Anda di halaman 1dari 2

Scene 1.

(Tarian mereka semakin lama semakin berat seiring


beban yang mereka rasakan. Musik berhenti. Lalu
Di sebuah sanggar tari sederhana (ruang kosong
para murid memeluk ibu guru. Diantara tangis
berdinding kayu), seorang guru tari bersama 5
mereka, ibu guru berkata...)
muridnya sedang bersiap latihan. Wajah merek tidak
bahagia seperti biasanya. Mereka tampak murung dan Guru : berjanjilah pada ibu untuk tetap menari. Suatu
sedih. saat ibu akan kembali ke sini untuk menonton
pementasan tari kalian.
Guru: Anak-anak, seperti yang sudah ibu sampaikan
sebelumnya, bahwa ibu akan pergi dari desa ini (Para murid hanya bisa mengangguk pelan sambil
karena ibu dipindah tugaskan ke Jakarta. terus menangis. Guru melepaskan pelukannya,
berjalan kearah pemutar suara.)
Jadi, latihan ini adalah latihan terakhir kalian
bersama ibu. Guru : Ibu akan tinggalkan pemutar musik ini untuk
kalian.
Ibu harap, ini tidak akan membunuh semangat kalian
untuk terus menari. Karena tempat ini juga sudah terjual, maka
berlatihlah dimanapun!
Berlatihlah sendiri dengan teknik-teknik dasar menari
yang sudah ibu ajarkan. Ikuti kata hati kalian, karena Semesta begitu luas untuk kalian jadikan tempat
sesungguhnya tari adalah bahasa paling sempurna berlatih.
untuk mengungkapkan apa yang kalian rasakan. Ibu
(Sekali lagi, murid2 mengangguk pelan, saling
yakin kalian bisa.
menggenggam tangan satu sama lain, tanpa bisa
Kalian juga masih bisa menghubungi ibu. berkata-kata)
Pak carik sudah ibu beritahu untuk membantu kalian.
Jika ingin menelpon ibu, datang dan sampaikan pada
Scene 2.
pak carik.
(Para murid berkumpul di sungai dengan batu-batu
(Semua anak tertunduk sedih...)
besar.)
Guru : Ayo kita mulai latihannya.
Murid 4 : kita akan berlatih disini.
(Guru berdiri dan mengikat selendang melingkar di
Murid 5 : (Menarik nafas dalam) Baiklah!
perutnya. Tapi semua murid masih terduduk. Mereka
Semangaaaaat.....!!!
mulai mengangis)
Semua murid : Semangaaaaat.
Murid 1 : Saya tidak mau menari lagi.
(Mereka mulai berlatih. Setelah berlatih mereka
Murid 2 : Saya juga. Sudah cukup menarinya. Saya
tertawa lalu menceburkan diri ke sungai. Mereka
akan berhenti.
mulai menemukan kebahagiaannya lagi)
Murid 3 : Saya kenal tari dari ibu. Saya berlatih
bersama ibu. Apa artinya menari tanpa ibu?
Scene 3:
Guru : (Dengan gusar) Kalian tidak bisa begini! Ibu
hanya perantara! (Scene ini hanya menggambarkan para murid berlatih
dengan keras di tepi sebuah sawah. Lalu mereka
Sekarang kalian sudah berada di dalam dunia tari dan
bermain, berlarian di pematang sawah.
seni tari juga sudah mengalir dalam jiwa kalian.
Darah, menari di sepanjang pembuluh darahmu. Seni
tari dan jiwamu sudah memiliki satu sama lain. Tidak
bisa dipisahkan begitu saja. Scene 4:

Berlatih bisa pada siapa saja. Bisa dimana saja! (Mereka berlatih di perkampungan)

Ayo berdiri dan menarilah!


(Dengan air mata yang masih terus mengalir, para Scene 5:
murid mulai berdiri dan menari) Murid 1 : Aku rindu ibu guru. Tapi, apa yang bisa
kita lakukan untuk bisa bertemu dengannya?
Murid 5 : Bagaimana kalau kita mengadakan
pementasan?
Murid 2 : Ya! Tapi dimana?
Murid 3: Dimana saja bisa!
Murid 4 : Setuju kita akan membuat undangan untuk
teman-teman dan warga kampung.
Murid 5 : Ibu guru juga! Kita bisa ke rumah Pak
Carik untuk menelpon ibu guru.

Scene 6
(Tidak ada percakapan, haya potongan-potongan
adegan mereka menempel pengumuman di sekolah,
di pepohonan dll.
Adegan menelpon ibu guru juga muncul di scene ini)

Scene 7:
Tiba di hari pementasan. Mereka menari di sungai
dengan bebatuan yang besar.
Beberapa penonton datang. Mereka bertepuk tangan.
Tapi mereka tak melihat kehadiran ibu guru.
Mereka tetap menari dengan penuh semangat.
Tarian selesai.

Ada satu penonton yang menerobos kerumunan


berjalan ke arah para penari. Dan dia adalah ibu guru!
Mereka berpelukan.
Guru : Ibu tahu, kalian anak-anak hebat. Ibu bangga
pada kalian.
(Tawa dan senyum mereka mengakhiri cerita)

The end

Anda mungkin juga menyukai