan sehingga mampu berintegrasi dan mencapai tujuan organisasi pendidikan secara
efektif. Oleh karenanya, seorang pimpinan harus mampu mengorganisir organisasi pendidikannya agar organisasi
pendidikan tersebut mampu mencapai tujuannya dan berjalan sesuai keselarasan yang ingin dicapai.

2
Economica Didactica Vol 3, No 2 (2022) ISSN : 2354-6360

Jika fungsi pengorganisasian ini tidak dilakukan dengan sebagaimana mestinya maka akan membuat sebuah
organisasi pendidikan akan tidak stabil dalam pelaksanaan dari perencanaan pendidikan yang telah direncanakan
sebelumnya. Karena dari pengorganisasian ini diatur semua personil-personil yang ada dalam organisasi
pendidikan untuk melakukan apa yang telah dilaksanakan, dan dalam pengorganisasian pula diarahkan arus
komunikasi antara anggota organisasi pendidikan yang satu dengan yang lainnya, dengan demikian jelaslah bahwa
dengan pengorganisasian dapat sedikit menjamin semuanya berjalan dengan lancar. Dari semua itu tampak
jelaslah pentinya pengorganisasi pendidikana dalam manajemen Pendidikan. Pengorganisasian merupakan salah
satu hal yang penting dalam sebuah fungsi manajemen. Namun, Winardi (2004:58) berpendapat bahwa sekalipun
pengorganisasian merupakan salah satu fungsi dari proses manajemen, ia penting dalam hal mendeterminasi
bagaimana problem-problem dicegah timbulnya atau diselesaikan, dalam upaya mengurangi konflik-konflik yang
tidak dapat dihindari dalam situasi di mana orang-orang bekerja sama dalam upaya mereka mencapai tujuan
tertentu. Sebagaimana dikemukakan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert dalam Sule dan Saefullah (2010), ada
empat pilar (building blocks) yang menjadi dasar untuk melakukan proses pengorganisasian, keempat pilar
tersebut adalah pembagian kerja (division of work), pengelompokan pekerjaan (departementalization), penentuan
relasi antarbagian dalam organisasi pendidikan (hierarchy) organisasi pendidikan atau koordinasi (coordination).

1. Pembagian Kerja (Division of Work)

Dalam perencanaan berbagai kegiatan atau pekerjaan untuk pencapaian tujuan tentunya telah ditentukan.
Keseluruhan kegiatan dan pekerjaan yang telah direncanakan tersebut tentunya perlu disederhanakan guna
mempermudah bagaimana pengimplementasiannya. Upaya untuk menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan
dan pekerjaan – yang mungkin saja bersifat kompleks – menjadi lebih sederhana dan spesifik di mana setiap orang
akan ditempatkan dan ditugaskan untuk setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut dinamakan sebagai
pembagian kerja (division of work). Keseluruhan pekerjaan tersebut diturunkan atau dibagi-bagi berdasarkan
kriteria tertentu yang lebih spesifik.
Menurut Griffin (2004 : 323-324), spesialisasi pekerjaan atau pembagian kerja adalah tingkat di mana keseluruhan
tugas dalam organisasi pendidikan dipecah dan dibagi menjadi bagian-bagian komponen yang lebih kecil.
Menurutnya, spesialisasi pekerjaan memberikan empat keuntungan bagi organisasi pendidikan. Pertama, pekerja
yang melaksanakan tugas kecil dan sederhana akan menjadi lebih pandai dalam tugas tersebut. Kedua, waktu
perpindahan antartugas menurun. Ketiga, semakin sempit definisi suatu pekerjaan, semakin mudah
mengembangkan peralatan khusus untuk membantu pekerjaan tersebut. Keempat, ketika seorang karyawan yang
melaksanakan suatu pekerjaan yang sangat terspesialisasi tidak hadir atau mengundurkan diri, pimpinan mampu
melatih seseorang yang baru dengan biaya yang relatif lebih rendah.

2. Pengelompokan Pekerjaan (Departementalization)

Seperti yang dikemukakan oleh Sule dan Saefullah (2010), bahwa setelah pekerjaan dispesifikkan, maka
kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu yang sejenis. Sebagai contoh,
untuk organisasi pendidikan kampus, penerimaan pembayaran uang bulanan, pencatatan dalam data keuangan,
pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang, dapat dikelompokkan menjadi departemen atau bagian keuangan.
Adapun penerimaan dan pembuatan surat, pengaturan data-data administrasi birokrasi kampus dan yang
sejenisnya, dapat dikelompokkan menjadi departemen atau bagian administrasi birokrasi atau sekretaris, bisa juga
dikatakan sebagai bagian umum.
Griffin (2004: 323-324) menyatakan dalam bukunya Manajemen, bahwa ada empat dasar paling umum untuk
departementalisasi. Pertama, Departementalisasi Fungsional, yaitu mengelompokkan pekerjaan yang melibatkan
aktivitas yang sama atau serupa. Kedua, Departementalisasi Produk, yaitu melibatkan pengelompokan aktivitas
berdasarkan produk atau kelompok produk. Ketiga, Departementalisasi Pelanggan, yaitu pengelompokan aktivitas
untuk merespon dan berinteraksi dengan konsumen atau kelompok konsumen tertentu. Keempat,
Departementalisasi Lokasi, yaitu mengelompokkan pekerjaan atas dasar lokasi atau daerah geografis tertentu.

3. Penentuan Relasi Antarbagian dalam Organisasi pendidikan (Hierarchy)

Setelah pekerjaan dikelompokkan atau didepartemenkan, kita mungkin akan berpikir berapa banyak pekerjaan
yang perlu dikelompokkan untuk setiap bagian atau departemen, dan kemudian berapa banyak orang kelompok
yang perlu ada di bawah suatu bagian atau departemen? Lalu siapakah yang menjadi atasan bagi setiap
departemen? Pemikiran hal seperti ini akan membawa kita kepada bagian ketiga dari empat pilar tersebut, yaitu
proses penentuan hierarki atau relasi antarbagian dalam suatu organisasi pendidikan. Ada dua konsep penting
dalam penentuan hierarki ini, yaitu spam of management control dan chain of command. Spam of manajement
control terkait dengan jumlah orang atau bagian di bawah suatu departemen yang akan bertanggung jawab kepada
departemen atau bagian tertentu.Griffin (2004:323-324) mengemukakan bahwa, Chain of command merupakan

3
Economica Didactica Vol 3, No 2 (2022) ISSN : 2354-6360

jalur otoritas yang jelas dan pasti perlu ditentukan di antara semua posisi di dalam organisasi pendidikan. Prinsip
Chain of Command dapat membantu mengusahakan agar hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan bersifat
sederhana serta langsung, tidak bersifat realistik yang mampu menghilangkan hubungan-hubungan yang
bermanfaat antara sejumlah pimpinan. Winardi (2004), menyatakan bahwa aktivitas-aktivitas perusahan atau
organisasi pendidikan harus dibagi dalam segmen-segmen dengan jelas, sehingga masing-masing segmen
ditempatkan dalam hubungan yang berimbang satu sama lain.

Dalam menentukan hierarki organisasi pendidikan melalui spam of management control dan chain of command,
pimpinan perlu mempertimbangkan apakah akan menggunakan jenis hierarki yang bersifat horizontal (flat
hierarchy) atau vertical (tall hierarchy). Hierarki horizontal adalah bentuk struktur organisasi pendidikan yang
bagian-bagian organisasi pendidikannya banyak ke samping, dan meminimalkan jumlah subbagian atau
departemen. Kelebihan dari bentuk hierarki ini adalah pengambilan keputusan bisa dilakukan lebih cepat karena
proses identifikasi masalahnya pun relatif singkat. Adapun hierarki vertikal meminimalkan bagian-bagian
organisasi pendidikan ke samping secara horizontal, dan memperbanyak subbagian atau departemen secara
vertikal. Kelebihan dari bentuk hierarki vertikal adalah bahwa para penanggung jawab di setiap departemen atau
bagian tak terlalu banyak dibebani subdepartemen atau subbagian yang banyak, sehingga dalam hal koordinasi
relatif dapat dilakukan secara lebih cepat karena bagian yang dikoordinasikan relatif sedikit. Perbedaan lain dari
keduanya adalah dalam hierarki horizontal kemampuan dan kapabilitas pimpinan sangat dibutuhkan, sedangkan
dalam hierarki vertikal keterbatasan kemampuan dan kapabilitas pimpinan dapat diantisipasi melalui
pendelegasian kepada subbagian di bawahnya.

4. Koordinasi (Coordination)

Pilar terkahir dari proses pengorganisasian adalah koordinasi. Setelah pekerjaan dibagi, ditentukan bagian-
bagiannya, hingga ditentukan hierarki organisasi pendidikannya, maka langkah berikutnya adalah bagaimana agar
pembagian kerja yang telah dilakukan beserta penentuan desain organisasi pendidikannya berjalan secara efektif
dan efisien. Di sinilah peran dari koordinasi diperlukan sebagai pilar terakhir dari perngorganisasi pendidikanan.
Koordinasi adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktivitas dari berbagai departemen atau bagian dalam
organisasi pendidikan agar tujuan organisasi pendidikan dapat tercapai secara efektif. Tanpa koordinasi, berbagai
kegiatan yang dilakukan di setiap bagian organisasi pendidikan tidak akan terarah dan cenderung hanya membawa
misi masing-masing bagian. Kast dan Rosenzwieg dalam Fathoni (2006: 35-36), mengemukakan bahwa
manajemen itu meliputi koordinasi orang-orang dan koordinasi sumber-sumber material untuk mencapai tujuan
organisasi pendidikan. Koordinasi merupakan tugas dari pejabat-pejabat dalam organisasi pendidikan mulai
tingkat atas sampai ke tingkat bawah. Wiliam Newman dalam buku yang sama mengemukakan bahwa “koordinasi
itu adalah menyelaraskan (mengsingkronisasikan) dan menyatukan tindakan-tindakan kelompok orang dalam
organisasi pendidikan. Menurut Mesiono (2010: 14) , koordinasi adalah suatu fungsi yang menjamin sumbangan
dari satu sub sistem atau bagian dalam organisasi pendidikan, dibuat sebagai syarat yang mana mereka saling
terkait bersama ke dalam suatu situasi yang harmonis secarah utuh. Bagaimanapun, koordinasi merupakan proses
yang melibatkan pemindahan informasi antara pekerjaan dan orang untuk menghindarkan pekerjaan yang
tumpang tindih, menjamin usaha dan sumber penghasilan serta keseimbangan keseluruhan organisasi pendidikan.
Tanpa koordinasi sulit untuk mengharapkan bahwa pengaturan kegiatan dengan tertib dari dua orang atau lebih
dalam mengejar suatu tujuan bersama akan dicapai. Melalui orgaisasi berbagai bagian suatu usaha dihubungkan
dengan setiap bagian lainnya. Tapi, yang mempengaruhi bagian-bagian ini supaya berfungsi sebagai satu kesatuan
yang terintegrasi dan harmonis adalah kegiatan koordinasi.

KESIMPULAN

Pencapaian keberhasilan suatu organisasi pendidikan sangat ditentukan oleh orang-orang yang menjalankan
perannya di dalam organisasi pendidikan tersebut. Pengorganisasian pada intinya mengajarkan bagaimana orang-
orang di dalam organisasi pendidikan tersebut mampu bekerja sama dan membuat keterkaitan antara bagian-
bagian dari suatu organisasi pendidikan menjadi harmonis. Jadi, sangat penting bagi seorang pimpinan untuk
memahami aspek-aspek dari fungsi manajemen, dan dalam hal ini pengorganisasian (organizing) menjadi pilar
kedua setelah perencanaan yang harus diketahui bagaimana kerjanya. Pengorganisasian merupakan kegiatan
membentuk ikatan dalam rangka menjalin hubungan baik antara tiap-tiap bagian atau sub-sub bagian sehingga
didapat koordinasi yang baik di antara orang-orang yang terlibat dalam proses kerja sama untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.

4
Economica Didactica Vol 3, No 2 (2022) ISSN : 2354-6360

DAFTAR PUSTAKA

Chaniago, Nasrul Syakur. 2011. Manajemen Organisasi. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Sule, Ernie Tisnawati, Kurniawan Saefullah, 2010. Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana.

Mesiono, 2010 Manajemen Organisasi, Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Tanzi, Panglaykim Hazil, 1991. Manajemen (Suatu Pengantar), Jakarta: Ghalia Indonesia.

Griffin, 2004. Manajemen, Jakarta: Erlangga.

Terry, George R, 1993. Prinsip-Prinsip Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara.

Winardi, J, 2004. Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Kencana.

Fathoni, Abdurrahmat, 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta.

Timpe, A.D. 1992. Kinerja dan Produktivitas; Seri Ilmu dan Seni Manajemen dan Bisnis. PT Gramedia Asri
Media. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai