Anda di halaman 1dari 3

Kerangka Acuan

Pelatihan dan Implementasi Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan


Melalui Perbaikan Sistem di Tingkat Provinsi

Disusun oleh:
Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK‐UGM

Latar belakang
Pemerintah indonesia telah mencanangkan target universal coverage untuk sistem jaminan
kesehatan bagi masyarakat. Dari sisi dimensi mutu pelayanan kesehatan, bila aspek akses (tidak
saja geografis tapi juga pembiayaan) telah teratasi maka dimensi mutu yang lain perlu
diperhatikan (seperti dimensi kepatutan, efektifitas dan keselamatan).
Berbagi upaya meningkatkan mutu telah dilakukan di berbagai Provinsi, baik dengan melakukan
intervensi langsung kepada sarana pelayanan kesehatan (misal dengan akreditasi RS, ISO 9000,
Quality Assurance, SPMKK, dan sebagainya), kepada tenaga kesehatan (misalnya dengan
pelatihan dan pengaturan distribusi tenaga kesehatan), atau ke lembaga regulator (seperti
penguatan dan peningkatan kompetensi Dinas Kesehatan, pembentukan badan independen)
hingga ke pemberdayaan masyarakat (misal dengan mekanisme pengaduan masyarakat)
Meski telah memiliki Sistem Kesehatan Daerah (SKD) namun upaya untuk mengintegrasikan
berbagai upaya peningkatan mutu tersebut sekaligus dengan sistem jaminan kesehatan belum
secara spesifik dilakukan dimana hal ini sangat penting untuk dapat memastikan bahwa
masyarakat memperoleh jaminan kesehatan yang tidak saja menjamin akses namun juga
menjamin mutu pelayanan yang diberikan.

Tujuan
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk membangun sistem peningkatan mutu pelayanan
kesehatan melalui integrasi sistem jaminan kesehatan dengan sistem manajemen mutu sarana
pelayanan kesehatan. Secara khusus tujuan kegiatan ini adalah:
1. Mengidentifikasi best practice upaya integrasi sistem jaminan kesehatan dan sistem
manajemen mutu pelayanan kesehatan
2. Mengembangkan draft sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan
3. Mengidentifikasi upaya dan mekanisme yang telah ada maupun belum ada (atau belum
efektif) yang terkait dengan sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan
4. Mengembangkan atau meningkatkan efektifitas upaya dan mekanisme yang terkait
dengan:
a. Indikator dan pengukuran mutu sarana pelayanan kesehatan (RS, Puskesmas,
Dokter Keluarga, Bidan)
b. Pembinaan mutu sarana pelayanan kesehatan
c. Umpan balik dari masyarakat dan lembaga perwakilan masyarakat
d. Kerjasama (kontrak) antara pengelola jaminan kesehatan dengan pengelola
sarana pelayanan kesehatan termasuk sistem insentif
5. Melakukan uji coba di tingkat kabupaten
6. Melakukan perbaikan sistem dan sosialisasi pada tingkat Provinsi dan Nasional

Metode & Kegiatan


Kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan action research, melalui 4 tahap kegiatan: Diagnosis,
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Tahap diagnosis dilakukan untuk mengindentifikasi
best practice dan kondisi yang ada saat ini mengenai keterkaitan antara sistem jaminan
kesehatan dengan sistem jaminan mutu sarana pelayanan kesehatan, dilakukan melalui studi
literatur oleh tim fasilitator dan rangkaian workshop yang melibatkan stakeholder terkait.
Tahap perencanaan dilakukan untuk mengembangkan sistem serta upaya dan mekanisme
peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang terkait dengan indikator mutu, pembinaan,
umpan balik dan kerjasama antara regulator (Dinkes, lembaga penjamin/pembiayaan dan
lembaga independen serta lembaga perwakilan masyarakat).
Tahap pelaksanaan dilakukan melalui kegiatan uji coba di tingkat Provinsi yang akan meliputi
beberapa sampel kabupaten/kota. Kegiatan ini terdiri dari pemilihan sarana pelayanan
kesehatan yang akan menjadi lokasi uji coba (terdiri dari RS, Puskesmas, Bidan Praktek Swasta,
RB, dsb), diawali dengan pengukuran base‐line indikator mutu oleh Dinkes Provinsi/Lembaga
independen didampingi oleh tim fasilitator serta pengukuran indikator kepuasan masyarakat
oleh lembaga perwakilan masyarakat. Indikator yang digunakan adalah indikator yang telah
disepakati sebelumnya. Dilanjutkan dengan proses pendampingan peningkatan mutu sarana
pelayanan tersebut oleh Dinkes Kab/Kota didampingi oleh tim fasilitator. Proses pendampingan
dilakukan melalui serangkaian seminar dan workshop. Tahap ini diakhiri dengan kegiatan
pengukuran indikator mutu dan kepuasan masyarakat oleh lembaga penjamin/pembiayaan
kesehatan dengan instrumen yang sama. Berdasarkan kedua hasil pengukuran tersebut (pre
dan post pembinaan), Dinkes Provinsi dan Lembaga penjamin/pembiayaan akan membuat
evaluasi dan usulan tindak lanjut terkait dengan kontrak sarana pelayanan kesehatan.
Tahap evaluasi dilakukan dengan mengadakan seminar sosialisasi hasil kegiatan mulai dari
tahap diagnosis, perencanaan hingga pelaksanaan. Masing‐masing tahap akan dipaparkan
proses dan hasil yang diperoleh. Seminar tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan
mengadakan workshop untuk menyusun perbaikan sistem peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Seluruh hasil kegiatan kemudian dijadikan satu kesatuan laporan yang akan dikemas
dalam bentuk buku dan CD interaktif untuk bahan sosialisasi di tingkat nasional.
Fasilitator
Fasilitator akan berasal dari Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, terdiri dari: 2 ahli pembiayaan kesehatan, 2 ahli manajemen mutu pelayanan
kesehatan, 3 asisten konsultan dan 1 manajer kegiatan

Agenda
Bulan
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tahap diagnosis
Studi literatur
Workshop I‐III
Tahap perencanaan
WS IV (indikator mutu)
WS V (mekanisme pembinaan)
WS VI (mekanisme umpan balik)
WS VII (mekanisem kerjasama)
Tahap pelaksanaan (uji coba)
WS VIII Pemilihan sarana pelayanan kesehatan
Pengukuran base‐line indikator
Pengukuran indikator kepuasan masyarakat
Pendampingan peningkatan mutu sarana
pelayanan
Pengukuran indikator mutu dan kepuasan
masyarakat
WS IX Evaluasi dan usulan tindak lanjut terkait
dengan kontrak sarana pelayanan kesehatan.
Tahap evaluasi
Seminar sosialisasi hasil kegiatan
WS X Perbaikan sistem
WS XI Penyusunan buku
WS XII penyusunan CD interaktif

Anda mungkin juga menyukai