Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

Ruptur Perineum Grade I-IV

Oleh:
Kezia. A. Rumsowek

Pembimbing:
dr. Josef Wattimury, Sp.OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD DOK II JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
CENDERAWASIH
JAYAPURA-PAPUA
2022
FAKULTASKEDOKTERANUNIVERSITASCENDERAWASIH
Table of contents

01. 02. 03.


PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA KESIMPULAN

Anatomi Faktor Risiko dan


Definisi Perineum
Perineum Etiologi

Klasifikasi Ruptur
Perineum Episiotomi Penatalaksanaan
01.
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai tingkat
derajat kesehatan masyarakat di suatu negara.

Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun 2020 disebabkan oleh
perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.110 kasus,
dan gangguan sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus.

Penyebab tingginya AKI adalah perdarahan dan penyebab terjadinya perdarahan adalah
atonia uteri, ruptur perineum, dan sisa plasenta.

Ruptur perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik
menggunakan alat ataupun tidak menggunakan alat.

Ruptur perineum dapat menyebabkan perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum


merupakan salah satu masalah penting karena berhubungan dengan kesehatan ibu yang
dapat menyebabkan kematian.
02.
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
DEFINISI RUPTUR DAN KLASIFIKASI RUPTUR PERINEUM

Ruptur perineum adalah suatu kondisi


robeknya perineum yang terjadi pada
persalinan pervaginam. Diperkirakan lebih
dari 85% wanita yang melahirkan
pervaginam mengalami ruptur perineum
spontan, yang 60%-70% di antaranya
membutuhkan penjahitan. Angka
morbiditas meningkat seiring dengan
peningkatan derajat rupture.
FAKTOR RISIKO

Kepala janin terlalu cepat lahir Known Risk Factors Suggested Risk Factor

Nulipara Peningkatan usia


Persalinan tidak dipimpin Makrosomia Etnis
sebagaimana mestinya Persalinan dengan instrument
Status Nutrisi
terutama forcep
Sebelumnya pada perineum Malpresentasi
terdapat banyak jaringan parut Malposisi seperti oksiput
posterior
Pada persalinan dengan distosia Distosia bahu
bahu
Ruptur Perineum Sebelumnya

Partus pervaginam dengan


tindakan Lingkar kepala yang lebih besar
EPISIOTOMI

Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang


menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin
selaput dara, jaringan pada septum rectovaginal, otot-otot,
dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.

Insisi dapat dilakukan di garis tengah, yang disebut sebagai


episiotomi mediana atau episiotomi yang dimulai di garis
tengah lalu diarahkan ke lateral menjauhi rectum, atau disebut
sebagai episiotomi mediolateral
INDIKASI EPISIOTOMI

Indikasi Janin

• Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah


terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.
• Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan
cunam, ekstraksi vakum, dan janin besar.

Indikasi ibu

• Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga


ditakuti akan terjadi robekan perineum, terutama pada primipara,
persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum,
anak besar.
EPISIOTOMI MEDIALIS

Jari menyusup antara kepala dan perineum.


Kemudian insisi dimulai pada arah jam 6 pada
introitus vagina dan diarahkan ke posterior.

Panjang insisi sekitar 2-3 cm tergantung panjang


perianal dan derajat ketebalan perineum.

Insisi yang dilakukan disesuaikan dengan jenis


persalinan yang akan dilakukan, namun harus
dihentikan sebelum mencapai sfingter ani eksterna.
Bila kurang lebar disambung ke lateral (episiotomi
mediolateralis).
EPISIOTOMI MEDIOLATERALIS

Pada teknik ini, gunting episiotomy


dipoisisikan pada arah jam 7 atau
jam 5, kemudian insisi dimulai dari
bagian belakang introitus vagina
menuju kearah belakang dan
samping.

Arah insisi ini dapat dilakukan kearah


kanan atau pun kiri, tergantung pada
kebiasaan orang yang
melakukannya. Panjang insisi kira-
kira 4 cm
PENATALAKSANAAN
NON-FARMAKOLOGIS

Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan sampai


dasar panggul didahului oleh kepala janin dengan cepat.

Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan
lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam
tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar
panggul karena diregangkan terlalu lama.
FARMAKOLOGIS
Penatalaksanaan farmakologis Dosis tunggal sefalosporin golongan II
atau III dapat diberikan intravena sebelum perbaikan dilakukan (untuk
ruptur perineum yang berat).

Alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan jalan lahir: retractor


weislander’s, forceps gigi (fine & strong), needle holder (small and large), forceps
allis (4), forceps arteri (6), gunting mitzembaum, gunting pemotong jahitan,
spekulum sims, retraktor dinding samping dalam vagina, forceps pemegang kasa

Bahan-bahan yang diperlukan untuk perbaikan jalan lahir: tampon, kapas besar,
povidon iodine, lidocain 1% (untuk ruptur perineum derajat i-ii), benang
catgut/asam poliglikolik (dexon, david&geck ltd, uk)/poliglaktin 910 (vicryl, ethicon
ltd, edinburgh, uk)
MANAJEMEN RUPTURPERINEUM
Lakukan pemeriksaan vagina, perineum dan serviks untuk melihat beratnya
robekan

Jika robekan panjang dan dalam, periksa apakah robekan tersebut mencapai
anus dengan memasukkan jari yang bersarung tangan ke anus dan
merasakan tonus sfingter ani.

Setelah itu, ganti sarung tangan untuk melakukan perbaikan robekan.

Terdapat 4 tingkat robekan yang dapat terjadi pada persalinan:

• Tingkat I mengenai mukosa vagina dan jaringan ikat, tidak perlu dijahit.
• Tingkat II mengenai mukosa vagina, jaringan ikat, dan otot di bawahnya.
• Tingkat III mengenai m. sfingter ani.
• Tingkat IV mengenai mukosa rektum.

Perbaikan dilakukan hanya pada robekan tingkat II, III, dan IV.
RUPTUR PERINEUMDERAJAT II

Pastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap lignokain atau obat-


obatan sejenis.

Suntikkan sekitar 10 ml lignokain 0,5% di bawah mukosa vagina, di


bawah kulit perineum, dan pada otot-otot perineum. Masukkan jarum
sepuit pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong masuk
sepanjang luka mengikuti garis tempat jarum jahitnya akan masuk
atau keluar.

Tunggu 2 menit, kemudian jepit area dengan forsep. Jika pasien


masih merasakan, tunggu 2 menit kemudian lalu ulangi tes.
Jahit mukosa vagina secara Lanjutkan jahitan pada Carilah lapisan subkutikuler

Jahitan Kulit
Jahitan Otot
Jahitan Mukosa jelujur dengan benang 2-0
mulai dari 1 cm di atas
daerah otot perineum sampai
ujung luka pada perineum
persis di bawah lapisan kulit
Lanjutkan dengan jahitan
puncak luka di dalam vagina secara jelujur dengan benang subkutikuler kembali ke arah
sampai pada batas vagina. 2-0. batas vagina, akhiri dengan
Lihat ke dalam luka untuk simpul mati pada bagian
mengetahui letak ototnya. dalam vagina
Penting sekali untuk menjahit Potong kedua ujung benang,
otot ke otot agar tidak ada dan hanya disisakan masing-
rongga di antaranya. masing 1 cm.
Jika robekan cukup luas dan
dalam, lakukan colok dubur,
dan pastikan tidak ada bagian
rektum terjahit.
RUPTUR PERINEUM DERAJAT III DAN IV

Suntikkan sekitar 10 ml lignokain


0,5% di bawah mukosa vagina, di
bawah kulit perineum, dan pada
Lakukan blok pudendal, ketamin Asepsis dan antisepsis pada otot-otot perineum. Masukkan
atau anestesia spinal. Minta asisten daerah robekan. Pastikan tidak ada jarum sepuit pada ujung atau pojok
untuk memeriksa uterus dan alergi terhadap lignokain atau obat- laserasi atau luka dan dorong
memastikan uterus berkontraksi. obatan sejenis masuk sepanjang luka mengikuti
garis tempat jarum jahitnya akan
masuk atau keluar.

Tunggu 2 menit, kemudian jepit Tautkan mukosa rektum dengan


area dengan forsep. Jika pasien benang 3-0 atau 4-0 secara Jahitlah otot perineum dengan
masih merasakan, tunggu 2 menit interuptus dengan jarak 0,5 cm jahitan jelujur.
kemudian lalu ulangi tes. antara jahitan.
PENJAHITAN SFINGTERANI

Jepit otot sfingter dengan klem


Allis atau pinset.

Tautkan ujung otot sfingter ani


dengan 2-3 jahitan benang 2-0
angka 8 secara interuptus.

Larutan antiseptik pada daerah


robekan.

Reparasi mukosa vagina, otot


Penjahitan dinding rektum Penjahitan sfingter ani perineum, dan kulit.
KESIMPULAN

Laserasi/ruptur perineum adalah robeknya perineum pada saat persalinan pervaginam, dapat terjadi secara
spontan maupun akibat episiotomi.

Ruptur perineum spontan terjadi akibat pengeluaran kepala dan bahu janin yang terlalu cepat atau tidak
terkendali.

Episiotomi tidak rutin dilakukan karena memiliki risiko perdarahan, hematoma, infeksi, dan nyeri
pascapersalinan. Indikasi episiotomi adalah apabila ada gawat janin, penyulit pervaginam, dan adanya
jaringan parut pada vagina.

Ruptur perineum dapat dibagi menjadi 4 derajat. Pada ruptur derajat 1 tidak dibutuhkan penjahitan. Pada
rupture derajat 2 dibutuhkan penjahitan mulai dari mukosa vagina, otot-otot perineum, dan kulit. Ruptur
derajat 3 dan 4 merupakan indikasi rujukan ke layanan kesehatan sekunder, karena tindakan repair
perineum dengan derajat 3 dan 4 membutuhkan operator yang sudah terlatih. Teknik menjahit yang tepat
dapat mencegah terjadinya komplikasi berupa hematoma.

Pasca tindakan repair perineum, pasien harus diedukasi untuk menjaga kebersihan perineum untuk
mengurangi risiko infeksi.
Thanks!

Please keep this slide for attribution

CREDITS:This presentation template was created bySlidesgo,


including icons by Flaticonand infographics & imagesby Freepik

Anda mungkin juga menyukai