Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH Diskusi

Mata Kuliah : Administrasi Dan Supervisi Pendidikan


“Konsep Dasar Administrasi Pendidikan”

DI SUSUN OLEH : 1. DWI Ahada


2. Anissa Della Pusfita
Dosen Pembimbing :
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Kelas :II b (khusus)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BATURAJA


TAHUN AKADEMIK 2023/2024
ADMINISTRASI PENDIDIKAN

A. Latar Belakang Perlunya Administrasi Pendidikan

Administrasi pendidikan merupakan sub sistem dari sistem pendidikan di


sekolah yang bertujuan menunjang pencapaian tujuan pendidikan secara efektif
dan efisien. Komponen utama dalam sistem pendidikan yang memegang peranan
penting dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah guru. oleh karena itu, guru
juga mempunyai peranan penting dalam administrasi pendidikan untuk
melaksanakan fungsi pokok administrasi.

Dengan diberlakukannya UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan


nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standarisasi
nasional, maka pelaksanaan pendidikan memperhatikan dan didasari kepada
standarisasi yang telah ditetapkan. Juga UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen yang memuat, semua aturan dan ketentuan yang sangat menentukan dan
mewarnai pelaksanaan administrasi pendidikan di tingkat lembaga pendidikan.

B. Pengertian Administrasi Pendidikan

Administrasi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seorang administrator.


Administrator adalah orang yang mengatur dan memimpin suatu organisasi.
Sesangkan organisasi secara sederhana adalah proses kerjasama antara dua orang
atau lebih yang diatur oleh aturan-aturan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Prajudi Admosudirdjo (1982), bentuk pekerjaan seorang administrator
dalam suatu organisasi dibedakan menjadi dua, yaitu aminister dan administro.
Administer berarti membantu, menolong dan melayani orang-orang yang terkait
dengan pelaksanaan tugas organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai
sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan administro adalah pekerjaan menata
dan mengatur organisasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan
dalam organisasi. Kedua bentuk pekerjaan inilah yang dinamakan administrasi.
Gie (1992) mengemukakan secara etimologis bahwa administrasi berasal dari
bahasa Latin ad dan ministrare yang artinya melayani, membantu, menunjang,
pencapaian tujuan sehingga benar-benar tercapai. Agar kegiatan administrasi
dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kegiatan administrare
(menyelenggarakan tata usaha: registrasi, inventarisasi, pembukuan, dokumentasi,
korespondensi dan kearsipan) ynag dikerjakan sesuai dengan sistem, prosedur dan
aturan-aturan yang berlaku.

Pengertian administrasi secara lengkap menurut Gie adalah segenap rangkaian


kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok
orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya Siagian (1986)
mendefenisikan administrasi sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua
orang atau lebih yang didasarkan atas rasional tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Nurhadi (1983) mengartikan administrasi
sebagai suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan
usaha kerjasama sekelompok manuia yang tergabung dalam suatu organisasi
untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya secara efektif
dan efisien.

Dari definisi yang dikemukakan di atas makna administrasi dapat diuraikan


menjadi lima pengertian pokok yaitu:
1. Administrasi merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan manusia
2. Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses dan bersifat dinamis
3. Proses itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam
suatu organisasi
4. Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya
5. Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuan dicapai secara efektif dan efisien.

Menurut Siagian (1986) unsur pokok administrasi adalah: (a) adanya sekelompok
manusia (sedikitnya 2 orang), (b) adanya tujuan yang akan dicapai bersama, (c)
adanya tugas/fungsi yang harus dilaksanaka
(kegiatan kerjasama), dan (d) adanya peralatan dan perlengkapan yang
diperlukan.
Menurut Sutjipto & Raflis (1994) administrasi pendidikan dapat dilihat
dari berbagai aspek:
1. segi kerjasama, administrasi pendidikan adalah kerjasama di antara
orang-orang/ personil sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien.
2. segi proses, merupakan proses pencapaian tujuan pendidikan yang
dimulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemantauan dan evaluasi dalam menpai tujuan pendidikan.

Purwanto (1999) mengemukakan administrasi pendidikan merupakan segenap


proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personil, spiritual
maupun material, yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan.
Menurut Depdikbud, administrasi pendidikan adalah suatu proses keseluruhan
kegiatan bersama dalam bidang pendidikan.

Berdasarkan batasan yang telah dikemukakan, perlu ditekankan bahwa:

1. Administrasi pendidikan bukan hanya sekedar kegiatan tata usaha.


2. Administrasi pendidikan mencakup kegiatan-kegiatan yang luas.
3. Administrasi pendidikan merupakan proses keseluruhan dari kegiatan
kerjasama yang harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat di dalam
tugas-tugas pendidikan.

C. Fungsi Administrasi Pendidikan

Dalam proses pelaksanaannya, administrasi mempunyai tugas-tugas tertentu yang


harus dilaksanakan dan biasanya disebut sebagai fungsi-fungsi administrasi.
Begitu juga dengan administrasi pendidikan, juga mempunyai fungsi yang tidak
berbeda dengan fungsi administrasi pada umumnya.
Fungsi dari administrasi pendidikan itu adalah:
1. Perencanaan

Proses perencanaan sekolah harus dilaksanakan secara kalaboratif, artinya


mengikutsertakan semua personil sekolah dalam penyusunannya sehingga
menimbulkan perasaan ikut memiliki (Sense of Belonging) yang dapat
memberikan dorongan kepada guru dan personil lainnya agar rencana tersebut
dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan pendidikan berdasarkan jangka waktunya dapat dibedakan atas
perencanaan jangka pendek (1-2 tahun), jangkauan menengah (3-7 tahun), dan
jangka panjang (8-25 tahun).

2. Pengorganisasian
Pengorganisasian di sekolah dapat difenisikan sebagai keseluruhan proses
pengaturan kekuasaan, wewenang pekerjaan, tanggung jawab dari personil
sekolah yang mempunyai tata hubungan satu sama lain, sehingga setiap
guru/personil sekolah mengetahui kedudukannya, tanggungjawabnya, tugas,
wewenang dan cara berhubungan satu sama lain sehingga dapat menjamin
tercapainya tujuan sekolah.

3. Pengarahan
Pengarahan menurut Nurhadi (1983) adalah usaha memberikan bimbingan dan
pengarahan yang diberikan sebelum suatu kegiatan pelaksanaan dilakukan untuk
memelihara, menjaga dan memajukan organisasi melalui orang-orang yang
terlibat baik struktural maupun fungsional, agar setiap kegiatan yang dilakukan
nantinya tidak terlepas dari usaha pencapaian tujuan pendidikan.
4. Pengkoordinasian

Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk mengatur pendidikan


kegiatan dari berbagai individu atau unit kerja sekolah agar pelakasanaan kegiatan
berjalan selaras dengan kebutuhan anggota/unit kerja di sekolah dan anggota/unit
kerja lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah.

5. Pengawasan (Controlling)
Menurut Nurhadi (1983) pengawasan adalah kegiatan mengukur tingkat
efektivitas kegiatan kerja yang sudah dilaksanakan dan tingkat efisiensi
penggunaan komponen pendidikan lain dalan usaha mencapai
tujuan pendidikan. Untuk mengukur tingkat efektivitas dan efisiensi, perlu
dilakukan evaluasi untuk mengukur sampai dimana pelaksanaan pendidikan yang
dilakukan mencapai tujuan yang telah direncanakan serta memiliki kekuatan dan
kelemahan program yang dijalankan.

D. Bidang Garapan Administrasi Pendidikan


Hal-hal yang menjadi bidang garapan administrasi pendidikan dapat
dikelompokkan atas: (a) bidang kurikulum, (b) bidang kesiswaan, (c) bidang
personalia pendidikan, (d) bidang sarana dan prasarana, (e) bidang keuangan
pendidikan, (f) bidang ketatausahaan, (g) bidang hubungan sekolah dan
masyarakat, dan (h) bidang layanan khusus.

Bidang garapan tersebut bila dikaitkan dengan dimensi pengajaran dan dimensi
pengelolaan akan tampak bahwa ada bidang kaitan yang berhubungan langsung
dengan pengajaran dan pengelolaan dan ada pula yang berhubungan secara tidak
langsung dengan pengajaran tetapi berhubungan langsung dengan pengelolaan.

E. Landasan Penyelenggaraan Manajemen Sekolah


MBS sebagai bentuk upaya alternatif dalam pendidikan akan berjalan dengan baik
jika lingkungan mendukung untuk diadakannya reformasi. Akar reformasi
merupakan landasan filosofis yang tak lain bersumber dari cara hidup(way of life)
masyarakatnya. Oleh karena itu, untuk suksesnya reformasi pendidikan harus
berakar pada cara dan kebiasaan hidup warganya. Tanpa mempedulikan cara dan
kebiasaan hidup warganya maka reformasi pendidikan tidak akan mendapat
sambutan apalagi dukungan dari segenap lapisan masyarakat. Maksudnya jika
ingin reformasi pendidikan itu sukses maka reformasi tersebut harus berakar pada
cara dan kebiasaan hidup warganya. Seandainya reformasi itu peduli terhadap cara
dan kebiasaan warganya maka reformasi tersebut akan mendapat dukungan dari
segenap lapisan masyarakat.

Unsur lain dari reformasi pendidikan adalah keterlibatan orang tua siswa dan
keterlibatan masyarakat untuk menentukan misi sekolah yang dapat diterima dan
bernilai bagi masyarakat setempat. Segala keputusan yang diambil oleh pihak
sekolah harus melibatkan atau memusyawarahkan keputusan tersebut kepada
orang tua siswa atau masyarakat. Hal ini dikarenakan agar siswa dapat mencapai
kompetensi yang ditetapkan dan

Oleh karena itu, pelaksanaan MBS seyogyanya benar-benar melibatkan


masyarakat dan memberdayakan peranserta masyarakat sekitar.

Dr. E. Mulyasa, M.Pd dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah menyatakan


hal-hal yang menjadi landasan MBS sebagai berikut:
1. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pemerintah mengupayakan
keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Hal ini
diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di
Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso
maupun mikro.
Aspek makro erat kaitannya dengan desentralisasi kewenangan dari pemerintah
pusat ke daerah, aspek meso berkaitan dengan kebijakan daerah provinsi sampai
tingkat kabupaten sedangkan aspek mikro melibatkan sekolah yaitu seluruh sektor
dan lembaga pendidikan yang paling bawah serta terdepan dalam pelaksanaannya.

2. Undang-undang Pasal 51 UU no 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan


Nasional yang mengatur secara murni dan konsekuen.

Landasan Filosofis MBS


Landasan MBS Menurut Drs. Nurkolis, MM dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Berbasis Sekolah:

Landasan filosofis
Landasan filosofis MBS adalah cara hidup masyarakat. Maksudnya jika ingin
reformasi pendidikan itu sukses maka reformasi tersebut harus berakar pada cara
dan kebiasaan hidup warganya. Seandainya reformasi itu peduli terhadap cara dan
kebiasaan warganya maka reformasi tersebut akan mendapat dukungan dari
segenap lapisan masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan melalui proses
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam konteks idiil negara kita merupakan
tanggung jawab pemerintah, sedangkan menurut praktisnya merupakan
tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Tanggungjawab tersebut, dilandasi oleh peran secara profesional.

Artinya, pelayanan pendidakan tidak dapat dihindarkan dari batas-batas


tanggungjawab mengingat masing-masing mempunyai posisi dan keterbatasan.
Keluarga dalam arti biologis merupakan orang tua langsung (ibu dan
bapak),mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan pendidikan kepada
anak –anaknya dirumah tangga, dari mulai hal yang bersifat sederhana dan pribadi
sampai pada hal yang komplek dan bermasyarakat. Tugas dan wewenang ini,
bersifat alamiah dan mendasar untuk membangun individu yang bertanggung
jawab. Akan tetapi sebagai orang tua, terdapat berbagai keterbatasan dalam
pelayanan pendidikan yang bersifat normatif dan terukur, baik yang bersifat
keilmuan maupun keterampilan tertentu. Oleh sebab orang tua tidak dapat
melayani kebutuhan pendidikan anak nya, maka orang tua memperca yakan
kepada sekolah baik yang diselenggarakan oleh masyarakat (yayasan pendidikan)
maupun pemerintah.

 Konsekkuensinya orang tua wajib memberikan dukungan kepada sekolah sesuai


dengan batas kemampuan dan kesepakatan. Oleh sebab itu tujuan
penyelanggaraan pelayanan pendidikan hanya bisa dicapai apabila terjadinya
sinerjik dan integrasi dukungan dari berbagai sumber daya, untuk terjadinya
sinerjik dan integrasi dukungan dari berbagai sumber daya pendidikan, perlu
adanya suatu badan yang bersifat independen dengan asas keadilan dan
kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Syahril & Asmidir Ilyas, dkk. 2009. Pofesi Kependidikan. Padang: UNP Press.
Atmosudirdjo, Prajudi. 1982. Administrasi dan Manajemen Umum. Jakarta.
Ghalia Indonesia.
Gie, The, Liang. 1992. Ilmu Admnistrasi. Yogyakarta: Liberti.
Nurhadi, A., Mulyani. 1983. Administrasi Pendidikan di Sekolah. Yogyakarta.
Andi Offset.
Purwanto, M., Ngalim. 1999. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Casdakarya.
Siagian, P. Sondang.1986. Filsafat Administrasi. Yogyakarta: Gunung Agung.
Sutjipto & Raflis Kosasih. 1994. Profesi Keguruan. Jakarta: P3TK: Depdkbud.

Anda mungkin juga menyukai