Anda di halaman 1dari 28

KERANGKA ACUAN

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)


UPTD PUSKESMAS HARIANG
TAHUN 2022

A. Pendahuluan
Permenkes nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, ditujukan untuk
seluruh fasilitas kesehatan baik FKTP maupun untuk rumah sakit, tanpa kecuali
milik pemerintah maupun swasta. Pada Pasal 3 ayat (4) Permenkes 27 tahun 2017
tersebut, menyebutkan bahwa Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mencakup
infeksi terkait pelayanan kesehatan (HAIs) dan infeksi yang bersumber dari
masyarakat. Penjelasan tentang PPI terkait HAIs cukup detail, dengan asumsi
penerapan PPI berlaku sama baik untuk FKTP maupun rumah sakit. Sementara itu,
PPI yang bersumber dari masyarakat belum diatur secara jelas baik bentuk program
maupun kegiatannya.
Meskipun penerapan PPI di fasiltas pelayanan kesehatan berlaku sama,
namun karena adanya perbedaan ketersediaan sumber daya manusia, kompetensi
dan kewenangan, ketersediaan alat kesehatan, sarana, prasarana, pembiayaan,
lingkungan, sasaran maupun pelaksanaan kegiatan maka penatalaksanaannya perlu
penyesuaian. Kemkes kemudian mengeluarkan Pedoman Teknis Penerapan PPI di
FKTP tahun 2020, agar dapat menjadi acuan bagi FKTP, khususnya Puskesmas
dalam menyusun perencanaan dan pelayanan PPI.
Atas berbagai pertimbangan tersebut maka UPTD Puskesmas Hariang telah
menyusun Kerangka Acuan PPI ini sebagai dasar dalam memberikan pelayanan
baik dalam fasilitas kesehatan maupun pelayanan yang diluar faskes agar sesuai
dengan standar PPI dimaksud.

B. Analisis Masalah PPI di UPTD Puskesmas Hariang

10 Besar penyakit di UPTD Puskesmas Hariang Tahun 2021


No Kode
. Diagnosa Diagnosa Total
1 I10 Essential (primary) hypertension 774
2 K29 Gastritis and duodenitis 1067
3 J00 Acute nasopharyngitis [common cold] 617
4 L30 Other dermatitis 569
5 M79.1 Myalgia 362
6 I25 Chronic ischaemic heart disease 486
7 M79.01 Rheumatism, unspecified, shoulder region 356
8 J02 Acute pharyngitis 536
9 E11 Non-insulin-dependent diabetes mellitus 184
Diarrhoea and gastroenteritis of presumed 58
10 A09 infectious origin

10 Besar penyakit di UPTD Puskesmas Hariang


Bulan Januari s.d Juli Tahun 2022

NO PENYAKIT PTM JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1. Gastritis and duodenitis 158 400 558

2. Essential (primary) 111 350 461


hypertension

3. Acute nasopharyngitis 149 262 411


[common cold]

4. Acute pharyngitis 175 235 410

5. Chronic ischaemic heart 131 221 352


disease

6. Acute upper respiratory 128 183 311


infections of multiple and
unspecified sites

7. Other dermatitis 126 154 280

8. Myalgia 50 130 180

9. Non-insulin-dependent 18 83 101
diabetes mellitus

10. Rheumatism, unspecified, 14 41 55


shoulder region

TOTAL 1060 2059 3119


Infeksi yang didapat di Puskesmas dapat berkembang dan menciptakan
serangkaian masalah baru bagi pasien sehingga menjadi risiko dan ancaman
pada kelangsungan hidup masyarakat.Ada berbagai jenis infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan Puskesmas seperti : infeksi aliran darah akibat
pemasangan intra vena kateter,ISK terkait pemasangan urine kateter,,infeksi di
lokasi pembedahan dan infeksi pneumonia.
Di Puskesmas,pelayanan atau tinadakan yang dapat menyebabkan terjadinya
infeksi antara lain : tindakan medis/invasif sederhana biasa dilakukan kepada
pasien sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang akan berisiko
terjadinya infeksi jika standar prosedur pelayanan diabaikan,dalam beberapa
kasus infeksi dapat ditularkan dari pasien ke pasien atau dari petugas ke pasien
atau dari petugas kepetugas pada saat pelayanan umum berjalan,seperti pada
antrian yang panjang karena menunggu pelayanan atau pada saat tindakan
pelayanan persalinan atau tindakan medis sederhana di ruang gawat darurat.
Beberapa dampak terjadinya infeksi pada pelayanan Puskesmas yang
dilaksanakan tidak sesuai standar,antara lain :
1. Meningkatkan Mordibitas : lama hari rawat meningkat pada orang
mengalami HAIs.masa tinggal lebih lama menyebabkan potensi tertular
dan menularkan lebih tinggi.
2. Meningkatkan mortalitas : dalam beberapa kasus infeksi yang didapat di
fasilitas kesehatan bisa berakibat fatal dan menyebabkan kematian.

C. Tujuan
Tersusunnya kerangka acuan PPI sebagai acuan bagi seluruh petugas baik dalam
menyusun kegiatan, memberikan pelayanan, melakukan monitoring dan evaluasi
agar pelayanan yang diberikan memenuhi standar mutu dan prinsif pelayanan
sesuai dengan standar PPI.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Kerangka Acuan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di FKTP ini
mencakup penerapannya di dalam fasilitas kesehatan maupun pelayanan diluar
fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
Program PPI terhadap penerapan, sebagai berikut:
1. Kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi)
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi
yang harus diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan maksud untuk
menurunkan risiko transmisi penyakit dari pasien ke petugas kesehatan,
pengunjung, masyarakat sekitarnya atau sebaliknya. Kewaspadaan isolasi dibagi
menjadi 2 (dua) lapis, yaitu Kewaspadaan Standar (Standar precaution) dan
Kewaspadaan Transmisi atau berdasarkan cara penularan (Transmission based
precautions).
Kewaspadaan Standar meliputi kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung
diri, pengendalian lingkungan, pengelolaan limbah hasil pelayanan kesehatan,
pengelolaan peralatan perawatan pasien dan alat medis lainnya, pengelolaan
linen, penyuntikan yang aman, kebersihan pernafasan dan etika batuk,
penempatan pasien, dan perlindungan kesehatan petugas. Sedangkan,
Kewaspadaan Transmisi meliputi, kewaspadaan transmisi kontak, kewaspadaan
droplet, dan kewaspadaan udara

2. Pencegahan dan pengendalian infeksi dengan Bundles


Bundles merupakan sekumpulan praktik berbasis bukti sahih yang menghasilkan
perbaikan keluaran proses pelayanan kesehatan bila dilakukan secara kolektif
dan konsisten (Permenkes 27, 2017). Penerapan Bundles dilaksanakan pada
tindakan atau pelayanan yang tersedia di FKTP, sebagai berikut:
a. Bundles HAIs: Infeksi Saluran Kemih (ISK)/catheter Urinary Tract
Infection (CAUTI), Peripheral line associated bloodstream infection
(PLABSI), Infeksi Darah Operasi (IDO) khususnya pada Superficial
Incisional Surgical Site Infection.
b. PPI pada penggunaan peralatan kesehatan lainnya seperti penggunaan alat
bantu pernafasan, terapi inhalasi dan perawatan luka

3. Penerapan PPI pada pelayanan di dalam dan di luar gedung baik yang
bersifat UKP maupun UKM
Ruang lingkup PPI dikelompokkan berdasarkan jenis pelayanan, bentuk
kegiatan, factor risiko terjadinya penularan infeksi baik yang bersifat UKP
maupun UKM yang keduanya dapat dilakukan di dalam maupun di luar fasilitas
pelayanan kesehatan. Pengelompokkan tidak dibuat berdasarkan ruangan
dengan pertimbangan bahwa persyaratan ruangan, tempat dan sarana lainnya
sudah melekat pada setiap jenis pelayanan yang diberikan oleh fasyankes.
Selain itu, kemampuan penyediaan ruangan di setiap fasyankes atau daerah
berbeda-beda atau bervariasi.
Penerapan PPI pada kegiatan UKM diuraikan berdasarkan kesamaan aktifitas,
tujuan, jenis kegiatan, metode pelaksanaan, sasaran maupun sarana penunjang
kegiatan yang dibutuhkan.

4. Pendidikan dan pelatihan.


Pendidikan dan pelatihan adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan yang
berkaitan dengan PPI baik untuk tenaga medis maupun perawat dan tenaga
kesehatan lainnya yang diadakan oleh Kementrian Kesehatan, pemerintah
daerah, organisasi profesi atau organisasi lainnya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan (merujuk pada ketentua PPSDM Kemkes RI). Kegiatan
yang sifatnya sosialisasi atau edukasi PPI kepadapengguna layanan atau
masyarakat dapat dilakukan oleh petugas fasilitas pelayanan kesehatan yang
memiliki kompetensi di bidang PPI.

5. Penggunaan antimikroba yang bijak.


Pengunaan antibiotik secara bijak merupakan penggunaan antibiotic secara
rasional sesuai dengan penyebab infeksi, dengan rejimen dosis optimal, lama
pemberian obat, efek samping minimal dan dengan mempertimbangkan dampak
muncul dan menyebarnya mikroba resisten.
Sebagai upaya pengendalian penggunaan antibiotik, perlu ditetapkan kebijakan
penggunaan antibiotik di masing-masing FKTP dan disusun serta diterapkan
Panduan Pengunaan Antibiotik Profilaksis dan Terapi yang mengacu pada
perundang-undangan.

6. Surveilans PPI
Surveilans adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus-menerus, dalam
pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi dari data kesehatan yang
penting pada suatu populasi spesifik yang didiseminasikan secara berkala kepada
pihak-pihak yang memerlukan suatu tindakan yang berhubungan dengan
kesehtan dalam upaya penilaian risiko HAIs.
Sasaran surveilans ini difokuskan pada kejadian HAIs yang berhubungan erat
dengan proses pelayanan medis dan keperawatan di FKTP.

7. Penyakit Infeksi Emerging dan penanggulangan KLB


Penyakit Infeksi Emerging adalah penyakit yang muncul dan menyerang suatu
populasi untuk pertama kalinya, atau telah ada sebelumnya namun meningkat
dengan sangat cepat, baik dalam jumlah kasus baru di dlam suatu populasi, atau
penyebarannya ke daerah geografis yang baru disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit. Penyakit yang pernah terjadi di suatu daerah di masa lalu, kemudian
menurun atau telah dikendalikan, namun kemudian dilaporkan kembali dalam
jumlah yang meningkat, juga digolong sebagai penyakit Emerging, bahkan
terkadang sebuah penyakit lama muncul dalam bentuk klinis baru, yang bersifat
lebih parah maupun fatal.
Tujuan penerapan PPI pada kasus penyakit infeksi Emerging bertujuan untuk
membatasi, meminimalisir atau memutus rantai penularan penyakit agar
terkendali dan tidak meluas menjadi KLB atau pandemi.
E. Penyusunan Rencana Kegiatan PPI.

RENCANA USULAN KEGITAN (RUK)


PROGRAM PENGENDALIAN PENCEGAHAN INFEKSI
UPTD PUSKESMAS HARIANG TAHUN 2022

Kebut
Targe Sumb
Penan uhan Waktu Indikat
Kegiata Tuju Sasar t Mitra er
No ggung Sumb Pelaks or
n an an Sasar Kerja Pembi
Jawab er anaan Kerja
an ayaan
Daya
1 Menyus Mem Tim Manaj Koordi Tim Tim Januari Tersusu -
un astika PPI emen nator PPI Mutu n
Progra n Puske PPI Progra
m Kerja adany smas m
a Kerja
progr Penceg
am ahan
kerja dan
sebag pengen
ai dalian
dasar Infeksi
kegiat
an
pelay
anan
yang
sesuai
stand
ar
2 Identifi Mem Tim Manaj Koordi Tim Tim Januari Tersusu -
kasi dan astik PPI emen nator PPI Mutu n RAB
pengusu an Puske PPI Penceg
lan kebu smas ahan
kebutuh tuha dan
an n Pengen
(dalam Kom dalian
format ite Infeksi
RAB): Penc
• egah
Komput an
er. dan
• Peng
Printer. endal
• ATK. ian
Infek
si
untu
k
oper
at
ional
.
3 Menyus Mem Tim Manaj Koordi Tim Tim Januari Tersusu -
Kebut
Targe Sumb
Penan uhan Waktu Indikat
Kegiata Tuju Sasar t Mitra er
No ggung Sumb Pelaks or
n an an Sasar Kerja Pembi
Jawab er anaan Kerja
an ayaan
Daya
un pola astika PPI emen nator PPI Mutu n Pola
keanggo n pola Puske PPI ketenag
taan Kean smas aan
sesuai ggota
dengan an
regulasi sesuai
denga
n
perm
enkes
4 Melaksa Mem Pelaya Pelay Koordi Tim Tim Januari Tersusu -
nakan perol nan anan nator PPI Mutu, - n data
audit eh Medis Persal PPI UKP Desem laporan
BUND data inan, ber audit
LE terkai IGD Bundle
pencega t sebagai
han dan pelak bahan
pengend sanaa evaluas
alian n i dan
infeksi kegiat rencana
an tindak
PPI di lanjut
Puske
smas
5 Melaku Meni Warga Desa Koordi Tim Kepal Isident Tergam -
kan ngkat Desa denga nator PPI, a Desa al barnya
Investig kan n PPI Survei
asi mutu kasus lans
Outbrea pelay KLB
k/ anan
wabah /
Kejadia
n Luar
Biasa
(KLB)
6 Melaksa Mem Kegiat Unit Koordi Tim PJ Januari Pemant -
nakan perol an Sterili nator PPI Sterili - auan
monitor eh Sterili sasi PPI sasi Desem proses
ing Unit data sasi ber sterilisa
sterilisa terkai si
si t dengan
Sarpr baik
as dan
dan benar
kegiat
an
Sterili
sasi
7 Melaksa Meni Kefar Guda Koordi Tim PJ Januari Pemant -
Kebut
Targe Sumb
Penan uhan Waktu Indikat
Kegiata Tuju Sasar t Mitra er
No ggung Sumb Pelaks or
n an an Sasar Kerja Pembi
Jawab er anaan Kerja
an ayaan
Daya
nakan ngkat masia ng nator PPI Kefar - auan
memoni kan n dan PPI masia Desem penyim
toring mutu Loket n ber panan
obat dan pelay Obat obat
alat anan dan alat
kadalua alat kadalua
rsa dan rsa
Obat
8 Monitor Meni Lingk Ruan Koordi Tim Sanita Januari Kualita -
ing ngkat ungan g nator PPI rian - s
pengend kan Puskes Pelay PPI Desem lingkun
alian mutu mas anan ber gan
lingkun pelay dalam Puskes
gan. anan Gedu mas
Puske ng memen
smas uhi
dari syarat
aspek
lingk
ungan
9 Melaku Mem Lingk Ruan Koordi Tim Sanita Januari Pemant -
kan perol ungan g nator PPI rian - auan
monitor eh Puskes Pelay PPI Desem pembua
ing data mas anan ber ngan
pembua kepat dalam sampah
ngan uhan Gedu infeksiu
sampah pemb ng s sesuai
infeksiu uanga dengan
s. n persyar
limba atan
h
infeks
ius
10 Memoni Mem Lingk Ruan Koordi Tim Sanita Januari Pemant -
toring perol ungan g nator PPI rian - auan
pembua eh Puskes Pelay PPI Desem pembua
ngan data mas anan ber ngan
benda kepat dalam benda
tajam uhan Gedu tajam
dan penge ng dan
jarum. lolaan jarum
limba sesuai
h dengan
benda persyar
tajam atan
11 Melaku Mem Unit Unit Koordi Tim PJ Januari Pemant -
kan perol Ambul Ambu nator PPI Ambul - auan
monitor eh ans lans PPI ans Desem penerap
ing data ber an
Kebut
Targe Sumb
Penan uhan Waktu Indikat
Kegiata Tuju Sasar t Mitra er
No ggung Sumb Pelaks or
n an an Sasar Kerja Pembi
Jawab er anaan Kerja
an ayaan
Daya
dekonta kepat dekonta
minasi uhan minasi
ambula Deko ambula
nce ntami ns
nasi
Amb
ulan
12 Penyusu Meni Lingk Ruan Koordi Tim Tim Desem Analisi -
nan ngkat ungan g nator PPI Mutu, ber s risiko
ICRA kan Puskes Pelay PPI UKP pada
Progra mutu mas anan pelayan
m pelay dalam an
anan Gedu dalam
Puske ng Gedung
smas
denga
n cara
menc
egah
dan
meng
endali
kan
infeks
i di
Puske
smas
13 Monitor Mem Lingk Selur Koordi Tim PJ Januari Pemant -
ing perol ungan uh nator PPI Aset - auan
ketersed eh Puskes Ruan PPI Desem sarpras
iaan data mas gan ber cuci
sarana keters tangan
dan pra ediaa sesuai
sarana n dengan
cuci saran persyar
tangan. a HH atan
di
masin
g
masin
g
ruang
an
14 Melaku Mem Lingk Selur Koordi Tim Tim Januari Pemena -
kan perol ungan uh nator PPI Mutu - tauan
monitor eh Puskes Ruan PPI Desem penerap
ing data mas gan ber an cuci
kepatuh kepat tangan
an cuci uhan pakai
Kebut
Targe Sumb
Penan uhan Waktu Indikat
Kegiata Tuju Sasar t Mitra er
No ggung Sumb Pelaks or
n an an Sasar Kerja Pembi
Jawab er anaan Kerja
an ayaan
Daya
tangan HH di sabun
pada Puske
pasien, smas
pengunj
ung dan
staf/pet
ugas.
15 Monitor Mem Pelaya Pelay Koordi Tim Tim Januari Pemant -
ing perol nan anan nator PPI Mutu - auan
ketersed eh Medis dalam PPI Desem stok
iaan data Gedu ber keterse
APD keters ng diaan
ediaa APD
n
APD
di
Msin
g
masin
g
ruang
an di
Puske
smas
16 Monitor Mem Pelaya Pelay Koordi Tim Tim Januari Pemant -
ing perol nan anan nator PPI Mutu - auan
penggu eh Medis dalam PPI Desem penggu
naan data Gedu ber naan
APD. kepat ng APD
uhan pada
prose saat
dur pelayan
pengg an
unaan
APD
17 Pemelih Mem Lingk Selur Koordi Tim PJ Januari Kualita -
araan astika ungan uh nator PPI Masin - s fisik
fisik n Puskes Ruan PPI g- Desem ruangan
ruangan fisik mas gan masin ber memen
ruang g uhi
an Ruang persyar
terpel an atan
ihara
denga
n baik
18 Pemelih Mem Lingk Selur Koordi Tim PJ Januari Penyim -
araan astika ungan uh nator PPI Aset - panan
Inventar n Alat Puskes Ruan PPI Desem dan
is Alat. terpel mas gan ber perawat
Kebut
Targe Sumb
Penan uhan Waktu Indikat
Kegiata Tuju Sasar t Mitra er
No ggung Sumb Pelaks or
n an an Sasar Kerja Pembi
Jawab er anaan Kerja
an ayaan
Daya
ihara an alat
denga dengan
n baik baik

F. Indikator Kinerja PPI

INDIKATOR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Judul Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Dasar pemikiran 1. National healthcare safety network melaporkan angka kejadian
CAUTI sekitar 3,1-7,5 infeksi per 10000 kateter/hari, untuk
Indonesia angka kejadian CAUTI secara pasti belum jelas.
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien
3. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Dimensi mutu Keselamatan, efektif dan efisien

Tujuan 1. Mengukur adanya kejadian ISK di FKTP


2. Menjamin keselamatan pasien yang terpasang alat kesehatan untuk
mengurangi risiko infeksi

Definisi 1. Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi yang terjadi akibat


operasional penggunaan urine kateter menetap (indwelling catheter) > 2 Hari
kalender
2. Ditemukan setidaknya satu dari tanda atau gejala klinis sebagai
berikut:
 Demam (> 38°C)
 Nyeri tekan suprapubic
 Nyeri atau nyeri pada sudut kosto-vertebralis
 Urgensi kemih
 Frekuensi kencing
 Dysuria
3. Terdapat hasil test diagnostic
 Test carik celup (dipstick) positif untuk leukosit esterase dan
atau nitrit
 Pyuria (terdapat lebih dari 10 leukosit per ml atau terdapat 3
leukosit per lapangan pandangan besar mikroskop kekuatan
tinggi/1000 kali dari urine tanpa dilakukan sentrifugasi)
 Ditemukan kuman dengan pewarnaan gram dari urine yang
tidak disentrifugasi
 Paling sedikit 2 kultur urine ulangan didapatkan uropatogen
yang sama < 10.5 koloni/ml kuman patigen tunggal
 Dokter mendiagnosis sebagai ISK dan memberikan terapi
yang sesuai untuk ISK
Jenis Indikator Output
Satuan Pengukuran Per mill (%o)
Jumlah pasien yang mengalami ISK karena pemasangan
Numerator (Pembilang)
kateter dalam periode tertentu
Denominator Jumlah lama hari seluruh pasien yang terpasang kateter urin
(penyebut) menetap dalam periode waktu yang sama per seribu
Target Pencapaian < 7,5 permill
Kriteria Kriteria Inklusi:
 Semua pasien yang dipasang kateter di FKTP terkait lebih dari 2
hari kalender

Kriteria Ekslusi:
 Pasien yang dipasang kateter urine di FKTP lain
 Pasien yang dipasang kateter urine menetap di FKTP terkait
kurang dari 2 hari kalender
Formula Jumlah Pasien ISK
× 1000
Jumlah lama hari pemakaian kateter urine menetap

Desain Pengumpulan Prospectif dan Retrospectif


Data
Sumber Data Data primer dan sekunder
Instrument Observasi langsung atau data bersumber dari rekam medis
Pengambilan Data
Besar Sampel Semua pasien yang terpasang kateter urine menetap selama 2 hari kalender
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Bulanan, Triwulanan
Periode Pelaporan Data
Periode Analisis DataBulana, Triwulanan
Penyajian Data Tabel, Grafik, Run Chart
Penanggung Koordinator PPI
Jawab

2. Plebitis
Judul Phlebitis
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dimensi mutu Keselamatan, efektif, efisien

Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian Plebitis akibat


penggunaan kateter perifer line (infus)
2. Menjamin keselamatan pasien yang terpasang alat infus untuk
mengurangi risiko infeksi
Definisi operasional Plebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan adanya infeksi
pada daerah local tusukan infus ditemukan tanda-tanda merah
seperti terbakar, bengkak, sakit bila ditekan, ulkus sampai
eksudat purulent atau mengeluarkan cairan disebabkan baik
oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan
oleh komplikasi terapi intravena
Jenis Indikator Output
Satuan Pengukuran Per mill (%o)
Numerator Jumlah kasus pasien plebitis
(pembilang)
Denominator Jumlah hari terpasang kateter intravena perifer menetap
(penyebut)
Target Pencapaian < 5 permill
Kriteria Kriteria Inklusi:
 Semua pasien yang terpasang intravena perifer menetap

Kriteria Ekslusi:
 Tidak ada

Formula Jumlah Pasien ISK


× 1000
Jumlah lama hari pemakaian kateter urine menetap

Desain Pengumpulan Prospectif


Data
Sumber Data Data Primer
Instrument Pengambil Lembar Observasi
Data
Besar Sampel Seluruh pasien yang terpasang kateter intravena perifer menetap
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan DataBulanan, Triwulanan
Periode Analisis Data Bulanan, Triwulanan
Penyajian Data Tabel, Grafik, Run chart
Penanggung Jawab Koordinator PPI

3. Infeksi daerah operasi


Judul Infeksi Daerah Operasi
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dimensi mutu Keselamatan, efektif dan efisien

Tujuan 1. Untuk melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian Infeksi


Daerah Operasi (IDO) superficial – Superficial incision
2. Untuk menjamin keselamatan pasien yang terpasang alat kesehatan
untuk mengurasi risiko IDO
Definisi Infeksi Daerah Operasi (IDO) / Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi
operasional yang terjadi pasca operasi dalam kurun waktu 30 hari dan infeksi
tersebut hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada tempat
insisi dengan setidaknya ditemukan salah satu tanda sebagai berikut:
 Gejala Infeksi: kemerahan, panas, bengkak, nyeri, fungsi laesa
terganggu
 Cairan purulent
 Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan superfisial
Jenis Indikator Output
Satuan Pengukuran Persen (%)
Numerator Jumlah kasus IDO
(pembilang)
Denominator Jumlah pasien yang dilakukan operasi Superficial Incision
(penyebut)
Target Pencapaian < 2 %
Kriteria Kriteria Inklusi:
 Semua pasien yang dilakukan operasi Superficial Incision
 Pasien teridentifikasi IDO pasca operasi Superficial Incision di
FKTP terkait

Kriteria Eksklusi:
 Pasien dilakukan tindakan operasi superficial incisional di fasilitas
kesehatan lain
Formula Jumlah kasus IDO
×100
Jumlah pasiendilakukan operasi Superficial Incisional

Desain PengumpulanProspectif dan Retrospectif


Data
Sumber Data Data primer dan sekunder
Instrument Lembar observasi
pengambilan data
Besar Sampel Total populasi
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel, Grafik, Run chart
Penanggung Koordinator PPI
jawab

4. Abses Gigi
Judul Abses Gigi
Dasar Pemikiran 1. Hasil Riskesdas menyatakan proporsi terbesar masalah gigi adalah
gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%), masalah kesehatan mulut yang
mayoritas dialami penduduk Indonesia adalah gusi bengkak (abses)
(14%)
2. KMK 62 tahun 2015
3. Permenkes 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
Dimensi mutu Keselamatan, efektif dan efisien

Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian infeksi pasca


tindakan pelayanan gigi yang terjadi abses
2. Menjamin keselamatan pasien yang dilakukan pelayanan gigi
Definisi Terbentuknya kantung atau benjiolan berisi nanah pada gigi, disebabkan
operasional oleh infeksi bakteri. Kondisi ini bisa muncul di sekitar akar gigi
maupun di gusi ditandai dengan demam, gusi bengkak, rasa sakit saat
mengunyah dan mengigiit, sakit gigi menyebar ke telinga, rahang, dan
leher, bau mulut, kemerahan dan pembengkakan pada wajah. Abses
gigi menjadi indicator surveilans pada kasus sesuai kriteria HAIs
(tindakan pelayanan gigi sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda
abses)
Jenis Indikator Output
Satuan Pengukuran Persen (%)
Numerator Jumlah kasus abses gigi
(pembilang)
Denominator Jumlah pasien yang dilakukan operasi Superficial Incisional pada area gigi
(penyebut) dan jariangan periodontal
Target Pencapaian < 2 %
Kriteria Kriteria Inklusi:
 Semua pasien yang dilakukan tindakan pada area gigi dan jaringan
periodontal akibat tindakan Superficial Incision
 Pasien teridentifikasi abses gigi

Kriteria Eksklusi:
 Pasien sudah terjadi abses gigi sebelum tindakan gigi dilakukan
 Pasien yang dilakukan tindakan pada area gigi dan jaringan
periodontal di FKTP lain
Formula Jumlah kasus absesGigi
×100
Jumlah pasiendilakukan operasi Superficial Incisional
pada area gigi dan jaringan periodontal

Desain PengumpulanProspectif dan Retrospectif


Data
Sumber Data Data primer dan sekunder
Instrument Lembar observasi
pengambilan data
Besar Sampel Total populasi
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel, Grafik, Run chart
Penanggung Koordinator PPI
jawab

5. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)


Judul Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dimensi mutu Keselamatan, efektif dan efisien

Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian infeksi pasca


tindakan tindakan pelayanan imunisasi
2. Menjamin keselamatan pasien untuk mengurangi risiko terjadinya
KIPI
Definisi Infeksi yang terjadi setelah tindakan imunisasi yang diberikan secara
operasional penyuntikan, dimana ditemukan tanda-tanda infeksi antara lain:

Gejala KIPI Ringan


 Nyeri
 Kemerahan dan bengkak di daerah tubuh yang mengalami injeksi
pasca imunisasi
 Gatal
 Demam
 Sakit kepala
 Lemas

Gejala KIPI Berat


 Alergi berat
 Jumlah trombosit menurun
 Kejang
 Hypotonia atau sindrom bayi lemas. Bayi yang mengalami akan
terlihat lemas dan tak berdaya
Jenis Indikator Output
Satuan Pengukuran Persen (%)
Numerator Jumlah kasus KIPI
(pembilang)
Denominator Jumlah pasien yang dilakukan tindakan imunisasi
(penyebut)
Target Pencapaian < 2 %
Kriteria Kriteria Inklusi:
 Semua pasien yang teridentifikasi KIPI yang telah mendapat
imunisasi di FKTP tersebut

Kriteria Eksklusi:
 Pasien yang diberikan imunisasi di FKTP lain
Formula Jumlah kasus KIPI
Jumlah pasiendilakukan tindakan imunisasi ×100 ¿
¿
Desain PengumpulanRetrospectif
Data
Sumber Data Data sekunder
Instrument Formulir Pelaporan KIPI
pengambilan data
Besar Sampel Semuaa pasien yang dilakukan imunisasi
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel, Grafik, Run chart
Penanggung Koordinator PPI
jawab

G. Pengorganisasian dan manajemen Sumber Daya PPI di Puskesmas

Kebijakan

Untuk memastikan program PPI dapat berjalan dengan baik,UPTD Puskesmas


Hariang membuat kebijakan mengacu pada ketentuan perundang-undangan,yang
meliputi :

1. SK Pembentukan Tim PPI yang dilengkapi uraian tugas

2. Program PPI

3. Rencana Kgiatan PPI (Rencana 5 tahunan dan tahunan)

4. Kerangka Acuan Kegiatan

5. Standar Operasional Prosedur

6. Format pencatatan,pelaporan,mengembangkan instrumen pemantauan


(monitoring) terhadap pelaksanaan PPI

Pengorganisasian

1. Struktur dan Tim PPI :

Agar program PPI berjalan sesuai dengan tujuan,maka Ditetapkan tim PPI yang
merupakan bagian dari struktur organisasi di UPTD Puskesmas Hariang dengan
tugas,fungsi,kewenangan dan peran yang jelas.Struktur organisasi tim PPI
disesuaikan dengan kebutuhan,beban kerja, dan SDM yang dimiliki.Koordinator
PPI bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas atau penanggung
jawab mutu

2. Tugas dan fungsi serta kewenangan Kepala Puskesmas:

a) Membentuk tim PPI atau koordinator PPI dengan surat keputusan


b) Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi

c) Menentukan kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi

d) Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi


berdasarkan saran dari tim PPI

e) Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional dan


dan desinfektan di Puskesmas berdasarakan saran dari Tim PPI

f) Dapat menutup Puskesmas jika dianggap potensial menularkan penyakit


untuk beberapa waktu sesuai kebutuhan berdasarkan saran dari tim PPI

g) Mengesahkan Standar Operasional Prosedur

h) Memfasiliasi pemeriksaan kesehatan petugas di Puskesmas,terutama bagi


petugas yang berisiko tertular infeksi sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.

3. Tugas dan fungsi serta kewenangan Tim PPI atau Koordinator PPI:

a) Menyusun serta mengevaluasi kebijakan PPI

b) Menyusun perencanaan prograam PPI (Lima tahunan dan tahunan)

c) Membuat pedoman dan SOP terkait dengan PPI

d) Melaksanakan sosialisasi kebijakan,program,pedoman dan SOP

e) Melaksanakan investigasi masalah atau kejadian luar biasa HAIs dan


infeksi bersumber masyarakat

f) Memberi usulan dan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara


pencegahan dan pengendalian infeksi

g) Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan di Puskesmas dalam PPI

h) Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI
dan aman bagi yang menggunakan

i) Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk


meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di Puskesmas terkait
PPI

j) Melakukan pertemuan berkala,termasuk evaluasi kebijakan

k) Berkoordinasi dengan unit terkait dalam hal pencegahan dan penendalian


infeksi,antara lain :

 Dokter,apoteker dalam penggunaan antimikroba yang bijak di


Puskesmas

 Tim mutu dan keselamatan pasien dalam menyusun kebijakan


keselamatan pasien

 Tim keselamatan dan Kesehatan kerja untuk menyusun kebijakan

l) Mengembangkan,mengimplementasikan dan secara periodik mengkaji


kembali rencana program dan kegiatan PPI apakah telah sesuai kebijakan
manajemen di Puskesmas

m) Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan


pengadaan alat dan bahan kesehatan,renovasi ruangan,cara pemrosesan
alat,penyimpanan alat,dan linen sesuai dengan prinsip PPI

n) Menentukan sikap penutupan ruangan bila diperlukan karena potensial


menyebarkan infeksi

o) Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang


dari standar prosedur

p) Melakukan investigasi,menetapkan dan melaksanakan penanggulangan


infeksi bila ada KLB di Puskesmas

q) Melakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan PPI

4. Tanggung Jawab Tim PPI atau Koordinator PPI :

a) Terselenggaranya dan evaluasi program PPI

b) Penyusunan rencana strategis program PPI

c) Penyusunan pedoman PPI

d) Tersedianya SOP PPI


e) Penyusunan dan penetapan serta mengevaluasi kebijakan PPI

f) Memberikan kajian KLB infeksi di Puskesmas

g) Terselenggaranya pelatihan dan pendidikan PPI

h) Terselenggaranya pengkajian pencegahan dan pengendalian risiko infeksi

i) Terselenggaranya pengadaan alat dan bahan terkait dengan PPI

j) Terselenggaranya pertemuan berkala

k) Melaporkan kegiatan tim PPI kepada kepala Puskesmas

5. Tugas dan tanggung jawab anggota PPI

a) Bersama ketua tim melaksanakan program PPI

b) Berkoordinasi dengan unit dan petugas lain dalam penerapan PPI

c) Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam penerapan PPI

d) Membantu semua petugas untuk memahami PPI

e) Memberikan masukan terhadap pedoman maupun kebijakan PPI

f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan ketua tim PPI

6. Persyaratan bagi koordinator PPI

a) Pendidikan dokter ,dokter gigi, atau perawat/bidan minimal pendidikan


Diploma III

b) Memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun di Puskesmas

c) Wajib mengikuti minimal pelatihan PPI dasar (memiliki sertifikat yang


dikeluarkan oleh lembaga pelatihan sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku)

d) Mengembangkan diri dengan mengikuti workshop,seminar,lokakarya dan


sejenisnya

e) Mengikuti bimbingan tekhnis secara berkesinambungan


7. Persyaratan anggota tim PPI
a) Pendidikan minimal DIII bidang kesehatan
b) Diutamakan pernah mengikuti pelatihan dasar PPI,workshop,in house
training
c) Bersedia mengembangkan diri dengan mengikuti seminar,lokakarya dan
sejenisnya

H. Monitoring, Audit, ICRA dan pelaporan.

1. Monitoring

Monitoring dimaksudkan untuk memastikan agar pelaksanaan program Sesuai


dengan perencanaan kegiatan program PPI.monitoring harus dilakukan secara
rutin dan berkelanjutan dalam rangka perbaikan program PPI.

Tujuan monitoring untuk mengetahui apakah rencana maupun pelaksanaan


kegiatan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.Jika tidak terlaksana
dengan baik maka harus dicari penyebab masalahnya,dengan demikian tindak
lanjut dapat dilakukan secara dini agar kinerja PPI dapat tercapai sesuai target
yang sudah ditetapkan.

Proses monitoring diawali dengan pengumpulan data,pengukuran capaian


program PPI yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.UPTD
Puskesmas Hariang mengembangkan alat bantu monitoring berupa daftar ceklist
monitoring pelaksanaan program PPI sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

Indikator keberhasilan program PPI digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai
pelaksanaan PPI sesuai rencana yang telah dibuat baik rencana tahunan maupun
lima tahunan.UPTD Puskesmas Hariang menyusun indikator keberhasilan
program PPI dengan memenuhi prinsip SMART (spesifik,terukur,dapat
dicapai,sesuai dan memiliki batas waktu).

2. Audit

Audit merupakan kegiatan mengumpulkan data dan informasi yang faktual dan
signifikan melalu interaksi yang sistematis,objektif dan terdokumentasi.kegiatan
audit berorientasi pada azas pengendalian nilai atau manfaat dengan cara
mmbandingkan antara standar yang terpilih dengan pelaksanaan di lapangan
melakukan pengecekan terhadap praktik aktual terhadap standar yang ada.
Tujuan audit pada PPI yaitu menilai kepatuhan terhadap standar dan menilai
adanya kesenjangan anatara target yang ditetapkan dngan capaian yang diperoleh
di UPTD Puskesmas Hariang.

Sasaran audit PPI yaitu audit program PPI,Kepatuhan petugas terhadap standar
PPI,audit kewaspadaan standar.

Langkah-langkah audit pada PPI:

1) Membuat rencana (kegiatan audit,tim)sesuai prioritas masalah

2) Menyiapkan tools audit berdasarkan pedoman audit sesuai standar,review


alur,protokol dan kebijakanpersediaan dan peralatan

3) Melakukan pengumpulan data,observasi,wawancara dan lain-lain pada


kegiatan,sarana,prasarana yang akan di audit

4) Melakukan penilaian hasil audit dan analisis dengan menentukan skoring:

a) Ditetapkan berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kategori


kepatuhan

 ≤ 75 % : kepatuhan minimal

 76-84 % : kepatuhan intermediete

 ≥ 85 % : kepatuhan baik

b) Kriteria ditandai dengan ya dan tidak

c) Nilai kepatuhan jumlah total ya dibagi jumlah total ya dan tidak


dikali 100 %

d) Hitung skoring menggunakan formula sebagai berikut :

Jumlah total ya x 100 = .....%


Jumlah total ya + tidak

3. ICRA

3.1 Pengertian

Penilaian dan pengendalian risiko infeksi atau Infection Control Risk


Assesment (ICRA) adalah merupakan suatu sistem pengonrolan pengendalian
infeksi yang terukur dengan melihat kontinuitas dan probabilitas aplikasi
pengendalian infeksi dilapangan,berbasiskan hasil yang dapat
diprtanggungjawabkan.ICRA adalah poses multidisiplin yang berfokus pada
pengurangan infeks,pendokumentasian dengan mempertimbangkan populasi
paisen,fasilitas dan program : fokus pada pengurangan risiko infeksi,tahapan
perencanaan fasilitas,desain,kontruksi,renovasi,pemeliharaan fasilitas dan
pengetahuan tentang infeksi,agen infeksi,dan lingkungan perawatan yang
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.

3.2 Tujuan

3.2.1 Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko infeksi dari
paparan kuman patogen melalui petugas,pasien dan pengunjung atau
penularan melalui tindakan/prosedur medis yang dilakukan baik baik
melalui peralatan,tekhnik pemasangan,ataupun peerawatan terhadap
Hais

3.2.2 Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak
lanjuti berdasarkan penilaian skala prioritas

3.3 Pembagian ICRA

3.3.1 ICRA external : meliputi penilaian resiko infeksi pada KLB di


komunitas

3.3.2 ICRA Internal,kajian resiko infeksi mencakup : resiko terkait


pasien,petugas,resiko terkait pelaksanaan prosedur,resiko terkait
peralatan,resiko terkait lingkungan

3.3.3 Pembagian lain berdasar ICRA program dan ICRA konstruksi

3.4 Langkah-langkah pengkajian ICRA

3.4.1 Identifikasi risiko yaitu melihat seberapa berat dampak


potensial,sberapa sering munculnya kejadian yang
berisiko,identifikasi aktifitas yang dilakukan terhadap risiko infeksi
berdasar transmisinya

3.4.2 Analisa Risiko yaitu mengapa terjadi,seberapa sering terjadi,siapa


yang berkontribusi,dimana kejadiannya dan apa dampak serta biaya
untuk mencegahnya

3.4.3 Kontrol risiko dengan melakukan strategi pengurangan atau


mengeliminasi kemungkinan risiko yang menjadi masalah

3.4.4 Monitoring risiko dengan memastikan rencana penguranagn risiko


dilaksanakan dan dapat menjadi umpan balik perbaikan

3.5 Tahap pelaksanaan kegiatan

3.5.1 tahap pertama meliputi : menggambarkan faktor dan karakteristik


yang meningkatkan risiko infeksi,karakteristik yang menurunkan
risiko infeksi,menentukan adanya risiko infeksi,melaksanakan
pertemuan untuk menentukan langkah dan tindakan lebih lanjut

3.5.2 Tahap kedua adalah proses perencanaan penilaian


risiko,standar,laporan program PPI dan pengetahuan saat ini yang
terkait dengan isu pengendalian infeksi

3.5.3 Tahap ketiga adalah melaksanakan pertemuan untuk mengukuhkan


komitmen dan partisipasi,saat pelaksanaan diskusi,prioritas risiko dan
merencanakan kontrol infeksi,serta meningkatkan mutu pelayanan
melalui program pelatihan dan pendidikan.

3.6 Penilaian risiko infeksi di Puskesmas

Penilaian risiko Infeksi pada pelaksanaan Program PPI adalah pengkajian


risiko infeksi terkait pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian
infeksi atau pelayanan yang diberikan Puskesmas

Langkah-langkah penilaian risiko infeksi program :

1) Penilaian probabilitas

2) Penilaian dampak

3) Penilaian tingkat risiko

Penilaian risiko infeksi pada fasilitas dan bangunan konstruksi adalah


pengkajian risiko infeksi terkait fasilitas pelayanan kesehatan khususnya bangunan
baik untuk konstruksi baru ataupun renovasi.tujuan mengurangi dampak infeksi
spesifik atau masalah yang muncul selama konstruksi,renovasi yang dilakukan.
Langkah penilaian resiko infeksi konstruksi:tentukan type konstruksi,identifikasi
tingkat risiko,tentukan kelas kewaspadaan dan intervensi PPI.

4. pelaporan

Laporan kegiatan PPI di UPTD Puskesmas Hariang dibuat secara terintegrasi dengan
sistem pelaporan dibuat secara periodik,dilengkapi dengan rekomendasi tindak
lanjut.laporan kegiatan PPI meliputi : laporan hasil surveillance,laporan kegiatan
monitoring/audit kepatuhan pelaksanaan PPI,laporan hasil kemajuan
ICRA,laporan hasil investigasi KLB (bila ada KLB),Laporan kegiatan
penyuluhan dan diklat,laporan hasil monitoring penggunaan antibiotik yang
bijak.

Bentuk laporan kegiatan PPI mengikuti hasil pencatatan,,analisis data dan pelaporan
yang telah dilakukan pada kegiatan surveilan,audit ICRA,penggunaan antibiotik
yang bijak serta kegiatan PPI lainnya.

Periode pelaporan untuk kejadian infeksi dilakukan per periode satu bulan,laporan
disampaikan kepada Kepala Puskesmas oleh ketua PPI atau penanggung jawab
PPI untuk dilakukan tindak lanjut dan perbaikan.

I. Sumber pembiayaan kegiatan

Biaya Kegiatan Bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik (BOK
Puskesmas) Tahun Anggaran 2022.
J. Penutup
Kerangka acuan ini dibuat untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Lampiran-lampiran:
 Indikator Kinerja PPI yang telah disiapkan.
 Ceklist atau tabel monev dll
dst

Catatan:

 Pola penulisan KAK mengikuti atau mengacu pada Tatanaskah yang telah
ditetapkan
masing-masing puskesmasnya.
 KAK harus informatif dan detail minimal memuat seperti contoh diatas

Anda mungkin juga menyukai