DAFTAR ISI
Daftar isi ii
Deskripsi Singkat 2
Tujuan Pembelajaran 3
Materi Pokok 4
B. Kegiatan Belajar
Pendahuluan 6
Pendahuluan 13
Referensi 69
Kebijakan dan Strategi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (MD1) || iii
A Tentang Modul Ini
Hasil Belajar
Pendahuluan
b. Puskesmas/FKTP,
c. Rumah Sakit
2. Pelayanan Konseling
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi
positif antara klien dan tenaga kesehatan untuk membantu klien
mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik, dan membuat
keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang
dihadapi. Konseling adalah pertemuan tatap muka antara dua
pihak, dimana satu pihak membantu pihak lain untuk mengambil
keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri kemudian bertindak
sesuai keputusannya.
Konseling juga bermanfaat untuk mendeteksi gangguan
Kebijakan dan Strategi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (MD1) || 17
kesehatan dan perkembangan yang tidak disampaikan oleh
remaja, mendeteksi apakah remaja melakukan perilaku yang
membahayakan atau menyebabkan gangguan kesehatan
(seperti menyuntikkan obatobatan atau hubungan seksual yang
tidak aman), dan mendeteksi berbagai faktor penting dalam
lingkungan remaja yang dapat meningkatkan kecenderungan
mereka untuk melakukan perilakuperilaku tersebut. Untuk
keperluan ini, tenaga kesehatan dapat menggunakan metode
penilaian HEEADSSS (Home, Education/Employment, Eating,
Activity, Drugs, Sexuality, Safety, Suicide).
Konseling bagi remaja dapat dilaksanakan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan atau fasilitas lainnya. Konseling diberikan
oleh tenaga kesehatan terlatih dan/atau kader kesehatan yang
terlatih (guru/ pendamping anak/konselor sebaya di
sekolah/madrasah/pondok pesantren/LKSA/LPKA)
3. Pelayanan Skrining Kesehatan
Pelayanan skrining kesehatan dilakukan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Beberapa
langkah yang dilakukan yaitu: a. Anamnesis
- Anamnesis Umum, Anamnesis adalah suatu kegiatan
wawancara antara tenaga kesehatan dan klien untuk
memperoleh informasi tentang keluhan, penyakit yang
diderita, riwayat penyakit, dan faktor risiko pada remaja.
Anamnesis Umum
Keluhan Utama Keluhan atau sesuatu
yang dirasakan oleh
pasien yang mendorong
pasien mencari layanan
kesehatan (tujuan
Anamnesis HEEADSSS
Penilaian HEEADSSS Hal yang perlu digali
Home (Rumah/Tempat a) Tingkat kenyamanan.
tinggal) Tenaga kesehatan b) Dukungan keluarga
menggali kemungkinan (remaja merasa aman, bisa
remaja memiliki masalah di bicara secara terbuka serta
dalam rumah/tempat tinggal. meminta tolong pada
anggota keluarga).
c) Perilaku berisiko
(kekerasan, penggunaan
alkohol, penggunaan obat
terlarang, dan seksualitas).
Education/Employment a) Tingkat kenyamanan.
(Pendidikan/Pekerjaan) b) Dukungan masyarakat
Tenaga kesehatan menggali sekolah/tempat kerja
kemungkinan remaja (remaja merasa aman, bisa
memiliki masalah terkait bicara secara terbuka serta
pendidikan atau pekerjaan. dapat meminta bantuan).
c) Perilaku berisiko
(kekerasan, penggunaan
alkohol, penggunaan obat
terlarang, dan seksualitas).
d) Adanya perilaku
intimidasi fisik maupun
psikis dari teman (bullying)
Eating (Pola Makan) Tenaga a) Kebiasaan makan, jenis
Kebijakan dan Strategi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (MD1) || 22
Kesehatan menggali makanan yang dikonsumsi,
kemungkinan remaja dan perilaku makan remaja
memiliki masalah terkait terkait dengan stress.
kebiasaan/pola makan. b) Perubahan berat badan
(peningkatan/penurunan).
c) Persepsi remaja tentang
tubuhnya.
Activity (Kegiatan/Aktivitas) a) Hal yang dilakukan
Tenaga kesehatan menggali remaja dalam mengisi waktu
kemungkinan remaja luang.
memiliki masalah terkait b) Hubungan dengan
kegiatannya sehari-hari. teman-teman (teman dekat,
sebaya)
c) Persepsi terhadap diri
sendiri dan teman
Drugs/Obat-obatan a) Adanya lingkungan sekitar
(NAPZA) Tenaga kesehatan remaja yang mengonsumsi
menggali kemungkinan NAPZA.
remaja memiliki masalah b) Perilaku konsumsi NAPZA
terkait risiko pada remaja.
penyalahgunaan NAPZA. c) Perilaku konsumsi obat
pelangsing pada remaja.
Sexuality (Aktivitas seksual) a) Adanya perilaku seksual
Tenaga kesehatan menggali pranikah atau perilaku
kemungkinan remaja seksual berisiko .
memiliki masalah aktivitas b) Kemungkinan terjadi
seksual. kehamilan.
c) Kemungkinan IMS/HIV.
d) Kemungkinan kekerasan
seksual.
Safety (Keselamatan) Rasa aman remaja saat
Tenaga kesehatan menggali berada di keluarga,
kemungkinan remaja lingkungan (sekolah,
memiliki masalah masyarakat), dan di tempat
keselamatan. umum
Suicide/Depression a) Adanya keinginan /
(Keinginan bunuh kecenderungan remaja
diri/depresi) Tenaga untuk menyakiti diri sendiri.
kesehatan memeriksa b) Adanya kecenderungan
Kebijakan dan Strategi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (MD1) || 23
kemungkinan remaja depresi, pola dan perilaku
memiliki risiko remaja apabila sedang
kecenderungan bunuh diri merasa sedih/cemas yang
dan depresi. berlebihan
4. Pemberian Imunisasi
Remaja membutuhkan imunisasi untuk pencegahan penyakit,
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dimulai segera setelah bayi lahir
sampai 28 hari. Pelayanan pasca persalinan pada bayi baru lahir
dimulai sejak usia 6 jam sampai 28 hari. Pelayanan neonatal esensial
yang dilakukan setelah lahir 6 (enam) jam sampai 28 (dua puluh
delapan) hari meliputi:
Deteksi dini kelainan bawaan melalui skrining bayi baru lahir (SBBL)
merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Skrining atau uji saring pada bayi baru lahir (Neonatal Screening) adalah
tes yang dilakukan pada saat bayi berumur beberapa hari untuk memilah
Salah satu penyakit yang bisa dideteksi dengan skrining pada bayi
baru lahir di Indonesia antara lain Hipotiroid Kongenital (HK). Hipotiroid
Kongenital adalah keadaan menurun atau tidak berfungsinya kelenjar
tiroid yang didapat sejak bayi baru lahir. Hal ini terjadi karena kelainan
anatomi atau gangguan metabolisme pembentukan hormon tiroid atau
defisiensi iodium. Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) adalah skrining/uji
saring untuk memilah bayi yang menderita hipotiroid kongenital dari bayi
yang bukan penderita. SHK dilakukan optimal pada saat bayi berusia 48-
72 jam (kunjungan neonatus). Pelaksanaan SHK mengacu pada
pedoman yang ada.
e. Indikator Cakupan
1) Cakupan Kunjungan Nifas 1 (KF1)
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6-48 jam setelah
bersalin sesuai standar . Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Daftar isi ii
Deskripsi Singkat 2
Tujuan Pembelajaran 3
Materi Pokok 4
B. Kegiatan Belajar
Pendahuluan 6
Pendahuluan 13
Referensi 60
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Pendahuluan
B. Tujuan
C. Sasaran
Seluruh wanita hamil di wilayah Republik Indonesia.
Pendahuluan
Keterangan:
Pendahuluan
A. Gizi
B. Program pengendalian malaria
C. Program pengendalian tuberculosis (TBC)
D. Program Pengendalian HIV, Sifilis Dan Hepatitis B
E. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Konsep Pelayanan ANC Terpadu (MPI 1) || 25
F. Program Kesehatan Jiwa
G. Imunisasi
H. Kecacingan
A. Gizi
Anemia
Popu Tidak Ringan Berat
Sedang
lasi Anemia
Anak 6-59 bulan 11 10,0 – 10,9 7,0 – 9,9 < 7,0
Anak 5-11 tahun 11,5 11,0 – 11,4 8,0 – 10,9 < 8,0
Anak 12-14 tahun 12 11,0 – 11,9 8,0 – 10,9 < 8,0
WUS tidak hamil 12 11,0 – 11,9 8,0 – 10,9 < 8,0
Ibu hamil 11 10,0 – 10,9 7,0 – 9,9 < 7,0
Laki-laki ³ 15 tahun 13 11,0 – 12,9 8,0 – 10,9 < 8,0
Sumber : WHO,2012
Catatan:
PENATALAKSANAAN
- Edukasi
- Edukasi - Konseling Tatalaksana Tatalaksana
- Konseling
PELAYANAN
NEGATIF
ACT # 3 HARI
MEMBAIK
RUJUK
POSITIF NEGATIF
(DHP) 3-3-3
• Pengobatan • Pengobatan
(ART) (BPG) • Pengawasan
• Kondom • Kondom • Kondom
• Trace • Trace • Trace
Pasangan Pasangan Pasangan
• IO Lain • Comorbid Lain • Comorbid Lain
KIE
ANC T10
Termasuk tes HIV, Sifilis, Hepatitis B
NR
REAKTIF
KIE
RUJUK KE DOKTER
DIAGNOSIS
NR HIV
KIE
Terapi
adekuat
•
•
•
Anamnesis
Umur 35 tahun
Nulipara
Kehamilan multiple
Hipertensi kronik
Penyakit ginjal
Pemeriksaan fisik
Proteinuria (urin celup >+1 pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau
segera kuantitatif 300 mg/24 jam)
Keterangan sistem skoring:
Ibu hamil dilakukan rujukan bila ditemukan sedikitnya : 2 risiko sedang
dan atau,1 risiko tinggi
•
•
• •
1 2 3
Pasien / Pengunjung
Puskesmas
Catatan:
*sebelum pemberian imunisasi Td pada WUS termasuk ibu hamil
harus dilakukan skrining status T terlebih dahulu. Pemberian
imunisasi Td dilakukan apabila belum mencapai status T5
H. Kecacingan
Daftar isi Ii
Deskripsi Singkat 2
Tujuan Pembelajaran 2
Materi Pokok 3
B. Kegiatan Belajar 4
Pendahuluan 5
Pendahuluan 15
Referensi 66
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
mengidentifikasi masalah-masalah dalam kehamilan dengan
benar
Pendahuluan
Kehamilan adalah suatu hal yang fisiologis yang dimulai dengan
pembuahan dan diakhiri oleh proses persalinan. Tahap kehamilan
terbagi menjadi tiga trimester, dimana trimester pertama berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga
ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).
Selama masa kehamilan, tubuh ibu hamil akan mengalami perubahan
dan menyesuaikan diri dengan tumbuh kembang janin di dalam
kandungan. Pada materi pokok ini peserta pelatihan akan
mendapatkan penjelasan tentang konsep kehamilan sehingga dapat
memberikan pelayanan berdasarkan standar praktik kebidanan dan
kode etik profesi dalam rangka untuk memberikan intervensi sesuai
kewenangannya.
1. Pengertian kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan
dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi
atau implantasi, bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut
kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,
dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(WHO, 2016).
2. Perubahan anatomi, fisiologi dan endokrin dalam
kehamilan
Selama kehamilan, ibu hamil mengalami perubahan
anatomis dan fisiologis yang signifikan untuk memelihara dan
mengakomodasi janin yang sedang berkembang. Oleh
karena itu, penting bagi ibu hamil maupun orang disekitarnya
termasuk suami, untuk memahami perubahan fisiologis
normal yang terjadi pada kehamilan. Karena ini akan
membantu dalam membedakan dari perubahan adaptasi
yang abnormal. Perubahan fisiologis yang terjadi pada
kehamilan diantaranya :
a. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk
menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta,
amnion) sampai persalinan. Pembesaran uterus meliputi
Masalah – Masalah Dalam Kehamilan (MPI 2) || 6
peregangan dan penebalan sel-sel otot. Pada awal
kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh
hormone estrogen dan sedikit oleh progesterone. Setelah
kehamilan 12 minggu penambahan ukuran uterus
didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada
minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk
aslinya seperti buah avokad. Seiring dengan
perkembangan kehamilannya daerah fundus dan korpus
akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis (bola)
pada usia kehamilan 12 minggu
b. Serviks Uteri
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih
lunak (tanda Goodell) dan kebiruan (tanda Chadwick).
Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi
dan terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan
dengan terjadinya hipertrofi dan hyperplasia pada
kelenjar-kelenjar serviks. Pelunakan dan kompresibilitas
servik menyebabkan kekurangan kemampuan bagian ini
untuk menahan beban yang disebabkan oleh
pembesaran uterus dan sebagai kompensasinya, uterus
terjatuh ke depan (hiperantefleksio) dalam tiga bulan
pertama kehamilan uterus masih sebagai organ pelvik.
Dengan posisi tersebut diatas, akan terjadi dorongan
mekanik fundus uteri kekandungan sehingga timbul
gejala sering berkemih selama periode trimester pertama.
Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung
kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat.
Pendahuluan
Seorang ibu hamil selama masa kehamilan selain mengalami
perubahan fisiologis, tentunya akan mengalami perubahan psikologis.
Perubahan fisik karena membesarnya ukuran janin akan menimbulkan
dampak seperti letih, tidak nyaman, sulit tidur, sesak nafas, dan
keluhan lainya. Dampak tersebut akan mempengaruhi perubahan
psiokologis ibu hamil. Perasaan khawatir terhadap perkembangan
janin, keraguan menjadi ibu yang baik, dan perasaan cemas lainya
selama masa kehamilan sangat berdampak pada perubahan
psikologis ibu hamil.
Seorang bidan harus memiliki kemampuan untuk melakukan deteksi
dini ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu hamil dan masalah
kesehatan pada ibu hamil sebagai bentuk pelayanan berdasarkan
standar praktik kebidanan dan kode etik profesi dalam rangka untuk
memberikan intervensi sesuai kewenangannya.
Indikator Hasil Belajar
Setelah mempelajari materi ini peserta mampu mengidentifikasi
masalah-masalah dalam kehamilan
Sub Materi Pokok
22. Palpitasi • Pembesaran dalam ukuran • Jelaskan bahwa hal • Palpitasi yang
jantung jantung ini normal terjadi sifatnya, terus
• Peningkatan kardiak output pada kehamilan menerus dan
berat
23. Panas perut • Aliran balik esophagus. • Makan sedikit-sedikit • Gunakan • Kehilangan
(Heart burn) Rasa panas seperti tapi sering antacid berat badan
terbakar di area • Hindari makanan dengan atau keletihan
Mulai terasa retrosternal, timbul dari berlemak, digoreng, kandungan yang amat berat
selama aliran balik asam gastrik berbumbu sodium rendah • Nyeri
trimester kedua kedalam esophagus bagian merangsang. (kombinasi epigastrium
dan makin bawah. • Hindari rokok, kopi, hidroxida disertai dengan
bertambah Faktor penyebab alkohol, cokelat aluminium dan sakit kepala
bersamaan • Produksi progesteron yang (mengiritasi gastrik). magnesium). hebat, tekanan
usia kehamilan, meningkat • Hindari berbaring Cairan lebih darah tinggi, dan
hilang pada • Relaksasi sfingter setelah makan. menetralkan edema
waktu esophagus bagian bawah. Hindari minuman asam daripada • Patologis pada
persalinan. tablet. trimester ketiga
30. Sakit punggung • Lengkungan dari vertebra • Gunakan mekanik • Jika terlalu • Ada perbedaan
atas dan lumbosakral yang tubuh yang baik parah, pada
bawah meningkat saat uterus untuk mengangkat gunakan kelembutan
membesar benda : penopang pojok kosto-
Trimester • Spasme otot karena • berjongkok, dan abdomen vertebral
kedua dan tekanan pada syaraf bukan eksternal. (CVAT)
ketiga • Penambahan ukuran membungkuk, • Persalinan
payudara supaya kaki (paha) kurang bulan
• Hormon yang meningkat dan bukan
menyebabkan kartilago punggung yang
Laju kenaikan BB
Kenaikan BB Total
IMT Pra Hamil pada trimester III
Selama kehamilan
(kg/m2) (rentang rata-rata
(kg)
kg/minggu)
Gizi Kurang/KEK (<18,5) 12.71 — 18.16 0.45 (0.45 — 0.59)
Normal (18,5 -24,9) 0.45 (0.45 — 0.59) 0.45 (0.45 — 0.59)
Kelebihan BB (25.0-29.9) 6.81 — 11.35 0.27 (0.23 — 0.32)
Obes (≥30.0) 4.99 — 9.08 0.23 (0.18 — 0.27)
Definisi
Kekurangan energi kalori dan proteindalam jangka
waktu yang lama
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila pemeriksaan Lingkar lengan
atas <23,5 cm
selama Kehamilan
3) Malaria
Antenatal
4) Tuberculosis
Manifestasi klinis TB pada kehamilan umumnya sama
dengan wanita yang
Daftar isi ii
Deskripsi Singkat 2
Tujuan Pembelajaran 3
Materi Pokok 3
B. Kegiatan Belajar 4
Pendahuluan 5
Referensi 67
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
deteksi dini komplikasi dalam kehamilan dengan benar.
MATERI POKOK
Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah Deteksi Dini Komplikasi
Dalam Kehamilan dan Tatalaksana kasus :
A. Hiperemesis Gravidarum
B. Perdarahan pada kehamilan muda
C. Perdarahan pada kehamilan lanjut
D. Preeklampsia/eklampsia
E. Infeksi pada kehamilan
F. Ketuban pecah sebelum waktunya
Pendahuluan
Komplikasi kehamilan merupakan gangguan kesehatan yang terjadi
selama kehamilan dan dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan
ibu dan kesehatan janin atau keduanya. Seorang bidan bertugas untuk
memberikan pelayanan pada ibu hamil dan harus dapat mendeteksi
secara dini setiap komplikasi yang dapat dialami oleh ibu hamil dan
memberikan intervensi sesuai kewenangannya dan dapat melakukan
rujukan tepat waktu.
1. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Pengertian
Adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari, dapat
menjadi berat, dehidrasi, gangguan asam-basa dan
gangguan elektrolit dan ketosis.
B. Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Frekuensi kejadian antara 2
per 1.000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang
dikemukakan :
1) Sering terjadi pada primigravida, molahidatidosa,
diabetes, dan kehamilan ganda akibat peningkatan
kadar HCG
2) Faktor organik, karena masuknya vili khorials dalam
sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
3) Faktor psikologik : kehamilan yang tidak diinginkan,
keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
memikul tanggung jawab, dan sebagainya.
C. Diagnosis klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Hiperemesis gravidarum apabila terjadi:
1) Tingkat I = Ringan
Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita
lemah, tidak mau makan, berat badan turun dan rasa
nyeri di epigastrium; nadi sekitar 100 kali permenit,
tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering,
dan mata cekung.
2) Tingkat II = Sedang
Mual dan hebat yang hebat menyebabkan keadaan
umum penderita lebih parah; lemah, apatis, turgor kulit
mulai jelek, lidah kering dan kotor; nadi kecil dan cepat
> 100 kali per menit, suhu badan naik (dehidrasi),
ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi
turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat
pula terjadi asetonuria, dan dari nafas keluar bau
aseton.
3) Tingkat III = Berat
Deteksi Dini Komplikasi Dalam Kehamilan (MPI 3) 7
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun,
somnolen sampe koma, nadi kecil, halus dan cepat;
dehidrasi hebat, suhu badan naik, dan tensi turun
sekali, ikterus. Komplikasi yang dapat berakibat fatal
terjadi pada susunan syaraf pusat (ensefalopati
Wernicke) dengan adanya: dispolpia, perubahan
mental.
E. Patologi
Pada hyperemesis gravidarum berat kelainan pada
organ-organ tubuh sebagai berikut:
1) Hepar : pada tingkat ringan hanya ditemukan
degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis
2) Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa,. Kadang kala
dijumpai perdarahan sub-endokardial
3) Otak : terdapat bercak perdarahan pada otak
4) Ginjal : tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli
kontorti
F. Penanganan
Penanganan dilakukan dengan target:
Apakah terjadi dehidrasi atau tidak (menentukan derajat
Hiperemesis gravidarum).
Tatalaksana umum:
1) Pencegahan
• Memberikan informasi dan edukasi tentang
kehamilan kepada ibu, suami dan keluarga
Kriteria Rujukan
1) Abortus
a) Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
b) Gejala dan Tanda
Untuk wanita yang masih dalam usia reproduksi,
sebaiknya dipikirkan suatu abortus inkomplit apabila :
• Terlambat haid (tidak datang haid lebih dari saru
bulan, dihitung dari haid terakhir)
• Terjadi perdarahan per vaginam
• Spasme atau nyeri perut bawah (seperti kontraksi
saat persalinan)
• Keluarnya massa kehamilan (fragmen plasenta)
Apabila tidak terdapat gejala tersebut diatas,
dipertimbangkan diagnosis lain (mis, infeksi panggul).
Terminasi kehamilan secara paksa dilakukan dengan
memasukkan kayu, plastik atau benda tajam lainnya
kedalam kavum uteri dan ini menjadi penyebab utama
dari berbagai komplikasi serius abortus. Karena
d) Riwayat Medik
Informasi khusus tentang reproduksi, yang harus
diperoleh diantaranya:
(1) Hari pertama haid terakhir dan kapan mulai
terlambat haid
(2) Perdarahan per vaginam (lama dan jumlahnya)
(3) Alat kontrasepsi yang sedang digunakan (amenore
akibat kontrasepsi hormonal dapat dikelirukan
dengan abortus bila kemudian terjadi menoragia)
(4) Demam, menggigil atau kelemahan umum
(5) Nyeri abdomen atau punggung/bahu (berkaitan
Penatalaksanaan Umum
a. Pertahankan kehamilan
b. Tidak perlu pengobatan khusus
c. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan
seksual
d. Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada
pemeriksaan
2. Abortus insipiens
3. Abortus inkomplit
a. Lakukan konseling
b. Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
c. Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena perdarahan,
pasang IV line (bila perlu 2 jalur) segera berikan infus cairan
NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat disusul dengan darah.
d. Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan <16
minggu, gunakan jari atau forcep cincin untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang mencuat dari serviks
Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan
metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan apabila AVM tidak tersedia. Jika evakuasi tidak dapat
Deteksi Dini Komplikasi Dalam Kehamilan (MPI 3) 25
dilakuka segera: berikan ergometrin 0.2 mg IM (dapat diulang
15 menit kemudian bila perlu)
e. Jika usia kehamilan > 16 minggu berikan infus oksitosin 40 IU
dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per
menit
f. Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30 menit selama 2
jam, Bila kondisi baik dapat dipindahkan ke ruang rawat.
g. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan
kirimkan untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium
h. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda
akut abdomen, dan produksi urin tiap 6 jam selama 24 jam.
Periksa kadar Hb setelah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan
keadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang
B. Abortus komplit
Kriteria Rujukan:
Abortus Insipiens, Abortus Inkomplit, perdarahan yang banyak,
nyeri perut, ada pembukaan serviks, demam, darah cairan
berbau dan kotor.
1) Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik ialah terjadinya implantasi (kehamilan)
di luar kavum uteri. Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi
Pemeriksaan fisik:
• Anemis
2) Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Fisik
• Hipertensi: didefenisikan sebagai hasil
pengukuran sistolik menetap (selama
setidaknya 4 jam) ≥ 140-150 mmHg, atau
diastolik 90-100 mmHg. Pengukuran tekanan
darah bersifat sensitif terhadap posisi tubuh
ibu hamil sehingga posisi harus seragam,
terutama posisi duduk, pada lengan kiri setiap
kali pengukuran. Apabila tensi ≥ 160/110
maka kita dapat menetapkan Preeklampsia
Berat
• Edema: Meskipun tidak bersifat sensitif
maupun spesifik, edema teramati pada
sejumlah persentase besar ibu penderita pre-
eklamsia. Edema muncul secara sekunder
terhadap hipoalbuminemia dan kerusakan
PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA
Preeklampsia
Usia Usia
Kehamilan < Kehamilan ≥
37 mgg 37 mgg
Perawatan poliklinik
- Kontrol 2 kali perminggu
- Evaluasi gejala pemberatan preeklmapsia (tekanan darah, Terminasi
tanda impending, edemia paru Kehamilan
- Cek laboratorium (trombosit, serum kreatinin, albumin,
(AST/ALT) setiap minggu
- Evaluasi kondisi janin (hitung fetal kick count/hari,
kesejahteraan janin (NST dan USG) 2 kali/minggu, evaluasi
pertumbuhan janin setipa 2 minggu)
< 34 minggu
Jika didapatkan :
• Eklampsa
Jika usia kehamilan ≥ 24
• Edema paru minggu, janin hidup :
• DIC Berikan pematangan
Terminasi
• HT berat, tidak terkontrol paru (dosis tidak harus
kehamilan setelah
• Gawat janin Iya selalu lengkap) tanpa
stabilisasi
• Solusio plasenta ida menunda terminasi
• IUFD
• Janin tidak viabel (tergantung kasus)
Tidak
Tidak
Perawatan konservatif :
• Evaluasi di kamar bersalin selama 24-48 jam • Usia kehamilan ≥
• Rawat inap hingga terminasi 34 minggu
• Stop MgSO4, profilaksis (1x24 jam) • KPP atau inpartu
• Pemberian anti HT jika TD ≥ 160/110 • Perburukan
• Pematangan paru 2x24 jam maternal - fetal
• Evaluasi maternal-fetal secara berkala
3) Infeksi TORCH.
Terdiri atas
• Infeksi Sitomegalovirus
• Toksoplasmosis Kongenital
• Rubela
• Herpes Simplex Virus
D. Penanganan Awal
Pengobatan segera pada sepsis akan menyelamatkan
pasien dari kondisi yang lebih buruk lagi. Sisa konsepsi
Deteksi Dini Komplikasi Dalam Kehamilan (MPI 3) 60
merupakan sumber infeksi sehingga setelah kondisi
pasien stabil, harus dilakukan evakuasi. Trauma
intraabdomen, abses pelvik dan peritonitis, merupakan
indikasi untuk melakukan tindakan laparotomi (operatif).
Perhatian khusus sangat diperlukan dalam menangani
kasus-kasus infeksi dengan gas gangren dan/atau
tetanus. Bila ada sumber infeksi lain, lakukan tindakan
pengobatan yang sesuai.
E. Penanganan Lanjutan
Setelah penyebab infeksi ditangani dan antibiotika
diberikan, lanjutkan pengamatan tanda vital dan
keseluruhan kondisi pasien, Perhatikan keseimbangan
cairan dan produksi urin. Sesuaikan pengobatan yang
diberikan dengan perubahan kondisi pasien (oksigen,
obat vasoaktif, antibiotika, cairan dan sebagainya).dan
antibiotika diberikan, lanjutkan pengamatan tanda vital
dan keseluruhan kondisi pasien, Perhatikan
keseimbangan cairan dan produksi urin. Sesuaikan
pengobatan yang diberikan dengan perubahan kondisi
pasien (oksigen, obat vasoaktif, antibiotika, cairan dan
sebagainya).
Deskripsi Singkat 2
Tujuan pembelajaran 2
Materi Pokok 3
1. Pendahuluan 5
4. Uraian Materi 6
1. Pendahuluan 19
4. Uraian Materi 20
Referensi 29
Lampiran 31
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
konseling pada ibu hamil dengan baik dan benar
2. Indikator Hasil Belajar
a. Menjelaskan KIP/K
b. Melakukan Konseling pada Ibu Hamil
1. Komunikasi Interpersonal/Konseling
a. Deskripsi KIP/K
b. Pengenalan KIP/K
1) Jenis Komunikasi
2) Pengertian KIP/K
3) Faktor Penghambat KIP/K
4) Pengaruh Pemahaman Diri
2. Konseling pada Ibu Hamil
a. Keterampilan pelaksanaan Konseling
1) Keterampilan mendengar dan mempelajari
2) Keterampilan membangun kepercayaan diri dan
memberi dukungan
b. Konseling pada ibu hamil
a. Deskripsi KIP/K
4. Uraian Materi
a. Deskripsi KIP/K
1) Komunikasi
2) Proses Komunikasi
b. Pengenalan KIP/K
1) Jenis Komunikasi
2) Pengertian KIP/K
a) Faktor Individual
Orientasi kultural (keterkaitan budaya),
merupakan faktor individual yang dibawa
seseorang dalam melakukan interaksi.
Orientasi ini merupakan gabungan dari :
• Faktor fisik : Kepekaan Panca Indera (
kemampuan untuk melihat, mendengar dan
lain-lain). Usia, Gender, Jenis Kelamin.
• Sudut Pandang & Nilai yang berbeda Antara
konselor & konseling, akan sulit menemukan
titik temu antara keduanya.
• Faktor sosial, Sejarah keluarga dan sebagai
relasi jaringan sosial, peran dalam
masyarakat status sosial, peran sosial.
• Bahasa, sulit menangkap dan mengerti
pesan yang disampaikan dari pelakunya
b) Faktor yang berkaitan dengan interaksi
• Tujuan& harapan terhadap komunikasi
• Sikap terhadap interaksi / sikap yang
terbuka atau tertutup
• Pembawaan diri seseorang terhadap orang
lain. (kehangatan, perhatian, dukungan)
c) Faktor Situasional
Terampil dalam :
1. Pendahuluan
4. Uraian Materi
1. Keterampilan pelaksanaan Konseling
Langkah 1: Menilai/Bertanya
Langkah 2: Menganalisis/Berpikir
Langkah 3: Melakukan/Bertindak
A. Panduan Penugasan
1. Panduan Pelaksanaan Konseling
Petunjuk:
Alat bantu:
1) Buku KIA
2) Alat tulis.
B. Daftar Tilik
Dilakukan
Ya Tidak
NO Jenis keterampilan
2 Komunikasi Verbal
ya...,
lalu.....,
terus......,
selanjutnya - Konseli; ya, tidak,
informasi data
Nilai
No Langkah langkah
1 2 3
I TAHAP AWAL
II PEMBERIAN INFORMASI
III PENUTUP
Daftar isi ii
Deskripsi Singkat 2
Tujuan Pembelajaran 3
Materi Pokok 4
B. Kegiatan Belajar 5
6
1. Materi Pokok 1 Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi dalam Pelayanan ANC
Pendahuluan 6
12
2. Materi Pokok 2 Pelaksanaan/Penerapan
Referensi 62
Hasil Belajar
1. Pengertian PPI
2. Tujuan PPI
I. Pengertian PPI
PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan
terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar fasilitas pelayanan Kesehatan. Program
PPI merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada
setiap orang terhadap kemungkinan tertular infeksi dari
sumber masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan
kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan. Dengan kata
lain, ruang lingkup PPI mencakup upaya pencegahan
penularan/transmisi penyakit infeksi terkait pelayanan atau
Health Care Associated Infections (HAIs) dan infeksi yang
bersumber dari masyarakat. Konsep HAIs ini meliputi aspek
yang lebih luas dibandingkan dengan istilah infeksi nosokomial
yang hanya menitik beratkan pada penularan penyakit infeksi
bersumber dari rumah sakit/ Hospital Acquired Infection.
A. Konsep Infeksi
1. Definisi Infeksi
Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogen, dengan/tanpa disertai gejala
klinik. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care
Associated Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs
merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada
infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi
dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang,
juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit
dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Pendahuluan
A. Pengantar
a) Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan dilakukan untuk membunuh mikro-
organisme maupun membersihkan tangan dari kotoran
yang nampak termasuk debu ataupun terkena cairan
tubuh. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir ataupun
menggunakan alkohol (alcohol based handrubs) bila
tangan tidak nampak kotor. Faktor penting lainnya yang
perlu diperhatikan adalah kuku petugas senantiasa dalam
kondisi pendek, bersih, tidak menggunakan kuku palsu,
dan tidak menggunakan perhiasan cincin. Sehingga
mencuci tangan menggunakan air mengalir maupun
handrub mampu membunuh 99% mikroorganisme.
!
! Penting diperhatikan!
! • Jaga agar sarung tangan yang sedang terpakai agar
! jauh dari area wajah
• Batasi menyentuh benda-benda maupun alat
Kesehatan dan permukaan
• Hindari bersentuhan dengan bagian-bagian lainnya
dari APD
• Ganti sarung tangan Ketika telah digunakan/ telah
terkontaminasi maupun sarung tangan yang robek
• Biasakan mencuci tangan
Catatan:
Lihat lampiran untuk detail cara penggunaan
➢ Kualitas Udara
Tidak dianjurkan melakukan fogging dan sinar ultraviolet
untuk kebersihan udara, kecuali dry mist dengan H2O2
dan penggunaan sinar UV untuk terminal dekontaminasi
ruangan pasien dengan infeksi yang ditransmisikan
melalui air borne. Diperlukan pembatasan jumlah personil
di ruangan dan ventilasi yang memadai. Tidak
direkomendasikan melakukan kultur permukaan
lingkungan secara rutin kecuali bila ada outbreak atau
renovasi/pembangunan gedung baru.
➢ Kualitas air
Seluruh persyaratan kualitas air bersih harus dipenuhi
baik menyangkut bau, rasa, warna dan susunan kimianya
termasuk debitnya sesuai ketentuan peraturan
perundangan mengenai syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air minum dan mengenai persyaratan kualitas air
minum.
Kehandalan penyaluran air bersih ke seluruh ruangan
dan gedung perlu memperhatikan :
➢ Permukaan lingkungan
Seluruh pemukaan lingkungan datar, bebas debu,
bebas sampah, bebas serangga (semut, kecoa, lalat,
nyamuk) dan binatang pengganggu (kucing, anjing dan
tikus) dan harus dibersihkan secara terus menerus.
Tidak dianjurkan menggunakan karpet di ruang
perawatan dan menempatkan bunga segar, tanaman
pot, bunga plastik di ruang perawatan. Perbersihan
permukaan dapat dipakai klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-
1,4%, bila ada cairan tubuh, pembersihan dilakukan
dengan menggunakan klorin 0,5%.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat dan
melaksanakan SPO untuk pembersihan, disinfeksi
permukaan lingkungan,tempat tidur, peralatan disamping
tempat tidur dan pinggirannya yang sering tersentuh.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mempunyai
disinfektan yang sesuai standar untuk mengurangi
kemungkinan penyebaran kontaminasi. Untuk mencegah
aerosolisasi kuman patogen penyebab infeksi pada
saluran napas, hindari penggunaan sapu ijuk dan yang
sejenis, tapi gunakan cara basah (kain basah) dan mop
(untuk pembersihan kering/lantai),bila dimungkinkan
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (MI.5) || 28
mop terbuat dari microfiber. Mop untuk ruang isolasi
harus digunakan tersendiri, tidak digunakan lagi untuk
ruang lainnya.
Pemisahan Limbah
• Harus tertutup
• Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki
• Bersih dan dicuci setiap hari
• Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
• Jarak antar wadah limbah 10-20 meter, diletakkan di
ruang tindakan dan tidak boleh di bawah tempat tidur
pasien
• Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh
4) Pengangkutan
• Pengangkutan limbah harus menggunakan troli khusus
yang kuat, tertutup dan mudah dibersihkan, tidak boleh
tercecer, petugas menggunakan APD ketika mengangkut
limbah
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (MI.5) || 33
• Lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien, bila
tidak memungkinkan atur waktu pengangkutan limbah
(1) Pengertian
Pengelolaan peralatan perawatan pasien alat medis lainnya
adalah proses pengelolaan, dekontaminasi dan pengemasan
berdasarkan kategori kritikal, semi kritikal, dan non kritikal.
(2) Tujuan
Bertujuan untuk mencegah peralatan cepat rusak, menjaga
tetap dalam keadaan terdekontaminasi sesuai kategorinya,
menetapkan produk akhir yang sudah steril dan aman serta
tersedianya peralatan perawatan pasien dan alat medis
lainnya dalam kondisi bersih dan steril saat dibutuhkan
PEMBERSIHAN
STERILISASI PERALATAN
KRITIKAL : Masuk dalam DESINFEKSI
pembuluh darah &
jaringan
Gambar 2.8. Alur dekontaminasi peralatan perawatan medis dan alat medis yang terkontaminasi
Keterangan Alur:
Pembersiha
Pengemasa
JENIS PERALATAN
Sterilisasi
Cleaning
No
DTR
DTT
Pra
KESEHATAN
n
Peralatan Kritikal
Contoh: Instrumen bedah
1 pincet, sonde, klem, needle V V V V
heacting, bak instrumen dan
lain-lain
Peralatan Semi Kritikal
Contoh; Ambu bag, masker
2 V V V
resusitasi, kaca mulut dan
lain lain
Peralatan Non Kritikal
Contoh: Manset Tensimeter,
3 V V
stetoscope, Mesin EKG,
Mesin nebulizer dan lain lain
Bagan 2.9 Alur penanganan luka tusuk jarum saat bekerja di fasyankes
kewaspadaan transmisi.
Daftar Isi ii
Deskripsi Singkat 2
Tujuan Pembelajaran 2
Materi Pokok 2
B. Kegiatan Belajar 3
Pendahuluan 4
Pendahuluan 13
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | ii
A Tentang Modul Ini
TUJUAN PEMBELAJARAN
a) Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
kolaborasi dan rujukan sesuai kasus.
MATERI POKOK
• Pengertian kolaborasi
Kolaborasi di dalam pelayanan kesehatan,
didefinisikan sebagai kerja sama tenaga
kesehatan secara kooperatif, berbagi tanggung
jawab untuk memecahkan masalah dan membuat
keputusan untuk merumuskan dan melaksanakan
rencana perawatan pasien (O’Daniel M & Rosenstein
AH, 2008).
Kolaborasi antarprofesi dibutuhkan dalam suatu
pelayanan kesehatan dapat membawa berbagai manfaat
seperti memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik
profesional; memaksimalkan produktivitas,
aktivitas, dan efisiensi sumber daya;
meningkatkan profesionalisme, kepuasan, dan
loyalitas kerja; meningkatkan kohesivitas
antarprofesional; dan menetapkan kejelasan
peran dalam berinteraksi secara profesional
(O’Daniel M & Rosenstein AH, 2008).
Kolaborasi yang sukses dapat diwujudkan jika
setiap komponennya dapat bekerja sama. Hasil
rangkuman berbagai literatur menunjukkan bahwa
beberapa faktor dapat membantu membuat model
Kerjasama tim yang berhasil (O’Daniel M &
Rosenstein AH, 2008). Faktor-faktor keberhasilan
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 10
(DM, Hipertensi, Jiwa dan Jantung), Gizi serta beberapa
program lokal dan spesifik lainnya. Penjelasan rinci
mengenai integrasi Pelayanan ANC lintas program telah
dijelaskan di MPI 2 tentang Konsep Pelayanan ANC
Terpadu (Kemenkes, 2020).
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 11
SEKARANG SAYA TAHU
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 12
MATERI POKOK 2
RUJUKAN KOMPLIKASI
KEHAMILAN
a) Pendahuluan
Rujukan ibu hamil dan neonatus berisiko tinggi merupakan
komponen yang penting dalam pelayanan asuhan ibu hamil.
Dalam pelayanan maternal, ibu hamil terkadang mengalami
kondisi komplikasi yang tidak mampu diatasi oleh tenaga
dan perlengkapan dari fasilitas pelayanan kesehatan yang
bersangkutan. Risiko tinggi tersebut dapat disebabkan oleh
ibu dan/atau janin yang dikandungnya (Bina Kesehatan
Masyarakat, 2010).
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 13
mekanisme rujukan di dalam modul ini, tenaga kesehatan
diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan pasien.
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 14
Uraian Materi Pokok 2
• Pengertian rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab atas masalah kesehatan masyarakat dan kasus-
kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik secara
vertikal maupun horizontal meliputi rujukan sarana,
rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan
operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan
dan rujukan bahan-bahan pemeriksaan laboratorium
(Bina Kesehatan Masyarakat, 2010).
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 15
perdarahan, preeklamsia, eklamsia, ketuban pecah
dini, gawat janin, atau kondisi-kondisi
kegawatdaruratan lain yang mengancam nyawa ibu
dan bayi.
• Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan
dengan persiapan yang lebih panjang ketika keadaan
umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya di masa
antenatal atau awal persalinan ketika didapati
kemungkinan risiko komplikasi.
Rujukan ini dilakukan pada kondisi kehamilan yang
mengalami masalah kesehatan dan membutuhkan
rujukan untuk konsultasi dan kerja sama dengan
profesi kesehatan lain dalam penanganannya.
Beberapa contoh kondisi kehamilan tersebut adalah:
i. Pada kehamilan sebelumnya, Ibu
memiliki riwayat janin atau neonatus
mati, keguguran lebih dari 3 kali, bayi
<2500 g dan >4500 g, hipertensi, dan
pembedahan pada organ reproduksi.
ii. Pada kehamilan saat ini, Ibu mengalami
kehamilan ganda, usia ibu <16 atau >40
tahun, Rh(-), hipertensi, massa pelvis,
penyakit jantung, penyakit ginjal, DM, malaria,
HIV, sifilis, TBC, anemia berat,
penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol,
LILA <23,5 cm, tinggi badan < 145 cm,
kenaikan berat badan <1kg atau >2kg setiap
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 16
bulan atau tidak sesuai IMT, TFU tidak sesuai
usia kehamilan, pertumbuhan janin terhambat,
infeksi saluran kemih, penyakit kelamin,
malposisi/malpresentasi, gangguan kejiwaan,
dan kondisi-kondisi lain yang dapat memburuk
kehamilan.
Karena tidak bersifat gawat darurat, rujukan
berencana ini dapat dilakukan dengan pilihan
modalitas transportasi yang lebih variasi, nyaman,
dan aman bagi pasien.
• Mekanisme Rujukan
i. Mekanisme rujukan kegawatdaruratan
Mekanisme rujukan segera untuk kehamilan dengan
kondisi kegawatdaruratan sebagai berikut:
a. Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di
mana tersedia pelayanan kegawatdaruratan
obstetri yang sesuai.
b. Sambil menunggu transportasi, berikan
pertolongan awal kegawatdaruratan, jika perlu
berikan pengobatan.
c. Mulai berikan cairan infus intravena
d. Temani ibu hamil dan anggota keluarganya
e. Bawa obat dan kebutuhan-kebutuhan lain
f. Bawa catatan medis atau kartu kesehatan ibu
hamil, surat rujukan, dan pendanaan yang cukup
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 17
ii. Mekanisme rujukan berencana
Langkah-langkah rujukan berencana secara
sistematis
a. Rencana merujuk dikomunikasikan dengan ibu
dan keluarganya. Rujukan harus mendapatkan
persetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Hal
berikut ini sebaiknya didiskusikan antara tenaga
Kesehatan dengan keluarga adalah:
• Diagnosis dan tindakan medis yang
diperlukan
• Alasan untuk merujuk ibu
• Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak
dilakukan
• Risiko yang dapat timbul selama rujukan
dilakukan
• Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi
yang dibutuhkan untuk merujuk
• Tujuan rujukan
• Modalitas dan cara transportasi yang
digunakan
• Nama tenaga kesehatan yang akan
menemani ibu
• Jam operasional dan nomor telepon rumah
sakit/pusat layanan kesehatan yang dituju
• Perkiraan lamanya waktu perawatan
• Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan
(termasuk dokumen kelengkapan untuk
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 18
Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi
kesehatan)
• Petunjuk arah dan cara menuju tujuan
rujukan dengan menggunakan modalitas
transportasi lain
• Pilihan akomodasi untuk keluarga
b. Fasyankes tujuan rujukan harus dihubungi dan
disampaikan hal-hal berikut:
• Nama pasien
• Nama tenaga kesehatan yang merujuk
• Indikasi rujukan
• Kondisi ibu dan janin
• Rencana terkait prosedur teknis rujukan
(termasuk kondisi lingkungan dan cuaca
menuju tujuan rujukan)
• Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan
rujukan
• Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan
selama dan sebelum transportasi,
berdasarkan pengalaman-pengalaman
rujukan sebelumnya
c. Beberapa berkas harus dilengkapi dan
dikirimkan ke fasyankes tujuan adalah:
• Formulir rujukan pasien (minimal berisi
identitas ibu, hasil pemeriksaan, diagnosis
kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan
rujukan, serta nama dan tanda tangan
tenaga kesehatan yang memberi pelayanan)
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 19
• Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
• Fotokopi rekam medis yang berkaitan
dengan kondisi saat ini
• Hasil pemeriksaan penunjang
• Berkas-berkas lain untuk pembiayaan
menggunakan jaminan kesehatan
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 20
• Denyut jantung janin
• Presentasi
• Dilatasi serviks
• Letak janin
• Kondisi ketuban
• Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi,
durasi
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 21
Saat ini, Kementerian Kesehatan sedang melakukan
pengembangan sistem teknologi rujukan untuk
membenahi mekanisme komunikasi antara fasilitas
pelayanan rujukan serta membenahi fungsi rujuk balik
yang terintegrasi (Kemenkes, 2022). Bidan, selaku
tenaga kesehatan di fasyankes primer, harus
mengetahui sistem rujukan berbasis teknologi
informasi melalui aplikasi Sistem Rujukan Terintegrasi
(Sisrute). Aplikasi ini meningkatkan kinerja fasilitas
pelayanan kesehatan serta mempercepat proses
rujukan sesuai kebutuhan medis pasien dan
kompetensi. Pada proses rujukan menggunakan
SISRUTE diharapkan adanya komunikasi dan
informasi awal sebelum pasien dirujuk melalui media
komunikasi (SMS, aplikasi android dan WEB),
sehingga pelayanan di RS tempat rujukan dapat
memberikan pelayanan yang cepat dan tepat serta
berdampak pada keselamatan pasien dan kepuasan
keluarga/pasien.
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 22
• Berkualitas dan berfungsi baik
• Permukaan kasar untuk menahan gerakan akibat
percepatan dan getaran
• Dapat diandalkan dalam keadaan cuaca ekstrem
tanpa kehilangan akurasinya
• Bertahan dengan baik dalam perubahan tekanan
jika digunakan dalam pesawat terbang
• Mempunyai sumber listrik sendiri (baterai) tanpa
mengganggu sumber listrik kendaraan
Perlengkapan Umum
• Formulir rujukan ibu (diisi lengkap, siapkan juga
cadangan)
• Tandu (stretcher)
• Stetoskop
• Termometer
• Baskom muntah
• Lampu senter
• Sfigmomanometer (digital lebih baik)
• Doppler (bila tidak ada, gunakan stetoskop janin)
• Infusion pump (tenaga baterai)
• Sarung tangan steril (3 pasang, berbagai ukuran)
• Pembalut wanita, diutamakan pembalut khusus
pascasalin
• Lubrikan steril
• Larutan antiseptik
Cairan dan Obat-obatan
• 1000 ml 5% D/W
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 23
• 1000 ml Ringer Laktat
• 1000 ml NaCl 0,9% / Asering
• Cairan koloid
• Soluset atau buret
• Plester
• Torniket
• Masing-masing sepasang kanul intravena ukuran
16, 18, dan 20
• Butterfly (kanula IV tipe kupu-kupu) ukuran 21
• Spuit dan jarum
• Swab alkohol
• MgSO4 1 g/ampul
• Ca glukonas
• Oksitosin 10 unit/ml
• Ergometrin 0,2 mg/ml
• 2 ampul diazepam 10 mg/ampul
• Tablet nifedipin 10 mg
• Lidokain 2%
• Epinefrin
• Sulfas atropin
• Diazepam
• Cairan dan obat-obatan lain sesuai kasus yang
dirujuk
Perlengkapan persalinan steril
• Sarung tangan steril/DTT
• 1 buah gunting episiotomi
• 1 buah gunting tali pusat
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 24
• 1 buah pengisap lendir DeLee atau suction
mekanis dengan kateter berukuran 10 Fr
• 2 buah klem tali pusat
• Benang tali pusat steril/DTT atau penjepit tali
pusat
• 2 buah kantong plastik
• 6 buah kasa steril/DTT 4x4
• 1 lembar duk steril/kain bersih
• Selimut bayi (2 buah)
• Selimut ibu
Perlengkapan resusitasi bayi
• Laringoskop bayi dengan blade ukuran 0 dan 1
• Self inflating bag dan sungkup oksigen untuk bayi,
berukuran 0,1, dan 2
• Pipa endotrakeal dengan stylet dan konektor,
berukuran 2,5 sampai 4
• 3 buah ampul epinefrin 1:10.000 1 ml/ampul
• Spuit 1 ml dan 2 ml
• Jarum ukuran 20 dan 25
• Pipa orogastrik
• Gunting dan plester
• Tabung oksigen kecil lengkap
Perlengkapan resusitasi dewasa
Pastikan tenaga kesehatan mampu menggunakan
alat-alat di bawah ini:
• Tabung oksigen lengkap
• Self inflating bag dan sungkup oksigen
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 25
• Airway nomor 3
• Laringoskop dan blade untuk dewasa
• Pipa endotrakeal 7-7,5 mm
• Suction dan kateter ukuran 14 Fr
Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam
rujukan tepat waktu harus disesuaikan dengan medan
dan kondisi lingkungan menuju tujuan rujukan.
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 26
SEKARANG SAYA TAHU
Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan
komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal.
Dengan memahami sistem dan cara rujukan yang baik, bidan
diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan ibu hamil.
3. Penugasan
Terlampir panduan penugasan
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 27
REFERENSI
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 28
masalah dan membuat keputusan untuk merumuskan
dan melaksanakan rencana perawatan pasien
• SBAR (Situation, Background, Assessment dan
Recomemndation) adalah teknik untuk mengkomunikasikan
informasi penting yang membutuhkan perhatian dan tindakan
segera terkait kondisi pasien
• Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
atas masalah kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit
yang dilakukan secara timbal balik secara vertikal maupun
horizontal meliputi rujukan sarana, rujukan teknologi, rujukan
tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu
pengetahuan dan rujukan bahan-bahan pemeriksaan
laboratorium
K o l a b o r a s i d a n R u j u k a n S e s u a i K a s u s ( M P I . 6 ) | 29
Asuhan Ibu Hamil (ANC) Terpadu | i
DAFTAR ISI
Daftar isi ii
Deskripsi Singkat 2
Tujuan Pembelajaran 3
Materi Pokok 4
B. Kegiatan Belajar 5
Pendahuluan 6
Pendahuluan 18
Uraian Materi 20
Referensi 42
A. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
asuhan ibu hamil terpadu sesuai standar
Pendahuluan
Seorang bidan harus memiliki kemampuan untuk melakukan deteksi
dini masalah-masalah seperti masalah gizi, faktor resiko, komplikasi
kebidanan, gangguan jiwa, penyakit menular dan tidak menular yang
dialami oleh ibu hamil serta mampu melakukan tatalaksana secara
adekuat pada saat memberikan pelayanan antenatal. Untuk
mendeteksi secara dini akan dapat dilakukan minimal melalui
penerapan standar pelayanan antenatal.
Pada materi pokok ini peserta pelatihan akan mendapatkan penjelasan
tentang standar pelayanan antenatal yang harus didapatkan oleh
setiap ibu hamil sebagai bagian dari pelayanan yang berkualitas yang
dilakukan oleh bidan di pelayananan Kesehatan.
(<18.5
- 29.9)
• IMT>30
MAP = (2 x Diastole) + 5
3
8. Tes laboratorium:
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal
tersebut meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah
b. Pemeriksaan kadar Hemoglobin darah (Hb)
c. Pemeriksaan protein dalam urin
d. Pemeriksaan kadar gula darah
e. Pemeriksaan darah Malaria
Pendahuluan
Pelayanan Kesehatan masa sebelum hamil dilaksanakan sesuai
dengan PMK Nomor 21 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
pelayanan Kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan
dan masa sesudah melahirkan, pelayanan kontrasepsi dan pelayanan
kesehatan seksual. Pelaksanaan asuhan ibu hamil oleh bidan wajib
dilakukan sesuai standar dan secara terpadu.
Pada materi pokok ini peserta pelatihan akan mendapatkan penjelasan
dan mampu melakukan tatalaksana asuhan pada ibu hamil.
Tatalaksana asuhan pada ibu hamil dimulai dengan anamnesa dan
pengkajian data terhadap ibu hamil. Anamnesa dan pengkajian perlu
dilakukan agar dapat memastikan kondisi ibu hamil tersebut sebelum
pemeriksaan fisik dilakukan.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan TTV
a. Tekanan Darah
Langkah Pemeriksaan tekanan darah
b. Nadi
Pada masa kehamilan terjadi peningkatan frekuensi
jantung sejak usia kehamilan 4 minggu sekitar 15-20
denyut permenit, kondisi ini memuncak pada usia
gestasi 28 minggu karena disebabkan peningkatan
curah jantung karena adanya peningkatan total volume
darah. Frekuensi nadi normal antara 60-90x/menit
c. Suhu
Suhu tubuh yang meningkat dapat menyebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen jaringan dan disertai
peningkatan frekuensi jantung. Pada ibu hamil
3) Mata
Periksa perubahan warna konjungtiva
mata.Konjungtiva yang pucat menandakan ibu
menderita anemia sehingga harus dilakukan
penanganan lebih lanjut.
Pada pemeriksaan mata juga lihat warna sklera,
apabila sklera berwarna kekuningan curigai bahwa
ibu memiliki riwayat penyakit hepatitis.
4) Mulut dan gigi
Amati kebersihan gigi dan mulut
5) Leher
Periksa adanya pembengkan pada leher yang
biasanya disebabkan oleh pembengkakan kelenjar
thyroid dan apabila ada pembesaran pada vena
jugularis curigai bahwa ibu memiliki penyakit jantung
e. Pemeriksaan payudara
Cara Pemeriksaan:
Setelah meraba samping kanan dan kiri uterus,
pindahkan tangan kiri kearah fundus dan tangan
kanan ke bagian bawah uterus. Apabila teraba
keras dan saat digoyangkan terasa lentingan
pertanda kepala janin. Apabila teraba lunak dan
bila digoyangkan tidak ada lentingan pertanda
bokong janin. Pada saat bagian terbawah janin
dapat digoyangkan berarti bagian terbawah janin
belum masuk pintu atas panggul, sebaliknya
apabila saat digoyangkan bagian terbawah janin
tidak bergoyang, maka bagian terbawah janin
belum masuk Pintu Atas Panggul.
d) Leopold IV
Tujuan Pemeriksaan:
Memastikan bagian terbawah janin sudah masuk
Pintu Atas Panggul
Menentukan seberapa jauh bagian terbawah janin
sudah memasuki pintu Atas Panggul
Cara Pemeriksaan:
Cara Pemeriksaan
a) Tentukan area terdengarnya DJJ yang paling
keras (Punktum Maximum) Apabila janin dengan
posisi membujur dan presentasi kepala, maka
punktum maksimum berada di area antara pusat
dan symfisis tergantung dengan letak punggung
janin. Sedangkan, apabila janin dalam posisi
sungsang dan presentasi bokong, maka punktum
maksimum berada di area pusat dan Processus
Xipoideus. Selain itu melalui pemeriksaan ini
dapat diketahui apakah janin tunggal atau kembar
dari DJJ yang terdengar di dua tempat berbeda.
b) Meletakkan fetoskop/leanec pada area punctum
maksimum, apabila sudah terdengar bunyi denyut
jantung janin maka pastikan DJJ dengan cara
membedakannya dengan denyut nadi ibu pada
arteri radialis
c) Hitung bunyi denyut jantung dengan menghitung
selama 1 menit penuh dan perhatikan iramanya,
3. Pemeriksaan Laboratorium
Bidan berkolaborasi untuk pelaksanaan pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaan Hb, proteinuri,
glukosaurin, gol. darah, triple eliminasi (HIV, sifilis, HbsAG
dan tes malaria untuk daerah endemis).
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan
bekerja sama dengan tim kesehatan lain. Bidan harus
6. Pendokumentasian Asuhan.
Rangkaian kegiatan pemberian asuhan pada ibu hamil
dilakukan pencatatan berupa :
a) Dokumentasi dengan SOAP
b) Pengisian Buku KIA/Mengisi kartu Ibu
c) Mengisi E Kohort/ Kohort manual
d) Pelaporan PWS KIA
e) Pengisian Aplikasi E-Ppgbm
f) Pencatatan dan Pelaporan dari program yang sudah
ada (PWS imunisasi, Malaria, Gizi, KB, TB, Triple
Eliminasi)
g) dll
Daftar isi ii
Deskripsi Singkat 2
Tujuan Pembelajaran 4
Materi Pokok 5
B. Kegiatan Belajar 6
Pendahuluan 7
Pendahuluan 14
Referensi 19
Hasil Belajar
Terpadu
Pendahuluan
1. Kartu Ibu
2. Buku KIA
3. Kohort Ibu
a) Kartu Ibu
Semua ibu hamil yang diperiksa oleh petugas kesehatan
dicatat secara langsung ke dalam Kartu Ibu sebagai Rekam
Medis Pencatatan hasil pelayanan kehamilan, persalinan dan
Nifas, mulai dari identitas, pelayanan (anamnesis dan
pemeriksaan), integrasi program, penilaian komplikasi,
tatalaksana awal termasuk konseling dan kunjungan ulang.
C) Buku KIA
Pendahuluan
- PWS KIA
- LB3 Ibu
- E Kohort
3. Buku KIA
Deskripsi Singkat 1
Tujuan Pembelajaran 3
Materi Pokok 4
B. Kegiatan Belajar 5
6
1. Materi Pokok 1 Perkenalan dan Konsep
Perubahan Diri
Pendahuluan 6
1. Perkenalan 7
8
2. Konsep Perubahan Diri
11
2. Materi Pokok 2 Komitmen/Kesepakatan dalam
Pembelajaran
17
3. Materi Pokok 3 Kerja sama Tim Belajar yang Baik
Pendahuluan 17
18
2. Penugasan Harian
Referensi 20
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Pendahuluan
1. Perkenalan
1. Perkenalan
Saat awal sebuah pelatihan, suasana kelas biasanya dalam
kondisi kebekuan (freezing). Para peserta berada dalam
lingkungan belajar yang baru. Peserta dengan latar belakang
berbeda-beda juga biasanya mengakibatkan kecanggungan
dalam bersikap maupun mengemukakan idenya karena tidak
setiap orang dapat dengan mudah beradaptasi dengan
lingkungan yang baru. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu
dilakukan suatu proses pencairan (unfreezing).
Proses pencairan dilakukan dengan membangun rasa percaya
antar peserta serta dan menciptakan perasaan positif satu sama
lain, terutama melalui proses perkenalan. Proses perkenalan
melibatkan fasilitator, peserta, dan panitia.
Proses perkenalan biasanya dimulai dengan tahap perkenalan
fasilitator dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran. Selanjutnya dilakukan proses perkenalan peserta
tentunya dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti
perkenalan secara per individu serta kelompok. Materi yang
penuh dinamika ini sebaiknya diselingi dengan berbagai
permainan dan ice breaking. Proses perkenalan secara menarik
dapat dilakukan secara daring maupun luring. Setelah saling
mengenal, peserta diharapkan akan mudah beradaptasi. Peserta
akan menjadi saling percaya dan siap berkontribusi untuk
Pendahuluan
Pendahuluan
2. Penugasan Harian
Fasilitator/widyaiswara dari materi BLC harus menyediakan
mekanisme manajemen lingkungan agar peserta menyiapkan diri
secara fisik, mental, emosional untuk selalu belajar selama
pelatihan (Junaidi, 2021). Fasilitator dapat memberikan
penugasan harian kepada peserta seperti refleksi, review materi,
energizer, serta tugas lainnya. Pengurus kelas juga dapat
berpartisipasi aktif agar peserta dapat berkomitmen dan konsisten
untuk melaksanakan penugasan harian.
Building Learning Commitment (MP.1) || 18
SEKARANG SAYA TAHU
Kerja sama tim belajar yang baik dapat terwujud dengan adanya
pengorganisasian kelas dan pemberian penugasan harian efektif.
Dengan ada kepemimpinan yang baik, penugasan harian akan
berjalan teratur. Keterlibatan peserta dalam penugasan harian akan
menjadikan peserta terus berkomitmen untuk belajar. Diharapkan
pelatihan bukan hanya belajar yang berisi gudang pengalaman dan
bahan pelajaran yang harus dikuasai, tetapi melihat manajemen
pelatihan dan memastikan proses pelatihan berjalan lancar serta
menyenangkan.
Deskripsi Singkat 2
Tujuan pembelajaran 2
B. KEGIATAN BELAJAR 4
1. Pendahuluan 5
4. Uraian Materi 6
1. Pendahuluan 11
4. Uraian Materi 12
1. Pendahuluan 21
Anti Korupsi || ii
2. Indikator Hasil Belajar 22
4. Uraian Materi 23
1. Pendahuluan 40
4. Uraian Materi 42
Referensi 50
Anti Korupsi || 1
DESKRIPSI SINGKAT
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membangun
sikap anti korupsi dengan benar
2. Indikator Hasil Belajar
a. Menjelaskan Dampak Korupsi
b. Menjelaskan semangat perlawanan terhadap korupsi
c. Menjelaskan cara berpikir kritis terhadap masalah korupsi
d. Menjelaskan sikap anti korupsi
Anti Korupsi || 2
MATERI POKOK
1. Dampak Korupsi
a. Dampang korupsi terhadap berbagai bidang
b. Kerugian negara akibat korupsi diindonesia
c. Biaya sosial korupsi
d. Hubungan antar danpak korupsi dan biaya sosial korupsi
2. Semangat perlawanan terhadap Korupsi
a. Indeks persepsi korupsi indonesia
b. 10 potensi indonesia bisa makmur
3. Cara berpikir kritis terhadap masalah korupsi
a. Pengertian korupsi
b. Faktor penyebab korupsi
c. Jenis tindak pidana korupsi
4. Sikap anti korupsi
a. Nilai-nilai anti korupsi
b. Integritas
Indikator seseorang berintegritas
Anti Korupsi || 3
B Kegiatan Belajar
Anti Korupsi || 4
MATERI POKOK 1
DAMPAK KORUPSI
1. Pendahuluan
Anti Korupsi || 5
Uraian Materi Pokok 1
Anti Korupsi || 6
Beberapa dampak korupsi di bidang Ekonomi :
- Menghambat sektor industri dan produksi dalam
berkembang
- Rendahnya Kualitas barang dan jasa untuk publik
- Lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi
Anti Korupsi || 7
ketimpangan pendapatan. Korupsi juga dapat
menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat di suatu
negara.
Diindonesia, korupsi berkorelasi negatif signifikan dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi, investasi, tingkat belanja
kesehatan publik dan pendapatan perkapita. Korupsi di
indonesia juga berkorelasi positif signifikan terhadap
kemiskinan dan ketimpangan pendapatan.
Laporan Indonesian Corruption Watch (ICW) menunjukkan,
kerugian negara akibat korupsi mencapai Rp 26,83 triliun
pada semester 1 2021. Jumlah ini meningkat 47,63%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar
Rp 18,17 triliun. Jumlah kasus korupsi yang berhasil
ditemukan aparat penegak hukum (APH) pada periode
tersebut adalah sebanyak 209 kasus dengan jumlah 482
tersangka yang diproses hukum.
Anti Korupsi || 8
c. Biaya sosial korupsi
Biaya sosial korupsi bisa diartikan sebagai dampak kerugian
dari perilaku korupsi yang membebani keuangan
negara.Dalam metodologi Brand and price, perhitungan
biaya sosial dapat diukur dari tiga unsur yaitu biaya
antisipasi, biaya akibat dan biaya reaksi.
Biaya antisipasi adalah besaran biaya yang dikeluarkan
negara untuk mengantisipasi dan mencegah korupsi.
Contohnya, ketika korupsi telah menjadi endemik di sebuah
negara, maka pemerintah negara itu akan mengeluarkan
kebijakan untuk mengatasi hal tersebut, dan ini
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Biaya akibat korupsi adalah biaya dari kerugian yang
ditanggung masyarakat akibat korupsi, contohnya dampak
sosial ekonomi, dampak investasi dan lainnya. Biaya akibat
korupsi dibagi menjadi dua yaitu eksplisit dan implisit. Biaya
eksplisit adalah kerugian akibat korupsi yang dihitung oleh
BPK dan BPKP, sedangkan implisit adalah nilai kerugian
yang dihitung akibat efek domino dari korupsi tersebut.
Termasuk dalam biaya implisit adalah berapa banyak
pengaruhnya terhadap investasi sampai ekonomi makro.
Biaya reaksi adalah biaya yang muncul sepanjang proses
penyelesaian perkara. Mulai dari penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, sampai koruptor masuk ke penjara.
Anti Korupsi || 9
SEKARANG SAYA TAHU
MATERI POKOK 1
Anti Korupsi || 10
MATERI POKOK 2
SEMANGAT PERLAWANAN
TERHADAP KORUPSI
1. Pendahuluan
Anti Korupsi || 11
Uraian Materi Pokok 2
Anti Korupsi || 12
sumber: lokadata/transparancy international
Anti Korupsi || 13
pada kacamata ekonomi dan investasi tapa mengindahkan
faktor integritas hanya akan memicu terjadinya korupsi,
termasuk penanganan pandemi covid-19, mengingat tahun
2022 memasuki masa pandemi covid-19.
Oleh karena itu, ada tiga area dalam IPK yang mesti
diperhatikan. Pertama, sektor ekonomi, investasi dan
kemudahan berusaha. Secara umum beberapa indikator
penyusun IPK yang berhubungan dengan sektor ekonomi,
investasi dan kemudahan berusaha mengalami stagnasi
(WEF) bahkan mayoritas turun (PRS; IMD; GI; PERC).
Sehingga janji Pemerintah dalam melakukan perbaikan di
sektor perbaikan iklim usaha perlu ditinjau ulang terkait
dengan prevalensi terhadap korupsi. Kedua, sektor
penegakan hukum dan perbaikan layanan/birokrasi. Salah
satu indikator penegakan hukum naik (WJP-ROL), namun
pada perbaikan kualitas layanan/birokrasi dengan
Anti Korupsi || 14
hubungannya terhadap korupsi stagnan (BFTI;
EIU). Ketiga, adalah sektor integritas politik dan kualitas
demokrasi. Korupsi politik, bahkan saat situasi pandemi
yang melibatkan aktor-aktor politik yang menduduki jabatan
publik perlu mendapatkan perhatian khusus dan perlu
peningkatan kualitas pertanggungjawaban politik secara
serius dan memastikan untuk terbebas dari konflik
kepentingan.
Untuk membuat kemajuan nyata dalam melawan korupsi,
menciptakan iklim demokrasi yang berkualitas dalam
menghadapi situasi pandemi yang menghadirkan krisis
ganda, maka Transparency International Indonesia
memberikan rekomendasi kepada Presiden dan segenap
jajaran Pemerintah, Komisi Pemberantasan Korupsi, DPR
dan Parpol, serta semua pihak agar:
Anti Korupsi || 15
penyalahgunaan wewenang, mengidentifikasi
potensi konflik kepentingan, dan memastikan
penetapan harga yang adil.
Anti Korupsi || 16
Sumber:ACLK KPK
Anti Korupsi || 17
3) Indonesia memiliki sekitar 250 suku bangsa yang
menghasilkan keberagaman budaya nusantara
dengan746 bahasa daerah.
4) Indonesia memiliki penduduk dari sabang sampai
merauke sebanyak 255.993.674 jiwa dan
merupakan modal memanfaatkan sumber daya
alam yang tersedia, mempertahankan keutuhan
negara dari ancaman negara lain, peningkatan
kualitas sumber daya manusia.
5) Indonesia memiliki aneka bahan tambang. Minyak
bumi indonesia berada di posisi ke 25 dalam daftar
negara dengan potensi minyak bumi terbesar
disunia. Indonesia juga berada di peringkat ke -8
untuk gas alam, serta berada di peringkat ke -7
dalam potensi emas tersebsar dengan cadangan
berkisar 23% dari total cadangan emas dunia.
6) Indonesia memiliki sekitar 100-150 genus dari
tumbuhan dengan 25.000-30.000 spesies.
7) Indonesia memiliki sekitar 300ribu atau 17 % dari
total jumlah satwa liar dunia. Diantaranya adalah
1.539 jenis burung dan 515 jenis mamalia.
Indonesia menjadi habitat satwa endemik yang
sanat banyak. Tercatat 255 jenis mamaloa, 384
jenis burung dan 173 jenis ampfini hanya hidup di
Indonesia.
8) Indonesia merupakan produsen ikan terbesar di
dunia. Volume produksinya mencapai sekitar 571
juta ton. Itu meliputi 44 juta ton di wilayah tangkap
Anti Korupsi || 18
perairan indonesia dan 18 juta ton berada di
perairan zona ekonomi ekslusif.
9) Total potensi maritim indonesia diperkirakan
mnecapai Rp 7.200 triliun atau 35 kali anggaran
pendapatan dn belanja negara.
10) Indonesia memiliki seajarah besar dengan
mempriklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945
setelah dijajah belanja 35 abad dan diduduki
jepang selama 35 tahun. Majapahit pernah
menyatukan nusantara dibawah komando
Mhapatih Gajah Mada. Indonesia pernah memiliki
armada laut sriwijaya uyang digdaya, dan juga
samudera pasai yang sempat menguasai
perdagangan dunia.
Anti Korupsi || 19
SEKARANG SAYA TAHU
MATERI POKOK 2
Anti Korupsi || 20
MATERI POKOK 3
CARA BERPIKIR KRITIS
1. Pendahuluan
Anti Korupsi || 21
2. Indikator Hasil Belajar
Anti Korupsi || 22
Uraian Materi Pokok 3
a. Pengertian Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau
corruptus. Corruptio memiliki arti beragam yakni tindakan
merusak atau menghancurkan. Corruptio juga diartikan
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-
kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.
Kata corruptio masuk dalam bahasa Inggris menjadi kata
corruption atau dalam bahasa Belanda menjadi corruptie.
Kata corruptie dalam bahasa Belanda masuk ke dalam
perbendaharaan Indonesia menjadi korupsi. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.
Definisi lainnya dari korupsi disampaikan World Bank pada
tahun 2000, yaitu “korupsi adalah penyalahgunaan
kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi". Definisi World
Bank ini menjadi standar internasional dalam merumuskan
korupsi.
Dari berbagai pengertian di atas, korupsi pada dasarnya
memiliki lima komponen, yaitu:
1. Korupsi adalah suatu perilaku.
2. Ada penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.
Anti Korupsi || 23
3. Dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau
kelompok.
4. Melanggar hukum atau menyimpang dari norma dan moral.
5. Terjadi atau dilakukan di lembaga pemerintah atau swasta.
Anti Korupsi || 24
konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan
apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan.
Anti Korupsi || 25
14) Teori Willingness and Opportunity to Corrupt. Menurut
teori ini, korupsi terjadi jika terdapat kesempatan/peluang
(kelemahan sistem, pengawasan kurang, dan
sebagainya) dan niat/keinginan (didorong karena
kebutuhan & keserakahan).
15) Teori Cost-Benefit Model. Menurut teori ini, korupsi terjadi
jika manfaat korupsi yang didapat/dirasakan lebih besar
dari biaya/risikonya (Nilai Manfaat Bersih Korupsi > 0).
Anti Korupsi || 26
hidup konsumtif misalnya membeli barang-barang
mewah dan mahal atau mengikuti tren kehidupan
perkotaan yang serba glamor. Korupsi bisa terjadi
jika seseorang melakukan gaya hidup konsumtif
namun tidak diimbangi dengan pendapatan yang
memadai.
- Moral yang lemah
Seseorang dengan moral yang lemah mudah
tergoda untuk melakukan korupsi. Aspek lemah
moral misalnya lemahnya keimanan, kejujuran,
atau rasa malu melakukan tindakan korupsi. Jika
moral seseorang lemah, maka godaan korupsi
yang datang akan sulit ditepis. Godaan korupsi
bisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahan, atau pihak lain yang memberi
kesempatan untuk melakukannya.
Faktor eksternal :
- Aspek sosial
Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam
mendorong terjadinya korupsi, terutama keluarga.
Bukannya mengingatkan atau memberi hukuman,
keluarga malah justru mendukung seseorang
korupsi untuk memenuhi keserakahan mereka.
Aspek sosial lainnya adalah nilai dan budaya di
masyarakat yang mendukung korupsi. Misalnya,
masyarakat hanya menghargai seseorang karena
Anti Korupsi || 27
kekayaan yang dimilikinya atau terbiasa
memberikan gratifikasi kepada pejabat.
- Aspek politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh
keuntungan yang besar menjadi faktor eksternal
penyebab korupsi. Tujuan politik untuk
Anti Korupsi || 28
memperkaya diri pada akhirnya menciptakan
money politics. Dengan money politics, seseorang
bisa memenangkan kontestasi dengan membeli
suara atau menyogok para pemilih atau anggota-
anggota partai politiknya.
Pejabat yang berkuasa dengan politik uang hanya
ingin mendapatkan harta, menggerus kewajiban
utamanya yaitu mengabdi kepada rakyat. Melalui
perhitungan untung-rugi, pemimpin hasil money
politics tidak akan peduli nasib rakyat yang
memilihnya, yang terpenting baginya adalah
bagaimana ongkos politiknya bisa kembali dan
berlipat ganda.
Balas jasa politik seperti jual beli suara di DPR atau
dukungan partai politik juga mendorong pejabat
untuk korupsi. Dukungan partai politik yang
mengharuskan imbal jasa akhirnya memunculkan
upeti politik. Secara rutin, pejabat yang terpilih
membayar upeti ke partai dalam jumlah besar,
memaksa korupsi.
- Aspek hukum
Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa
dilihat dari dua sisi, sisi perundang-undangan dan
lemahnya penegakan hukum. Koruptor akan
mencari celah di perundang-undangan untuk bisa
melakukan aksinya. Selain itu, penegakan hukum
yang tidak bisa menimbulkan efek jera akan
Anti Korupsi || 29
membuat koruptor semakin berani dan korupsi
terus terjadi.
Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika
banyak produk hukum yang tidak jelas aturannya,
pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecenderungan
hukum dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak
tertentu. Sanksi yang tidak sebanding terhadap
pelaku korupsi, terlalu ringan atau tidak tepat
sasaran, juga membuat para pelaku korupsi tidak
segan-segan menilap uang negara
- Aspek ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai
penyebab utama korupsi. Di antaranya tingkat
pendapatan atau gaji yang tak cukup untuk
memenuhi kebutuhan. Fakta juga menunjukkan
bahwa korupsi tidak dilakukan oleh mereka yang
gajinya pas-pasan. Korupsi dalam jumlah besar
justru dilakukan oleh orang-orang kaya dan
berpendidikan tinggi.
Banyak kita lihat pemimpin daerah atau anggota
DPR yang ditangkap karena korupsi. Mereka
korupsi bukan karena kekurangan harta, tapi
karena sifat serakah dan moral yang buruk.
Di negara dengan sistem ekonomi monopolistik,
kekuasaan negara dirangkai sedemikian rupa agar
menciptakan kesempatan-kesempatan ekonomi
bagi pegawai pemerintah untuk meningkatkan
Anti Korupsi || 30
kepentingan mereka dan sekutunya. Kebijakan
ekonomi dikembangkan dengan cara yang tidak
partisipatif, tidak transparan dan tidak akuntabel.
- Aspek organisasi
Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah
organisasi tempat koruptor berada. Biasanya,
organisasi ini memberi andil terjadinya korupsi,
karena membuka peluang atau kesempatan.
Misalnya tidak adanya teladan integritas dari
pemimpin, kultur yang benar, kurang memadainya
sistem akuntabilitas, atau lemahnya sistem
pengendalian manajemen.
Mengutip buku Pendidikan Antikorupsi oleh Eko
Handoyo, organisasi bisa mendapatkan
keuntungan dari korupsi para anggotanya yang
menjadi birokrat dan bermain di antara celah-celah
peraturan. Partai politik misalnya, menggunakan
cara ini untuk membiayai organisasi mereka.
Pencalonan pejabat daerah juga menjadi sarana
bagi partai politik untuk mencari dana bagi
kelancaran roda organisasi, pada akhirnya terjadi
money politics dan lingkaran korupsi kembali
terjadi.
Anti Korupsi || 31
kelas kakap (grand corruption). Berdasarkan UU Nomor 31
Tahun 1999, mulanya korupsi dikelompokkan menjadi 30
jenis. Dari ketiga puluh bentuk/jenis tersebut, diklasifikasikan
menjadi hanya tujuh kelompok saja yaitu merugikan
keuangan negara, suap menyuap, penggelapan dalam
jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan
kepentingan dalam pengadaan, gratifikasi.
2) Suap menyuap
Suap sangat populer sebagai upaya memuluskan
ataupun meloloskan suatu harapan/keinginan/kebutuhan
si penyuap dengan memberi sejumlah uang. Aksi suap
banyak dilakukan para pengusaha dan dianggap sebagai
Anti Korupsi || 32
aksi yang umum melibatkan pejabat publik ketika
menjalankan bisnis. Setidaknya itulah yang terungkap
dari Indeks Pemberi Suap (Bribery Payers Index) 2011
yang dirilis Transparency International. Indeks tersebut
dibuat berdasarkan survei terhadap 3.016 pebisnis
eksekutif dari 30 negara-negara maju dan berkembang,
termasuk Indonesia, ketika mereka berbisnis di luar
negeri. Ironisnya pebisnis Indonesia masuk empat besar
dalam survei tersebut.
Suap-suap yang lain juga sudah berkelindan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Ada suap untuk
memuluskan perizinan usaha agar lebih cepat atau tidak
dipersulit karena kurang lengkap. Ada suap untuk dapat
lulus dalam ujian, baik di sekolah maupun di instansi
untuk pegawai negeri.
Ada suap untuk menang dalam pertandingan. Ada suap
untuk menang dalam persidangan atau mengurangi
masa hukuman. Ada suap untuk mengeluarkan seorang
terpidana dari penjara. Banyak sekali praktik suap
sehingga seperti tidak terkendali dan menggurita. Baik
yang disuap maupun penyuap sama-sama akan dijatuhi
hukuman sesuai dengan undang-undang. Para penyuap
dan yang disuap sama-sama pula dikenakan hukuman
pidana kurungan ataupun denda bernilai ratusan juta
rupiah.
Anti Korupsi || 33
3) Penggelapan dalam jabatan
Pelaku korupsi jenis ini, tentu mereka yang memiliki
jabatan tertentu atau kewenangan tertentu di dalam
pemerintahan. Dengan jabatannya sang pelaku
menggelapkan atau membantu orang lain menggelapkan
uang atau surat berharga milik negara sehingga
menguntungkan dirinya atau orang lain. Hal ini termasuk
unsur-unsur yang memenuhi tindak pidana korupsi
seperti yang dimaksud Pasal 8 UU No. 31 Tahun 1999 jo.
UU No. 20 Tahun 2001.
Bentuk lain dari penyalahgunaan jabatan adalah
pemalsuan dokumen maupun buku untuk pemeriksaan
administrasi sehingga sang pelaku memperoleh
keuntungan untuk dirinya maupun orang lain. Buku di sini
juga mengandung pengertian laporan keuangan sampai
dengan daftar inventaris kantor. Penggunaan bon atau
kuitansi kosong adalah modus yang sering dilakukan
sehingga seseorang dapat merekayasa angka-angka.
Hal ini termasuk perbuatan korupsi. Kaitan lain dengan
penyalahgunaan jabatan atau wewenang adalah
penghancuran bukti-bukti berupa akta, surat, ataupun
data yang dapat digunakan sebagai barang bukti
penyimpangan. Perbuatan ini termasuk korupsi seperti
tertuang dalam Pasal 10 huruf a UU No. 31 Tahun 1999
jo. UU No. 20 Tahun 2001. Pelakunya diancam hukuman
maksimal 7 tahun penjara atau denda maksimal Rp350
juta. Sebaliknya, membiarkan orang lain merusakkan
Anti Korupsi || 34
bukti-bukti penyimpangan juga termasuk korupsi dengan
ancaman yang sama.
4) Pemerasan
pada tipikor ini, seorang pejabat negara atau pegawai
negeri memiliki kekuasaan dan kewenangan, lalu dia
memaksa orang lain untuk memberi atau melakukan
sesuatu yang menguntungkan dirinya, perbuatannya
dianggap korupsi. Model lain pemerasan yang juga
berhubungan dengan uang adalah menaikkan tarif di luar
ketentuan yang berlaku. Misalnya, seorang pegawai
negeri menyatakan bahwa tarif pengurusan dokumen
adalah Rp50 ribu, padahal edaran resmi yang
dikeluarkan adalah Rp15 ribu atau malah bebas biaya.
Namun, dengan ancaman bahwa ini sudah menjadi
peraturan setempat, sang pegawai negeri tetap
memaksa seseorang membayar di luar ketentuan resmi.
Selain itu, ada juga model pemerasan dengan memotong
uang yang seharusnya diterima pegawai negeri lainnya
dengan alasan kepentingan administratif. Misalnya,
kejadian yang kerap menimpa para guru. Para guru
menerima uang rapel gaji dengan jumlah tertentu, tetapi
kemudian dipotong dengan alasan administratif oleh
pegawai negeri yang berwenang
5) Perbuatan curang
Seperti juga pemerasan, tak banyak publik tidak
mengetahui bahwa perbuatan curang juga termasuk
Anti Korupsi || 35
tindak pidana korupsi. Misalnya saja, pemborong proyek
curang terkait dengan kecurangan proyek bangunan
yang melibatkan pemborong (kontraktor), tukang,
ataupun toko bahan bangunan. Mereka dapat melanggar
Pasal 7 ayat (1) huruf a UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU
No. 20 Tahun 2001 dengan ancaman penjara maksimal
7 tahun atau denda maksimal Rp350 juta.
Pengawas proyek juga curang, dengan membiarkan
bawahannya melakukan kecurangan terkait dengan
pekerjaan penyelia (mandor/supervisor) proyek yang
membiarkan terjadinya kecurangan dalam proyek
bangunan. Pelakunya dianggap melanggar Pasal 7 ayat
(1) huruf b UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun
2001 dengan ancaman penjara maksimal 7 tahun atau
denda maksimal Rp350 juta.
Anti Korupsi || 36
ini jelas mengandung unsur korupsi dan dikategorikan
korupsi. Pelakunya dianggap melanggar Pelakunya
dianggap melanggar Pasal 12 huruf i UU No. 31 Tahun
1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 dengan ancaman
penjara maksimal 20 tahun atau denda maksimal Rp1
miliar.
7) Gratifikasi
Gratifikasi merupakan jenis tindak pidan korupsi yang
“sangat dekat” dengan keseharian masyarakat. Bahkan
saking dekatnya, sampai-sampai banyak publik tidak
sadar kalau gratifikasi termasuk salah satu jenis tindak
pidana korupsi. Simak saja berbagai praktik berikut.
Seseorang memberikan parsel menjelang Idul Fitri
kepada pejabat publik, memberi hadiah kepada
penyelenggara negara yang mengadakan resepsi
pernikahan, memberikan voucher berbelanja kepada
pegawai negeri, dan sebagainya. Dalam masyarakat, hal
itu sudah lumrah, bukan? Ya, tetapi sekali lagi,
Pemberian yang terkait dengan jabatan seperti itu atau
gratifikasi, merupakan salah satu tindak pidana korupsi.
Dalam gratifikasi, segala hadiah atau fasilitas berupa
uang, barang, diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga,
tiket pesawat, cek perjalanan, liburan gratis, atau biaya
pengobatan, tentu tidak akan diberikan jika si penerima
tidak menduduki jabatan tersebut. Artinya, ada harapan
untuk terjadinya “pemberian” timbal balik dari si
penerima. Entah berupa kemudahan perizinan, lulusnya
Anti Korupsi || 37
penilaian dalam proses pengadaan barang dan jasa, dan
sebagainyanya.
Bagi pegawai negeri yang menerimanya dianggap
melanggar Pasal 12B No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20
Tahun 2001 dan Pasal 12C UU No. 31 Tahun 1999 jo.
UU No. 20 Tahun 2001 dengan ancaman penjara
maksimal 20 tahun atau denda maksimal Rp1 miliar.
Penerimaan gratifikasi harus dilaporkan ke KPK dalam
jangka waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi.
Anti Korupsi || 38
SEKARANG SAYA TAHU
MATERI POKOK 3
1) Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus.
Corruptio memiliki arti beragam yakni tindakan merusak atau
menghancurkan. Corruptio juga diartikan kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang
menghina atau memfitnah
2) Faktor penyebab korupsi ada faktor eksternal dan internal
3) Jenis tindakan korupsi ada 7 yaitu merugikan keuangan negara,
suap menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan,
gratifikasi
Anti Korupsi || 39
MATERI POKOK 4
SIKAP ANTI KORUPSI
1. Pendahuluan
Anti Korupsi || 40
2. Indikator Hasil Belajar
Anti Korupsi || 41
Uraian Materi Pokok 4
Nilai Inti
1) Jujur
Jujur adalah sikap lurus hati, tidak berbohong, tidak
curang dan tulus-ikhlas. Seseorang dengan nilai
kejujuran di hatinya tidak akan pernah korupsi, karena
tahu tindakan tersebut adalah bentuk kebohongan dan
kejahatan. Orang dengan berintegritas jujur akan selalu
berpegang pada prinsip yang diyakininya benar.
Anti Korupsi || 42
2) Disiplin
Disiplin adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal
yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar
menghargai waktu. Sikap mental tersebut perlu dilatih
agar segala perbuatannya tepat sesuai aturan yang ada.
Komitmen adalah salah satu kunci terbentuknya disiplin.
Komitmen adalah sikap mental pada diri seseorang
untuk melakukan segala sesuatu yang telah ditetapkan.
Hal itu terbentuk dengan pembiasaan. Seseorang yang
komitmen tinggi akan selalu melakukan segala sesuatu
sesuai yang telah ditetapkannya.
3) Tanggung jawab
Seseorang yang bertanggung jawab berani mengakui
kesalahan yang dilakukan, mereka juga amanah dan
dapat diandalkan. Tanggung jawab akan membuat
seseorang memenuhi tuntutan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Orang yang bertanggung
jawab tidak akan korupsi, karena yakin segala tindakan
buruknya akan dibayar dengan setimpal pula. Rasa
tanggung jawab tidak begitu saja muncul, akan tetapi
terjadinya melalui sebuah proses. Dimulai dari hal-hal
kecil, seperti jika mengambil sesuatu harus
mengembalikan pada tempatnya. Jika berjanji, janji
tersebut harus ditepati. Hal itu dilakukan secara terus-
menerus sehingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan
dibentuk oleh latihan. Seseorang dapat bertanggung
jawab karena telah terbiasa dengan hal-hal yang
memerlukan tanggung jawab.
Anti Korupsi || 43
Nilai Etos Kerja
1) Kerja Keras
Kerja keras adalah kegiatan yang dikerjakan secara
sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti
sebelum target kerja tercapai dan selalu mengutamakan
atau memperhatikan kepuasan hasil pada setiap
kegiatan yang dilakukan. Mereka dapat memanfaatkan
waktu optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal
waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapainya. Mereka
sangat bersemangat dan berusaha keras untuk meraih
hasil yang baik dan maksimal. Seseorang yang bekerja
keras tidak bersifat malas dan mengeluh terhadap suatu
pekerjaan karena akan mempengaruhi etos kerja yang
sudah dibangun. Dia juga tidak suka menunda-nunda
pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
2) Mandiri
Menurut KBBI, kata mandiri dimaknai dalam keadaan
dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain.
Adapun kemandirian merupakan hal atau keadaan
dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
Pribadi yang mandiri tentunya berani menata diri dan
menjaga diri. Ia terus berlatih untuk menjadi
berkepribadian yang terpuji. Pribadi yang mandiri berani
menetapkan gambaran hidup yang ia inginkan. Dia
berani mengarahkan kegiatan hidupnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ia memiliki
langkah-langkah, kegiatan atau tingkah laku yang efektif
untuk mencapai gambaran kehidupan yang
Anti Korupsi || 44
diidealkannya. Misalnya seseorang yang bercita-cita
menjadi ekonom mulai sekarang belajar dengan
sungguh-sungguh mengenai masalah ekonomi, tidak
berleha-leha.
3) Sederhanas
Menurut KBBI, sederhana memiliki pengertian
bersahaja; tidak berlebih-lebihan atau dapat dinyatakan
sedang, dalam arti pertengahan, tidak tinggi, tidak
rendah, dan sebagainya. Berbeda dengan kemiskinan,
kesederhanaan adalah sebuah pilihan, keputusan untuk
menjalani hidup yang berfokus pada apa yang benar-
benar berarti. Seorang yang sederhana membebaskan
dirinya dari segala ikatan yang tidak
diperlukan.sederhana berarti hidup secara wajar.
Nilai Sikap
1) Adil
Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di
tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Menurut KBBI, adil
memiliki arti sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak. Adil juga bisa diartikan berpihak kepada yang
benar, berpegang pada kebenaran. Secara terminologis
adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi
dan ketidakjujuran.
2) Berani
Berani adalah tidak takut menghadapi bahaya atau
kesulitan. Orang yang berani memiliki hati yang mantap
dan rasa percaya diri yang besar, pantang mundur dan
Anti Korupsi || 45
tidak gentar. Keberanian diperlukan untuk mencegah
korupsi dan melaporkan tindak pidana korupsi ke aparat.
Keberanian tentu saja mesti dilandasi dengan
kebenaran. Berani karena benar. Seseorang yang
berani melaporkan tindak pidana korupsi karena dia
yakin bahwa itu adalah tindakan yang benar dan korupsi
adalah kejahatan. Nilai keberanian perlu dimiliki oleh
masyarakat untuk mencegah terjadinya korupsi.
3) Peduli
Makna peduli menurut KBBI adalah mengindahkan,
memperhatikan, dan menghiraukan. Jadi kepedulian
berarti sikap memperhatikan kondisi sekitar dan orang
lain. Pendapat lain menyebut, peduli adalah sikap
keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam persoalan,
keadaan, atau kondisi di sekitar kita. Orang yang peduli
adalah mereka yang terpanggil melakukan sesuatu
dalam rangka memberi inspirasi, perubahan, dan
kebaikan. Peduli berarti kita mengasihi dan
memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin
dikasihi atau diperlakukan. Dengan kepedulian, kita
menjadikan dunia ini sebagai tempat tinggal yang
nyaman dan damai bagi semua makhluk.
Anti Korupsi || 46
b. Integritas
Berdasarkan kamus kompetensi perilaku KPK, yang
dimaksud dengan integritas adalah bertindak secara
konsisten antara apa yang dikatakan dengan tingkah
lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut (nilainilai dapat berasal
dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai masyarakat
atau nilai moral pribadi).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian
Integritas adalah mutu, sifat dan keadaan yang
menggambarkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki
potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaan dan
kejujuran.
Anti Korupsi || 47
c. Indikator seseorang berintegritas
Anti Korupsi || 48
SEKARANG SAYA TAHU
MATERI POKOK 4
1) Ada 3 aspek dalam nilai-nilai anti korupsi yaitu Inti (Jujur, Disiplin,
Tanggung Jawab); Etos Kerja (Kerja Keras, Mandiri, Sederhana);
Sikap (Adil, Berani, Peduli)
2) Integritas adalah bertindak secara konsisten antara apa yang
dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut
(nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja,
nilai masyarakat atau nilai moral pribadi).
Anti Korupsi || 49
REFERENSI
Anti Korupsi || 50
DAFTAR ISI
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || i
DAFTAR ISI
Referensi ................................................................................ 15
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || ii
A Tentang Modul Ini
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 1
DESKRIPSI SINGKAT
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 2
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu Menyusun
rencana tindak lanjut.
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 3
MATERI POKOK
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 4
B Kegiatan Belajar
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 5
MATERI POKOK 1
Pengertian dan Ruang Lingkup
Rencana Tindak Lanjut
Pendahuluan
Penyusunan rencana tindak lanjut merupakan aktifitas peserta
pelatihan untuk merancang kegiatan atau upaya setelah mengikuti
pelatihan. Penyusunan rencana tindak lanjut ini disesuaikan dengan
kondisi serta sumberdaya yang dimiliki oleh setiap peserta.
Penyusunan rencana tindak lanjut pelatihan asuhan ibu hamil terpadu
merupakan implementasi atau aplikasi materi pelatihan yang telah
dibahas dalam menjalankan perannya di tempat kerja. Rencana tindak
lanjut setelah mengikuti pelatihan ini, dipergunakan sebagai bahan
untuk melakukan monitoring dan evaluasi pasca pelatihan.
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 6
Uraian Materi Pokok 1
Setelah mengikuti materi pelatihan inti yang telah Anda pelajari, Anda
perlu menyusun Rencana Tindak Lanjut pelatihan. Untuk dapat
menyusun rencana tindak lanjut, Anda perlu mengetahui pengertian
dan ruang lingkup dari rencana tindak lanjut pelatihan.
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 7
b. Tujuan kegiatan
Adalah segala sesuatu yang akan dicapai (dituju) atau
dihasilkan melalui kegiatan yang akan dilakukan pasca
pelatihan.
c. Sasaran kegiatan
Adalah target yang ingin dicapai dalam mencapai tujuan
e. Waktu pelaksanaan
Adalah kapan pelaksanaan kegiatan dilakukan
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 8
SEKARANG SAYA TAHU
MATERI POKOK 1
▪ Pengertian rencana tindak lanjut (RTL) adalah rencana
kegiatan yang dibuat pada tahap akhir pelatihan dan
merupakan pernyataan rangkaian kegiatan yang disusun
secara sistimatis dan berkelanjutan
▪ Ruang lingkup rencana tindak lanjut (RTL) adalah sebagai
berikut :
1. Jenis kegiatan yang akan dilakukan
2. Tujuan kegiatan
3. Sasaran kegiatan
4. Penanggung jawab kegiatan
5. Waktu pelaksanaan
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 9
MATERI POKOK 2
Langkah – Langkah Penyusunan
Rencana Tindak Lanjut
Pendahuluan
Rencana tindak lanjut disusun oleh peserta dengan mengacu
kegiatan apa yang akan dilakukan pada saat mereka Kembali
keinstansi masing-masing. Untuk menyusun rencana tindak lanjut
tersebut perlu dipahami terlebih dahulu Langkah-langkah yang
dilakukan
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 10
Uraian Materi Pokok 2
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 11
SEKARANG SAYA TAHU
MATERI POKOK 2
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 12
MATERI POKOK 3
Menyusun Rencana Tindak
Lanjut
Pendahuluan
Setelah menetapkan langkah-langkah yang harus disusun
selanjutnya adalah bagaimana cara menyusun rencana tindak
lanjut agar pada saat kembali ke institusi asal bekerja peserta
dapat melaksanakan kegiatan yang telah disusun untuk dapat
diterapkan sesuai dengan pengetahuan yang didapat pada saat
pelatihan.
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 13
Uraian Materi Pokok 3
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 14
REFERENSI
R e n c a n a T i n d a k L a n j u t ( M P P 3 ) || 15