DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
AISYAH UMMUL MUKMININ (1867142027)
AHMAD REZA S (1867141007)
ALFINA DAMAYANTI (1867140022)
ST FATIMAH B (1867141045)
NUR ASLINDA PARMA (1867141043)
ISMY SAFIRA (1867141017)
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 4
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 21
B. SARAN ........................................................................................................ 21
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahNya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pergeseran kekuatan ke Pelanggan
Terhubung” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan di
dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Andi Caezar selaku
dosen mata kuliah Digital Marketing yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Digital Marketig ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat
dimasa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
telah membacanya. Sekiranya makalah yang telah kami susun ini dapat
berguna bagi diri kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membagun dari anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada saat efektivitas komunikasi pemasaran tradisional mengalami
penurunan, sebuah metode baru di dunia pemasaran mengalami
perkembangan signifikan. Cara baru tersebut dikenal sebagai “pemasaran
digital” yang menggabungkan faktorfaktor psikologis, humanis, antropologis,
dan teknologis melalui multimedia dengan kapasitas besar dan interaktif.
Hasilnya adalah babak baru interaksi antara produsen, intermediari pasar, dan
konsumen, dengan perantaraan medium teknologi bergerak (mobile) sebagai
unsur dominan. (http://bincangmedia.wordpress.com, 21 Januari 2013)
Kehadiran pemasaran digital ini diawali dengan munculnya internet. Menurut
www.internetworldstats.com, 21 Januari 2013, Asia menyumbang 55.9% dari
populasi pengguna internet di dunia dengan 3,922,066,987 pengguna. Masih
menurut internetworldstats.com, Indonesia di tahun 2012 memiliki jumlah
populasi sebanyak 248,645,008. Indonesia mengalami pertumbuhan
penggunaan internet dari tahun 2000 yang hanya 2 juta orang, hingga 30 Juni
2012, Indonesia memiliki pengguna internet sebanyak 55 juta orang.
Indonesia menyumbang 5.1% pengguna di Asia. Indonesia menempati urutan
keempat dibawah China, India dan Jepang sebagai negara di Asia dengan
pengguna internet terbanyak.
Munculnya internet di Indonesia, dengan “pasar” yang begitu besar,
tentu menjadi salah satu faktor yang menyebabkan munculnya model
periklanan yang baru, yaitu dengan menggunakan internet atau secara online,
atau biasa disebut dengan pemasaran digital (digital marketing). Digital
marketing adalah sebuah strategi pemasaran yang memanfaatkan medium
digital, bisa melalui website, telepon genggam, e-mail, blog, viral dan lainnya
(Wartime, 2008:30). Berkembangnya digital marketing, memunculkan lagi
satu jenis pemasaran melalui telepon genggam atau yang biasa disebut dengan
mobile advertising. Mobile advertising, adalah model baru dari periklanan
dimana menggunakan media telepon seluler untuk beriklan. Mengutip dari
http://mobileadvertisinghub.com.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa maksud dari pemasaran konten ?
2. Bagaimana proses pemasaran langka-demi-langka dalam pemasaran
konten ?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui maksud dari pemasaran konten
2. Untuk mengetahui proses pemasaran langka-demi-langka dalam
pemasaran konten
BAB 11
PEMBAHASAN
Ini juga berlaku untuk konten bermerek dan konten yang disponsori—
konten yang disediakan oleh merek tetapi bukan dalam format khas iklan—di
media sosial. Bila pelanggan menganggap konten yang bermerek dan
disponsori ini tidak menarik dan relevan, mereka tidak akan menghabiskan
waktu menontonnya. Kenyataan bahwa video yang paling banyak ditonton dan
saluran yang paling banyak langganannya di YouTube adalah konten yang
dihasilkan pengguna dan bukan konten bermerek, menjelaskan hal ini dengan
sendirinya.
Sebuah studi pada 2015 oleh Google terhadap ribuan iklan YouTube
TrueView mengungkapkan atribut video yang tidak dilewatkan penonton:
atribut berisi cerita, wajah manusia, dan semacam animasi. Studi ini juga
mengungkapkan bahwa menyertakan logo merek selama 5 detik pertama
sebuah iklan dapat membuat sebuah logo merek semakin diingat, tetapi ini juga
dapat mengurangi waktu nonton. Pemasar harus menyadari bahwa definisi
mereka tentang konten bagus belum tentu sama dengan definisi pelanggan.
Akhirnya, yang penting adalah definisi pelanggan. Untuk melibatkan diri
dengan pelanggan secara konsisten, terkadang pemasar harus menciptakan
konten yang mungkin tidak berkontribusi langsung pada ekuitas merek mereka
atau meningkatkan penjualan mereka, tetapi konten ini berharga bagi
pelanggan.
Di lain pihak, bila tujuannya lebih berfokus pada metrik merek, pemasar
perlu memastikan bahwa kontennya selalu konsisten dengan karakter merek.
Contohnya Colgate: konten “Oral Care Center” membantu membangun
pengaitan merek Colgate sebagai ahli mulut. Di India, aplikasi Oral Care Center
milik Colgate membantu menghubungkan dokter gigi dengan calon pasien,
yang membantu membangun citra merek yang kuat di kedua kelompok
tersebut.
Semua kegiatan yang sudah kita bahas berujung ke langkah yang paling
penting, yaitu penciptaan kontennya sendiri. Pemasar konten yang sukses tahu
bahwa penciptaan konten bukanlah pekerjaan paruh waktu yang dapat
dikerjakan setengah hati. Penciptaan konten membutuhkan komitmen besar
dalam hal waktu dan anggaran. Bila kontennya tidak berkualitas tinggi, asli,
dan kaya, kampanye pemasaran konten hanya akan menghamburkan waktu dan
terkadang menjadi bumerang.
Penciptaan konten tidak punya tanggal awal dan akhir. Ini adalah proses
berkelanjutan yang membutuhkan konsistensi. Karenanya, pemasar perlu
memastikan bahwa mereka mempunyai kemampuan internal untuk
menghasilkan konten dalam jangka panjang. Bila tidak mampu, mereka harus
mempertimbangkan untuk mendapatkan konten dari sumber eksternal. Cara
termudahnya adalah mengalihdayakan penciptaan konten kepada produser
konten profesional: jurnalis, penulis naskah, animator, dan videografer.
Ada tiga kategori besar saluran media yang digunakan pemasar konten:
media yang dimiliki, berbayar, dan diperoleh. Media yang dimiliki oleh merek
terdiri atas aset saluran yang dimiliki merek dan berada di bawah kendalinya
sepenuhnya. Sebuah merek dapat mendistribusikan konten ke saluran media
miliknya sendiri kapan pun. Media yang dimiliki mencakup publikasi korporat,
acara korporat, situs web, blog, komunitas online yang dikelola perusahaan, e-
mail, buletin, akun media sosial, pemberitahuan di ponsel, dan aplikasi ponsel
yang dimiliki merek. Ini adalah media yang sangat ditarget yang jangkauannya
biasanya terbatas pada pelanggan merek yang sudah lama. Meskipun gratis,
membangun dan mengelola media milik sendiri membutuhkan sumber daya
internal yang signifikan. Media berbayar, di lain pihak, adalah saluran yang
dibayar oleh merek untuk mendistribusikan kontennya. Ini mencakup media
iklan
Media yang diperoleh merek antara lain peliputan dan eksposur yang
diperoleh merek tersebut dari kabar mulut ke mulut atau penganjuran. Bila
kualitas kontennya sangat tinggi, orang biasanya merasa terpaksa
memviralkannya melalui media sosial dan komunitas—dengan kata lain, kabar
dari mulut ke mulut yang bersifat alami. Eksposur media dapat juga merupakan
hasil dari upaya relasi publik dan media yang kuat, menciptakan apa yang
dikenal sebagai kabar dari mulut ke mulut yang diperkuat. Media yang
diperoleh biasanya tidak berdiri sendiri, media ini membutuhkan media milik
sendiri dan media berbayar untuk menghasilkan peliputan gratis.
f. Langkah 6: Penguatan Konten
Metrik tindakan mungkin adalah salah satu hal terpenting untuk dipantau.
Metrik ini pada dasarnya mengukur apakah sebuah konten berhasil mendorong
pelanggan untuk bertindak. Metrik khusus mencakup click-through-rate (rasio
antara jumlah klik dan jumlah impresi) dan tingkat konversi call-to-action
(persentase orang yang menyelesaikan tindakan tertentu seperti mendaftar dan
membeli). Akhirnya, pemasar harus memantau apakah konten mereka
dibagikan dengan baik, yang merupakan proksi untuk penganjuran. Metrik
berbagi mencakup rasio berbagi (rasio antara jumlah pembagian dan jumlah
impresi) dan tingkat keterlibatan (di Twitter, misalnya, hal ini diukur dengan
membagi jumlah total pengikut dengan tindakan berbagi seperti cuitan kembali,
favorit, sahutan, dan penyebutan).
B. SARAN
Penulis berharap semoga makala ini dapat menjadi salah satu bahan
untuk dapat menambah pengetahuan dalam hal ini tentang “Pemasaran
Konten Untuk Keingintahuan Tentang Merek” Dan juga penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun guna
penyusunan makala berikutnya tang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, Iwan Setiawan 2019. Marketing 4.0. Jakarta: PT.
Gramedia Indonesia
Kotler, Philip dan Kevin Laner Keller. 2008. Manajemen Pemasaran, Edisi 13, jilid 1.
Jakarta: Erlangga.