Anda di halaman 1dari 3

ALAT MUSIK SASANDO

Alat Musik Sasando: Sejarah, Asal, Fungsi, Cara Memainkannya

Sasando merupakan alat musik yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Alat musik
sasando cukup terkenal karena memiliki bentuk yang unik serta sejarah yang menarik .

Sasando berasal dari kata sasandu, yang berasal dari kata sandu atau sanu yang berarti bergetar atau
meronta.

Menurut organologi sasando tergolong dalam sitar tabung bambu. Bagian badan utamanya
berbentuk tabung panjang yang terbuat dari bambu yang diberi ganjalan-ganjalan melingkar yang
berfungsi sebagai tempat membentangkan senar atau dawai yang berbeda-beda agar menghasilkan
nada-nada yang berbeda pula saat dipetik.

Sasando sempat menjadi icon dalam uang pecahan lima ribu rupiah pada tahun 1992.

Terdapat wadah yang digunakan sebagai resonator yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar
yang dibentuk menyerupai kipas.

Dalam masyarakat di Pulau Rote, sasando seringkali dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional,
lagu daerah, syair dan acara adat atau hiburan lainya.

Namun sekarang sasando dimainkan dalam acara-acara formal seperti penyambutan tamu sampai
resepsi pernikahan

Dimainkan dengan cara dipetik, alat musik yang satu ini memiliki suara khas yang membuatnya
begitu terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga sampai ke mancanegara.

Sejarah Alat Musik Sasando

Alat musik sasando Berasal dari cerita legenda orang Rote, terdapat beberapa versi yang
mengisahkan awal mula lahirnya sasando. Salah satunya adalah dalam sebuah cerita disebutkan
seorang pemuda yang terdampar di Pulau Ndana saat sedang melaut sekitar tahun 1950-an.

Pemuda tersebut Bernama Sangguana, ia dibawa oleh penduduk setempat menghadap raja di istana
sekitar.

Karena memiliki bakat di bidang seni, Sangguana berhasil membuat sang putri anak dari raja
terpikat. Akhirnya ia diminta untuk menciptakan sebuah alat musik yang belum pernah ada.

Suatu malam, Sangguana pun bermimpi sedang memainkan suatu alat musik yang indah dengan
bentuk unik dan suara khas.

Berkat mimpi tersebut, Sangguana pun membuat alat musik yang diberi nama Sandu (artinya
bergetar). Akhirnya, alat musik itu diberikan kepada sang putri sebagai jawaban dari permintaan
sang Raja.

Asal Alat Musik Sasando

Alat musik sasando merupakan kebudayaan dari Tanah Rote, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Orang-
orang Rote, biasa menyebutnya sebagai (Sasandu) yang artinya alat bergetar atau berbunyi.

Sementara dalam bahasa Kupang, sering disebut sasando sebuah alat musik dawai yang dimainkan
dengan cara dipetik oleh jari-jemari tangan.
Berdasarkan informasi dari orang-orang Rote, Sasando sudah digunakan sejak abad ke-7. Kelahiran
alat musik ini memiliki sejarah yang menarik.

Fungsi Alat Musik Sasando:

Bila dilihat dari fungsinya, alat musik sasando biasa dimainkan untuk:

•Mengiringi nyanyian

•Menirukan nyanyian

•Mengiringi pembacaan syair

•Menghibur keluarga yang tengah berduka

•Mengiringi pesta

•Mengiringi ritual dalam upacara adat

Cara Memainkan Alat Musik Sasando

Sasando dimainkan dengan cara dipetik, mirip dengan bermain harpa maupun kecapi. Cara
memainkan alat musik ini memang susah-susah gampang karena kamu juga perlu memahami nada
yang harus dimainkan.

Misalnya, ketika kamu memetik senar sasando dengan kedua tangan, maka kunci atau chord
dimainkan oleh tangan kanan, sedangkan bass atau melodi akan dimainkan di tangan kiri. Sementara
untuk nada lain, sasando bisa dimainkan di dua arah.

Selain itu, teknik petikan pada dawai alat musik sasando sangat berpengaruh pada hasil suaranya.

Pembuatan Alat Musik Sasando

Setelah kita mengenal sejarah singkat sasando, mari kita bahas mengenai pembuatan sasando itu
sendiri. Sasando terbuat dari kayu, paku penyangga, senar/dawai, daun lontar dan bambu.

Terdapat proses dalam pembuatan alat musik tradisional sasando, diantaranya :

1.Bambu dipotong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan yang kemudian dua ujung bambu ditutup
menggunakan kayu jati, sehingga menghasilkan rongga di bagian dalam.

2.Proses pelukisan atau pengukiran pada badan sasando agar terlihat lebih menarik yang
disemprotkan pernis pada bagian akhirnya agar awet dan tidak luntur.

3.Pemasangan penyangga pada kedua ujung sasando yang memutar pada bagian utama tubuh
tempat membentangkan senar/dawai. Penyangga tersebut dibuat berbeda agar menghasilkan nada-
nada yang berbeda.

4.Pemasangan senar/dawai yang ditancapkan menggunakan kayu penyangga.

5.Pembentukan daun lontar menjadi bentuk kipas atau setengah lingkaran. Daun tersebut diikat
menggunakan lidi daun lontar yang diiris tipis untunk menyatukan lembaran daun lontar. Daun
tersebut kemudian di keringkan selama 4 hari agar mengering dan keras.

6.Setelah kering, daun lontar dan tubuh sasando di gabungkan dan di rangkai.

Namun secara garis besar sasando tradisional atau akustik dibedakan menjadi dua buah macam,
yaitu :
1. Sasando Gong

Sasando gong adalah jenis sasando yang memiliki tangga nada pentatonis dan memiliki 7-12 dawai.
Sasando gong seringkali disebut sasandu yang disebut sebagai cikal bakal sasando yang lain.

Sasandu gong dapat dimainkan oleh pemula dan juga professional. Biasanya sasando gong hanya
dimainkan untuk memainkan lagu-lagu tradisional masyarakat di pulau Rote.

Tempat resonansi sasando gong dapat dibuka dan ditutup, sehingga mudah sekali dibawa
kemanapun.

2. Sasando Biola

Sasando biola merupakan sasando gong yang sudah dikembangkan yang awalnya hanya
menggunakan 7, 11, 12 dawai sekarang menjadi 30, 32, 36 dan 48 buah dawai dan memiliki tangga
nada diatonis.

Karena menggunakan tangga nada diatonis, sasando jenis ini mempunyai kelebihan yaitu dapat
memainkan musik yang lebih bervariasi seperti musik atau lagu modern.

Anda mungkin juga menyukai