DINAS KESEHATAN
KOTA BATAM
KEPUTUSANKomp.
KEPALA UPTNo.PUSKESMAS
Bina Praja TANJUNG
03 Tanjung Buntung BUNTUNG
Kec.Bengkong
TENTANG
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas Tanjung Buntung, maka
diperlukan landasan kebijakan penerapan sasaran keselamatan pasien yang menjadi prioritas
utama;
b. bahwa agar pelaksanaan sasaran keselamatan pasien di Puskesmas Tanjung Buntung dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Kepala Puskesmas Tanjung Buntung sebagai
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kese-
hatan Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2022 Tentang Akreditasi
Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat
5.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PUSKESMAS TANJUNG BUNTUNG TENTANG PELAKSANAAN SASARAN
Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan keselamatan pasien Puskesmas Tanjung
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat
Ketiga :
Ditetapkan di : Batam
Nomor : /SK/PKM-TJB/I/2023
1. Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien di Puskesmas Tanjung Buntung bertujuan untuk meningkatkan keamanan
dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien, serta mencegah terjadinya kejadian yang dapat memba-
2. Tim Keselamatan Pasien Puskesmas Tanjung Buntung ditetapkan sebagai koordinator pelaksanaan Sasaran Keselamatan
Pasien.
3. Seluruh staf Puskesmas agar melaksanakan sasaran keselamatan pasien sesuai dengan prosedur dan pedoman yang
telah ditetapkan. Setiap pelanggaran terhadap kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan keselamatan pasien
4. Sasaran Keselamatan Pasien yang akan diterapkan di Puskesmas Tanjung Buntung meliputi:
identifikasi.
kependudukan.
pasien dirawat.
medis.
ii.penurunan kesadaran,
iii.koma,
berisi Mr.X untuk pria dan Mrs.X untuk wanita serta nomor rekam medis jika datang tanpa
keluarga/pengantar.
iv.gangguan jiwa,
medis.
medisnya.
1. pasien akan diberi gelang sesuai jenis kelamin berisi Mr.X untuk pria dan Mrs.X untuk wanita serta
vi. ada dua atau lebih pasien mempunyai nama yang sama atau mirip.
iv. serah terima pasien pada serah terima jaga atau serah terima dari unit yang satu ke unit yang lain, misalnya
b. Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau lewal telepon, antara lain, dapat dilakukan dengan
c. Sedangkan saat menerima instruksi lewat telepon dapat menggunakan metode readback (write down, read
d. Pelaksanaan serah terima pasien dengan teknik SBAR dilakukan dengan memperhatikan
1. status/kondisi pasien,
2. pengobatan,
3. rencana asuhan,
e. Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat telepon saat menerima instruksi ditulis dengan lengkap
(T), dibaca ulang oleh penerima perintah (B), dan dikonfirmasi kepada pemberi perintah (K), yang dikenal
dengan TBAK.
f. Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang berada di luar rentang angka normal secara mencolok harus
ditetapkan dan segera dilaporkan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam pelayanan penun-
jang kepada dokter penanggung jawab pasien sesuai dengan ketentuan waktu yang ditetapkan oleh
Puskesmas mengunakan metode readback (write down, read back and confirmation).
g. Untuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan komunikasi efektif, perlu dilakukan edukasi kepada
karyawan. Edukasi dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan, lokakarya, pelatihan kerja (on the job training),
atau bentuk lain yang dianggap efektif untuk transfer kemampuan (skill) dan pengetahuan terhadap pen-
obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama atau rupa
mirip.
diwaspadai
benar meliputi:
ii.pengambilan jaringan,
iii.pencabutan gigi,
v.tindakan atau prosedur invasif yang lain yang menjadi kewenangan Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan
dan
dimulai.
mudah dibaca.
pasien.
dengan mempertimbangkan
i.kondisi pasien: contohnya pasien geriatri, dizziness, vertigo, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan,
penggunaan obat, sedasi, status kesadaran dan/atau kejiwaan, dan konsumsi alkohol;
iii.situasi: contohnya pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan riwayat tirah baring lama yang akan
dipindahkan untuk pemeriksaan penunjang dari ambulans dan perubahan posisi akan meningkatkan risiko
jatuh;
iv.lokasi: contohnya hasil identifikasi area di Puskesmas yang berisiko terjadi pasien jatuh, antara lain, lokasi
yang dengan kendala penerangan atau mempunyai penghalang (barrier) yang lain, seperti tempat pelayanan fi-
c. Kriteria pasien untuk dilakukan penapisan kemungkinan terjadinya risiko jatuh baik untuk pasien rawat inap
i.Pasien lansia
ii.Pasien dengan gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi, status ke-
i.pasien rawat inap adalah skala Morse untuk pasien dewasa dan skala Humpty Dumpty untuk anak,
ii. pasien rawat jalan dilakukan dengan menggunakan get up and go test atau den-
Jika satu dari pertanyaan tersebut mendapat jawaban ya, pasien tersebut dikategorikan berisiko jatuh.
h. Pakaikan stiker kuning pada gelang identitas pada pasien rawat inap dengan kategori risiko tinggi.
i. Pakaikan pita kuning pada pasien rawat jalan dengan kategori risiko tinggi.
j. Lakukan intervensi sesuai hasil penilaian sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan (risiko ringan, sedang
dan tinggi).
k. Pita tanda risiko jatuh dan stiker risiko jatuh dilepas jika skor pada pasien risiko jatuh adalah ringan dan
sedang.
l. Lakukan asesmen ulang risiko jatuh pada pasien setelah mendapatkan obat atau tindakan yang menimbulkan
risiko jatuh.
Pencegahan risiko jatuh di rawat inap dilakukan dengan menggunakan pedoman pencegahan risiko jatuh dan
di monitor.
Ditetapkan di : Batam