Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KOTA BATAM

DINAS KESEHATAN

UPT PUSKESMAS TANJUNG BUNTUNG Kode Pos : 29437

KOTA BATAM
KEPUTUSANKomp.
KEPALA UPTNo.PUSKESMAS
Bina Praja TANJUNG
03 Tanjung Buntung BUNTUNG
Kec.Bengkong

Telepon 0778 4088 218 e-mail : puskesmasbengkong@yahoo.com


Nomor : ……./SK /PKM-TJB/I/2023

TENTANG

PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN

DI UPT PUSKESMAS TANJUNG BUNTUNG

KEPALA UPT PUSKESMAS TANJUNG BUNTUNG

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas Tanjung Buntung, maka

diperlukan landasan kebijakan penerapan sasaran keselamatan pasien yang menjadi prioritas

utama;

b. bahwa agar pelaksanaan sasaran keselamatan pasien di Puskesmas Tanjung Buntung dapat

terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Kepala Puskesmas Tanjung Buntung sebagai

landasan bagi penerapan sasaran keselamatan pasien di Puskesmas Tanjung Buntung;

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;

2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kese-

hatan Masyarakat;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2022 Tentang Akreditasi

Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat

Praktik Mandiri Dokter, Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/165/2023 Tentang

Standar Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat.

5.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PUSKESMAS TANJUNG BUNTUNG TENTANG PELAKSANAAN SASARAN

KESELAMATAN PASIEN DI UPT PUSKESMAS TANJUNG BUNTUNG.


Kesatu : Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan keselamatan pasien Puskesmas Tanjung

Buntung dilaksanakan oleh Tim Keselamatan Pasien Puskesmas Tanjung Buntung.

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat

kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ketiga :

Ditetapkan di : Batam

Pada Tanggal : 800 Januari 2023

KEPALA UPT. PUSKESMAS

TANJUNG BUNTUNG KOTA BATAM

PRA REDA GUSTI

Lampiran I : Keputusan Kepala UPT Puskesmas Tanjung Buntung

Tentang Budaya Mutu Keselamatan Pasien Dalam

Pelayanan Klinis di UPT Puskesmas Tanjung Buntung

Nomor : /SK/PKM-TJB/I/2023

Tanggal : 03 Januari 2023

Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien

1. Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien di Puskesmas Tanjung Buntung bertujuan untuk meningkatkan keamanan

dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien, serta mencegah terjadinya kejadian yang dapat memba-

hayakan keselamatan pasien.

2. Tim Keselamatan Pasien Puskesmas Tanjung Buntung ditetapkan sebagai koordinator pelaksanaan Sasaran Keselamatan

Pasien.

3. Seluruh staf Puskesmas agar melaksanakan sasaran keselamatan pasien sesuai dengan prosedur dan pedoman yang

telah ditetapkan. Setiap pelanggaran terhadap kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan keselamatan pasien

akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Puskesmas.

4. Sasaran Keselamatan Pasien yang akan diterapkan di Puskesmas Tanjung Buntung meliputi:

a. Mengidentifikasi pasien dengan benar

b. Meningkatkan komunikasi yang efektif

c. Meningkatkan keamanan obat obatan yang harus diwaspadai

d. Memastikan lokasi pembedahan yang benar ,prosedur yang

benar , pembedahan pada pasien yang benar

e. Mengurangi risiko infeksi akibat pelayanan kesehatan

f. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh

5. Pelaksanaan identifikasi pasien meliputi:


a. Semua pasien rawat jalan dan rawat inap harus dilakukan

identifikasi.

b. Identifikasi harus dilakukan minimal dengan dua cara

identifikasi yang relatif tidak berubah, yaitu nama lengkap,

tanggal lahir, nomor rekam medis, atau nomor induk

kependudukan.

c. Identifikasi tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi

pasien dirawat.

d. Proses identifikasi dengan benar harus dilakukan mulai dari

penapisan atau skrining, pada saat pendaftaran, serta pada

setiap akan dilakukan prosedur diagnostik, prosedur tindakan,

pemberian obat, dan pemberian diet.

e. Proses identifikasi pasien dengan kondisi khusus tetap dilakukan meliputi :

i. pasien tidak dapat menyebutkan identitas,

1. pasien akan diberi gelang sesuai jenis kelamin berisi Mr.X

untuk pria dan Mrs.X untuk wanita serta nomor rekam

medis.

2. Saat pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan gelang

identifikasi baru dengan identitas yang benar.

ii.penurunan kesadaran,

1. pasien akan diberi gelang sesuai jenis kelamin berisi Mr.X

untuk pria dan Mrs.X untuk wanita serta nomor rekam

medis jika datang tanpa keluarga/pengantar.

2. Saat pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan gelang

identifikasi baru dengan identitas yang benar.

iii.koma,

1. pasien akan diberi gelang sesuai jenis kelamin

berisi Mr.X untuk pria dan Mrs.X untuk wanita serta nomor rekam medis jika datang tanpa

keluarga/pengantar.

2. Saat pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan

gelang identifikasi baru dengan identitas yang benar.

iv.gangguan jiwa,

1. Apabila identifikasi pasien sulit dilakukan karena pasien

tidak mau menggunakan gelang identifikasi atau tidak

kooperatif, maka konfirmasi dan verifikasi pasien

dilakukan oleh petugas kepada keluarga/penunggu

pasien, dan dokumentasi proses verifikasi di dalam rekam

medis.

2. Apabila pasien tidak memiliki penunggu atau pengantar,

maka proses konfirmasi dan verifikasi cukup dilakukan

oleh dua orang petugas ruangan dan proses ini dicatat

dalam rekam medis dan ditempel foto pasien dalam rekam

medisnya.

v.datang tanpa identitas yang jelas

1. pasien akan diberi gelang sesuai jenis kelamin berisi Mr.X untuk pria dan Mrs.X untuk wanita serta

nomor rekam medis yang datang tanpa keluarga/pengantar.


2. Saat pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan gelang identifikasi baru dengan identitas yang benar.

vi. ada dua atau lebih pasien mempunyai nama yang sama atau mirip.

1. Pasien diidentifikasi ditambah berdasarkan urutan kedatangan pasien ke puskesmas

6. Pelaksanaan komunikasi yang efektif meliputi:

a. komunikasi efektif disusun dan diterapkan dalam:

i. penyampaian pesan verbal,

ii. pesan verbal lewat telepon,

iii. penyampaian nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang diagnosis,

iv. serah terima pasien pada serah terima jaga atau serah terima dari unit yang satu ke unit yang lain, misalnya

untuk pemeriksaan penunjang dan pemindahan pasien ke unit lain.

b. Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau lewal telepon, antara lain, dapat dilakukan dengan

menggunakan teknik SBAR (situation, background, asessment, recommendation).

c. Sedangkan saat menerima instruksi lewat telepon dapat menggunakan metode readback (write down, read

back and confirmation).

d. Pelaksanaan serah terima pasien dengan teknik SBAR dilakukan dengan memperhatikan

i.kesempatan untuk bertanya dan memberi penjelasan (readback, repeat back),

ii.menggunakan formulir yang baku, dan

iii.berisi informasi kritikal yang harus disampaikan, antara lain,

1. status/kondisi pasien,

2. pengobatan,

3. rencana asuhan,

4. tindak lanjut yang harus dilakukan,

5. adanya perubahan status/kondisi pasien yang signifikan,

6. dan keterbatasan atau risiko yang mungkin dialami oleh pasien.

e. Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat telepon saat menerima instruksi ditulis dengan lengkap

(T), dibaca ulang oleh penerima perintah (B), dan dikonfirmasi kepada pemberi perintah (K), yang dikenal

dengan TBAK.

f. Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang berada di luar rentang angka normal secara mencolok harus

ditetapkan dan segera dilaporkan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam pelayanan penun-

jang kepada dokter penanggung jawab pasien sesuai dengan ketentuan waktu yang ditetapkan oleh

Puskesmas mengunakan metode readback (write down, read back and confirmation).

g. Untuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan komunikasi efektif, perlu dilakukan edukasi kepada

karyawan. Edukasi dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan, lokakarya, pelatihan kerja (on the job training),

atau bentuk lain yang dianggap efektif untuk transfer kemampuan (skill) dan pengetahuan terhadap pen-

ingkatan kompetensi karyawan dalam melakukan komunikasi efektif.

7. Pelaksanaan keamanan obat meliput:

a. Penyimpanan, penataan, peresepan, pelabelan, penyiapan,

penggunaan, dan evaluasi penggunaan obat yang perlu

diwaspadai, termasuk obat psikotropika, narkotika, dan obat

dengan nama atau rupa mirip.

b. Penyusunan daftar obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan

nama atau rupa mirip serta dilakukan pelabelan dan penataan

obat yang perlu diwaspadai dan obat dengan nama atau rupa

mirip.

c. Pengawasan dan pengendalian penggunaan obat-obatan


psikotropika/narkotika dan obat-obatan lain yang perlu

diwaspadai

8. Pelaksanaan ketepatan lokasi pembedahan, prosedur dan pasien yang

benar meliputi:

a. Penetapan tindakan operatif, tindakan invasif, dan prosedurnya

yang meliputi semua tindakan yang meliputi:

i. sayatan/insisi atau tusukan,

ii.pengambilan jaringan,

iii.pencabutan gigi,

iv. pemasangan implan, dan

v.tindakan atau prosedur invasif yang lain yang menjadi kewenangan Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama.

b. proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;

Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan/prosedur;

dan

c. time out/penjedaan yang dilakukan segera sebelum prosedur

dimulai.

9. Pelaksanaan pengurangan risiko infeksi meliputi:

a. Penerapan kebersihan tangan yang terbukti menurunkan risiko

infeksi yang terjadi pada fasilitas kesehatan.

b. Penyusunan dan sosialisasi Prosedur kebersihan tangan.

c. Informasi mengenai prosedur tersebut ditempel di tempat yang

mudah dibaca.

d. Edukasi tentang kebersihan tangan kepada tenaga medis,

tenaga kesehatan, dan karyawan Puskesmas

e. Sosialisasi kebersihan tangan kepada pasien dan keluarga

pasien.

10. Pelaksanan pengurangan risiko pasien jatuh meliputi:

a. Penapisan dilakukan untuk meminimalkan terjadinya risiko

jatuh pada pasien rawat jalan dan pengkajian pasien risiko

jatuh pada pasien IGD dan rawat inap di Puskesmas.

b. Penapisan risiko jatuh dilakukan pada pasien di rawat jalan

dengan mempertimbangkan

i.kondisi pasien: contohnya pasien geriatri, dizziness, vertigo, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan,

penggunaan obat, sedasi, status kesadaran dan/atau kejiwaan, dan konsumsi alkohol;

ii.diagnosis: contohnya pasien dengan diagnosis penyakit Parkinson;

iii.situasi: contohnya pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan riwayat tirah baring lama yang akan

dipindahkan untuk pemeriksaan penunjang dari ambulans dan perubahan posisi akan meningkatkan risiko

jatuh;

iv.lokasi: contohnya hasil identifikasi area di Puskesmas yang berisiko terjadi pasien jatuh, antara lain, lokasi

yang dengan kendala penerangan atau mempunyai penghalang (barrier) yang lain, seperti tempat pelayanan fi-

sioterapi dan tangga.

c. Kriteria pasien untuk dilakukan penapisan kemungkinan terjadinya risiko jatuh baik untuk pasien rawat inap

maupun rawat jalan :

i.Pasien lansia
ii.Pasien dengan gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi, status ke-

sadaran dan/atau kejiwaan, dan konsumsi alkohol;

iii.Pasien baru bersalin

iv.Pasien cedera pada alat gerak bawah

d. Pelaksanaan upaya untuk mencegah atau meminimalkan kejadian jatuh di puskesmas.

e. Alat bantu untuk melakukan pengkajian pada

i.pasien rawat inap adalah skala Morse untuk pasien dewasa dan skala Humpty Dumpty untuk anak,

ii. pasien rawat jalan dilakukan dengan menggunakan get up and go test atau den-

gan menanyakan tiga pertanyaan, yaitu

 apakah pernah jatuh dalam 6 bulan terakhir;

 apakah menggunakan obat yang mengganggu keseimbangan; dan

 apakah jika berdiri dan/atau berjalan membutuhkan bantuan orang lain.

Jika satu dari pertanyaan tersebut mendapat jawaban ya, pasien tersebut dikategorikan berisiko jatuh.

f. Semua pasien neonatus dikategorikan berisiko jatuh.

g. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindaklanjuti sesuai derajat risiko jatuh.

h. Pakaikan stiker kuning pada gelang identitas pada pasien rawat inap dengan kategori risiko tinggi.

i. Pakaikan pita kuning pada pasien rawat jalan dengan kategori risiko tinggi.

j. Lakukan intervensi sesuai hasil penilaian sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan (risiko ringan, sedang

dan tinggi).

k. Pita tanda risiko jatuh dan stiker risiko jatuh dilepas jika skor pada pasien risiko jatuh adalah ringan dan

sedang.

l. Lakukan asesmen ulang risiko jatuh pada pasien setelah mendapatkan obat atau tindakan yang menimbulkan

risiko jatuh.

Pencegahan risiko jatuh di rawat inap dilakukan dengan menggunakan pedoman pencegahan risiko jatuh dan

di monitor.

Ditetapkan di : Batam

Pada Tanggal : 800 Januari 2023

KEPALA UPT. PUSKESMAS

TANJUNG BUNTUNG KOTA BATAM

PRA REDA GUSTI

Anda mungkin juga menyukai