Anda di halaman 1dari 30

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN NEVER TOO LAVISH

MELALUI AKUN INSTAGRAM @NEVERTOOLAVISH DALAM


MENINGKATKAN MINAT BELI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan oleh :
Nama : Dyla Rizqi Mulyasari
NIM : 16110200528
Konsentrasi : Marketing Communication

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu


Komunikasi

JAKARTA
2019
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi

The London School of Public Relations – Jakarta

Tanda Persetujuan Proposal Skripsi

Judul Skripsi : STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN NEVER TOO


LAVISH MELALUI AKUN INSTAGRAM
@NEVERTOOLAVISH DALAM MENINGKATKAN MINAT
BELI

Nama : Dyla Rizqi Mulyasari

NIM : 1611.020.0528

Konsentrasi : Marketing Communication

Tanggal : 9 November 2020

Menyetujui, Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Past Novel Larasaty, MA.)


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Halaman

TANDA PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI II

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Rumusan Masalah 6

1.3. Tujuan Penelitian 6

1.4. Manfaat Penelitian 7

1.4.1. Manfaat Akademis 7

1.4.2. Manfaat Praktis 8

1.5. Sistematika Penulisan 9

BAB II KERANGKA TEORETIS

2.1. Penelitian Sebelumnya 10

2.2. Strategi Pemasaran 13

2.3. Bagan Kerangka Konsep 29


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian 30

3.2. Unit Analisis 31

3.3. Fokus Penelitian 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data 33

3.5. Teknik Analisis Data 35

3.6. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan 38

3.7. Waktu dan Tempat Penelitian 40

3.8. Keterbatasan Penelitian 42


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya 9

Tabel 3.1 Fokus Penelitian 23

Tabel 3 48
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Bagan Kerangka Konsep 29


DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 latar belakang masalah

Menurut salah satu ahli marketing komunikasi Philip Kotler dan Kevin Lane Keller

(2016) Media sosial adalah media yang digunakan oleh konsumen untuk berbagi teks,

gambar, suara, dan video informasi baik dengan orang lain maupun perusahaan dan

vice versa.

Berbagai macam media sosial yang digunakan oleh masyarakat Indonesia

seperti contohnya Youtube, Facebook, Twitter, WhatsApp dan lain-lain di bawah ini

adalah data 10 media sosial yang sering digunakan di tahun 2020

Sumber: We Are Social (2020)

Media sosial dapat digunakan untuk sarana pemasaran seperti data yang ada

diatas menunjukan beberapa media sosial yang tersering digunakan oleh masyarakat

Indonesia. Di setiap media sosial umur menjadi salah satu alasan seseorang

menggunakan media sosial tersebut seperti contohnya di YouTube lebih dominan oleh
para generasi milenial selain itu Instagram juga menjadi salah satu media sosial yang

sering digunakan oleh para generasi milenial namun tidak hanya generasi milenial yang

menggunakan media social, Facebook menjadi pilihan untuk para generasi X untuk

menggunakan media sosial. Berikut adalah data statistik pengguna media sosial di

Indonesia berdasarkan umur pada tahun 2016 (We Are Social, 2020).

Seperti pada data di atas yang menunjukan dimana para generasi milenial lebih

banyak mengakses media sosial Youtube dan Instagram maka dari itu para pebisnis

lebih mudah untuk menargetkan audience atau target market mereka. Dengan begitu

Never Too Lavish menggunakan media sosial Instagram dan Youtube untuk

memperkenalkan brand mereka kepada masyarakat khususnya kepada generasi

milenial.

Never Too Lavish awalnya adalah perkumpulan orang-orang yang mempunyai

bakat seni menggambar, seni gambar yang di maksud yaitu menggambar gravity atau

mural pada produk sepatu, jaket, tas dan juga modifikasi sol pada produk sepatu

(Ramadhani, 2020). Perkembangan Never Too Lavish dalam bidang pemasaran mulai

dikenal pada tahun 2016, sebelum tahun 2016 Never Too Lavish sudah berdiri namun
belum diketahui oleh banyak orang sampai akhirnya salah satu seniman bernama

Bernhard Suryaningrat atau biasa dikenal dengan nama abenk melakukan kerja sama

dengan Muhammad Haudy untuk mengembangkan bisnis Never Too Lavish dan fokus

pada bidang painting (Ramadhani, 2020).

Never too lavish mulai dikenal oleh masyarakat pada saat jasanya digunakan oleh

presiden Jokowi pada tahun 2016 dengan pesanan pertama pembuatan jaket denim

yang dilukis oleh Never Too Lavish dengan konsep yang menggambarkan budaya di

Indonesia dan peta pulau indonesia di jaketnya selain itu yang menarik adalah presiden

Jokowi menggunakan jasa mereka untuk kedua kalinya untuk pembuatan jaket ASIAN

games yang diselenggarakan di Indonesia pada tahun 2019 dan banyak artis yang

menggunakan jasa mereka untuk melukis di produk yang bisa terbilang mahal seperti

contohnya di produk sepatu, tas, maupun jaket branded Luis Vuitton, Off White, Gucci

dan lain-lain. Seperti yang dikatakan oleh Bernhard seniman Never Too Lavish di salah

satu acara wawancara yang diunggah di media sosial youtube Bernhard mengatakan

“dalam jangka waktu hampir 1 tahun Never Too Lavish sudah bisa membuat produksi

30 sampai 50 produk setiap bulannya” (Kompas, 2020). dan harga yang mereka

tawarkan mulai dari 5 juta sampai 15 juta untuk setiap jasa gambarnya tergantung dari

kesulitan gambar mural yang diinginkan oleh konsumen, dikarenakan harga tersebut

tidak murah sehingga Never Too Lavish menargetkan masyarakat dengan sosial

ekonomi A sampai A+.

Dalam pengembangan Never Too Lavish tidak luput dari kompetitor industri

rumahan contohnya dari akun instagram @Lepard.id, @sneakers_tattoo,

@sepatuunicorn, @pattern.x dan @cracken___ sama hal nya dengan Never Too
Lavish akun instagram tersebut menjual jasa repaint yang sangat menarik dan juga

mereka menerima jasa menggambar di produk yang tidak murah

namun berbeda dengan Never Too Lavish target market dari akun tersebut masih bisa

mencangkup ekonomi B. Alasan penulis tertarik untuk meneliti strategi pemasaran

Never Too Lavish karena jasa ini di Indonesia masih terbilang jarang selain itu Never

Too Lavish bisa dipercaya jasanya oleh Presiden Jokowi dan artis-artis Indonesia yang

dimana mereka mempercayai Never Too Lavish untuk menggambarkan gambaran

yang mereka inginkan di barang yang bisa dikatakan mahal, contohnya seperti pesanan

dari salah satu artis Indonesia Ola Ramlan yang mempercayai Never Too Lavish untuk

menggambar di tas Hermes nya dimana brand tersebut harganya sangat mahal
Cara menarik perhatian konsumen di Indonesia Never Too Lavish menggunakan

strategi komunikasi pemasaran, strategi tersebut adalah upaya untuk memperkenalkan

jasa yang dimiliki perusahaan ke konsumen secara lebih efektif. Untuk

memperkenalkan jasa yang mereka tawarkan mereka menggunakan media sosial dan

media sosial yang mereka gunakan adalah Instagram. Di instagram Never Too Lavish

mengadakan giveaway untuk para followers nya dan followers Never Too Lavish sudah

170.000 followers selain itu Never Too Lavish juga menggunakan strategi pemasaran

dimana Never Too Lavish menggalang dana dari sepatu yang sudah di gambar oleh

Never Too Lavish dan dana yang mereka dapatkan di salurkan ke orang yang

membutuhkan atau seperti yang terkena bencana contohnya pada saat bencana

gempa di kota Palu, selain itu Never Too Lavish sering mengadakan workshop di

berbagai kota untuk memperkenalkan jasa nya dan mempererat hubungan antara

Never Too Lavish dan konsumennya.


1.2 rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah penelitian

ini adalah : bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh

perusahaan jasa painting Never Too Lavish melalui media sosial instagram untuk

meningkatkan minat beli ?

1.3 tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk :

a. Mengidentifikasi dan menganalisis strategi komunikasi pemasaran yang

dilakukan oleh perusahaan jasa painting Never Too Lavish

b. Mengidentifikasi hambatan dan solusi dalam hambatan selama pelaksanaan

komunikasi pemasaran perusahaan jasa painting Never Too Lavish

1.4 manfaat penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat akademis dan manfaat praktis

a. Manfaat akademis : penelitian ini dapat menjadi pelengkap ruang civitas

akademis untuk topik Komunikasi Pemasaran perusahaan jasa painting

b. Manfaat praktis : penelitian ini dapat menjadi acuan untuk pembuat perusahaan

yang akan memulai di bidang jasa painting


1.5 Sistematika Penulisan

Bab 1 Pendahuluan, menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan,

permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penelitian,

Bab 2 Kerangka Teoritis, menjelaskan mengenai penelitian terdahulu, kerangka

konsep, dan bagan kerangka konsep

Bab 3 Metodologi Penelitian, menjelaskan mengenai Metode Penelitian, Populasi

dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Operasionalisasi

Variabel, Uji Instrumen, Waktu dan Tempat Penelitian, dan Keterbatasan Penelitian.
BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Penulis/ Judul Metodologi Hasil


Penelitian
1 PRASETYO AGUS Kuantitatif Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
NURRAHMANTO (2015) bagaimana pengaruh kemudahan penggunaan,
kenikmatan berbelanja, pengalaman berbelanja dan
Pengaruh Kemudahan kepercayaan konsumen terhadap minat beli
Penggunaan, Kenikmatan konsumen pada situs online trading
Berbelanja, Pengalaman Bukalapak.com.
Berbelanja Dan Kepercayaan
Konsumen Terhadap Minat Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel kemudahan
Beli Konsumen Di Situs Jual penggunaan, kenikmatan berbelanja dan
Beli Online Bukalapak.Com kepercayaan konsumen berpengaruh positif dan
signifikan terhadap niat beli, sedangkan variabel
pengalaman berbelanja berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap niat beli.
2 Sundari, E. (2017). Kuantitatif Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh langsung dan tidak langsung dari iklan,
Pengaruh Iklan Dan Celebrity celebrity endorsers, dan brand awareness sebagai
Endorser Terhadap Keputusan variabel intervening terhadap keputusan pembelian.
Pembelian Melalui Brand
Awarenesspada Konsumen Kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel
Kosmetik Mustika Ratu Di periklanan, celebrity endorser, dan brand
Semarang awareness sebagai intervening berpengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap keputusan
pembelian. Saran bagi perusahaan sebaiknya lebih
memanfaatkan daya tarik celebrity endorser agar
dapat lebih mempengaruhi konsumen.
3 Dwiki Hygi Dewantoro (2018) Terkait dengan pasar domestik alat musik, hasil
survei menunjukkan bahwa pembeli pemula yang
ANALISIS PENGARUH akan membeli alat musik dengan jenis musik yang
PERCEIVED VALUE diinginkan dan jenis alat musik yang diinginkan
TERHADAP PURCHASE lebih cenderung bertanya kepada karyawan toko
INTENTION MELALUI musik terkait rekomendasi tersebut. Dari alat
CELEBRITY ENDORSEMENT tersebut, jenis alat yang sesuai dengan jenis musik
(Studi Pada Pengguna Alat yang dimainkan atau ditanyakan langsung jenis alat
Musik Di Kota Semarang) musik yang dicari dengan menyebut merek dan
serinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Celebrity


Endorser berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Perceived Value, sedangkan Celebrity
Endorser dan Perceived Value berpengaruh positif
tetapi tidak signifikan terhadap Minat Beli.

2.2 Strategi Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan

memperkuat strategi pemasaran dan aplikasi komunikasi yang bertujuan untuk

membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Selain itu, kegiatan komunikasi

pemasaran adalah kegiatan yang ditujukan untuk memperkenalkan, menjalin, maupun

menciptakan interaksi antara perusahaan dengan mitra usaha maupun konsumen dan

merupakan suatu usaha untuk mengkomunikasikan produk perusahaan, maupun jasa

kepada pihak luar baik mitra usaha, supplier maupun konsumen (Kusniaji, 2016).

Seiring dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang berkembang

maka banyak brand yang memanfaatkan hal tersebut dan menggunakan strategi

komunikasi pemasaran melalui teknologi yang dapat mendukung berbagai kegiatan

bisnis secara global tujuannya adalah untuk dikenal masyarakat, meningkatkan volume

penjualan dan profit. Teknologi dimanfaatkan dengan baik oleh para pebisnis di

Indonesia contohnya seperti dalam bidang pemasaran dengan memanfaatkan teknologi

di bidang bisnis banyak dampak positif yang besar untuk jalannya bisnis yang di
bangun dan dengan adanya teknologi masyarakat maupun pelaku bisnis dimudahkan

dalam segala hal seperti contohnya masyarakat Indonesia sudah mulai beralih

kebiasaan dimana masyarakat bisa membeli suatu produk ataupun jasa melalui online

lalu hal itu bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Pemasaran yang digunakan oleh para pebisnis di era teknologi saat ini adalah

digital marketing, dengan adanya digital marketing sangat mudah para pebisnis untuk

melakukan pemasaran atau memperkenalkan brand dan produknya kepada

masyarakat. Beberapa contoh dari digital marketing adalah iklan di billboard, email

marketing, promosi media cetak, iklan televisi selain itu terdapat media sosial untuk

melakukan pemasaran.

2.2.1 Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu pilar dalam kegiatan bisnis, bahkan

pemasaran mampu menjadi ujung tombak dalam mendirikan bisnis. Sebelum kita

mempelajari lebih dalam tentang pemasaran mungkin kita harus mengetahui pengertian

pemasaran yang sederhana. Pemasaran sederhana adalah proses mengatur hubungan

pelanggan untuk mendapatkan penghasilan. Dua sasaran pemasaran adalah

konsumen baru yang menarik dengan nilai kekuatan yang menjanjikan dan terus

berkembangnya keberadaan konsumen sehingga membuat mereka puas. Begitu

banyak orang yang mengira bahwa pemasaran hanya menjual dan mempromosikan,

tetapi itu tidak membuat kita bertanya-tanya. Setiap hari kami dihancurkan oleh jeda

iklan di televisi, ditawarkan surat langsung, ditawarkan melalui telepon, dan ditawarkan

melalui internet. Pemasar memahami apa yang dibutuhkan pelanggan,

mengembangkan produk dan layanan dengan nilai yang tinggi bagi pelanggan.
Tentukan harga, pendistribusian, dan juga promosikan produk dan jasa secara efektif

agar produk dan jasa dengan mudah dapat menjual produknya di pasar.

2.2.2 Integrated Marketing Communication

Menurut Keller (2016), lingkungan komunikasi pemasaran telah berubah secara

dramatis dalam beberapa tahun terakhir, termasuk lingkungan media seperti itu. Oleh

karena itu, pakar pemasaran harus mempersiapkan strategi yang baik untuk

menghadapi persaingan. Strategi populer yang digunakan dalam rencana pemasaran

untuk menghadapi persaingan pasar adalah integrated marketing communication (IMC).

Keller (2016) menjelaskan bahwa komunikasi pemasaran terintegrasi sebagai mixing

and matching pilihan komunikasi yang berbeda untuk membangun kesadaran yang

diinginkan pada citra di benak konsumen. IMC atau integrated marketing

communication berisi fusi fungsi - fungsi komunikasi yang terpisah menjadi suatu cara

yang memungkinkan organisasi berbicara dengan “satu suara, satu wajah” .

Komunikasi pemasaran yang terintegrasi dapat direfleksikan sebagai konsep

lanjutan komunikasi pemasaran. Berbeda dengan orientasi komunikasi pemasaran

tradisional yang mengandalkan strategi kampanye media massa saja, IMC tidak hanya

mengambil strategi yang lebih personal yang berorientasi langsung kepada konsumen,

tetapi juga mengikuti tren perkembangan teknologi dan menggunakannya sebagai

bentuk pendekatan konsumen, seperti Internet dan media sosial. Kotler dan Keller

(2009) menjelaskan bahwa komunikasi pemasaran terintegrasi dapat menghasilkan

konsistensi pesan yang lebih kuat dan membantu membangun ekuitas merek dan

menciptakan dampak penjualan yang lebih besar. Komunikasi pemasaran terintegrasi

memaksa manajemen untuk memikirkan semua cara pelanggan berhubungan dengan


perusahaan, bagaimana perusahaan mengkomunikasikan posisinya, kepentingan relatif

dari setiap fasilitas, dan masalah ketepatan waktu.

Dalam kajian komunikasi pemasaran terintegrasi, kegiatan promosi yang efektif

dan efisien dapat dimasukkan sebagai bagian dari konsep bauran komunikasi

pemasaran. Kotler (2016) mengartikan komunikasi pemasaran sebagai upaya untuk

menyampaikan pesan kepada masyarakat, khususnya konsumen sasaran, mengenai

keberadaan suatu produk di pasar. Konsep yang sering digunakan untuk

menyampaikan pesan dikenal sebagai bauran promosi. Bauran komunikasi pemasaran

atau bauran promosi merupakan suatu konsep yang didalamnya terdapat suatu teknik

komunikasi pemasaran atau bentuk komunikasi bisnis lainnya dalam memasarkan

suatu produk.

2.3 Media Sosial

Media sosial mungkin telah mempengaruhi proses pengambilan keputusan

dengan bertindak sebagai media interaksi sosial terbuka antar individu. Dengan media

sosial, kesenjangan antara interaksi dan pemilihan saluran konsumen dapat

dijembatani (Rezaei dan Ismail, 2014). Faktanya, hal itu juga dapat memengaruhi niat

individu selama pembelian harian. Faktanya, beberapa faktor yang berasal dari media

sosial dapat menjadi pemicu motivasi pembelian konsumen dan mengembangkan pola

konsumsi baru secara online, yaitu pembelian melalui media sosial

(Atchariyachanvanich dan Hitoshi, 2007; Chen, 2014; CNNIC Online Shopping Report,

2014; Hoa, 2014 ).


Secara rinci, “pembelian media sosial terdiri dari dua langkah: 1) mencari dan

memperoleh informasi produk melalui platform media sosial; dan 2) mengembangkan

niat membeli atau melakukan pembelian. " Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa

perusahaan dituntut untuk dapat memahami dan mengelola konsumen secara efektif

melalui platform media sosial. Oleh karena itu, mereka dapat memahami niat beli

konsumen mereka. Secara praktis variabel yang diambil dalam penelitian ini bersumber

dari beberapa penelitian.

Secara khusus, ada dua penelitian sebelumnya yang menjadi acuan utama

dalam membangun kerangka teori saat ini, yaitu Chen (2014), Kim, Gupta dan Li

(2005). Chen (2014) telah melakukan penelitian tentang pengaruh tertentu dari media

sosial dalam hal sosialisasi, kegunaan, ketergantungan dan keterlibatan terhadap

perilaku konsumen, termasuk risiko yang dirasakan, nilai yang dirasakan dan

kepercayaan terhadap niat beli. Di sisi lain, harga yang dirasakan mungkin secara

langsung mempengaruhi niat beli konsumen berulang (Kim, Gupta dan Li, 2005).

Secara khusus, keterbukaan, kecepatan, ketergantungan, nilai yang dirasakan,

risiko yang dirasakan dan harga yang dipersepsikan diakui sebagai variabel

independen, sedangkan niat beli ditempatkan sebagai variabel dependen untuk analisis

penelitian lebih lanjut. Sebaliknya, Reibstein (2002) menemukan bahwa harga

merupakan faktor penting untuk menarik pelanggan potensial untuk membeli produk di

situs. Menurut Reibstein, harga menjadi faktor minimal bagi pelanggan tetap dalam

membeli produk di situs yang sama. Beliau mengemukakan harga sebagai indikator

kualitas. Variabel harga yang dirasakan diambil dari Urbany (1997) dalam penelitian

Kim, Gupta dan Li (2005). Hal tersebut ditambahkan sebagai salah satu variabel yang
mungkin menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap niat beli pelanggan tetap

yang lebih yakin tentang kualitas. Kim, Gupta dan Li (2005) telah memfokuskan pada

nilai pelanggan berulang sebagai penilaian biaya dan kerugian selama pembelian,

sementara harga dan risiko dapat secara langsung mempengaruhi niat, dimediasi oleh

nilai yang dirasakan berdasarkan utilitas transaksi. Selain itu, Mao, Zhu dan Sang

(2014) juga melakukan penelitian tentang pemasaran media sosial terhadap nilai dan

persepsi risiko sebagai faktor yang mempengaruhi minat konsumen untuk membeli

produk. Persepsi telah diperiksa dan disimpulkan bahwa sebagian besar konsumen

sensitif terhadap nilai ketika mengevaluasi untuk melakukan pembelian, karena mereka

mungkin memeriksa dan membandingkan nilai dengan harga itu sendiri.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini Menggunakan metode kualitatif. Untuk metode pengumpulan data

kualitatif, ada dua teknik penelitian terkemuka yang harus dipertimbangkan, yaitu

pendekatan tidak langsung dan langsung (Moleong, 2011). Setelah menerapkan

pendekatan tidak langsung, peneliti bertujuan untuk mengamati peserta penelitian

dalam lingkungan alami, di mana mereka mungkin tidak menyadari mereka sedang

diamati. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini tidak diungkapkan kepada para

peserta (Moleong, 2011).

Sebaliknya, ketika menggunakan pendekatan langsung, tujuan penelitian ini

diungkapkan kepada para peserta, karena teknik yang paling umum terkait dengan

pendekatan tersebut adalah kelompok fokus dan wawancara (Moleong, 2011). Karena

desain eksplorasi dan pendekatan penelitian kualitatif dari penelitian ini, pendekatan

langsung akan diterapkan, dengan kombinasi memanfaatkan wawancara terstruktur,

dan sumber-sumber sekunder dengan metode pengumpulan data.

Tujuan penggunaan kombinasi metode tersebut adalah untuk membatasi risiko

yang terkait dengan hanya memiliki satu metode untuk mengumpulkan data.

Wawancara penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data primer adalah non-standar,

menyiratkan mereka memiliki pertanyaan terbuka bagi peserta untuk menjawab

(Saunders et al., 2009). Jenis wawancara kualitatif ini memberi peneliti kesempatan

untuk tidak hanya memahami peserta 'apa' dan 'bagaimana' aspek, tetapi juga untuk

menyelidiki aspek 'mengapa' yang sama pentingnya (Saunders et al., 2009).


Pengumpulan data dimulai dengan penulis mencari literatur yang ada di bidang

penghindaran merek, yang kemudian berkembang menjadi tinjauan literatur yang

direvisi yang disajikan dalam kerangka teori. Ketika mengumpulkan jenis literatur yang

ada ini, penulis belajar tentang jenis dan efek dari penghindaran merek, komunikasi

pemasaran serta hubungan tak terduga antara kedua area.

3.2. Narasumber/Unit Analisis

Penulis memilih untuk melakukan wawancara kepada pihak internal Never Too

Lavish untuk mendapatkan data yang lebih kredibel dan juga langsung dari sumbernya.

Ada pun narasumber yang dipilih adalah:

- Owner Never Too Lavish (Nama)

Narasumber tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa mereka memiliki akses data

langsung terhadap kinerja Never Too Lavish dalam melakukan Strategi Komunikasi

Pemasaran.

3.3 Fokus Penelitian

Tabel 3.1 Fokus Penelitian

Objek Penelitian Elemen Evidensi Metode


Strategi Pemasaran Marketing Mix Bagaimana Wawancara
Never to Lavish cara Never Too
1. Sales, Lavish
melakukan
2. Sponsorship, pemasaran
dengan?
3. Direct Marketing,

4. PR,
5. Ads,

6. Promotion

Sumber: Kelola Penulis (2020)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

- Wawancara Semi Terstruktur

Wawancara penelitian kualitatif digunakan sebagai pelengkap diskusi kelompok

fokus dalam penelitian ini. Wawancara semacam itu disebut sebagai non-standar dan

melibatkan, antara teknik lain, wawancara terstruktur (Saunders et al., 2009). Dalam

wawancara terstruktur, pewawancara bertujuan untuk mendapatkan motivasi yang

mendasari orang yang diwawancarai serta keyakinan dan sikap dengan mengajukan

pertanyaan kepada orang tersebut mengenai topik tertentu (Moleong, 2011).

Dibandingkan dengan wawancara mendalam yang tidak terstruktur di mana orang yang

diwawancarai bebas berbicara pendapatnya tentang suatu topik, wawancara terstruktur

mengikuti urutan pertanyaan yang telah disiapkan peneliti sebagai panduan untuk

kedua bagian (Saunders et al., 2009). Ini memberi pewawancara kesempatan untuk

memastikan bahwa diskusi terbatas pada topik penelitian yang relevan (Sreejesh et al.,

2014). Keuntungan dengan wawancara terstruktur adalah bahwa mereka mungkin

mengungkap wawasan dan pengalaman yang lebih dalam daripada kelompok fokus,

karena konsentrasi pewawancara hanya pada orang yang diwawancarai yang membuat

wawancara lebih pribadi (Moleong, 2011). Para penulis menganggap ini sebagai
keuntungan besar dan diyakini bahwa wawancara akan menjadi pelengkap bagi

kelompok fokus.

Dengan wawancara semi terstruktur, ada beberapa masalah kualitas data yang

dapat mempengaruhi hasil materi yang dikumpulkan. Keandalan serta berbagai bentuk

bias adalah masalah kualitas data yang perlu dipertimbangkan oleh penulis saat

melaksanakan wawancara. Karena kurangnya standardisasi dalam wawancara

terstruktur, keandalan penelitian menjadi perhatian karena peneliti lain mungkin tidak

mengungkapkan informasi yang sama dalam studi mereka (Saunders et al., 2009).

Jenis-jenis kekhawatiran bias terkait dengan pewawancara serta bias yang

diwawancarai.

Pewawancara dapat menyebabkan bias dalam pertanyaan serta interpretasi dari

tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, sedangkan yang diwawancarai

mungkin memiliki persepsi mengenai pewawancara, yang dapat menyebabkan situasi

di mana orang yang diwawancarai tidak mengungkapkan informasi pribadi dan

wawasan yang cukup untuk pewawancara untuk mengeksplorasi topik (Saunders et al.,

2009). Untuk mengatasi reliabilitas dan kekhawatiran bias, penulis mengikuti Saunders

et al. (2009) rekomendasi, dan dengan hati-hati mempersiapkan dan merencanakan

wawancara semi terstruktur, yang dianggap sebagai kunci keberhasilan.

3.4.2 Data Sekunder

Dalam studi eksplorasi penggunaan data sekunder sangat penting (Sreejesh et

al., 2014). Data sekunder sangat berguna karena memberikan informasi kepada peneliti

tentang studi terkait, serta membimbing untuk mendefinisikan masalah penelitian dan
untuk mengembangkan pendekatan yang tepat untuk masalah tersebut (Malhotra et al.,

2007; Sreejesh et al., 2014). Untuk tesis ini, data sekunder sebagian besar telah

dikumpulkan melalui sumber-sumber elektronik, seperti database; Primo, Google

Cendekia dan SAGE Publications. Beberapa istilah pencarian yang sering digunakan

adalah mis. Merek, Penghindaran Merek, Anti-Konsumsi, Iklan, Komunikasi Pemasaran

Terpadu, Komunikasi Pemasaran, dan Marketing Mix/Promosi.

Para penulis juga melengkapi sumber-sumber elektronik dengan buku cetak dari

perpustakaan di Universitas LSPR, untuk mengumpulkan data mengenai penghindaran

merek dan IMC (Integrated Marketing Communication). Jurnal akademik dan buku-buku

yang berkaitan dengan pemasaran dan studi bisnis digunakan oleh penulis, untuk

belajar tentang bidang studi. Dilanjutkan dengan pengumpulan data sekunder, data

primer, dalam bentuk kelompok fokus dan wawancara terstruktur, dilakukan sebagai

pelengkap. Beberapa istilah pencarian yang sering digunakan adalah mis. Merek,

Penghindaran Merek, Anti-Konsumsi, Iklan, Komunikasi Pemasaran Terpadu,

Komunikasi Pemasaran, dan Bauran Promosi. Para penulis juga melengkapi sumber-

sumber elektronik dengan buku cetak dari perpustakaan di Universitas LSPR, untuk

mengumpulkan data mengenai penghindaran merek dan IMC. Jurnal akademik dan

buku-buku yang berkaitan dengan pemasaran dan studi bisnis digunakan oleh penulis,

untuk belajar tentang bidang studi. Dilanjutkan dengan pengumpulan data sekunder,

data primer, dalam bentuk kelompok fokus dan wawancara terstruktur, dilakukan

sebagai pelengkap.
3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data berdasarkan

Miles dan Huberman (1994) yang dikutip Sugiyono (2017) yang melibatkan tiga

langkah: reduksi data, Display data, dan penarikan kesimpulan / verifikasi.

3.5.1. Reduksi Data

Langkah pertama dalam menganalisis data kualitatif melibatkan reduksi data.

Reduksi data berarti meringkas, memilih hal-hal dasar, berfokus pada hal-hal penting,

mencari tema dan pola (Sugiyono, 2017). Pertama, peneliti mengumpulkan data

tentang penggunaan TIK dalam pengajaran Bahasa Inggris melalui wawancara dan

dokumentasi. Peneliti kemudian menyalin data. Data yang tidak relevan yang tidak

terkait dengan pertanyaan penelitian dibuang. Data yang tidak relevan adalah data

yang tidak ada hubungannya dengan tema penelitian tetapi terkait dengan penelitian.

Selanjutnya, setelah mengumpulkan dan mengurangi data, peneliti menampilkan data

tersebut dalam bentuk deskriptif.

3.5.2. Display Data

Langkah kedua adalah Display data. Display adalah kumpulan informasi

terorganisir dan terkompresi yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan tindakan

(Miles dan Huberman, 1994). Dalam proses mengurangi dan menampilkan data, itu

didasarkan pada perumusan masalah penelitian. Langkah ini dilakukan dengan

menghadirkan sekumpulan informasi yang terstruktur dan kemungkinan menarik

kesimpulan, karena data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya
dalam bentuk narasi, sehingga membutuhkan penyederhanaan tanpa mengurangi

isinya. Setelah menampilkan data, kesimpulan diambil.

3.5.3 Kesimpulan / Verifikasi

Langkah ketiga dari analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Dari awal pengumpulan data, analisis kualitatif mulai memutuskan apa yang

dimaksud dengan mencatat keteraturan, pola, penjelasan, kemungkinan konfigurasi,

aliran sebab akibat, dan proposisi (Miles dan Huberman, 1994). Kesimpulan juga

diverifikasi saat analis melanjutkan. Gambar kesimpulan dimulai setelah data

dikumpulkan dengan membuat kesimpulan sementara.

3.7 Waktu dan Lokasi Penelitian

Wawancara dilakukan pada bulan January 2021 di Jakarta dengan owner Never

too Lavish. Wawancara tersebut dipandu oleh panduan wawancara. Panduan

wawancara terdiri dari pertanyaan yang terkait dengan penelitian serta teori dalam

Skripsi Ini. Setelah perkenalan dengan narasumber, fokus pertanyaan mengacu kepada

jabatan dan tanggung jawab informan. Kemudian selanjutnya wawancara fokus pada

pertanyaan yang disusun untuk dapat menggali tantangan serta solusi dari Strategi

komunikasi pemasaran Never too lavish.

Bagian terakhir dari wawancara mengacu kepada opini, atau referensi lain yang

dikenal oleh Narasumber untuk mendapatkan perspektif berbeda tentang penelitian.

Setelah wawancara langsung, pertanyaan lain diajukan melalui metode mengirim e-mail

dan WhatsApp.

3.8 Keterbatasan Penelitian


Batasan dari penelitian in adalah ruang pembahasan yang terbatas hanya di bidang

pemasaran, dan juga ruang lingkup tempat yang terbatas dengan cakupan wilayah

perusahaan never too lavish dengan wilayah operasional Jakarta sebagai objek

penelitian.

Referensi

Anjani, Sekar. 2014. Pengaruh Bauran Komunikasi Pemasaran Terhadap Ekuitas


Merek Produk UKM
Chen, L. (2014) ‘The influence of social media on consumer behavior: An
empirical study on factors influencing consumer purchase intention in China under the
social media context’, Denmark: Aarhus University.
Duncan, Tom. 2005. Principles of Advertising & IMC, 2nd edition. Mc-Graw-
Hill/Irwin.
Kim, H. W., Gupta, S., and Li, H. (2005) ‘Different Effects of Perceived Price and
Risk on Purchase Intention for Potential and Repeat Customers’, Pacific Asia
Conference on Information Systems (PACIS), Bangkok Thailand, 2005
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller., 2016., Marketing Management, 15e Global
Edition. Pearson Education Limited, New York.
Malhotra, N., Budhwar, P., & Prowse, P. (2007), "Linking rewards to commitment: an
empirical investigation of four UK call centres", The International Journal of
Human Resource Management, Vol. 18 No. 12
Mao, Yan, Zhu, Jun Xuan and Sang, Yang. (2014) ‘Consumer Purchase Intention
Research Based on Social Media Marketing’, International Journal of Business and
Social Science, Vol. 5, No.10
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data analysis: An expanded
sourcebook (2nd ed.). Sage Publications, Inc.
Moleong, L.J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Reibstein, D. J. (2002) ‘What attracts customers to online stores, and what keeps
them coming back’, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 30
Saunders, M., Lewis, P. and Thornhill, A. (2009) Research Methods for Business
Students. Pearson, New York.
Sreejesh et al. (2014). Business Research Methods An Applied Orientation. New York :
Springer.
Zeithaml, V.A. (1988) ‘Consumer perceptions of price, quality, and value: a
means-end model and synthesis of evidence’, The Journal of Marketing, Vol.52

Anda mungkin juga menyukai