Anda di halaman 1dari 9

Putu Agus Septiyana (1929081009) Made Dwi Adi Gunartha (1929081001)

A. Latar belakang
Persoalan pendidikan di zaman teknologi dan informasi sekarang ini dipandang sebagai problem yang
sangat luar biasa sulit di berbagai negara. Walaupun demikian negara-negera yang peduli terhadap masalah
ini mengakui bahwa pendidikan sebagai tugas negarayang maha penting. Pendidikan merupakan kunci
dalam membangun dan memperbaiki sikap individu dalam menghadapi keadaan dunia yang terancam oleh
berbagai potensi bencana boleh jadi diawali oleh pemenasan global, dan tanpa kunci itu usaha tersebut akan
gagal. Dalam konteks tersebut, maka setiap negara di dunia terus melakukan peningkatan pendidikan
masing-masing. Indonesia, dalam hal ini melakukan perubahan sistem pendidikanguna mencapai kualitas
atau mutu pendidikan yang terus menerus menuju ke arah lebih baik.
Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah mencakup standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dari delapan standar tersebut,
yang telah dijabarkan dan telah disahkan penggunaannya oleh Mendiknas adalah standar isi dan standar
kompetensi lulusan.
A. Definisi standar pendidikan nasional
Imzakiah (2014) Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005, Standar Nasional Pendidkan
adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Berangkat dari definisi diatas dapat difahami bahwa sistem pendidikan indonesia diarahkan pada
tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang
bermartabat. Sebagaimana terungkap dalam UU No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang
menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.
Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar kompetensi
lulusan;(d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar
pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h) standar penilaian pendidikan.
1. Standar isi
Standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi
lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan
struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.
Dimana tujuan standar isi ialah meningkatkan mutu pendidikan yang diarahkan untuk pengembangan
potensi peserta didik sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, seni, serta pergeseran paradigma
pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang
harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, (Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005).
Standar isi adalah suatu bagan rencana lingkup materi minimal, dan tingkat kompetensi minimal untuk
mencapai kompetensi lulusan minimal, pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi ditetapkan
dengan peraturan menteri pendidikan nasional No. 22 Tahun 2006.
Implementasi Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan
kedalam sejumlah peraturan antara lain peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Peraturan pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan dengan delapan standar nasional pendidikan , yaitu: standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dalam standar isi mencakup:
a. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada
tingkat satuan pendidikan.
b. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah.
c. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan standar isi.
d. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. (sumber: LAMPIRAN PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR ISI)
2. Standar kompetensi lulusan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan pendidikan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencangkup pengetahuan, ketrampilan dan sikap, yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata
pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
SKL pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
SKL pada jenjang pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
SKL pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan kejuruannya.
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar
kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal
kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 23 Tahun 2006 menetapkan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pelaksanaan SI-SKL Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2006
menetapkan tentang pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah
3. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan di bawah ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembeajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
(pasal 28 ayat 1)
Yang dimaksud dengan pendidik pada ketentuan ini adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi dan berkompetensi sebagai guru, dosen, konselor, pamong, pamong pelajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannyaserta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan
Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) pada ketentuan ini
adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi
belajar bagi peserta didik
2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal
yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang – undangan yang berlaku. (pasal 28 ayat 2)
3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi (pasal 28 ayat 3):

a. Kompetensi pedagogik;
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian;
Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia.
c. Kompetensi profesional;
Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
d. Kompetensi sosial
Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendiidk, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendiidk setelah
melewati uji kelayakan dan kesetaraan (pasal 28 ayat 4).
5. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri (pasal 28 ayat
5).
4. Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan
menjadi tanggung jawab kepala satuan pendidikan.
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar
pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah. Setiap satuan pendidikan
harus memiliki pedoman yang mengatur tentang:
1) Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus.
2) Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori aktivitas satuan pendidikan
selama satu tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan minggu
3) Struktur organisasi satuan pendidikan
4) Pembagian tugas di antara pendidik
5) Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan
6) Peraturan akademik
7) Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata tertib pendidik, tenaga kependidikan
dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
8) Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan satuan pendidikan dan hubungan
antara warga satuan pendidikan dengan masyarakat
9) Biaya operasional satuan pendidikan.
Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari
rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun yaitu:
1) kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan
ekstrakurikuler, dan hari libur.
2) jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk tahun ajaran berikutnya.
3) mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada semester gasal, semester genap, dan
semester pendek bila ada.
4) penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah dan kegiatan lainnya.
5) buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata pelajaran.
6) jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pembelajaran.
7) pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis pakai.\
8) program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang meliputi sekurang-
kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara program.
9) jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan dengan orang tua/wali peserta
didik, dan rapat satuan pendidikan dengan komite sekolah/madrasah, untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
10) jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang pendidikan tinggi.
11) rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun; l.
jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun terakhir.
Dalam melaksanakan penjaminan mutu standar pengelolaan, sekolah perlu memperhatikan dua hal.
Pertama, kriteria minimal yang harus dicapai berdasarkan Permendiknas No. 19 Tahun 2007, indikator
operasional, dan kriteria pencapaian tujuan. Kedua, sekolah perlu memperhatikan indikator dan kriteria
keunggulan tingkat satuan pendidikan sehingga sekolah dapat memiliki target yang lebih tinggi daripada
kriteria pada standar nasional pendidikan (SNP).
5. Standar Penilaian
Standar penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun non-tes.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa
angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut secara
khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil
belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar
mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang
penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu
sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik
dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian
hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga melakukan
penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
6. Standar Sarana Prasaran
Sarana pendidikan adalah fasilitas-fasilitas yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar
agar tujuan pembelajaran tercapai. prasarana pendidikan merupakan segala sesuatu yang secara tidak
langsung menunjang proses pendidikan.
Sarana dan prasarana pendidikan menjadi penting karena mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui
pengadaan sarana dan prasarana.
Standar sarana dan prasarana merupakan kebutuhan utama sekolah yang harus terpenuhi sesuai dengan
amanat Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, PP No 19 tahun 2005, dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007. Selain itu, juga harus memenuhi dari ketentuan
pembakuan sarana dan prasarana pendidikan yang telah dijabarkan dalam:(1) Keputusan Mendiknas Nomor
129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan; (2) Pembakuan Bangunan dan
Perabot Sekolah Menengah Pertama Tahun 2004 dari Direktorat Pembinaan SMP; dan (3) Panduan
Pelaksanaan dan Panduan Teknis Program Subsidi Imbal Swadaya: Pembangunan Ruang Laboratorium
Sekolah Tahun 2007 dari Direktorat Pembinaan SMP. Standar sarana dan prasarana pendidikan yang
dimaksudkan di sini baik mengenai jumlah, jenis, volume, luasan, dan Iain-lain sesuai dengan kategori atau
tipe sekolahnya masing-masing.
Landasan hukum dikeluarkannya standar sarana dan prasarana yaitu berdasarkan:
1. Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab XII Pasal 45 tentang Sarana
dan Prasarana Pendidikan berbunyi :
(a) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi
keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
(b) Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
2. Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan pemerintah yang mengatur standar sarana dan prasarana tercantum dalam peraturan pemerintah
No.24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana yang berbunyi:
Pasal 1
(1) Standar sarana dan prasarana untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), dan sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA)
mencakup kriteria minimum sarana dan kriteria minimum prasarana.
(2) Standar Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran
Peraturan Menteri ini.
7. Standar Proses
Standa Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan
satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan
pengawasan proses pembelajaran.
Menurut Noviastrini chemsunj (2010) Standar proses pendidikan adalah suatu bentuk teknis yang
merupakan acuan atau kriteria yang dibuat secara terencana atau didesain dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dasar hukum yang mengatur standar proses pendidikan terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
8. Standar Biaya
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005, Standar Nasional Pendidkan adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berangkat dari definisi diatas dapat difahami bahwa sistem pendidikan indonesia diarahkan pada
tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang
bermartabat. Sebagaimana terungkap dalam UU No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang
menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.
Ada tiga macam biaya dalam standar ini :
b. Biaya investasi satuan pendidikan yaitu biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
c. Biaya personal sebagaimana adalah biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
d. Biaya operasi satuan pendidikan, meliputi :
1) Gaji dan tunjangan pendidik dan tenaga kependidikan
2) Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
biaya operasi pendidikan tak langsung seperti air, pemeliharaan sarana dan prasarana, pajak, asuransi, lain
sebagainya.
A. Kesimpulan penerapan Standar Pendidikan Indonesia

STANDAR ISI
1. Guru kesulitan membedakan mulok dan PBKL
2. Dukungan dinas Kabupaten/Kota/Propinsi mengenai muatan lokal masih kurang
3. Guru kesulitan merumuskan SK/KD muatan lokal
Kurangnya partisipasi stake holder dalam membuat kurikulum sekolah, seperti perguruan
4.
tinggi, LPMP, Dinas Pendidikan.
5. Dalam membuat RPP dan Silabus guru masih mengadopsi dari internet/sekolah lain
6. RPP guru belum memuat strategi PBM yang bervariasi
7. Kurangnya referensi tentang pengembangan kurikulum
8. Pemahaman guru mengenai tugas mandiri tidak terstruktur masih kurang
9. kurangnya keahlian guru BK dalam melayani konseling
10.guru mengajar tidak berdasar SK/KD, melainkan berdasarkan buku
11.Lingkungan sekitar belum digunakan secara optimal sebagai media pembelajaran
12.Mulok belum ada silabus
13.PBKL belum maksimal
14.Kurangnya kedekatan antar murid dengan guru (tawuran)
15.Pendidikan Karakter tidak ada

STANDAR KELULUSAN
1. Minimnya lomba-lomba yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten/Kota
2. Belum meraih kejuaraan di bidang akademik dan non akademik ke tingkat propinsi/nasional
3. Belum meraih kejuaraan wiyata mandala
4. KKM beberapa mata pelajaran masih di bawah 75
5. Nilai UN masih rendah
6. Akhlak dan kepribadian siswa rendah
7. Siswa kurang tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
8. Ekstra kulikuler kurang
9. Penulisan Karya ilmiah rendah

STANDAR PROSES
1 Guru belum mampu mengembangkan Silabus ditingkat MGMP sekolah.
2 Prosentase guru yang mampu mengembangkan RPP masih rendah
3 Silabus dan RPP belum disyahkan Dinas Pendidikan Kab/ Kota
4 Kualitas RPP yang disusun guru kualitasnya belum baik (cenderung copy paste)
5 Guru belum menginformasikan SK/KD kepada siswa pada awal semester
Beberapa guru belum menguasai tahapan PBM yang baik, mulai dari membuka, inti
6
(Ekplorasi, Elaborasi Konfirmasi), penutup
7 Kegiatan Remedial teaching dan pengayaan belum berjalan dengan optimal
8 Beberapa sekolah jumlah siswa per rombel melebihi 32 siswa
9 Beberapa guru belum mampu mengembangkan bahan ajar
Guru masih banyak yang belum paham tentang penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri
10
tidak terstruktur
11 Beberapa sekolah rasio buku teks pelajaran belum memenuhi 1 : 1
12 Beberapa guru belum mampu mengajar minimal 24 jam/ minggu
13 Pemantauan pembelajaran belum optimal
14 Pelaporan hasil supervisi kepada pemangku kepentingan belum optimal
15 Tindak lanjut supervisi masih lemah
16 Mapel Mulok beberapa sekolah belum memiliki silabus
17 Prosentase guru yang melaksanakan pembelajaran Pakem masih rendah
18 RPP guru banyak yang belum berbasis TIK

STANDAR PENILAIAN
1 Sebagian guru belum menguasai penilaian sesuai dengan standar
2 Guru belum banyak yang melakukan pemanfaatan hasil belajar untuk perbaikan PBM
3 Remedial teaching dan pengayaan belum berjalan dengan baik
4 Prestasi UN masih dibawah rata-rata Nasional
5 Guru masih banyak yang belum paham penilaian akhlak mulia dan kepribadian
6 Guru nasih banyak yang belum mampu menyusun instrumen penilaian yang baik
Guru banyak yang belum mengembalikan pekerjaan siswa, dengan balikan komentar yang
7
memotivasi

STANDAR SARANA DAN PRASARANA


1. Kesulitan dalam pencatatan pengelolaan aset sekolah
2. Keterbatasan media pembelajaran
Luas lahan kurang, sehingga menyebabkan rasio yang tidak sebanding pada jumlah peserta
3.
didik di setiap rombongan belajar yang ada
4. Kelengkapan Laboratorium IPA dan Laboratorium TIK masih kurang
5. WC siswa kurang, tidak sesuai dengan rasio jumlah siswa
6. Tidak ada saluran telepon dan jaringan internet di sekolah
7. Jumlah kelas tidak sama dengan rombel, kekurangan ruang kelas (RKB)
Pagar sekolah rusak/tidak ada, sehingga berdampak pada tingkat keamanan sekolah yang agak
8.
terganggu, kurang terjamin
9. Buku teks pelajaran untuk siswa kurang
10.Belum punya tempat ibadah
11.Sekolah tidak memiliki sertifikat tanah
Sekolah sudah berumur tua, sehingga banyak ruangan-ruangan yang harus
12.
direnovasi/direhabilitasi
Sekolah tidak memiliki ruang pimpinan (Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah) secara
13.
terpisah, karena masih tergabung dengan ruang Tata Usaha
Sekolah tidak memiliki ruang penunjang kegiatan belajar dan ruang kegiatan kesiswaan, seperti
14.Laboratorium IPA, Laboratorium TIK, Laboratorium Bahasa, Ruang OSIS, Ruang UKS,
Ruang Keterampilan dan Kesenian, Ruang Perpustakaan, dll
15.Sekolah tidak memiliki gudang untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan
16.Sekolah tidak memiliki aula atau ruang pertemuan
17.Kurangnya tempat atau ruang untuk olahraga
18.Sekolah belum memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Izin Pengeringan
19.Ruang Kelas rusak, kelas banjir

STANDAR PEMBIAYAAN
1. Tidak ada sumbangan dari orang tua/wali peserta didik
Sumber dana yang dimiliki sekolah tidak mencukupi untuk memenuhi biaya operasional yang
2.
harus dikeluarkan sekolah
Sumber dana datangnya sering terlambat, sering sekali dananya cair setelah kegiatan berakhir,
3.
ditambah lagi birokrasi yang bertele-tele
4. Belum melibatkan semua stakeholders dalam penyusunan RAPBS
5. Sumber pembiayaan hanya dari APBN, yaitu hanya dari dana BOS
Dampak dari sekolah gratis sehingga sekolah tidak diperbolehkan memungut dan menerima
6.
sumbangan sama sekali dikarenakan instruksi dari Pemda setempat
7. Kurangnya respon dari Pemda setempat untuk membantu sekolah dalam hal pembiayaan
Sekolah kesulitan untuk membiayai kegiatan internal dan eksternal sekolah, karena
8.
keterbatasan dana
9. Ada anggaran-anggaran yang tidak terduga, namun sekolah tidak dapat memenuhinya
10.Kesulitan dana untuk membayar penggunaan daya listrik yang cukup besar
Kesulitan dana untuk membayar honor/gaji Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap
11.
(PTT)
Pembayaran honor/gaji Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) masih di
12.
bawah Upah Minimum Regional (UMR)
13.Kurang/tidak adanya partisipasi Komite sekolah dalam hal pendanaan
14.Subsidi silang untuk membantu peserta didik yang kurang mampu belum bisa dilaksanakan
15.Belum ada partisipasi dalam hal pendanaan dari dunia usaha/industri.

STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


1. Tenaga laboratorium komputer tidak sesuai
2. Kepala Sekolah kurang dari 1 tahun
3. Guru di dalam membuat karya ilmiah masih kurang
4. Masih terdapat guru yang membuat RPP dengan copy paste
5. Masih ada guru yg kurang memanfaatkan waktu efektif dalam PBM
6. Sebagian guru belum terbiasa membuat KTI
7. Latar belakang pendidikan tenaga Perpustakaan dan Lab belum memiliki sertifikat
8. Guru masih ada yang belum memiliki sertifikat kompetensi, waktu efektif masih
9. Kurang dan belum mampu memilih metode inovatif dan kreatif
10.Belum tersedianya tenaga yg memadai/profesional utk tenaga pustakawan dan laboran
11.Kurangnya pengetahuan tenaga administrasi (Pegawai TU)
12.Guru sering terlambat dalam perangkat pembelajaran
13.Kurangnya minat guru dalam PTK dan pembuatan karya ilmiah
14.Minimnya guru yang belum membuat karya ilmiah, guru berprestasi dan yang
15.Guru belum S1
16.Jumlah guru mapel belum memenuhi kebutuhan pembelajaran
17.Belum memiliki pustakawan khusus
18.Belum maksimalnya guru dalam melakukan pembelajaran (inovasi)
19.Belum memiliki petugas laboran khusus
20.Keahlian tenaga administrasi tidak sesuai dengan tugasnya
21.Sekolah tidak memiliki tenaga layanan khusus
22.Masa kerja pustakawan belum sesuai SNP
23.Guru seni budaya kurang
24.Guru BK belum berijazah BK
25.Guru honor diangkat
26.Sosialisasi pengelolaan asset sekolah kepada tenaga pengelola tidak ada

STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN


1. RKAS dan RKS belum sistematis
2. Belum adanya kemitraan
3. Belum optimal dalam pengawasan PTK seperti SME
4. Belum optimal pendayagunaan PTK dalam pengelolaan
5. Belum Memiliki fasilitas website untuk mengakses SIM sekolah
6. Visi dan Misi dalam RKS belum optimal
7. Perlu adanya bimtek KS terkait teknis pengelolaan sekolah
8. Kurang peran masyarakat tehadap sekolah
9. Ruang kelas yang kurang memadai
10.Belum mampu memenuhi sarana pembelajaran yang memadai, laptop, LCD, dll
11.RKS dan RKAS belum sesuai
12.Dalam menyusun RKS belum optimal melibatkan semua pemangku kepentingan
13.Sekolah belum menganalisa hasil evaluasi diri sekolah
14.Belum optimalnya informasi manajemen sekolah
15.Sekolah belum melaksanakan pelacakan alumni
16.Kurangnya keterlibatan peran serta masyarakat
17.supervisi belum optimal

Anda mungkin juga menyukai