Sesuai karekteristik LKS yang dalam melaksanakan kegiatannya tidak bergerak pada sektor
keuangan (moneter) dan sektor riil (non moneter), maka Lembaga Keuangan Syariah dalam
melakukan kegiatan usaha nya diperkenankan untuk menyerahkan modal mudharabah dalam
bentuk kas (uang tunai) dan bentuk non kas (barang) yang bermanfaat dalam melaksanakan
usaha mudharabah tersebut. Secara umum permasalahan yang terjadi dalam pembiayaan yang
dilakukan oleh Lembaga Keuangan adalah adanya penyalahgunaan dana yang diserahkan
Lembaga Keuangan kepada nasabah. Hal tersebut memungkinkan dilakukan oleh nasabah
karena yang diterima nasabah adalah uang. Dalam Lembaga Keuangan Syariah jika
dilaksanakan sesuai ketentuannya, memungkinkan memberikan modal sesuai kebutuhannya
yaitu dalam bentuk kas (uang tunai) dan non kas (barang) yang bermanfaat dalam usaha
mudharabah tersebut, sehingga penyalahgunaan dana oleh nasabah dapat dihindari.
Modal mudharabah juga diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh), bagian pertama butir 3
diatur sebagai berikut
“Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada
mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
Ketentuan tentang modal kas dan non kas serta hal-hal yang terkait dengan modal
mudharabah seperti jika terjadi kehilangan, terjadi menurunan modal mudharabah tersebut
tercantum dalam PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah ( prgf 12 sd 19) mengatur yaitu:
12. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada
pengelola dana.
a. investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan;
b. investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset
nonkas pada saat penyerahan:
i. jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya
diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu
akad mudharabah.
ii. jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian;
14. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang
atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.
15. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada
saat bagi hasil.
16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana.
17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (nonkas) dan barang
tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara
efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil.
18. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:
(b) tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang
telah ditentukan dalam akad; atau
19. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar
oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.
Penyerahan modal mudharabah dapat dilakukan sesuai kebutuhan dari mudharib dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Penyerahan modal mudharabah dalam bentuk kas diatur
dalam PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah (prgf 12, 13. a dan 16) sebagai berikut:
12. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada
pengelola dana.
(a) investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan;
16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana. Sesuai ketentuan di atas penyerahan modal dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah uang yang diserahkan dan dianggap mulai berjalan
sejak dana tersebut diterima oleh pengalola dana. Dengan diserahkan modal dalam
bentuk kas, maka kewajiban komitmen pemilik dana akan berkurang sebesar modal
yang telah diserahkan
12. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada
pengelola dana.
(i) jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya
diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu
akad mudharabah.
(ii) jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian;
16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana.
17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (nonkas) dan barang
tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara
efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil.
Jika penyerahan modal non kas atau barang harus dilakukan penilaian harga wajar
pada saat penyerahan. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak modal
mudharabah tersebut diterima oleh pengelola dana.
Oleh karena dalam penyerahan modal mudharabah non kas diukur dengan nilai wajar saat
penyerahan sedangkan modal non kas (barang) memiliki harga perolehan sebagai nilai
tercatat, maka mengakibatkan :
1. Nilai wajar saat penyerahan modal non kas mudharabah lebih besar dari niliai tercatatnya.
2. Nilai wajar saat penyerahan modal non kas mudharabah lebih kecil dari nilai tercatatnya
1. Nilai wajar modal non kas (barang) lebih besar dari nilai tercatatnya
Sebelum penyerahan modal mudharabah dalam bentuk non kas (barang), LKS
melakukan pengadaan aset mudharabah yang tercatat pada persediaan sebesar harga
perolehan. Sedangkan pada saat modal non kas (barang) diserahkan kepada mudharib
harus dilakukan penilaian sesuai dengan nilai wajar saat penyerahan sehingga dapat
terjadi perbedaan antara nilai tercatat dengan nilai wajar saat penyerahan. Jika nilai
wajar lebih besar dari nilai tercatatnya sehingga timbul keuntungan dan diakui sebagai
keuntungan mudharabah tangguhan dan diamortisasi selama jangka waktu akad.
2. Nilai wajar modal non kas (barang) lebih kecil dari nilai tercatatnya
Kemungkinan lain penyerahan modal mudharabah non kas (barang) adalah nilai wajar
saat penyerahan lebih kecil dari nilai tercatatnya, Jika terjadi demikian maka selisih
nilai wajar dan nilai tercatat diakui sebagai kerugian sekaligus saat terjadinya.
Dapat saja nilai wajar saat penyerahan sama dengan nilai tercatat modal mudharabah
non kas tersebut sehingga tidak timbul keuntungan atau kerugian dengan penyerahan
modal mudharabah non kas tersebut
Dalam Investasi Mudharabah kegiatan usaha mudharabah baru bisa dianggap mulai berjalan
sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola, termasuk modal
mudharabah non kas (barang) dalam kondisi siap dipergunakan, sehingga tidak menutup
kemungkinan sebagian Investasi Mudharabah tersebut hilang sebelum usaha dimulai atau
berjalan. Atas penurunan nilai investasi mudharabah sebelum usaha dimulai yang disebabkan
hilang atau faktor lain bukan kesalahan pengelola diatur dalam PSAK 105 (prgf 14, 16,18)
sebagai berikut:
14. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang
atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.
16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana.
18. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:
Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana, sehingga dapat terjadi penurunan nilai modal
mudharabah akibat hilang sebelum usaha dimulai. Jika nilai investasi mudharabah
turun sebelum usaha dimulai disebabkan hilang yang bukan kelalaian atau kesalahan
pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan
mengurangi saldo investasi mudharabah.
Selain penurunan nilai akibat hilang, dimana seluruh nilai tidak ada lagi maka dapat
terjadi penurunan nilai terjadi sebagai akibat lain seperti kerusakan dan sebagainya
sehingga mengakibatkan penurunan nilai sebagian (tdak seluruhnya nilai hilang). Jika
nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak atau faktor
lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai
tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah.
Setelah usaha dimulai investasi mudharabah dapat terjadi penurunan investasi mudharabah
akibat hilang atau akibat penurunan lain seperti rusak. Jika terjadi demikian maka PSAK 105
tentang akuntansi mudharabah mengatur sebagai berikut:
15. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada
saat bagi hasil.
16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana.
17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (nonkas) dan barang
tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara
efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil.
18. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:
Penurunan yang terjadi setelah usaha mudharabah dimulai dapat diakibatkan atas
hilangnya investasi mudharabah, khususnya modal mudharabah non kas (barang). Jika
sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada
saat bagi hasil. Indikasi kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain,
ditunjukkan oleh:
Penurunan nilai investasi mudharabah setelah usaha dimulai dapat disebabkan akibat
lain seperti kerusakan dan sebagainya (khusunya modal mudharabah non kas). Jika
terjadi penurunan nilai investasi mudharabah pada saat atau setelah barang
dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian
tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat
pembagian bagi hasil. Penurunan tersebut sebagai pengurang bagi hasil investasi
mudharabah atau merupakan pengurang hasil investasi mudharabah
17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (nonkas) dan
barang tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang
dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian
tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada
saat pembagian bagi hasil. Dari ketetentuan ini tersirat penurunan nilai investasi
mudharabah dari modal non kas (barang), yang pengakuannya tidak langsung
mengurangi investasi mudharabah tetapi diperhitungkan pada saat bagi hasil.