Anda di halaman 1dari 16

BAB

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI


MASA DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959) 2

Kompetensi Dasar sumber: fathulyusri.blogspot.com

3.3 Menganalisis perkembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa awal
kemerdekaan sampai masa Demokrasi Liberal
4.3 Merekonstruksi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa awal
kemerdekaan sampai masa Demokrasi Liberal dan menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, santri diharapkan mampu :


1. Menganalisis perkembangan kehidupan politik bangsa Indonesia pada masa demokrasi liberal
2. Menganalisis perkembangan sistem pemerintahan bangsa Indonesia pada masa demokrasi liberal
3. Menganalisis perkembangan sistem ekonomi bangsa Indonesia pada masa demokrasi liberal

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 27
Insipirasi Al-Quran

Amanat di balik jabatan

‫ة ع َْن تَ ْك ِس ْت ِن َع ْو ٍسً ع َْن‬ ٍ ِْ‫ْج تْنُ َس ْع ٍد َح َّدحَنِِ َّ ِزّ ُد تْنُ أَتِِ َحث‬ ُ َّْ‫ج َح َّدحَنِِ الل‬ ِ ْْ َّ‫ج َح َّدحَنِِ أَتِِ ُش َعْْةُ تْنُ الل‬ ِ ْْ َّ‫ة ْت ِن الل‬
ِ ْْ ‫ك تْنُ ُش َع‬ ِ ِ‫َح َّدحَنَا َع ْث ُد ْال َول‬
‫ب تَِْ ِد ِه َعلََ َه ْن ِكثِِ حُ َّن قَا َل َّا أَتَا‬
َ ‫ض َس‬ َ َ‫َّللاِ أَ ََل تَ ْستَ ْع ِولُنِِ قَا َل ف‬
َّ ‫ت َّا َز ُسٌ َل‬ ُ ْ‫ث ْت ِن َّ ِزّ َد ْال َحضْ َس ِه ِِّ ع َْن ا ْت ِن ُح َج ْْ َسجَ ْاْلَ ْكثَ ِس ع َْن أَتِِ َذ ٍّز قَا َل قُل‬ ِ ‫ْال َح‬
ِ ‫از‬
‫ُ ًَنَدَا َهحٌ إِ ََّل َه ْن أَ َخ َرىَا تِ َحقِّيَا ًَأَ َّدٍ الَّ ِرُ َعلَ ْْ ِو فِْيَا‬
ٌ ‫ْف ًَإِنَّيَا أَ َهانَحُ ًَإِنَّيَا ٌَّْ َم ْالقَِْا َه ِح ِخ ْز‬
ٌ ‫ض ِع‬َ ‫ك‬ َ َّ‫َذ ٍّز إِن‬

Abu dzar berkata : ya rasulallah tidakkah kau memberi jabatan apa-apa kepadaku? Maka rasulullah
memukul bahuku sambil berkata : hai abu dzar kau seorang yang lemah, dan jabatan itu sebagai amanat
yang pada hari qiyamat hanya akan menjadi kemenyesalan dan kehinaan. Kecuali orang yang yang dapat
menunaikan hak dan kewajibannya, dan memenuhi tanggung jawabnya.

‫ة ع َْن تَ ْك ِس ْت ِن َع ْو ٍسً ع َْن‬ ٍ ِْ‫ْج تْنُ َس ْع ٍد َح َّدحَنِِ َّ ِزّ ُد تْنُ أَتِِ َحث‬ ُ َّْ‫ج َح َّدحَنِِ الل‬ ِ ْْ َّ‫ج َح َّدحَنِِ أَتِِ ُش َعْْةُ تْنُ الل‬ ِ ْْ َّ‫ة ْت ِن الل‬
ِ ْْ ‫ك تْنُ ُش َع‬ِ ِ‫َح َّدحَنَا َع ْث ُد ْال َول‬
َ‫ب تَِْ ِد ِه َعلََ َه ْن ِكثِِ حُ َّن قَا َل َّا أتَا‬
َ ‫ض َس‬ َ َّ
َ َ‫ت َّا َزسٌُ َل َّللاِ أ ََل تَ ْستَ ْع ِولُنِِ قَا َل ف‬ ْ َ َ ْ
ُ ‫ث ْت ِن َّ ِزّ َد ال َحضْ َس ِه ِِّ ع َْن ا ْت ِن ُح َج ْْ َسجَ ْاْل ْكثَ ِس ع َْن أتِِ َذ ٍّز قَا َل قُل‬ ِ ‫ْال َح‬
ِ ‫از‬
‫ُ ًَنَدَا َهحٌ إِ ََّل َه ْن أَ َخ َرىَا تِ َحقِّيَا ًَأَ َّدٍ الَّ ِرُ َعلَ ْْ ِو فِْيَا‬
ٌ ‫ْف ًَإِنَّيَا أَ َهانَحُ ًَإِنَّيَا ٌَّْ َم ْالقَِْا َه ِح ِخ ْز‬ٌ ‫ض ِع‬
َ ‫ك‬َ َّ‫َذ ٍّز إِن‬

Abu hurairah r.a. Berkata : rasulullah saw bersabda : kamu akan berebut pemerintahan, dan akan menjadi
kemenyasalan pada hari qiyamat. (buchary)

Penjelasan:

Hadis ini lebih menekankan betapa beratnya amanat dalam sebuah jabatan. Dan saking beratnya hingga
rasul s.a.w mengatakan bahwa kelak di hari qiamat kita merasakan penyesalan yang begitu dahsyat
karena kita telah bersedia mengemban amanat itu. Janganlah kita mengira bahwa menjadi seorang
peimimpin dengan sendirinya akan bergelimang harta dan kehormatan. Padahal, harta dan kehormatan itu
justru menjadi batu sandungan yang bisa mengakibatkan seseorang terjerumus ke dalam jurang kenistaan.

Lihatlah misalnya, seorang presiden dengan tanggung jawab yang begitu besar untuk mensejahterakan
rakyatnya, atau seorang suami yang begitu besar tanggung jawabnya untuk menafkahi istrinya, atau
seorang bapak yang memikul amanat untuk mebesarkan anak-anaknya. Semua itu merupakan amanat
yang harus dijaga dan dilaksanakan sebaik-baiknya. Apabila kita tidak bisa berbuat adil dan tidak mampu
mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi pihak yang kita pimpin, maka janganlah sekali-kali kita
mencoba-coba untuk mengemban amanat tersebut. Apabila seorang presiden tidak mampu mengemban
amanat untuk membawa kehidupan bangsanya dari keterpurukan menuju kesejahteraan dan keadilan,
maka janganlah kita kembali memilih presiden atau pemimpin itu untuk kedua kalinya. Karena itu,
amanat adalah ringan dikatakan namun berat untuk dilaksanakan. Barang siapa hanya bisa mengatakan
namun tidak bisa melaksanakan, maka ia tidak layak untuk dijadikan pemimpin.

Sumber : islamislogic.wordpress.com

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 28
Peta Konsep

Sistem dan struktur Politik dan Struktur Ekonomi


Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)

Perkembangan Kehidupan
Politik Pada Masa Perekonomian pada
Demokrasi Liberal Masa Demokrasi
Liberal

Membahas Membahas

1. Sistem 1. Kegiatan
Pemerintahan perekonomian
2. Sistem Kepartaian bangsa Indonesia
3. Pemilu Tahun pada awal
1955 Demokrasi Liberal
2. Beberapa kebijakan
perekonomian oleh
pemerintah

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 29
Materi Pembelajaran

A. Perkembangan Politik Masa Demokrasi Liberal


1. Arti Sistem Demokrasi Liberal yaitu suatu bentuk sistem politik dan pemerintahan yang
bersendikan pada asas-asas liberalisme yang ada dan berkembang di Eropa dan Amerika
Serikat. Di Indonesia sistem Demokrasi Liberal berlangsung sejak tahun 1950 sampai tahun
1959 saat dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pada masa ini pergantian kabinet
dilatarbelakangi oleh perbedaan yang tajam antara partai-partai melawan partai yang
memerintah. Bahkan pernah terjadi partai menjatuhkan kabinetnya sendiri.
2. Masa Liberal di Indonesia (1950-1959) biasa pula disebut masa kabinet parlementer. Kabinet
parlementer adalah kabinet yang pemerintahan sehari-hari dipegang oleh seorang Perdana
Menteri. Pada masa Kabinet Parlementer ini konflik partai di Indonesia sangat tinggi sehingga
kabinet terpaksa jatuh bangun.
3. Kabinet disusun berdasarkan pertimbangan kekuatan kepartaian. Karena itu bila dianggap tidak
berhasil, sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan. Sehubungan dengan itu pada masa
Demokrasi Liberal sering terjadi pergantian kabinet. Hal ini terjadi terutama karena sering
terjadi konflik di antara partai-partai politik. Sebagai contoh pertentangan antara Masyumi dan
PNI. Pertentangan antara kedua partai besar ini dalam parlemen tidak pernah dapat didamaikan
sehingga menjadi berlarut-larut. Seringnya pergantian kabinet membuat masa yang singkat itu
(1950-1959) dikuasai oleh beberapa kabinet.
4. Sistem demokrasi liberal dijalankan berdasarkan UUDS 1950 yang ditetapkan pascapenyerahan
kedaulatan Rl oleh pihak Belanda. Wilayah Indonesia terbagi menjadi 16 negara bagian. Satu
per satu negara federal yang terbentuk pada masa RIS membubarkan diri dan menyatakan
bergabung dengan Rl. Tepatnya, pada 17 Agustus 1950, Indonesia kembali ke bentuk negara
kesatuan dengan menggunakan sistem parlementer atau demokrasi liberal.
5. Pada 3 November 1945, pemerintah mengeluarkan Maklumat Wakil Presiden No. X yang
berisi gagasan tentang pembentukan partai-partai untuk menunjukkan sisi demokratis bangsa
Indonesia. Adapun beberapa partai yang terbentuk pascakeluarnya Maklumat Pemerintah
adalah sebagai berikut.
Nama Partai Tanggal Berdiri

Partai Nasional Indonesia (PNI) 29 Januari 1945

Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) 7 November 1945

Partai Komunis Indonesia (PKI) 7 November 1945

Partai Buruh Indonesia (PBI) 8 November 1945

Partai Rakyat Jelata (PRJ) 8 November 1945

Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 10 November 1945

Partai Sosialis Indonesia (PSI) 20 November 1945

Partai Rakyat Sosialis (PRS) 20 November 1945

Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI) 8 Desember 1 945

Persatuan Marhaens Indonesia (Permai) 1 7 Desember 1 945

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 30
6. Terdapat tujuh kabinet selama Demorasi Liberal berlangsung. Kabinet-kabinet tersebut adalah :
Kabinet Natsir (Masyumi 1950-1951), Kabinet Sukiman (Masyumi 1951-1952), Kabinet
Wilopo (1952-1953), Kabinet Ali Sastroamidjojo I (PNI 1953-1955), Kabinet Burhanuddin
Harahap (Masyumi 1955-1956), Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957), dan akhirnya
Kabinet Djuanda (Zaken kabinet 1957-1959).
7. Jatuh bangunnya kabinet pada masa Demokrasi Liberal disebabkan karena adanya konflik
antara partai politik. Misalnya Kabinet Natsir jatuh karena PNI menentang kebijakannya
mengenai Irian Jaya. Konflik partai Masyumi dan PNI ini dimenangkan oleh Masyumi dan
menjadikan kabinet Sukiman berkuasa.
8. Kabinet Sukiman tidak berlangsung lama karena ia dijatuhkan oleh PNI. Partai Nasional
Indonesia menentang penandatanganan program bantuan Amerika Serikat kepada pemerintah
RI. Alasan penolakannya adalah karena bantuan itu dapat dipakai sebagai alat untuk
memasukkan RI ke dalam Blok Amerika Serikat. Dengan demikian menurut PNI, Indonesia
tidak bersikap bebas aktif lagi dalam melihat “Perang Dingin” antara Uni Sovyet dan Amerika
Serikat.
9. Untuk mengurangi konflik antara PNI dan Masyumi itu Presiden menunjuk tokoh moderat dari
PNI untuk memimpin Kabinet, maka terbentuklah Kabinet Wilopo (1952-1953). Kabinet ini
bertugas mengadakan persiapan pemilihan umum dan pembentukan dewan konstituante.
Namun sebelum tugas ini dapat diselesaikan, kabinet inipun harus meletakkan jabatan. Hal ini
disebabkan karena daerah-daerah makin tidak percaya kepada pemerintah pusat. Di samping itu
terjadi “peristiwa 17 Oktober 1952”, yaitu desakan dari pihak-pihak tertentu agar Presiden
segera membubarkan Parlemen yang tidak mencerminkan keinginan rakyat.
Peristiwa 17 Oktober 1952 dimanfaatkan oleh TNI-AD untuk kepentingan politiknya.
Golongan yang dipimpin Kol. Bambang Sugeng itu tidak menyetujui Kol. A.H. Nasution
sebagai KASAD. Sekelompok partai dalam parlemen menyokong dan menuntut agar diadakan
perombakan pimpinan Kementerian Pertahanan dan TNI.
Keterlibatan partai dianggap oleh pimpinan TNI sebagai campur tangan sipil dalam
urusan tentara. Oleh karena itu mereka menuntut agar Presiden membubarkan Parlemen.
Presiden menolak tuntutan ini sehingga KASAD maupun KSAP meletakkan jabatan. Mandat
pembentukan kabinet tetap diserahkan kepada PNI. Dalam suasana konflik politik itu, Ali
Sastroamidjojo terpilih untuk memimpin kabinet. Tugas Kabinet Ali Sastroamidjojo adalah
melanjutkan program kabinet Wilopo, yaitu antara lain melaksanakan Pemilihan Umum untuk
memilih DPR dan Konstituante.
10. Meskipun Kabinet Ali Sastroamidjojo berhasil dalam politik luar negeri yaitu, dengan
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung dalam bulan April 1955, namun
Kabinet Ali Sastroamidjojo harus meletakkan jabatan sebelum dapat melaksanakan tugas
utamanya yaitu pemilu, alasannya karena pimpinan TNI-AD menolak pimpinan baru yang
diangkat Menteri Pertahanan. Hal ini sebenarnya yang berpangkal pada peristiwa 17 Oktober
1952. Calon pimpinan TNI yang diajukan Kabinet ini ditolak oleh Korps perwira sehingga
menimbulkan krisis kabinet.
Pada saat itu Presiden Soekarno akan berangkat ke tanah Suci Mekah. Sebelum
berangkat Presiden mengangkat tiga orang untuk menjadi formatur kabinet, yaitu Sukiman
(Masyumi), Wilopo (PNI), dan Asaat (non partai). Namun ketiga orang ini tidak berhasil
membentuk kabinet hingga terpaksa mengembalikan mandatnya pada Wakil Presiden Drs.
Moh. Hatta. Hatta kemudian menunjuk Burhanuddin Harahap dari Masyumi untuk membentuk
kabinet.
11. Kabinet Burhanudin (1955-1956), ditugaskan untuk melaksanakan pemilihan umum. Usaha
ini berhasil sekalipun mengalami kendala-kendala yang berat. Pada tanggal 29 September 1955
pemilihan anggota-anggota parlemem dilakukan, dan pada tanggal 15 Desember 1955
diadakan pemilihan umum untuk Konstituante. Setelah itu kabinet Burhanudin meletakkan

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 31
jabatan dan kemudian dibentuk kabinet baru yang sesuai dengan hasil pemilihan umum. Selain
masalah pemilihan umum Kabinet Burhanuddin juga berhasil menyelesaikan masalah TNI-AD
dengan diangkatnya kembali Kol. A.H. Nasution sebagai KASAD pada bulan Oktober 1955.
Selain itu dalam politik luar negeri kabinet ini condong ke barat dan berusaha mengadakan
perundingan dengan Belanda mengenai soal Irian Barat.

sumber: wikipedia.org

sumber: nu.or.id
a b

sumber: materikelas.com

sumber: republika.co.id
c d

Gambar 2.2 Beberapa kabinet yang memerintah pada masa demokrasi liberal, a) Kabinet
Wilopo b) Kabinet Ali, c) Kabinet Natsir, d) Kabinet Burhanudin Harahap

12. Hasil pemilihan umum 1955 menunjukkan PNI adalah partai yang terkuat. Oleh sebab itu
presiden mengangkat seorang formatur kabinet dari PNI yaitu Ali Sastoramidjojo. Kabinet Ali
Sastroamidjojo II (1956-1957) adalah kabinet koalisi antara PNI dan Masyumi. Kabinet ini
mempunyai rencana kerja untuk lima tahun. Rencana kerja ini disebut rencana lima tahun.
Isinya antara lain adalah perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat dalam wilayah RI.
Otonomi daerah, mengusulkan perbaikan nasib buruh, penyehatan keuangan, dan pembentukan
Dewan Ekonomi Nasional.
Sementara program berjalan timbul masalah-masalah baru. Pertama kegagalan dalam
memaksa pihak Belanda agar menyerahkan Irian Barat dan pembatalan perjanjian KMB.
Kedua, berkembangnya masalah anti Cina di kalangan rakyat yang tidak senang melihat
kedudukan istimewa golongan ini dalam perdagangan. Sehingga perkelahian dan pengrusakan
terjadi di beberapa kota. Ketiga di beberapa daerah timbul perasaan tidak puas terhadap
pemerintah pusat. Hal ini menimbulkan terjadinya pergolakan di beberapa daerah.
Pergolakan daerah itu mendapat dukungan dari beberapa panglima TNI-AD. Mereka
merebut kekuasaan di daerah dengan cara membentuk Dewan Banteng di Sumatera Barat pada
tanggal 20 Desember 1956, Dewan Gajah di Sumatera Utara pada tanggal 22 Desember 1956.
Dewan Garuda di Sumatera Selatan dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara. Untuk mengatasi
keadaan ini Presiden mengumumkan berlakunya undang-undang SOB (negara dalam keadaan
bahaya) dan angkatan perang mendapat wewenang khusus untuk mengamankan negara di
seluruh Indonesia. Tetapi usaha Presiden untuk mempengaruhi partai-partai agar mau

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 32
membentuk kabinet baru ternyata gagal. Sebab itu ia mengangkat Ir. Djuanda yang tidak
berpartai sebagai formatur kabinet.
13. Kabinet Djuanda (1957-1959) bertugas menyelesaikan kemelut dalam negeri, selain
memperjuangkan kembalinya Irian Barat dan menjalankan pembangunan. Pertama-tama
kabinet ini membentuk suatu Dewan Nasional yang bertugas memberi nasehat kepada
pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya. Di samping itu, diadakan musyawarah
nasional untuk mencari jalan keluar dari kemelut nasional. Sebelum musyawarah itu
menghasilkan keputusan terjadi “Peristiwa Cikini”, yaitu percobaan pembunuhan Presiden.
Pada tanggal 10 Februari 1958, Ketua Dewan Banteng mengeluarkan ultimatum agar Kabinet
Djuanda dibubarkan dalam waktu lima kali 24 jam. Presiden ternyata tidak menghiraukan hal
ini sehingga akhirnya Dewan Banteng memproklamasikan berdirinya “Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia” (PRRI) dengan Syarifudin Prawiranegara sebagai perdana
menteri. Begitu pula di Sulawesi dibentuk pemerintahan sendiri yaitu Permesta. Hal itu
membuat situasi negara semakin mengkhawatirkan.
14. Pada 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sebagai upaya
untuk mengatasi situasi politik yang semakin kacau. Konstituante hasil Pemilu 1955 dianggap
gagal dalam menyusun UUD yang baru.
15. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan titik awal memasuki Demokrasi Terpimpin. Adapun isi
dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 di antaranya sebagai berikut.
a) Pembubaran Konstituante.
b) Berlakunya kembali UUD 1945 bagi seluruh bangsa Indonesia dan tidak berlakunya
UUDS 1950.
c) Pembentukan MPRS dan DPAS.
Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, berakhirlah masa Demokrasi Liberal.
Kabinet Djuanda akhirnya dibubarkan terhitung mulai tanggal 5 Juli 1959 dan digantikan
dengan Kabinet Kerja.
16. Kebijakan politik pemerintahan Indonesia lainnya pada masa Demokrasi Liberal adalah
pengiriman Kontingen Garuda pada 8 Januari 1957 ke Mesir di bawah bendera PBB.
Keikutsertaan Indonesia dalam pasukan Garuda merupakan bentuk pelaksanaan politik luar
negeri bebas aktif. Bangsa Indonesia bersikap netral dengan tidak memihak salah satu blok
dan berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dunia bersama negara-negara lainnya
dalam PBB.

B. Kehidupan Perekonomian pada Masa Demokrasi Liberal


1. Kegiatan perekonomian bangsa Indonesia pada awal Demokrasi Liberal tidak berlangsung
dengan baik. Defisit keuangan, krisis, dan masalah ekspor impor menjadi persoalan yang harus
dibenahi pemerintah Indonesia, kondisi perekonomian yang buruk disebabkan faktor-faktor
sebagai berikut.
a. Hasil perundingan KMB memaksa Indonesia menanggung beban utang luar negeri sebesar
1,5 triliun rupiah dan utang dalam negeri sebesar 2,8 triliun rupiah.
b. Belum pulihnya perekonomian Indonesia pascaperang. Indonesia hanya mengandalkan
sektor pertanian dan perkebunan sebagaikomoditas ekspor. Akibatnya, kebergantungan
terhadap kedua bidang tersebut sangat tinggi. Pemasukan yang minim memaksa Indonesia
mengalami defisit mencapai 5,1 miliar rupiah.
c. Indonesia masih mewarisi sistem perekonomian kolonial yang cenderung memihak
kepentingan kolonial, termasuk dalam kebijakan-kebijakannya.
d. Gangguan keamanan di berbagai daerah menyebabkan konsentrasi pemerintah untuk
memperbaiki perekonomian bangsa terpecah.
e. Seringnya pergantian kabinet dalam waktu singkat menyebabkan situasi politik yang tidak
kondusif. Program ekonomi dari setiap kabinet tidak dapat berjalan lancar.
f. Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat pesat. Jumlah penduduk yang tinggi
sebenarnya dapat dijadikan sebagai modal suatu negara. Akan tetapi, pertumbuhan
penduduk yang tinggi tanpa diimbangi dengan sistem perekonomian yang baik justru akan

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 33
merugikan. Kelaparan, pengangguran, kemiskinan, hingga terhambatnya pembangunan
adalah dampak kondisi tersebut.
2. Pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan perekonomian.
a. Gunting Syafruddin (20 Maret 1950)
Kebijakan ini dikeluarkan oleh Menteri Keuangan

sumber: intisari.grid.id
Syafruddin Prawiranegara. Kebijakan ini berisi
pemotongan mata uang Rp5 ke atas dinyatakan
bernilai setengahnya. Bagian kiri uang tersebut
dapat dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah
dan bagian kanan dapat ditukarkan dengan
obligasi negara berbunga tiga persen per tahun.
Tujuannya adalah mengurangi defisit anggaran
sebesar 5,1 miliar rupiah, mengurangi Jumlah
uang yang beredar, dan menekan inflasi.
b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng Kebijakan ini
dikeluarkan oleh Menteri Perdagangan Sumitro Gambar 2.3 Kebijakan gunting syafrudin
Joyohadikusumo. Kebijakan ekonomi Gerakan
Benteng merupakan upaya pemerintah Indonesia
untuk mengubah sistem ekonomi kolonial
menjadi sistem ekonomi nasional. Upaya ini

sumber: lpem.org
dilakukan dengan menumbuhkan para pengusaha
pribumi. Pemerintah memberikan bantuan kredit
sebagai modal agar para pengusaha pribumi dapat
berkembang. Pemberian kredit impor kepada
pengusaha pribumi dimaksudkan untuk memicu
pertumbuhan perekonomian nasional.
Sayangnya, kebijakan ini kurang berhasil karena
mentalitas pengusaha pribumi yang konsumtif
dan keinginan untuk memperoleh keuntungan
secara cepat. Kebijakan ini justru dimanfaatkan
pengusaha pribumi untuk mendapatkan bantuan
modal saja. Gerakan Benteng kemudian dikenal
dengan Ali-Baba. Sebutan Ali merepresentasikan
pengusaha pribumi, sedangkan Baba
merepresentasikan pengusaha nonpribumi, seperti
pengusaha Tionghoa. Tujuan dari kebijakan ini
adalah memajukan perekonomian melalui kerja
sama yang dibangun antara pengusaha pribumi Gambar 2.4 Sumitro Djojohadikusumo,
dan pengusaha nonpribumi. Pengusaha pribumi merupakan tokoh perancang Gerakan
yang belum berpengalaman dianggap akan Ekonomi Benteng 1950-1953
mampu belajar dari pengusaha nonpribumi.
Program ini mengalami kegagalan karena ternyata pengusaha pribumi hanya dijadikan alat
oleh pengusaha nonpribumi agar mendapatkan bantuan kredit modal dan fasilitas lainnya
dari pemerintah. Selain itu, banyak pengusaha pribumi yang menjual lisensi impor yang
dimilikinya kepada para pengusaha nonpribumi.
c. Gerakan Assat (1956)
Perlindungan yang diberikan pemerintah terhadap pengusaha pribumi untuk berusaha di
bidang ekonomi dan bersaing dengan pengusaha asing lainnya. Gerakan ini berjalan tidak
sesuai harapan. Gerakan ini memunculkan rasa sentiment terhadap orang-orang Tionghoa.
d. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia yang berperan sebagai bank
sentral dan bank sirkulasi pada 1951.
e. Persetujuan Finansial Ekonomi (Financieel Economische Overeenkomsi) atau biasa
disingkat Finec. Perundingan Finec diadakan di Jenewa, Swiss, pada 1956. Delegasi
Indonesia dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung. Hasil perundingan Finec pada 7 Januari
1956 adalah tentang pembatalan persetujuan Finec hasil KMB dan hubungan perekonomian
Indonesia-Belanda didasarkan pada hubungan bilateral kedua negara. Belanda menolak

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 34
menandatangani hasil perundingan Finec sehingga pemerintah Indonesia mengambil
langkah sepihak dengan membubarkan Uni Indonesia-Belanda pada 13 Februari 1956.
f. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT). Program RPLT dirancang oleh badan
perencanaan pembangunan nasional yang disebut Biro Perancang Negara yang dipimpin
oleh Ir. Djuanda sebagai Menteri Perancang Nasional pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II.
Program RPLT belum berjalan dengan baik karena munculnya masalah pergolakan daerah
dan pergolakan ekonomi akibat nasionalisasi perusahaan asing. Depresi ekonomi yang
melanda Amerika Serikat juga turut memengaruhi kegagalan program RPLT karena
pendapatan negara dari ekspor berkurang untuk membiayai pelaksanaan program RPLT.
g. Musyawarah Pembangunan Nasional Pembangunan (Munap) merupakan kelanjutan dari
program RPLT. Ketika program RPLT terganggu akibat adanya pergolakan daerah,
pemerintah mengganti program RPLT dengan Munap. Munap akan membahas mengenai
rencana pembangunan yang menyeluruh sehingga setiap daerah tidak mengalami
ketimpangan dan hubungan pusat-daerah pun berjalan harmonis.

UJI KOMPETENSI

Pilihlah Jawaban yang paling tepat


1. Pada masa Demokrasi Liberal, bangsa Indonesia menganut sistem pemerintahan ...
A. Presidensial D. monarkhi
B. Parlementer E. campuran
C. Konstitusional
2. Alasan pusat pemerintahan RI terpaksa dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta pada 4 April 1946
adalah ...
A. Situasi keamanan di Jakarta yang semakin memburuk
B. Adanya ancaman dan aksi teror sekutu yang mengancam keselamatan pimpinan negara
C. Penguasaan terhadap tempat-tempat yang dianggap strategis oleh Belanda yang ingin berkuasa
kembali di Indonesia
D. Ancaman dari tentara Jepang terhadap keselamatan pimpinan negara
E. Adanya teror dari bekas tawanan Jepang yang mengancam keselamatan masyarakat
3. Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pemerintah Indonesia mengadakan
perubahan dalam struktur pemerintahan Republik Indonesia, seperti pergantian sistem pemerintahan
presidensil menjadi sistem pemerintahan parlementer. Hal ini ditandai dengan adanya jabatan
perdana menteri sebagai kepala pemerintahan dan berdirinya banyak partai. Tentu saja beberapa
perubahan tersebut berbeda dengan cita-cita awal pembentukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Akan tetapi, melalui pemikiran panjang para pemimpin bangsa Indonesia, langkah-
langkah tersebut perlu dilakukan untuk mencapai cita-cita NKRI. Salah satu alasan diambilnya
langkah perubahan dalam struktur pemerintahan Republik Indonesia adalah ....
A. sistem parlementer lebih demokratis dalam menjalankan pemerintahannya
B. adanya desakan dari negara-negara Barat untuk mengubah sistem pemerintahan RI
C. sistem pemerintahan presidensil tidak sesuai dengan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia
D. pemerintah Indonesia sedang berupaya mendapatkan dukungan pengakuan kedaulatan dari
negara-negara Barat
E. banyaknya organisasi politik yang terbentuk pada masa pergerakan nasional menuntut ikut serta
dalam pemerintahan Rl

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 35
4. Perhatikan tabel berikut.
Presiden Perdana Menteri

Z Y

Kedudukan presiden dan DPR yang tepat untuk mengisi kolom Y dan Z sesuai dengan sistem
pemerintahan pada masa demokrasi liberal adalah ....
A. pemimpin DPR dan pemimpin MPR
B. pemimpin negara dan pemimpin bangsa
C. pemimpin negara dan pemimpin parlemen
D. pemimpin pemerintahan dan pemimpin negara
E. pemimpin parlemen dan pemimpin pemerintahan
5. Kabinet Natsir merupakan kabinet pertama pada masa diterapkannya Demokrasi Liberal di
Indonesia. Kabinet tersebut didukung oleh dua partai besar, yakni Masyumi dan PSI dengan tokoh-
tokohnya seperti Ir. Djuanda, Sumitro Djojohadikusumo, dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Kabinet ini memiliki tugas di antaranya mengembangkan perekonomian rakyat, meningkatkan
pembangunan perumahan, kesehatan, serta kecerdasan masyarakat. Namun, Kabinet Natsir harus
berakhir karena mendapat mosi tidak percaya dari parlemen akibat ....
A. kegagalan dalam perundingan mengenai Irian Barat dengan Belanda pada 4 Desember 1950 dan
Masyumi menarik dukungannya dari kabinet
B. korupsi yang terlalu massif di lingkungan kabinet serta lebih condong ke Blok Barat
C. kegagalan dalam perundingan mengenai Irian Barat dengan Belanda pada 4 Desember 1950 serta
meredam gerakan separatis di berbagai daerah
D. menyimpang dari politik luar negeri bebas aktif serta lebih condong ke Blok Barat
E. Masyumi menarik dukungannya terhadap kabinet serta terlalu mencampuri urusan TNI AD
6. Kebijakan ekonomi yang berjalan pada masa pemerintahan Kabinet Sukiman adalah ....
A. Gunting Syafruddin dan Gerakan Benteng
B. RPLT dan Musyawarah Nasional Pembangunan
C. sistem ekonomi Ali-Baba dan Persetujuan Finec
D. Gerakan Benteng dan nasionalisasi De Javasche Bank
E. nasionalisasi De Javasche Bank dan sistem ekonomi Ali-Baba
7. Nasionalisasi De Javasche Bank dijalankan pada masa pemerintahan kabinet yang dipimpin oleh ....
A. Wilopo D. Ali Sastroamidjojo II
B. Djuanda E. Burhanuddin Harahap
C. Sukiman
8. Selama kepemimpinan Kabinet Wilopo aalam pemerintahan demokrasi Indonesia, sempat terjadi
beberapa peristiwa yang aKhirnya menjatuhkan kabinet tersebut. Peristiwa tersebut adalah ....
A. Peristiwa Tanjung Morawa dan Peristiwa Cikini 30 November 1957
B. Kerusuhan anti-Tionghoa dan terjadinya pergolakan di berbagai daerah
C. Peristiwa 1 7 Oktober dan Peristiwa Tanjung Morawa
D. Peristiwa 1 7 Oktober dan kerusuhan anti-Tionghoa
E. semakin meluasnya korupsi dalam pemerintahan dan percobaan pembunuhan terhadap
Presiden Sukarno
9. Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika merupakan suatu keberhasilan bagi pemerintah Indonesia dalam
menjalankan kebijakan politik luar negerinya. Dukungan negara-negara Asia Afrika yang hadir dalam
KAA memiliki makna besar bagi perjuangan bangsa-bangsa Asia Afrika. Berikut yang merupakan
makna KAA bagi bangsa Indonesia adalah ....
A. puncak perjuangan politik bangsa Indonesia
B. dukungan bangsa Asia Afrika terhadap pemerintahan Republik Indonesia
C. upaya mendapatkan pengakuan kedaulatan bangsa-bangsa di dunia internasional

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 36
D. menunjukkan peran aktif bangsa Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia
E. Indonesia memiliki peran strategis dalam membantu persoalan bangsa-bangsa di Asia Afrika
10. Pemberantasan korupsi bukan hanya dilakukan setelah masa reformasi saja, tetapi dilakukan jauh
sebelum itu. Kabinet yang mencanangkan secara terbuka pemberantasan korupsi dalam program
kerjanya berjalan selama . . . bulan.
A. Sepuluh D. Dua belas
B. delapan E. sembilan
C. tujuh
11. Kabinet ini berdiri setelah gagalnya Moh. Hatta untuk menduduki jabatan sebagai pemimpin kabinet.
Kabinet ini disebut kabinet nasional sebab hampir seluruh partai memiliki kursi dalam kabinet ini.
Sayangnya, PNI sebagai salah satu partai besar di parlemen menolak untuk berkoalisi dengan kabinet
ini. Kabinet tersebut dipimpin oleh ....
A. Sukiman
B. Djuanda
C. Ali Sastroamidjojo
D. Muhammad Natsir
E. Burhanuddin Harahap
12. Perhatikan gambar berikut ini!
Sumber: historia.id

Gambar tersebut merupakan salah satu bukti dari penyelenggaraan pemilu pertama yang
diselenggarakan oleh kabinet ....
A. Sukiman
B. Moh. Hatta
C. Muhammad Natsir
D. Ali Sastroamidjojo I
E. Burhanuddin Harahap
13. Kebijakan Rencana Pembangunan Lima Tahun memiliki hubungan yang keterkaitan dengan
Musyawarah Nasional Pembangunan yang dijembatani oleh tokoh yang bernama ....
A. Sumitro Joyohadikusumo
B. Iskaq Tjokrohadisuryo
C. Syafruddin Prawiranegara
D. Ir. Djuanda
E. Jusuf Wibisono
14. Program kabinet yang dipimpin oleh Ir. Djuanda disebut dengan ....
A. Swakarya
B. Pancakarya
C. zaken kabinet
D. Pembangunan
E. kabinet nasional

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 37
15. Sistem demokrasi liberal memberikan kebebasan berdirinya partai-partai politik. Sistem ini juga
menyebabkan adanya partai mayoritas dan partai minoritas. Partai mayoritas menjadi pendukung
utama kabinet menjalankan pemerintahannya. Jika kabinet mengalami kegagalan dalam menjalankan
tugasnya, partai-partai dapat mengajukan mosi tidak percaya untuk membubarkan kabinet dan
menggantinya. Pada masa Demokrasi Liberal, terjadi pergantian kabinet sampai tujuh kali dengan
masa kerja kabinet yang singkat. Akibatnya, program kerja masing-masing kabinet tidak dapat
berjalan lancar dan tuntas. Jika dianalisis, salah satu penyebab sering munculnya mosi tidak percaya
yang mendorong pergantian kabinet itu adalah ....
A. terlalu banyak partai politik yang terlibat dalam pemerintahan
B. tidak adanya kerja sama yang baik antara kabinet dengan parlemen
C. kurangnya dukungan rakyat terhadap kabinet yang menjalankan tugasnya
D. masih kuatnya kepentingan masing-masing partai politik ketika menjalankan tugasnya
E. program kerja yang ditawarkan setiap kabinet kurang sesuai dengan situasi dan kondisi Indonesia
pada saat itu
16. Perhatikan tabel berikut.

No. X

1. Masuknya bantuan dari beberapa negara yang tergabung dalam IGGI.

2. Kebijakan Gunting Syafruddin untuk menekan laju inflasi.

3. Menerapkan sistem ekonomi Gerakan Benteng untuk mengubah sistem ekonomi


kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.

1. Masuknya bantuan dari IMF.

2. Menerapkan Program Pelita untuk melaksanakan pembangunan dalam jangka waktu


lima tahun.

3. Kebijakan sistem ekonomi Ali-Baba yang merupakan kolaborasi antara penguasa


pribumi dan nonpribumi.

Perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan pada masa awal Demokrasi Liberal. Negara
mengalami defisit keuangan, krisis, dan berbagai persoalan ekonomi lainnya. Pemerintah menempuh
beberapa kebijakan untuk mengatasi keadaan tersebut, yaitu ....
A. X1, X2, dan Y1 D. X2, X3, dan Y2
B. X1, X3, dan Y2 E. X2, X3, dan Y3
C. X1, X2, dan Y3
17. Pada awal masa Demokrasi Liberal sempat digunakan mata uang yang berbentuk potongan dari
uang yang dikeluarkan oleh De Javasche Bank. Hanya saja uang yang dapat digunakan untuk
pembayaran hanya yang bagian kiri dari uang De Javasche Bank yang utuh. Sistem ekonomi tersebut
kemudian disebut dengan sistem ....
A. nasionalisasi De Javasche Bank
B. Gunting Syafruddin
C. Gerakan Benteng
D. Ali-Baba
E. Munap

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 38
18. Perhatikan Gambar berikut ini!
Pada saat diberlakukannya sistem ekonomi Gunting
Syafruddin, potongan uang yang sebelah kanan dapat
digunakan untuk ....
A. alat pembayaran
B. pengganti akta tanah
C. investasi serupa emas
D. senilai dengan obligasi
E. alat untuk membeli obligasi

19. Salah satu penyebab berakhirnya sistem ekonomi Gerakan Benteng adalah ....
A. tidak efektifnya sistem tersebut
B. semakin besarnya defisit anggaran
C. jatuhnya kabinet penggagas sistemekonomi tersebut
D. penyalahgunaan yang dilakukan oleh para pengusaha pribumi
E. penyalahgunaan yang dilakukan oleh para pengusaha nonpribumi
20. Industrialisasi menjadi salah satu tujuan utama dari kebijakan ekonomi yang berlaku di Indonesia.
Tokoh dan sistem ekonomi yang sesuai dengan pernyataan tersebut adalah ....
A. Ali Sastroamidjojo dengan Ali-Baba
B. Iskaq Tjokrohadisurjo dengan Ali-Baba
C. Sumitro Joyohadikusumo dengan Gerakan Benteng
D. Syafruddin Prawiranegara dengan Gunting Syafruddin
E. Ir. Djuanda dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun

Jawablah pertanyaan berikut dengan Jelas dan singkat!


1. Jelaskan alasan yang menyebabkan Indonesia mengadaptasi sistem Demokrasi Liberal.
2. Pada masa Demokrasi Liberal yang berjalan hanya dalam kurun waktu yang singkat terjadi
pergantian kabinet sebanyak tujuh kali. Pergantingan kabinet sebanyak tujuh kali mengindikasikan
bahwa kabinet-kabinet yang memerintah hanya berjalan dalam kurun .vaktu yang singkat. Mengapa
pada masa tersebut jalannya pemerintahan kabinet hanya terjadi dalam kurun waktu yang singkat?
3. Sebagian besar kabinet pada masa Demokrasi Liberal jatuh atau berakhir karena adanya mosi tidak
percaya, baik dari parlemen maupun partai politik. Apa yang dimaksud dengan mosi tidak percaya?
4. Jelaskan hubungan antara Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) dan Ir. Djuanda.
5. Tuliskan dua tujuan dari sistem ekonomi Gunting Syafruddin.
6. Apa persamaan dari sistem ekonomi Gerakan Benteng dan Ali-Baba?
7. Apa dampak yang terjadi setelah penolakan Belanda untuk menandatangani pembatalan perjanjian
Finec hasil KMB?
8. Apa yang dimaksud dengan Deklarasi Djuanda?
9. tuliskan tiga faktor yang menyebabkan jatuhnya perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi
Liberal.
10. Langkah Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dianggap tepat untuk
menyelamatkan situasi politik saat itu yang sedang tidak menentu. Badan Konstituante hasil Pemilu
1955 yang bertugas menyusun UUD ternyata tidak berhasil merumuskannya dalam waktu yang
cukup lama. Dengan dikeluarkannya dekrit tersebut, maka Indonesia pun memasuki masa Demokrasi
Terpimpin. Perubahan kebijakan pemerintah pada masa Demokrasi Terpimpin banyak menimbulkan
kontroversi, terutama jika dikaitkan dengan ideologi Pancasila. Menurut Anda, apakah langkah
Presiden Sukarno mengeluarkan dekrit sudah tepat jika kemudian pada masa Demokrasi Terpimpin
ternyata banyak kebijakan yang bertentangan dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia?

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 39
UJI KOMPETENSI

Tugas 1
1. Tuliskan tiga alasan mengapa sesudah Perang Dunia II banyak negara-negara di dunia menerapkan
demokrasi dalam kehidupan politiknya.
2. Jelaskan alasan dibentuknya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia!

Tugas 2
Buat rangkuman tentang salah satu partai pada masa Demokrasi Liberal 1950-1959 sebanyak satu
halaman. Setelah dinilai oleh guru kalian, jilid atau tempel rangkuman tersebut di mading kelas.

UJI KETERAMPILAN

Praktik Individu
1. Buatlah kliping tentang masa Demokrasi Liberal di Indonesia. Untuk dapat membantu Anda dalam
mengerjakan kliping tersebut, Anda dapat memperoieh informasi buku sejarah, surat kabar, majalah,
internet, atau sumber lainnya.
2. Susunlah suatu kesimpulan mengenai kehidupan politik dan ekonomi Demokrasi Liberal.
3. Buatlah laporan tertulis dari hasil analisis dan kesimpulan Anda mengenai masa Liberal di Indonesia
di kertas ukuran A4 sepanjang 2-3 lembar, ukuran huruf (font) 12 dan spasi 1,5.

Praktik Kelompok
Demokrasi Liberal merupakan salah satu periode penting dalam perkembangan sejarah bangsa Indonesia.
Pada masa ini, bangsa Indonesia belajar membangun kehidupan politik dan ekonomi setelah mengalami
perjalanan panjang masa perang kemerdekaan.Berbagai masalah yang muncul menyebabkan pemerintah
belum maksimal dalam rnenjalankan sistem demokrasi tersebut
Berdasarkan intormasi tersebut, kerjakan praktik kelompok berikut
1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 3-4 orang siswa.
2. kelompok memilih satu periode kabinet yang terbentuk pada masa demokrasi Liberal
3. Setiap kelompok menganalisis kebijakan politik dan ekonomi, serta keberhasilan dan kegagalan dari
setiap kabinet tersebut.
4. Susunlah sebuah kesimpulan dari hasil analisis kelompok Anda.
5. Presentasikan hasil kesimpulan kelompok Anda di depan kelas.

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 40
IQRA

Rasulullah tentang Musyawarah dalam Memilih Pemimpin

Nabi Muhammad merupakan seorang pemimpin yang mengedepankan musyawarah


dalam setiap pengambilan keputusan. Meskipun Rasulullah sendiri sadar bahwa dirinya memiliki
otoritas penuh dan para sahabatnya pun tentu sudah pasti mengikutinya. Walau begitu, prinsip
musyawarah tetap dipegangnya. Karena hal itulah yang telah diajarkan dalam Al-Qur‟an.
Dalam aspek pergantian kekuasaan, sejarah mencatat bahwa sebelum wafat, Rasulullah
SAW tidak menunjuk siapa yang akan menggantikannya dalam kedudukan sebagai kepala
negara. Namun, Rasulullah meninggalkan wasiat agar kaum mukmin untuk tetap berpegang pada
ajaran Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi secara substansial. Di mana di dalam dua sumber utama umat
Islam tersebut tradisi musyawarah (syura) diakui dan mendapat keutamaan tersendiri.
Dari petunjuk tersebut, sistem pemilihan dan pergantian khalifah didasarkan pada
musyawarah atau kesepakatan umat, bukan semata-mata pertimbangan penunjukkan atau garis
keturunan keluarga tertentu. Namun, pengelolaan negara dalam perspektif pergantian kekuasaan
mengelami perkembangan sistem pemerintahan. Sehingga ada yang berbentuk dinasti, kerajaan
(mamlakah), republik (syura), dan lain-lain.
Pasca Nabi Muhammad wafat, prinsip musyawarah dalam pemilihan kepala negara telah
berjalan dengan baik. Hal ini karena kaum Muslimin sudah terbiasa menerapkan prinsip
ukhuwah Islamiyah, berupaya mengedepankan kesepakatan bersama (musawah) dan
menerapkan hasil musyawarah dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang telah berjalan
sejak era kenabian.
Sebab itu di era khulafaur rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali) mekanisme
musyawarah beragam dan mengalami perkembangan sesuai tantangan yang ada saat itu.
Perdebatan yang terjadi di dalamnya merupakan hal yang biasa. Namun pada akhirnya para
musyawirin dapat mengatasi setiap perbedaan secara baik dan bijak.
Khamami Zada (2018) mengutip Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa Al-Nihayat
mengungkapkan bahwa terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah melalui pemilihan dan di
dalamnya terdapat proses-proses yang terbuka. Proses tersebut dimulai dengan perdebatan sengit
antara kaum Anshar dan Muhajirin. Namun akhirnya secara aklamasi terpilihlah Abu Bakar. Hal
ini merupakan praktik musyawarah mufakat. Abu Bakar saat itu mendapat gelar Khalifatur Rasul
(pengganti Rasulullah).
Dalam sistem pemerintahan modern, seperti contoh Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), musyawarah yang disepakati dalam memilih pemimpin ialah melalui mekanisme
pemilihan umum (pemilu) secara langsung. Sebelumnya, Indonesia mengangkat pemimpin atau
presiden melalui proses di Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Muhammad Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai
Persoalan Umat (2000) menjelaskan, kata musyawarah terambil dari akar kata sy-, w-, r-, yang
pada mulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian
berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang
lain (termasuk pendapat).
Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Kata musyawarah
pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya. Madu

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 41
bukan saja manis, melainkan juga obat untuk banyak penyakit, sekaligus sumber kesehatan dan
kekuatan. Itu sebabnya madu dicari di mana pun dan oleh siapa pun.
Madu dihasilkan oleh lebah. Jika demikian, yang bermusyawarah mesti bagaikan lebah:
makhluk yang sangat berdisiplin, kerja samanya mengagumkan, makanannya sari kembang, dan
hasilnya madu. Di mana pun hinggap, lebah tak pernah merusak. Ia takkan mengganggu kecuali
diganggu. Bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat. Seperti itulah makna permusyawarahan,
dan demikian pula sifat yang melakukannya. Tak heran jika Nabi Muhammad SAW
menyamakan seorang mukmin dengan lebah.
Tentang prinsip musyawarah, Al-Qur‟an mengajarkan, “Maka disebabkan rahmat dari
Allahlah, engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap kasar
dan berhati keras, niscaya mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu,
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan (tertentu). Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS
Ali „Imran [3]: 156)
Menurut Quraish Shihab (200), ayat ini dari segi redaksional ditujukan kepada Nabi
Muhammad agar memusyawarahkan persoalan-persoalan tertentu dengan sahabat atau anggota
masyarakatnya. Tetapi ayat ini juga merupakan petunjuk kepada setiap Muslim, khususnya
kepada setiap pemimpin, agar bermusyawarah dengan anggota-anggotanya.
Dari ayat Surat Ali „Imran di atas bisa digarisbawahi tentang lemah lembut, bersikap
kasar dan berhati keras serta saling memaafkan. Hal itu merupakan poin-poin penting dalam
bermusyawarah, termasuk dalam memilih pemimpin dalam proses pemilihan umum seperti di
Indonesia. Hendaknya sikap lemah lembut, tidak kasar dan tidak keras hati serta saling
memaafkan menjadi fondasi kokoh dalam mempererat tali persaudaraan warga sebangsa dan
setanah air.
Setiap pemilihan pemimpin memang kerap terjadi polarisasi konflik di tengah
masyarakat yang cukup memeras urat. Apalagi saat ini ruang perdebatan disajikan secara luas di
media sosial. Gambaran kasar dan keras hati dapat ditemukan dengan mudah lewat percakapan
di media sosial terkait pemilihan pemimpian.
Sebab itu, dalam ruang yang cukup luas dan bebas di media sosial, masyarakat wajib
memegang prinsip-prinsip musyawarah yang diajarkan Al-Qur‟an sehingga pengetahuan dan
wawasannya juga luas. Tidak mudah terpengaruh dan termakan informasi-informasi bohong
yang berpotensi memecah belah umat. Adapun pemimpin yang terpilih, dialah pemimpin seluruh
warga negara, bukan lagi pemimpin dari golongan tertentu.

Sumber: nu.or.id

Bab 2 Sistem dan Struktur Politik dan Ekonomi Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) 42

Anda mungkin juga menyukai