Anda di halaman 1dari 12

DIGITAL MARKETING

PERGESERAN KEKUATAN KE PELANGGAN TERHUBUNG

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
AISYAH UMMUL MUKMININ (1867142027)
AHMAD REZA S (1867141007)
ALFINA DAMAYANTI (1867140022)
ST FATIMAH B (1867141045)
NUR ASLINDA PARMA (1867141043)
ISMY SAFIRA (1867141017)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS


JURUSAN ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan hidayah-
Nya, tidak lupa pula kita ucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad
Shallau’alaihi wa sallam. Berkat-Nya pembuatan makalah kami tentang “Pergeseran Kekuatan
ke Pelanggan Terhubung” dapat diselesaikan tepat waktu. Terima kasih juga kepada pihak-
pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Setelah mempelajari makalah ini, kami berharap pembaca dapat mengetahui lebih
dalam mengenai Digital marketing terkhusus mengenai pergeseran kekuatan ke pelanggan
terhubung. Selain itu, kami berharap makalah ini dapat membantu pembaca dalam
menyelesaikan masalahnya yang berhubungan dengan materi kami.
Walaupun demikian, Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami menerima saran dan kritik dari pembaca, sehingga makalah ini akan menjadi
lebih baik pada masa mendatang yang akan datang.

Makassar, 1 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. PERGESERAN KEKUATAN KE PELANGGAN TERHUBUNG 2
B. KLASIFIKASI PERGESERAN KEKUATAN KE PELANGGAN
TERHUBUNG 3
BAB III PENUTUP 8
A. KESIMPULAN 8
B. SARAN 8
DAFTAR PUSTAKA 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Digital marketing adalah pemasaran produk maupun jasa yang dilakukan
dengan media digital. Tujuan dari pemasaran ini adalah untuk menjangkau sebanyak-
banyaknya target customer secara efisien, personal dan relevan. Pemasaran digital ini
memadukan teknik serta pengetahuan dalam psikologi pasar dan teknologi. Dalam
digital marketing terdapat beberapa kategori seperti, Search Engine Optimization,
Search Engine Marketing, Content Marketing, Social Media Marketing, Email
Marketing, dan Pay Per Click.
Semakin berkembangnya zaman maka dunia marketing juga semakin
berkembang. Dunia saat ini sedang dilanda oleh wabah virus corona yang
mengharuskan semua aktivitas manusia dilakukan secara online, mulai dari sekolah,
bekerja, belanja, dan sebagainya. Mau tidak mau manusia harus menyesuaikan diri
dengan teknologi untuk mempermudah semua aktivitasnya. Sebelumnya juga kita
sudah mengenal dan mempelajari sedikit mengenai teknologi tetapi itu hanya menjadi
pilihan untuk membantu kegiatan seseorang. Sekarang, teknologi bukan lagi pilihan
namun sudah kebutuhan bagi semua manusia.
Kategori digital marketing yang banyak digunakan di masyarakat adalah Social
Media Marketing. Social Media adalah salah satu cara bagi orang untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara online. Dalam 10 tahun terakhir ini kita telah melihat bagaimana
social media terus bertambah dan menjadi semakin popular. Pergeseran konsumerisme
web dan meningkatknya penggunaan social media membawa peluang dan tanggung
jawab. Jumlah data yang sangat banyak yang disediakan pelanggan melalui media
sosial saja dapat membuat web marketer semangat dalam mengeksekusi strategi
marketing mereka. Perilaku konsumen sudah menjadi ekspektasi mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pergeseran kekuatan ke pelanggan terhubung?
2. Apa saja klasifikasi pergeseran kekuatan ke pelanggan terhubung?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pergeseran kekuatan ke pelanggan terhubung.
2. Untuk mengetahui klasifikasi pergeseran kekuatan ke pelanggan terhubung.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pergeseran Kekuatan ke Pelanggan Terhubung


Charlie Frost adalah ahli teori konspirasi yang sangat meyakini bahwa 2012
adalah akhir peradaban. Pada 2009, beberapa ahli geologi menemukan bahwa
keyakinan Frost ini mungkin benar. Mereka menemukan bahwa bagian tengah bumi
akan Meletus dan membawa bencana. Oleh karena itu, para pemimpin dunia berkumpul
untuk mencari solusi dan memutuskan untuk membuat kapal raksasa. Kisah fiktif
sepenuhnya diambil dari film 2012. Namun, banyak adegan di film ini melambangkan
perubahan yang kita alami hari ini.
Hari ini kita hidup di dunia seluruhnya baru. Struktur kekuasaan yang selama
ini kita kenal mengalami perubahan drastis. Internet, yang membawa konektivitas dan
transparansi pada kehidupan, adalah hal utama yang menyebabkan pergeseran
kekuasaan ini.
Kita menyaksikan bagaimana kekuasaan ekslusif menyerah pada kekuasaan
inklusif. Negara-negara G7 (ekslusif) bekerja sama dengan negara-negara G20 yang
mencakup China, India, Indonesia untuk mengatasi krisis keuangan global. Kekuatan
ekonomi saat ini tersebar secara lebih inklusif. Perusahaan Microsoft dan Amazon
akhirnya perlu membeli perusahaan yang lebih kecil tetapi lebih inovatif seperti Skype
dan Zappos. Bahkan, Bill Gates dan Mark Zuckerberg pun menyadari kebutuhan akan
inklusivitas. Mereka menyumbang kekayaan mereka untuk membantu kaum miskin.
Kita juga melihat sebuah struktur kekuasaan vertikal dilemahkan oleh kekuatan
yang bersifat lebih horizontal. Misalnya, negara yang saat ini padat adalah “Negara
Persatuan Facebook” dengan populasi 1,65 miliar orang. Dan orang yang mengakses
Twitter juga mendapatberita terkini daari jurnalis-warga, sementara di masa lalu,
jaringan TV besar seperti CNN adalah saluran yang dicari untuk mendapatkannya.
Bahkan, Youtube pun berhasil menaklukkan Hollywood. Survey yang dilakukan oleh
majalah Variety mengungkapkan bahwa bagi seorang anak berusia 13-18 tahun,
selebritas Youtube lebih popular daripada bintang Hollywood.
Pergeseran kekuasaan ini juga memengaruhi masyarakat. Kini, kekuasaan tidak
terletak pada individu, tetapi pada kelompok social. Pergeseran ini telah mengubah
dunia kita secara radikal. Dimana kekuata horizontal, eksklusif, dan individu,
komunitas pelanggan menjadi semakin kuat. Mereka kini lebih vocal. Mereka tidak
takut pada perusahan besar dan merek besar. Mereka suka berbagi cerita, baik dan

2
buruk, tentang merek. Percakapan lepas tentang mereka saat ini lebih kredibel daripada
kampanye iklan yang ditargetkan. Lingkaran social menjadi sumber pengaruh yang
utama, melewati komunikasi pemasaran eksternal dan bahkan preferensi pribadi.
Pelanggan cenderung mengikuti arah sesama pelanggan saat memutuskan mere kapa
yang harus dipilih. Ini membuat pelanggan seakan-akan melindungi diri dari klaim
merek palsu dan tipuan kampanye dengan menggunakan lingkaran social mereka
unntuk membangun sebuah benteng.

B. Klasifikasi Pergeseran Kekuatan Ke Pelanggan Terhubung


1. Dari Ekslusif ke Inklusif
Pergeseran ekonomi ini kerap dikaitkan dengan profil demografi dari populasi
pasar yang berkembang; lebih nudah, lebih produktif dan tumbuh dalam hal tingkat
pendapatan. Pergeseran ini menciptakan permintaan kuat akan produk dan jasa,
yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, data terkini
menyiratkan bahwa penyebabnya mungkin bukan hanya demografi.
Bisnis bergerak menuju inklusivitas. Teknologi memungkinkan terlaksananya
automasi atau miniaturisasi, yang menurukan biaya produk dan memungkinkan
perusahaan melayani pasar berkembang. Inovasi disruptif di seluruh sektor bisnis
mendatangkan produk yang lebih murah dan sederhana bagi kaum miskin, yang
sebelumnya dianggap sebagai (kelompok masyarakat) “non pasar”. Produk dan jasa
yang dulunya dianggap ekslusif kini tersedia untuk pasar massal di seluruh dunia.
Contohnya seperti mobil Tata Nano seharga $2.000 dan bedah katarak Aravid Eye
Care System seharga $16.
Ini juga berlaku sebaliknya. Dengan inovasi terbalik, produk baru bisa
dikembangkan dan diperkenalkan di pasar yang berkembang sebelum dijual di
tempak lain. Aspek keekonomian dan sadar biaya yang dipelihatkan saat
mengembangkan produk telah menjadi sumber baru diferensiasi. Contoh terkenal
terkait hal ini adalah Mac 400 dari GE, sebuah mesin elektrokardiogram portabel
dengan tenaga baterai, yang dirancang untuk melayani masyarakat desa pinggiran
di india. Di tempat lain, barang ini dipasarkan dengan mengusung portabilitas
sebagai diferensiasi intinya.
Pada level yang lebih mikro, manusia menyambut inklusivitas sosial. Menjadi
iklusif bukanlah tentang menjadi serupa; menjadi inklusif adalah tentang
menjalankan hidup secara harmonis meskipun terdapat perbedaan. Di dunia online,
media sosial mendefinisikan kembali cara orang berinteraksi satu sama lain,

3
memungkinkan orang menjalin relasi tanpa rintangan geografis dan demografis.
Dampak media sosial tidak berhenti di situ. Media sosial juga emfasilitasi
kolaborasi global dalam inovasi. Lihatlah wikipedia, yang dibangun oleh orang
yang jumlahnya tak terhitung, atau InnoCentive, yang menyiarkan penelitian dan
tantangan pembangunan dan meminta solusi terbaik. Bahkan, semua media soaila
yang melakukan pendekatan urun daya telah menjadi contoh baik terkait
inkludivitas sosial. Media sosial mendorong inklusivitas sosial dan membangun
rasa memiliki dalam komunitas mereka.
Inklusivitas sosial tidak hanya terjai secara online tetapi juga secara pffline.
Konsep kota inklusif-kota yang menyambut keragaman penduduknya sering
dijuluki sebagai model yang baik untuk kota-kota yang lestari. Serupa dengan
konsep media sosial, konsep kota inklusif menegaskan bahwa bila kota menyambut
(kaum) minoritas yang sering ditelantarkan dan memberi mereka rasa terima, hal
ini akan menguntungkan kotanya. Inklusivitas sosial bisa juga muncul dalam
bentuk perdagangan yang adil, keragaman pekerjaan, dan pemberdayaan
perempuan. Praktik ini menyambut perbedaan manusia dalam hal ini gender, ras,
dan status ekonomi. Merek seperti The Body Shop membangun komitmen kuat
terhadap inkluvitas sosial dengan nilai-nilai, seperti “mendukung perdagangan
komunitas” dan program seperti “hentikan kekerasan dirumah”

2. Dari Vertikal ke Horizontal


Globalisasi menciptakan lapangan permainan yang sepadan. Daya saing
perusahaan tidak akan lagi ditentukan oleh ukuran, negara asal, atau keunggulan
masa lalu mereka. Perusahaan yang lebih kecil, lebih mudah, dan berlokasi di
daerah akan mempunyai kesempatan untuk bersaing dengan perusahaan global
yang lebih besar, lebih tua. Akhirnya tidak ada perusahaan yang terlalu
mendominasi perusahaan lain. Sebaliknya, sebuah perusahaan dapat menjadi lebih
bersaing bila perusahaan tersebut bisa berhubungan dengan komunitas pelanggan
serta mitra untuk turut berkreasi, dan dengan pesaing untuk bekerja sama.
Aliran inovasi yang dahulunya vertikal (dari perusahaan ke pasar) kini menjadi
horizontal di masa lalu perusahaan percaya bahwa inovasi seharusnya datang dari
dalam. Oleh karena itu, mereka membangun infrastruktur penelitian dan
pengembangan yang kuat. Akhirnya mereka menyadari bahwa laju inovasi internal
tidak pernah cukup cepat bagi mereka untuk bisa bersaing di pasar yang senantiasa
berubah. Procter & Gamble (P&G), contohnya mempelajari hal ini pada awal tahun

4
2000, ketika penjualan produk baru tidak meningkat. Perusahaan ini kemudian
mengubah metode penelitian dan pengembangan mereka menjadi model
terhubung-dan-mengembangkan. Model yang lebih horizontal mengandalkan pada
sumber luar untuk memperoleh gagasan yang pada gilirannya dikomersialkan
menggunakan kapabilitas P&G internal. Pesaingnya Unilever melangkah ke arah
yang sama dengan memanfaatkan luasnya ekosistem inovasi mereka. Saat ini
inovasi bersifat horizontal; pasar menyediakan gagasan dan perusahaan
mengomersialkan gagasannya.
Demikian pula konsep kompetisi berubah dari yang vertikal menjadi horizontal.
Teknologi adalah penyebab utamanya. Hipotesis long tail (sejumlah besar produk
yang dijual dalam kuantitas kecil) milik Chris Anderson terbukti benar saat ini.
Pasar bergeser dari merek umum bervolume tinggi ke merek dengan ceruk volume
rendah. Dengan internet, tidak ada lagi kendala logistik fisik bagi perusahaan dan
merk kecil.
Inklusivitas memungkinkan perusahaan memasuki industri yang tidak akan
mereka masuki pada masa lalu. Ini memberi peluang bagi perusahaan untuk
bertumbuh sekaligus menghadirkan ancaman kompetitif yang signifikan. Karena
perbedaan antara industri semakin kabur, akan sangat menantang bagi perusahaan
untuk terus memantau pesaing mereka. Pesaing di masa mendatang akan datang
dari industri yang sama serta dari industri yang lain yang relevan dan terhubung.
Beberapa tahun silam, perusahaan taksi dan rantai Hotel tidak membayangkan
bersaing untuk memperebutkan penumpang dan tamu dengan usaha rintisan
teknologi seperti Uber dan Airbnb yang menyediakan transportasi dan penginapan
pribadi. Untuk mengenali pesaing laten, perusahaan harus mulai memahami tujuan
pelanggan dan mempertimbangkan alternatif potensial yang mungkin diterima oleh
pelanggan untuk mencapai tujuan mereka.
Perusahaan juga harus melacak pesaing dari luar pasar mereka sendiri. Para
pesaing ini belum tentu korporasi multinasional. Dalam beberapa tahun belakangan,
kami mengamati kebangkitan perusahaan-perusahaan besar dari pasar berkembang
seperti Xiaomi dan Oppo. Perusahaan-perusahaan ini berinovasi untuk menjawab
kebutuhan dan diciptakan dalam pasar sendiri yang menantang. Mereka
mengimbangi kualitas merek besar tapi dengan harga yang jauh lebih rendah. Ini
dimungkinkan karena adanya opsi belanja online. Sangat inovatif dan ulet,
perusahaan-perusahaan ini mempunyai bahan yang diperlukan untuk
mengembangkan pasar mereka secara global.

5
Konsep kepercayaan pelanggan sudah tidak lagi vertikal, konsep tersebut kini
menjadi horizontal. Pelanggan di masa lalu mudah terpengaruhi oleh kampanye
pemasaran. Mereka juga mencari dan mendengarkan para ahli serta pihak yang
berwenang. Namun, penelitian terkini terhadap industri menunjukkan bahwa
kebanyakan pelanggan lebih mempercayai faktor f (friend [teman], family
[keluarga], fans Facebook, followers [pengikut] Twitter) daripada iklan dan
pendapat pakar. Dalam beberapa tahun belakangan, tren ini memacu pertumbuhan
sistem pemeringkat komunal seperti TripAdvisor dan Yelp.
Dalam konteks seperti ini, merek seharusnya tidak sekedar memandang
pelanggan sebagai target. Pada masa lalu adalah praktik yang lazim bagi perusahaan
untuk menyiarkan pesan mereka melalui di berbagai media iklan. Beberapa
perusahaan bahkan menciptakan pembeda yang sebenarnya tidak terlalu autentik
agar dapat tampil menonjol di antara kerumunan orang dan mendukung citra merek
mereka. Akibatnya merek mereka sering diperlakukan sebagai kemasan kulit luar,
yang memungkinkan terjadinya representasi palsu atas nilai yang sebenarnya.
Pendekatan ini tidak akan efektif lagi, karena dengan pertolongan komunitas
mereka, pelanggan melindungi diri dari merek buruk yang menargetkan mereka.
Sebuah relasi antara merek dan pelanggan seharusnya tidak vertikal lagi tetapi
horizontal. Pelanggan seharusnya dianggap sebagai rekan dan teman dari
mereknya. Merek harus mengungkapkan karakter sejatinya dan jujur dengan nilai
yang sebenarnya. Hanya dengan cara ini mereknya dapat dipercaya.

3. Dari Individu ke Sosial


Keputusan dalam membeli barang didorong oleh preferensi individu serta
keinginan akan kesesuaian sosial. Hal tersebut tergantung dari faktor variasi antar
individu dan variasi dalam industri serta kategori. Mengingat konektivitas yang ada
saat ini, pengaruh dari kesesuaian sosial semakin meningkat untuk semua pihak.
Pendapat mereka dikumpulkan menjadi sebuah ulasan dan secara bersamaan,
pelanggan mendeskripsikan perusahaan dan merek mereka sendiri. Dimana kerap
sangat berbeda dari citra yang hendak diproyeksikan oleh perusahaan tersebut.
Internet, khususnya media sosial memfasilitasi serta menyediakan platform dan alat
untuk mendukung pergeseran besar ini.
Hampir semua orang di Bumi akan segera terhubung. Solusi atas keterlambatan
informasi dari internet bukanlah laptop murah melainkan ponsel pintar yang murah.
Lalu lintas data ponsel diproyeksikan oleh UMTS Forum akan melonjak sebesar

6
faktor 33 dari 2010 hingga 2020. Dengan konektivitas yang sangat luas, perilaku
pasar akan menjadi sangat berbeda. Contohnya, ketika berada di sebuah toko,
perilaku pelanggan menggunakan ponsel membandingkan harga dan memeriksa
tinjauan menjadi trend saat ini. Konektivitas tersebut memungkinkan pelanggan
mengakses saran dan masukan dari banyak orang dan membuat keputusan
pembelian yang lebih baik.
Di Lingkungan seperti itu, pelanggan lebih menyesuaikan diri dengan opini
sosial. Faktanya, keputusan pembelian yang paling personal pada dasarnya adalah
keputusan sosial. Dari sudut pandang komunikasi pemasaran, pelanggan tidak lagi
menjadi target pasif, tetapi menjadi media komunikasi yang aktif sebab mereka
berbicara satu sama lain dan menilai tentang merek perusahaan. Salah satunya,
Sephora membangun komunitas media sosial dimana semua konten yang muncul
dari kmunitas dimasukkan ke dalam platform Obrolan Kecantikan. Sephora
menjadi sarana terpercaya bagi pelanggan yang mencoba berkonsultasi dengan
anggota lain dari komunitas.
Pada masa sebelumnya, perusahaan memegang kendali atas komunikasi
pemasaran dan menangani keluhan pelanggan secara individu. Dengan konten yang
dihasilkan oleh komunitas, perusahaan tidak dapat mengendalikan percakapan yang
berkembang. Menyensor konten akan melemahkan kredibilitas. Mereka juga harus
siap menghadapi reaksi sosial negatif dan masif ketika ada sesuatu yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, perusahaan dan merek yang mempunyai reputasi kuat dan
klaim jujur tentang produk mereka tidak perlu khawatir. Sebaliknya, mereka yang
membuat klaim palsu dan mempunyai produk yang buruk tidak akan bertahan.
Praktis di dunia digital ini transparan, menyembunyikan cacat atau mengucilkan
keluhan pelanggan adalah hal yang mustahil.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Digital marketing adalah pemasaran produk maupun jasa yang dilakukan dengan
media digital. Pergeseran kekuasaan ini juga memengaruhi masyarakat. Kini,
kekuasaan tidak terletak pada individu, tetapi pada kelompok social. Lingkaran social
menjadi sumber pengaruh yang utama, melewati komunikasi pemasaran eksternal dan
bahkan preferensi pribadi. Pelanggan cenderung mengikuti arah sesama pelanggan saat
memutuskan mere kapa yang harus dipilih. Ini membuat pelanggan seakan-akan
melindungi diri dari klaim merek palsu dan tipuan kampanye dengan menggunakan
lingkaran social mereka unntuk membangun sebuah benteng. Praktis di dunia digital
ini transparan, menyembunyikan cacat atau mengucilkan keluhan pelanggan adalah hal
yang mustahil.

B. Saran
Pembuatan makalah mengenai “Pergeseran Kekuasaan ke Pelanggan
Terhubung” ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun sehingga makalah ini bisa
menjadi lebih baik lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kotler, P., Kartajaya, H. & Setiawan, I., 2019. MARKETING 4.0 Bergerak dari Tradisonal Ke
Digital. Edisi Pertama penyunt. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Team, D., 2020. Digital Marketing: Panduan Lengkap bagi Pemula. [Online]
Available at: Dewaweb
[Diakses 1 Maret 2021].
Team, D., 2020. Social Media Marketing 101 Untuk Bisnis Anda. [Online]
Available at: Dewaweb
[Diakses 1 Maret 2021].

Anda mungkin juga menyukai