Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem


Pendidikan Nasional disebutkan bahwa istilah profesi ada pada dalam jenis pendidikan
yang terdiri dari pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan
khusus, selanjutnya dijelaskan juga bahwa gelar akademik, profesi, atau vokasi yang
digunakan oleh lulusan dari perguruan tinggi yang dinyatakan berhak memberikan gelar
akademik, profesi, atau vokasi(Rivai, 2002).

Administrasi dalam pengertian yang sempit merupakan bentuk segala dari kegiatan
ketatausahaan yang pada intinya suatu kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan
kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya serta mempersiapkan
laporan.

Administrasi pendidikan dalam pengertian secara luas diartikan segenap dari proses
pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu baik personal, spiritual maupun material
yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan.(Abu, 2014) Istilah dari
administrasi sendiri juga dapat diartikan juga sebagai: “Administrasi ialah macam macam
pelayanan terhadap semua kebutuhan institusional dengan cara efektif dan efesien dan
administrsi sebagai salah satu komponen dari sistem yang subsistemnya saling berkaitan
satu dengan yang lainnya, oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa administrasi adalah
segala kegiatan yang di lakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan atau proses
penyelenggaraan kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta sesuai dengan
kesepakatan bersama.1

2.2 TUJUAN ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Tujuan administrasi supervisi pendidikan harus sama dengan tujuan Pendidikan


Nasional sesuai Undang-Undang Siste3m Pendidikan Nasional Nomor 2003 melalui

1.muhammad rizki,”administrasi dan supervise pendidikan “ padang 20 juli 2019 hal 1-2
2.drsiti maisaroh ,” administrasi dan supervises Pendidikan “ Yogyakarta 13 september 2020 ha
l15-16
perbaikan serta peningkatan kegiatan belajar mengejar. Sedangkan jabaran yang lebih
lanjut menjadi tujuan khusus supervisi pendidikan yang merupakan tugas-tugas khusus
seorang supervisior yaitu:

a. Membina guru-guru untuk lebih memahami tujuan umum pendidikan. Dengan demikian
agar menghilangkann anggapan tentang adanya mata pelajaran/bidang studi penting/tidak
penting, sehingga setiap guru mata pelajaran dapat mengajar dan mencapai perestasi
maksimal bagi siswa siswinya.

b. Membuna guru-guru mengatasi problem-problem siswa demi kemajuan prestasi


belajarnya.

c. Membina guru-guru dalam mempersiapkan siswa-siswa untuk menjadi anggota


masyarakat yang produktif, kreatif, etis, serta strategis.

d. Membina guru-guru dalam meningkatkan kemampuan mengevaluasi, mendiagnosa


kesulitan belajar, dan seterusnya.

e. Membina guru-guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang demokratis,
kooperatif serta kegotong royongan.

f. Memperbesar ambisi guru-guru dan karyawan dalam meningkatkan mutu profesinya,

g. Membina guru-guru dan karyawan dalam meningkatkan popularitas sekolahnya.

h. Melindungi guru-guru dan karyawan meningkatkan popularitas sekolahnya

I Melindungi guru-guru dan karyawan pendidikan terhadap tuntutan serta kritik-kritik tak
wajar dari masyarakat.

j. Mengembangkan sikap kesetiakawanan dan keteman sejawatan dari seluruh tenaga


pendidikan.

3
Jadi dapat ditegaskan bahwa tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan situasi dan
proses belajar mengajar berada dalam rangka tujuan pendidikan nasional dengan membantu
guru-guru untuk lebih bermutu, tumbuh dan peranan sekolah unttuk mencapai tujuan.
Secara umum tujuan supervisi dapat dirumuskan adalah untuk membantu guru
meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik dalam melaksanakan
pengajaran.2

2.3 RUANG LINGKUP ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Administrasi pendidikan memberikan pedoman tentang,mana saja wawasan yang diperoleh


dari pemahaman tersebut untuk diterapkan dalam sekolah sebagai satuan organisasi
pendidikan terdepan untuk bersentuhan langsung dengan masyarakat pemakai jasa
pendidikan. Dengan demikian ruang lingkup pembahasan administrasi pendidikan
difokuskan pada kegiatan administrasi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai
pelayanan kebutuhan sekolah disatu pihak, dan sekolah sebagai pelaksana kegiatan
pembelajaran dengan fokus utama pelayanan belajar dipihak lainnya. Pada kedua
pihak ini kegiatan adminstrasi pendidikan difokuskan pada profesionalisme pengelolaan
pendidikan dilihat dari kelembagaan pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan
terhadap masyarakat maupun satuan pendidikan atau sekolah pada semua jenjang dan jenis
sebagai institusi yang memberikan jasa pelayanan belajar kepada masyarakat. Untuk dapat
mengukur kualitas
pendidikan perlu didukung oleh profesionalisme supervisi jaran baik yang disediakan oleh
sekolah maupun yang disediakan oleh pemerintah dilihat dari manajemen pembelajaran, hal
ini sebagai bagian yang terintegrasi.
Lembaga pendidikan seperti organisasi sekolah merupakan
kerangka kelembagaan dimana administrasi pendidikan dapat berperan dalam mengelola
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dilihat dari tingkatan-tingkatan
suatu organisasi dalam hal ini sekolah, administrasi pendidikan dapat dilihat dalam tiga
tingkatan yaitu

3
1. tingkatan institusi (Institutional level),
2. tingkatan manajerial (managerial level),
3. tingkatan teknis (technical level) (Murphy dan Louis, 1999). Menurut Consortium
on Renewing Education (Murphy dan

Louis, ed. 1999:515) Sekolah (lembaga pendidikan) mempunyai lima bentuk modal yang
perlu dikelola untuk keberhasilan pendidikan yaitu :
1. Integrative capital
2. Human capital
3. Financial capital
4. Social capital
5. Political capital

Di dalam perkataan ruang lingkup terkandung pengertian garapan dan juga aspek. Dengan
demikian ruang lingkup manajemen pendidikan adalah ruang garapan dan juga aspek
manajemen pendidikan atau perguruan sekolah.

Ary H Gunawan (1996 : 4) menerangkan bahwa garapan garapan kegiatan pengelolaan


sekolah dapat diklasifikasikan kepada delapan garapan:
1. Pengelolaan peserta didik (siswa)
2. Pengelolaan personel (guru + pegawai TU)
3. Pengelolaan kurikulum
4. Pengelolaann sarana dan prasarana
5. Pengelolaan anggaran / biaya
6. Pengelolaan tata laksana / tata usaha
7. Pengelolaan organisasi
8. Pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat (Huma)

3
BAB III
PENUTUP
3.1KESIMPULAN

3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaanpenulis akan mamperbaiki makalah tersebut dengan pedoman pada banyak
sumber yang dapat di pertanggung jawabkan.saran kami dalam makalah ini adalah untuk
menambah lagiwawasan bagi parapembaca.

Anda mungkin juga menyukai