Menurut informasi terbaru alat musik Sampek muncul pertama kali di masa
keemasan kaum Melayu Tua yang merupakan golongan masyarakat pertama yang
menjadi perintis lahirnya suku Dayak.
Di kala itu, masyarakat Melayu Tua dinyatakan sudah memiliki adat budaya yang
cukup tinggi dan sebagian masih diwariskan kepada generasi mereka di Suku
Dayak.Di dalam kesejarahan ini ditemukan fakta historis kalau alat musik Sampek
sering dipakai pada upacara-upacara adat termasuk upacara yang bernilai mistis
dan ritual keagamaan.
Oleh karena itu tidak semua masyarakat Dayak bisa memainkannya kecuali yang
memang dipasrahi oleh generasi yang sebelumnya.
Periode sejarah ini terjadi telah ratusan tahun yang lalu namun nilai gunanya
masih tetap bertahan sampai saat ini.
2. Asal usul alat musik sampek
Alat musik sampe berasal dari daerah suku Dayak, Kalimantan Timur. Disadur
dalam buku Alat Musik Tradisional Nusantara milik Akhmalul Khuluq, penamaan
sampek sesuai dengan cara memainkannya. Dalam bahasa Dayak, kata sampe
dapat diartikan sebagai "memetik dengan jari".
Pada keseharian masyarakat suku Dayak, seni bermusik merupakan suatu hal
yang tidak boleh terlewatkan dalam sebuah acara, seperti upacara adat hingga
pertunjukan seni.
Berdasarkan keyakinan suku Dayak, sampek tergolong sebagai alat musik yang
sakral. Sebab, jika didengarkan akan membuat pendengarnya tersentuh atau
bahkan merinding.
Sampai sekarang, banyak dari sesepuh suku Dayak yang menggunakannya sebagai
iringan upacara adat, tarian khas suku Dayak, dan pertunjukan tradisional lainnya.
Suku Dayak Kenyah, Dayak Bahay, dan Kayaan menyebut sampe dengan nama
sampek atau sape. Sementara itu, suku Dayak Modang menyebutnya sebagai
sempe. Lain hanya dengan suku Dayak Tunjung dan Banua yang menamainya
dengan kecapi (bentuknya juga mirip dengan kecapi).
3. cara memainkan alat musik sampek
Cara memainkan alat musik sampe juga mirip dengan kecapi, yakni dengan
memetik dawai atau senar sehingga menghasilkan alunan musik yang indah.
Selain itu, bunyi dawai yang dihasilkan ini merupakan nada dasar.
Untuk memainkan sampe, agak berbeda dengan gitar yang menggunakan kunci
nada untuk menghasilkan suara yang indah.
Pada alat musik sampe, setiap senar memiliki satu nada yang berbeda dengan
senar lainnya, sehingga perlu menyelaraskan senar dengan nada yang ingin
dimainkan.
Yang dimaksud cacat nada di sini adalah kondisi ketika jari-jari tidak sengaja
memetik dawai yang tidak diinginkan.
Alat musik petik sampe dibuat dari bahan kayu pilihan. Kayu yang dinilai
mempunyai kualitas baik sebagai bahan pembuat sampe adalah jenis-jenis kayu
sebangsa kayu meranti, misalnya kayu pelantan, kayu adau, kayu marang, kayu
tabalok, dan sejenisnya. Jenis kayu-kayu itu dipilih karena kuat, tidak mudah
pecah, keras, tahan lama, dan tidak mudah dirusak atau dimakan binatang seperti
rayap. Semakin keras dan banyak urat daging kayunya, maka suara yang
dihasilkan sampe akan semaki baik pula. Untuk dawai atau senar sampe, pada
awalnya masih menggunakan tali yang berasal dari serat pohon enau atau aren,
tetapi sekarang senar sampe sering dibuat dari bahan kawat tipis sehingga
bunyinya akan terdengar lebih nyaring .
Sampai di sini tahap pembuatan sampe sebenarnya telah selesai, tetapi biasanya
dilanjutkan dengan menambahkan ukiran dengan ornamen khas Dayak, yakni
dengan corak burung enggang dan taring-taring hewan buruan yang merupakan
lambang keagungan dan kebesaran orang-orang Dayak. Tahap selanjutnya adalah
memasang senar di mana sebagai alat untuk menyeleraskan nada menggunakan
belahan rotan yang dipotong-potong. Belahan rotan ini direkatkan dengan
kelulut, sesuai dengan nada yang diinginkan .Bentuk sampe pada umumnya
menyerupai perahu dan mempunyai bagian-bagian tertentu.
dari rasa sedih atas duka yang mendalam dari seorang manusia.
Namun untuk nada tertentu terkadang juga mewakilkan perasaan riang gembira
atas segala suka yang diterima.
Uniknya, alat musik Sampek yang dibunyikan malam hari dengan siang hari
memiliki makna yang berbeda tergantung dengan tema ritual yang dilangsungkan.
Jika alat musik Sampek dibunyikan di siang hari biasanya bernada menghentak
sedangkan kalau dibunyikan malam hari nadanya lebih liris dan merdu.
Jika alat musik dibunyikan maka suasana pasti senyap karena semua penonton
terdiam dan seluruh musik pendukung pun tidak boleh dibunyikan.
Situasi ini pula yang memancing sakralitas dari alat musik Sampek sehingga tidak
semua orang berani untuk memainkannya.