Anda di halaman 1dari 1

DRAMA GONG JINENGDALEM

Oleh: Mang Yudi (Jinengdalem Heritage)

Kisah Drama Gong "Prabu Nala" yang lahir di


Jinengdalem pada tahun 1966 sempat mencapai
puncak kesuksesan pementasan sampai ke pelosok
desa di Bali, sejalan dengan masa kejayaan Drama
Gong Kebyar di Bali Utara.

Pemain Drama dan 'Sekaa' Gong Kebyar yang


pernah dimiliki Jinengdalem dikala itu adalah
pemuda-pemudi yang secara spontan aktif
berpartisipasi dalam menggalakkan seni Tabuh dan
Sendratari. Merupakan sebuah identitas desa
dimana seni itu bisa mengalir dan bergaung.

Lakon dan cerita dari Drama Gong diadopsi dari


kitab "Asta Dasa Parwa" dalam Wiracarita
Mahabharata, dan digubah dengan penyampaian
sederhana oleh sutradara (Alm.) Nyoman Santra
agar kisahnya bisa dimengerti oleh penonton. Gaya Drama Gong Bali Utara dikenal lebih fleksibel dan realistis,
karena pemain tidak harus sesuai dengan karakter aslinya yang tertuang dalam kitab.

Tata panggung dan dekorasi dalam pementasan Drama Gong Jinengdalem mendapat sentuhan artistik dari
tangan seniman asal Jawa Tengah, (Alm.) Bartholomeus Poerwanto. Beliau datang ke Jinengdalem sekitar
tahun 1960an, sudah aktif pada saat itu untuk membuat dekorasi panggung dan mendokumentasi kegiatan
masyarakat Jinengdalem. Drama Gong Jinengdalem berakhir pada tahun 1972, disebabkan karena kesibukan
para pemain dan banyak tokoh yang diganti sehingga peran yang dilakoninya tidak bisa setenar dari pemain
sebelumnya.

Kini Drama Gong tinggal sebatas cerita kuna yang bisa membuat nostalgia para tetua, semoga hibernasi kiblat
seni Jinengdalem segera bangkit. Ini merupakan arsip yang masih tersimpan, terlihat pementasan Drama Gong
peran 'Anak Muda' yang dilakoni oleh Ketut Konca dan 'Putri' yang diperankan oleh Nengah Kindri.

Anda mungkin juga menyukai