Anda di halaman 1dari 3

Muzakki

Muzakki adalah orang yang dikenai kewajiban membayar zakat atas kepemilikan harta
yang telah mencapai nisab dan haul. berzakat hanya diwajibkan kepada orang muslim saja.
Seseorang yang beragama Islam yang telah memenuhi syarat wajib zakat dan harus menunaikan
zakatnya.Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Muzakki adalah orang yang
wajib membayar zakat1. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang
berkewajiban menunaian zakat. Berdasarkan penyataan tersebut jelas bahwa zakat tidak hanya
diwajibkan kepada perorangan saja.
Hal itupun telah disepakati oleh umat Islam bahwa zakat hanya diwajibkan kepada
seorang muslim, merdeka, dewasa yang berakal, yang memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu
dengan syarat tertentu. Selain dari ulama dan pemerintah, muzakki menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan perintah wajib zakat ini karena merekalah orang yang dibebani
kewajiban untuk mengeluarkan bagian tertentu dari harta kekayaannya untuk kemudian
diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Zakat merupakan salah satu sarana beribadah kepada Allah, yang berfungsi untuk
mendekatkan diri kepada-Nya. Rasulullah menjelaskan bahwa: “Sesungguhnya Allah menolong
hambanya manakala hamba itu suka menolong saudaranya”. Kepatuhan membayar zakat
dinyatakan sebagai tanda kualitas orang yang benar-benar beriman seperti dicantumkan dalam
firman Allah pada QS.9: 18 dan 71.
Adapun dari hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar menjelaskan bahwa membayar zakat
merupakan suatu kewajiban atas seluruh umat muslimin baik merdeka ataupun budak, laki-laki
ataupun perempuan, muda ataupun tua.

HADITS2

1
. (Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2017:331) Menurut UU No 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat pasal 1
2
Al-Bukhari, Shahih ..., hlm. 465
Artinya: “Yahya bin Muhammad bin as-Sakam menyampaikan kepada kami dari Muhammad bin
Jahdham, dari Ismail bin Ja‟far, dari Umar bin Nafi‟, dari ayahnya bahwa Ibnu Umar berkata,
“Rasullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebesar 1 sha‟ kurma atau 1 sha‟ gandum kepada
seluruh kaum Muslimin, baik orang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, muda
maupun tua. Beliau memerintahkan agar zakat ini ditunaikan sebelum orang-orang berangkat
melaksanakan shalat (Id).”” (HR. Al-Bukhari)3

Menurut pendapat Imam Malik, Imam Asy-Syafi‟i, Imam Ahmad dan Asy-Syaukani
mengatakan bahwa zakat diwajibkan kepada siapa yang memiliki satu sha‟ makanan pokok pada
hari raya Idul Fitri dan masih mempunyai persediaan untuk satu hari satu malam berikutnya.
Zakat fitrah dan zakat mal merupakan kewajiban atas seluruh umat Islam, untuk dirinya
sendiri beserta orang-orang yang nafkahnya berada di bawah tanggung jawabnya seperti
pembantu dan semua yang diberikan nafkah olehnya.4
Adapun orang yang diwajibkan membayar zakat baik zakat fitrah maupun zakat mal ialah
orang yang telah memenuhi 3 syarat, yaitu :
1. Islam
2. Sudah terbenam matahari (sudah mulai tanggal 1 syawal)
3. Mempunyai kelebihan makanan untuk dirinya dan keluarganya
Dalam ketentuan membayar zakat hanya orang Islam sajalah yang berkewajiban untuk
membayarnya, sedang orang kafir tidak. Sebagaimana disebutkan dalam hadits diatas bahwa
Nabi mewajibkan zakat fitrah kepada orang Islam. Zakat fitrah diwajibkan mulai terbenamnya
matahari di akhir bulan Ramadhan sampai terlaksananya shalat idul fitri. Jadi orang Islam yang
hidup pada saat-saat itu (dan mempunyai kelonggaran makanan) diwajibkan zakat5. Untuk zakat
mal sendiri dikeluarkan bagi setiap muslim apabila hartanya telah mencapai nishab setara dengan
85 gram emas yang dimiliki selama 1 tahun atau 12 bulan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa setiap muslim yang memiliki satu
sha’ makanan pokok pada hari raya Idul Fitri diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah untuk
dirinya, keluarganyadan orang lain yang menjadi tanggungannya baik orang dewasa, anak kecil,
3
Al-Bukhari, Ensiklopedia ..., hlm. 338
4
Syaikh Kamil Muhammad „Uwaidah, Fiqih Wanita, Terj. Abdul Ghoffar, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. Ke-IV,
2010, hlm. 316
5
Moh Rifa‟i, moh Zuhi, Salomo dkk, Terjamah Khulashah Kifayatul Akhyar, Semarang: CV. Toha Putra, 1978,
hlm. 140
laki-laki maupun perempuan. Apabila seorang muslim dalam keadaan baligh, berakal, dan lebih
lagi berkecukupan tapi enggan membayar zakat karena beranggapan bahwa zakat dapat
mengurangi hartanya dan merasa rugi karenanya maka celakalah ia sesuai dengan sabda
Rasulluallah Saw yang berbunyi : “Tidaklah satu kaum yang menolak mengeluarkan zakat
kecuali Allah menimpakan kepada mereka kelaparan dan bencana berkepanjangan”.
Jika keengganan membayar zakat tersebut dilakukan dalam sebuah Negara islam, maka
imam berhak untuk mengambil paksa zakatnya jika kasusnya individu, akan tetapi jika kasusnya
adalah kelompok, maka imam berhak memeranginya, sebagaimana yang dilakukan oleh Abu
Bakar terhadap orang-orang yang enggan membayar zakat, sampai mereka mau membayar zakat.
Sementara itu, Imam Syafi’I, Ishaq Ibnu Rahawiyah dan Abdul Aziz berpendapat bahwa imam
berhak mengambil separuh dari kekayannya sebagai hukuman atas keengganannya. Sementara
itu, jumhur fuqaha’ berpendapat bahwa zakat dapat diambil secara paksa tanpa menyentuh harta
lainnya.
Seandainya ia sengaja enggan membayar zakat padahal ia tau bahwa membayar zakat
merupakan suatu kewajiban bagi orang muslim maka ia dapat dikategorikan “kufur” , sebaliknya
jika ia dalam kondisi ketidaktahuannya akan ajaran islam sepenuhnya, maka orang tersebut tidak
termasuk “kufur”.

Anda mungkin juga menyukai