Anda di halaman 1dari 41

Nama Kelompok :

1. Haidar Adi Wicaksono


2. Caesar Rachmad Ghunawan 180810301144
3. Luthfi Al Hakim 180810301081
4. Muhammad Ilham Ramadhani 180810301094
AKUNTANSI MUDHARABAH
Definisi:
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha
antara dua pihak di mana pihak pertama (pemilik
dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan
pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku
pengelola, dan keuntungan dibagi di antara
mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
financial hanya ditanggung oleh pemilik dana.

Dasar Pengaturan
PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah
AKUNTANSI MUDHARABAH
• Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah
dimana pemilik dana memberikan kebebasan
kepada pengelola dana dalam pengelolaan
investasinya.
• Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah
dimana pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola dana, antara lain mengenai tempat,
cara, dan atau obyek investasi.
• Mudharabah musytarakah adalah bentuk
mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerjasama investasi.
Karakteristik:

1. Dalam penyaluran mudharabah tidak ada


jaminan, namun agar pengelola dana tidak
melakukan penyimpangan maka pemilik dana
dapat meminta jaminan dari pengelola dana
atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat
dicairkan apabila pengelola dana terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang
telah disepakati bersama dalam akad.
2. Pengembalian dana mudharabah dapat
dilakukan secara bertahap bersamaan dengan
distribusi bagi hasil atau secara total pada saat
akad mudharabah diakhiri.
3. Jika dari pengelolaan dana mudharabah
menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah
bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola
dana ditentukan berdasarkan nisbah yang
disepakati dari hasil usaha yang diperoleh
selama periode akad. Jika dari pengelolaan dana
mudharabah menimbulkan kerugian, maka
kerugian finansial menjadi tanggungan pemilik
dana.
Jenis Transaksi Mudharabah
• Mudharabah Mutlaqah
Menurut Mutlaqah dalam PSAK 59 diterjemahkan menjadi
“Investasi Tidak Terikat” untuk penghimpunan dana dan
“Pembiayaan Mudharabah” untuk penyaluran dana.
• Mudhrabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah dalam PSAK 59 diterjemahkan
menjadi sebagai investasi terikat apabila pemilik dana
memberikan syarat-syarat tertentu kepada mudharib dalam
pengelolaan dana.
• Mudharabah Musytarakah
Perpaduan akad mudharabah dengan akad musyarakah yaitu
akad mudharabah dimana pengelola dana memiliki kontribusi
modal dalam usaha tersebut sebagaimana kontribusi modal
dalam musyarakah (dalam mudharabah seluruh dana berasal dari
pemilik dana)
Alur Transaksi Mudharabah
Akun-akun dalam Akuntansi Pemilik Dana Mudharabah
• Investasi Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat modal mudharabah
yang telah diberikan oleh pemilik dana kepada pengelola dana,
baik modal kas maupun modal non kas (barang).
• Piutang Pendapatan Bagi Hasil
Akun ini dipergunakan untuk membukukan bagi hasil yang
telah dihitung oleh nasabah tetapi belum diserahkan kepada LKS
sebagai pemilik dana, sebesar prosi LKS sebagai pemilik dana.
• Piutang kepada Mudharib
Akun ini dipergunakan untuk mencatat modla mudharabah
yang telah jatuh tempo dan belum diserahkan kembali oleh
pengelola dana, juga dipergunakan untuk mencatat kerugian
pengelolaan dana mudharabah yang merupakan kelalaian dari
pengelola dana.
Akun-akun dalam Akuntansi Pemilik Dana Mudharabah
• Cadangan Penyisihan Kerugian Investasi
Akun ini dipergunakan untuk membukukan pembentukan
penyisihan kerugian yang dibentuk atas investasi mudharabah.
Akun ini dikredit pada saat pembentukan penyisihan kerugian dan
didebet pada saat digunakan untuk penghapusan investasi
mudharabah.
• Keuntungan Mudharabah Tangguhan
Akun ini dipergunakan untuk membukukan selisih antara nilai
wajar dan nilai tercatat penyerahan modal mudharabah non kas
dimana nilai wajar lebih besari dari nilai tercatat.
• Akumulasi Penurunan Nilai (Penyusutan) Aset Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk membukukan akumulasi
penurunan nilai akibat penysutuan yang dilakukan oleh pemilik
dana atas modla mudharabah non kas yang dipergunakan dalam
usaha mudharabah.
Akun-akun dalam Laporan Laba Rugi
• Penepatan Bagi Hasil Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk membukukan pembentukan
penyisihan kerugian yang dibentuk atas investasi mudharabah.
Akun ini dikredit pada saat pembentukan penyisihan kerugian dan
didebet pada saat digunakan untuk penghapusan investasi
mudharabah.
• Beban Kerugian Investasi Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk membukukan kerugian yang
timbul dalam investasi mudharabah yang disebabkan antara lain
kehilangan, kerusakan penurunan nilai sebelum usaha dimulai dan
bukan kelalaian atau kesalahan pengelola.
• Akumulasi Penurunan Nilai (Penyusutan) Aset Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk membukukan keuntungan
mudharabah atas penyerahan modal non kas, sebesar amortisasi
keuntungan mudharabah tangguhan.
Akun-akun dalam Laporan Laba Rugi
• Kerugian Penyerahan Aset Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk membukukan kerugian atas
penyerahan modal mudharabah non kas, dimana nilai wajar lebih
kecil dari nilai tercatat modal non kas yang diserahkan.
• Biaya Penurunan Nilai (Penyusutan) Aset Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat kerugian yang timbul
akibat penurunan aset mudharabah setelah dimulai usaha sebagai
akibat kehilangan atau penurunan nilai aset mudharabah
termasuk penyusutan yang dilakukan.
• Keuntungan Pengembalian Aset Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat selisih antara nilai
bersih investasi mudharabah dengan modal non kas.
• Kerugian Pengembalian Aset Mudharabah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat selisih antara nilai
bersih investasi mudharabah dengan modal non kas.
Persetujuan Investasi Mudharabah oleh Pemilik Dana
Oleh karena penyerahan modal mudharabah dapat dilakukan
secara bertahap, maka sebelum diserahkan seluruh modal
mudharabah kepada mudharib tersebut merupakan kewajiban
komitmen dari pemilik dana.
Contoh:
Pada tanggal 15 Januari 2008 LKS “Amal Sejahtera”
menyetujui untuk memberikan modal mudharabah kepada
Zainudin, seornag pengusaha tekstil di Medan, sebesar Rp
50.000.000. Pembagian hasil usaha disepakati 70 untuk LKS
“Amal Sejahtera” dan 30 untuk Zainudin, untuk jangka waktu 2
tahun, yaitu sampai dengan 15 Januari 2010.
Atas persetujuan Investasi Mudharabah, LKS “Amal Sejahtera”
memiliki kewajiban komitmen atas modal mudharabah kepada
Zainudin sebesar Rp 50.000.000,00 sehingga LKS melakukan
jurnal sebagai berikut:
Kontra Komitmen Investasi Mudharabah 50.000.000
Kewajiban Komitmen Investasi Mudharabah 50.000.000
Modal Mudharabah

Sesuai dengan karakteristik Lembaga Keuangan Syariah yang


dalam melaksanakan kegiatannya tidak bergerak pada sektor
keuangan maupun sektor riil, maka Lembaga Keuangan
Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya diperkenankan
untuk menyerahkan modal mudharabah dalam bentuk kas
(uang tunai) dan non kas (barang) yang bermanfaat dalam
melaksanakan usaha mudharabah tersebut.
Ketentuan terkait dengan modal kas dan non kas serta hal – hal yang terkait
dengan modal mudharabah seperti jika terjadi kehilangan, terjadi penurunan modal
mudharabah tercantum dalam PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah (paragraf 12
– 19) yang mengatur :

12. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai dana
investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non kas
pada pengelola dana.
13. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut :
a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan
b. Investasi mudharabah dalam bentuk non kas diukur sebesar nilai wajar aset non
kas pada saat penyerahan :
(i). Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya diakui
sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad
mudharabah
(ii). Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian
14. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak,
hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesahalan pihak pengelola dana,
maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo
investasi mudharabah.
15. Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha
tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian
tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.
16. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal
usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana.
17. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam bentuk barang (non
kas) dan barang tersebut mengalami penurunan nilai saat atau setelah
barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah,
maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun
diperhitungkan saat pembagian bagi hasil.
18. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain ditunjukkan oleh :
a. persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi
b. tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/
atau yang telah ditentukan dalam akad; atau
c. hasil keputusan dari institusi yang berwenang.
19. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan
belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui
sebagai piutang.
Modal mudharabah juga diatur dalam Fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan
Mudharabah (Qiradh), bagian pertama butir 3 diatur sebagai berikut :

Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh


penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat
sebagai berikut :
 Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya
 Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal
diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai
pada waktu akad
 Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai
kesepakatan dalam akad.
Pembelian aset mudharabah yang dipergunakan
sebagai modal non kas mudharabah

Tanggal 5 Januari 2008, LKS Amal Sejahtera melakukan pembelian mesin


tekstil sebanyak 4 buah dengan harga Rp 18.800.000,00 yang akan
dipergunakan sebagai modal dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Atas pembelian mesin tekstil tersebut, LKS Amal Sejahtera pada tanggal 5
Januari 2008 melakukan jurnal sebagai berikut :

Dr. Persediaan / Aset Mudharabah Rp 18.800.000,00


Cr. Kas / Rekening Suplier Rp 18.800.000,00
Penyerahan modal mudharabah dalam
bentuk non kas (barang)

LKS Amal Sejahtera menyerahkan 5 buah mesin tekstil kepada


Zainudin dengan harga wajar Rp 20.000.000,00. Mesin tersebut dibeli
dengan harga perolehan Rp 20.000.000,00.
Jurnal yang dilakukan yaitu :
Dr. Investasi Mudharabah Rp 20.000.000,00
Cr. Persediaan / Aset Mudharabah Rp 20.000.000,00
Penyerahan modal mudharabah dalam
bentuk kas (uang tunai)
Atas persetujuan pemberian modal mudharabah kepada Zainudin,
pada tanggal 25 Januari 2008 LKS Amal Sejahtera penyerahan modal
mudharabah dalam bentuk uang tunai, sebesar Rp 30.000.000,00
kepada Zainudin.
Atas penyerahan modal mudharabah dalam bentuk uang tunai di LKS
Amal Sejahtera kepada Zainudin tersebut, maka LKS Amal Sejahtera
melakukan jurnal sebagai berikut :

Dr. Investasi Mudharabah Rp 30.000.000,00


Cr. Rekening mudharib Rp 30.000.000,00

Dr. Kewajiban Komitmen Investasi Mudharabah Rp 30.000.000,00


Cr. Kontra Komitmen Investasi Mudharabah Rp 30.000.000,00
Bagi Hasil Mudharabah
Dalam melakukan pembagian hasil usaha, LKS dapat mempergunakan
salah satu prinsip pembagian hasil usaha yang disepakati pada awal
akad, yaitu prinsip bagi hasil dan bagi untung. Dalam Fatwa Dewan
Syariah Nasional nomor 15/DSN-MUI/IX/2000 tentang Prinsip Distribusi
Hasil Usaha Dalam Lembaga Keuangan Syariah dijelaskan :

Pertema : Ketentuan Umum


1. Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net
Revenue Sharing) maupun Bagi Untung (Profit Sharing) dalam
pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya.
2. Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah), saat ini, pembagian hasil
usaha sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing).
3. Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus
disepakati dalam akad.
Tanggal 20 Februari 2008 LKS “Amal Sejahtera” menerima bagi hasil
dari Zainudin yang menjadi hak LKS sebesar Rp3.500.000,00 (70% x
Rp5.000.000) yang dibayar dengan tunai. Atas penerimaan bagi hasil
tersebut LKS “Amal Sejahtera” sebagai pemilik dana melakukan jurnal
sebagai berikut:
Dr. Kas/Rekening Zainudin Rp3.500.000,00
Cr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah Rp3.500.000,00
Kerugian Mudharabah
Dalam prinsip mudharabah terdapat ketentuan bahwa jika terjadi kerugian dalam
pengelolaan modal mudharabah, bukan kesalahan pengelola maka kerugian
financial menjadi beban pemilik dana. Dalam PSAK 105 tentang Akuntansi
Mudharabah, dijelaskan perlakukan akuntansi untuk kerugian mudharabah
sebagai berikut:

21. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah
berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:
(a) investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan
(b) pengembalian investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau
kerugian .
23. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada
pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.
Cara pengakuan kerugian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
• langsung, dalam arti pengakuan kerugian berpengaruh langsung pada modal
investasi mudharabah (langsung mengurangi investasi Mudharabah)
• tidak langsung yaitu dilakukan pembentukan penyisihan kerugian sesuai
dengan kualitas investasi mudharabah. Pengurangan investasi mudharabah
atas kerugian dilakukan dari akumulasi penyisihan kerugian yang telah
dibentuk.
Penerimaan Kembali Modal Mudharabah
PSAK 105 hanya mengatur pengembalian modal mudharabah akad
mudharabah berakhir dan pengelola dana (mudharib) belum
mengembalikan modal mudharabah maka oleh pemilik dana diakui
sebagai piutang kepada mudharib.

Pengembalian Kembali Modal Kas


Tanggal 15 Januari 2010 Zainudin sesuai kesepakatan dalam akad,
LKS Amal Sejahtera menerima pengembalian modal mudharabah kas
sebesar Rp30.000.000,00.
Atas penerimaan kembali modal mudharabah tersebut, LKS Amal
Sejahtera melakukan jurnal sbb:

Dr. Rekening mudharibRp30.000.000,00


Cr. Investasi Mudharabah Rp30.000.000,00
Penerimaan kembali modal mudharabah (lanjut…..)
Pengembalian dana non kas dinilai dengan nilai wajar yang mana dapat
terjadi nilai wajar lebih besar dari nilai modal atau nilai wajar lebih kecil
dari modal tercatat.

Nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat modal


Dalam catatan LKS sebagai pemilik dana diketahui bahwa modal non
kas (barang) saat penyerahan sebesar Rp20.000.000,00 dan dengan
berjalannya waktu LKS telah melakukan penilaian penurunan
(penyusutan) modal mudharabah non kas (barang) sampai akir akad (24
bulan) sebesar Rp19.200.000,00. Nilai wajar saat penyerahan sebesar
Rp2.500.000,00
Jurnal:
Dr. Persediaan/Aset Mudharabah Rp 2.500.000,00
Dr. Akumulasi penurunan nilai (penyusutan) Rp19.200.000,00
Cr. Investasi Mudharabah Rp20.000.000,00
Cr.
Keuntungan Pengembalian Aset Rp 1.700.000,00
Mudharabah
Penerimaan kembali modal mudharabah (lanjut…..)
Nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat modal
Dalam catatan LKS sebagai pemilik dana diketahui bahwa modal non
kas (barang) saat penyerahan sebesar Rp20.000.000,00 dan dengan
berjalannya waktu LKS telah melakukan penilaian penurunan modal
mudharabah non kas (barang) sampai akir akad (24 bulan) sebesar
Rp19.200.000,00. Nilai wajar saat penyerahan sebesar Rp150.000,00

Jurnal:
Dr. Persediaan/Aset Mudharabah Rp 150.000,00
Dr. Akumulasi Penurunan nilai
(Penyusutan) Rp 19.200.000,00
Dr. Kerugian Pengembalian Aset
Mudharabah Rp 650.000,00
Cr. Investasi Mudharabah Rp 20.000.000
Penerimaan kembali modal mudharabah (lanjut…..)
Investasi Mudarabah Jatuh Tempo
Pengelola mengembalikan modal sesuai dengan arus kas usahanya sehingga ada
kemungkinan pada saat jatuh tempo, pengelola masih belum mengembalikan dananya.
Tanggal 15 Januari 2010 sesuai kesepakatan dalam akad, modal mudharabah jatuh
tempo untuk dikembalikan oleh Zainudin. Sampai tanggal tersebut Zainudin tidak
mengembalikan modal kas sebesar Rp30.000.000,00
Jurnal:
Dr. Piutang Mudharib Rp30.000.000,00
Cr. Investasi Mudharabah Rp30.000.000,00

Pelunasan Investasi Mudharabah


Modal mudharabah berakhir sesuai dengan semestinya.
Tanggal 15 Januari 2010, LKS “Amal Sejahtera” menerima pengembalian modal
mudharabah kas sebesar Rp30.000.000,00 dan modal non kas sebesar
Rp20.000.000,00 Selama usaha berjalan tidak ada kerugian yang harus ditanggung oleh
LKS Amal Sejahtera sebagai pemilik dana
Jurnal:
Dr. Rekening mudharib Rp50.000.000,00
Cr. Investasi Mudharabah Rp50.000.000,00
AKUNTANSI PENGELOLA DANA (MUDHARIB)
Akun-akun dalam Akuntansi Pengelola Dana (mudharib)
• Akun-akun untuk laporan posisi keuangan
Dana Syirkah Temporer: Akun ini digunakan untuk membukukan
penghimpunan dana atau sumber dana yang mempergunakan prinsip
mudharabah
Bagi Hasil Diumumkan Belum Dibagi (Kewajiban Bagi Hasil): Hak pihak
ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diumumkan dan belum
dibagikan kepada pemilik dana
Aset Mudharabah/Persediaan: Akun ini digunakan untuk mencatat
penerimaan modal non kas yang diberikan oleh pemilik dana yang akan
digunakan dalam usaha mudharabah
Hutang kepada LKS: Akun ini digunakan untuk mencatat modal mudharabah
yang telah jatuh tempo dan belum diserahkan kembali kepada pemilik dana
• Akun-akun untuk laporan posisi L/R
Hak pihak ketiga atas Bagi Hasil: Akun ini digunakan untuk membukukan
bagian hasil usaha yang menjadi milik investor
Kerugian Mudharabah: Akun ini digunakan untuk mencatat kerugian yang
harus ditanggung oleh pengelola akibat kelalaian atau kesalahan dari pengelola
Modal mudharabah
Penerimaan modal mudharabah kas
Tanggal 25 Januari 2008 Zainudin modal mudharabah berupa uang tunai
sebesar Rp30.000.000,00 dari LKS “Amal Sejahtera”
Atas penerimaan modal mudharabah dalam bentuk uang tunai tersebut,
maka Zainudin melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas/rekening Bank Rp30.000.000,00
Cr. Dana Syirkah Temporer Rp30.000.000,00

Penerimaan modal mudharabah non kas


Tanggal 27 Januari 2008 Zainudin sebagai pengelola dana menerima 5
buah mesin textil dari LKS “Amal Sejahtera” sebagai pemilik dana
dengan nilai wajar saat penyerahan sebesar Rp20.000.000,00
Atas penyerahan modal mudharabah non kas (barang) tersebut, diukur
sebesar nilai wajar saat penyerahan. Oleh karena itu jurnal yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Dr. Aktiva Tetap/Persediaan Rp20.000.000,00
Cr. Dana Syirkah Temporer Rp20.000.000,00
Pengembalian modal mudharabah
Pengembalian Modal Mudharabah Kas
Tanggal 15 Januari 2010 (jatuh tempo/berakhi akad mudharabah) sesuai
kesepakatan dalam akad mudharabah Zainudin sebagai pengelola dana
menyerahkan kembali modal mudharabah kas kepada LKS “Amal Sejahtera”
sebesar Rp30.000.000,00
Dari transaksi pengembalian modal mudharabah kepada pemilik dana
tersebut, Zainudin melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Dana Syirkah Temporer Rp30.000.000,00
Cr. Kas/Rekening Bank Rp30.000.000,00

Pengembalian Modal Mudharabah Non Kas


Tanggal 15 Januari 2010 jatuh tempo atau berakhirnya akad mudharabah
dengan LKS Amal Sejahtera, dilakukan penyerahan modal mudharabah non
kas (barang) sebesar Rp20.000.000,00 (nilai wajar saat penyerahan awal
akad).
Atas penyerahan kembali modal mudharabah non kas tersebut, Zainudin
melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Dana Syirkah Temporer Rp20.000.000,00
Cr. Aset Mudharabah/Aktiva Tetap Rp20.000.000,00
Pengembalian modal mudharabah
Jatuh tempo Modal Mudharabah
Pada tanggal 15 januari 2010 dengan berakhirnya akad
mudharabah Zainudin tidak dapat mengembalikan modal
mudharabah kas kepada LKS Amal Sejahtera sebesar
Rp30.000.000,00
Atas modal mudharabah yang telah jatuh tempo akibat
berakhirnya akad mudharabah dan belum dapat melakukan
pengembalian tersebut, maka Zainudin melakukan jurnal
sebagai berikut:
Dr. Dana Syirkah TemporerRp30.000.000,00
Cr. Hutang LKS Rp30.000.000,00
Pembagian hasil Usaha
Dalam PSAK 105 tentang Akuntansi Mudharabah dijelaskan ketentuan
tentang bagi hasil sebagai berikut:
• Pengelola dana mengakui pendapatan atas penyaluran dana syirkah
temporer secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik
dana
• Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua
prinsip, yaitu bagi laba atau bagi hasil.
• Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah
diumumkan dan belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai
kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.
• Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola
dana diakui sebagai beban pengelola dana.
Pembagian hasil Usaha
Dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh Zainudin sebagai pengelola
dana, hak bagi hasil LKS “Amal Sejahtera” sebesar Rp3.500.000,00.
Karena sesuatu hal sampai tutup buku belum dibayar.
Dr. Hak Pihak Ketiga Atas Bagi hasil Rp 3.500.000,00
Cr. Bagi Hasil Diumumkan Belum Dibagi Rp3.500.000,00

Akun “Bagi Hasil Diumumkan Belum Dibagi” disajikan dalam kelompok


kewajiban neraca Zainudin sebagai pengelola dana. Pada saat
dilakukan pembayaran bagi hasil kepada LKS Amal Sejahtera, maka
jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut
Dr. Bagi Hasil diumumkan belum dibagi Rp3.500.000,00
Cr. Kas/Rekening Bank Rp3.500.000,00
DANA SYIRKAH TEMPORER

1. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima


oleh Bank dimana Bank mempunyai hak untuk mengelola
dan menginvestasikan dana, baik sesuai dengan
kebijakan Bank atau kebijakan pembatasan dari pemilik
dana, dengan keuntungan dibagikan sesuai dengan
kesepakatan. Dalam hal dana syirkah temporer berkurang
disebabkan kerugian normal yang bukan akibat dari
unsur kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau
pelanggaran kesepakatan, maka Bank tidak berkewajiban
atau menutup kerugian atau kekurangan dana tersebut.
2. Contoh dari dana syirkah temporer adalah penerimaan
dana dari investasi mudharabah muthlaqah, mudharabah
muqayyadah, musyarakah, danakun lain yang sejenis.

3. Hubungan antara Bank dan pemilik dana merupakan


hubungan kemitraan berdasarkan akad mudharabah muthlaqah,
mudharabah muqayyadah atau musyarakah. Bank mempunyai
hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana yang diterima
dengan atau tanpa batasan seperti mengenai tempat, cara,
atau obyek investasi.
4. Pemilik dana memperoleh bagian atas keuntungan
sesuai kesepakatan dan menerima kerugian berdasarkan
jumlah dana dari masing-masing pihak. Pembagian hasil
dana syirkah temporer dapat dilakukan dengan:
a.Konsep bagi laba (profit sharing),
b.Konsep bagi hasil (gross profit margin atau dalam
fatwa disebut net revenue sharing).

5. Untuk Bank yang menggunakan metode bagi


laba (profit sharing) dalam akad mudharabah, jika
usaha Bank atas pengelolaan dana nasabah (pemilik
dana, shahibul maal) mengalami kerugian maka
seluruh kerugian ditanggung oleh nasabah (pemilik
dana, shahibul maal), kecuali jika ditemukan adanya
kelalaian atau kesalahan Bank sebagai pengelola
dana (mudharib).
6. Untuk Bank yang menggunakan metode bagi hasil (gross
profit margin atau dalam fatwa disebut net revenue sharing),
maka nasabah (pemilik dana, shahibul maal) tidak akan
kehilangan nilai awal investasinya, kecuali Bank dilikuidasi
dengan kondisi realisasi aset lebih kecil dari liabilitas.

7. Kelalaian atau kesalahan Bank sebagai pengelola dana,


antara lain, ditunjukkan oleh:

a.Tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan di dalam


akad
b.Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur)
yang lazim dan/atau yang telah ditentukan didalam akad
c.Hasil putusan dari badan arbitrase atau pengadilan
8. Dana syirkah temporer terdiri dari dana
mudharabah dalam hal Bank sebagai pengelola
dana (mudharib) dan musyarakah dalam hal Bank
sebagai mitra aktif.

9. Mudharabah dibedakan berdasarkan


pembatasan penggunaan dana menjadi
mudharabah mutlaqah dan mudharabah
muqayadah.
10. Dana mudharabah disajikan sebagai dana syirkah
temporer dengan memisahkan antara:
- Dana mudharabah yang berasal dari Bank
- Dana mudharabah yang berasal dari pihak ketiga bukan
Bank.

11. Bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan


dan telah jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada
nasabah disajikan dalam pos kewajiban segera.
12. Bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan
pada akhir periode tetapi belum jatuh tempo disajikan
dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan.
Dana musyarakah disajikan sebagai dana syirkah
temporer dalam neraca dengan memisahkan antara:

- Dana musyarakah yang berasal dari Bank


- Dana musyarakah yang berasal dari pihak ketiga bukan
Bank.
14. Bagi hasil dana musyarakah yang sudah diperhitungkan dan
telah jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada nasabah
disajikan dalam pos kewajiban segera.

15. Bagi hasil dana musyarakah yang sudah diperhitungkan pada


akhir periode tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi
hasil yang belum dibagikan.
1. Pada saat penerimaan setoran:
 Db. Kas/kliring
 Kr. Dana syirkah temporer-tabungan/deposito
mudharabah
2. Pada saat penarikan tabungan:
 Db. Dana syirkah temporer-tabungan/deposito
mudharabah
 Kr. Kas/pemindahbukuan/kliring
3. Pada saat dilakukan perhitungan bagi
hasil:
 Db. Bagian pihak ketiga atas pendapatan
 Kr. Bagi hasil yang belum dibagikan
4. Pada saat pembayaran bagi hasil:
 Db. Bagi hasil yang belum dibagikan
 Kr. Kas/rekening…/kliring
5. Pada saat deposito mudharabah
jatuh tempo:
 Db. Dana syirkah temporer -deposito
mudharabah
 Kr. Kas/rekening…/kliring

Anda mungkin juga menyukai