Anda di halaman 1dari 7

Mengenal Alat Musik Kecapi

Alat Musik Kecapi merupakan alat musik tradisional dari sunda alias Jawa Barat yang dimainkan
dengan cara di petik untuk mewarnai kesenian music yang ada di tanah sunda. Tidak banyak
yang mengetahui apa yang dimaksud dengan alat musik kecapi, kebanyakan masyarakat
mungkin mengetahui kalau kecapi adalah buah, bukan alat musik.
Padahal kecapi sudah ada sejak lama. Maka dari itu yuk simak sejarah alat musik kecapi dan
teknik memainkannya yang sudah sangat lekat dengan budaya sunda, Jawa Barat.

Mengenal Kecapi
Pengertian Alat Musik Kecapi (bahasa Inggris: lute) adalah sebuah alat musik dawai yang
dipetik dengan leher (baik ditekan atau tidak) dan punggung dalam yang melingkupi rongga
berlubang, biasanya dengan lubang suara atau lubang di badan. Lebih khusus, istilah dapat
merujuk pada instrumen dari keluarga kecapi Eropa. (Wikipedia)
Kacapi merupakan alat musik petik yang termasuk kedalam kategori alat musik kordofon yang
dimana bunyi dihasilan dari senar atau dawai yang bergetar. Kacapi sendiri merupakan alat
musik yang dimainkan sebagai instrumen utama dalam Tembang Sunda, Mamaos Cianjuran
dan Kacapi suling.
Akan tetapi dalam beberapa kesempatan alat musik ini tidak jarang dipadukan dengan  alat
musik ritmis ataupun alat musik pukul seperti gendang.
Kacapi sendiri dimainkan dengan menggunakan jari tangan dan menggunakan notasi degung
(notasi yang merupakan bagian dari suatu sistem yang diberi nama sistem heptachordal pelog).
Sejarah Kecapi

Kecapi adalah alat musik tradisional yang sudah dikenal sejak berabad-abad tahun yang lalu.
Awal mulanya kecapi berasal dari negeri China yang memiliki nama lain yaitu Ghuzeng. Dan
kecapi biasanya digunakan untuk mengiringi musik dengan alunan yang lembut dan mendayu.
Kecapi merupakan alat musik tradisional yang berkembang di daerah Jawa, yang lebih tepatnya
diyakini berasal dari daerah Kuningan Jawa Barat. Sejarah alat musik kecapi juga merujuk pada
tanaman sentul, yang mana kayunya diyakini digunakan untuk membuat alat musik kecapi. Di
sunda sendiri kecapi dijadikan alat musik utama dalam tembang sunda atau Mamaos Cianjuran
dan kecapi suling.
Dalam sejarahnya kecapi mempunyai beberapa versi, pada umumnya kebanyakan
menyebutkan kecapi berasal dari Suku Sunda. Tetapi ada yang menyebutkan kacapi berasali
dari Suku Bugis Makassar.

Dalam asal usul kacapi di Suku Sunda, kata kacapi dalam bahasa Sunda merujuk pada suatu
jenis tanaman sentul yang dipercaya kayunya digunakan untuk membuat alat musik kacapi.
Sedangkan untuk Suku Bugis terdapat sebuah cerita dimana kecapi diciptakan oleh seorang
pelaut Bugis Makassar yang terkena badai.
Sesudah terkena badai pria tersebut mengambil sebagian tali layarnya dan diikatkan pada
dayung perahu kemudian dipetik dengan iringan lagu. Sesampainya di darat pria tersebut
membuat sebuah alat bunyi yang berbentuk perahu dua tali untuk gadis yang disukainya.
Untuk perkembangannya sendiri kacapi mulai menarik perhatian banyak orang, dari masyarakat
lokal hingga mancanegara. Sedangkan dalam bentuknya sendiri kacapi memiliki bentuk
sederhana dan polos, tetapi sekarang kacapi dapat dihiasi dengan ukiran-ukiran berbagai motif

Bahan untuk membuat Kecapi

Walaupun kelihatannya alat musik ini sederhana, tapi proses pembuatannya tidak sesederhana
itu. Kayu yang dijadikan bahan dasarnya itu berasal dari kayu Kenanga. Kayu tersebut sebelum
digunakan harus terlebih dahulu direndam selama 3 bulan, baru bisa dibentuk menjadi sebuah
kecapi yang sesuai kebutuhan.
Senar yang digunakan juga bukan senar dari kawat sembarangan. Melainkan dari jenis kawat
suasa (logam yang terdapat campuran emas dan tembaga) jika ingin mendapatkan kualitas
suara yang bagus. Namun, pada saat ini senar kecapi terbuat dari kawat baja karena mahalnya
harga kawat suasa.
Selain itu juga terdapat beberapa proses yaitu pengumpulan bahan baku, pengolahan,
perakitan.
 Pengumpulan bahan baku.
Dalam proses ini bahan baku utama yang digunakan ialah kayu. Namun kayu yang digunakan
harus memiliki karakteristik yang empuk, semakin kering semakin kuat, mudah di ukir dan
mampu menghasilkan resonansi suara yang bagus.
Kayu yang digunakan antara lain seperti kayu jelutung, runggang, nangka, sungkai, campedak,
pulai, gahung, garu dan lain sebagainya.
 Pengolahan bahan
Dalam proses ini kayu dipotong dan dibentuk sesuai ukuran yang diinginkan dengan ukuran
paling panjang 1 meter dan lebar 20 centimeter. Setelah itu dipahat dan membuat lubang untuk
menghasilkan resonansi suara, dibuat penutup lubang dengan kayu yang sejenis.
Dalam proses pengolahan kacapi digunakan alat-alat dasar yaitu seperti parang, kapak, pahat,
kikir kayu, amplas, gunting dan lain sebagainya.
 Perakitan
Setelah semua bahan tadi di proses, kemudian dilakukan proses pengukiran motif, perakitan
kacapi dan proses pemasangan senar.
Dalam pengukiran motif, semakin rumit motif yang digunakan semakin tinggi juga kacapi
dihargai. Terdapat motif Sunda hingga motif Suku Dayak yang dapat diukir dalam instrumen ini.
Untuk pemasangan senar, senar yang digunakan ialah kawat baja. Namun jika ingin
mendapatkan kualitas suara yang bagus senar atau dawai yang digunakan dapat terbuat dari
kawat suasa (logam yang terdiri dari campuran emas dan tembaga).

Bentuk Kecapi

Ternyata kecapi tidak hanya memilik satu jenis bentuk saja, ada 2 jenis bentuk alat musk kecapi
yaitu kecapi parahu dan kecapi siter.
Berdasarkan bentuk yang dimilikinya, kacapi dibagi menjadi dua yaitu kacapi parahu dan kacapi
siter. Terdapat perbedaan yang cukup mencolok pada kedua jenis kacapi tersebut. Terdapat
kacapi dengan panjang 6 meter dan lebar 1,6 meter yang dibuat oleh masyarakat Sumedang
dan menjadi yang terbesar di dunia.
1. Kecapi Parahu
Kecapi parahu bentuknya mirip seperti perahu pada umumnya, kecapi ini dibuat dalam proses
yang cukup lama yakni 3 bulan dan lubang resonansinya berada dibagian bawah untuk
memungkinkan suara keluar lebih jelas. Pada jaman dahulu kecapi parahu ini dibuat langsung
dari bongkahan-bongkahan kayu dengan cara memahat nya.
2. Kecapi Siter
Kecapi Siter merupakan bentuk yang lebih sederhana dari kecapi parahu, biasanya sisi bagian
atas dan bawahnya berbentuk trapesium yang rata dan terdapat lubang resonansi didalamnya.
Bentuk alat Kecapi ini cocok disandingkan dengan suling sunda yang terbuat dari bambu,
alunan dari kedua alat musik tersebut menghasilkan harmoni yang merdu dan indah khas
sunda.

Cara Memainkan Kecapi


Cara memainkan kecapi siter dan kecapi parahu sama saja, yaitu dengan cara dipetik. Kecapi
suling adalah sebutan untuk perangkat waditra sunda yang ada di hampir semua daerah Tatar
sunda. Waditra terdiri dari dua jenis yaitu suling dan juga kecapi.
Meskipun kecapi sering dijadikan sebagai instumental, kecapi juga bisa dijadikan untuk
mengiringi juru sekarang biasanya membawakan lagu-lagu secara Rampak Sekar atau Anggara
Sekar.

Teknik memainkan Kecapi


Alat musik Kecapi dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari tangan, baik itu kecapi siter
maupun kecapi parahu. Namun dalam memainkannya harus menggunakan teknik agar suara
yang dihasilkan mempunyai kualitas yang bagus dan enak didengar.
Jika ingin memainkan alat music kecapi harus menguasai teknik memainkannya, agar bisa
menghasilkan melodi yang indah. Ada 3 teknik memainkan alat musik kecapi yang perlu
diketahui sebelum memainkannya :

1. Teknik Di Jambret
Teknik Jambret, terdengar unik karena seperti sebuah tindak kejahatan. Tapi tenang saja ini
bukan teknik yang diajarkan untuk melakukan tindak criminal kok.
Ini adalah teknik yang dilakukan dengan cara menggerakkan jari jemari tangan kanan, yakni jari
jempol, jari tengah, dan jari telunjuk diatas 3 senar nada yang dibunyikan secara bersamaan.
Dan dengan 2 jari jemari tangan kiri, yakni jari jempol dan jari telunjuk dengan memetik senar
sebagai pengisi nada bebas. Disebut teknik di jambret karena posisi badan yang juga tangan
pemain kecapi terlihat seperti ingin menjambret.
Biasanya teknik ini digunakan pada saat mengiringi tembang atau lagu-lagu dengan tempo yang
cepat harus hati-hati memainkannya karena jika salah sedikit maka nada yang dihasilkan
berbeda.

2. Teknik Sintreuk Toel


Memainkan alat musik kecapi dengan teknik sintreuk toel adalah teknik memetik senar kecapi
dengan cara menjentikkan jari pada senar kecapi menggunakan ujung jari telunjuk tangan
kanan dan tangan kiri. Teknik ini seperti sedang mentoel atau mencolek seseorang.
Tangan kanan dan tangan kiri harus memiliki peran yang sangat signifikan. Hal itu karena harus
menyelaraskan antara ketetapan dan kecepatan nada sepanjang tembang atau lagu saat
dimainkan menggunakan kedua jari telunjuk di masing-masing tangan.
Pada teknik ini harus memposisikan jari telunjuk melengkung di bawah senar kecapi, dan
pemain alat musiknya menjentikkan atau mentoel senar dengan jari telunjuk sehingga
menghasilkan bunyi nada yang diinginkan. Tehnik seperti ini biasanya digunakan untuk
menghasilkan alunan-alunan nada yang melodis.

3. Teknik Dijeungkalan
Di teknik ini posisi badan pemain alat musik lebih condong ke depan dan posisi jarinya hampir
mirip dengan teknik di jambret. Hanya saja yang membedakannya adalah posisi pemainnya.
Jari jemari tangan kanan memainkan 3 senar nada secara bersamaan sedangkan jari jemari kiri
memetik senar dan memainkan nada dengan bebas.

Notasi Kecapi
Dalam kecapi sunda ini sendiri memiliki 5 tangga nada (pentatonis) yang biasa digunakan yaitu,
Da, Mi, Na, Ti, dan La berbeda dengan alat musik lain yang menggunakan tangga nada Do, Re,
Mi, Fa, So, La, Si, dan Do.
Notasi yang digunakan saat memainkan alat musik kecapi ini adalah notasi degung. Notasi
degung adalah notasi yang merupakan bagian dari suatu sistem yang mana diberi nama sistem
heptachordal pelog.

Fungsi Kecapi
Alat musik kecapi juga memiliki dua fungsi, yaitu berfungsi sebagai kecapi induk/indung dan
kecapi rincik/anak. Untuk ulasan selengkapnya bisa simak dibawah ini:

1. Fungsi Induk/Indung
Yang dimaksud dengan fungsi indung adalah alat musik kecapi ini memimpin iringan musik
yang dimainkan dengan cara memberikan intro, bridges, interlude, dan juga memberikan tempo
saat memainkan suatu tembang lagu. Pada kecapi indung ini pun memiliki 18 atau 20 dawai
yang pasti jauh lebih besar daripada kecapi anak.

2. Fungsi Rincik/Anak
Sedangkan fungsi dari kecapi rincik atau kecapi anak yaitu memperkaya iringan musik dengan
mengisi ruang-ruang antara nada dengan frekuensi yang lebih tinggi, khususnya dalam
memainkan lagu yang terdapat di dalam kecapi suling atau Sekar Penambih. Kecapi ini
ukurannya lebih kecil dan dawainya lebih sedikit daripada kecapi indung, yaitu sebanyak 15
dawai saja.
Hingga saat ini alat musik kecapi masih banyak digunakan untuk mengisi acara-acara hajatan.
Acara hajatan tersebut terutama pernikahan, atau acara-acara yang lainnya sebagai penghibur
dengan mengiringi tembang lagu. Lagu yang dibawakan bukan hanya lagu-lagu sunda saja
yang dimainkan.
Kecapi juga bisa mengiringi lagu-lagu pop, dangdut, maupun lagu-lagu lainnya. Bahkan kecapi
sudah dikenal sampai mancanegara.
Nah, demikianlah informasi untuk lebih mengenal sejarah kecapi dan teknik memainkannya.
Semoga bisa bermanfaat dan tertarik untuk belajar memainkan alat musik kecapi untuk
melestarikan alat musik tradisional yang berasal dari Sunda Jawa Barat.
SARUNE BOLON

Alat musik ini terbuat dari logam. Sarune Bolon memiliki enam lubang nada dan berperan sebagai
pembawa melodi. Alat ini termasuk bagian dari perangkat gondang sabangunan dari Batak Toba yang
digabungkan dengan instrumen Taganing (perangkat gendang), gondang (gendang berukuran besar),
ogung (gong), hesek (simbal), dan adap (gendang kecil). Sedangkan pada masyarakat Simalungun, sarune
bolon merupakan bagian dari perangkat gindrang saparangguan. Sarune bolon dimainkan bersama
gondrang sipitu-pitu, gondrang sidua-dua, ogung, mongmongan,dan sitalasayak saat upacara adat.

Foto: Museum Negeri Sri Baduga Bandung


Fotografer: Adi Nugroho Yoki Purwadi
Foto: Museum Negeri Sri Baduga Bandung
Fotografer: Adi Nugroho Yoki Purwadi

Foto: Museum Negeri Sri Baduga Bandung


Fotografer: Adi Nugroho Yoki Purwadi

Foto: Museum Negeri Sri Baduga Bandung


Fotografer: Adi Nugroho Yoki Purwadi

Foto: Museum Negeri Sri Baduga Bandung


Fotografer: Adi Nugroho Yoki Purwadi
Foto: Museum Negeri Sri Baduga Bandung
Fotografer: Adi Nugroho Yoki Purwadi

Foto: Museum Negeri Sri Baduga Bandung


Fotografer: Adi Nugroho Yoki Purwadi

Foto: Museum Negeri Sri Baduga Bandung


Fotografer: Adi Nugroho Yoki Purwadi

Anda mungkin juga menyukai