Anda di halaman 1dari 187

MAKALAH SYAHADAT

NAMA KELOMPOK 4

1. NADIATULLUMAH
2. BAEHAQI RAMADHAN HAKIM

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA

2022/2023

I
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas
segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semega selalu tercurah
limpahkan, pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi
umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang kami susun dalam bentuk “MAKALAH TENTANG SYAHADAT” dengan
selesainya penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetauannya sehingga kami dapat
menyelesaikannya makalh ini.

Penyusanan menyadari akan kemampuan yang akan sangat terbatas


sehingga penyusunan makalah ini banyak pengurangannya. Oleh karena itu
saya harapkan kepada kalian semua untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk makalah ini.

Tangerang,27 februari 2023

2
DAFTAR ISI
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................
BAB I.....................................................................................................................................................................
PENDAHULUAN.................................................................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................................................................
BAB II....................................................................................................................................................................
PEMBAHASAN....................................................................................................................................................
A. Makna syahadat........................................................................................................................................
B. Dalil syahadatain......................................................................................................................................
1. Al-qur’an..........................................................................................................................................
C. Kandungan syahadatain............................................................................................................................
D. Rukun syahadatain...................................................................................................................................
1. Pintu masuk agama Islam (‫)اإلسالم إلى مدخل‬....................................................................................
2. Intisari ajaran Islam (‫)اإلسالم تعاليم خالصة‬.......................................................................................
3. Asas revolusi (‫أساس‬ َ ‫)اإلنقالب‬............................................................................................................
4. Esensi dakwah para rasul (‫)الرسل دعوة حقيقة‬.................................................................................
5. Keutamaan yang agung (‫)عظيمة فضائل‬...........................................................................................
F. Hal-hal yang membatalkan syahadatain...................................................................................................
1. Berbuat syirik...................................................................................................................................
2. Murtad..............................................................................................................................................
3. Tidak mengkafirkan orang musyrik dan membenarkan mahdzab mereka.......................................
4. Meyakini hukum thagut....................................................................................................................
5. Membenci sunnah Rasulullah Perilaku ini tentunya menjadi salah satu perilaku yang
membatalkan syahadat.........................................................................................................................
6. Mengejek atau memperolok agama Allah........................................................................................
7. Mempelajari dan mengamalkan ilmu sihir.......................................................................................
8. Membantu orang kafir memerangi kaum muslim............................................................................
9. Meyakini bahwa diperbolehkan keluar dari syariat Allah................................................................
10. Tidak mau mempelajari dan mengamalkan agama........................................................................
BAB III..................................................................................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................................................................................
A. KESIMPULAN........................................................................................................................................
B. SARAN.....................................................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

4
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

5
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot
polos rahim yang dapat berpengaruh
terhadap kehamilan dan persalinan.
Mioma uteri dapat bertambah besar
akibat pengaruh hormon esterogen yang
meningkat pada masa kehamilan. Pada
mioma subserosum yang bertngkai oleh
desakan uterus yang membesar atau
setelah bayi lahir dapat terjadi torsi
(terpelintir) pada tangkainya yang dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi dan
nekrosis pada tumor. Pada wanita hamil
menyebabkan nyeri hebat pada perut
(abdomen akut) (Amru Sofyan, 2011).
Mioma uteri merupakan tumor yang
paling sering terjadi pada organ
reproduksi wanita biasanya mioma uteri
menyerang pada wanita dengan usia 35-
45 tahun, hamil pada usia muda, factor
genetic dan zat-zat karsinogenik,
sedangkan menjadi faktor pencetus
mioma uteri adalah sel-sel imature yang
berasal dari uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya. (Manuaba, 2011).

6
Menurut data dari organisasi kesehatan
dunia (WHO), setiap tahun jumlah
penderita kanker bertambah mencapai
6,25 juta orang. Dalam 10 tahun
mendatang, diperkirakan 9 juta orang
akan meninggal setiap tahun akibat
kanker. Dua per tiga dari penderita
kanker di dunia, berada di Negara-
negara yang sedang berkembang. (WHO,
2010).

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan


27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, dan pada
wanita yang berkulit hitam ditemukan
lebih banyak. Mioma uteri belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarce.
Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Di
Indonesia

1
7
Mioma uteri ditemukan 2.39%-11.7%
pada penderita genikologi yang dirawat.
(Wiknojosastro H, 2007).

Pada pasien yang menderita mioma uteri,


dapat timbul berbagai macam masalah
keperawatan, diantaranya gangguan
eliminasi urine, resiko terjadinya
konstipasi, resiko syok hipovolemik,
kurangnya pengetahuan, gangguan rasa
nyaman nyeri dan berbagai masalah
keperawatan lainnya. (Amin H & Hardhi
K dalam buku NANDA NIC-NOC, 2012).

8
Mioma uteri dapat terjadi karena adanya
sel-sel yang belum matang serta
pengaruh dari hormon esterogen yang
menyebabkan submukosa yang ditandai
dengan pecahnya pembuluh darah dan
intranurel, sehingga terjadi kontraksi
otot uterus yang menyebabkan
perdarahan pervagina yang lama dan
banyak. Dengan adanya perdarahan
lama dan banyak, maka akan terjadi
resiko tinggi kekurangan volume cairan
dan gangguan peredaran darah ditandai
dengan adanya nekrosa dan perlengketan
sehingga timbul rasa nyeri. Dari masalah
tersebut, untuk mengatasi mioma uteri
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pembedahan dan pemberian obat.
Umumnya pembedahan hanya dapat
dilakukan jika memang dierlukan.
Pembedahan dilakukan dengan
membuang bagian rahim yang
mengandung miom serta dapat juga
mengangkat rahim secara keseluruhan
(histerektomi). Histerektomi bisa
dianjurkan apabila benar-benar
diperlukan dan klien berencana untuk

9
tidak memiliki keturunan lagi. Cara lain
yang bisa dilakukan adalah dengan
menyumbat pembuluh darah yang
member makan jaringan miom. Serta
terapi dengan menggunakan obat-obatan
biasanya melibatkan obat yang
mengandung hormon dengan tujuan
menghambat produksi hormon esterogen
dari ovarium. Pada mioma uteri yang
tidak mengalami keluhan, sebaiknya
diobservasi saja.

10
Tidak hanya sampai disitu, untuk
mencegah mioma uteri dari segi
perawatan yang memerlukan
pengetahuan dan keterampilan yang
cukup. Dalam kaitannya dengan kasus
tersebut, diperlukan perawatan secara
komperhensif dengan upaya kesehatan
promotif, yaitu menganjurkan klien
untuk periksa ke puskesmas atau rumah
sakit terdekat apabila klien mengalami
haid yang tidak teratur. Upaya kesehatan
prefentif, yaitu menganjurkan klien
untuk beristirahat yang cukup serta
pembatasan makanan yang mengandung
bahan kimia seperti pengawet dan
pewarna makanan. Upaya kesehatan
kuratif, yaitu pengobatan dan terapi
sesuai dengan petunjuk dokter. Dan
upaya kesehatan rehabilitatif yaitu
mengembalikan fungsi tubuh seperti
keadaan semula dengan seobtimal
mungkin.

11
Melihat banyaknya angka kejadian
mioma uteri, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan
Maternitas Pada Nn. H Dengan Diagnosa
Medis Mioma Uteri Di Ruang Edelweis
Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Mohamad Soewandhie Surabaya”.

1.2Rumusan Masalah

1.3

Bagaimana asuhan keperawatan pada


Nn. H dengan diagnosa medis mioma
uteri di ruang Edelweiss Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Mohamad Soewandhie
Surabaya?

1.3 Tujuan

12
1.3.1 Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan


keperawatan pada Nn. H dengan
diagnose medis mioma uteri di ruang
Edelweis Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Mohamad Soewandhie Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

13
1. Mampu melaksanakan pengkajian
pada Nn. H dengan diagnosa medis
mioma uteri di ruang Edelweis Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Mohamad
Soewandhie Surabaya.

2. Mampu membuat diagnosa


keperawatan pada Nn.H dengan
diagnose medis mioma uteri di ruang
Edelweis Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Mohamad Soewandhie Surabaya.

14
3. Mampu menyusun rencana tindakan
keperawatan pada Nn. H dengan
diagnosa medis mioma uteri di ruang
Edelweis Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Mohamad Soewandhie Surabaya.

4. Mampu melakukan tindakan


keperawatan pada Nn. H dengan
diagnosa medis mioma uteri di ruang
Edelweis Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Mohamad Soewandhie Surabaya.

15
5. Mampu melakukan evaluasi terhadap
tindakan keperawatan yang dilakukan
pada Nn. H dengan diagnosa medis
mioma uteri di ruang Edelweis Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Mohamad
Soewandhie Surabaya.

6. Mampu mendokumentasikan
tindakan keperawatan pada Nn. H
dengan diagnosa medis mioma uteri di
ruang Edelweis Rmah Sakit Umum
Daerah dr. Mohamad Soewandhie
Surabaya.

16
1.4Manfaat Penelitian

1.5

1. Bagi penulis

Meningkatkan pengetahuan penulis


tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnose medis mioma uteri di
ruang Edelweis Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Moamad Soewandhie
Surabaya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

17
Memberi masukan bagi institusi
pendidikan sehingga dapat melahirkan
perawat yang berkompeten dan
berpendidikan tinggi dalam memberikan
asuhan keperawatan yang komperhensif,
khususnya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan diagnosa
medis mioma uteri di ruang Edelweis
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moamad
Soewandhie Surabaya.

3. Bagi Masyarakat

Memberi pengetahuan kepada


masyarakat tentang Tnda dan gejala
mioma uteri sehingga masyarakat dapat
melakukan pencegahan.

18
4. Bagi Perawat

Sebagai bahan masukan untuk


mengembangkan tingkat profesionalisme
pelayanan keperawatan yang sesuai
dengan standart asuhan keperawatan.

1.5 Metode Penulisan dan Teknik


Pengumpulan Data

19
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini,
penulis menggunakan metode penulisan
deskriptif dalam bentuk studi kasus yang
meliputi tahapan-tahapan seperti
pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan, penatalaksanaan, dan
evaluasi (Asmadi, 2010). Cara yang
digunakan dalam pengumpulan data
antara lain sebagai berikut:

1. Wawancara

Metode pengumpulan data secara


langsung antara perawat dan klien.
Perawat mendapatkan respon langsung
dari klien melalui tatap muka dan
pertanyaan yang diajukan (Asmadi,
2008).

20
2. Observasi

Metode pengumpulan data melalui visual


dengan panca indra. Kemampuan
melakukan observasi merupakan
keterampilan tingkat tinggi yang
memerlukan banyak latihan (Asmadi,
2008).

3. Pemeriksaan

21
Metode pengumpulan data melalui proses
inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna
menentukan ada atau tidaknya penyakit
yang didasarkan pada hasil pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Pemeriksaan fisik
berlaku pada respon klien terhadap
masalah kesehatan yang dialaminya
(Asmadi, 2008).

1.6Lokasi dan Waktu

1.7

1.6.1 Lokasi

Asuhan keperawatan ini dilaksanakan di


ruang Edelweis Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Mohamd Soewandhie
Surabaya.

22
1.6.2 Waktu

Waktu yang dilaksanakan dalam


pelaksanan asuhan keperawatan pada
tanggal 06 Juli – 08 Juli 2015.

23
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...............................................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................ix

BABI PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................6

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN


A. Konsep Dasar Mioma Uteri..............................................................................7
1. Pengertian...................................................................................................7
2. Etiologi.........................................................................................................7
3. Klasifikasi Mioma Uteri..............................................................................10
4. Patofisiologi...............................................................................................12
5. WOC..........................................................................................................13
6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis..........................................14
7. Gambaran Klinis........................................................................................15
8. Penatalaksanaan........................................................................................17
B. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................20
1. Pengkajian Keperawatan...........................................................................20
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan.......................................................24
3. Perencanaan Keperawatan........................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian............................................................................................43
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................43
C. Populasi dan Sampel.......................................................................................43
D. Alat/Instrumen Pengumpulan Data................................................................44
E. Teknik Pengumpulan Data..............................................................................44
F. Jenis-jenis Data...............................................................................................46
G. Prosedur Pengumpulan Data..........................................................................46
1. Prosedur Administrasi..............................................................................46
2. Prosedur Asuhan Keperawatan................................................................47

24
H. Rencana Analisa Data.....................................................................................48
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus...............................................................................................49
B. Pembahasan...................................................................................................96
1. Pengkajian................................................................................................96
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................100
3. Rencana Tindakan keperawatan............................................................113
4. Implementasi Keperawatan...................................................................116
5. Evaluasi Keperawatan............................................................................118
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................122
B. Saran............................................................................................................125
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................127

25
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mioma uteri...................................................................................11


Gambar 2.2 Mioma uteri...................................................................................12
Gambar 2.3 WOC mioma uteri........................................................................13
Gambar 2.4 Mioma Uteri..................................................................................16
Gambar 6.1 Genchart.......................................................................................127

26
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan NANDA, NIC-NOC................25

Tabel 4.1 Deskripsi Kasus.....................................................................................50

27
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 Format Pengkajian Keperawatan

Lampiran 3 Format Persetujuan (Informed Conset)

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan data

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari kampus

Lampiran 6 Surat Balasan Dari Rumasakit

Lampiran 7 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 8 Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 9 Lembar Konsul Pembimbing I

Lampiran 10 Lembar Konsul Pembimbing II

28
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan adalah dengan
memperhatikan kesehatan wanita, terutama kesehatan reproduksi karena hal
tersebut berdampak luas, menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta
merupakan parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan reproduksi wanita berpengaruh
besar dan berperan penting terhadap kelanjutan generasai penerus suatu negara
(Manuaba, 2009).

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh
dan bukan tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segalah hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsinya serta proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya
(Nugroho, 2012).

Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri. Mioma uteri merupakan
suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos
dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri
atau uterine fibroid. Mioma uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif
atau menopouse (Aspiani, 2017).

Menurut WHO kejadian mioma uteri sekitar 20% sampai 30% dari seluruh
wanita didunia dan terus mengalami peningkatan. Mioma uteri ditemukan
30% sampai 50% pada perempuan usia subur (Robbins, 2007). Menurut Wise
penelitiannya di Amerika serikat periode 1997-2007 melaporkan 5.871 kasus

29
mioma uteri dari 22.120 terjadi pada wanita kulit hitam dengan prevalensi
26,5%

Kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 2.39% - 11.7% pada semua


penderita ginekologi yang dirawat di rumah sakit, penyakit mioma uteri sering
ditemukan pada wanita nullipara (belum pernah melahirkan) ataupun pada
wanita kurang subur. Mioma uteri diperkirakan antara 20% sampai 25%
terjadi pada wanita berusia diatas 35 tahun (Aspiani, 2017). Menurut Apriyani
faktor-faktor terjadinya mioma uteri ada empat diantaranya usia reproduksi
sebanyak 65,0%, paritas multipara sebanyak 47,5%, dengan usia menarhe
normal sebanyak 95%, dan status haid tidak teratur sebanyak 52,5%.

Mioma uteri diduga merupakan penyakit multifaktorial. Mioma mulai dari


benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih
ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif dibawah pengaruh hormon estrogen
terhadap sel-sel yang ada di otot rahim. Mioma menimbulkan gejala berupa
perdarahan abnormal, rasa nyeri dan rasa adanya tekanan didaerah sekitar
panggul yang dapat menciptakan rasa sakit hingga menjalar ke punggung
(Manuaba, 2009). Perdarahan abnormal merupakan gejala yang paling sering
di alami oleh wanita penderita mioma uteri. Perdarahan bisa diakibatkan
karena pembesaran mioma sehingga menekan organ disekitarnya seperti
tertekannya kandung kemih, usus besar, pelebaran pembuluh darah dan
gangguan ginjal karena akibat pembesaran dan penekanan mioma uteri
terhadap saluran kemih.

Mioma uteri dapat mengakibatkan permukaan endometrium yang lebih luas


dari pada biasanya. Perdarahan mioma uteri dapat berdampak pada ibu hamil
dan penderita mioma uteri itu sendiri. Ibu hamil akan mengalami dampak
berupa abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi. Pada
penderita mioma uteri akan mengalami perdarahan yang banyak dan dapat
mengakibatkan anemia. Pendarahan juga dapat terjadi pada pencernaan karena
perluasan dan pembesaran mioma uteri sehingga pasien mioma uteri tidak

30
hanya dilakukan operasi pada alat kelamin tetapi juga dapat dilakukan operasi
pencernaan (colostomy). Pada kasus ini pasien mioma uteri mengalami
komplikasih yang berat dan dapat memperburuk kesehatan dan tidak jarang
pasien tersebut mengalami penurunan kesehatan karena terjadi gangguan pada
nutrisi dan tubuh mengalami kelemahan hingga menjadi syok dan pada
akhirnya menimbulkan kematian (Aspiani, 2017).

Hampir dari separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-
apa dan tidak sadar bahwa pederita mengalami penyakit mioma uteri.
Pengobatan mioma uteri bervariasi tergantung pada umur ibu atau penderita,
jumlah anak yang dimiliki, lokasi mioma uteri di rahim, dan besar mioma
uteri. Prinsip pengobatannya adalah melakukan operasi pengangkatan total
atau sebagian, pemberian hormon dan radiasi untuk menghilangkan fungsinya
sehingga diharapkan dapat mengecilkan tumor (Manuaba, 2009).

Menurut American College of Obstetricians and Gineclogist (ACOG) dan


American Socienty of Reproductive Medicine (ASRM) ada delapan indikasi
untuk melakukan operasi pada mioma uteri diantaranya adalah nyeri
penekanan yang sangat mengganggu, perdarahan yang tidak respon terhadap
terapi konservatif, dan dugaan adanya keganasan pada organ reproduksi. Pada
mioma ini sering terjadi kekambuhan setelah pengangkatan, dan banyak yang
bermetastasi secara luas sehingga angka harapan hidup 5 tahun sekitar 40%.
Wanita subur diharapkan untuk melakukan pemeriksaan ginekologi secara
teratur agar terhindar dari penyakit mioma uteri dan dapat menegakkan
diagnosis serta penanganan dini dapat dilakukan (Robbins, 2007).

Kejadian mioma uteri di Sumatera Barat berdasarkan komplikasi kebidanan


pada tahun 2012 sebesar 50%, angka ini lebih rendah dari target yang
ditetapkan sebesar 67% (Dinkes Sumbar, 2012). Berdasarkan data yang
diperoleh dari rekam medik di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6
April 2017 didapatkan penderita mioma uteri yang menjalani perawatan yang

31
memiliki kartu BPJS pada tahun 2016 sebanyak 30 orang. Data registrasi
pasien di ruang Ginekologi Kebidanan mulai dari Januari sampai Maret 2017
didapatkan kasus mioma uteri 16 orang.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Ruang Ginekologi


Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6 April 2017
ditemukan adanya pasien menderita mioma uteri sedang menjalani perawatan
sebanyak satu orang. Berdasarkan wawancara dengan salah satu perawat di
ruangan mengatakan bahwa pasien dirawat sudah satu hari dan sudah
dilakukan asuhan keperawatan seperti memberikan obat analgetik dan sudah
dilakukan menajemen nyeri seperti nonfarmakologi. Berdasarkan wawancara
dengan pasien diruangan, pasien mengatakan sudah mendapatkan tindakan
untuk mengatasi keluhannya seperti mendapatkan terapi obat analgesik untuk
menghilangkan nyeri, dan pasien sudah mendapatkan penyuluhan tentang
kesehatan seperti menajemen (nonfarmakologi) nyeri yang dirasakan pasien.

Pendokumentasian tindakan keperawatan sebagian dilakukan perawat


diruangan ditemukan bahwa pendokumentasian mengacu pada shift
sebelumnya tanpa memperhatikan perkembangan pasien yang menderita
mioma uteri setelah diberikan asuhan keperawatan seperti memasukan obat
terapi dengan injeksi Ceftriaxon tidak dilakukan evaluasi pada pasien untuk
menilai hasil tindakan yang diberikan oleh perawat diruangan pada saat dinas
berlangsung. Padahal evaluasi merupakan suatu yang harus dilakukan untuk
melihat apakah obat memberikan efek yang baik pada tubuh pasien atau tidak
baik. Kemudian pendokumentasian merupakan salah satu komponen penting
setiap melakukan tindakan kepada pasien agar dapat memberikan sumber
kesaksian bagi perawat dalam bertanggungjawab dan bertanggunggugat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Perawat mempunyai peran dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan mioma uteri secara
komprehensif.

32
Selain itu, pasien malu bertanya tentang kondisi kesehatan dan kurang percaya
diri dalam menyampaikan keluhan yang dirasakan pasien kepada petugas
kesehatan serta disebabkan oleh rasa minder didalam diri pasien. Kebanyakan
dari mereka yang memiliki niat dan rasa ingin tahu kondisi kesehatanya yang
dapat bertanya kepada petugas dirumah sakit.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan suatu usaha dalam


penanganan kesehatan pada penyakit mioma uteri untuk meningkatkan
kemampuan dan pemahaman serta kesehatan pada penderita mioma uteri.
Usaha ini memerlukan strategi atau metode perawatan yang tepat dan dapat
dipahami dan dilakukan pasien itu sendiri serta tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

Berdasarkan uraian diatas penulis telah melakukan penelitian Asuhan


Keperawatan Pada Pasien Mioma Uteri di Ruang Ginekologi Kebidanan
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Asuhan keperawatan pada pasien
Mioma Uteri di Ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tahun 2017

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah Mioma Uteri di Ruang Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017 mengunakan metode ilmiah proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan pembuatan dokumentasi keperawatan.

33
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan kasus
Mioma Uteri di ruang Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang
b. Mampu mendeskripsikan diagnosa pada pasien dengan kasus
Mioma Uteri di ruang Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang
c. Mampu mendeskripsikan intervensi pada pasien dengan kasus
Mioma Uteri di ruang Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang
d. Mampu mendeskripsikan tindakan pada pasien dengan kasus
Mioma Uteri di ruang Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang
e. Mampu mendeskripsikan Evaluasi pada pasien dengan kasus
Mioma Uteri di ruang Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang
f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada pasien dengan
kasus mioma uteri di RSUP Dr. M. Djamil Padang

1.4 Manfaat penulisan


a. Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus Mioma Uteri

b. Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran


dalam menerapakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus
Mioma Uteri

c. Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran


untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus Mioma Uteri.

34
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Mioma Uteri


1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri
jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi
dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi
(Aspiani, 2017).

2. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
1) Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).

2) Hormon Endogen (endogenous hormonal)


Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.

3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.

35
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang
(red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.

5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.
Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.

6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau
2 (2) kali

Faktor terbentuknya tomor:


a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel-
sel yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan
genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya
mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap
kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan
mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan
genetik harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum
berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat dicegah
namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15%
kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh
faktor eksternal (Apiani, 2017).

36
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang
ditam,bahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari
polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti
pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah
makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.

Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun,


misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya
dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus makin besar
kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang
dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa
yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal
atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan
pada sel.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada


mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
1) Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi
estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse
dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah
reseptor estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal.

37
2) Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu
mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.

3) Hormon pertumbuhan (growth hormone)


Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu
HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin
merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.
.
3. Klasifikasi Mioma
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma
tumbuh.
1) Lapisan Uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya, mioma
ini dibagi menjadi tiga jenis.
a. Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian
besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot
disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan
membentuk tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yaang terletak
pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi.

b. Mioma Uteri Subserosa


Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar
yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini

38
bertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar
dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh
serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosa
yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wandering parasitis fibroid.

c. Mioma Uteri Submukosa


Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga
menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut mioma geburt.
Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan.

39
4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak
menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor
didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya
banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri
maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan
mendorong kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi (Aspiani, 2017).

Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran
kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan
tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga
neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian
terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah
endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari
mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan
diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang
berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah
perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat
kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).

40
5. WOC

Faktor predisposisi:

a. Usia penderita
b. Hormon endogen
c. Riwayat keluarga
d. Makanan, kehamilan dan paritas

Mioma Uteri

Mioma Intramural mioma submukosa mioma Subserosa

Tumbuh didinding uterus berada dibawah endometrium & tumbuh keluar dinding
Menonjol kedalam rogga uterus uterus

Mk: Resiko Syok Hipovolemik Gejala/Tanda

Anemia Perdarahan pembesaran uterus

suplai darah Gg Hematologi Kurang Pengetahuan Gg sirkulasi Penekanan Syaraf

Mk: Gg Perfusi penurunan respon imun Nekrosis

Jaringan perifer Mk: Ansietas

Radang Nyeri

Mk: Resiko Infeksi Mk: Nyeri Akut/Kronis

Penekanan

Kandung kemih uretra Ureter Rektum kolon sigmoid

Poli Uria Retensio Urine Hidronefrosis obstipasi kolon desenden dan ileum

Mk: Gangguan Eliminasi Urine Mk: Konstipasi Kolon


asendens Kolostomy Mk: resiko gangguan identitas
pribadi

Kolon tranversum dan duodenum


usus membusuk terjadi infeksi pada usus

Fungsi pencernaan menurun Terjadi pendarahan pada usus

41
Mk: Ketidak keseimbangan Anemia Kelemahan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Mk: Resiko Syok Hipovolemik

(Aspiani, 2017)

42
6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
Berikut beberapa perubahan yang dapat terjadi pada pada tubuh karena mioma
uteri.
1. Degenerasi hialin, merupakan perubahan degeneratif yang paling
umum ditemukan.
a. Jaringan ikat bertambah
b. Berwarna putih dan keras
c. Sering disebut “mioma durum”.
2. Degenerasi kistik
a. Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair.
b. Menjadi poket kistik.
3. Degenerasi membantu (calcareous degeneration)
a. Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
b. Padat dan keras
c. Berwarna putih.
4. Degenerasi merah (carneus degeneration )
a. Paling sering terjadi pada masa kehamilan.
b. Estrogen merangsang perkembangan mioma.
c. Aliran darah tidak seimbang karena terjadi edema sekitar tungkai dan
tekanan hamil.
d. Terjadi kekurangan darah yang menimbulkan nekrosis, pembentukan
trombus, bendungan darah dalam mioma, warna merah
hemosiderosis atau hemofusin.
e. Biasanya disertai rasa nyeri, tetapi dapat hilang dengan sendirinya.
Komplikasi lain yang jarang ditemukan meliputi kelahiran prematur,
ruptur tumor dengan perdarahan peritoneal, dan shock.
5. Degenerasi mukoid
Daerah hyalin digantikan dengan bahan gelatinosa yang lembut dan
biasa terjadi pada tumor yang besar, dengan aliran arterial yang tergangu.
6. Degenerasi lemak
Lemak ditemukan dalam serat otot polos.

43
7. Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna)
Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontraversi yang ada saat ini adalah
apakah hal ini mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah
neoplasma spontan. Leimiosarkoma merupakan sebuah tumor ganas yang
jarang terdiri dari sel-sel yang mempunyai diferensiasi otot polos.

7. Gambaran Klinis Mioma


Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-
apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengalami penyakit mioma uteri
dalam rahim.

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi hal-hal


berikut.
a. Besarnya mioma uteri.
b. Lokalisasi mioma uteri.
c. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
d. Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena.

2) Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai
berikut.
a. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia,
metroragia, dan hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan
anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh
karena bertambahnya areah permukaan dari endometrium yang
menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi, dan kongesti
dari pembuluh darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan
endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar.
c. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
d. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine,
obstruksi ureter, dan hidronefrosis.

44
e. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
f. Terasa nyeri karena saraf tertekan.

3) Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh beberapa
hal berikut.
a. Penekanan saraf.
b. Torsi bertangkai.
c. Submukosa mioma terlahir.
d. Infeksi pada mioma.

4) Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat


berakibat pada hal-hal berikut.
a. Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi dan
kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural dan
submukosa. Kongesti vena terjadi karena kompresi tumor yang
menyebabkan edema ekstermitas bawah, hemorrhoid, nyeri, dan
dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan kelahiran.
b. Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi.
c. Keguguran dapat terjadi.
d. Persalinan prematuritas.
e. Gangguan proses persalinan.
f. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
g. Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
h. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah
kelahiran.

8. Penanganan Mioma Uteri


Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi,
dan ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas
kelompok-kelompok berikut.

45
1) Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra
dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif
adalah sebagai berikut.
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone)
leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga
menstruasi setiap minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan
sekresi gonodotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang
serupa ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum
dalam mengurangi ukuran tumor diobsevasi dalam 12 minggu.

2) Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut.


a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
e. Hiperminorea pada mioma submukosa.
f. Penekanan organ pada sekitarnya.

3) Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat


berupa langkah-langkah berikut.
a. Enukleusi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih
menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya
karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada masa
kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
tangkai dan tumor yang dengan mudah dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat

46
berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.

4) Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG), kriteria


preoperasi adalah sebagai berikut.
a. Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
b. Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
c. Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan
keguguran yang berulang tidak ditemukan.

5) Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada
pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut.
a. Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikelukan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan.
c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang
selama lebih dari delapan hari.
d. Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.

6) Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal
berikut.
a. Nyeri hebat dan akut.
b. Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut
bagian bawah.
c. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan
tidak disebabkan infeksi saluran kemih.
7) Penanganan radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. Langkah
ini dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai berikut.

47
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad
risk patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan
menopause.

48
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada pasien mioma uteri
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,
hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif
lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang
perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri,
waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah

49
a. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam
jumlah yang besar.

c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai
seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien
mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau
jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme
pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan
orang lain.

d. Pola Kebiasaan sehari-hari


Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus
dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan
yang terjadi.

e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan
bau.

50
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi

g. Pola Istirahat dan Tidur


Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan
malam hari, masalah yang ada waktu tidur.

h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus

51
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan
pada ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.

52
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan
dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor
b. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (perdarahan)
d. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
e. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum
(prolaps rectum)
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran,
ancaman pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber
informasi terkait penyakit)

53
25

3. Rencana keperawatan

Tabel 2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan NANDA Internasional (2015-2017), NIC-NOC (2013)

N Intervensi
Diagnosa Keperawatan
O NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
dengan nekrosis atau trauma selama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri 1) Lakukan pengkajian nyeri
jaringan dan refleks spasme mampu mengontrol nyeri dibuktikan komprehensip yang meliputi lokasi,
otot sekunder akibat tumor dengan kriteria hasil: karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
Mengontrol Nyeri dan faktor pencetus
Definisi: 1) Mengenali kapan nyeri terjadi 2) Observasi adanya pentunjuk nonverbal
Pengalaman sensori dan 2) Menggambarkan faktor penyebab nyeri mengenai ketidak nyamanan terutama
emosional tidak menyenangkan 3) Menggunakan tindakan pencegahan nyeri pada mereka yang tidak dapat
yang muncul akibat kerusakan 4) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri berkomunikasi secara efektif
jaringan aktual atau potensial (nyeri) tanpa analgesik 3) Pastikan perawatan analgesik bagi
atau yang digambarkan sebagai 5) Menggunakan analgesik yang pasien dilakukan dengan pemantauan
kerusakan (International direkomendasikan yang ketat
Association for the Study of 6) Melaporkan perubahan terhadap gejalah 4) Gunakan strategi komunikasi

Poltekkes Kemenkes Padang

25
26

pain) awitan yang tiba-tiba atau nyeri pada profesional kesehatan terapeutik untuk mengetahui
lambat dari intensitas ringan 7) Melaporkan gejalah yang tidak terkontrol pengalaman nyeri dan sampaikan
hingga berat dengan akhir yang pada profesional kesehatan penerimaan pasien terhadap nyeri
dapat diantisipasi atau 8) Menggunakan sumber daya yang tersedia 5) Gali pengetahuan dan kepercayaan
diprediksi. untuk menangani nyeri pasien mengenai nyeri
9) Mengenali apa yang terkait dengan gejala 6) Pertimbangkan pengaruh budaya
Batasan karakteristik: nyeri terhadap respon nyeri
a) Bukti nyeri dengan 10) Melaporkan nyeri yang terkontrol 7) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
menggunakan standar daftar terhadap kualitas hidup pasien
periksa nyeri untuk pasien (misalnya, tidur, nafsu makan,
yang tidak dapat pengertian, perasaan, performa kerja
mengungkapannya dan tanggung jawab peran)
b) Ekspresi wajah nyeri (misal: 8) Gali bersama pasien faktor-faktor yang
mata kurang bercahaya, dapat menurunkan atau memperberat
tampak kacau, gerakan mata nyeri
berpencar atau tetap pada 9) Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu
satu fokus, meringis) yang meliputi riwayat nyeri kronik
c) Fokus menyempit (misal: individu atau keluarga atau nyeri yang
persepsi waktu, proses menyebabkan disability/ ketidak

Poltekkes Kemenkes Padang

26
27

berpikir, interaksi dengan mampuan/kecatatan, dengan tepat


orang dan lingkungan) 10) Evaluasi bersama pasien dan tim
d) Fokus pada diri sendiri kesehatan lainnya, mengenai
e) Keluhan tentang intensitas efektifitas, pengontrolan nyeri yang
menggunakan standars kala pernah digunakan sebelumnya
nyeri 11) Bantu keluarga dalam mencari dan
f) Keluhan tentang menyediakan dukungan
karakteristik nyeri dengan 12) Gunakan metode penelitian yang sesuai
menggunakan standar dengan tahapan perkembangan yang
instrumen nyeri memungkinkan untuk memonitor
g) Laporan tentang perilaku perubahan nyeri dan akan dapat
nyeri/ perubahan aktivitas membantu mengidentifikasi faktor
h) Perubahan posisi untuk pencetus aktual dan potensial
menghindari nyeri (misalnya, catatan perkembangan,
i) Putus asa catatan harian)
j) Sikap melindungi area nyeri 13) Tentukan kebutuhan frekuensi untuk
melakukan pengkajian ketidak
Faktor yang berhubungan: nyamanan pasien dan
a) Agens cidera biologis mengimplementasikan rencana monitor

Poltekkes Kemenkes Padang

27
28

b) Agens cidera fisik 14) Berikan informasi mengenai nyeri,


Agens cidera kimiawi seperti penyebab nyeri, berapa nyeri
yang dirasakan, dan antisipasi dari
ketidak nyamanan akibat prosedur
15) Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
dari ketidaknyamanan (misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan, suara bising)
16) Ajarkan prinsip manajemen nyeri
17) Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri
ketika memilih strategi penurunan
nyeri
18) Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
19) Gunakan tindakan pengontrolan nyeri

Poltekkes Kemenkes Padang

28
29

sebelum nyeri bertambah berat


20) Pastikan pemberian analgesik dan atau
strategi nonfarmakologi sebelum
prosedur yang menimbulkan nyeri
21) Periksa tingkat ketidaknyamanan
bersama pasien, catat perubahan dalam
cacatan medis pasien, informasikan
petugas kesehatan lain yang merawat
pasien
22) Mulai dan modifikasi tindakan
pengontrolan nyeri berdasarkan respon
pasien
23) Dukung istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri
24) Dorong pasien untuk mendiskusikan
pengalaman nyerinya, sesuai
kebutuhan
25) Beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau keluhan pasien saat ini

Poltekkes Kemenkes Padang

29
30

berubah signifikan dari pengalaman


nyeri sebelumnya
26) Gunakan pendekatan multi disiplin
untuk menajemen nyeri, jika sesuai

Pemberian analgesik
1) Tentukan lokasi, karakteris, kualitas
dan keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
2) Cek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuesi obat analgesik yang
diresepkan
3) Cek adanya riwayat alergi obat
4) Pilih analgesik atau kombinasi
analgesik sesuai lebih dari satu kali
pemberian
5) Monitor tanda vital sebelum dan
setelah memberikan analgesik pada
pemberian dosis pertama kali atau jika

Poltekkes Kemenkes Padang

30
31

ditemukan tanda-tanda yang tidak


biasanya
6) Berikan kebutuhan kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat membantu
relaksasi untuk memfasilitasi penuruna
nyeri
7) Berikan analgesik sesuai waktu
paruhnya, terutama pada nyeri yang
berat
8) Dokumentasikan respon terhadap
analgesik dan adanya efek samping
9) Lakukan tindakan-tindakan yang
menurunkan efek samping analgesik
(misalnya, konstipasi dan iritasi
lambung)
10) Kolaborasikan dengan dokter apakah
obat, dosis, rute, pemberian, atau
perubahan interval dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus bedasarkan

Poltekkes Kemenkes Padang

31
32

prinsip analgesik

2. Resiko syok berhubungan NOC: Setelah dilakukan perawatan selama 1x Pencegahan Syok
dengan perdarahan 24 jam diharapkan tidak terjadi syok 1) Monitor adanya respon konpensasi
hipovolemik dengan kriteria: terhadap syok (misalnya, tekanan darah
Definisi: beresiko terhadap 1) Tanda vital dalam batas normal. normal, tekanan nadi melemah,
ketidak cukupan aliran darah 2) Tugor kulit baik. perlambatan pengisian kapiler, pucat/
kejaringan tubuh, yang dapat 3) Tidak ada sianosis. dingin pada kulit atau kulit kemerahan,
mengakibatkan disfungsi seluler 4) Suhu kulit hangat. takipnea ringan, mual dan munta,
yang mengancam jiwa. 5) Tidak ada diaporesis. peningkatan rasa haus, dan kelemahan)
Faktor resiko 6) Membran mukosa kemerahan. 2) Monitor adanya tanda-tanda respon
1) Hipotensi. sindroma inflamasi sistemik (misalnya,
2) Hipovolemi peningkatan suhu, takikardi, takipnea,
3) Hipoksemia hipokarbia, leukositosis, leukopenia)
4) Hipoksia 3) Monitor terhadap adanya tanda awal
5) Infeksi reaksi alergi (misalnya, rinitis, mengi,
6) Sepsis stridor, dipnea, gatal-gatal disertai
7) Sindrom respon inflamasi kemerahan, gangguan saluran
sestemik pencernaan, nyeri abdomen, cemas dan

Poltekkes Kemenkes Padang

32
33

gelisa)
4) Monitor terhadap adanya tanda ketidak
adekuatan perfusi oksigen kejaringan
(misalnya, peningkatan stimulus,
peningkatan kecemasan, perubahan
status mental, egitasi, oliguria dan
akral teraba dingin dan warna kulit
tidak merata)
5) Monitor suhu dan status respirasi
6) Periksa urin terhadap adanya darah dan
protein sesuai kebutuhan
7) Monitor terhadap tanda/gejalah asites
dan nyeri abdomen atau punggung.
8) Lakukan skin-test untuk mengetahui
agen yang menyebabkan anaphiylaxis
atau reaksi alergi sesuai kebutuhan
9) Berikan saran kepada pasien yang
beresiko untuk memakai atau
membawa tanda informasi kondisi

Poltekkes Kemenkes Padang

33
34

medis
10) Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala syok yang
mengancam jiwa
11) Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai langkah-langkah timbulnya
gejala syok

3. Resiko Infeksi berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Alat terapi per vaginam
dengan penurunan imun selama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri 1) Kaji ulang riwayat kontraindikasih
tubuh sekunder akibat menunjukkan pasien mampu melakukan pemasangan alat pervaginam pada
gangguan hematologis pencegahan infeksi secara mandiri, pasien (misalnya, infeksi pelvis,
(perdarahan) ditandai dengan kriteria hasil: laserasi, atau adanya massa sekitar
1) Kemerahan tidak ditemukan pada vagina)
Definisi: tubuh 2) Diskusikan mengenai aktivitas-
Mengalami peningkatan resiko 2) Vesikel yang tidak mengeras aktivitas seksual yang sesuai sebelum
terserang organisme patogenik permukaannya memilih alat yang dimasukan
3) Cairan tidak berbauk busuk 3) Lakukan pemeriksaan pelvis
Faktor yang berhubungan: 4) Piuria/nanah tidak ada dalam urin 4) Intruksikan pasien untuk melaporkan

Poltekkes Kemenkes Padang

34
35

1) Penyakit kronis 5) Demam berkurang ketidaknyamanan, disuria, perubahan


a. Diabetes melitus 6) Nyeri berkurang warna, konsistensi, dan frekuensi
b. Obesitas 7) Nafsu makan meningkat cairan vagina
2) Pengetahuan yang tidak 5) Berikan obat-obat berdasarkan resep
cukup untuk menghindari dokter untuk mengurangi iritasi
pemanjanan patogen 6) Kaji kemampuan pasien untuk
3) Pertahanan tubuh primer melakukan perawatan secara mandiri
yang tidak adekuat 7) Observasi ada tidaknya cairan vagina
a. Gangguan peritalsis yang tidak normal dan berbau
b. Kerusakan integritas 8) Infeksi adanya lubang, laserasi, ulserasi
kulit (pemasangankateter pada vagina
intravena, prosedur
invasif) Kontrol Infeksi
c. Perubahan sekresi PH 1) Bersihkan lingkungan dengan baik
d. Penurunan kerja siliaris setelah digunakan untuk setiap pasien
e. Pecah ketuban dini 2) Isolasi orang yang terkena penyakit
f. Pecah ketuban lama menular
g. Merokok 3) Batasi jumlah pengunjung
h. Stasis cairan tubuh 4) Anjurkan pasien untuk mencuci tangan

Poltekkes Kemenkes Padang

35
36

i. Trauma jaringan yang benar


(misalnya, trauma 5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci
destruksi jaringan) tangan pada saat memasuki dan
4) Ketidak adekuatan jaringan meninggalkan ruangan pasien
sekunder 6) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
a. Penurunan hemoglobin tangan yang sesuai
b. Supresi respon inflamasi 7) Cuci tangan sebelum dan sesudah
5) Vaksinasi tidak adekuat kegiatan perawatan pasien
6) pemajanan terhadap patogen 8) Pakai sarung tangan sebagaimana
lingkungan meningkat dianjurkan oleh kebijakan pencegahan
7) prosedur invasif universal
8) malnutrisi 9) Pakai sarung tangan steril dengan tepat
10) Cukur dan siapkan untuk daerah
persiapan prosedur invasif atau opersai
sesuai indikasi
11) Pastikan teknik perawatan luka yang
tepat
12) Tingkatkan inteke nutrisi yang tepat
13) Dorong intake cairan yang sesuai

Poltekkes Kemenkes Padang

36
37

14) Dorong untuk beristirahat


15) Berikan terapi anti biotik yang sesuai
16) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejalah infeksi dan kapan
harus melaporkannya kepada penyedia
perawatan kesehatan
17) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi

4. Retensi urine berhubungan NOC: setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen eliminasi urin:
dengan penekanan oleh massa 1x 24 jam diharapkan eliminasi urin kembali 1) Monitor eliminasi urin termasuk
jaringan neoplasma pada normal dengan kriteria hasil: frekuensi, konsistensi, bau, volume dan
organ sekitarnya, gangguan 1) Pola eliminasi kembali normal warna urin sesuai kebutuhan.
sensorik motorik. 2) Bau urin tidak ada 2) Monitor tanda dan gejala retensio urin.
3) Jumlah urin dalam batas normal 3) Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi
Definisi: pengosongan kantung 4) Warna urin normal saluran kemih.
kemih tidak komplit 5) Intake cairan dalam batas normal 4) Anjurkan pasien atau keluarga untuk
6) Nyeri saat kencing tidak ditemukan melaporkan urin uotput sesuai
Batasan karakteristik: kebutuhan.

Poltekkes Kemenkes Padang

37
38

1) Tidak ada keluaran urin 5) Anjurkan pasien untuk banyak minum


2) Distensi kandung kemih saat makan dan waktu pagi hari.
3) Menetes 6) Bantu pasien dalam mengembangkan
4) Disuria rutinitas toileting sesuai kebutuhan.
5) Sering berkemih 7) Anjurkan pasien untuk memonitor
6) Inkontinensia aliran berlebih tanda dan gejalah infeksi saluran
7) Residu urin kemih.
8) Sensasi kandung kemih
penuh Kateterisasi Urin
9) Berkemih sedikit 1) Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan
kateterisasi urin.
Faktor yang berhubungan 2) Pasang kateter sesuai kebutuhan.
1) Sumbatan 3) Pertahankan teknik aseptik yang ketat.
2) Tekanan ureter tinggi 4) Posisikan pasien dengan tepat
3) Inhibishi arkus reflex (misalnya, perempuan terlentang
dengan kedua kaki diregangkan atau
fleksi pada bagian panggul dan lutut).
5) Pastikan bahwa kateter yang
dimasukan cukup jauh kedalam

Poltekkes Kemenkes Padang

38
39

kandung kemih untuk mencegah


trauma pada jaringan uretra dengan
inflasi balon
6) Isi balon kateter untuk menetapkan
kateter, berdasarkan usia dan ukuran
tubuh sesuai rekomendasi pabrik
(misalnya, dewasa 10 cc, anak 5 cc)
7) Amankan kateter pada kulit dengan
plester yang sesuai.
8) Monitor intake dan output.
9) Dokumentasikan perawatan termasuk
ukuran kateter, jenis, dan pengisian
bola kateter
5. Konstipasi berhubungan NOC: setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 Manajemen saluran cerna
dengan penekanan pada jam pasien diharapkan konstipasi tidak ada 1) Monitor bising usus
rectum (prolaps rectum) dengan kriteria hasil: 2) Lapor peningkatan frekuensi dan bising
1) Tidak ada irita bilitas usus bernada tinggi
Definisi: penurunan pada 2) Mual tidak ada 3) Lapor berkurangnya bising usus
frekuensi normal defekasi yang 3) Tekanan darah dalam batas normal 4) Monitor adanya tanda dan gejalah

Poltekkes Kemenkes Padang

39
40

disertai oleh kesulitan atau 4) Berkeringat diare, konstipasi dan impaksi


pengeluaran tidak lengkap feses 5) Catat masalah BAB yang sudah ada
atau pengeluaran feses yang Keparahan Gejalah sebelumnya, BAB rutin, dan
kering, keras, dan banyak. 1) Intensitas gejalah penggunaan laksatif
Batasan karakteristik 2) Frekuensi gejalah 6) Masukan supositorial rektal, sesuai
1) Nyeri abdomen 3) Terkait ketidak nyamanan dengan kebutuhan
2) Nyeri tekan abdomen dengan 4) Gangguan mobilitas fisik 7) Intruksikan pasien mengenai makanan
teraba resistensi otot 5) Tidur yang kurang cukup tinggi serat, dengan cara yang tepat
3) Nyeri tekan abdomen tanpa 6) Kehilangan nafsu makan 8) Evaluasi profil medikasi terkait dengan
teraba resistensi otot efek samping gastrointestinal
4) Anoraksia
5) Penampilan tidak khas pada Manajemen konstipasi/inpaksi
lansia 1) Monitor tanda dan gejala konstipasi
6) Darah merah pada feses 2) Monitor tanda dan gejala impaksi
7) Perubahan pola defekasi 3) Monitor bising usus
8) Penurunan frekuensi 4) Jelaskan penyebab dari masalah dan
9) Penurunan volume feses rasionalisasi tindakan pada pasien
10) Distensia abdomen 5) Dukung peningkatan asupan cairan,
11) Rasa rektal penuh jika tidak ada kontraindikasi

Poltekkes Kemenkes Padang

40
41

12) Rasa tekanan rektal 6) Evaluasi pengobatan yang memiliki


13) Keletihan umum efek samping pada gastrointestinal
14) Feses keras dan berbentuk 7) Intruksikan pada pasien dan atau
15) Sakit kepala keluarga untuk mencatat warna,
16) Bising usus hiperaktif volume, frekuensi dan konsistensi dari
17) Bising usus hipoaktif feses
18) Peningkatan tekanan 8) Intruksikan pasien atau keluarga
abdomen mengenai hubungan antara diet latihan
19) Tidak dapat makan, mual dan asupan cairan terhadap kejadian
20) Rembesan feses cair konstipasi atau impaksi
21) Nyeri pada saat defekasi 9) Evaluasi catatan asupan untuk apa saja
22) Massa abdomen yang dapat nutrisi yang telah dikonsumsi
diraba 10) Berikan petunjuk kepada pasien untuk
Faktor yang berhubungan dapat berkonsultasi dengan dokter jika
1) Funfsional konstipasi atau impaksi masih tetap
a. Kelemahan otot abdomen terjadi
b. Ketidak adekuatan 11) Informasukan kepada pasien mengenai
toileting prosedur untuk mengeluarkan feses
c. Kurang aktifitas fisik secara manual jika di perlukan

Poltekkes Kemenkes Padang

41
42

d. Kebiasaan defekasi tidak 12) ajarkan pasien atau keluarga mengenai


teratur proses pencernaan normal
2) Psikologis
a. Defresi, stres, emosi
b. Konfusi mental
3) Farmakologi
4) Mekanis
5) fiologis

Sumber : NANDA International, (2015-2017), NIC-NOC (2013)

42
43

Poltekkes Kemenkes Padang

43
BAB III
METODE
PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian digunakan penulis adalah penelitian deskriptif dengan


menggambarkan penerapan asuhan keperawatan kepada pasien dengan masalah
mioma uter di Ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruangan Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil


Padang. Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 April 2017 sampai
dengan tanggal 10 Juni 2017. Pada tanggal 6 April 2017 melakukan
pengumpulan data yang terkait dengan penyakit mioma uteri baik dalam buku
kepustakaan, penelitian dan bukti fisik yang dapat mendukung dilakukannya
penelitian terkait dengan penyakit mioma uteri. Pada tanggal 5 juni 2017 peneliti
melakukan penelitian terkait dengan penyakit mioma uteri di Ruang Ginekologi
RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2015). Populasi dari
penelitian ini adalah semua pasien dengan Mioma uteri di Ruang Ginekologi
Kebidanan RSUP. Dr. M. Djamil Padang
2. Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari
populasi dan merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian. Sampel penelitian ini adalah dua pasien dengan
44
masalah Mioma Uteri. Sampel diambil sebanyak 2 orang di ambil secara
purposive sampling. Purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel
berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti untuk dapat dianggap
mewakili karakteristik populasinya, misalnya pemilihan informan dalam studi
kualitatif (Nursalam 2015). Sample yang dipilih berdasarkan kriteria sampel.
Kriteria sampel dibagi 2 yaitu :

a. Kriteria Inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu


populasi target yang terjangkau dan dapat diteliti (Nursalam, 2015).
Kriteria Inklusi :
1) Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden
2) Pasien yang mengalami mioma uteri
3) Pasien yang dirawat di rumah sakit dengan mioma uteri

b. Kriteria Eklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang


memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,
2015).
Kriteria eklusi :
1) Pasien yang mengalami penyakit lain yang dapat mengganggu
proses penelitian
2) Keluarga pasien tidak bersedia pasien menjadi reponden

D. Instrumen Penelitian

Alat dan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format pengkajian
pasien mioma uteri, alat perlindungan diri, alat pemeriksaan fisik yang terdiri
dari (Termometer, stetoskop dan tensi meter dewasa, timbangan, arloji dengan
detik, penlight, dan skerem)

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi) artinya


teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

45
pengumpulan data dan sumber data yang ada. Triangulasi teknik berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan
data dari sumber yang sama. Peneliti telah melakukan observasi , wawancara,
dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono,
2012).

1. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara
langsung terhadap penelitian. Pengamatan dilakukan secara sistematis dan
disengaja berkaitan dengan fenomena atau keadaan sosial dan gejala-gejala
psikis dengan mengamati dan mencatat keadaan yang terjadi. Dalam
observasi ini, peneliti terlibat dengan intervensi yang berkaitan dengan
masalah yang dialami pasien dan mengamati pola kegiatan sehari-hari pasien
seperti tingkat nyeri, ADL dan lain-lain (Sugiyono, 2012)

2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan
pengukuran suhu, mengukur tanda-tanda vital, menimbang berat badan.

3. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara


mewawancarai langsung responden yg diteliti. Metode ini memberikan
hasil secara langsung dan dapat digunakan jika ingin mengetahui segala
sesuatu tantang responden secaramen dalam. Dalam penelitian ini
wawancara dilakukan dengan menggunakan format pengkajian agar data
yang diperoleh lebih terarah.

4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan perjalanan penyakit pasien yang sudah berlalu
yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Dokumentasi
keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil pemeriksaan

46
laboratorium, hasil pemeriksaan diagnostik seperti USG, hasil pemeriksaan
Kimia klinis, hasil pemeriksaan. Dalam penelitian ini mengunakan dokumen
dari Rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan.

F. Jenis-Jenis Data
2. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien mioma uteri
seperti pengkajian meliputi: Identitas pasien mioma uteri, riwayat kesehatan
pasien mioma uteri, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien mioma uteri.

3. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang akan diperoleh
langsung dari keluarga, rekam medis dan Hasil labor. Data sekunder
umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.

G. Prosedur Pengumpulan Data


1. Prosedur Administrasi
Prosedur administrasi yang akan dilakukan meliputi izin dari pihak institusi
pendidikan peneliti yaitu Prodi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Padang, kemudian mengurus izin penelitian ke RSUP Dr. M. Djamil Padang
dan melakukan pembayaran biaya penelitian. Setelah itu, peneliti menerima
surat pengantar penelitian dari diklat untuk dilampirkan ke kepala intalasi,
kemudian melampirkan surat izin penelitian dari kepala instalasi untuk
diserahkan ke kepala Ruangan untuk dapat memulai penelitian. Kemudian,
peneliti mengidentifikasi pasien mioma uteri yang dirawat di ruang
Ginekologi Kebidanan RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

47
2. Prosedur Asuhan Keperawatan
Prosedur asuhan keperawatan dimulai dengan memilih responden yang
sesuai dengan kriteria lalu mengidentifikasi responden, dan didapatkan dua
orang yang memenuhi kriteria. Setelah itu, peneliti membaca catatan
perkembangan pasien yang ada dengan izin dokter dan perawat, kemudian
peneliti menemui pasien mioma uteri dan memberikan penjelasan tentang
tujuan kedatangan peneliti, setelah pasien mioma uteri mengerti, pasien
mioma uteri menandatangani informed concent di hadapan peneliti.

Peneliti melakukan pengumpulan data pada pasien mioma uteri di Ruang


Ginekologi RSUP. Dr. M. Djamil Padang dari tanggal 6 April 2017
diperoleh data dari rekam medik 30 kasus mioma uteri pada tahun 2016 dan
data registrasi pasien di ruang ginekologi kebidanan mulai dari januari
sampai meret 2017 didapatkan kasus mioma uteri 16 kasus. Penelitian
dilakukan pada tanggal 5 juni 2017 pukul 09.00 WIB dengan sumber
informasi pasien mioma uteri dan keluarga. Pengkajian dimulai dari
mengkaji identititas pasien mioma uteri hingga mengumpulkan data-data
yang terkait dengan kondisi pasien mioma uteri untuk dianalisis, lalu
menetapkan diagnosis keperawatan. Setelah itu, merumuskan intervensi
yang mungkin untuk dilakukan. Selanjutnya, melakukan implementasi
keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, lalu membuat
evaluasi dan dokumentasi setiap kali selesai melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien mioma uteri. Pertemuan selanjutnya dimulai dengan
melakukan evaluasi kegiatan sebelumnya dan validasi perasaan dan keluhan
pasien mioma uteri. Setelah itu menjelaskan tujuan pertemuan dan membuat
kontrak waktu dengan pasien mioma uteri, lalu melanjutkan kegiatan asuhan
keperawatan, dan melakukan prosedur yang sama dipertemuan selanjutnya,

48
lalu diakhiri dengan fase terminasi kepada ibu post partum dan keluarga.
Pertemuan dilakukan sebanyak 6 hari dan minimal lima hari.

H. Prosedur Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian akan dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan
implementasi dan evaluasi keperawatan. Analisis selanjutnya dilakukan dengan
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien kelolaan
dengan teori dan penelitian terdahulu.

49
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 10 Juni
2017 berlokasi di Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Prevalensi pasien Mioma Uteri di Ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M.
Djamil Padang cukup banyak dimana pada tahun 2016 terdapat 30 kasus. Peneliti
telah melakukan pengkajian dan observasi kepada kedua partisipan yaitu Ny.H
dan Ny.E

Ny.H (Partisipan 1) merupakan seorang perempuan berumur 35 tahun, RM:


97.77.23, masuk dengan diagnosa medis Mioma Uteri + Anemia. Pasien masuk
RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD rujukan dari RSUD Sijunjung tanggal
5 Juni 2017 pukul 08.00 WIB dengan keluhan perdarahan pada pervaginam dan
BAK dan BAB nyeri, perut membesar dan kembung. Saat dilakukan pengkajian
pasien mengeluh nyeri pada perutnya, tubuhnya terasa lemah, mengalami
penurunan nafsu makan, dan sulit untuk beraktivitas. Pasien sebelumnya pernah
dirawat dengan mioma uteri. Pasien tidak memiliki anggota keluarga yang
pernah menderita penyakit mioma uteri atau penyakit keturunan lainnya.

Ny.E (Partisipan 2) seorang perempuan berumur 42 tahun, RM: 96.13.86, masuk


dengan diagnosa medis Mioma Uteri. Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang
melalui IGD rujukan dari Semen Padang Hospital tanggal 3 Juni 2017 pukul
20.00 WIB dengan keluhan nyeri hebat pada genitalia dan perut bagian bawah
membesar dan kembung. Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh nyeri pada
genitalia, BAK sakit, tubuhnya terasa lemah, kesulitan BAB dan mengalami
kesulitan untuk beraktivitas. Pasien sebelumnya tidak pernah menderita penyakit
mioma uteri. Pasien memiliki anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
mioma uteri yaitu adik kandungnya menderita penyakit mioma uteri dan sudah
meninggal 1 tahun yang lalu. Pengkajian lebih lanjut pada tabel 4.1

50
51
Tabel 4.1 Deskripsi Kasus

Asuhan Partisipan 1 Partisipan 2


Keperawatan
Keluhan Utama Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD
IGD rujukan dari RSUD Sijunjung tanggal 5 Juni rujukan dari Semen Padang Hospital tanggal 3 Juni 2017
2017 pukul 08.00 WIB dengan keluhan pendarahan pukul 20.00 WIB dengan keluhan pendarahan pada
pervaginam dengan frekuensi 1 sampai 2 kali dalam pervaginam dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150
sehari ± setengah gelas, perut membesar dan cc. Nyeri hebat pada genitalia dan perut bagian bawah
kembung semenjak 5 bulan yang lalu. membesar dan kembung, pasien penurunan nafsu makan
semenjak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan saat Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 5 Juni Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 5 Juni 2017
dikaji 2017 pukul 10.00 WIB pasien mengeluh nyeri pada pukul 11.10 WIB pasien mengeluh pendarahan pada
bagian perutnya yang membesar, nyeri terasa hilang pervaginam dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150
timbul dan bertambah apabila pasien bergerak dan cc pasien mengeluh badannya lemah dan sulit untuk
duduk. Pasien mengeluh pendarahan pada beraktivitas. Pasien juga mengeluh nyeri pada genitalia
pervaginam dengan frekuensi 1 1 sampai 2 kali dalam dan susah BAK. Sakit pada bagian perut bawah dan
sehari ± setengah gelas, Pasien mengatakan nyeri ketika di tekan pasien mengatakan sakit dengan skala 6-
dengan skala 5-6 selama lebih kurang 2 menit dan 7, nyeri terasa saat beraktivitas dan BAK selama lebih

52
menyebar ke bagian punggung. Pasien mengatakan kurang 1 sampai 2 menit.
nafsu makannya juga menurun dan terkadang mual.
Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas dan susah
tidur karena nyeri pada perut bagian bawah. Pasien
mengeluh BAK sakit.
Riwayat Pasien mengatakan sekitar 3 bulan yang lalu pernah Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita
Kesehatan dirawat di RSUD Sijunjung dengan diagnosa mioma penyakit seperti yang dideritanya sekarang, atau
Dahulu uteri. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan mengalami penyakit mioma uteri. Pasien selalu
berminyak dan makan daging. Pasien tidak pernah mengonsumsi makanan berminyak seperti gorengan,
mengonsumsi alkohol, dan tidak memiliki riwayat daging dan makanan siap saji. Pasien tidak memiliki
pengobatan sebelumnya. riwayat pengobatan sebelumnya.
Riwayat Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
Kesehatan yang pernah menderita penyakit seperti yang pernah menderita penyakit seperti yang dialaminya
Keluarga dialaminya sekarang atau penyakit mioma uteri. sekarang. Namun pasien mengatakan adik kandungnya
Pasien juga mengatakan tidak ada anggota menderita penyakit mioma uteri dan telah meninggal 1
keluarganya yang menderita penyakit kanker payudar, tahun yang lalu. Pasien mengatakan tidak ada anggota
kanker servik dan kanker abdomen atau sejenis keluarganya yang memiliki riwayat penyakit kanker atau
lainnya yang dapat menimbulkan gangguan tumor jinak lainnya yang dapat merusak sistem kesehatan
kesehatan. bagi tubuh.

53
Riwayat Pasien mengatakan haid pertama umur 12 tahun, Pasien mengatakan haid pertama umur 14 tahun, siklus
obstetri siklus haid tidak teratur, lamanya haid 6 atau 9 hari. haid teratur, lamanya haid 6 hari. Pasien mengatakan 2-3
Pasien mengatakan 3 kali ganti pembalut saat haid. kali ganti pembalut saat haid. Warna darah haid merah
Warna darah haid merah enceer. Disminore pada saat encer. Dismenore pada saat haid hari pertama. Pasien
haid hari pertama. Pasien memiliki anak dua. Pasien mengatakan sudah pernah mengikuti KB.
belum pernah mengikuti KB.
Pola Aktivitas Ketika sakit pasien makan dan minum dibantu dengan Ketika sakit pasien makan dan minum dibantu oleh
Sehari-hari keluarga, pasien mendapat diit DH2, pasien minum 1- keluarga, pasien mendapat diit DH2 frekuensi 3 x dalam
2 gelas dalam sehari sekitar 200 cc. BAK melalui sehari, pasien minum 1-2 gelas dalam sehari sekitar 250
kateter berwarna kuning pekat dengan volume sekitar cc. Pasien BAK melalui kateter berwarna kuning pekat
450 cc dalam sehari. pasien mengatakan sulit tidur dengan volume sekitar 300 cc dalam sehari. Pasien
akibat nyeri pada bagian perutnya dan sering mengatakan mengalami kesulitan tidur Aktivitas sehari-
terbangun di malam hari, pasien tidur sekitar 4-5 jam harinya dibantu oleh perawat dan keluarga yang
dalam sehari. Pasien sulit untuk beraktifitas dan hanya mendampingi.
berada di atas tempat tidur, aktivitas sehari-harinya
dibantu oleh perawat dan keluarga yang
mendampingi.
Data Psikologis Pasien mampu untuk mengontrol emosinya, pasien Pasien tampak sabar dan mampu untuk mengontrol

54
terlihat agak cemas namun masih dalam batas wajar. emosinya. Pasien terlihat tidak cemas namun masih
Koping pasien baik dan optimis penyakitnya dapat dalam batas wajar. Koping pasien baik dan optimis
disembuhkan. Pasien dapat mengungkapkan penyakitnya dapat disembuhkan. Pasien dapat
perasaannya dan keluhannya dengan baik namun agak mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan
kurang dipahami. Pasien seorang istri dan ibu yang baik. Pasien merupakan seorang istri yang dikenal baik
dikenal baik dan bertanggung jawab dalam dan bertanggung jawab dalam keluarganya.
keluarganya. Namun pasien agak merasa kasihan
kepada keluarganya karena harus merawatnya.

Data Sosial Pasien merupakan seseorang yang senang Pasien memiliki hubungan sosial yang baik dengan pasien
Ekonomi bersosialisasi dengan orang lain. Keluarga pasien lain dan tenaga kesehatan yang ada seperti dokter dan
mengatakan pasien memiliki hubungan yang baik perawat. Pasien sehari harinya bekerja diswasta. Pasien
dengan pasien dan tenaga kesehatan yang ada seperti ditanggung dengan BPJS kelas 1.
dokter dan perawat. Pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Pasien ditanggung dengan BPJS kelas 3.
Data Spiritual Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan
bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan
kesembuhan kepadanya. kesembuhan kepadanya. Pasien tetap melaksanakan
sholat dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk

55
kesembuhannya.
Data Penunjang Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 6 Juni Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 6 Juni 2017
2017 yaitu Hb 8,7 g/dl, Ht 25 %, trombosit yaitu Hb 8,3 g/dl, Ht 28 %, trombosit 80.000/mm3,
128.000/mm3, leukosit 11.270/mm3, PT 16,2 detik, leukosit 11.270/mm3, PT 16,4 detik, APTT 37,5 detik.
APTT 44,5 detik.
Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 8 Juni 2017
Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 8 Juni Hb 10,9 g/dl, Ht 28 %,
2017 Hb 9,8 g/dl, Ht 26 %, Trombosit 255.000/mm3, Leukosit 15.180/mm3.
Trombosit 119.000/mm3, Leukosit 11.180/mm3. Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 8 Juni 2017
Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 14 mei 2017 Glukosa sewaktu 152 mg/dl, Ureum darah 97 mg/dl,
Glukosa sewaktu 96 mg/dl, Ureum darah 89 mg/dl, Kreatinin darah 1,0 mg/dl, Total protein 5,8 g/dl,
Kreatinin darah 1,2 mg/dl, Total protein 6,2 g/dl, Albumin 2,1 g/dl, Globulin 3,7 g/dl.
Albumin 2,6 g/dl, Globulin 3,6 g/dl .
Hasil pemeriksaan imunologi – serologi tanggal 8 Juni
Hasil pemeriksaan imunologi – serologi tanggal 7 2017 yaitu HBsAg (elisa) 0,01.
Juni 2017 yaitu HBsAg (elisa) 18,52. Anti HCV 0,26.
Hasil pemeriksaan USG tanggal 3 juni 2017
Hasil pemeriksaan USG tanggal 5 juni 2017 1. Tampak massa dalam ovarium
1. Massa positif

56
Program Transamin 3 x 1 amp Ceftriaxone 1 x 2 gr
Pengobatan Ciprofloxacim1 x 200 mg Ciprofloxacim 1 x 200 mg
Ceftriaxon 3 x 1 amp Transamin 3 x 1 amp
Vit. K 3 x 1 amp Vit. K 3 x 1 amp
IVFD NaCl 0,9 % 8 jam/kolf Tranfusi PRC 3 unit
IVFD RL 0,9 % 10 jam/ kolf. IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
Transfusi PRC 3 unit IVFD RL 0,9% 10 jam/ kolf

Obat oral Obat oral


Vit C 3 x 1 tab Vit C 3 x 1 tab
Asamefenamat 3 x 1 tab Asamefenamat 3 x 1 tab
Analisa Data Ds: Ds:
- Pasien mengatakan BAK masih sakit - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Terdapat perdarahan - Pasien mengatakan kesulitan BAK
pervaginam Do: Do:
- Trombosit : 128.000/mm3 - Trombosit : 80.000/mm3
- TD: 90/60 mmHg - Hb : 8,3 g/dl
- Pernapasan: 22 x/menit - Nadi: 90x/menit
- Suhu: 37,5 oC - Pernapasan: 20x/ menit

57
- Nadi: 110x/menit Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu risiko syok
- Hb : 8,7 g/dl hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
- Hasil pemeriksaan USG positif massa.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu resiko Ds:
syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
- Pasien mengatakan nyeri skala 6-7 dirasakan hilang
Ds: timbul sekitar 1-2 menit dan menyebar dipunggung
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya Do:
- Pasien mengatakan nyeri skala 5-6 dirasakan hilang - Pasien tampak gelisah dan meringis
timbul sekitar 2 menit dan tidak menyebar - Pasien tampak melindungi daerah nyeri
Do: - Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
- Pasien tampak gelisah dan meringis - TD 120/70 mmHg,
- Pasien tampak melindungi daerah nyeri - Nadi 90 x/i,
- Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah - RR 20 x/i,
- TD : 90/60 mmHg - suhu 36,5oC.
- N : 110 x/menit Diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan
- S : 37,5 C dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme
- P : 22 x/menit otot sekunder akibat tumor (massa)
Diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan

58
dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks Ds:
spasme otot sekunder akibat tumor (massa) - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc
Ds:
Do:
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Hb: 8,3 g/dl
dengan frekuensi 1 sampai 2 kali dalam sehari ±
- Konjutiva anemis
setengah gelas
- Kulit pucat
Do:
- Hb: 8,7 g/dl Diagnosa keperawatan yaitu resiko infeksi berhubungan
- Konjutiva anemis dengan penurunan imun tubuh akibat gangguan
- Akral teraba dingin hematologis (perdarahan)
- Kulit pucat Ds:
Diagnosa keperawatan yaitu resiko infeksi - Pasien mengatakan badannya terasa lemah
berhubungan dengan penurunan imun tubuh akibat - Pasien mengatakan telapak tangannya sering
gangguan hematologis (perdarahan) kesemutan
Do:
Ds: - Hb : 8,3 g/dl
- Pasien mengatakan badannya terasa lemah - Konjungtiva anemis
- Pasien mengatakan telapak tangannya sering - CRT > 3 detik

59
kesemutan - Warna kulit pucat
Do: - Akral teraba dingin
- Hb : 8,7 g/dl - Edema pada kedua tungkai
- Ht : 25 % Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu
- Konjungtiva anemis ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
- CRT > 3 detik dengan pendarahan
- Edema pada tungkai
- Akral teraba dingin Ds:
- Warna kulit pucat - Pasien mengatakan badannya terasa lemah
Diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan perfusi - Pasien mengatakan berat badannya
jaringan perifer berhubungan dengan pendarahan menurun Do:
- Mukosa bibir kering dan pucat
Ds: - Pasien terlihat kurus
- Pasien mengatakan nafsu makannya menurun - Tonus otot pasien menurun
- Pasien mengatakan terkadang merasa mual - Kulit kering dan tidak elastis
- Pasien mengatakan BB nya - Pasien mendapat terapi diit DH2 dengan jenis makanan
menurun Do: lunak
- Pasien tampak dibantu keluarga dalam memberikan - Total protein: 5,8 g/dl
makan - Albumin : 2,1 g/dl

60
- Mukosa bibir kering dan pucat Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu
- Tonus otot pasien menurun ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kurang
- Kulit kering dan tidak elastis asupan nutrisi.
- BB turun dari 55 kg menjadi 52 kg
- Total protein: 6,2 Ds:
g/dl Albumin : - Pasien mengatakan susah dan nyeri saat BAK
2,6 g/dl Do:
Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu - Pasien BAK melalui kateter dengan volume 300 cc
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dalam sehari,
tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi. - Warna urine kuning pekat
- Pasien tampak meringis
Ds: - Pasien pucat
- Pasien mengatakan kesulitan BAK Diagnosa yang ditemukan yaitu retensi urine yang
- Pasien mengeluh BAK sakit. berhubungan dengan penekanan jaringan oleh masa
Do: jaringan neoplasma pada organ disekitarnya, gangguan
- BAK melalui kateter berwarna kuning pekat sensorik motorik.
dengan volume sekitar 450 cc dalam sehari
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak lemah
Diagnosa yang ditemukan yaitu retensi urine

61
berhubungan dengan penekenan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ disekitarnya, gangguan
sensorik motorik.
Diagnosa 1. Diagnosa pada dokumentasi keperawatan 1. Diagnosa pada dokumentasi keperawatan
Keperawatan a. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan a. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan perdarahan.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan pendarahan berhubungan dengan perdarahan
2. Diagnosa berdasarkan hasil observasi peneliti 2. Diagnosa berdasarkan hasil observasi peneliti
a. Risiko syok hopovolemik berhubungan dengan a. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan. perdarahan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen nekrosis b. Nyeri akut berhubungan dengan agen nekrosis
atau trauma jaringan dan refleks spasme otot atau trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder akibat tumor. sekunder akibat tumor.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan
imun tubuh sekunder akibat gangguan imun tubuh sekunder akibat hematologi
hematologi (perdarahan) (perdarahan)
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan perdarahan berhubungan dengan pendarahan

62
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi.
asupan nutrisi.
Rencana a. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa a. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan
Tindakan keperawatan tentang risiko hipovolemik tentang risiko hipovolemik berhubungan dengan
Keperawatan berhubungan dengan perdarahan, intervensi perdarahan, intervensi keperawatan direncanakan
keperawatan direncanakan selama 5x hari rawatan selama 5x hari rawatan dengan tujuan agar pasien
dengan tujuan agar pasien mampu mengatasi mampu mengatasi resiko kehilangan darah dengan
resiko kehilangan darah dengan kriteria hasil : kriteria hasil: Tanda vital dalam batas normal. Tugor
Tanda vital dalam batas normal. Tugor kulit baik, kulit baik, Tidak ada sianosis, Suhu kulit hangat,
Tidak ada sianosis, Suhu kulit hangat, Tidak ada Tidak ada diaporesis, Membran mukosa kemerahan,
diaporesis, Membran mukosa kemerahan, Tidak Tidak ada kehilangan darah yang terlihat, Tidak ada
ada kehilangan darah yang terlihat, Tidak ada perdarahan pervaginam, tidak ada penurunan
perdarahan pervaginam, tidak ada penurunan Hemoglobin (Hb). Rencana keperawatan yaitu:
Hemoglobin (Hb). Rencana keperawatan yaitu: Monitor adanya respon konpensasi terhadap syok
Monitor adanya respon konpensasi terhadap syok (misalnya, tekanan darah normal, tekanan nadi
(misalnya, tekanan darah normal, tekanan nadi melemah, perlambatan pengisian kapiler, pucat/
melemah, perlambatan pengisian kapiler, pucat/ dingin pada kulit atau kulit kemerahan, takipnea
dingin pada kulit atau kulit kemerahan, takipnea ringan, mual dan munta, peningkatan rasa haus, dan

63
ringan, mual dan munta, peningkatan rasa haus, kelemahan), monitor adanya tanda-tanda respon
dan kelemahan), monitor adanya tanda-tanda sindroma inflamasi sistemik (misalnya, peningkatan
respon sindroma inflamasi sistemik (misalnya, suhu, takikardi, takipnea, hipokarbia, leukositosis,
peningkatan suhu, takikardi, takipnea, hipokarbia, leukopenia), monitor suhu dan status respirasi, periksa
leukositosis, leukopenia), monitor suhu dan status urin terhadap adanya darah dan protein sesuai
respirasi, periksa urin terhadap adanya darah dan kebutuhan, monitor terhadap tanda/gejalah asites dan
protein sesuai kebutuhan, monitor terhadap nyeri abdomen atau punggung, berikan saran kepada
tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen atau pasien yang beresiko untuk memakai atau membawa
punggung, berikan saran kepada pasien yang tanda informasi kondisi medis, anjurkan pasien dan
beresiko untuk memakai atau membawa tanda keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang
informasi kondisi medis, anjurkan pasien dan mengancam jiwa, dan anjurkan pasien dan keluarga
keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang mengenai langkah-langkah timbulnya gejala syok
mengancam jiwa, dan anjurkan pasien dan
keluarga mengenai langkah-langkah timbulnya b. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan
gejala syok tentang Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis
atau trauma jaringan dan refleks spasme otot
b. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa sekunder akibat tumor, intervensi keperawatan
keperawatan tentang Nyeri akut berhubungan direncanakan selama 6x hari rawatan dengan tujuan
dengan nekrosis atau trauma jaringan dan agar pasien mampu mengatasi nyeri dengan kriteria:

64
refleks spasme otot sekunder akibat tumor, pasien mampu mengenali kapan nyeri terjadi, mampu
intervensi keperawatan direncanakan selama 6x menggambarkan faktor penyebab nyeri, mampu
hari rawatan dengan tujuan agar pasien mampu menggunakan tindakan pencegahan nyeri, mampu
mengatasi nyeri dengan kriteria: pasien mampu menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa
mengenali kapan nyeri terjadi, mampu analgesik, dan mampu melaporkan perubahan
menggambarkan faktor penyebab nyeri, mampu terhadap gejalah nyeri. Rencana keperawatan yaitu:
menggunakan tindakan pencegahan nyeri, mampu Lakukan pengkajian nyeri komprehensip yang
menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
analgesik, dan mampu melaporkan perubahan kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
terhadap gejalah nyeri. Rencana keperawatan pencetus. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
yaitu: Lakukan pengkajian nyeri komprehensip untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, penerimaan pasien terhadap nyeri. Gali bersama
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
dan faktor pencetus. Gunakan strategi komunikasi memperberat nyeri. Gunakan metode penelitian yang
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri sesuai dengan tahapan perkembangan yang
dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri. memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri dan
Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat akan dapat membantu mengidentifikasi faktor
menurunkan atau memperberat nyeri. Gunakan pencetus aktual dan potensial (misalnya, catatan
metode penelitian yang sesuai dengan tahapan perkembangan, catatan harian). Berikan informasi

65
perkembangan yang memungkinkan untuk mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa nyeri
memonitor perubahan nyeri dan akan dapat yang dirasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan
membantu mengidentifikasi faktor pencetus aktual akibat prosedur. Ajarkan prinsip manajemen nyeri.
dan potensial (misalnya, catatan perkembangan, Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih
catatan harian). Berikan informasi mengenai nyeri, strategi penurunan nyeri. Gunakan tindakan
seperti penyebab nyeri, berapa nyeri yang pengontrolan nyeri sebelum nyeri bertambah berat.
dirasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan Pastikan pemberian analgesik dan atau strategi
akibat prosedur. Ajarkan prinsip manajemen nonfarmakologi sebelum prosedur yang menimbulkan
nyeri. Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika nyeri. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
memilih strategi penurunan nyeri. Gunakan membantu penurunan nyeri. Dorong pasien untuk
tindakan pengontrolan nyeri sebelum nyeri mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai
bertambah berat. Pastikan pemberian analgesik kebutuhan.
dan atau strategi nonfarmakologi sebelum Pemberian analgesik
prosedur yang menimbulkan nyeri. Dukung Tentukan lokasi, karakteris, kualitas dan keparahan
istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu nyeri sebelum mengobati pasien. Cek adanya riwayat
penurunan nyeri. Dorong pasien untuk alergi obat. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik
mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai sesuai lebih dari satu kali pemberian.
kebutuhan.
Pemberian analgesik c. Setelah dilakukan penegakan diagnosa keperawatan

66
Tentukan lokasi, karakteris, kualitas dan tentang resiko infeksi berhubungan dengan
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien. Cek penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan
adanya riwayat alergi obat. Pilih analgesik atau hematologis (perdarahan) intervensi keperawatan
kombinasi analgesik sesuai lebih dari satu kali direncanakan selama 5 hari rawatan dengan tujuan
pemberian. pasien mioma uteri mampu melakukan pencegahan
infeksi secara secara mandiri, nyeri berkurang, tidak
c. Setelah dilakukan penegakan diagnosa ditemukan cairan pada vagina yang berbauk, warna
keperawatan tentang resiko infeksi berhubungan urine normal. Rencana tindakan yaitu Kaji ulang
dengan penurunan imun tubuh sekunder riwayat kontraindikasih pemasangan alat pervaginam
akibat gangguan hematologis (perdarahan) pada pasien (misalnya, infeksi pelvis, laserasi, atau
intervensi keperawatan direncanakan selama 5 hari adanya massa sekitar vagina), Diskusikan mengenai
rawatan dengan tujuan pasien mioma uteri mampu aktivitas-aktivitas seksual yang sesuai sebelum
melakukan pencegahan infeksi secara secara memilih alat yang dimasukan, Intruksikan pasien
mandiri, nyeri berkurang, tidak ditemukan cairan untuk melaporkan ketidaknyamanan, disuria,
pada vagina yang berbauk, warna urine normal. perubahan warna, konsistensi, dan frekuensi cairan
Rencana tindakan yaitu Kaji ulang riwayat vagina, Kaji kemampuan pasien untuk melakukan
kontraindikasih pemasangan alat pervaginam pada perawatan secara mandiri, Observasi ada tidaknya
pasien (misalnya, infeksi pelvis, laserasi, atau cairan vagina yang tidak normal dan berbau,
adanya massa sekitar vagina), Diskusikan Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan

67
mengenai aktivitas-aktivitas seksual yang sesuai untuk setiap pasien, Batasi jumlah pengunjung,
sebelum memilih alat yang dimasukan, Intruksikan Anjurkan pasien untuk mencuci tangan yang benar,
pasien untuk melaporkan ketidaknyamanan, Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat
disuria, perubahan warna, konsistensi, dan memasuki dan meninggalkan ruangan pasien,
frekuensi cairan vagina, Kaji kemampuan pasien Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang
untuk melakukan perawatan secara mandiri, sesuai, Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
Observasi ada tidaknya cairan vagina yang tidak perawatan pasien, Pakai sarung tangan sebagaimana
normal dan berbau, Bersihkan lingkungan dengan dianjurkan oleh kebijakan pencegahan universal,
baik setelah digunakan untuk setiap pasien, Batasi Cukur dan siapkan untuk daerah persiapan prosedur
jumlah pengunjung, Anjurkan pasien untuk invasif atau opersai sesuai indikasi, Dorong intake
mencuci tangan yang benar, Anjurkan pengunjung cairan yang sesuai, Tingkatkan inteke nutrisi yang
untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan tepat, Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
meninggalkan ruangan pasien, Gunakan sabun bagaimana menghin dari infeksi.
antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai, Cuci
tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan d. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan
pasien, Pakai sarung tangan sebagaimana tentang ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
dianjurkan oleh kebijakan pencegahan universal, berhubungan dengan perdarahan intervensi
Cukur dan siapkan untuk daerah persiapan keperawatan direncanakan selama 5x hari rawatan
prosedur invasif atau opersai sesuai indikasi, dengan tujuan agar pasien mampu BAK dan BAB

68
Dorong intake cairan yang sesuai, Tingkatkan lancar, dan perdarahan pada pervagina membaik.
inteke nutrisi yang tepat, Ajarkan pasien dan Rencana tindakan keperawatan yaitu: monitor adanya
keluarga mengenai bagaimana menghin dari daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas, dan
infeksi. dingin, monitor adanya paretese, monitor kemampuan
BAB dan BAK, gunakan sarung tangan untuk
d. Setelah dilakukan penegakkan diagnosa proteksi, kolaborasi pemberian analgetik, dan
keperawatan tentang ketidakefektifan perfusi mendiskusikan mengenai perubahan sensasi
jaringan perifer berhubungan dengan
pendarahan intervensi keperawatan direncanakan e. Setelah dilakukan penegakan diagnosa tentang nutrisi
selama 5x hari rawatan dengan tujuan agar pasien kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
mampu BAK dan BAB lancar, dan perdarahan dengan kurang asupan nutrisi intervensi
pada pervagina membaik. Rencana tindakan keperawatan direncanakan selama 5x hari rawatan
keperawatan yaitu: monitor adanya daerah tertentu dengan tujuan agar pasien mampu mengidetifikasi
yang hanya peka terhadap panas, dan dingin, kebutuhan nutrisi, dan tidak ada tanda-tanda
monitor adanya paretese, monitor kemampuan malnutrisi. Rencana keperawatan yang dilakukan
BAB dan BAK, gunakan sarung tangan untuk yaitu: kaji adanya alergi makanan, anjurkan kepada
proteksi, kolaborasi pemberian analgetik, dan pasien untuk meningkatkan intake Fe, yakinkan diet
mendiskusikan mengenai perubahan sensasi yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi, kaji kemampuan pasien untuk

69
e. Setelah dilakukan penegakan diagnosa tentang mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan, monitor
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adanya penurunan berat badan, monitor kulit kering
berhubungan dengan kurang asupan nutrisi dan perubahan pigmentasi, monitor turgor kulit,
intervensi keperawatan direncanakan selama 5x monitor kadar albumin, Hb dan kadar Ht catat adanya
hari rawatan dengan tujuan agar pasien mampu edema hiperemik dan hipertonik papila lidah
mengidetifikasi kebutuhan nutrisi, dan tidak ada
tanda-tanda malnutrisi. Rencana keperawatan yang
dilakukan yaitu: kaji adanya alergi makanan,
anjurkan kepada pasien untuk meningkatkan intake
Fe, yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi, kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan, monitor adanya penurunan berat
badan, monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi, monitor turgor kulit, monitor kadar
albumin, Hb dan kadar Ht catat adanya edema
hiperemik dan hipertonik papila lidah
Implementasi a. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada a. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
Keperawatan diangnosa keperawatan resiko syok berhubungan diagnosa resiko syok berhubungan dengan

70
dengan perdarahan tanggal 5 juni 2017 jam perdarahan tanggal 5 juni 2017 jam 09.20 WIB
10.47 WIB adalah memonitor adanya respon adalah memonitor adanya tekanan darah tinggi,
konpensasi terhadap syok dengan mengukur tekanan nadi melemah, perlambatan pengisian kapiler,
tekanan darah, memonitor adanya tanda-tanda pucat/ dingin pada kulit atau kulit kemerahan,
peningkatan suhu, mencegah perdarahan, takipnea ringan, mual dan munta, peningkatan rasa
takikardi, takipnea, hipokarbia, leukositosis, haus, dan kelemahan. Memonitor adanya tanda-tanda
leukopenia, memonitor terhadap tanda/gejalah peningkatan suhu, takikardi, takipnea, leukositosis,
asites dan nyeri abdomen atau punggung. leukopenia.

Pada rawatan hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 12.02 WIB
11.20 WIB tindakan keperawatan yang dilakukan tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
yaitu menganjurkan pasien dan keluarga mengenai memonitor suhu dan status respirasi. Memonitor
langkah-langkah timbulnya gejala syok dan terhadap tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen atau
menganjurkan pasien dan keluarga mengenai punggung. Menganjurkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala syok yang mengancam jiwa. mengenai tanda dan gejala syok yang mengancam
jiwa, dan menganjurkan pasien dan keluarga
b. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada mengenai langkah-langkah timbulnya gejala syok
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
nekrosis atau trauma jaringan dan refleks b. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk

71
spasme otot sekunder akibat tumor tanggal 5 diagnosa nyeri akut berhubungan dengan nekrosis
juni 2017 10.05 WIB adalah melakukan atau trauma jaringan dan refleks spasme otot
pengkajian nyeri komprehensip yang meliputi sekunder akibat tumor tangga 5 juni 2017 jam 11.56
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, WIB adalah melaakukan pengkajian nyeri
intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. komprehensip yang meliputi lokasi, karakteristik,
mengobservasi adanya pentunjuk nonverbal durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
mengenai ketidak nyamanan pasien, menggunakan nyeri dan faktor pencetus, menggunakan strategi
strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
pengalaman nyeri yang dirasakan pasien. nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap
nyeri, menggali pengetahuan dan kepercayaan pasien
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 08.50 mengenai nyeri, menentukan kebutuhan frekuensi
WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu untuk melakukan pengkajian ketidak nyamanan
menggali pengetahuan dan kepercayaan pasien pasien dan mengimplementasikan rencana monitor,
mengenai nyeri, menggali bersama pasien faktor- memberikan informasi mengenai nyeri, seperti
faktor yang dapat menurunkan atau memperberat penyebab nyeri, berapa nyeri yang dirasakan, dan
nyeri, menentukan kebutuhan frekuensi untuk antisipasi dari ketidak nyamanan akibat prosedur yang
melakukan pengkajian ketidak nyamanan pasien diberikan kepada pasien
dan mengimplementasikan rencana monitor.
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 09.36 WIB

72
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 09.25 tindakan yang dilakukan yaitu mengendalikan faktor
WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
memberikan informasi mengenai nyeri, seperti dari ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan,
penyebab nyeri, dan berapa nyeri yang dirasakan, pencahayaan, suara bising)
mengajarkan prinsip manajemen nyeri (teknik
relaksasi), mendukung istirahat/tidur yang adekuat Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 10.13 WIB
untuk membantu penurunan nyeri. tindakan keperawatan yang dilakukanyaitu
mengajarkan prinsip manajemen nyeri seperti teknik
Pada hari kelima 9 juni 2017 jam 09.32 WIB relaksasi, mendukung istirahat/tidur yang adekuat
tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu untuk membantu penurunan nyeri, mencek adanya
mendorong pasien untuk mendiskusikan riwayat alergi obat
pengalaman nyerinya, sesuai keadaan yang
dirasakan pasien, menentukan lokasi, karakteris, Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.36
kualitas dan keparahan nyeri sebelum memberikan WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
terapi obat pasien mendorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman
nyerinya, sesuai apa yang dirasakanya.
c. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada
diangnosa keperawatan resiko infeksi c. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada
berhubungan dengan penurunan imun tubuh diangnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan

73
sekunder akibat gangguan hematologis dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat
(perdarahan) tanggal 5 juni 2017 jam 10.47 WIB gangguan hematologis (perdarahan) tanggal 5 juni
adalah mengintruksikan pasien untuk melaporkan 2017 jam 09.20 WIB adalah mengintruksikan pasien
ketidaknyamanan, disuria, perubahan warna, untuk melaporkan ketidaknyamanan, disuria,
konsistensi, dan frekuensi cairan vagina, mengkaji perubahan warna, konsistensi, dan frekuensi cairan
kemampuan pasien untuk melakukan perawatan vagina, mengkaji kemampuan pasien untuk
secara mandiri, mengobservasi ada tidaknya cairan melakukan perawatan secara mandiri, mengobservasi
vagina yang tidak normal dan berbau ada tidaknya cairan vagina yang tidak normal dan
berbau
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 15.30
WIB tindakan keperawatan yang dilkukan Pada hari kedua tanggal 7 juni 2017 jam 15.30 WIB
membersihkan lingkungan dengan baik setelah tindakan keperawatan yang dilkukan membersihkan
digunakan untuk setiap pasien, membatasi jumlah lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk
pengunjung, menganjurkan pasien untuk mencuci setiap pasien, membatasi jumlah pengunjung,
tangan yang benar, menganjurkan pengunjung menganjurkan pasien untuk mencuci tangan yang
untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan benar, menganjurkan pengunjung untuk mencuci
meninggalkan ruangan pasien, menggunakan tangan pada saat memasuki dan meninggalkan
sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai, ruangan pasien, menggunakan sabun antimikroba
mencukur dan siapkan untuk daerah persiapan untuk cuci tangan yang sesuai, mencukur dan siapkan

74
prosedur invasif atau opersai sesuai indikasi, untuk daerah persiapan prosedur invasif atau opersai
mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan sesuai indikasi, mencuci tangan sebelum dan sesudah
perawatan pasien. kegiatan perawatan pasien.

Pada hari ke empat tanggal 8 juni 2017 jam 08.30 Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 09.39 WIB
WIB tindakan yang dilakukan memakai sarung tindakan yang dilakukan memakai sarung tangan
tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan pencegahan
pencegahan universal, mendorong intake cairan universal, mendorong intake cairan yang sesuai,
yang sesuai, meningkatkan inteke nutrisi yang meningkatkan inteke nutrisi yang tepat, mengajarkan
tepat, mengajarkan pasien dan keluarga mengenai pasien dan keluarga mengenai bagaimana mengindari
bagaimana mengindari infeksi. infeksi.

d. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada d. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
perifer berhubungan dengan kurang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
pengetahuan tentang faktor pemberat tanggal 5 faktor pemberat tanggal 5 juni 2017 jam 11.20 WIB
juni 2017 jam 10.20 WIB adalah memonitor adalah memonitor adanya daerah tertentu yang hanya
adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap peka terhadap panas, dan dingin, menggunakan
panas, dan dingin, menilai sirkulasi perifer (nadi, sarung tangan untuk proteksi, memonitor kemampuan

75
edema, CRT, warna dan suhu ekstermitas BAB dan BAK, menilai sirkulasi perifer (nadi,
edema, CRT, warna dan suhu ekstermitas
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 13.56 Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 09.10
WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
menggunakan sarung tangan untuk proteksi, mengkolaborasikan pemberian analgetik,
memonitor gas darah arteri, memberikan tranfusi mendiskusikan mengenai perubahan sensasi,
darah yang sesuai, memonitor nilai elektrolit, dan memberikan transfusi darah yang sesuai, dan
kreatinin. memonitor kemampuan BAB dan BAK memonitor nilai elektrolit dan kreatin
pasien
e. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
e. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan asupan nutrisi tanggal 5 juni 2017 jam 09.20 WIB
dengan kurang asupan nutrisi tanggal 6 juni adalah mengidentifikasi alergi dan intoleransi
2017 jam 08.45 WIB adalah mengidentifikasi terhadap makanan, memonitor kalori dan asupan
alergi dan intoleransi terhadap makanan, nutrisi, mengidentifikasi adanya penurunan BB,
memonitor kalori dan asupan nutrisi, memonitor turgor kulit
mengidentifikasi adanya penurunan BB,
memonitor turgor kulit, memonitor adanya mual Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.50

76
muntah, mengidentifikasi perubahan nafsu makan, WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
memonitor pucat pada konjungtiva. memonitor adanya mual muntah, mengidentifikasi
perubahan nafsu makan dan memonitor pucat pada
konjungtiva.
Evaluasi a. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang a. Evaluasi dari hasil keperawatan yang telah diberikan
Keperawatan telah diberikan kepada Ny. H dari tanggal 5 Juni kepada Ny. E dari tanggal 5 juni 2017 hingga 10 juni
2017 hingga 9 Juni 2017 untuk diagnosa risiko 2017 untuk diagnosa resiko syok hipovolemik
syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan berhubungan dengan perdarahan antara lain:
antara lain: Hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13. 34 WIB
1) Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam S:
13.02 WIB - Pasien mengatakan ada keluar darah pada vagina
S: tapi sedikit kira kira sesendok teh
- Pasien mengatakan BAK masih sakit - Pasien mengatakan kesulitan BAK
- Terdapat perdarahan O:
pervaginam O: - Trombosit : 80.000/mm3
- Trombosit : 128.000/mm3 - Hb : 8,3 g/dl
- Hb : 8,7 g/dl - Hasil pemeriksaan USG positif massa
- Hasil pemeriksaan USG positif massa, terdapat A:
pendarahan pada ovarium akibat massa - Masalah belum tertasi

77
A: P:
- Masalah belum teratasi - Intervensi dilanjutkan
P:
- Intervensi dilanjutkan Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 13.23 WIB
S:
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 12.13 - Pasien mengatakan darah masih keluar pada vagina
WIB - Pasien mengatakan kesulitan BAK dan BAB
S: O:
- Pasien mengatakan BAK masih sakit - Hb 8,3 g/dl,
- Perdarahan masih ada - Ht 28 %,
O: - trombosit 80.000/mm3,
- Trombosit 192.000/mm3 - leukosit 11.270/mm3,
- Hb : 9,1 g/dl A:
- Pasien masih keluar darah pada vagina - masalah belum teratasi
A P:
- Masalah belum teratasi - intervensi dilanjutkan
P
- Intervensi dilanjutkan Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 17.10 WIB
S:

78
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 11.30 - Pasien mengatakan darah masih keluar pada vagina
WIB - Pasien mengatakan kesulitan BAK dan BAB
S:- O:
O: - Hb 8,3 g/dl,
- Pasien dioperasi jam 12.30 WIB - trombosit 80.000/mm3,
- Pasien keluar dari kamar operasi jam 16.35 - leukosit 11.270/mm3,
WIB A:
- TD 130/90 mmHg - masalah belum teratasi
- N 98x/i P:
- S 36,7 oc - intervensi dilanjutkan
- P 21x/i
A: Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.30 WIB
- Masalah teratasi sebagian S:
P: - Pasien mengatakan darah masih keluar pada vagina
- Intervensi dilanjutkan - Pasien mengatakan kesulitan BAK dan BAB
O:
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 pukul 9.15 - Hb 8,3 g/dl,
WIB - trombosit 80.000/mm3,
S: - leukosit 11.270/mm3,

79
- Pasien mengatakan nyeri pada bekas operasai - pasien diopersai
- Pasien mengatakan perdarahan pada vagina A:
tidak ada lagi - masalah belum teratasi
O: P:
- Pasien tampak belajar memutar badan dan - intervensi dilanjutkan
membersihkan dirinya
- Hb: 10, 2 g/dl Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 13.20 WIB
- Kulit tidak pucat S:
- Membran mukosa lembab - Pasien mengatakan darah sudah tidak keluar pada
A: vagina
- Masalah teratasi sebagian - Pasien mengatakan kesulitan BAK dan BAB tidak
P: ada lagi
- Intervensi dilanjutkan O:
- Hb 10,9 g/dl,
Pada hari keenam tanggal 9 juni 2017 pukul 8.27 - Trombosit 255.000/mm3,
WIB - Leukosit 15.180/mm3
S: A:
- Pasien mengatakan tidak ada keluar darah pada - masalah teratasi
vagina P:

80
O: - intervensi dihentikan
- Pasien tampak duduk dan sudah bisa
beraktivitas b. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah
- Tampak kateter sudah dilepas dan infus sudah diberikan kepada Ny. H dari tanggal 5 Juni 2017
dilepas hingga 10 Juni 2017 untuk nyeri akut berhubungan
- Hb 11,6 g/dl dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
- Trombosit 240.000/mm3 spasme otot sekunder akibat tumor
A: Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 12.23 WIB
- Masalah teratasi S:
P: - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
- Pasien pulang - Pasien mengatakan nyeri skala 6-7 dirasakan hilang
timbul sekitar 1-2 menit dan menyebar dipunggung
b. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang O:
telah diberikan kepada Ny. H dari tanggal 5 Juni
2017 hingga 10 Juni 2017 untuk nyeri akut - Pasien tampak gelisah dan meringis
berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan - Pasien tampak melindungi daerah nyeri
dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor - Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
1) Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam - TD 120/70 mmHg,
13.20 WIB - HR 90 x/i,

81
S: - RR 20 x/i,
- Pasien mengatakan masih nyeri pada bagian - suhu 36,5oC.
perutnya A:
- Pasien mengatakan nyeri skala 5-6 dirasakan - masalah belum teratasi
hilang timbul sekitar 2 menit dan tidak menyebar P:
O: - intervensi dilnjutkan
- Pasien tampak gelisah dan meringis
- Pasien tampak melindungi daerah nyeri Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 11.13 WIB
- Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah S:
- TD : 90/60 mmHg - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
- N : 110 x/menit - Pasien mengatakan nyeri skala 6-7 dirasakan hilang
- S : 37,5 C timbul sekitar 1-2 menit dan menyebar dipunggung
- P : 22 x/menit O:
- Pasien tampak gelisah dan meringis
A: - Pasien tampak melindungi daerah nyeri
- Masalah belum teratasi - Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
P: - TD 120/70 mmHg,
- Intervensi dilanjutkan - HR 90 x/i,
- RR 20 x/i,

82
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 10.12 - suhu 36,5oC.
WIB A:
S: - masalah belum teratasi
- Pasien mengatakan masih nyeri bagian perut P:
bagian bawah - intervensi dilanjutkan
- Pasien mengatakan nyeri masih terasa dengan
skala 5-6 Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 15.40 WIB
O: S:
- Pasien tampak meringis - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
- Pasien tampak melindungi daerah nyeri - Pasien mengatakan nyeri skala 6-7 dirasakan hilang
- Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran timbul sekitar 1-2 menit dan menyebar dipunggung
bawah A: O:
- Masalah belum teratasi - Pasien tampak gelisah dan meringis
P - Pasien tampak melindungi daerah nyeri
- Intervensi dilanjutkan - Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
- TD 120/70 mmHg,
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 16.50 - HR 90 x/i,
WIB - RR 20 x/i,
S: - suhu 36,5oC.

83
- Pasien mengatakan nyeri pada bekas luka A:
operasi - masalah belum teratasi
O: P:
- Pasien tampak meringis - intervensi dilnjutkan
- TD 130/90 mmHg
- N 85x/i Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 13.20
- S 36,7 oc WIB
- P 21x/i S:
A: - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
- Masalah belum teratasi - Pasien mengatakan nyeri skala 6-7 dirasakan hilang
P: timbul sekitar 1-2 menit dan menyebar dipunggung
- Intervensi dilanjutkan O:
- Pasien tampak gelisah dan meringis
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 pukul 9.15 - Pasien tampak melindungi daerah nyeri
WIB - Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
S: - TD 120/70 mmHg,
- Pasien mengatakan nyeri pada bekas operasai - HR 90 x/i,
sudah mulai berkurang - RR 20 x/i,
O: - suhu 36,5oC.

84
- Pasien tampak belajar beraktivitas A:
- Hb: 10, 2 g/dl - masalah belum teratasi
- Pasien tampak bersemangat dari hari biasanya P:
A: - intervensi dilnjutkan
- Masalah teratasi sebagian
P: Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 13.15 WIB
- Intervensi dilanjutkan S:
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 pukul 08.27 - Pasien mengatakan nyeri skala 6-7 dirasakan hilang
WIB timbul sekitar 1-2 menit dan menyebar dipunggung
S: O:
- Pasien mengatakan nyeri masih ada namun - Pasien tampak gelisah dan meringis
nyeri timbul saat beraktivitas - Pasien tampak melindungi daerah nyeri
O: - Nyeri pada bekas operasi
- Pasien tampak duduk dan sudah bisa - TD 120/70 mmHg,
beraktivitas - HR 90 x/i,
- Tampak kateter sudah dilepas dan infus sudah - RR 20 x/i,
dilepas - suhu 36,5oC.
- Hb 11,6 g/dl A:

85
- Trombosit 240.000/mm3 - masalah belum teratasi
A: P:
- Masalah teratasi - intervensi dilnjutkan
P: Pada hari keenam tanggal 10 juni 2017 jam 15.40
- Lanjutkan intervensi yang lain WIB
c. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang S:
telah diberikan kepada Ny. H dari tanggal 5 juni - Pasien mengatakan nyeri pada bagian perutnya
2017 hingga 9 juni 2017 untuk resiko infeksi - Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
berhubungan dengan penurunan imun tubuh akibat O:
gangguan hematologis (perdarahan) - Pasien tampak gelisah dan meringis
Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.34 - Pasien tampak melindungi daerah nyeri
WIB - Nyeri tekan (+) pada abdomen kuadran bawah
S: - TD 120/70 mmHg,
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam - HR 90 x/i,
masih ada dengan frekuensi 1 sampai 2 kali - RR 20 x/i,
dalam sehari ± setengah gelas - suhu 36,5oC.
A:
O:
- masalah teratasi
- Hb 8,7 g/dl
P:
- Konjungtiva anemis

86
- Kulit pucat - intervensi dilnjutkan
- Akral teraba dingin
- CRT > 3 detik c. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah
A: diberikan kepada Ny. H dari tanggal 5 juni 2017
- Masalah belum hingga 9 juni 2017 untuk resiko infeksi berhubungan
tertasi P: dengan penurunan imun tubuh akibat gangguan
- Intervensi dilanjutkan hematologis (perdarahan)
Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.10 WIB
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 9.36 S:
WIB - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
S: dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
O:
masih ada dengan frekuensi 1 sampai 2 kali
- Hb: 8,3 g/dl
dalam sehari ± setengah gelas
- Konjutiva anemis
O: - Kulit pucat
- Hb 8,7 g/dl
A:
- Konjungtiva anemis
- Masalah belum tertasi
- Kulit pucat
P:
- Akral teraba dingin

87
- CRT > 3 detik - Intervensi dilanjutkan

A:
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 10.27 WIB
- Masalah belum tertasi
S:
P: - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Intervensi dilanjutkan dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc

O:
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 09.00
- Hb: 8,3 g/dl
WIB
- Konjutiva anemis
S:
- Kulit pucat
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
masih ada dengan frekuensi 1 sampai 2 kali A:
dalam sehari ± setengah gelas - Masalah belum tertasi

O: P:
- Hb 8,7 g/dl - Intervensi dilanjutkan
- Konjungtiva anemis
- Kulit pucat Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 17.10 WIB
- Akral teraba dingin S:
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam

88
- CRT > 3 detik dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc

A: O:
- Masalah belum tertasi - Hb: 8,3 g/dl
- Konjutiva anemis
P:
- Kulit pucat
- Intervensi dilanjutkan
A:
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 08.00 - Masalah belum tertasi
WIB
P:
S:
- Intervensi dilanjutkan
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
sudah tidak ada namun saat ini mengeluh pada
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.30
bekas operasi
WIB
O: S:
- Hb 9,8 g/dl - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Konjungtiva anemis dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc
- Kulit tidak pucat
O:
- Akral teraba hangat
- Hb: 8,3 g/dl

89
- CRT < 3 - Konjutiva anemis
- Kulit pucat
A:
- Masalah sebagian tertasi A:
- Masalah belum tertasi
P:
- Intervensi dilanjutkan P:
Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 13.20 - Intervensi dilanjutkan
WIB
S: Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 13.20 WIB
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam S:
sudah tidak ada namun saat ini mengeluh pada - Pasien mengatakan pendarahan pada pervaginam
bekas operasi tidak ada lagi

O: O:
- Hb 9,8 g/dl - Hb: 10,9 g/dl
- Konjungtiva tidak anemis - Konjutiva tidak anemis
- Kulit tidak pucat - Kulit tidak pucat
- Akral teraba hangat
A:
- CRT < 3
- Masalah tertasi

90
A: P:
- Masalah tertasi Lanjutkan intervensi yang lain

P:
d. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah
- Lanjutkan intervensi yang lain
diberikan kepada Ny. E dari tanggal 5 Juni 2017
hingga 10 Juni 2017 untuk ketidakefektifan perfusi
d. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang jaringan perifer
telah diberikan kepada Ny. H dari tanggal 5 Juni Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.10 WIB
2017 hingga 10 Juni 2017 untuk ketidakefektifan S:
perfusi jaringan perifer - Pasien mengatakan badannya terasa lemah
Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.34 - Pasien mengatakan telapak tangannya sering
WIB kesemutan
S: O:
- Pasien mengatakan badannya terasa lemah - Hb : 8,3 g/dl
- Pasien mengatakan telapak tangannya sering - Konjungtiva anemis
kesemutan - CRT > 3 detik
O: - Warna kulit pucat
- Hb : 8,7 g/dl - Akral teraba dingin
- Ht : 25 % - Edema pada kedua tungkai

91
- Konjungtiva anemis A:
- CRT > 3 detik - Masalah belum tertasi
- Edema pada tungkai P:
- Akral teraba dingin - Intervensi dilanjutkan
- Warna kulit pucat
A: Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 10.27 WIB
- Masalah belum teratasi S:
P: - Pasien mengatakan badannya terasa lemah
- Intervensi dilanjutkan - Pasien mengatakan telapak tangannya sering
kesemutan
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 9.36 WIB O:
S: - Hb : 8,3 g/dl
- Pasien mengatakan badannya masih terasa - Konjungtiva anemis
lemah - CRT > 3 detik
- Pasien mengatakan telapak tangannya masih - Warna kulit pucat
sering kesemutan - Akral teraba dingin
O: - Edema pada kedua tungkai
- Hb : 8,7 g/dl A:
- Konjungtiva anemis - Masalah belum tertasi

92
- CRT > 3 detik P:
- Edema pada tungkai - Intervensi dilanjutkan
- Akral teraba dingin Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 17.10 WIB
- Warna kulit pucat S:
A: - Pasien mengatakan badannya terasa lemah
- Masalah belum teratasi - Pasien mengatakan telapak tangannya sering
P: kesemutan
- Intervensi dilanjutkan O:
- Hb : 8,3 g/dl
Pada hari ke tiga tanggal 7 juni 2017 jam 9.00 - Konjungtiva anemis
WIB - CRT > 3 detik
S: - Warna kulit pucat
- Pasien mengatakan badannya sudah mulai - Akral teraba dingin
membaik - Edema pada kedua tungkai
- Pasien mengatakan telapak tangannya masih A:
sering kesemutan - Masalah belum tertasi
O: P:
- Konjungtiva tidak anemis - Intervensi dilanjutkan
- CRT > 3 detik Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.30

93
- Tidak ada edema pada tungkai WIB
- Akral teraba hangat S:
- Warna kulit pucat - Pasien mengatakan badannya terasa lemah
A: - Pasien mengatakan telapak tangannya sering
- Masalah teratasi sebagian kesemutan
P: O:
- Intervensi dilanjutkan - Hb : 8,3 g/dl
- Konjungtiva tidak anemis
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 8.00 - CRT > 3 detik
WIB - Warna kulit pucat
S: - Akral teraba dingin
- Pasien mengatakan badanya sudah mulai - Edema tidak ada pada kedua tungkai
membaik A:
O: - Masalah belum tertasi
- Konjungtiva tidak anemis P:
- CRT < 3 detik - Intervensi dilanjutkan
- Tidak ada edema pada tungkai Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 13.20 WIB
- Akral teraba hangat S:
- Warna kulit tidak pucat - Pasien mengatakan badannya terasa lemah

94
A: - Pasien mengatakan telapak tangannya tidak
- Masalah teratasi kesemutan
P: O:
- Intervensi dihentikan lanjutkan intervensi yang - Hb : 10,9 g/dl
lain - Konjungtiva tidak anemis
- CRT < 3 detik
e. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang - Warna kulit tidak pucat
telah diberikan kepada Ny. H dari tanggal 5 Juni - Akral teraba hangat
2017 hingga 10 Juni 2017 untuk - Edema tidak ada pada kedua tungkai
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan A:
tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi, - Masalah teratasi
Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.33 P:
S: - Lanjutkan intervensi yang lain
- Pasien mengatakan nafsu makannya menurun
- Pasien mengatakan terkadang merasa mual e. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah
- Pasien mengatakan BB nya diberikan kepada Ny. E dari tanggal 5 juni 2017
menurun O: hingga 10 juni 2017 untuk ketidakseimbangan nutrisi
- Pasien tampak dibantu keluarga dalam berhubungan dengan kurang asupan nutrisi.
memberikan makan Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.02 WIB

95
- Mukosa bibir kering dan pucat S:
- Tonus otot pasien menurun - Pasien mengatakan badannya terasa lemah
- Kulit kering dan tidak elastis - Pasien mengatakan berat badannya
- Total protein: 6,2 g/dl menurun O:
- Albumin : 2,6 - Mukosa bibir kering dan pucat
g/dl A: - Pasien terlihat kurus
- Masalah belum teratasi - Tonus otot pasien menurun
P: - Kulit kering dan tidak elastis
- Intervensi dilanjutkan - Pasien mendapat terapi diit DH2 dengan jenis
makanan lunak
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 13.30 - Total protein: 5,8 g/dl
WIB - Albumin: 2,1 g/dl
S: A:
- Pasien mengatakan nafsu makannya belum - Masalah belum teratasi
membaik P:
- Pasien mengatakan terkadang masih merasa mual - Intervensi dilanjutkan
O:
- Pasien tampak dibantu keluarga dalam Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 11.20 WIB
memberikan makan S:

96
- Mukosa bibir kering dan pucat - Pasien mengatakan badannya masih terasa lemah
- Tonus otot pasien menurun O:
- Kulit kering dan tidak elastis - Mukosa bibir kering dan pucat
- Total protein: 6,2 g/dl - Pasien terlihat kurus
- Albumin : 2,6 - Tonus otot pasien menurun
g/dl A: - Kulit kering dan tidak elastis
- Masalah belum teratasi - Pasien mendapat terapi diit DH2 dengan jenis
P: makanan lunak
- Intervensi dilanjutkan - Total protein: 5,8 g/dl
- Albumin: 2,1 g/dl
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 9.30 WIB A:
S: - Masalah belum teratasi
- Pasien mengatakan nafsu makannya belum juga P:
membaik - Intervensi dilanjutkan
- Pasien mengatakan terkadang masih mual Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 12.23 WIB
O: S:
- Pasien tampak dibantu keluarga dalam - Pasien mengatakan badannya masih terasa lemah
memberikan makan O:
- Mukosa bibir kering dan pucat - Mukosa bibir kering dan pucat

97
- Tonus otot pasien menurun - Tonus otot pasien menurun
- Kulit kering dan tidak elastis - Kulit kering dan tidak elastis
- Total protein: 6,2 g/dl - Pasien mendapat terapi diit DH2 dengan jenis
- Albumin : 2,6 makanan lunak
g/dl A: - Total protein: 5,8 g/dl
- Masalah belum teratasi - Albumin: 2,1 g/dl
P: A:
- Intervensi dilanjutkan - Masalah belum teratasi
P:
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.30 - Intervensi dilanjutkan
WIB
S: Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 13.22
- Pasien mengatakan nafsu makannya membaik WIB
- Pasien mengatakan tidak mual S:
lagi O: - Pasien mengatakan badannya masih terasa lemah
- Pasien tampak dibantu keluarga dalam O:
memberikan makan - Mukosa bibir kering dan pucat
- Mukosa bibir lembab - Tonus otot pasien menurun
- Tonus otot pasien membaik - Kulit kering dan tidak elastis

98
- Kulit lembab dan elastis - Pasien mendapat terapi diit DH2 dengan jenis
A: makanan lunak
- Masalah teratasi - Total protein: 5,8 g/dl
P: - Albumin: 2,1 g/dl
- Intervensi dihentikan lanjutkan intervensi yang A:
lain - Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 09.34 WIB
S:
- Pasien mengatakan badannya sudah membaik
O:
- Mukosa bibir lembab
- Tonus otot pasien meningkat
A:
- Masalah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan

99
B. Pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Partisipan 1 (Ny. H) dan Partisipan 2 (Ny. E) berjenis kelamin perempuan
yang masing-masing berumur 35 tahun dan 42 tahun. Berdasarkan teori
yang dikemukakan oleh Aspiani (2017), usia produktif mempengaruhi
tingginya kejadian mioma uteri karena pada usia produktif konsentrasi
hormon estrogen pada jaringan mioma uteri tinggi dari pada jaringan
miometrium normal sedangkan pada menopouse konsentrasi hormon
estrogen menurun. Menurut Manuaba (2009), semakin tinggi usia
penderita maka semakin besar kemungkinan terjadi mioma.

Berdasarkan analisa penulis bahwa partisipan 1 (Ny. H) masih berusia


produktif kemungkinan besar penyebab mioma uteri akibat tingginya
hormon estrogen yang merangsang pertumbuhan mioma uteri. Sedangkan
pada partisipan 2 (Ny. E) sudah berusia 42 tahun, responden sudah
menopouse namun kemungkinan penyebab mioma uteri pada partisipan 2
(Ny. E) adalah faktor gaya hidup dan riwayat keturunan.

Diagnosa medis kedua partisipan ketika masuk sama, yaitu mioma uteri +
anemia. Penyebab mioma uteri dari kedua pasien adalah makanan yang
terlalu banyak minyak atau lemak dan makanan kaleng yang mengandung
pengawet dan pewarna makanan serta pasien terlalu banyak makan daging
dari pada sayuran. Hal ini akan memicu pertubuhan sel abnormal pada
jaringan miometrium karena pada miometrium terdiri dari jaringan yang
lunak sehingga sangat muda terjadi perubahan sel normal menjadi sel
abnormal atau menjadi tumor (Aspiani, 2017).

Menurut Manuaba (2009) haemoglobin adalah molekul protein pada sel


darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-

100
paru ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh
ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam haemoglobin
membuat darah berwarna merah. Fungsi dari haemoglobin adalah
pengangkutan O2 dari organ respirasi ke jaringan perifer dan
pengangkutan CO2, berbagai proton dari jaringan perifer ke organ
respirasi unutk selanjutnya di ekskresikan keluar. Haemoglobin dibentuk
didalam sel darah merah ketika sel darah merah berada pada sumsum
tulang belakang. Kegagalan pembentukan hemoglobin dapat disebabkan
kekurangan protein dalam makanan.

Menurut Prawirohardjo (2010), kurangnya kadar hemoglobin dalam


kehamilan dapat menyebabkan terjadinya : abortus, partus imatur /
premature, kelainan congenital, pendarahan antepartum, gangguan
pertumbuhan janin dalam Rahim, menurunnya kecerdasan setelah bayi
dilahirkan, kematian perinatal.

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung untuk
menggerakan darah keseluruh tubuh. Darah membawa nutrisi dan oksigen
keseluruh bagian tubuh. Pada penderita kasus mioma uteri dapat
menibulkan penyumbatan akibat penekanan sehingga nutrisi dan oksigen
tidak tersalur kebagian tubuh sehingga mengakibatkan pasien nyeri dan
menimbulkan kelelahan dan mioma uteri yang membesar menimbulkan
perdarahan akibat anemia.

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin menurun


sehingga akan mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas
pengangkutan oksigen dari dalam darah berkurang pada kehamilan
volume darah bertambah banyak pada waktu kehamilan yang lazim
disebut hydremia atau hipervolemia. Kemudian anemia terjadi ketika
volume darah pasien bertambah lebih kurang 50% yang menyebabkan

101
konsentrasi sel darah merah mengalami penurunan. Keadaan ini tidak
normal bila konsetrasi turun terlalu rendah yang menyebabkan
hemoglobin sampai ˂11g/dl. Meningkatnya volume darah berarti
meningkatkan pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi
sel-sel darah merah sehingga tubuh dapat menormalkan konsentrasi
hemoglobin Prawirohardjo (2010).

Berdasarkan kasus pada kedua partisipan mengalami anemia akibat


perdarahan yang banyak setenga gelas dalam sehari. Menurut peneliti
tentang hasil penelitian dan teori diatas tidak ada perbedaan antara kasus
dengan teori dan penelitian terdahulu. Pada kasus partisipan 1 (Ny. H)
sesuai dengan teori, pemeriksaan laboratorium bahwa partisipan 1 (Ny. H)
didapatkan kadar Hb 8,7 gr/dl. Sedangkan pada partisipan 2 (Ny. E) sesuai
dengan teori, pemeriksaan labor partisipan 2 (Ny. E) didapatkan kadar Hb
8,3 gr/dl. Teori menjelaskan selama mioma masi terjadi berbagai
komplikasi salah satunya perubahan fisiologik yaitu perubahan
hemodinamik. Karena selama mioma uteri masih mengalami pertumbuhan
maka memicu terjadi pengenceran darah atau proses hemodilusi pada
penderita tersebut dapat menyebabkan ekspansi volume plasma sehingga
kebutuhan oksigen lebih tinggi dan memicu peningkatan produksi
eritropenin pada pasien mioma uteri.

b. Keluhan utama
Ketika masuk kedua partisipan mengeluh keluar darah pada pervagina,
dan perut membesar dan kembung serta terdapat nyeri tekan pada
abdomen bawah. Pasien kesulitan BAK dan BAB hal ini karena
penyempitan dan penekanan oleh mioma uteri. Pendarahan pervaginam
merupakan manifestasi dari bertambahnya area permukaan endometrium
yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim atau miometrium.
Menurut manuaba (2009), penyakit mioma uteri menyebabkan BAK dan

102
BAB mengalami gangguan dan dapat menimbulkan perdarahan yang
berleihan pada saat menstruasi, terasa berat bagian perut bawah serta
infertilitas atau kemandulan akibat desakan sekitar saluran telur yang
menyebabkan penutupan total atau sebagian.

Berdasarakan analisa peneliti dari kedua partisipan 1 (Ny. H) dan


partisipan 2 (Ny. E) mengalami kesamaan keluhan yaitu BAB dan BAK
mengalami kesulitan. Sesuai dengan teori bahwa penderita mioma
mengalami kesulitan BAB dan BAK akibat obstruksi pada pencernaan
Aspiani (2017). Obstruksi adalah penyempitan disebabkan oleh saluran
pencernaan akibat pertubuhan mioma uteri dalam organ reproduksi
akibatnya pada kasus pada partisipan 1 (Ny. H) dan partisipan 2 (Ny. E)
tidak hanya mengalami kesulitan pada salauran pencernaan tetapi juga
kedua partisipan mengeluh udem pada kedua tungkai. Udem pada tungkai
diakibatkan karena penekanan pada pembuluh darah karena pertumbuhan
mioma uteri di organ reproduksi tepatnya dimiometrium. Sehingga kedua
partisipan mengalami udem pada tungkai akibat penekana dari mioma
uteri sehingga aliran darah tidak mencukupi kesirkulasi tubuh akibatnya
pada tubuh terjadi udem pada daerah tungkai.

c. Riwayat kesehatan sekarang


Pada saat pengkajian kedua partisipan tersebut mengeluh nyeri pada
bagian perut bawah. Saat dilakukan pemeriksaan fisik abdomen
mengalami distensi dan teraba tegang serta terdapat nyeri tekan. Salah satu
manifestasi dari mioma uteri adalah hepatomegali yang tampak pada
distensi abdomen pasien.

Kemudian kedua partisipan juga mengeluh badannya terasa lemah.


Bersamaan dengan teori yang disampaikan Prawirohardjo (2010) bahwa
penderita juga akan mengeluh mual dan mengalami penurunan nafsu

103
makan akibat desakan dari mioma uteri sehingga fungsi pencernaan
memberi respon mual dan muntah. Akibatnya, intake nutrisi yang masuk
ke dalam tubuh akan berkurang dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh
menjadi tidak seimbang.

d. Riwayat kesehatan dahulu


Kedua partisipan tersebut memiliki riwayat kebiasaan makan makanan
yang berminyak dan makan daging serta makan makanan kaleng yang
mengandung bahan pengawet, hal ini sesuai dengan faktor risiko dari
penyakit mioma uteri yang mana terjadi akibat gaya hidup yang tidak baik
seperti memakan makanan yang berminyak dan makan makanan yang
mengandung bahan pengawet serta mengonsumsi daging yang sering
tanpa diselingi dengan sayuran hijau (Aspiani, 2017). Kemudian pasien
Ny. H 3 bulan yang lalu partisipan pernah dirawat dengan diagnosa
mioma uteri di RSUD Sijunjung.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Pada partisipan 1 (Ny. H) tidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, asma, diabetes melitus, dan
hepatitis. Pada partisipan 2 (Ny. E), adik kandungnya menderita penyakit
mioma uteri dan sudah meninggal 1 tahun yang lalu. Menurut Aspiani
(2017) wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
uteri dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma
uteri.

f. Pola aktivitas sehari-hari


Secara umum, pola aktivitas sehari-hari kedua partisipan sama. Perubahan
yang terjadi pada pola aktivitas partisipan yaitu perubahan pola makan
karena ketika asam lambung meningkat akibat kontraksi ovarium maka

104
nafsu makan menurun. Pasien juga mengalami kelemahan karena asupan
nutrisi yang tidak adekuat serta terjadi anemia serta kesehatan pasien yang
buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu
kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari (Nugroho, 2012).

g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang menonjol ditemukan pada kedua pasien yaitu
konjungtiva anemis, sklera ikterik, warna kulit pucat, akral teraba dingin.
Secara umum, hal tersebut merupakan manifestasi dari perfusi jaringan
perifer yang tidak adekuat akibat dari anemia karena perdarahan yang
terjadi. Kemudian hasil pemeriksaan pada abdomen bawah ditemukan
distensi abdomen, nyeri saat dipalpasi, dan adanya nyeri pada genitalia.

h. Data Psikososial
Pada saat penelitian kedua partisipan tampak tidak terlalu cemas terhadap
kondisinya. Berbeda dengan pernyataan Lyndon (2014) bahwa dampak
psikososial yang dialami pasien adalah perasaan tak mampu
mengendalikan fungsi tubuh, perasaan takut karena perubahan fungsi dan
struktur tubuh dan penurunan kepercayaan diri.

i. Data penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kedua partisipan antara lain
pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium hematologi, pemeriksaan
laboratorium kimia klinis, dan pemeriksaan laboratorium imunologi
serologi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, yang paling menonjol
ditemukan pada kedua partisipan yaitu penurunan nilai hemoglobin,
penurunan nilai hematokrit, penurunan nilai trombosit, peningkatan PT
APTT yang berhubungan dengan risiko perdarahan pada pasien.
Kemudian ditemukan penurunan nilai total protein, dan albumin.

105
Berdasarkan hasil yang diperoleh kedua pasien mengalami perdarahan dan
memiliki resiko syok hipovolemik karena perdarahan yang banyak dan
memiliki resiko infeksi. Dalam hal tersebut partisipan 1 dan 2 ditransfusi
PRC 3 unit.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA International 2016, berdasarkan teori masalah keperawatan
yang muncul pada pasien dengan mioma uteri ada 9 masalah keperawatan.
Namun berdasarkan hasil pengamatan perawat ruangan menegakkan 2
diagnosa keperawatan pada partisipan 1 (Ny. H) yaitu risiko syok
hipovolemik berhubungan dengan pendarahan dan ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan dengan pendarahan. Sedangkan menurut hasil
pengkajian dan pemeriksaan oleh peneliti, diagnosa keperawatan yang dapat
diangkat pada partisipan 1 (Ny. H) antara lain risiko syok hipovolemik
berhubungan dengan pendarahan, nyeri akut berhubungan dengan nekrosis
atau trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor, resiko
infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan
hematologis (pendarahan), ketidakfektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan pendarahan, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan nutrisi.
a. Risiko hipovolemik berhubungan dengan pendarahan
Masalah keperawatan risiko syok hipovolemik didefenisikan beresiko
terhadap ketidak cukupan aliran darah kejaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa (NANDA, 2016).
Faktor risiko diagnosa ini diantaranya, Hipovolemi, Hipoksemia,
Hipoksia, Infeksi, Sepsis, Sindrom respon inflamasi sistemik (NANDA,
2016).

Hasil pengkajian pasien mengatakan kesulitan BAK akibat pembesaran


massa. Hasil labor menunjukkan nilai Trombosit : 128.000/mm3 dan Hb :

106
8,7 g/dl suhu 37,5 oC, TD: 90/60 mmHg, Trombosit : 128.000/mm 3. Data
yang diperoleh dari partisipan sesuai dengan kriteria diagnosa
keperawatan resiko hipovolemik. Menurut analisa peneliti bahwa pasien
tersebut sesuai dengan pembahasan terdahulu bahwa pasien mengalami
resiko syok hipovolemik karena pasien mengalami penurunan Hb dan
tensi menurun, suhu 37,5 oC maka sesuai dengan kriteria dari resiko syok
hipovolemik.

b. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan


refleks spasme otot sekunder akibat tumor
Masalah keperawatan nyeri akut didefenisikan pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan. Batasan
karakterisitik dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri fokus menyempit,
keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri, laporan tentang perilaku nyeri,
mengekspresikan perilaku gelisah dan merengek, perubahan selera makan,
sikap melindungi nyeri (NANDA, 2016).

Hasil pengkajian dan pemeriksaan didapatkan bahwa pasien mengatakan


nyeri pada bagian perutnya, pasien mengatakan nyeri skala 5-6 dirasakan
hilang timbul sekitar 2 menit dan tidak menyebar, pasien tampak meringis,
pasien tampak melindungi area nyeri. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital,
tekanan darah 90/60 mmH, nadi 90 x/menit, suhu 37,50C, pernafasan 19
x/menit.

Berdasarkan analisa penulis bahwa pasien mioma uteri sesuai dengan


pembahasan terdahulu bahwa pasien mengalami nyeri akibat penekan dari
mioma uteri terutama pada genitalia. Pasien dengan mioma uteri akan
memicu terjadinya peningkatan suhu tubuh akibat nyeri yang disebabkan

107
oleh mioma uteri. Kesulitan istirahan dan beraktifitas merupakan
komplikasi dari mioma uteri.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder


akibat gangguan hematologis (pendarahan).
Masalah keperawatan resiko infeksi didefinisikan memiliki resiko
terserang organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan
(NANDA, 2016). Batasan karakteristik diagnosa ini diantaranya
penurunan hemoglobin, trauma destruksi jaringan, malnutrisi, obstruksi
oleh massa, imunitas didapat tidak adekuat, peningkatan suhu tubuh, dan
pucat.

Hasil pengkajian kedua partisipan mengeluh terdapat pendarahan pada


pervaginam dengan frekuensi 1 sampai 2 kali ± setengah gelas dalam
sehari, hemoglobin menurun, badan lemah, konjungtiva anemis, kulit
pucat dan mengeluh sakit pada genitalia.

Berdasarkan analisa peneliti dari diagnosa resiko infeksi merupakan


pasien sesuai dengan data yang diperoleh sesuai dengan yang telah
dibahas terdahulu bahwa pasien mioma uteri akan menibulkan resiko
infeksi akibat perdarahan yang tidak berhenti yang sebabkan pertumbuhan
mioma uteri dan menyebabkan anemia pada penderita. Anemia pada
penderita menyebabkan penderita mudah terinfeksi oleh patogen sehingga
respon tubuh melamah, konjungtiva anemis, dan kulit pucat

d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


perdarahan Masalah keperawatan ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer didefenisikan beresiko penurunan
sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan (NANDA,
2016). Batasan karaktaristik diagnosa ini diantaranya, bruit femoral,
edema, kelambatan penyembuhan luka

108
perifer, nyeri ekstremitas, parestesia, pemendekan jarak nyeri yang
ditempuh dalam uji berjalan 6 menit, pemendekan jarak total yang
ditempuh dalam uji yang berjalan 6 menit, penurunan nadi perifer,
perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (misal, warna,
elastisitas, rambut, kelembapan, kuku, sensasi, suhu), perubahan tekanan
darah di ekstremitas, tidak ada nadi perifer, waktu pengisisian kapiler >3
detik, warna kulit pucat saat elevasi, warna tidak kembali ke tungkai satu
menit setelah tungkai diturunkan (NANDA, 2016).

Hasil pengkajian dan pemeriksaan didapatkan data bahwa pasien


mengatakan badannya terasa lemah dan sulit braktivitas, akral teraba
dingin, warna kulit pucat, konjungtiva anemis, nilai Hb 8,7 g/dl, Ht : 25 %
dan CRT > 3 detik. Berdasarkan data yang diperoleh mengalami obstruksi
pada pembuluh darah akibat perdarahan yang ditimbulkan oleh mioma
uteri. Menurut Aspiani (2017) penderita mioma uteri menyebabkan tanda
dan gejalah penurunan tekanan darah dan peningkatn suhu.

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurang asupan nutrisi.
Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan didefinisikan
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
(NANDA, 2016). Batasan karakteristiknya yaitu berat badan 20% atau
lebih dibawah rentang badan ideal, bising usus hiperaktif, cepat kenyang
setelah makan, diare, gangguan sensasi rasa, kehilangan rambut
berlebihan, kelemahan otot mengunyah, kelemahan otot untuk menelan,
kerapuhan kapiler, ketidakmampuan memakan makanan, kram abdomen,
kurang minat pada makan, membran mukosa pucat, nyeri abdomen,
penurunan berat badan dengan asupan makanan adekut, sariawan rongga
mulut, tonus otot menurun (NANDA, 2016).

109
Pengkajian pada pasien didapatkan bahwa pasien mengatakan nafsu
makannya menurun, pasien mengatakan terkadang merasa mual, pasien
mengatakan BB nya menurun. Pasien mendapat diit DH2 dengan jenis
makanan lunak. Hasil labor menunjukkan total protein 6,2 g/dl dan
albumin 2,6 g/dl. Menurut Aspiani (2017) berkurangnya pemberian darah
pada mioma uteri yang dapat menyebabkan tumor membesar, sehingga
menibulkan rasa nyeri dan mual.

1) Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada Ny. H antara lain :


a. Ansietas berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi
Masalah keperawatan ansietas didefinisikan perasaan tidak nyaman
atau kekwatiran yang samar disertai respon autonom, perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya
dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik antara lain penurunan produktivitas, gelisa,
imsomnia, mengekpresikan kekwatiran karena perubahan dalam
peristiwa hidup, tampak waspada, ketakutan, peningkatan keringat,
penurunan tekan darah, dan perasaan tidak adekuat (NANDA, 2016).

Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak


mengalami penurunan produktivitas, gelisa, imsomnia, mengekpresikan
kekwatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, tampak waspada,
ketakutan, peningkatan keringa, dan perasaan tidak adekuat

b. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan


neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motoric.
Masalah keperawatan Retensi urine didefinisikan pengosongan kantung
kemih tidak komplit. Batasan karateristik antara lain tidak ada keluar urin,
distensi kandung kemih, menetes, disuria, sering berkemih, inkontinensia

110
aliran berlebih, residu urin, sensasi kandung kemih penuh, berkemih
sedikit (NANDA, 2016).

Hasil pengkajian dan pemeriksaan ditemukan data pasien tidak mengalami


distensi kandung kemih, urine tidak menetes, disuria, sering berkemih,
inkontinensia aliran berlebih, residu urin, sensasi kandung kemih penuh,
berkemih sedikit dan kedua responden dipasang kateter

c. Resiko gangguan indentitas pribadi berhubungan dengan operasi


kolostomi
Masalah keperawatan Resiko gangguan indentitas pribadi didefinisikan
resiko ketidak mampuan mempertahankan persepsi diri yang terintegrasi
dan komplit. Batasan karakteristik antara lain merasa mider dengan
lingkungan, defresi, perubahan peran sosial, perubahan tahap
perkembangan dan perubahan persepsi diri (NANDA, 2017).

Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak


mengalami merasa mider dengan lingkungan, defresi, perubahan peran
sosial, perubahan tahap perkembangan dan perubahan persepsi diri, serta
koping pasien baik.

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Masalah keperawatan kekurangan volume cairan didefinisikan
penurunan cairan intravaskular, interstitial, dan atau intraselular. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
natrium. Batasan karakteristik antara lain haus, kelemahan, kulit kering,
membran mukosa kering, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan
hematokrit, peningkatan suhu tubuh, peningkatan berat badan,
penurunan haluaran urin, penurunan turgor kulit, perubahan status
mental (NANDA, 2016).

111
Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak
mengalami peningkatan frekuensi nadi 90 x/i, suhu tubuh normal 36,5 C,
turgor kulit tidak buruk, intake dan output seimbang. Sehingga peneliti
tidak mengangkat diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

e. Konfusi akut berhubungan dengan proses penyakit


Masalah keperawatan konfusi akut didefenisikan sebagai awitan mendadak
gangguan kesadaran, perhatian, kognisi, dan persepsi yang reversible dan
terjadi dalam periode waktu singkat. Batasan karakteristik menunjukkan
adanya agitasi, gangguan fungsi kognitif, gangguan tingkat kesadaran,
gelisah, halusinasi, ketidaktepatan mengikuti perilaku terarah, salah
persepsi (NANDA, 2016).
Hasil pengkajian dan observasi menunjukkan pasien tidak mengalami
gangguan kognitif, pasien sudah sadar penuh dan mampu berkomunikasi
dengan baik, kemudian pasien sudah mendapat terapi pengobatan sehingga
peneliti tidak mengangkat diagnosa keperawatan konfusi akut berhubungan
dengan proses penyakit.

Kemudian pada Ny. E berdasarkan hasil pengamatan perawat ruangan


menegakkan 2 diagnosa keperawatan yaitu risiko syok hipovolemik
berhubungan dengan perdarahan, dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang faktor pemberat.
Sedangkan menurut hasil pengkajian dan pemeriksaan oleh peneliti, diagnosa
keperawatan yang dapat diangkat pada Ny. E antara lain risiko hipovolemik
berhubungan dengan pendarahan, nyeri akut berhubungan dengan nekrosis
atau trauma jaringan, ketidakfektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan kurang pengetahuan mengenai faktor pemberat, dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya asupan nutrisi

112
a. Risiko hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
Masalah keperawatan risiko perdarahan didefenisikan beresiko terhadap
ketidak cukupan aliran darah kejaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa (NANDA, 2016).
Faktor risiko diagnosa ini diantaranya, Hipotensi, Hipovolemi,
Hipoksemia, Hipoksia, Infeksi, Sepsis, Sindrom respon inflamasi
sestemik (NANDA, 2016).

Hasil pengkajian pasien mengatakan BAK sakit. Hasil labor


menunjukkan nilai PT : 16,4 detik, APTT : 37,5 detik, Trombosit :
80.000/mm3

b. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan


refleks spasme otot sekunder akibat tumor
Masalah keperawatan nyeri akut didefenisikan pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan. Batasan
karakterisitik dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri fokus menyempit,
keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri, laporan tentang perilaku nyeri,
mengekspresikan perilaku gelisah dan merengek, perubahan selera makan,
sikap melindungi nyeri (NANDA, 2016).

Hasil pengkajian dan pemeriksaan didapatkan bahwa pasien mengatakan


nyeri pada bagian perutnya, pasien mengatakan nyeri skala 6-7 dirasakan
hilang timbul sekitar 1-2 menit dan menyebar kepugung, pasien tampak
meringis, pasien tampak melindungi area nyeri. Hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital, tekanan darah 120/70 mmHg, HR 90 x/i, RR 20 x/i, suhu
36,5oC

113
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (pendarahan).
Masalah keperawatan resiko infeksi didefinisikan memiliki resiko
terserang organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan
(NANDA, 2016). Batasan karakteristik diagnosa ini diantaranya
penurunan hemoglobin, trauma destruksi jaringan, malnutrisi, obstruksi
oleh massa, imunitas didapat tidak adekuat, peningkatan suhu tubuh, dan
pucat.

Hasil pengkajian kedua partisipan mengeluh terdapat pendarahan pada


pervaginam dengan frekuensi 2 kali ± 150 cc dalam sehari, hemoglobin
menurun, badan lemah, konjungtiva anemis, kulit pucat dan mengeluh
sakit pada genitalia.

d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


pendarahan Masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer didefenisikan beresiko penurunan sirkulasi darah ke perifer yang
dapat mengganggu kesehatan (NANDA, 2016). Batasan karaktaristik
diagnosa ini diantaranya, bruit femoral, edema, kelambatan
penyembuhan luka perifer, nyeri ekstremitas, parestesia, pemendekan
jarak nyeri yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit, pemendekan jarak
total yang ditempuh dalam uji yang berjalan 6 menit (400-700 m pada
orang dewasa), penurunan nadi perifer, perubahan fungsi motorik,
perubahan karakteristik kulit (misal, warna, elastisitas, rambut,
kelembapan, kuku, sensasi, suhu), perubahan tekanan darah di
ekstremitas, tidak ada nadi perifer, waktu pengisisian kapiler >3 detik,
warna kulit pucat saat elevasi, warna tidak kembali ke tungkai satu menit
setelah tungkai diturunkan (NANDA, 2016).

114
Hasil pengkajian dan pemeriksaan didapatkan data bahwa pasien
mengatakan badannya terasa lemah, akral teraba dingin, warna kulit pucat,
konjungtiva anemis, nilai Hb 8,3 g/dl, Ht : 28 % dan CRT > 3 detik.

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurang asupan nutrisi.
Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan didefinisikan
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
(NANDA, 2016). Batasan karakteristiknya yaitu berat badan 20% atau
lebih dibawah rentang badan ideal, bising usus hiperaktif, cepat kenyang
setelah makan, diare, gangguan sensasi rasa, kehilangan rambut
berlebihan, kelemahan otot mengunyah, ketidakmampuan memakan
makanan, kram abdomen, kurang minat pada makan, membran mukosa
pucat, nyeri abdomen, penurunan berat badan dengan asupan makanan
adekut, sariawan rongga mulut, tonus otot menurun (NANDA, 2016).

Pengkajian pada pasien didapatkan bahwa pasien mengatakan nafsu


makannya menurun, pasien dibantu dengan keluarga dan mendapat diit
DH2 dengan jenis makanan lunak. Hasil labor menunjukkan total protein
5,8 g/dl dan albumin 2,1 g/dl.

Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data bahwa pasien


mengatakan sulit untuk bergerak dan beraktivitas, pasien bedrest, aktivitas
pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. Pasien terpasang infus pada
tangan kirinya dan kateter, pasien tampak lemah.

2) Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada Ny. E antara lain :


a. Ansietas berhubungan dengan tidak familier dengan sumber informasi
Masalah keperawatan ansietas didefinisikan perasaan tidak nyaman
atau kekwatiran yang samar disertai respon autonom, perasaan takut
yang

115
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Batasan
karakteristik antara lain penurunan produktivitas, gelisa, imsomnia,
mengekpresikan kekwatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup,
tampak waspada, ketakutan, peningkatan keringat, penurunan tekan darah,
dan perasaan tidak adekuat (NANDA, 2016).

Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak


mengalami penurunan produktivitas, gelisa, imsomnia, mengekpresikan
kekwatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, tampak waspada,
ketakutan, peningkatan keringa, dan perasaan tidak adekuat

b. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan


neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motoric.
Masalah keperawatan Retensi urine didefinisikan pengosongan kantung
kemih tidak komplit. Batasan karateristik antara lain tidak ada keluar urin,
distensi kandung kemih, menetes, disuria, sering berkemih, inkontinensia
aliran berlebih, residu urin, sensasi kandung kemih penuh, berkemih
sedikit (NANDA, 2016).

Hasil pengkajian dan pemeriksaan ditemukan data pasien tidak mengalami


distensi kandung kemih, urine tidak menetes, disuria, sering berkemih,
inkontinensia aliran berlebih, residu urin, sensasi kandung kemih penuh,
berkemih sedikit dan kedua responden dipasang kateter

c. Resiko gangguan indentitas pribadi berhubungan dengan operasi


kolostomi
Masalah keperawatan Resiko gangguan indentitas pribadi didefinisikan
resiko ketidak mampuan mempertahankan persepsi diri yang terintegrasi

116
dan komplit. Batasan karakteristik antara lain merasa mider dengan
lingkungan, defresi, perubahan peran sosial, perubahan tahap
perkembangan dan perubahan persepsi diri (NANDA, 2017).

Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak


mengalami merasa mider dengan lingkungan, defresi, perubahan peran
sosial, perubahan tahap perkembangan dan perubahan persepsi diri, serta
koping pasien baik.

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Masalah keperawatan kekurangan volume cairan didefinisikan
penurunan cairan intravaskular, interstitial, dan atau intraselular. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
natrium. Batasan karakteristik antara lain haus, kelemahan, kulit kering,
membran mukosa kering, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan
hematokrit, peningkatan suhu tubuh, peningkatan berat badan,
penurunan haluaran urin, penurunan turgor kulit, perubahan status
mental.

Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak


mengalami peningkatan frekuensi nadi 88 x/menit, suhu tubuh normal
36,5 C, turgor kulit tidak buruk, intake dan output seimbang. Sehingga
peneliti tidak mengangkat diagnosa keperawatan kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

3) Rencana tindakan keperawatan


Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classifications
(NOC). Perencanaan tindakan keperawatan untuk diagnosa keperawatan
risiko hipovolemik berhubungan dengan perdarahan untuk kedua pasien

117
antara lain Monitor adanya respon konpensasi terhadap syok (misalnya,
tekanan darah normal, tekanan nadi melemah, perlambatan pengisian kapiler,
pucat/ dingin pada kulit atau kulit kemerahan, takipnea ringan, mual dan
munta, peningkatan rasa haus, dan kelemahan), memonitor adanya tanda-
tanda respon sindroma inflamasi sistemik (misalnya, peningkatan suhu,
takikardi, takipnea, hipokarbia, leukositosis, leukopenia), memonitor terhadap
adanya tanda awal reaksi alergi (misalnya, rinitis, mengi, stridor, dipnea,
gatal-gatal disertai kemerahan, gangguan saluran pencernaan, nyeri abdomen,
cemas dan gelisa), memonitor terhadap adanya tanda ketidak adekuatan
perfusi oksigen kejaringan (misalnya, peningkatan stimulus, peningkatan
kecemasan, perubahan status mental, egitasi, oliguria dan akral teraba dingin
dan warna kulit tidak merata), memonitor suhu dan status respirasi,
memeriksakan urin terhadap adanya darah dan protein sesuai kebutuhan,
memonitor terhadap tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen atau punggung,
melakukan skin-test untuk mengetahui agen yang menyebabkan anaphiylaxis
atau reaksi alergi sesuai kebutuhan, memberikan saran kepada pasien yang
beresiko untuk memakai atau membawa tanda informasi kondisi medis,
menganjurkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang
mengancam jiwa, menganjurkan pasien dan keluarga mengenai langkah-
langkah timbulnya gejala syok

Rencana asuhan keperawatan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan


agen cidera biologis pada Ny. H adalah manajemen nyeri dengan indikator
pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi,
kualitas, intensititas nyeri, penggunaan komunikasi terapeutik, gali bersama
faktor-faktor yang memperberat nyeri, ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi seperti relaksasi, evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrolan
nyeri, dukung istirahat / tidur. Pengurangan kecemasan dengan indikator
berikan informasi terkait diagnosis dan perawatan dorong keluarga menemani

118
pasien, mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan, kaji tanda verbal
dan non verbal dari ketidaknyamanan, dan pemberian analgesik.

Rencana asuhan keperawatan untuk diagnosa resiko infeksi berhubungan


dengan Kaji ulang riwayat kontraindikasih pemasangan alat pervaginam pada
pasien (misalnya, infeksi pelvis, laserasi, atau adanya massa sekitar vagina),
Diskusikan mengenai aktivitas-aktivitas seksual yang sesuai sebelum memilih
alat yang dimasukan, Intruksikan pasien untuk melaporkan ketidaknyamanan,
disuria, perubahan warna, konsistensi, dan frekuensi cairan vagina, Kaji
kemampuan pasien untuk melakukan perawatan secara mandiri, Observasi ada
tidaknya cairan vagina yang tidak normal dan berbau, Bersihkan lingkungan
dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien, Batasi jumlah
pengunjung, Anjurkan pasien untuk mencuci tangan yang benar, Anjurkan
pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan
ruangan pasien, Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai,
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien, Pakai sarung
tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan pencegahan universal, Cukur
dan siapkan untuk daerah persiapan prosedur invasif atau opersai sesuai
indikasi, Dorong intake cairan yang sesuai, Tingkatkan inteke nutrisi yang
tepat, ajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana menghin dari infeksi.

Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi
untuk kedua pasien antara lain manajemen nutrisi dengan indikator tentukan
status gizi pasien, identifikasi alergi dan intoleransi terhadap makanan,
pngaturtan diit, monitor kalori dan asupan nutrisi. monitor nutrisi dengan
indikator identifikasi adanya penurunan BB, monitor turgor kulit, monitor
adanya mual muntah, identifikasi perubahan nafsu makan, monitor pucat pada
konjungtiva.

119
4) Implementasi keperawatan
Dalam pelaksanan tindakan keperawatan tidak semua tindakan dilaksanankan
oleh peneliti, karena peneliti tidak merawat klien 24 jam penuh. Namun
sebagai solusi peneliti mendelegasikan rencana tindakan tersebut kepada
perawat ruangan dan mahasiswa praktek yang sedang dinas di ruangan
tersebut. Untuk melihat tindakan yang dilakukan perawat ruanganan peneliti
melihat dan membaca buku laporan tindakan yang di tulis oleh perawat yang
sedang dinas. Tindakan keperawatan dilakukan 6 x 24 jam.

a. Tindakan keperawatan yang dilakukan dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 10


Juni 2017 untuk diagnosa risiko syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan antara lain Memonitor adanya respon konpensasi terhadap
syok (tekanan darah normal, tekanan nadi melemah, perlambatan
pengisian kapiler, pucat/ dingin pada kulit atau kulit kemerahan, takipnea
ringan, mual dan munta, peningkatan rasa haus, dan kelemahan),
memonitor adanya tanda-tanda respon sindroma inflamasi sistemik
(peningkatan suhu, takikardi, takipnea, hipokarbia, leukositosis,
leukopenia), memonitor suhu dan status respirasi, memonitor terhadap
tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen atau punggung, menganjurkan
pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang mengancam
jiwa, dan anjurkan pasien dan keluarga mengenai langkah-langkah
timbulnya gejala syok

b. Tindakan keperawatan yang telah diberikan untuk diagnosa nyeri akut


berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat tumor antara lain melakukan pengkajian
nyeri komprehensip yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
mengobservasi adanya pentunjuk nonverbal mengenai ketidak
nyamanan pasien, menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
mengetahui

120
pengalaman nyeri yang dirasakan pasien, menggali pengetahuan dan
kepercayaan pasien mengenai nyeri, menggali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri, menentukan
kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidak nyamanan
pasien dan mengimplementasikan rencana monitor, memberikan informasi
mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, dan berapa nyeri yang dirasakan,
mengajarkan prinsip manajemen nyeri (teknik relaksasi), mendukung
istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri, mendorong
pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai keadaan yang
dirasakan pasien, menentukan lokasi, karakteris, kualitas dan keparahan
nyeri sebelum memberikan terapi obat pasien.

c. Tindakan keperawatan yang telah diberikan untuk diagnosa resiko infeksi


berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan
hematologis (perdarahan) antara lain mengintruksikan pasien untuk
melaporkan ketidaknyamanan, disuria, perubahan warna, konsistensi,
dan frekuensi cairan vagina, mengkaji kemampuan pasien untuk
melakukan perawatan secara mandiri, mengobservasi ada tidaknya
cairan vagina yang tidak normal dan berbau, membersihkan lingkungan
dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien, membatasi jumlah
pengunjung, menganjurkan pasien untuk mencuci tangan yang benar,
menganjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki
dan meninggalkan ruangan pasien, menggunakan sabun antimikroba
untuk cuci tangan yang sesuai, mencukur dan siapkan untuk daerah
persiapan prosedur invasif atau opersai sesuai indikasi, mencuci tangan
sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien, memakai sarung
tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan pencegahan universal,
mendorong intake cairan yang sesuai, meningkatkan inteke nutrisi yang
tepat, mengajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana
mengindari infeksi.

121
d. Tindakan keperawatan yang telah diberikan untuk diagnosa
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
pendarahan antara lain mempertahankan kepatenan akses selang IV,
monitor kehilangan darah, menilai sirkulasi perifer (nadi, edema,
CRT ,warna dan suhu ekstermitas), memberikan tranfusi darah yang
sesuai, monitor nilai elektrolit, dan kreatinin, memonitor sensasi panas
dan dingin, dan memeriksa adanya kerusakan kulit.

e. Tindakan keperawatan yang telah diberikan untuk diagnosa


ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan nutrisi antara lain menentukan status gizi pasien,
mengidentifikasi alergi dan intoleransi terhadap makanan, pengaturtan
diit, monitor kalori dan asupan nutrisi, mengidentifikasi adanya
penurunan BB, memonitor turgor kulit, memonitor adanya mual muntah,
mengidentifikasi perubahan nafsu makan, memonitor pucat pada
konjungtiva.

5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 2017 hingga 9 Juni 2017 untuk diagnosa risiko syok
hipovolemik berhubungan dengan perdarahan antara lain, pada hari pertama
Ny. H mengalami perdarahan pada pervaginam, nilai hasil laboratorium
mengalami peningkatan yaitu PT : 10, 5 detik, APTT : 35,4 detik, trombosit :
224.000/mm3. Pada hari ke 5 implementasi risiko perdarahan teratasi, dan
pasien direncanakan pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 10 Juni 2017 untuk nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis antara lain, pada hari pertama hingga ketiga

122
implementasi Ny. H masih mengeluh nyeri, namun pada hari kempat dan
kelima Ny. H menyatakan nyerinya berkurang dan tidak terlalu
mengganggunya. Tanda-tanda vital pasien normal TD 100/70 mmHg, RR 19
x/i, HR 89 x/i, S 36,50C. Pada hari kelima nyeri akut teratasi dan pasien
direncanakan pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal 5 Juni hingga 9 Juni 2017 untuk resiko infeksi berhubungan
dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis
(perdarahan), pada hari pertama dan ketiga pasien masih mengeluh
perdarahan pada pervaginam, hal itu berkaitan dengan nyeri dan penekanan
massa yang dialami pasien, pada hari keempat pasien sudah mulai duduk dan
perdarahan pervaginam sudah mulai membaik, pada hari kelima pasien sudah
mulai melakukan aktivitas makan sendiri namun untuk berjalan masih perlu
bantuan. Pada hari kelima infus dan kateter pasien dilepas, masalah
perdarahan teratasi dan pasien direncanakan pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 9 Juni 2017 untuk ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer antara lain, pada hari pertama hingga ketiga implementasi
konjungtiva masih anemis, CRT>3 detik, kemudian dilakukan transfusi PRC
3 unit tanggal 7 dan 8 Juni, pada hari kempat dan kelima konjungtiva pasien
subanemis, CRT<3 detik, hasil labor terakhir Hb 12 g/dl. Pada hari kelima
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan teratasi dan pasien boleh pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 9 Juni 2017 untuk ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi, pada
hari pertama dan kedua implementasi pasien masih dibantu oleh keluarga, dan
mendapat diit DH2 makanan lunak tetapi pada hari ketiga hingga kelima

123
pasien makan peroral dan mendapat makanan keras seperti nasi dan lauk
pauk, nafsu makan pasien mulai meningkat dan bisa menghabiskan ½ porsi.
Pada hari kelima masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi dan dilanjutkan
dengan memberikan rencana tindak lanjut.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 10 Juni 2017 untuk diagnosa risiko syok
hipovolemik berhubungan dengan perdarahan, setelah dilakukan
pengangkatan mioma Ny. E mengatakan perdarahan pervaginam sudah tidak
ada lagi, kesulitan BAK sudah membaik. Nilai hasil laboratorium mengalami
peningkatan yaitu PT : 11,3 detik, APTT : 36,2 detik, trombosit:
168.000/mm3. Pada hari ke 6 implementasi risiko perdarahan dihentikan, dan
pasien direncanakan pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 10 Juni 2017 untuk nyeri akut berhubungan
dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
tumor antara lain, pada hari pertama hingga keempat implementasi Ny. H
masih mengeluh nyeri, namun pada hari kelima dan keenam Ny. H
menyatakan nyerinya berkurang dan tidak terlalu mengganggunya. Tanda-
tanda vital pasien normal TD 110/70 mmHg, RR 19 x/i, HR 89 x/i, S 36,5 0C.
Pada hari keenam nyeri akut teratasi dan pasien direncanakan pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal 5 Juni hingga 10 Juni 2017 untuk resiko infeksi berhubungan
dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis
(perdarahan), pada hari pertama dan keempat pasien masih mengeluh
perdarahan pada pervaginam, hal itu berkaitan dengan nyeri dan penekanan
massa yang dialami pasien, pada hari kelima pasien sudah mulai duduk dan
perdarahan pervaginam sudah mulai membaik, pada hari keenam pasien sudah

124
mulai melakukan aktivitas makan sendiri namun untuk berjalan masih perlu
bantuan. Pada hari keenam infus dan kateter pasien dilepas, masalah
perdarahan teratasi dan pasien direncanakan pulang.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 10 Juni 2017 untuk ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer antara lain, pada hari pertama dan kedua implementasi
konjungtiva masih anemis, CRT>3 detik, kemudian dilakukan transfusi PRC
3 unit tanggal 6 Juni 2017, pada hari kempat dan kelima konjungtiva pasien
subanemis, CRT<3 detik, hasil labor terakhir Hb 11,8 g/dl. Pada hari keenam
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan teratasi.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 10 Juni 2017 untuk ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi, pada
hari pertama hingga hari ketiga implementasi pasien masih dibantu keluarga
dalam memberikan makanan, dan mendapat diit DH2 makanan lunak tetapi
pada hari kempat pasien makan sendiri. Pada hari kelima pasien mendapat diit
makanan keras seperti nasi dan lauk pauk. Pada hari keenam masalah
ketidakseimbangan nutrisi teratasi dan dilanjutkan dengan memberikan
rencana tindak lanjut.

125
BAB V
PENUTU

A. K P
es
i
m
p
ul
a
n

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang berasal dari otot polos dan jaringan
ikat fibrous serta sering ditemukan pada traktus genitalia wanita terutama di
lapisan miometrium (Aspiani, 2017). Tumbuhnya mioma uteri menimbulkan
penekanan pada pembuluh darah dan organ disekitar ovarium mengalami
penekanan dan penyempitan serta mengalami penurunan fungsinya.
Pertumbuhan mioma uteri juga dapat mengakibatkan anemia karena kehilangan
darah (eritrosit) dalam sirkulasi darah sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007).
Sedangkan menurut manuaba (2009) mioma uteri dalam kehamilan dapat
menyebabkan infertilitas, dapat menyebabkan abortus, dapat menyebabkan
gangguan jalan persalinan, dapat menyebabkan perdarahan postpartum dan
kehamilan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri karena rangsangan
estrogen.

Kasus mioma uteri pada Ny. H dan Ny. E, setelah penulis melakukan pengkajian,
analisa data, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
tentang asuhan keperawatan pada Ny. H dan Ny. E dengan mioma uteri di Ruang
Ginekologi RSUP. Dr. M. Djamil Padang, maka didapatkan hasil yaitu:
1. Pengkajian terhadap masalah pada Ny. H dilakukan secara komprehensif,
Ny. H berusia 35 tahun memiliki anak 2 orang. Pemeriksaan laboraturium
didapatkan Hb 8,7 gr/dl, Ht 25%, trombosit 128.000/mm3, leukosit
11.270/mm3. Pada hari pertama rawatan Ny. H tanggal 5 juni 2017
pukul
126
10.00 WIB. dilakukan pengkajian pada pasien didapatkan pasien pasien
pasien mengeluh nyeri pada bagian perutnya yang membesar, nyeri terasa
hilang timbul dan bertambah apabila pasien bergerak dan duduk. Pasien
mengatakan nyeri dengan skala 5-6 selama lebih kurang 2 menit dan
menyebar ke bagian punggung. Pasien mengatakan nafsu makannya juga

127
menurun dan terkadang mual. Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas
dan susah tidur karena nyeri pada perut bagian bawah. Pasien mengeluh BAK
sakit. Pengkajian pada Ny. E dilakukan secara kompherehensif, Ny. E berusia
42 tahun, memiliki anak 3 orang. pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb
8,3 g/dl, trombosit 80.000/mm3, leukosit 11.270/mm3. Pada hari pertama
rawatan Ny. E tanggal 5 juni 2017 pukul 12.05 WIB. dilakukan pengkajian
pada pasien, didapatkan pasien mengeluh badannya lemah dan sulit untuk
beraktivitas. Pasien juga mengeluh nyeri pada genitalia dan susah BAK.
Pasien mengatakan nyeri pada genitalia saat BAK. Saat masuk rumah sakit
BAK mulai hilang nyerinya. Sakit pada bagian perut bawah dan ketika di
tekan pasien mengatakan sakit dengan skala 6-7, nyeri terasa saat beraktivitas
dan BAK selama lebih kurang 1 sampai 2 menit.

2. Diagnosa yang muncul pada kasus Ny. H adalah Resiko hipovolemik


berhubungan dengan pendarahan, nyeri akut berhubungan dengan nekrosis
atau trauma pada jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor,
ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan faktor pemberat, ketidak seimbangan nutri kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi dan
intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan. Diagnosa yang muncul
pada kasus Ny. E adalah Risiko hipovolemik berhubungan dengan
pendarahan, nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma pada
jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor, ketidak efektifan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan faktor
pemberat dan ketidak seimbangan nutri kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan nutrisi

3. Rencana tindakan keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan


yang ditemukan pada kasus Ny. H dan Ny. E dengan mioma uteri. Rencana

128
tindakan keperawatan ini mengacu pada referensi dari buku NANDA
International, (2015-2017).

4. Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari


rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dengan harapan hasil
yang dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.

5. Evaluasi keperawatan selama 6 hari rawatan dilakukan secara komprehensif


dengan acuan rencana asuhan keperawatan NANDA International, (2015-
2017). Hasil yang didapatkan adalah masalah keperawatan ada yang dapat
teratasi dan ada yang belum teratasi.

B. Saran
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Bagi institusi pelayanan kesehatan RSUP. Dr. M. Djamil Padang diharapkan
dapat memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin dan
mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun
dengan pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan. Selain itu, diharapkan Rumasakit mampu menyediakan fasilitas
serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien dengan
memberikan pelayanan yang lebih maksimal terutama dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri sehingga tidak memperpanjang
hari rawatan dan tujuan dapat tercapai.

2. Bagi keluarga Ny. H dan Ny. E


Diharapkan keterlibatan keluarga dalam memberikan dorongan dan motivasi
dalam mempercepat pemulihan kesehatan dan permasalahan kesehatan Ny. H
dan Ny. E terutama pada Psikososial, dan Spritual dapat diminimalkan.

129
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian asuhan
keperawatan maternitas dengan pasien mioma uteri.

4. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan peneliti selanjutnya lebih aktif dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya pada pasien mioma uteri dan sebagai bahan tambahan
bagi mahasiswa keperawatan.

130
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Yosi. 2013. Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2 No.
5

Aspiani, Y, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Aimee, et al. (2010). Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with


Diagnosis of Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister Study.
Environmental Health Perpectives. Volume 118. No 3 pages 375-380

Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap


menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Copaescu, C. (2007). Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102.


No. 2. Romanian

Dinas kesehatan sumaterah barat. (2012). Kumpulan hasil pelaporan dan pengamatan.
Websiitte:httttp:////www.diinkes.sumbarprov.go.iid

Hidayat, A Aziz Alimul. (2013). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis
data. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC

131
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Ed.
3. Jakarta : Salemba Medika.

132
NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017edisi
10.(Budi Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika

Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC

RSUP. Dr. M. Djamil.(2016). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma Uteri

Sugiyono. 2012. Memahami penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta

Saryono, & Anggraini. M. D. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif


dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Setiati, Eni. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta: Andi

Prawirohardjo, Sarwono. (2010).Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Wise, L, et al. (2009). A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine
Leimoyomata. American Journal of Epidemiologi. Vol.171. No. 2. Page 221-
232.

133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
Lampiran 6

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas pasien 1
a. Nama : Ny. H
b. Tempat / tanggal lahir : Sijunjung, 23 Maret 1982
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status kawin : Kawin
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMU
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Tanggal masuk : 5 Juni 2017
i. Alamat : Sijunjung
j. Tanggal pengkajian : 5 Juni 2017
k. Diagnosa medis : Mioma Uteri + Anemia

2. Identifikasi penanggung jawab


a. Nama : Tn. Y
b. Pekerjaan : Swasta
c. Alamat : Sijunjung
d. Hubungan : Suami

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien masuk di RSUP. Dr. M. Djamil Padang melalui IGD rujukan
dari RSUD Sijunjung taggal 5 juni 2017 pukul 08.00 WIB dengan

144
keluhan pendarahan pada pervaginam dan BAK dan BAB nyeri, perut
membesar dan kembung.

b. Riwayat penyakit sekarang


Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 5 juni 2017 pukul 10.00 WIB
pasien mengatakan nyeri pada perutnya bagian bawah, nyeri tersa
hilang timbul dan bertambah apabila pasien bergerak dan duduk.
Pasien mengatakan nyeri dengan skala 5-6 selama 2 menit dan
menyebar kebagian punggung. Pasien juga mengatakan nafsu
makannya menurundan terkadang mual. Pasien mengatakan susah
beraktifitas dan susah tidur karena nyeri pada perut bagian bawah.
Pasien mengeluh BAK sakit.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan sekitar 3 bulan yang lalu pernah dirawat di RSUD
Sijunjung dengan diagnosa mioma uteri. Pasien memiliki kebiasaan
makan makanan yang berminyak dan makan daging tanpa diselingi
sayuran. Pasien tidak pernah mengonsumsi alkohol dan tidak memiliki
riwayat pengobatan sebelumnya.

d. Riwaya Penyakit Keluarga


Pasien mengatakantidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit yang dialaminya sekarang atau penyakit mioma uteri. Pasien
juga mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit keturunan seperti diabetes melitus, jantung, asma, dan
hipertensi.

e. Riwayat Obstetri
a). Keadaan haid:

145
pasien mengatakan haid pertama umur 12 tahun, siklus haid tidak
teratur, lamanya haid terkadang 6 kadang 9 hari. Pasien juga
mengatakan 3 kadang 2 kali ganti pembalut saat haid. Warna darah
haid merah kadang encer kadang tidak encer. Disminore pada saat hari
pertama. Pasien belum pernah mengikuti kb
b). Riwayat kehamilan dan persalinan:
pasien mengatakan hamil pertama tidak ada masalah semenjak
hamil dan pada saat persalinan diusia 38 minggu. Pasien
mengatakan tidak ada komplikasih pada saat melahirkan.

f. Faktor Psikososial
a). Persepsi pasien mengenai penyakit:
pasien mampu mengontrol emosinya, pasien agak cemas namun masih
dalam batas wajar
b). Tanyakan tentang konsep diri :
pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan
baik namun agak sulit dipahami, pasien mengatakan merasa kasihan
kepada keluarganya karena harus merawatnya.

g. Pola Kebiasaan sehari-hari


Pasien mengatakan ketika sakit makan dan minum dibantu oleh keluarga.
Pasien mengatakan sulit untuk tidur akibat nyeri pada bagian perutnya dan
genitalia tidur 4-5 jam dalam sehari. Pasien sulit untuk beraktivitas dan
hanya berada diatas tempat tidur , aktivitas sehari-harinya dibantu oleh
kelurga

h. Pola eliminasi
Pasien sebelumnya tidak mengalami kesulitan dalam BAK dan BAB
sekarang mengeluh sakit untuk BAK dan BAB.

146
i. Pemeriksaan Fisik
4) Keadaan Umum:
KU: lemah TD 90/60 mmHg, HR: 110x/i, RR 19 x/i, suhu 37oC.
5) Pemeriksaan Fisik Head to toe
k) Kepala dan rambut : rambut hitam, tidak ada kerusakan pada
rambut, kulit kepala tidak ada pembengkakan dan bersih
l) Mata : konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil isokhor
diameter 2mm/2mm.
m) Hidung : hidung bersih, tiidak ada nyeri tekan pada hidung,
tidak ada kelainan pada penciuman

n) Telinga : telinga simetris kiri dan kanan tidak ada pembengkakan,


tidak ada kelainan pendengaran

o) Mulut : bersih dan ditemukan bibir peca-peca

p) Leher dan tenggorokan : tidak ada ditemukan pembengkakan


kelenjar getah bening, menelan baik tidak ada kelemahan

q) Dada atau thorax


Infeksi: tidak ada kelainan yang terlihat seperti ketidak simetrisan
inspirasi dan ekspirasi pada dada
Palpasi: palpasi tidak dilakukan
Perkusi: perkusi tidak dilakukan
Auskultasi: tidak dilakukan
r) Ekstremitas/muskoluskletal
Tonus otot melemah dan pasien tampak berusaha menggerakan
badanya

147
s) Genetalia dan anus: pasien mengatakan keluar darah pada vagina
dan diperkirakan 1 sendok teh warna merah tua dan kental dan
nyeri pada saat keluar
j. Data Sosial Ekonomi:
Pasien merupakan seseorang yang senang bersosialisasi dengan orang
lain. Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki hubungan yang baik
dengan pasien dan tenaga kesehatan yang ada seperti dokter dan perawat.
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien ditanggung dengan BPJS
kelas 3.

k. Data Penunjang:
1) Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 6 Juni 2017 yaitu Hb 8,7
g/dl, Ht 25 %, trombosit 128.000/mm3, leukosit 11.270/mm3, PT 16,2
detik, APTT 44,5 detik.
2) Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 8 Juni 2017 Hb 9,8 g/dl,
Ht 26 %,
3) Trombosit 119.000/mm3, Leukosit 11.180/mm3.
4) Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 14 mei 2017
5) Glukosa sewaktu 96 mg/dl, Ureum darah 89 mg/dl, Kreatinin
darah 1,2 mg/dl, Total protein 6,2 g/dl, Albumin 2,6 g/dl, Globulin 3,6
g/dl.
6) Hasil pemeriksaan imunologi – serologi tanggal 7 Juni 2017 yaitu
HBsAg (elisa) 18,52. Anti HCV 0,26.
7) Hasil pemeriksaan USG tanggal 5 juni 2017
Massa positif
l. Program Pengobatan:
Transamin 3 x 1 amp
Ciprofloxacim 1 x 200 mg
Ceftriaxon 3 x 1 amp
Vit. K 3 x 1 amp
IVFD NaCl 0,9 % 8 jam/kolf
IVFD RL 0,9 % 10 jam/ kolf.

148
Transfusi PRC 3 unit

Obat oral
Vit C 3 x 1 tab
Asamefenamat 3 x 1 tab

149
Lampiran 6

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

B. PENGUMPULAN DATA
4. Identitas pasien 2
l. Nama : Ny. E
m. Tempat / tanggal lahir : Tanjung, 26 Oktober 1975
n. Jenis kelamin : Perempuan
o. Status kawin : Kawin
p. Agama : Islam
q. Pendidikan : SMP
r. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
s. Tanggal masuk : 3 Juni 2017
t. Alamat : Tanjung bungo kec 50 kota
u. Tanggal pengkajian : 5 Juni 2017
v. Diagnosa medis : Mioma Uteri + Anemia

5. Identifikasi penanggung jawab


e. Nama : Tn. R
f. Pekerjaan : Pelajar
g. Alamat : Tanjung bungo kec. 50 kota
h. Hubungan : Anak

6. Riwayat Kesehatan
m. Keluhan Utama
Pasien masuk di RSUP. Dr. M. Djamil Padang melalui IGD rujukan
dari Semen Padang Hospital tanggal 5 juni 2017 pukul 20.00 WIB

150
dengan keluhan nyeri hebat pada genitalia dan perut bagian bawah
membesar dan kembung. BAK dan BAB terasa sakit.

n. Riwayat penyakit sekarang


Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 5 juni 2017 pukul 12.05 WIB
pasien mengeluh badanya lemah dan sulit beraktivitas. Pasien juga
mengeluh nyeri pada genitalia dan susah BAK. Pasien mengatakan
mengeluh nyeri pada perut bagian bawah dan sakit ketika ditekan
dengan skala nyeri 6-7 menyebar kebagian punggung. Pasien juga
mengatakan nafsu makannya menuru.

o. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit
seperti saat ini. Pasien memiliki kebiasaan makan makanan yang
berminyak dan makan daging serta makanan siap saji. Pasien tidakk
memiliki riwayat pengobatan sebelumnya.

p. Riwaya Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan ada anggota keluarganya yang menderita penyakit
yang dialaminya dan telah meninggal 1 tahun yang lalu. Pasien
mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, jantung, asma, dan hipertensi.

q. Riwayat Obstetri
a). Keadaan haid:
pasien mengatakan haid pertama umur 14 tahun, siklus haid teratur,
lamanya haid 6 hari. Pasien juga mengatakan 2 sampai 3 kali ganti
pembalut saat haid. Warna darah haid merah encer. Disminore pada
saat hari pertama. Pasien sudah pernah mengikuti kb

151
b). Riwayat kehamilan dan persalinan: G3 A1 P0 H3
pasien memiliki anak 3. Pasien mengatakan hamil pertama tidak
ada masalah semenjak hamil dan pada saat persalinan diusia 39
minggu. Pasien mengatakan tidak ada komplikasih pada saat
melahirkan.

r. Faktor Psikososial
a). Persepsi pasien mengenai penyakit:
pasien tampak sabar dan mampu mengontrol emosinya, pasien tampak
cemas namun masih dalam batas wajar. Pasien dapat mengungkapkan
perasaanya dan keluhannya dengan baik.
b). Tanyakan tentang konsep diri :
pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan
baik namun agak sulit dipahami, pasien mengatakan merasa kasihan
kepada keluarganya karena harus merawatnya. Koping pasien baik
dan dan optimis penyakitnya dapat disembuhkan.

s. Pola Kebiasaan sehari-hari


Pasien mengatakan ketika sakit makan dan minum dibantu oleh keluarga.
Pasien BAK melalui kateter. Pasien sulit untuk beraktivitas dan hanya
berada diatas tempat tidur , aktivitas sehari-harinya dibantu oleh kelurga.

t. Pola eliminasi
Pasien sebelumnya tidak mengalami kesulitan dalam BAK dan BAB
sekarang mengeluh sakit untuk BAK dan BAB.

u. Pemeriksaan Fisik
6) Keadaan Umum:
KU: lemah TD 120/70 mmHg, HR: 90x/i, RR 20 x/i, suhu 36,5oC.
7) Pemeriksaan Fisik Head to toe

152
t) Kepala dan rambut : rambut sudah mulai beruban, tidak ada
kerusakan pada rambut, kulit kepala tidak ada pembengkakan dan
bersih
u) Mata : konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil isokhor diameter
2mm/2mm.
v) Hidung : hidung bersih, tiidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak
ada kelainan pada penciuman
w) Telinga : telinga simetris kiri dan kanan tidak ada pembengkakan,
tidak ada kelainan pendengaran
x) Mulut : bersih dan ditemukan bibir peca-peca
y) Leher dan tenggorokan : tidak ada ditemukan pembengkakan
kelenjar getah bening, menelan baik tidak ada kelemahan
z) Dada atau thorax
Infeksi: tidak ada kelainan yang terlihat seperti ketidak simetrisan
inspirasi dan ekspirasi pada dada
Palpasi: palpasi tidak dilakukan
Perkusi: perkusi tidak dilakukan
Auskultasi: tidak dilakukan
aa) Ekstremitas/muskoluskletal
Tonus otot melemah dan pasien tampak berusaha menggerakan
badanya
bb) Genetalia dan anus: pasien mengatakan keluar darah pada vagina
dan diperkirakan 2 sendok teh warna merah tua dan kental dan
nyeri pada saat keluar

i. Data Sosial Ekonomi


Pasien memiliki hubungan sosial yang baik dengan pasien lain dan tenaga
kesehatan yang ada seperti dokter dan perawat. Pasien sehari harinya
bekerja diswasta. Pasien ditanggung dengan BPJS kelas 1.

153
w. Data Penunjang:
Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 6 Juni 2017 yaitu Hb 8,3 g/dl,
Ht 28 %, trombosit 80.000/mm3, leukosit 11.270/mm3, PT 16,4 detik,
APTT 37,5 detik.

Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 8 Juni 2017 Hb 10,9 g/dl, Ht


28 %,
Trombosit 255.000/mm3, Leukosit 15.180/mm3.

Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 8 Juni 2017


Glukosa sewaktu 152 mg/dl, Ureum darah 97 mg/dl, Kreatinin darah 1,0
mg/dl, Total protein 5,8 g/dl, Albumin 2,1 g/dl, Globulin 3,7 g/dl.

Hasil pemeriksaan imunologi – serologi tanggal 8 Juni 2017 yaitu HBsAg


(elisa) 0,01.

Hasil pemeriksaan USG tanggal 3 juni 2017


Tampak massa dalam ovarium

x. Program Pengobatan:
Ceftriaxone 1 x 2 gr
Ciprofloxacim 1 x 200 mg
Transamin 3 x 1 amp
Vit. K 3 x 1 amp
Tranfusi PRC 3 unit
IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
IVFD RL 0,9% 10 jam/ kolf

Obat oral
Vit C 3 x 1 tab
Asamefena

154
155
156
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan Syahadatain merupakan inti ajaran Islam. Dengan pemahaman
syahadatain yang benar, seorang muslim akan menjadikan Allah sebagai ghayah
(tujuan)nya, Muhammad sebagai qudwah (teladan)nya, dan Al-Qur an sebagai dustur
(pedoman hidup)nya. Saran Sebagai orang Islam, tentunya kita harus lebih memahami
makna syahadat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya diucapkan di lisan, tetapi
diyakini dalam hati dan diamalkan dalam kehidupan agar tidak hanya Islam KTP.
B. SARAN
1. Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya.
Dia wajib memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia
menerima konsekuensi ucapannya.
2. Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari
syahadat tanpa sedikitpun keraguan terhadap makna tersebut.

157
158

Anda mungkin juga menyukai