SKRIPSI
Oktober 2015
Disusun oleh :
DIMASNANDA NUR MUHAMMAD
3311111112
Disetujui Oleh :
Dr. Fikri Alatas, S.Si., M.Si.,Apt. Hestiary Ratih, S.Si., M.Si., Apt
Pembimbing Pembimbing
Mengetahui
Prof. Dr. Afifah B Sutjiatmo, MS., Apt. Faizal Hermanto, S.Si., M.Si,
Apt.NID.412162949 NID.412172182
ABSTRAK
Selulosa mikrokristalin (MCC) adalah α-selulosa yang diisolasi dari tanaman. MCC
lazim digunakan sebagai bahan sediaan obat. MCC. Penelitian ini bertujuan untuk
mengisolisasi dan mengkarakterisasi selulosa yang dihasilkan dari serabut kelapa.
Isolasi tanaman dilakukan dengan proses hidrolisis dengan HCl 3% menghasilkan
randemen sebanyak 84 g, pupling dengan menggunakan NaOH 17,5% menghasilkan
randemen sebanyak 56 g, dan bleaching dengan H2O2 5% menghasilkan randemen
sebanyak 27 g. Isolasi dari serabut kelapa dan MCC komersial (Avicel® PH 102)
dicirikan berdasarkan sifat fisikokimia dan bentuk partikel serbuknya. Sifat fisiko
kimia MCC dan Avicel® PH 102 sesuai dengan MCC standar, akan tetapi warna
serbuk MCC berwarna coklat muda dan derajat kristalinitas MCC 38,138%.
Sedangakan Avicel® PH 102 berwarna putih dan derajat kristalinitas 75,472%.
Diduga masih terdapat kandungan lignin pada MCC karena proses pulping dan
bleaching yang tidak bisa memekarkan dan memutihkan serabut kelapa secara
optimal.
Selama penulisan dan penyusunan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu dan
memberikan dukungan serta motivasi. Oleh karena itu pada kesempatan ini diucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi,
Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Bapak Faizal Hermanto, S.Si., M.Si., Apt. selaku Ketua Progam Studi S1
Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
3. Dr. Fikri Alatas, S.Si., M.Si.,Apt. dan Hestiary Ratih, S.Si., M.Si., Apt.
Selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, arahan, serta saran-saran
selama penyusunan proposal tugas akhir ini.
4. Ibu Soraya Riyanti, S.Si, M.Si., Apt. selaku dosen wali akademik, yang selalu
memberikan dorongan dan pengarahan.
5. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan memberikan perhatian, kasih
sayang dan do’a tulus yang tidak pernah putus serta bantuan moril dan materil
selama ini.
6. Staf pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad
Yani.
7. Para sahabat yang selalu mendukung dan bersedia membantu segala kesulitan
yang dihadapi dalam penyusunan proposal tugas akhir ini.
i
8. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya penulisan
proposal skripsi ini.
Semoga segala yang telah diberikan kepada penulis tersebut kelak diganti dengan apa
yang terbaik dari Allah SWT, Amin Ya Rabbal ‘Alamin. Akhir kata, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ABTRAK
KATA PENGANTAR…....................................................................... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………. iii
DAFTAR LAMPIRAN ..………………………………………………. iv
DAFTAR GAMBAR …………..…………………………………......... v
DAFTAR TABEL ………………….……………………………........... vi
BAB I PENDAHULUAN………...…………………………………….. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Botani Tanaman Kelapa………………………………... 3
2.2.Selulosa………………………………………………………….. 5
2.3 Hemiselulosa……………………………………………………... 7
2.4 Lignin…………………………………………………………….. 8
2.5 Mikrokristalin Selulosa…………………………………………. 9
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………. 11
BAB IV ALAT DAN BAHAN
4.1 Alat Penelitian ………………………………………………….. 13
4.2 Bahan Penelitian…………………………………………………. 13
BAB V PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN
5.1 Penyiapan Simplisia……………………………………………... 14
5.2 Pembuatan Mikrokristalin Selulosa……..……………………….. 14
5.3 Pencirian Mikrokristalin Selulosa………………………………… 15
BAB VI PEMBAHASAN……………………………………………… 18
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….. 22
DAFTAR PUSTAKA...………………………………………………… 23
LAMPIRAN…………………………………………………………….. 27
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. HASIL DETERMINASI…………………………………………… 27
2. MORFOLOGI TANAMAN………………………………………… 28
3. HASIL PENCIRIAN MIKROKRISTALIN SELULOSA…………. 29
4. POLA DIFRAKTOGRAM DIFRAKSI SINAR-X SERBUK……… 30
5. SPEKTRUM FTIR………………..……………………………….. 31
6. HASIL SCANNING ELECTRON MICROSCOPE………………… 32
7. PERHITUNGAN………………………………………………….. 33
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
II.1 Struktur selulosa………………………………………………… 5
II.2 Struktur α – selulosa……………………………………………… 6
II.3 Struktur β – selulosa……………………………………............... 6
II.4 Struktur hemiselulosa……………………………………………... 8
II.5 Struktur lignin……………………………………………………. 9
V.1 Hasil determinasi…………………………………………………. 27
V.2 Buah kelapa (Cocos nucifera L)…………………………….. 28
V.3 Serabut kelapa (Cocos nucifera L)………………………………. 28
V.4 Pola difraksi sinar-X serbuk……………………………………. 30
V.5 Spektrum spektroskopi FTIR……………………………………. 31
V.6 SEM Avicel® PH 102…………………………………………….. 32
V.7 SEM mikrokristalin selulosa…………………………………….. 32
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Komposisi kimia serabut kelapa…..………………………………. 5
V.1 Pencirian kemurnian mikrokristalin selulosa.……………………. 29
V.2 Pencirian sifat fisiko kimia mikrokristalin selulosa……………. 29
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia farmasi, derivat selulosa merupakan eksipien yang penting, salah satu
turunan selulosa adalah mikrokristalin selulosa. Mikrokristalin selulosa dibuat dengan
cara hidrolisis terkontrol alfa selulosa, suatu pulp dari tumbuhan yang berserat
dengan laurtan asam mineral encer. Salah satu produk selulosa mikrokristal di
perdagangan dikenal dengan merek dagang Avicel®. Ada beberapa macam jenis
Avicel®, salah satunya Avicel® PH 102(1).
Pada awalnya, mikrokristalin selulosa dibuat dari tumbuhan berkayu dan kapas.
Produk komersial mikrokristalin selulosa yang ada di pasaran bersumber dari
tumbuhan berkayu, misalnya konifer. Beberapa laporan penelitian menunjukkan
1
bahwa mikrokristalin selulosa dapat dihasilkan dari kulit kacang kedelai, sekam padi,
ampas tebu, kulit kacang tanah, tongkol jagung, bambu India dan lain-lain.
Pada produksi selulosa terdapat kendala pada penggunaan kayu sebagai sumber
pembuatan mikrokristalin selulosa dapat mengurangi ketersediaan kayu dan
menyebabkan penebangan hutan secara besar-besaran. Hal ini dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan ekologis. Oleh karena itu, perlu dicari sumber non kayu sebagai
alternatif untuk mengurangi masalah lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan
kayu dalam pembuatan mikrokristalin selulosa. Disamping itu kebutuhan akan
mikrokristalin selulosa dalam negeri semuanya berasal dari impor (3). adalah sangat
relafan bila Negara kita mulai memikirkan produksi mirkokristalin selulosa dalam
negeri.
3
4
2.1.4 Khasiat
Akar Cocos nucifera L berkhasiat sebagai obat demam dan mencret, air buahnya
digunakan untuk penambahan kekuatan.Untuk obat demam dipakai ± 15 gram akar
Cocos nucifera L direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit, dinginkan dan disaring,
hasil sarigan diminum sekaligus.
satu buah kelapa dapat diperoleh rata-rata 0,4 kg serabut yang mengandung 30-33%
serat
Komponen Serabut (%) Serat serabut (%)
Alfa selulosa 26,63 43,44
Hemiselulosa 27,79 29,58
Lignin 29,23 45,84
Tabel II.1 Komposisi kimia serabut kelapa(6)
2.2 Selulosa
Selulosa adalah polimer glukosa yang berbentuk rantai linier dan dihubungkan oleh
ikatan β-1,4 glikosidik dengan rumus (C 6H10O5)n. dengan n adalah derajat
polimerisasi, Struktur yang linier menyebabkan selulosa bersifat kristalin dan tidak
mudah larut, sehingga tidak mudah didegradasai secara kimia/mekanis(7).
Unit penyusun (building block) selulosa adalah selobiosa karena unit keterulangan
dalam molekul selulosa adalah 2 unit gula (D-Glukosa). Selulosa merupakan
polisakarida struktural yang berfungsi untuk memberikan perlindungan, bentuk, dan
penyangga terhadap sel, dan jaringan. Di alam, biasanya selulosa berasosiasi dengan
polisakarida lain seperti hemiselulosa atau lignin membentuk kerangka utama dinding
sel tumbuhan. Selulosa, hemiselulosa, dan lignin dihaslkan dari proses fotosintesis(8).
ii) Selulosa β (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan
NaOH 17,5% atau basa kuat dengan derajat polimerisasi 15 - 90, dapat
mengendap bila dinetralkan
iii) Selulosa γ (Gamma cellulose) adalah sama dengan selulosa β, tetapi derajat
polimerisasinya kurang dari 15(10).
2.3 Hemiselulosa
Rantai hemiselulosa lebih pendek dibandingkan rantai selulosa. Karena derajat
polimerisasi yang lebih rendah. Polimer hemiselulosa berbentuk tidak lurus tetapi
merupakan polimer-polimer bercabang dan strukturnya tidak berbentuk kristal. Hal
ini yang manjadikan hemiselulosa lebih mudah dimasuki pelarut dan beraksi dengan
larutan disbanding selulosa selama pembuatan pulp.hemiselulosa bersifat hidrofibil
(mudah menyerap air) yang mengakibatkan strukturnya yang kurang teratur. Kadar
hemiselulosa pada pulp jauh lebih kecil dibandingkan dengan serat asal. Karena
selama proses pemasakan hemiselulosa beraksi dengan bahan pemasak dan lebih
terlarut dari pada selulosa.
Secara struktural, hemiselulosa mirip dengan selulosa yang merupakan polimer gula.
Namun berbeda dengan selulosa yang hanya tersusun atas glukosa, hemiselulosa
tersusun dari bermacam-macam jenis gula. Monomer gula penyusun hemiselulosa
terdiri dari monomer gula berkarbon lima (pentose/c-5), gula berkarbon enam
(heksosa/c-6), asam hesurat dan deoksi heksosa. Hemiselulosa akan mengalami reaksi
oksidasi dan degradasi terlebih dahulu dari pada selulosa, karena rantai molekulnya
yang lebih pendek dan bercabang.
Hemiselulosa tidak larut dalam air tapi larut dalam lauran alkali encer dan lebih
mudah dihidrolisa oleh asam dari pada selulosa. Sifat hemiselulosa yang hidrofilik
banyak mempengaruhi sifat dari pulp itu sendiri. Hemiselulosa berfungsi sebagai
perekat dan mempercepat pembentukan serat. Hilangnya hemiselulosa akan
mengakibatkan adanya lubang antara fibril dan berkurangnya ikatan antar serat(11).
8
2.4 Lignin
Lignin merupakan senyawa yang sangat kompleks dengan berat molekul tinggi,
lignin terdapat diantara sel-sel dan didalam dinding sel. Dimana fungsi lignin yang
terletak diantara sel adalah sebagai perekat untuk mengikat/perekat antar sel,
sehingga tidak dikehandaki, sementara dalam dinding sel lignin sangat erat
hubungannya dengan selulosa dan berfungsi untuk memberikan ketegaran pada sel.
Lignin dapat diisolasi dari tanaman sebagai sisa yang tak larut setelah penghilangan
polisakarida dengan hidrolisa, secara alternatif, lignin dapat dihidrolisis dan
diektraksi ataupun diubah menjadi turunan tak larut. Adanya lignin menyebabkan
warna kecoklatan sehingga perlu adanya pemisahan melalui pemutihan, banyaknya
lignin juga berpengaruh terhadap konsumsi bahan kimia dalam pemasakan dan
pemutihan(13).
Lignin ini merupakan polimer tiga dimensi yang terdiri dari unit fenil propana
melalui ikatan eter (C-O-C) dan ikatan karbon (C-C). bila lignin berdifusi dengan
laruan alkali maka akan terjadi pelepasan gugus metoksil yang membuat lignin larut
dalam alkali. Reaksi dengan senyawa tertentu banyak dimanfaatkan dalam proses
pembuatan pulp dimana lignin yang terbentuk dapat dipisahkan(14).
9
Sebagai bahan penghancur Avicel® cukup baik untuk digunakan, karena bahan ini
merupakan tipe ikatan hidrogen dimana ikatan tersebut segera lepas oleh adanya air.
Mikrokristalin Selulosa cocok untuk zat aktif yang peka lembab atau untuk bahan-
bahan yang bersifat lekat-lekat atau higroskopis. Untuk obat dengan dosis kecil,
Avicel® digunakan sebagai pengisi dan pengikat tambahan(14).
Pencirian meliputi pengujian sifat fisiko kimia dan karakterisasi bentuk partikel
serbuk. Pengujian sifat fisiko kimia dengan identifikasi mikrokristalin selulosa,
identifikasi pati, kelarutan dalam air, bulk density, tap density, indeks Carr dan nisbah
Hausner. Sudut diam, kadar air, kadar abu, penentuan pH. Karakterisasi bentuk
partikel serbuk diuji dengan menggunakan instrumen difraktometer sinar X serbuk,
spektroskopi FTIR dan scanning electron microscope (SEM).
11
BAB IV
ALAT DAN BAHAN
12
BAB V
PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN
5.2.1 Hidrolisis
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 150 g dan dimasukkan ke dalam gelas piala 3 L
yang berisi 3 L HCl 3%, kemudian dipanaskan dengan suhu 80ºC sambil diaduk
menggunakan motor pengaduk dengan kecepatan 120 ppm selama 1 jam. Selanjutnya
sabut kelapa dinetralkan dengan aliran air suling, lalu dikeringkan di dalam oven
dengan suhu 40ºC(21). serbuk kering yang dihasilkan dari proses hidrolisis sebanyak
84 g
5.2.2 Pulping
Serbuk hasil hidrolisis dimasukkan ke dalam gelas piala 3 L dan ditambahkan 3 L
NaOH 17,5% lalu dipanaskan dengan suhu 80ºC sambil diaduk menggunakan motor
pengaduk dengan kecepatan 120 ppm selama 2 jam. Selanjutnya dinetralkan dengan
aliran air suling, lalu dikeringkan di dalam oven dengan suhu 40ºC(22). serbuk kering
yang dihasilkan dari proses pulping sebanyak 56 g.
13
14
5.2.3 Bleaching
Serbuk hasil pulping dimasukkan ke dalam gelas piala 3 L dan ditambahkan 1,25 L
H2O2 5% pH 12 (dikondisikan dengan NaOH 40%) lalu dipanaskan dengan suhu
80ºC sambil diaduk menggunakan motor pengaduk dengan kecepatan 200 ppm secara
bertahap selama 2, 3, 3 jam. Pada setiap tahapan selesai, sempel dicuci dengan aliran
air suling hingga netral. Setelah 8 jam, hasil bleaching dikeringkan dalam oven
dengan suhu 40ºC, setelah kering, hasil bleaching dihaluskan(23). serbuk kering yang
dihasilkan dari proses bleaching sebanyak 27 g.
Dbulk =
v) Tap Density
sampel sebanyak 5 g (w) dituangkan ke dalam gelas ukur 100 mL, lalu dimampatkan
dengan kayu silinder dari ketinggian 2,5 cm di atas permukaan yang kasar sekitar 100
ketukan sampai volume konstan. Volume konstan (v1) sampai volume dimampatkan
dan massa setelah dimampatkan dicatat. Dari hasil pengujian, didapatkan Tap Density
dari MCCK adalah 0,227 g/mL sedangkan dari MCCA sebesar 0,454 g/mL. Tap
Density ditentukan dengan persamaan sebagai berikut(26).
Dtap=
Indeks Carr =
Nisbah Hausner =
16
Serbuk mikrokristalin selulosa diletakkan di atas kaca objek dan ditutup, kemudian
diletakkan dibawah lensa mikroskop dan diamati. Hasil bisa dilihat pada gambar V.6
dan V.7
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini diawali dengan melakukan deterinasi tanaman uji Untuk mengatahui
kebenaran jenisnya, tanaman dideterminasi di laboratorium Departemen Biologi
Fakultas MIPA Univeritas Padjajaran. Determinasi untuk memastikan kebenaran
tanaman yang digunakan sehingga tidak terjadi kesalahan penggunaan tanaman lain
yang memiiki bentuk morfologi yang mirip. Hasil menunjukan bahwa tanaman yang
digunakan adalah benar tanaman kelapa (Cocos nucifera L).
Selulosa I merupakan struktur asli selulosa yang tidak memiliki ikatan hidrogen di
antara lapisan selulosa, hanya ada gaya van der Waals, sedangkan selulosa II lebih
baik karena memiliki ikatan hidrogen antar lapisan selulosa. Selulosa II terbentuk jika
kisi selulosa I hancur akibat pemekaran dalam larutan basa kuat.
Larutan NaOH merupakan larutan pemekar terbaik dalam proses pulping. Hal ini
disebabkan kecocokan kation Na+ untuk menyusupi pori di antara bidang kisi
selulosa. Penyusupan partikel saing menyebabkan pemekaran apabila diikuti dengan
masuknya molekul air(30).
Proses bleaching menggunakan H2O2 efektif pada media basa. Spesi aktif H 2O2
dihasilkan melalui reaksi disosiasi, yaitu anion peroksida (–OOH). Anion tersebut
akan mengeliminasi gugus kromofor dari lignin. Spesi radikal aktif seperti radikal
18
19
hidroksil (•OH) dan radikal anion superoksida (•O 2-) yang terbentuk melalui
dekomposisi H2O2 akan melarutkan hemiselulosa. Radikal-radikal hasil dekomposisi
awal H2O2 ini selanjutnya akan menghasilkan radikal aktif lainnya. Radikal aktif yang
terbentuk akan bereaksi dengan radikal aktif lainnya menghasilkan oksigen dan anion
hidroksil(31). Anion hidroksil dapat meningkatkan pH yang mengindikasikan
hemiselulosa yang terlarut semakin banyak. Rendemen MCCA sebanyak 27 g.
Pencirian dilakukan agar diketahui kemurnian dan sifat fisiko kimia dari MCC dan
MCCK, berikut hasil pengujian kemurnian dalam tabel V.1.
Warna MCCK yang putih sesuai dengan MCC standar yang menunjukkan kadar
lignin yang rendah tetapi MCCA berwarna cokelat muda yang menunjukan kadar
lignin yang cukup tinggi, itu bisa disebabkan proses hidrolisis, pulping dan bleaching
yang memekarkan selulosa tidak sempurna karena masih terdapat hemiselulosa dan
lignin yang belum terpecah dengan sempurna, kadar lignin yang tinggi dari serabut
kelapa bisa jadi penyebab MCCA berwarna coklat muda sehingga larutan H 2O2 tidak
mampu menghilangkan gugus kromofor pada lignin secara maksimum.
20
MCCK dan MCCA memiliki pH berturut-turut sebesar 6,83 dan 7,1yang sesuai
dengan kisaran pH MCC standar sebesar 5-7.5. Jika MCC dengan pH <5 dan >7.5
dapat menyebabkan overreaction apabila MCC dicampur dengan zat aktif obat (19).
Kelarutan MCC dalam air juga digunakan untuk menentukan kemurnian MCC
berdasarkan kelarutan gula sederhana hemiselulosa seperti xilosa dan manosa dalam
air. Kelarutan gula sederhana lazimnya kurang dari 0.24%(25). Hasil dari pengujian,
kelarutan MCCK adalah 0,007% sedangkan MCCA 0,0083%.
MCCK dan MCCA memiliki kadar air sesuai dengan standar MCC,. Kadar air 6%
digunakan untuk tablet yang lembut, sedangkan MCC dengan kadar air 7% untuk
tablet yang keras(32).
pencirian selanjutnya yaitu pengujian sifat fisiko kimia dari MCCK dan MCCA, hasil
dari pengujian bisi dilihat pada tabel V.2.
Pengujian selanjutnya ialah Bulk density dan Tap density, sifat dari Bulk density dan
Tap density yang baik ialah 0,25-0,50 g/mL dan 0,33-0,70(33). Hasil pengujian dari
MCCK 0,357 dan 0,455, pada MCCA 0,455 dan 0,588. Keduanya memiliki bulk
density dan tap density yang baik. Semakin tinggi tap density, semakin baik
kemampuan MCC menerima tekanan.
Nilai nisbah Hausner kurang dari 1.20 menunjukkan sangat mudah mengalir,
sedangkan nilai di atas 1.50 menunjukkan laju alir yang rendah. Berdasarkan nilai
nisbah Hausner MCCK dan MCCA memiliki kemampuan mengalir yang baik. Sudut
diam juga menunjukkan kemampuan mengalir. MCCK dan MCCA dikategorikan
21
sangat mudah mengalir dengan sudut diam 23.496º dan 22,392º (26)
. Semakin kecil
sudut diam, MCC semakin mudah mengalir. Berdasarkan parameter tersebut
menunjukkan MCCK dan MCCA memiliki kemampuan mengalir yang baik di dalam
alat pengempa tablet.
Pencirian selanjutnya yaitu karakterisasi bentuk partikel serbuk MCCK dan MCCA
dengan pengujian difraksi sinar-X serbuk, scanning electron microscope (SEM) dan
spektroskopi FTIR.
Pada pengujian dengan difraksi sinar-X serbuk diperoleh pola difraksi sinar-X serbuk
MCCA memiliki puncak pola yang lebih rendah dibandingkan dengan MCCK dan
derajat kristalinitas pada MCC sebesar 38,138% dan MCCK sebesar 75,472%.
Perbedaan titik puncak pola difraksi sinar-X serbuk diakibatkan oleh adanya Derajat
kristalinitas pada MCC lebih rendah disebabkan oleh kandungan hemiselulosa dan
lignin yang tinggi, sehingga strukturnya lebih amorf. Pada pengujian menggunakan
SEM (Scanning Electron Microscope) dapat dilihat adanya bentuk Kristal dan bentuk
amorf. Pada MCC, terdapat partikel berbentuk amorf dengan partikel yang lebih
besar, partikel tersebut merupakan Selulosa I yang tidak memekar dan pecah pada
proses pulping. Jika dibandingkan dengan Avicel® PH 102, hanya terdapat sedikit
partikel amorf yang besar dan banyak partikel berbetuk Kristal yang banyak.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Mikrokristalin selulosa diperoleh melalui proses hidrolisis, pulping, bleaching. pada
pencirian dengan pengujian sifat fisiko kimia terhadap MCC yang dibandingkan
dengan Avicel® PH 102, masih terdapat kandungan lignin dan hemiselulosa yang
cukup tinggi pada MCC karena proses pulping dan bleaching yang tidak optimal, itu
ditunjukan oleh warna MCC yang cokelat muda. Dugaan adanya kandungan lignin
yang cukup tinggi diperkuat dengan pengujian karakterisasi bentuk partikel serbuk,
karena pada spektrum difraksi sinar-X didapat derajat kristalinitas dari MCC sebasar
38,138% sedangakan Avicel® PH 102 75,472%. Kemudian hasil dari SEM
(Scanning Electron Microscope) terdapat bentuk partikel amorf dan kristal. Pada
MCC bentuk amorf lebih banyak karena kurang optimalnya proses pulping yang
memekarkan selulosa I, sedangkan Avicel® PH 102 hanya sedikit memiliki partikel
amorf.
7.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk membuat formulasi tablet dengan
menggunakan MCC serabut kelapa sebagai bahan tambahan.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24
13. Casey, J. (1980) : Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology (Vol.
IA). New York: Willey Interscience Publisher.
14. Wicaksono, Y. Syifa, N. (2011) : Pengembangan Pati Singkong-Avicel® pH 101
Menjadi Bahan Pengisi Co-Process Tablet Cetak Langsung. Samarinda.
15. Bruno V, Copani A, Knopfel T, Kuhn R, Casabona G, Dell’ Albani P, Condorelli
DF, Nicoletti F. (1995): Activation of metabotropic glutamate receptors coupled
to inositol phospholipid hydrolysis amplifies NMDA-induced neuronal
degeneration in cultured cortical cells. Neuropharmacology 34:1089 –1098.
16. [FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. (1997):
Compendium of Food Additive Specifications. Addendum 5. Roma (IT):
Agriculture and Consumer Protection Department.
17. Azubuike CP, Silva OB, Okhamafe AO. (2012): Pharmacopoeial and
physicochemical properties of α-cellulose and microcrystalline cellulose
powders derived from cornstalks. Int Green Pharm. 6:193-198. doi:
10.4103/0973-8258.104930.
30. Achmadi SS. (1990): Kimia Kayu. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
34. Haafiz MKM, Eichhorn SJ, Hassan A, Jawaid M. (2013) : Isolation and
characterization of microcrystalline cellulose from oil palm biomass residue.
Carbohydr Polym. 93:628-634. doi: 10.1016/j.carbpol.2013.01.035.
LAMPIRAN 1
HASIL DETERMINASI
26
LAMPIRAN 2
MORFOLOGI TANAMAN KELAPA
27
LAMPIRAN 3
HASIL PENCIRIAN
28
LAMPIRAN 4
Intensity (counts)
POLA DIFRAKSI SINAR-X SERBUK
3000
2000
1000
0
10 15 20 25 30 35 40
2Theta (°)
MCCK
MCCA
29
LAMPIRAN 5
SPEKTRUM FTIR
O-H
C-H
C=C aromatik
Transmisi persen
Ikatan β-glikosidik
Bilangan gelombang
MCCK
MCCA
30
LAMPIRAN 6
SCANNING ELECTRON MICROSCOPE
31
LAMPIRAN 7
PERHITUNGAN
2. Bulk density
Dbulk
=
(Avicel® PH
102)
=
= 0,357 g/Ml
Dbulk
=
(MCC)
= 0,455 g/Ml
32
33
LAMPIRAN 8
(LANJUTAN)
3. Tap density
Dtap
=
(Avicel® PH
102)
=
= 0,455 g/mL
Dtap
=
(MCC)
= 0,588 g/mL
4. Indeks Carr
Indeks Carr
=
(Avicel® PH 102)
= 21,538 %
34
Indeks Carr
=
(MCC)
= 22,619 %
LAMPIRAN 8
(LANJUTAN)
5. Nisbah Hausner
Nisbah Hausner
=
(Avicel® PH 102)
= 1,275
Nisbah Hausner
=
(MCC)
= 1,292
35
6. Sudut diam
Θ = tan-1 h/r
(Avicel® PH 102)
= tan-1 1,4/6,2
= 23,496
Θ = tan-1 h/r
(MCC)
= tan-1 0,7/4,9
= 22,392
LAMPIRAN 8
(LANJUTAN)
7. Derajat Kristalinitas
Cr J
=
(Avicel® PH 102)
= 75,472 %
Cr J
=
(Avicel® PH 102)
36
= 38,138 %