Anda di halaman 1dari 3

Lampu Merah Dalam Kegelapan : Menggali Ketidakadilan Sistematis Dalam Penanganan

Pelanggaran Lalu Lintas Remaja

SITI NUR MARYAM


Tempe, 13 / Februari / 2007

DAPIL SULAWESI SELATAN II


UPT SMA NEGERI 7 WAJO
sitikim2007@gmail.com

LATAR BELAKANG
Aturan lalu lintas adalah serangkaian peraturan dan tata tertib yang ditetapkan oleh
pemerintah untuk mengatur perilaku pengguna jalan raya, baik pengendara kendaraan bermotor
maupun pejalan kaki. Dalam Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang dimaksud dengan Lalu Lintas adalah gerak kendaraan dan orang di Ruang
Lalu Lintas Jalan. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak
pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung. Tujuan
utama dari aturan lalu lintas adalah untuk menjaga keselamatan dan kelancaran lalu lintas, serta
mencegah terjadinya kecelakaan. Namun sayang, masih saja banyak pelanggaran lalu lintas yang
terjadi yang kebanyakan dilakukan oleh Remaja.
Pelanggaran lalu lintas remaja merupakan masalah yang sering terjadi dan memiliki
dampak serius di masyarakat. Namun, ketika kita melihat lebih dalam, terungkaplah
ketidakadilan sistematis dalam penanganan pelanggaran lalu lintas remaja. Para remaja dari latar
belakang ekonomi rendah atau minoritas sering kali dihadapkan pada perlakuan yang tidak adil
dan konsekuensi yang lebih berat ketika mereka melanggar aturan lalu lintas. Hal ini
menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sistem penegakan hukum dan sosial kita berperan
dalam memperlakukan remaja secara tidak adil dan mengabaikan faktor kontekstual yang
berperan penting dalam perilaku mereka di jalan.

PERMASALAHAN
Pelanggaran lalu lintas oleh Remaja biasanya berupa mengemudi diatas kecepatan rata-
rata, menerobos lampu merah, tidak menggunakan helm saat berkendara, dll. Namun yang sering

1
disoroti adalah penanganan dalam kasus tersebut. Dimana saat yang melanggar adalah anak dari
seorang yang memilliki “Jabatan”, bukannya diberikan sanksi yang layak, tetapi hal yang
terjadi adalah pembebasan pelaku pelanggaran tanpa sanksi sedikitpun dikarenakan sistem
“dapur” institusi pemerintahan. Adanya kesenjangan sosial yang signifikan dalam akses
terhadap sumber daya dan pengaruh dalam sistem hukum. Remaja dari latar belakang ekonomi
rendah seringkali terpinggirkan dan juga menghadapi ketidakadilan dalam penegakan hukum
yang mungkin lebih keras dan berakibat pada konsekuensi yang lebih berat. Stereotip dan bias
rasial atau etnis dalam sistem hukum dapat mengarah pada perlakuan yang tidak adil dan
penanganan yang lebih berat terhadap pelanggaran yang sama. Ketidakadilan ini menunjukkan
bahwa ada ketidaksetaraan sistematis dalam penanganan pelanggaran lalu lintas remaja, yang
harus dihadapi dan diatasi agar semua remaja memiliki perlakuan yang adil dan proporsional di
dalam sistem tersebut.
Lampu Merah bahkan tidak dapat menghentikan laju kendaraannya, terbiasa dengan
yang disebut “Backing-an” menjadi membuat mereka ugal-ugalan. Pelanggaran lalu lintas
dianggap sepele, padahal peraturan lalu lintas telah jelas dijelaskan sejelas-jelasnya dalam UU
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Pelanggaran lalu lintas yang sering dilakukan Remaja sangat mengancam nyawa.
Utamanya mengemudi diatas kecepatan rata-rata, tentu hal ini menimbulkan keresahan di
masyarakat. Bagaimana tidak, mereka merasa jika mereka ada ditempat yang sama dengan
remaja yang ugal-ugalan tentu ini akan membahayakan nyawa keduanya.

PEMBAHASAN / ANALISIS
Pelanggaran lalu lintas Remaja adalah masalah serius yang memiliki dampak negatif
bahkan parahnya sampai mengancam keselamatan atau nyawa seseorang. Menggali
ketidakadilan sistematis dalam penanganan pelanggaran lalu lintas remaja mengungkapkan
ketidakseimbangan yang serius dalam sistem hukum dan penegakan hukum. Ketidakadilan ini
terutama mempengaruhi remaja dari latar belakang sosioekonomi rendah dan minoritas, yang
seringkali menghadapi perlakuan yang lebih buruk dan lebih sedikit kesempatan untuk
mendapatkan perlakuan adil dan pengampunan. Untuk mengatasi ketidakadilan sistematis ini,
perlu dilakukan reformasi yang mencakup pendekatan yang lebih manusiawi dan adil dalam
penegakan hukum terhadap remaja pelanggar lalu lintas, serta peningkatan kesadaran dan
pemahaman terhadap konteks sosial dan ekonomi yang mempengaruhi perilaku mereka.

2
Oleh karna itu, diperlukan penengah yang memiliki peran besar dalam mengatur
peraturan yakni DPR RI. Jika saya diberikan kesempatan untuk menjadi Legislator saya akan
mendirikan BAK adalah singkatan dari Badan Advokasi Keadilan yang dimana memiliki tugas
untuk menegakkan Hukum Yang Berkeadilan melalui 3 fungsi utama yang bisa dikaitkan dengan
permasalahan Remaja, Lalu Lintas, Sistem Keadilan melalui Fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran,
Fungsi Pengawasan. Berikut penginplementasian yang bisa diterapkan oleh DPR RI;
1. Fungsi Legislasi, melalui fungsi legislasi dapat melakukan perumusan
RUU Hukum Yang Berkeadilan didalamnya meliputi Peraturan,
Pelanggaran, Penanganan, serta Sanksi yang dapat berlaku. Dan juga
mempertegas dan melakukan revisi terhadap UU yang mengatur tentang
Lalu Lintas (UU Nomor 22 Tahun 2009) agar BAK atau Badan Advokasi
Keadilan dapat ikut serta dalam mengawasi jalannya penanganan Hukum
dalam pelanggaran Remaja.
2. Fungsi Anggaran, DPR dapat memastikan Dana APBN dialokasikan
untuk mnedirikan dan memfasilitasi jalannya tugas dari Badan Advokasi
Keadilan (BAK) dalam menegakkan hukum yang berkeadilan.

KESIMPULAN / SARAN

REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
https://dishub.kulonprogokab.go.id/detil/364/undang-undang-nomor-22-tahun-2009-
tentang-lalu-lintas-dan-angkutan-jalan

Anda mungkin juga menyukai