Anda di halaman 1dari 11

Akuntansi Pemilik Dana Mudharabah Akun yang dipergunakan

A. Akun-akun untuk Laporan Posisi Keuangan (neraca)

1. Investasi Mudharabah Akun ini dipergunakan untuk mencatat modal mudharabah


yang telah diberikan oleh pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana
(mudharib), baik modal kas maupun modal non kas (barang). Perkiraan ini hanya
dipergunakan pada pemilik dana (shahibul maal). Perkiraan ini akan didebet pada saat
penyerahan modal mudharabah kepada pengelola dan dikredit pada saat penerimaan
kembali modal mudharabah dari pengelola dana (mudharib) dan kerugian
mudharabah yang menjadi tanggung jawab pemilik dana (shahibul maal).
2. Piutang Pendapatan Bagi Hasil Akun ini dipergunakan untuk membukukan bagi hasil
yang telah dihitung oleh nasabah tetapi belum diserahkan kepada LKS sebagai
pemilik dana, sebesar porsi LKS sebagai pemilik dana (sebagai laporan dari
pengelola, bukan atas dasar proyeksi pendapatan yang dilakukan oleh pemilik dana).
Akun ini dikredit pada saat dilakukan pengakuan pendapatan dan didebet pada saat
penerimaan atau pembayaran bagi hasil diterima dari pengelola dana.
3. Piutang kepada Mudharib Akun ini dipergunakan untuk mencatat modal mudharabah
yang telah jatuh tempo dan belum diserahkan kembali oleh pengelola dana, juga
dipergunakan untuk mencatat kerugian pengelolaan dana mudharabah yang
merupakan kelalaian dari pengelola dana. Akun ini didebet pada saat timbul piutang
kepada mudharib dan dikredit pada saat pembayaran pelunasan piutang kepada
mudharib.
4. Cadangan penyisihan kerugian investasi Akun ini dipergunakan untuk membukukan
pembentukan penyisihan kerugian yang dibentuk atas investasi mudharabah. Akun ini
dikredit pada saat pembentukan penyisihan kerugian dan didebet pada saat digunakan
untuk penghapusan investasi mudharabah
5. Keuntungan Mudharabah Tangguhan Akun ini dipergunakan untuk membukukan
selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat penyerahan modal mudharabah non kas
(barang) dimana nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat. Keuntungan Mudharabah
Tangguhan ini harus diamortisir selama jangka waktu akad mudharabah. Akun ini
dikredit pada saat pembentukan keuntungan mudharabah tangguhan dan didebet pada
saat dilakukan amortisasi.
6. Akumulasi Penurunan Nilai (Penyusutan) Aset Mudharabah (modal non kas) Akun ini
dpergunakan untuk membukukan akumulasi penurunan nilai akibat penyusutan yang
dilakukan oleh pemilik dana (shahibul maal) atas modal mudharabah non kas (barang)
yang dipergunakan dalam usaha mudharabah. Akun ini di kredit pada saat
pembentukan penurunan nilai akibat penyusutan dan didebet pada saat modal
mudharabah non kas diterima kembali atau dijual.

B. Akun-akun untuk Laporan Laba Rugi

1. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Akun ini dipergunakan untuk mencatat


pendapatan bagi hasil mudharabah, baik yang diterima secara tunai maupun akrual,
yaitu hasil usaha yang telah diperoleh pengelola yang merupakan hak pemilik dana.
Akun ini dikredit pada saat penerimaan dan pengakuan pendapatan sebesar porsi hasil
usaha yang menjadi hak pemilik dana dan didebet pada saat dipindahkan ke Laba
Rugi pada akhir periode laporan keuangan
2. Beban kerugian investasi mudharabah Akun ini dipergunakan untuk membukukan
kerugian yang timbul dalam investasi mudharabah yang disebabkan antara lain
kehilangan, kerusakan penurunan nilai sebelum usaha dimulai dan bukan kelalaian
atau kesalahan pengelola. Akun ini didebet pada saat timbul kerugian dan dikredit
pada saat dipindahkan ke Laba Rugi sewaktu tutup buku akhir tahun.
3. Keuntungan Penyerahan Aset Mudharabah Akun ini dipergunakan untuk
membukukan keuntungan mudharabah atas penyerahan modal non kas, sebesar
amortisasi keuntungan mudharabah tangguhan. Akun ini dikredit pada saat dilakukan
amortisasi keuntungan mudharabah tangguhan dan didebet pada saat dipindahkan ke
Laba Rugi pada akhir tahun (tutup buku).
4. Kerugian Penyerahan Aset Mudharabah Akun ini dipergunakan untuk membukukan
kerugian atas penyerahan modal mudharabah non kas, dimana nilai wajar lebih kecil
dari nilai tercatat modal non kas yang diserahkan. Akun ini didebet pada saat timbul
kerugian dan dikredit pada saat dipindahkan ke Laba Rugi sewaktu tutup buku akhir
tahun.
5. Biaya penurunan nilai (penyusutan) aset mudharabah Akun ini dipergunakan untuk
mencatat kerugian yang timbul akibat penurunan aset mudharabah setelah dimulai
usaha sebagai akibat kehilangan atau penurunan nilai aset mudharabah termasuk
penyusutan yang dilakukan.. Akun ini disajikan sebagai pengurangan pendapatan bagi
hasil mudharabah.Jika modal non kas (barang) mudharabah diperjanjian diawal akan
dikembalikan kepada pemilik dana, maka penyusutan akan menjadi beban pemilik
dana, sehingga nisbah untuk pemilik dana lebih besar. Jika modal non kas (barang)
mudharabah diperjanjikan diawal untuk tidak dikembalikan kepada pemilik dana,
maka penyusutan dihitung oleh pengelola dana dan diperhitungkan dalam pembagian
hasil usaha.
6. Keuntungan Pengembalian Aset Mudharabah (modal non kas) Akun ini dipergunakan
untuk mencatat selisih antara nilai bersih investasi mudharabah dengan modal non
kas/barang (harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penurunan nilai akibat
penyusutan) lebih besar dari nilai wajar saat diterima kembali modal mudharabah non
kas (barang). Akun ini disajikan sebagai penambah Pendapatan Bagi Hasil
Mudharabah.
7. Kerugian Pengembalian Aset Mudharabah (modal non kas) Akun ini dipergunakan
untuk mencatat selisih antara nilai bersih investasi mudharabah dengan modal non
kas/barang (harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penurunan nilai akibat
penyusutan) lebih kecil dari nilai wajar saat diterima kembali modal mudharabah non
kas (barang). Akun ini disajikan sebagai pengurang Pendapatan Bagi Hasil
Mudharabah.
Modal Mudharabah

Sesuai karekteristik LKS yang dalam melaksanakan kegiatannya tidak bergerak pada sektor
keuangan (moneter) dan sektor riil (non moneter), maka Lembaga Keuangan Syariah dalam
melakukan kegiatan usaha nya diperkenankan untuk menyerahkan modal mudharabah dalam
bentuk kas (uang tunai) dan bentuk non kas (barang) yang bermanfaat dalam melaksanakan
usaha mudharabah tersebut. Secara umum permasalahan yang terjadi dalam pembiayaan yang
dilakukan oleh Lembaga Keuangan adalah adanya penyalahgunaan dana yang diserahkan
Lembaga Keuangan kepada nasabah. Hal tersebut memungkinkan dilakukan oleh nasabah
karena yang diterima nasabah adalah uang. Dalam Lembaga Keuangan Syariah jika
dilaksanakan sesuai ketentuannya, memungkinkan memberikan modal sesuai kebutuhannya
yaitu dalam bentuk kas (uang tunai) dan non kas (barang) yang bermanfaat dalam usaha
mudharabah tersebut, sehingga penyalahgunaan dana oleh nasabah dapat dihindari.

Modal mudharabah juga diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh), bagian pertama butir 3
diatur sebagai berikut

“Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada
mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:

a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.


b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam
bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik
secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.”

Ketentuan tentang modal kas dan non kas serta hal-hal yang terkait dengan modal
mudharabah seperti jika terjadi kehilangan, terjadi menurunan modal mudharabah tersebut
tercantum dalam PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah ( prgf 12 sd 19) mengatur yaitu:

12. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada
pengelola dana.

13. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

a. investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan;
b. investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset
nonkas pada saat penyerahan:
i. jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya
diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu
akad mudharabah.
ii. jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian;

14. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang
atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.

15. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada
saat bagi hasil.

16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana.

17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (nonkas) dan barang
tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara
efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil.

18. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:

(a) persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi;

(b) tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang
telah ditentukan dalam akad; atau

(c) hasil keputusan dari institusi yang berwenang.

19. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar
oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.

A. Pembelian Aset mudharabah (modal non kas)


Untuk dapat memberikan modal non kas (barang) LKS terlebih dahulu memberi Aset yang
bermanfaat dengan usaha mudharabah tersebut. Atas aset mudharabah yang dibeli tersebut,
karena akan dipergunakan sebagai modal mudharabah (melaksanakan kegiatan usaha), maka
aset tersebut dicatat dalam persediaan sebesar harga perolehan, yaitu seluruh kas dan setara
kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aset hingga aset tersebut dapat dipergunakan atau
dijual

B. Penyerahan modal kas

Penyerahan modal mudharabah dapat dilakukan sesuai kebutuhan dari mudharib dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Penyerahan modal mudharabah dalam bentuk kas diatur
dalam PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah (prgf 12, 13. a dan 16) sebagai berikut:

12. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada
pengelola dana.

13. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

(a) investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan;

16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana. Sesuai ketentuan di atas penyerahan modal dalam
bentuk kas diukur sebesar jumlah uang yang diserahkan dan dianggap mulai berjalan
sejak dana tersebut diterima oleh pengalola dana. Dengan diserahkan modal dalam
bentuk kas, maka kewajiban komitmen pemilik dana akan berkurang sebesar modal
yang telah diserahkan

C. Penyerahan modal non kas (barang)

Dalam transaksi mudharabah pemilik dana (mudharib) diperkenankan menyerahkan modal


dalam bentuk non kas atau dalam bentuk barang yang bermanfaat atau terkait dengan
kegiatan usaha yang dilakukan. Hal itu sesuai dengan PSAK 105 tentang Akuntansi
Mudharabah (prgf 12 sd 17) yang mengatur sebagai berikut:

12. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada
pengelola dana.

13. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:


(b) investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset
nonkas pada saat penyerahan:

(i) jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya
diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu
akad mudharabah.

(ii) jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian;

16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana.

17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (nonkas) dan barang
tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara
efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil.
Jika penyerahan modal non kas atau barang harus dilakukan penilaian harga wajar
pada saat penyerahan. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak modal
mudharabah tersebut diterima oleh pengelola dana.

Oleh karena dalam penyerahan modal mudharabah non kas diukur dengan nilai wajar saat
penyerahan sedangkan modal non kas (barang) memiliki harga perolehan sebagai nilai
tercatat, maka mengakibatkan :

1. Nilai wajar saat penyerahan modal non kas mudharabah lebih besar dari niliai tercatatnya.
2. Nilai wajar saat penyerahan modal non kas mudharabah lebih kecil dari nilai tercatatnya

1. Nilai wajar modal non kas (barang) lebih besar dari nilai tercatatnya

Sebelum penyerahan modal mudharabah dalam bentuk non kas (barang), LKS
melakukan pengadaan aset mudharabah yang tercatat pada persediaan sebesar harga
perolehan. Sedangkan pada saat modal non kas (barang) diserahkan kepada mudharib
harus dilakukan penilaian sesuai dengan nilai wajar saat penyerahan sehingga dapat
terjadi perbedaan antara nilai tercatat dengan nilai wajar saat penyerahan. Jika nilai
wajar lebih besar dari nilai tercatatnya sehingga timbul keuntungan dan diakui sebagai
keuntungan mudharabah tangguhan dan diamortisasi selama jangka waktu akad.
2. Nilai wajar modal non kas (barang) lebih kecil dari nilai tercatatnya

Kemungkinan lain penyerahan modal mudharabah non kas (barang) adalah nilai wajar
saat penyerahan lebih kecil dari nilai tercatatnya, Jika terjadi demikian maka selisih
nilai wajar dan nilai tercatat diakui sebagai kerugian sekaligus saat terjadinya.

3. Nilai wajar modal non kas sama dengan nilai tercatat

Dapat saja nilai wajar saat penyerahan sama dengan nilai tercatat modal mudharabah
non kas tersebut sehingga tidak timbul keuntungan atau kerugian dengan penyerahan
modal mudharabah non kas tersebut

D. Modal mudharabah hilang dan penurunan sebelum dimulai usaha

Dalam Investasi Mudharabah kegiatan usaha mudharabah baru bisa dianggap mulai berjalan
sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola, termasuk modal
mudharabah non kas (barang) dalam kondisi siap dipergunakan, sehingga tidak menutup
kemungkinan sebagian Investasi Mudharabah tersebut hilang sebelum usaha dimulai atau
berjalan. Atas penurunan nilai investasi mudharabah sebelum usaha dimulai yang disebabkan
hilang atau faktor lain bukan kesalahan pengelola diatur dalam PSAK 105 (prgf 14, 16,18)
sebagai berikut:

14. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang
atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.

16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana.

18. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:

a. persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi;


b. idak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau
yang telah ditentukan dalam akad; atau
c. hasil keputusan dari institusi yang berwenang. Dari ketentuan dapat
dikategorikan dalam
i. hilang dimana nilai modal non kas sudah tidak ada lagi (nilainya sudah
tidak ada lagi) dan
ii. penurunan nilai dimana nilai modal non kas (barang) tersebut masih ada
namun lebih rendah dari sebelumnya (berkurang sebagian).

1. Penurunan akibat hilang sebelum dimulai

Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana, sehingga dapat terjadi penurunan nilai modal
mudharabah akibat hilang sebelum usaha dimulai. Jika nilai investasi mudharabah
turun sebelum usaha dimulai disebabkan hilang yang bukan kelalaian atau kesalahan
pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan
mengurangi saldo investasi mudharabah.

2. Penurunan nilai sebelum dimulai akibat lain

Selain penurunan nilai akibat hilang, dimana seluruh nilai tidak ada lagi maka dapat
terjadi penurunan nilai terjadi sebagai akibat lain seperti kerusakan dan sebagainya
sehingga mengakibatkan penurunan nilai sebagian (tdak seluruhnya nilai hilang). Jika
nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak atau faktor
lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai
tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah.

E. Penurunan dan hilang setelah usaha dimulai

Setelah usaha dimulai investasi mudharabah dapat terjadi penurunan investasi mudharabah
akibat hilang atau akibat penurunan lain seperti rusak. Jika terjadi demikian maka PSAK 105
tentang akuntansi mudharabah mengatur sebagai berikut:

15. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada
saat bagi hasil.

16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah
diterima oleh pengelola dana.

17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (nonkas) dan barang
tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara
efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil.
18. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:

a. persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi;


b. tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang
telah ditentukan dalam akad; atau
c. hasil keputusan dari institusi yang berwenang

Dari ketentuan dalam dikategorikan dua hal yaitu

1. hilang bukan kesalahan pengelola dan


2. penurunan nilai aset termasuk penurunan akibat dari penyusutan modal non kas
mudharabah
1. Penurunan akibat hilang setelah dimulai usaha

Penurunan yang terjadi setelah usaha mudharabah dimulai dapat diakibatkan atas
hilangnya investasi mudharabah, khususnya modal mudharabah non kas (barang). Jika
sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada
saat bagi hasil. Indikasi kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain,
ditunjukkan oleh:

a. persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi;


b. tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau
yang telah ditentukan dalam akad; atau
c. hasil keputusan dari institusi yang berwenang.
2. Penurunan nilai modal non kas (barang) setelah usaha dimulai akibat lain

Penurunan nilai investasi mudharabah setelah usaha dimulai dapat disebabkan akibat
lain seperti kerusakan dan sebagainya (khusunya modal mudharabah non kas). Jika
terjadi penurunan nilai investasi mudharabah pada saat atau setelah barang
dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian
tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat
pembagian bagi hasil. Penurunan tersebut sebagai pengurang bagi hasil investasi
mudharabah atau merupakan pengurang hasil investasi mudharabah

3. Penurunan akibat penyusutan modal non kas (barang)


Modal mudharabah dapat diberikan dalam bentuk kas dan atau dalam bentuk non kas
(barang) yang bermanfaat dalam usaha mudharabah, oleh karena itu penurunan nilai
investasi dapat terjadi akibat penurunan modal non kas (barang) yang antara lain
disebabkan adanya penyusutan aset tersebut. Dalam PSAK 105 tidak mengatur secara
tegas tentang penurunan akibat penyusutan modal non kas tersebut, namun dalam
paragraf 17 dinyatakan sebagai berikut:

17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (nonkas) dan
barang tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang
dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian
tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada
saat pembagian bagi hasil. Dari ketetentuan ini tersirat penurunan nilai investasi
mudharabah dari modal non kas (barang), yang pengakuannya tidak langsung
mengurangi investasi mudharabah tetapi diperhitungkan pada saat bagi hasil.

Anda mungkin juga menyukai