Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DEMOKRASI MODERN DAN SISTEM REFERENDUM

DISUSUN OLEH: LAYLA SOFYA HANDAYANI

NIM:D1A022459

FALKUTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2022
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………

BAB 1…………………………………………………………………………………....

1.pendahuluan…………………………………………………………………………

A. latar belakang………………………………………………………………………

B.rumusan masalah…………………………………………………………………..

C.tujuan………………………………………………………………………………...

D. metode penulis……………………………………………………………………..
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada saat sekarang ini, kebanyakan negara di dunia menggunakan sistem demokrasi
untuk pemerintahannya. Tentu hal ini menjadi pertanyaan: Apa itu demokrasi? Dan
bagaimana system demokrasi yang deterapkan di Indonesia.

Demokrasi merupakan alternative terbaik bagi para penganut paham Negara


modern karena bentuk Negara modern adalah Negara hukum. Dalam setiap Negara
Hukum, dianut dan dipraktekkan adanya prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat yang
menjamin peranserta masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan kenegaraan.
Dengan adanya peranserta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tersebut,
setiap peraturan perundang-undangan yang ditetapkan dan ditegakkan dapat diharapkan
benar-benar mencerminkan perasaan keadilan yang hidup di tengah masyarakat.

Hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak boleh ditetapkan


dan diterapkan secara sepihak oleh dan atau hanya untuk kepentingan penguasa yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Karena hukum memang tidak
dimaksudkan untuk hanya menjamin kepentingan segelintir orang yang berkuasa,
melainkan menjamin kepentingan akan rasa adil bagi semua orang tanpa kecuali. Artinya,
negara hukum yang dikembangkan bukanlah ‘absolute rechtsstaat’, melainkan
‘democratische rechtsstaat’ atau negara hukum yang demokratis. Dengan perkataan lain,
dalam setiap Negara Hukum yang bersifat nomokratis harus dijamin adanya demokrasi,
sebagaimana di dalam setiap Negara Demokrasi harus dijamin penyelenggaraannya
berdasar atas hukum.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana yang dimaksud dengan sistem demokrasi?
2. Apa yang dimaksud dengan demokrasi sistem referendum ?
3. Kelemahan dan kelebihan apa saja yang dimiliki oleh sistem referendum
4. ? Selain di Negara Swiss apakah referendum jugs dilakukan di Indonesia

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem demokrasi
2. Mengetahui sistem referendum lebih dalam
3. Mengetahui kelemahan dan kelebihan apa saja yang ada pada sistem referendum
4. Mengetahui lebih jauh mengenai referendum yang dilakukan Indonesia

D. METODE PENELITIAN
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka yaitu,
dengan mengkaji berbagai sumber tertulis diantaranya; buku, dan sumber-sumber dari
internet.
BAB II

PEMBAHASAN DAN ISI

A. SISTEM DEMOKRASI

1. Definisi sistem demokrasi

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah
suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk
menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika
seringkali bisa dibuat.

Secara etimologi Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang
berartirakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini
disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam


suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan
negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif)
yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan
beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran
terhadap hak-hak asasi manusia.

Maka dari itu banyak kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain,
misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran
untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak
akan membawa kebaikan untuk rakyat. Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus
akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan
akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional
(bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.

Berikut ini adalah pendapat-pendapat mengenai demokrasi:

1) Menurut Internasional Commision of Jurits, demokrasi adalah suatu bentuk


pemerintahan oleh rakyar dimana kekuasaan tertinggi ditangan rakyat dan di
jalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih dibawah
sistem pemilihan yang bebas. Jadi, yang di utamakan dalam pemerintahan
demokrasi adalah rakyat.
2) Menurut Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat (government of the people, by the people, and for the people).
3) Menurut C.F Strong demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana
mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem
perwakilan yang menjamin bahwa pemerintahan akhirnya
mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.
4) Kranemburg menjelaskan demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos.
Demos (rakyat) dan kratos (pemerintahan). Jadi, demokrasi berarti cara
memerintah dari rakyat.
5) Charles Costello mengemukakan bahwa demokrasi adalah sistem social dan
politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan emerintah yang dibatasi
hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga negara.
6) Koentjoro Poerbopranoto menjelaskan bahwa demokrasi adalah negara yang
pemerintahannya dipegang oleh rakyat. Hal ini berarti suatu sistem dimana rakyat
diikut sertakan dalam pemerintahan negara.
7) Harris Soche berpendapat bahwa demokrasi adalah pemerintahan rakyat karena
itu kekuasaan melekat pada rakyat.
2. Bentuk – bentuk Demokrasi
Menurut Torres demokrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu pertama, formal
democracy dan kedua, substantive democracy, yaitu menunjuk bagaimana proses
demokrasi itu dilakukan (Winataputra, 2006). Formal democracy menunjuk pada
demokrasi dalam bentuk sistem pemerintahan. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai
pelaksanaan demokrasi di berbagai negara. Dalam suatu negara misalnya dapat
diterapkan demokrasi dengan menerapkan sistem presidensial atau sistem parlementer.
Sistem presidensial : sistem ini menekankan pada pemilihan presiden secara
langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara langsung dari
rakyat.Sistem parlementer : sistem ini menerapkan model hubungan yang menyatu
antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Selain bentuk demokrasi sebagaimana
dipahami diatas terdapat beberapa sistem demokrasi yang berdasarkan pada prinsip
filosofi negara.
1) Demokrasi liberal
Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa manusia
adalah sebagai makhuk individu yang bebas. Oleh karena itu dalam sistem demokrasi
ini kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam melaksanakan demokrasi.
2) Demokrasi satu partai dan komunisme
Demokrasi satu partai ini lazimnya dilaksanakan dinegara-negara komunis seperti,
rusia, cina, vietnam dan lainnya. Kebebasan formal berdasarkan demokrasi liberal
akan menhasilkan kesenjangan kelas yang semakin lebar dalam masyarakat dan
akhirnya kapitalislah yang menguasai negara.

Berdasarkan teori serta praktek demokrasi sebagaimana dijelaskan diatas, maka


pengertian demokrasi secara filosofis menjadi semakin luas, artinya masing-masing
paham mendasarkan pengertian bahwa kekuasaan di tangan rakyat. Dilihat dari titik
berat yang menjadi perhatian, demokrasi dapat dibedakan sebagai :
1) Demokrasi formal
Demokrasi formal ialah demokrasi yang mengagungkan persamaan pada bidang
politik, tanpa mengurangi kesenjangan di bidang ekonomi. Pada demokrasi jenis itu,
secara formal orang dianggap mempunyai derajat dan hak yang sama, misalnya
setiap orang mempunyai hak untuk memilih, untuk mengeluarkan pendapat, untuk
menjadi wakil rakyat dan sebagainya. Karena dalam bidang ekonomi digunakan juga
asas persaingan bebas, maka terjadilah jurang pemisah anatar si kaya dan si miskin.
2) Demokrasi Material
Demokrasi material, ialah demokrasi yang mennitik beratnya diarahkan pada usaha-
usaha menghilangkan jurang pemisah pada bidang ekonomi. Pada demokrasi ini
persamaan bidang politik kurang diperhatikan. Bahkan sering kali dihilangkan. Untuk
menghilangkan jurang pemisah pada bidang ekonomi, partai politik yang
berkebetulan berkuasa sering mengatasnamakan negara menjadikan segala sesuatu
sebagai hak milik negara, sehingga tidak diakui adanya hak milik pribadi.
3) Demokrasi Gabungan
Demokrasi gabungan, ialah demokrasi yang mengambil kebiakan dan membuang
keburukan dari demokrasi formal dan demokrasi material. Persamaan derajat dan hak
setiap orang tetap diakui, tetapi sering dibatasi. Usaha-usaha pemerintah untuk
mensejahterakan rakyat diusahakan jangan sampai memperkosa apalagi
menghilangkan persamaan derajat dan hak asasi rakyat.
Bentuk-bentuk demokrasi ditinjau dari pemegang kekuasaan pemerintahan,
antara lain :

1. Demokrasi moderen sistem parlemen.


Pada demokrasi sistem parlemen kedudukan kepala negara (baik raja maupun
presiden) hanya sebgai lambang saja. Kekuasaan yang nyata dalam pemerintahan
tidak nampak. Kekuasaan legislatif dipegang oleh dewan perwakilan rakyat
bersama-sama pemerintah. Yang disebut pemerintah meliputi dewan menteri dan
kepala negara. Kepala negara biasanya selalu mengesahkan saja setiap rencana
undang-undang yang sudah disetujui oleh dewan perwakilan rakyat.
2. Demokrasi Sistem Pemisahan Kekuasaan
Pada negara demokrasi yang memakai sistem pemisahan kekuasaan ini, pepala
negara dengan nyata mempunyai kekuasaan yang besar sekali. Dia adalah sebagai
kepala badan eksekutif. Disini badan eksekutif itu terpisah dari badan legislatif,
demikian juga badan yudikatif itu berdiri sendiri.Contoh : Amerika Serikat. Di
amerika serikat, presiden sebagai kepala badan eksekutif dipilih langsung oleh
pemilih-pemilih yang khuus dipilih rakyat intuk itu. Dia mengangkat materi-materi
yang akan memimpin berbagai kementrian. Menteri-menteri itu tidak bertanggung
jawab kepada kongres, melainkan kepada presiden. Presiden dipilih untuk waktu 4
tahun.

3. Demokrasi Sistem Referendum


Pada negara demokrasi dengan sistem referendum ini tugas badan legislatif selalu
dibawah pengawasan seluruh rakyat atau referendum.
Ada 2 macam referendum, yaitu :
1. Referendum obligatur
2. Referendum fakultatif
Di dalam referendum obligatur ini, untuk dapat membuat undang-undang,
memerlukan persetujuan dari rakyat dengan suara terbanyak. Setelah badan
legislatif membuat rencana undang-undang, maka rencana itu harus ditawarkan
kepada rakyat, dengan jalan pemungutan suara rakyat (referendum). Stelah
ternyata sebagian besar suara rakyat menyetujui rencana undang-undang tersebut,
barulah rencana itu disahkan sebagai undang-undang.Sebaliknya dalam
referendum fakultatif, badan legislatif membuat undang-undang dulu. Kalau
dalam waktu tertentu tidak ada sejumlah warganegara yang menyatakan
ketidaksetujuannya, maka rencana undang-undang tersebut sudah tetap sebagai
undang-undang. Tetapi dalam waktu tertentu sejumlah warga negara menyatakan
ketidaksetujuannya, barulah badan legislatif memintakan persetujuan kepada
seluruh rakyat seperti pada era obligatur. Negara yang memakai sistem ini ialah
Swiss.

B. DEMOKRASI SISTEM REFERENDUM

1. Definisi dan Ciri – ciri Referendum

Referendum berasal dari kata refer yang berarti mengembalikan. Sistem


referendum berarti pelaksanaan pemerintahan di dasarkan pada pengawasan secara
langsung oleh rakyat, terutama terhadap kebijakan yang telah, sedang, atau yang akan
dilaksanakan oleh badan legislatif atau eksekutif.
Sistem pemerintahan referendum adalah bentuk sistem pemerintahan yang
merupakan variasi dari sistem pemerintahan parlementer dan presidensial. Sistem ini
diterapkan di negara Swiss. Tugas pembuat undang-undang berada di bawah pengawasan
rakyat yang mempunyai hak pilih. Salah satu untuk menghindari pemerintahan yang
absolut ialah sistem yang dipergunakan yang dilaksanakan di Swiss, yaitu disebut dengan
referendum. Sistem ini merupakan pemerintahan perwaakilan rakyat dengan sistem
pemisahan kekuasaan.
Di dalam sistem referendum ini, di Swiss band eksekutif disebut Bundesrat yang
bersifat suatu dewan, merupakan bagian daripada badan legislatif, yang disebut
Bundesversammlung. Bundesversammlung terdiri dari Nasionalrat dan Standerat.
Nasionalrat adalah badan perwakilan nasional. Sedangkan Standerat adalah merupakan
perwakilan daripada negara-negara bagian yang disebut kanton.
Bundesrat itu hanya semata-mataa menjadi badan pelaksanan saja daripada
segala kehendak atau keputusan Bundesversammlung. Diantara anggota-anggota
Bundesversammlung itu ditunjuk tuju orang, yang kemudian tuju orang ini merupakan
suatu badan yang bertugas melaksanakan secara administratif keputusan-keputusan dari
Bundesversammlung.Referendum dibagi menjadi dua bagian yaitu referendum obligator,
referendum fakultatif dan referendum konsultatif.
Referendum obligatoire (refendum yang wajib)
Referendum obligatoire adalah referendum yang menentukan berlakunya suatu
undang-undang atau suatu peraturan. Artinya, suatu undang-undang baru dapat berlaku
apabila mendapat persetujuan rakyat melalui referendum atau pemungutan suara
langsung oleh rakyat tanpa melalui badan perwakilan rakyat.
Referendum fakultatif (referendum yang tidak wajib)
Referendum fakultatif adalah refendum yang menentukan apakah suatu undang-
undang yang sedang berlaku dapat terus dipergunakan atau tidak, atau perlu ada tidaknya
perubahan-perubahan.
referendum konsultatif
Referendun konsultatif adalah referendum yang menyangkut soal-soal teknis.
Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang materi undang-undang yang dimintakan
persetujuannya.

Sistem referendum ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut yaitu :


1). tugas pembuat undang-undang (legislatif) berada di bawah pengawasan rakyat
yang mempunyai hak pilih
2). legislatif adalah representasi dari rakyat
3). eksekutif dipilih oleh legislatif untuk waktu 3 tahun lamanya dan dapat dipilih
kembali
4). kestabilan dari sistem ini dipengaruhi oleh adanya kesepahaman antara
eksekutif selaku pemegang kebijakan politik dengan rakyat

2. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Referendum


Sebaik – baiknya pemerintah membuat suatu sistem tentu saja ada kelemahan dan
kelebihan yang ada di dalamnya. Begitu juga dengan sistem referendum ini yang juga
memiliki kelemahan dan juga kelebihan. kelemahan yang ada di dalamnya memang tidak
diinginkan rakyat begitu juga dengan para pemerintah, karena pada dasarnya suatu sistem
atau program yang dibentuk oleh pemerintah hanya dibuat untuk kepentingan rakyat dan
juga kesejahteraan rakyat.
kelebihan yang dimiliki sistem referendum bagi perkembangan demokrasi sangat
baik karena referendum merupakan alat untuk merealisir (secara terbatas) demokrasi
langsung. System ini dimungkinkan untuk dilaksanakan dinegara-negara modern, karena
melalui system ini rakyat yang dimintai pendapatnya tidak perlu berkumpul disuatu
tempat secara bersamaan, tetapi cukup melalui tempat-tempat pemungutan suara untuk
menentukan pendapat mereka. Keuntungan lain dari sistem inisiatif atau referendum
tersebut memungkinkan rakyat untuk melakukan pengawasan terhadap lembaga legislatif
yang kinerjanya buruk dan lamban, dan sekaligus merupakan alat yang sangat berguna
untuk pendidikan para pemilih. (John H. Ferguson dan Dean E. McHenry, 1961:
232).Namun demikian, ada banyak ahli dan para elit politik yang sedang memegang
kekuasaan, baik sebagai eksekutif maupun legislatif, yang menentang dikembangkannya
lembaga inisatif rakyat dan referendum. Alasan mereka biasanya antara lain, baik inisiatif
maupun referendum merupakan alat yang meletakkan beban tambahan pada para pemilih
yang sudah mendapat beban yang berlebihan.
Beban demikian bisa berupa beban tenaga, karena bisa jadi sebentar-sebentar rakyat
harus meluangkan waktunya untuk memberikan suaranya dalam referendum. Beban juga
dapat berupa mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh negara kalau banyak tuntutan
yang mempunyai kekuatan yang sah, untuk dilakukannya referendum.Keberatan lain
yang biasanya dikemukakan adalah bahwa kedua lembaga tersebut dapat berakibat
mengubah pemerintahan perwakilan dengan menghancurkan pertanggungjawaban
lembaga legislatif. Dengan kata lain, dengan adanya inisiatif rakyat dan referendum,
pembuatan kebijakan publik dan penilaian atas kebijakan tersebut yang seharusnya
menjadi tanggungjawab legislatif, dialihkan menjadi tanggungjawab rakyat. Disamping
itu, ada juga yang beralasan, bahwa karena masyarakat bernegara modern telah
sedemikian kompleks, dengan cakupan keterlibatan negara yang sedemikian luas, akan
sulit bagi masyarakat biasa untuk ikut terlibat atau ikut memikirkan secara aktif berbagai
permasalahan kenegaraan.
Akibatnya, referendum bisa jadi akan mengakibatkan kerugian, karena tidak
tepatnya pilihan yang dilakukan oleh rakyat.Ada suatu pengalaman jajak pendapat di
Amerika Serikat yang mendukung kekhawatiran tersebut, dimana suatu jajak pendapat
yang pernah dilaksanakan, telah membuat orang-orang Amerika Serikat memberikan
pandangannya mengenai Metallic metals Act, yang sesungguhnya tidak pernah ada (Ball,
Alan R., 1985: 11). Pengalaman ini digunakan sebagai petunjuk bahwa sesungguhnya
mayoritas publik tidak memiliki perhatian pada masalah-masalah yang tidak langsung
menyangkut kepentingan mereka.Berbagai alasan tersebut sesungguhnya sekedar
merupakan alasan elit politik untuk menutup kesempatan rakyat untuk ikut ambil bagian
secara langsung didalam pembuatan kebijakan yang akan dikenakan kepada mereka.
Alasan akan menambah beban para pemilih, jelas merupakan alasan yang dicari-
cari, karena dari pengalaman, rakyat negara kota Ahena dengan senang hati berkumpul
dipusat kota hampir setiap sebulan sekali (sepuluh kali dalam satu tahun, sesuai dengan
pembagian sidang ekklesia dalam 10 prytanis) untuk membahas bukan saja kebijakan
publik, tetapi berbagai masalah kenegaraan, bahkan untuk menentukan apakah seseorang
harus dikenai Ostrakismos atau tidak (semacam hukuman pembuangan untuk selama
sepuluh tahun bagi mereka yang oleh rakyat dipandang membahayakan kehidupan
masyarakat).
Bahkan rakyat bersedia dengan senang hati untuk menduduki jabatan-jabatan
publik, yang dari sudut ekonomi pejabat sama sekali tidak menguntungkan, dan sama
sekali tidak memberi posisi terhormat, karena semua orang melalui sistem undian dapat
menduduki jabatan yang sama.Kalau rakyat sudah tidak bersedia untuk menyediakan
sedikit waktu untuk membahas masalah kenegaraan, menurut Rousseau (1712 1778),
negara demikian sedang menghadapi keruntuhannya. Menurut pendapatnya, meluasnya
kemalasan warganegara untuk ikut ambil bagian didalam urusan-urusan publik
merupakan awal keruntuhan negara yang bersangkutan:Sekali pengabdian publik berhenti
sebagai urusan utama dari warganegara dan mereka memilih mengabdi dengan kekayaan
mereka dari pada dengan pribadi mereka, maka negara telah mendekati keruntuhannya.
Jika tentara dibutuhkan untuk perang, warganegara membayar tentara (bayaran) dan tetap
tinggal dirumah; jika dewan harus diadakan, mereka menunjuk wakil dan tinggal
dirumah.
Dengan menjadi malas dan membelanjakan uang, mereka pada akhirnya
memperoleh tentara untuk memperbudak negeri dan wakil untuk menjualnya (Rousseau,
1974: 78).

kelemahan yang dimiliki oleh sistem referendum adalah Mengenai biaya referendum
yang kenyataannya memang besar, tentunya akan disadari oleh rakyat, karena biaya
tersebut dikeluarkan memang untuk kepentingan mereka sendiri juga, bukan untuk biaya
yang tidak jelas, atau untuk menyediakan berbagai fasilitas mewah bagi para pejabat.
Bahkan, dengan adanya hak referendum akan mengurangi biaya tour keluar negeri para
pembuat kebiiakan negara, yang selama ini alasannya adalah untuk mempelajari
perundang-undangan dinegara lain, karena penentuan diterima tidaknya suatu rancangan
undang-undang tergantung pada kehendak rakyat, yang tidak perlu belajat keluar negeri.

Bagaimanapun, dengan kedua hak tersebut, suara dan kehendak rakyat menjadi
lebih nyata didalam menentukan jalannya pemerintahan negara. Selain itu rakyat juga
tidak bisa menyelesaikan semua masalah kenegaraan, karena keterbatasan kemampuan
rakyat mengenai pemerintahan.Dan juga Tidak semua rakyat memiliki pengetahuan
tentang undang-undang yang baik dan benar serta pembuatan undang-undang sehingga
prosesnya akan berjalan lambat.

3. Demokrasi Sistem Referendum yang pernah dilakukan di Indonesia

Selain di Negara Swiss referendum juga pernah di lakukan di Indonesia yaitu


pada provinsi Indonesia yang ke – 27 yaitu timor leste pada tahun 1999. Timor Timur
pada mulanya merupakan wilayah jajahan Portugal. Ketika Indonesia merdeka dari
kolonialisme Belanda pada tahun 1945, Timur Timur masih berada di bawah jajahan
Portugal hingga tahun 1976. Jalan integrasi Timor Timur dengan Indonesia di awali
ketika di tahun 1974 terjadi Revolusi Bunga di Portugal sehingga menyebabkan Portugal
mengeluarkan kebijakan dekolonisasi dan mulai meninggalkan wilayah jajahannya
termasuk Timor Timur.
Padahal di saat yang bersamaan Timur Timur sedang dilanda perang saudara
sehingga Lemos Pires yang merupakan Gubernur terakhir Portugal di Timur Timur
meminta bantuan dari pemerintah pusat Portugal guna mengatasi perang saudara tersebut.
Namun karena situasi Portugal sendiri yang sedang mengalami revolusi maka permintaan
Lemos Pires tersebut tidak pernah mendapatkan jawaban sehingga ia kemudian
memerintahkan tentara Portugal yang masih bertahan di Timor Timur untuk melakukan
evakuasi ke Pulau Kambing (Pulau Atauro).
Selepas kepergian Portugal, partai-partai mulai berdiri di Timor Timur. Ada tiga
partai yang merupakan partai terbesar di Timor Timur, yakni UDT (Uniao Democratica
Timorense), APODETI (Associacao Popular Democratica Timorense), dan FRETILIN
(Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente). Ketiga partai tersebut memiliki
visi yang berbeda bagi Timor Timur kedepannya. UDT menginginkan bila Timur Timur
tetap berada di bawah kekuasaan Portugal. APODETI menginginkan Timor Timur
berintegrasi dengan Indonesia. Sementara FRETILIN yang beraliran komunis
menginginkan Timor Timur menjadi negara yang meredeka.
Perbedaan ini kemudian menyebabkan kerusuhan menyebar di sepenjuru Timor
Timur. Keadaan diperparah dengan adanya vacum of power di Timor Timur antara bulan
Spetember, Oktober, dan November. Laporan resmi yang dirilis oleh PBB menyebutkan
bila selama masa tersebut FRETELIN melakukan pembantaian terhadap 60.000
penduduk sipil. Sebagian besar dari penduduk yang dibantai adalah wanita dan anak-anak
yang suami mereka merupakan pendukung faksi integrasi Timor Timur dengan
Indonesia. Lalu pada tanggal 28 November 1975, FRETELIN menurunkan bendera
Portugal dan mendeklarasikan Timor Timur sebagai Republik Demokratik Timur Leste.
Atas kejadian pembantaian serta deklarasi kemerdekaan Timor Timur yang
dilakukan oleh FRETELIN, kemudian pada tanggal 30 November 1975 kelompok
pendukung integrasi mengadakan proklamasi di Balibo yang menyatakan bahwa Timor
Timur menjadi bagian dari NKRI dimana naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh
ketua APODETI, Arnaldo dos Reis Araujo , dan ketua UDT yaitu Francisco Xavier
Lopes da Cruz. Mereka juga meminta dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor
Timur dari kekuasaan FRETILIN.
Pada tanggal 7 Desember 1975 dengan sandi Operasi Seroja, pasukan Indonesia
tiba di Timor Timur. FRETILIN lalu memaksa ribuan rakyat untuk mengungsi ke daerah
pegunungan. Mereka dijadikan sebagai human shields guna melawan tentara Indonesia.
Berdasarkan pada UU No. 7 tahun 1976 dan Peraturan Pemerintah No 19 tahun
1976, Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia. Hanya ada beberapa negara
yang mengakui integrasi Timor Timur dengan Indonesia diantaranya negara-negara
ASEAN serta Argentina. Sementara PBB beserta negara-negara barat menolak untuk
mengakui integrasi tersebut.
Selama kurun waktu 1975 – 1999 dilaporkan bila korban tewas lebih dari 200.000
jiwa. Seperti yang telah disebutikan diatas bila PBB secara resmi melaporkan 60.000
orang tewas dibunuh oleh FRETELIN. Sisanya tidak diketahui secara pasti penyebab
kematiannya. Tetapi CAVR (Comissão de Acolhimento, Verdade e Reconciliação de
Timor Leste atau Commission for Reception, Truth and Reconciliation in East Timor)
melaporkan bila 183.000 orang telah tewas di tangan tentara Indonesia karena keracunan
bahan kimia. Sayangnya dalam laporan ini tidak secara rinci disebutkan bagaimana
proses pembunuhan menggunakan bahan kimia itu berlangsung. Sehingga kebenaran dari
laporan ini dapat dipertanyakan mengingat bila Portugal juga memiliki kepentingan
terhadap Timor Timur sebagai bekas wilayah jajahannya.
Amerika Serikat dan Australia pun menuduh Indonesia telah melakukan pelanggaran
HAM berat selama masa pendudukan di Timor Timur. Kondisi Indonesia yang menerima
tuduhan seperti itu diperparah

Dengan terjadinya krisis moneter yang menimpa negara-negara Asia Tenggara


pada tahun 1997 termasuk Indonesia. Ketidakstabilan ekonomi di Indonesia juga
berdampak pada stabilitas politik Indonesia. Indonesia yang mengalami krisis keuangan
lalu mengajukan permintaan bantuan keuangan pada IMF. Bantuan sebesar USD43
milyar bersedia diberikan oleh IMF tetapi dengan memenuhi beberapa syarat. Selain
meminta Indonesia untuk meliberalisasikan pasarnya, IMF juga meminta Indonesia untuk
melepaskan Timor Timur. Tentunya sebagai organisasi yang merupakan kepanjangan
tangan dunia barat, syarat yang diberikan oleh IMF ini tidak terlepas dari kepentingan
barat terhadap Timor Timur.
Indonesia pada akhirnya bersedia untuk melakukan referendum bagi Timor
Timur. Referendum dilakukan pada tanggal 30 Agustus 1999 saat Indonesia dipimpin
oleh B.J. Habibie. Dalam referendum yang dilaksanakan oleh PBB ini, Timor Timur
diberikan dua opsi. Opsi pertama yakni Timor Timur tetap menjadi bagian dari Indonesia
dan diberikan otonomi yang luas. Sedangkan opsi kedua adalah Timor Timur melepaskan
diri dari Indonesia.
Referendum diikuti oleh 98,6% penduduk yang terdaftar atau sekitar 450.000
penduduk Timor Timur. Hasil referendum diumumkan pada tanggal 4 September 1999
oleh Koffi Anan dengan hasil 344.508 (78,5%) suara untuk kemerdekaan dan 94.388
(21,5%) untuk integrasi. Hingga tahun 2002 Timor Timur berada di bawah PBB dan baru
tanggal 20 Mei 2002, Timor Timur resmi diakui kemerdekaannya secara internasional
sebagai Republik Demokratik Timor Leste.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Setiap sistem yang dilakukan oleh pemerintah merupakan hasil dari musyawarah bersama
dengan tujuan agar masyarakat menjadi lebih baik dan juga sejahtera. Pada sistem
referendum ini dimana rakyat diikutsertakan dalam urusan pemerintahan dan rakyat juga
diutamakan di dalamnya, tetapi pada sistem ini terdapat kelemahan yaitu referendum
memerlukan biaya yang besar selain itu perbedaan pengetahuan antara rakyat dengan
para pemerintah akan menyulitkan jalannya pemerintahan dan juga dalam pembuatan
undang-undang.
B. SARAN
Sebagai warganegara yang baik, diharapkan agar para pembaca ikut serta dalam
memajukan Negara. Karena pada dasarnya hubungan baik yang terjalin antara
pemerintah dengan rakyat akan membuat suatu Negara menjadi maju dan juga sejahtera
dimana hal itulah yang selalu didambakan di setiap Negara.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim. 2004. Kewarganegaraan untuk SMA Kelas II Jilid 2. Bandung:


Grafindo Media Pratama.

Aminah, Siti, & Wijianti. 2005. Kewarganegaraan: Citizenship. Jakarta: Piranti Darma
Kalokatama.

Dahlan, Saronji. 2004. Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas VIII Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

https://www.scribd.com/doc/226007512/Perbandingan-Referendum-Timor-Leste-Tahun-
1999-Dengan-Referendum-Crimea-Tahun-2014#download

https://www.academia.edu/8208869/MAKALAH_SISTEM_PEMERINTAHAN

http://marisamunte.blogspot.co.id/2014/04/makalah-pkn-tentang-sistem-
pemerintahan.html

http://khairunnasri2.blogspot.co.id/2014/11/demokrasi-dan-demokrasi-di-indonesia.html

http://click-gtg.blogspot.co.id/2009/04/sistem-pemerintahan.html

http://benyyoyoi.blogspot.co.id/2013/03/konsep-demokrasi-bentuk-demokrasi-
dalam_9810.html

Anda mungkin juga menyukai