Anda di halaman 1dari 31

AKUNTANSI

MUDHARABAH
KELOMPOK 4
FIFI VERISKA YULIA INTAN PUDYASTUTI

VINKY AUDIA DAMAYANTI LAILA NISFIYAH

VERONICA YOSI
PUASASARI
SUCI LESTARI

ANNISA FARADILA EMA ELYANA

DWI AMELIA OKTAVIANI


KARAKTERISTIK

Dalam pelaksanaannya mudharabah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

01 Mudharabah Mutlaqah 02 Mudharabah Muqayyadah


yaitu akad mudharabah yaitu akad mudharabah
dimana pemilik dana dimana pemilik dana
memberikan kebebasan memberikan batasan
kepada pengelola dana kepada pengelola dana
dalam pengelolaan investasi mengenai tempat, cara, dan
objek investasi
PRINSIP PEMBAGIAN HASIL USAHA

Pembagian hasil usaha mudharabah Sedangkan jika berdasarkan prinsip


dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah
bagi hasil atau bagi laba. laba neto (net profit) yaitu laba bruto
Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, dikurangi beban yang berkaitan
maka dasar pembagian hasil usaha dengan pengelolaan dana mudharab
adalah laba bruto (gross profit) buka ah.
n total pendapatan usaha (omset).
AKUNTANSI UNTUK PEMILIK DANA
(SHAHIBUL MAAL)
1. Pengakuan Dan Pengukuran Investasi Mundharabah
PSAK No. 105(2007) mengatur pengakuan pembiayaan mundharabah sebagai berikut:
a) Dana mundharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mundharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non kas kepada
pengelolaan dana.
b) Pengukuran investasi mundharabah diatur sebagai berikut:
1. Investasi mundharobah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan ;
2. Investasi mundharobah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai aset non kas
pada saat penyerahan :
a) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada niali tercatatnya diakui,maka selisihnya diakui
sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasikan sesuai jangka waktu akad
mundharobah
b) Nika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai
kerugian. (Paragraf 12 dan 13 PSAK 105,2007)
atas dasar pengatursn diatas, maka pemilik dana akan membuat jurnal untuk mencatat transaksi
mundharabah sebagai berikut:
• Pembiayaan mundharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang yang diberikan. Jurnal
yang dibuat adalah sebai berikut : (mial, investasi mundharabah Rp 100.000.000,-)

Misalnya , tanggal 1 Maret 2011, bank syariah (pemilik dana) memberikan pembiayaan
mundharabah kepada nasabah Tn. Ali dengan menyerahkan mesin. Nilai buku mesin tersebut
adalah Rp 300.000.000,00 dan menurut penilaian, nilai wajar mesin tersebut adalah Rp
280.000.000,00 maka dalam hal ini bank syariah akan mencatat pada saat akad 1 Maret 2011
sebagai berikut:
Bila nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya diakui sebagai
keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mundharobah.
Berdasarkan contoh diatas misalnya, menurut penilaian ,nilai wajar mesin tersebut adalah
Rp320.000.000 , maka selisih Rp 20.000.000 diakui sebagai ‘keuntungan tangguhan’ yang
akan membuat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut,sebagai berikut:

Apabila akad mundharabah diumpamakan selama 20 bulan, maka amortisasi ‘keuntungan


tangguhan’ per bulan adalah Rp 1.000.000 (Rp 20.000.000 : 20)dan jurnal yang dibuat untuk
mengamortisasi ‘keuntungan tangguhan’ perbulan adalah sebagai berikut:
2. Investasi mundharobah turun nilai atau hilang
Jika investasi mundharobah turun sebelum usaha dimulai disebabkan pengelolaan dana
, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugin dan mengurangi saldo investasi
mundharobah (Paragraf 14, PSAK 105,2007)
Untuk kondisi ini,maka pemilik dana harus membuat jurnal untuk mengakui terjadinnya k
erugian karena terjadinya penurunan niali investasi mundharobah, sebagai berikut:

b. Jika sebagian investasi mundharobah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada
saat bagi hasil. (Paragraf 15, PSAK 105,2007)
c. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset nonkas dan aset nonkas ter
sebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakansecara ef
ektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung mengu
rangi jumlah investasi, namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil. ( paragra
f 17, PSAK 105,2007)
Jurnalnya :
Investasi Mudharabah Berakhir
Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akat jatuh tempo dan belum dibayar
oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.
Contoh jurnal :

Piutang jatuh tempo – pengelolaan Rp. XXX -


dana mudharabah
Investasi Mudharabah
- Rp. XXX

KAS Rp. XXX


Piutang jatuh tempo – Rp. XXXX
pengelolaan dana mudharabah
Penghasilan Usaha Mudharabah
Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui
dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati.
Jurnalnya :

Piutang Bagi Hasil Investasi Mudhar Rp. XXX -


abah
Pendapatan Bagi Hasil Investasi - Rp.XXX
Mudharabah
Pembayaran Kembali Pembiayaan
Bahwa pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara :

Investasi mudharabah Pengembalian inestasi


setelah dikurangi penyisihan mudharabah,
kerugian investasi diakui sebagai keuntungan
atau kerugian
Diumpamakan pengelola dana mengembalikan investasi mudharabah ke pemilik dana s
ebesar Rp 290 juta,-, investasi mudharabah Rp 300 Juta,- dan penyisihan kerugian
investasi mudharabah Rp 15 juta,-, maka selisih antara kas yang diterima Rp 290 juta,-
dengan Investasi Mudharabah bersih Rp 285,- = Rp 5 juta,- akan diakui sebagai
‘keuntungan investasi mudharabah’. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Dengan pembayaran kembali atas pembiayaan oleh pengelola dana maka jumlah invest
asi mudharabah pada pemilik dana akan berkurang dan di neraca akan dilaporkan seju
mlah sisa setelah pembayaran kembali. Dalam contoh kasus di atas saldo Investasi Mu
dharabah menjadi habis atau saldo nol.
Bila kas yang diterima dari pengelola dana adalah Rp 280 juta,-, maka selisih antara kas
yang diterima dan investasi mudharabah bersih adalah Rp 5 juta,- diakui sebagai kerugi
an investasi mudharabah. Berikut ini jurnal yang dibuat oleh pemilik dana:
Pengakuan Keuntungan
Atau Kerugian Mudharabah
PSAK No. 105 (2007) telah mengatur pengakuan keuntungan atau kerugian mudharabah dan metode
distribusi bagi hasil. Distribusi bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode,
yaitu gross profit sharing atau net profit sharing. Dalam gross profit sharing, bagi hasil dihitung dari
pendapatan setelah dikurangi harga pokok penjualan, sedangkan dalam net profit sharing, bagi hasil
dihitung dari gross profit sharing dikurangi dengan beban yang berkaitan langsung dengan pengelolaan
dana mudharabah.

Apabila pembiayaan melewati satu periode pelaporan


a. Keuntungan investasi mudharabah diakui pada saat terjadinya hak bagi hasil sesuai dengan nisbah
b. yang disepakati dan,
b. Kerugian yang terjadi diakui pada periode terjadinya kerugian tersebut dan mengurangi investasi
mudharabah
Contoh berikut ini

Metode bagi hasil


a. Bila gross profit sharing, dengan nisbah bank syariah (pemilik dana) : pengelola dana = 20 : 80 maka bagi hasil untuk:
Bank Syariah : 20% x Rp400.000,00 = Rp80.000,00
Pengelola : 80% x Rp400.000,00 = Rp320.000,00
b. Bila metode net profit sharing, nisbah bank syariah : pengelola = 80 : 20 maka bagi hasilnya:
Bank Syariah : 80% x Rp100.000,00 = Rp80.000,00
Pengelola : 20% x Rp100.000,00 = Rp20.000,00
Bagan hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang (paragraph 24, PSAK 105,2007).
AKUNTANSI UNTUK PENGELOLA DANA
(BANK SYARIAH ATAU ENTITAS LAIN SEBAGAI
MUDHARIB)
Perlakuan Akuntansi Dana yang Diterima Pengelola Dana Mudharabah (Mudharib)
Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer seb
esar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhi periode akuntansi, dana syirkah te
mpore diukur sebesar nilai tercatatnya. (Paragraf 25, PSAK 105,2007 ). Atas ketentuan ini, jurnal yang dib
uat oleh pengelola dana pada saat menerima dana Mudharabah adalah sebagai berikut :

Berikut ini contoh aplikasi akuntansi untuk pengelolaan dana mudharabah pada bank syariah.
Dana mudharabah yang diteima oleh penggelola dana dakui sebagaidana syirkah temporer pada saat terj
adinya sebesar jumlah yang diterima. Pada akhir peiode akuntansi. Dana syirkah temporer diukur sebagai
nilai tercatat.
Bagi hasil Dana syirkah temporer dialokasikan kepada bank dan pemilik dana sesuai dengan nisbah ya
ng disepakati. Misal, bank syirkah mendapatkan pendapatan operasional tahun 2011 Rp.100.000.000,-
Dana yang dihimpun :
• Dana syirkah temporer , tabungan mudharabah Rp.200.000.000
• Dana syirkah temporer milik Tn, Ali Rp.80.000.000
• Deposit mudhaabah Rp.800.000.000
• Nisbah bagi hasil = 40:60 (bank syariah :nasabah)
Bagi hasil untuk Tn. Ali dapat dihitung sebagai berikut (pemilik dana ):
Bagi hasil untuk porsi tabungan mudhaabah =(Rp.200 juta / Rp.1 miliar ) x Rp.100 juta,- = Rp.20 juta,-.
Bagian nasabah adalah 60% = 60% x Rp 20 juta = Rp.12 juta,.
Sedangkan bagian bank syariah (pengelola dana) = 40% x Rp.20 juta = Rp. 8 juta,-
Bagi hasil untuk Tn. Ali adalah :
80.000.000
= 𝑥 𝑅𝑝. 12.000.000
200.000.000
40
= 𝑥 𝑅𝑝. 12.000.000 = 𝑅𝑝 4.800.000
100
Bagi hasil untuk Tn. Ali di dalam % :
𝑅𝑝.4.800.000
= 𝑥 100 % = 6.00%
𝑅𝑝.80.000.000
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah tmporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum dibagika
n kepada pemilk dana sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemlik dana. Keru
gian diakibatkan olehkesalahan atau kelalaian pengeloladana sebagai beban pengelola dana.
Atas bagi hasil ini, Bank Syariah (pengelola dana) akan mencatat bagi hasil yang aka
n dibagikan kepada pemilik dana tabungan mudharabah Tn.Ali, sebagai berikut:
31/12/11 Distribusi bagi hasil mudharabah Rp 4.800.000
Kewajiban bagi hasil mudharabah Rp 4.800.000

Pada saat bank Syariah membayar bagi hasil tersebut, bank Syariah
(pengelola dana) akan mencatat :
5/11/12 Kewajiban bagi hasil mudharabah Rp 4.800.000
Kas Rp 4.800.000

Kerugian karena kesalahan atau kelalaian bank dibebankan kepada bank (pengelola
dana). Dalam hal ini bank Syariah akan mencatat kerugian sebagai berikut:
Tanggal Kerugian Dana Syirkah Temporer Rp xx
Kewajiban lain-lain/Kas Rp xx
2. Perlakuan Akuntansi Mudharabah Musytarakah
PSAK 105 (2007) mendefinisikan mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah
dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
PSAK 105 (2007) telah mengatur perlakuan akuntansi untuk mudharabah musytarakah
seperti berikut ini:
1. Penyertaan dana mudharabah musytarakah
Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana (berdasarkan akad mudharabah)
menyertakan dananya dalam investasi bersama
2. Pembagian hasil investasi mudharabah musytarakah
a. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan pemilik dana
b. sesuai dengan nisbah yang disepakati
b. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana
sesuai dengan porsi modal masing-masing.
ILUSTRASI
Bank Syariah sejahterah menandatangani akad mudharabah musyitarakah dengan PT
LANCAR pada 1 Mei 2011. Bank Syariah menyalurkan pembiayaannya dengan kas
Rp 400 juta dan PT LANCAR sebesar Rp 100 juta, nisbah bagi hasil yang disepakati
adalah bank:mitra = 40:60 dari laba kotor usaha mitra, bila rugi maka pembagian
ruginya berdasarkan porsi modal yang disetorkan masing-masing. Pada tahun 2011
PT LANCAR melaporkan laba kotor usahanya sebesar 200 juta.
Diminta: Hitunglah bagi hasil untuk bank dan mitranya.
Cara 1:
Hasil usaha dibagi antara bank dan mitra dengan dasar nisbah, sisanya setelah dikurangi hak
pengelola dana akan dibagi sesuai dengan porsi modal masing-masing.
Bagian pengola (musytarik) = 60/100 X Rp 200 juta,- = Rp 120,- juta; sisanya Rp 80 juta,- dibagi berdasar
kan porsi modal.
Pengelola = 100/500 X Rp 80 juta = Rp 16 juta
Bank Syariah = 400/500 X Rp 80 juta = Rp 64 juta
Jadi, bagi hasil pengelola = Rp 120 juta + Rp 16 juta = Rp 136 juta
Bagi hasil bank Syariah = Rp 64 juta; total hasil yang dibagi = Rp 136 juta + Rp 54 juta
= Rp 200 juta
Cara 2:
Hasil usaha dibagi antara bank dan mitra berdasarkan porsi modal masing-masing, sisanya set
elah dikurangi hak pengelola dana akan dibagi sesuai dengan nisbah bagi hasil.
Bagian pengelola (musytarik) = 100/500 X Rp 200 juta = Rp 40 juta ; sisanya Rp 160 juta dibagi berdasar
kan nisbah bagi hasil.
Pengelola = 60/100 X Rp 160 juta = 96 juta
Bank Syariah = 400/500 X Rp 80 juta = Rp 64 juta
Jadi, bagi hasil pengelola = Rp 120 juta + Rp 16 juta = Rp 136 juta
Bagi hasil bank Syariah = Rp 64 juta; total hasil yang dibagi = Rp 136 juta + Rp 54 juta
= Rp 200 juta
Jadi, cara 1 dan cara 2 hasil perhitungan bagi hasil adalah sama.
PENYAJIAN
Bagaimanakah pengelola dana dan pemilik dana menyajikan dalam laporan keuangannya? Dalam hal ini PSAK
105 (2007) telah mengaturnya berikut ini.

A B

Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah
dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat dalam laporan keuangan :
PENGUNGKAPAN
Paragraf 38-39, PSAK 105, (2007), telah mengatur tentang pengungkapan yang berkaitan dnegan mudharabah
baik bagi pemilik dana maupun pengelola dana, seperti berikut ini.

A B

Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait Pengelola dana mengungkapkan hal-hal yang
transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas, pada: terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas
pada:
SOAL KASUS
Thank you

Anda mungkin juga menyukai